“MULTIPLE SCLEROSIS”
Disusun Oleh:
Qomaryah 1711410
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan
makalah Keperawatan Medikal Bedah dapat terselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan.Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai“Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Multiple Sclerosis”. Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan
harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, kami memohon
maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Akhir kata dari kami, semoga dapat
bermanfaat.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb.
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
BAB I..................................................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
BAB III..............................................................................................................................14
BAB IV .............................................................................................................................27
PENDAHULUAN
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakitdimana syaraf-syaraf dari sistim syaraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau degenerasi.
Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki
pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting
untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf. Pada multiple sclerosis, peradangan
menyebabkan myelin akhirnya menghilang. Sebagai konsekwensinya, impuls-impuls listrik
yang berjalan sepanjang syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai
tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang
terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi
yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan,
menulis, dan ingatan.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Multipel sklerosis yang dulu disebut juga sklerosis diseminasi adalah penyakit
degeneratif, bersifat kronis dan progresif yang merusak myelin pada sususan saraf pusat
(Hickey, 2008)
Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif
dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis.
Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni adanya material lunak dan protein
disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adah Substansi putih yang menutupi serabut saraf
yang berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory).
MS merupakan salah satu gangguan neurologik dimana onset terjadinya multipel
sklerosis rata-rata terjadi di usia 20 dan 40 tahun. Multipel sklerosis umumnya terjadi pada
usia dewasa muda dan sekitar 20% mengalami onset awal di usia 40 dan 50 tahun. Penyakit
ini lebih sering terjadi wanita dari pada pria. sklerosis multipel berasal dari banyaknya
daerah jaringan parut (sklerosis) yang mewakili berbagai bercak demielinasi dalam sistem
saraf. Pertanda neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel sangat beragam
sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadi multipel sklerosis masih belum diketahui secara pasti. Namun, para
ilmuwan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya multipel
sklerosis. Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan
virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991).
Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem
kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya
(bakteri dan virus).
1. Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus)
2. Genetik
3. Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 3
4. Racun yang beredar dalam CSS
5. Infeksi virus pada SSP
Ada beberapa Faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk (eksaserbasi ) multipel
sklerosis yaitu :
1. Kehamilan
2. Infeksi yang disertai demam
3. Stress emosional
4. Cedera
2.3 Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori sklerosis
multipel berdasarkan progresivitasnya adalah :
1. Relapsing Remitting sklerosis multipel
Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau
dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan
kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan
hebat penderita terlihat pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama
dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit
demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita
memiliki kemampuan motorik dan sensorik, Hampir 70% penderita sklerosis multipel
pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat,
jenis sklerosis multipel ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv sklerosis
multiple
2. Primary Progresssiv MS
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat – saat penderita tidak
mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis multipel ini tidak mengenal istilah
kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah,
penderita sklerosis multipel jenis ini biasa berakhir dengan kematian.
Demilensi
Dilakukan untuk memebantu memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau
perubahan penyakit.
3. CT scan :
4. MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
dan efek pengobatan.
( Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan,( 2008 )
hal 216 )
2.8 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan farmakoterapi
B. Terapi suportif
Terapi suportif diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mempertahankan
kondisi pasien agar tetap stabil. Fisioterapi dan terapi okupasi diberikan untuk
mempertahankan tonus dan kekuatan otot serta ditambah dengan obat untuk relaksasi otot
untuk mengurangi ketidaknyamanan dan nyeri karna spastik.
C. Blok saraf dan pembedahan : Dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
1. Disfungsi pernafasan
2. Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
3. Komplikasi dari imobilitas
2.10 Jurnal
No Judul Kelebihan Kekurangan
A. CONTOH KASUS
Seorang wanita usia 18 tahun datang ke poli neurologi RSCM dengan keluhan
kelemahan kedua tungkai sejak ±1 tahun SMRS. Pada awalnya (2018) pasien merasakan
kelemahan pada kaki kiri dan tangan kiri disertai rasa tebal sampai di lutut.Pasien tidak
dapat beraktivitas lagi Karena kelemahan kakinya,bila berjalan kaki kiri diseret Rasa
tebal menghilang sendiri 2 bulan kemudian tetapi rasa lemah masih tetap ada. Oleh
keluarga dibawa berobat ke dokter saraf dan dikatakan terkena virus, pasien diberi obat
(nama obat tidak ingat) dan menurut keluarga keadaan pasien membaik Kemudian pasien
dapat bekerja lagi walaupun kelemahan tungkai masih ada. 1 bulan kemudian kaki kanan
terasa lemah dan tebal diikuti oleh rasa tebal pada lengan kiri, rasa tebal dirasakan sampai
dikepala. Oleh keluarga dibawa ke RS dan dirawat, pasien kemudian pulang dan
dikatakan penyakit tidak dapat diobati. Pasien pulang kerumah dan berjalan sudah harus
dipapah karena keempat anggota gerak sudah lemah terutama kedua tungkai. Pasien juga
mulai mengeluhkan penglihatan mulai terganggu, pasien mengatakan penglihatan seperti
ada kabut dan silau bila kena sinar, dan beberapa bulan kemudian pandangan pasien
menjadi dobel bila melihat jauh dan pasien sering merasa berputar, keluhan penglihatan
ini dirasakan pasien semakin memberat. Kelemahan kedua tungkai makin bertambah dan
selama 1 tahun pasien hanya dapat duduk di tempat tidur dan menggunakan kursi roda
bahkan sejak 6 bulan SMRS pasien sudah tidak dapat duduk lagi karena lemah.
Sejak 2 bulan SMRS pasien mulai bicara tidak jelas dan pasien mengeluh sulit
menelan dan sering tersedak, disekitar mulut pasien juga dirasakan tebal. BAB dan BAK
pasien sering ngompol dan menurut keluarga pasien sering lupa terhadap sesuatu yang
sudah dikerjakan sebelumnya. Pandangan pasien juga semakin kabur.Oleh keluarga
pasien dibawa ke RSCM. Demam - , kejang -,batuk +
PEMERIKSAAN FISIK
1.4. TANDA – TANDA VITAL
Kesadaran : komposmentis
keadaan umum : lemah
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37 C
RR : 18 x/menit
1 1
H. Sistem Reproduksi
Payudara
Inspeksi : bentuk simetris, bersih, tidak ada masa dan tidak ada luka
Palpasi : tidak ada benjolan dan pengeluaran cairan atau darah, tidak ada nyeri tekan
Axilla
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : tidak teraba benjolan
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran perut
Palpasi : tidak ada masa
I. Persepsi Sensori
Anamnesa : penglihatan pasien kabur dan ganda
Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Kornea : normal berkilau transparan
Iris/pupil : warna iris hitam reflek pupil isokhor
ANALISA DATA
RENCANA INTERVENSI
KEPERAWATAN
14/12/19 10.00 Hambatan Tujuan : Diharapkan 1. Mengetahui
Mobilitas Fisik b.d dalam waktu 3x 24jam
tingkat
kelemahan , klien mampu
kemampuan
paresis melakukan aktifitas
fisik sesua dengan klien dalam
kemampunanya,dengan
melakukan
kriteria hasil:
aktifitas.
- Klien dapat ikut
serta dlm program 2. Relaksasi dan
latihan terapi
koordinasi
- Bertambahnya
latihan otot
kekuatan otot.
1. Kaji mobilitas meningkatka
yg ada dan
observasi n efesiensi
terhadap
otot pada
peningkatan
kerusakan , kaji klien MS
secara teratur
fungsi motoric. 3. Klien
2. Modifikasi
peningkatan dianjurkan
mobilitas fisik
untuk
3. Anjurkan teknik
aktifitas dan melakukan
latihan dpt
menyebabka
n paresis,
latihan
berjalan .
4. Otot
volunteer jika
tidak dilatih
maka akan
kehilangan
kekuatannya.
Maka bantu
klien
melakukan
ROM.
5. Untuk
memelihara
sendi sesuai
kemampuann
ya.
terjadi penglihatan
decubitus motorik
menyebabkan
tidak ada
koordinasi dan
adanya kekakuan
jatuh.
3. oleh karena
hilangnya
sensori dapat
menyebabkan
bertambahnya
kehilangan
gerakkan
motoric.
Decubitus terus
diatasi untuk
inegritas kulit.
Penggunaan
kursi roda
meningkatkan
resiko.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sklerosis multipel merupakan penyakit degenerasi yang menyerang sistem saraf pusat
yaitu otak dan medula spinalis . Penyakit ini ditandai dengan adanya kelemahan, mati rasa,
hilangnya fungsi pendengaran dan penglihatan yang biasanya terjadi pada umur 18-40 tahun.
Banyak pasien yang menderita multipel sklerosis hidup normal diantara periode kambuhnya
penyakit.
Beberapa pasien yang penyakitnya lebih parah dibutuhkan perawatan yang intensif di
rumah. Kebanyakan pasien yang menderita multipel sklerosis mengalami kelemahan, penurunan
imunitas, gangguan perkemihan, disfungsi sexual, kelemahan, perubahan interaksi social. Pasien
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan penyakit yang dialaminya, dan beberapa
pasien perlu dilakukan konseling dan psikotherapi untuk mengatasi perubahan tubuh yang
dialaminya. Walaupun obat untuk kesembuhan belum ada namun penanganan medis dan
asuhan keperawatan yang tepat diperlukan agar pasien dapat menjalani aktifitas sehari-hari
dengan optimal.
W.A NewmanDornald. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. edisi31. jakarta: EGC Nursing. 2011.
Memahami Berbagai Macam Penyakit. Cetakan 2. Jakarta: PT Indeks.