Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

“MULTIPLE SCLEROSIS”

Disusun Oleh:

Qomaryah 1711410

Siti Ngaisah 1711410

Yosi Yuliana Womas 171141033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan
makalah Keperawatan Medikal Bedah dapat terselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan.Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai“Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Multiple Sclerosis”. Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan
harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, kami memohon
maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Akhir kata dari kami, semoga dapat
bermanfaat.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb.

Surabaya, 17 Desember 2019

Multiple Sclerosis |Keperawatan Medikal Bedah III i


COVER

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

BAB I..................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................3

2.1 Definisi Multiple Sclerosis.............................................................................................3

2.2 Etiologi Multiple Sclerosis.............................................................................................3

2.3 Klasifikasi Multiple Sclerosis .......................................................................................4

2.4 Patofisiologi Multiple Sclerosis.....................................................................................5

2.5 WOC Multiple Sclerosis................................................................................................6

2.6 Manifestasi Klinis Multiple Sclerosis............................................................................7

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Multiple Sclerosis................................................................10

2.8 Penatalaksanaan Multiple Sclerosis...............................................................................7

2.9 Komplikasi Multiple Sclerosis.....................................................................................11

2.10 Jurnal Multiple Sclerosis ...........................................................................................12

BAB III..............................................................................................................................14

3.1 Studi Kasus ................................................................................................................14

BAB IV .............................................................................................................................27

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................28

Multiple Sclerosis |Keperawatan Medikal Bedah III ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakitdimana syaraf-syaraf dari sistim syaraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau degenerasi.
Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki
pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting
untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf. Pada multiple sclerosis, peradangan
menyebabkan myelin akhirnya menghilang. Sebagai konsekwensinya, impuls-impuls listrik
yang berjalan sepanjang syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai
tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang
terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi
yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan,
menulis, dan ingatan.

Kira-kira 350,000 orang-orang di Amerika mempunyai multiple sclerosis. Biasanya,


seorang pasien didiagnosis dengan multiple sclerosis berumur antara 20 dan 50 tahunWanita
lebih rentan terjangkit MS daripada pria, MS 50% lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria (3 berbanding 2). MS adalah penyakit orang dewasa muda; rata-rata usia terjadinya
serangan adalah 22-39 tahun, tetapi jangkauan serangan sebenarnya sangat luas hingga
mencapai kira-kira 10-59 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari multiple sklerosis ?
2. Apa etiologi dari multiple sklerosis?
3. Apa klasifkasi dari multiple sklerosis?
4. Bagaimana patofisiologi dari multiple sklerosis ?
5. Apa manifestasi klinis dari multiple sklerosis?
6. Apa pemeriksaan diagnostic untuk multiple sklerosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari multiple sklerosis?
8. Apa komplikasi dari multiple sklerosis?
Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 1
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui definisi dari multiple sklerosis
2 Untuk mengetahui etiologi dari multiple sklerosis
3 Untuk mengetahui klasifkasi dari multiple sklerosis
4 Untuk mengetahui patofisiologi dari multiple sklerosis
5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari multiple sklerosis
6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk multiple sklerosis
7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari multiple sklerosis
8 Untuk mengetahui komplikasi dari multiple sklerosis

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Multipel sklerosis yang dulu disebut juga sklerosis diseminasi adalah penyakit
degeneratif, bersifat kronis dan progresif yang   merusak myelin pada sususan saraf pusat
(Hickey, 2008)
Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif
dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis.
Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni adanya material lunak dan protein
disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adah Substansi putih yang menutupi serabut saraf
yang berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory).
MS merupakan salah satu gangguan neurologik dimana onset terjadinya multipel
sklerosis rata-rata terjadi di usia 20 dan 40 tahun. Multipel sklerosis umumnya terjadi pada
usia dewasa muda dan sekitar 20% mengalami  onset awal di usia 40 dan 50 tahun. Penyakit
ini lebih sering terjadi  wanita dari pada pria. sklerosis multipel berasal dari banyaknya
daerah jaringan parut (sklerosis) yang mewakili berbagai bercak demielinasi dalam sistem
saraf. Pertanda neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel sangat beragam
sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul.

2.2 Etiologi
Penyebab terjadi multipel sklerosis masih belum diketahui secara pasti. Namun, para
ilmuwan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya multipel
sklerosis. Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan
virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991).
Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem
kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya
(bakteri dan virus).
1. Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus)
2. Genetik
3. Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 3
4. Racun yang beredar dalam CSS
5. Infeksi virus pada SSP
Ada beberapa Faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk (eksaserbasi ) multipel
sklerosis  yaitu :
1. Kehamilan
2. Infeksi yang disertai demam
3. Stress emosional
4. Cedera

2.3 Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori sklerosis      
multipel berdasarkan progresivitasnya adalah :
1. Relapsing Remitting sklerosis multipel
Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau
dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan
kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan
hebat penderita terlihat pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama
dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit
demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita
memiliki kemampuan motorik dan sensorik, Hampir 70% penderita sklerosis multipel
pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat,
jenis sklerosis multipel  ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv sklerosis
multiple
2. Primary Progresssiv MS
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat – saat  penderita tidak 
mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis multipel  ini tidak mengenal istilah
kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah,
penderita sklerosis multipel jenis ini biasa berakhir dengan kematian.

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 4


3. Secondary Progressiv sklerosis multipel
Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting sklerosis multipel. Pada jenis ini
kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv sklerosis
multipel.
4. Benign sklerosis multipel
Sekitar 20% penderita sklerosis multipel jinak ini. Pada jenis sklerosis multipel ini
penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada
siapapun. Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah berat sehingga
para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita sklerosis multipel.
2.4 Patofisiologi
Neuron atau sel saraf memiliki sebuah badan sel.  Terdapat dua macam serabut saraf
yang keluar dari badan sel yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke
badan sel saraf sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan
yang lain. Akson ditutupi oleh lapisan lemak yang disebut lapisan myelin. Myelin merupakan
kumpulan sel Schwan yang berfungsi melindungi akson dan memberikan nutrisi. Sel Schwan
adalah sel glia yang membentuk selubung lemak. Myelin menfasilitasi dalam konduksi saraf.
Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin belum diketahui secara
pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya serangan reaksi autoimun yang
disebabkan oleh infeksi virus dan toksin lingkungan serta dipengaruhi oleh faktor genetik
individu. Respon imun memicu kerusakan selaput myelin yang menyelimuti saraf pusat.
Proses yang disebut demyelinasi ini disertai dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi
kronis dan terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls saraf menjadi
terganggu atau menjadi lambat. Antibodi myelin protein spesifik ditemukan di serum dan
cairan serebrospinal pada pasien yang menderita multipel sklerosis. Sel T limfosit merusak
myelin juga dilibatkan dalam proses autoimun untuk merusak myelin dan terjadi inflamasi.
Remyelinasi sel saraf dapat terjadi tapi prosesnya lambat dan dapat terjadi perbaikan
sehingga gejala yang terjadi dapat berkurang.

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 5


Faktor predisposisi : Virus, Respon aotoimun, dan genetik
2.5 Woc

Edema dan Degenerasi mielin

Diemielinisasi yang mengkerut menjadi


plak

Lesi sclerosis multiple terjadi pada substanstia sistem saraf


pusat

Demilensi

Terhentinya alur impuls saraf

Saraf optic dan Batang otak Serebrum Medulla spinalis


khiasma

Nistagmus Disfungsi serebral Lesi kortiko Gangguan


Gangguan spinalis sensorik
penglihatan kelemahan
Hilangnya daya ingat
spastic dan
dan dimensia
Ataksia serebral anggota gerak
Resiko tinggi
trauma Perubahan eliminasi urinarius
Disartia
Kerusakan komunikasi
verbal Hambatan mobilitas fisik

Perubahan kemampuan merawat diri Eforia, pelupa, emosi labil


sendiri

Defisit perawatan diri Perubahan proses piker,


kerusakan interaksi sosial, Perubahan peran dalam keluarga
koping tidak efektif

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 6


2.6 Manifestasi Klinis
Sindrom klinis pada MS secara klasik ditemukan adanya gangguan yang bersifat relaps
dan remisi yang mengenai traktus-traktus sistem saraf dengan onset pada usia muda , dengan
variasi gambaran klinis yang ditemukan sering beragam, variasi ini termasuk dalam hal onset
usia,manifestasi awal, frekuensi, berat ringannya penyakit dan gejala sisa relaps, tingkat
progresifitas dan banyaknya gejala neurology yang timbul.
Variasi gambaran klinis ini menggambarkan banyaknya atau luasnya daerah system saraf
yang rusak (MS plak). Secara umum seorang dokter mencurigai suatu kasus MS bila
ditemukan gejala :
a. Pasien mendapat 2 serangan dari gangguan neurologi (tiap serangan lebih dari 24
jam dan berlangsung lebih dari 1 bulan, atau
b. Perkembangan gejala yang progresif secara perlahan selama periode paling
sedikit 6 bulan
Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-gejalanya
bergantung pada area sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus pada MS
dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri, yang bentuknya dari
waktu ke waktu bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah,
dan semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi bahkan pada penderita yang sama. Gejala-
gejala umum tersebut adalah:
1. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik merupakan gejala awal yang paling sering ditemukan pada MS
(21-55%) dan berkembang/timbul hampir pada semua pasien MS. Biasanya pasien sering
datang dengan keluhan rasa baal atau kesemutan dimulai pada satu kaki yang merambat
keatas (ascending) pada satu sisi kemudian kesisi yang lain (kontra sisi).
1. Penglihatan kabur
2. Penglihatan membayang (diplopia)
3. Neuritis optikal
4. Pergerakan mata yang tak terkontrol
5. Kebutaan (sangat jarang terjadi)
6. Hipestesi (baal), parestesi (kesemutan), disestesi (rasa terbakar). Hipestesi
merupakan gejala yang tersering muncul. Gangguan ini dapat timbul disemua

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 7


daerah distribusi, satu atau lebih dari satu anggota gerak,wajah atau badan
(trunkal).
2. Gangguan Motorik
Gejala awal motorik ditemukan pada 32-41% kasus MS dan lebih dari 60% kasus MS
mempunyai gejala motorik.Gangguan motorik terjadi akibat terlibatnya traktus
piramidalis yang menyebabkan kelemahan,spastisitas, gangguan gerakan tangkas, dan
hiperfleksi. Gangguan ini dapat timbul akut atau kronik progresif dengan kelemahan satu
atau lebih anggota gerak, kelemahan otot wajah, kekakuan tungkai yang dapat
menyebabkan gangguan dalam berjalan dan keseimbangan atau terjadi suatu spastisitas.
Latihan atau panas biasanya menyebabkan gejala memburuk.
a. Hilang keseimbangan tubuh
b. Gemetar (tremor)
c. Ketidakstabilan kemampuan berjalan (ataksia)
d. Kekakuan anggota tubuh
e. Gangguan koordinasi
f. Perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki dan
kemampuan berjalan
g. Kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan

3. Gangguan indra perasa


1. Perasaan geli di beberapa bagian tubuh
2. Perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum
3. Kebas (paraesthesia)
4. Perasaan seperti terbakar
5. Nyeri dapat menyertai penyakit ms, contohnya, nyeri di wajah (seperti trigeminal
neuralgia), dan nyeri otot

4. Gangguan kemampuan berbicara


1. Perlambatan cara berbicara
2. Berbicara seperti menggumam
3. Perubahan ritme berbicara

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 8


4. Sulit menelan (dysphagia)
5. Gangguan berkemih dan BAB
Gangguan berkemih merupakan salah satu gejala MS yang sering ditemukan.Pada
saat awal terjadi “urgency dan frekuensi” kemudian terjadi inkontinensia urin. Konstipasi
lebih sering ditemukan (39-53%) dibandingkan inkontinensia alvi. Hal diatas merupakan
masalah yang serius bagi penderita MS karena dapat menyebabkan infeksi pada saluran
kemih.
1. Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat buang air
kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
2. Gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare.
6. Gangguan Seksual
Gangguan seksual terjadi pada lebih dari 70% pasien MS. Disfungsi seksual
merupakan gabungan dari berbagai masalah yang timbul baik masalah motorik dan
sensorik maupun masalah psikologis penderita.
1. Impoten
2. Berkurangnya kemampuan seksual
3. Kehilangan gairah
7. Gangguan Kognitif dan Emosi
Masalah kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi,gangguan memori, dan gangguan
mental terdapat pada 40-70 % pasien MS. Banyak penderita MS meninggalkan
pekerjaannya akibat masalah diatas. Pada ± 10% kasus, disfungsi mental berat dan
demensia dapat tejadi. Gangguan ini mungkin berhubungan dengan depresi yang
dilaporkan ditemukan pada 25-50% kasus MS.
Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa depresi pada MS bukan karena
masalah psikologi,umur atau lamanya menderita penyakit tetapi dipengaruhi oleh jumlah
lesi yang ditemukan pada gambaran MRI (Swirsky-Sacchetti T et al 1992). Atrofi otak,
pembesaran ventrikel dan menipisnya korpus kalosum juga penyebab gejala gangguan
kognitif diatas.

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 9


8. Gangguan Nervus Cranialis
1. Gangguan Penciuman :
Gangguan penciuman sering ditemukan terjadi pada kasus MS.
2. Gangguan Penglihatan :
Neuritis Optika (ON) adalah gangguan penglihatan yang paling sering terjadi
14-23% kasus dan 50% ,biasanya muncul secara akut atau subakut dan unilateral
dengan diikuti rasa nyeri pada mata terutama dengan adanya gerakan bola mata.
Neuritis Optika bilateral sangat jarang terjadi, bila ditemukan biasanya asimetris dan
lebih berat pada satu mata. Neuritis optika bilateral biasanya terjadi pada anak dan ras
Asia.
3. Gangguan Gerakan Bola Mata :
Gangguan gerakan bola mata sering terjadi pada pasien MS biasanya
berhubungan dengan gangguan saraf penggerak bola mata, Nervus cranial VI,III dan
jarang pada nervus VI. Nistagmus adalah gejala yang paling sering muncul
(Dell’Osso,Daroff,Troost,1990) berupa “jelly like nystagmus”berupa gerakan cepat
dengan amplitudo kecil, pendular. Internuklear ophtalmoplegia (INO) juga sering
ditemukan, dan bila ditemukan bilateral biasanya didapatkan juga adanya nistagmus
vertical dan upward gaze.
4. Gangguan Nervus Kranial lain.:
Gangguan sensasi pada wajah ,subjektif maupun objektif sering ditemukan.
Ditemukannya trigeminal neuralgia pada dewasa muda mungkin merupakan gejala
awal dari MS. Hemifasial spasme,paresis wajah tanpa adanya gangguan pengecap
dapat ditemukan.Vertigo dilaporkan merupakan gejala yang ditemukan pada 30-50%
kasus MS dan biasanya berhubungan dengan kelainan nervus kranialis, biasanya
ditemukan hipo atau hiperakusis. Bisa juga terjadi gangguan pendengaran dan
biasanya unilateral. Gangguan yang berhubungan dengan Nervus Kranial IX,X dan
XII biasanya terjadi disfagia.dan biasanya merupakan gejala akhir yang muncul.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS :

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 10


Untuk mengungkapkan adanya ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglobulin G
[ IgG ] ), yang menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.

2. Pemeriksaan potensial bangkitan :

Dilakukan untuk memebantu memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau
perubahan penyakit.

3. CT scan :

Dapat menunjukkan atrofi serabral

4. MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
dan efek pengobatan.

5. Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung kemih

6. Pengujian neuropsikologik dapat  diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif.

( Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan,( 2008 )
hal 216 )

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan dari pengobatan atau penatalaksanaan multiple sklerosis adalah menghilangkan


gejala dan membantu fungsi klien.

A. Penatalaksanaan farmakoterapi

1. Terapi obat untuk fase akut :

Kortikosteroid dan ACTH : Digunakan sebagai agens anti-inflamasi yang dapat


meningkatkan konduksi saraf. Pemberian awal dapat dimulai dari Metilprednisolon 0.5-1
g IV selama 3 -7 hari dan dosisnya diturunkan 60mg perhari selama 3 hari berturut-turut
sampai 10 mg per hari. Dosis oral dapat diberikan sama dengan IV kecuali penurunan
dosis 60 mg selama 5-7 hari.

2. Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 11


Beta interferon ( betaseron ) : Digunakan dalam perjalanan relapsing-remittting,
dan juga menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi. Interferon tidak
dapat diberikan dengan dosis tunggal tetapi harus di kombinasikan dengan 3 jenis obat
yaitu alfa, beta dan gamma interferon. Alfa dan beta diproduksi dari sel yang terinfeksi
virus. Beta interferon menurunkan frekuensi kambuhnya MS. Rute pemberian obat
melalui subkutan dan lebih baik lagi pemberian melalui intratekal atau IM. Dosis pada
orang dewasa 3-9 juta unit SC 3x/minggu selama 6 bulan.  Obat lain yang dapat
menurunkan frekuensi kambuhnya MS adalah : copolymer 1 dan azathioprine.

3. Baklofen : sebagai agens antispasmodic merupakan pengobatan yang dipilih untuk


spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan kontraktur memerlukan blok saraf dan
intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.

4. Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit

5. Terapi obat lain : cycloscospamid, total limpoid irradiation ( TLI).

B. Terapi suportif
Terapi suportif diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mempertahankan
kondisi pasien agar tetap stabil. Fisioterapi dan terapi okupasi diberikan untuk
mempertahankan tonus dan kekuatan otot serta ditambah dengan obat untuk relaksasi otot
untuk mengurangi ketidaknyamanan dan nyeri karna spastik.
C. Blok saraf dan pembedahan : Dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
1. Disfungsi pernafasan
2.  Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
3.  Komplikasi dari imobilitas

2.10 Jurnal
No Judul Kelebihan Kekurangan

1 Rehabilitasi ROM pada pasien - Membantu seseorang - pada pasien MS sering

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 12


Multiple Sclerosis mendapatkan dan mengalami depresi ,depresi
mempertahankan juga sebagai penghambat
kemampuan fisk, untuk sembuh.
psikis,sosial dan kualitas
hidup.
- Dengan bantuan
perawat dengan gerakkan-
gerakkan kecil setiap hari.
- Hanya berfokus
dengan Pasien MS dan
mengajarkan keluarga
untuk membantu pasien,

2 Bilateral Optic Neuritis In - Melakukan terapi dengan - Hanya mengurangi


Children Due to Multiple metode intarvena, nyeri bukan untuk
Sclerosis dilakukan jika MS sudah menyembuhkan.
mengalami nyeri didaerah
sekitar mata dan kepala
dengan dosis tinggi.
- Pemberian pada pasien
MS akut.

3 Pemberian Metil Prednisolone - Pemberian hanya - Fokus hanya pada


Pada Pasien Dengan Multiple untuk mencegah pasien.
Sclerosis peradangan tidak untuk
penyebuhan MS.

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 13


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. CONTOH KASUS

Seorang wanita usia 18 tahun datang ke poli neurologi RSCM dengan keluhan
kelemahan kedua tungkai sejak ±1 tahun SMRS. Pada awalnya (2018) pasien merasakan
kelemahan pada kaki kiri dan tangan kiri disertai rasa tebal sampai di lutut.Pasien tidak
dapat beraktivitas lagi Karena kelemahan kakinya,bila berjalan kaki kiri diseret Rasa
tebal menghilang sendiri 2 bulan kemudian tetapi rasa lemah masih tetap ada. Oleh
keluarga dibawa berobat ke dokter saraf dan dikatakan terkena virus, pasien diberi obat
(nama obat tidak ingat) dan menurut keluarga keadaan pasien membaik Kemudian pasien
dapat bekerja lagi walaupun kelemahan tungkai masih ada. 1 bulan kemudian kaki kanan
terasa lemah dan tebal diikuti oleh rasa tebal pada lengan kiri, rasa tebal dirasakan sampai
dikepala. Oleh keluarga dibawa ke RS dan dirawat, pasien kemudian pulang dan
dikatakan penyakit tidak dapat diobati. Pasien pulang kerumah dan berjalan sudah harus
dipapah karena keempat anggota gerak sudah lemah terutama kedua tungkai. Pasien juga
mulai mengeluhkan penglihatan mulai terganggu, pasien mengatakan penglihatan seperti
ada kabut dan silau bila kena sinar, dan beberapa bulan kemudian pandangan pasien
menjadi dobel bila melihat jauh dan pasien sering merasa berputar, keluhan penglihatan
ini dirasakan pasien semakin memberat. Kelemahan kedua tungkai makin bertambah dan
selama 1 tahun pasien hanya dapat duduk di tempat tidur dan menggunakan kursi roda
bahkan sejak 6 bulan SMRS pasien sudah tidak dapat duduk lagi karena lemah.

Sejak 2 bulan SMRS pasien mulai bicara tidak jelas dan pasien mengeluh sulit
menelan dan sering tersedak, disekitar mulut pasien juga dirasakan tebal. BAB dan BAK
pasien sering ngompol dan menurut keluarga pasien sering lupa terhadap sesuatu yang
sudah dikerjakan sebelumnya. Pandangan pasien juga semakin kabur.Oleh keluarga
pasien dibawa ke RSCM. Demam - , kejang -,batuk +

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 14


1. PENGKAJIAN
IDENTITAS
Nama : An.B
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin :P
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
Alamat : Rungkut 04
No. Register :-
Tgl MRS : 13/12/19
Tgl Pengkajian : 23 Mei 2014
Diagnosa Medis : Multipel Sklerosis
I. RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING HISTORY )
Keluhan utama :
Klien datang dengan keluhan kelemahan kedua tungkai sejak ±1 tahun SMRS.
1.1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada awalnya (2018) pasien merasakan kelemahan pada kaki kiri dan tangan kiri disertai
rasa tebal sampai di lutut. Pasien tidak dapat bekerja lagi Karena kelemahan kakinya,bila
berjalan kaki kiri diseret Rasa tebal menghilang sendiri 2 bulan kemudian tetapi rasa lemah
masih tetap ada. Oleh keluarga dibawa berobat ke dokter saraf dan dikatakan terkena virus,
pasien diberi obat (nama obat tidak ingat) dan menurut keluarga keadaan pasien membaik
Kemudian pasien dapat beraktivitas lagi walaupun kelemahan tungkai masih ada. 1 bulan
kemudian kaki kanan terasa lemah dan tebal diikuti oleh rasa tebal pada lengan kiri, rasa
tebal dirasakan sampai dikepala.
Oleh keluarga dibawa ke RS dan dirawat, pasien kemudian pulang dan dikatakan
penyakit tidak dapat diobati. Pasien pulang kerumah dan berjalan sudah harus dipapah
karena keempat anggota gerak sudah lemah terutama kedua tungkai. Pasien juga mulai
mengeluhkan penglihatan mulai terganggu, pasien mengatakan penglihatan seperti ada kabut
dan silau bila kena sinar, dan beberapa bulan kemudian pandangan pasien menjadi dobel bila
melihat jauh dan pasien sering merasa berputar, keluhan penglihatan ini dirasakan pasien
semakin memberat. Kelemahan kedua tungkai makin bertambah dan selama 1 tahun pasien

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 15


hanya dapat duduk di tempat tidur dan menggunakan kursi roda bahkan sejak 6 bulan ,
pasien sudah tidak dapat duduk lagi karena lemah.

1.2. Riwayat Kesehatan Terdahulu


Riwayat sakit kepala sejak 8 tahun yang lalu dan dirasakan di belakang kepala, pasien
minum obat-obat warung. Riwayat vaksinasi : Menurut orang tua pasien tidak mendapatkan
vaksinasi saat balita.
1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orangtua pasien (bapak) pernah mengalami kelemahan kedua tungkai disertai rasa baal yang
menjalar keatas tetapi sembuh tanpa pengobatan medis (pengobatan alternatif)

PEMERIKSAAN FISIK
1.4. TANDA – TANDA VITAL
 Kesadaran : komposmentis
 keadaan umum : lemah
 TD : 100/80 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 37 C
 RR : 18 x/menit

1.6. PEMERIKSAAN PER SISTEM


A. Sistem Pernafasan
Anamnesa :
Hidung
Inspeksi : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret/ingus, tidak ada pemberian
O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : Sekitar bibir biasanya terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk
gelembung yang berisi cairan.
Palpasi : Nyeri pada bagian mulut

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 16


Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan dada simetris, bentuk
dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler

B. Kardiovaskuler Dan Limfe 


Wajah
Inspeksi : simetris dan konjungtiva merah muda
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak terjadi pelebaran atau
pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi : tidak ada varises, sianosis, clubbing finger, oedem
Palpasi : suhu akral dingin
Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada varises, sianosis, clubbing finger, oedem
Palpasi : suhu akral dingin

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 17


C. Persyarafan
Anamnesa : hilang keseimbangan, perubahan bicara, parastesia pada bagian wajah dan
paralysis pada bagian tungkai.
Pemeriksaan nervus
 Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat di beri minyak wangi dan minyak kayu putih.
 Nervus II opticus (penglihatan)
Ketajaman penglihatan :
Penglihatan pasien kabur dan padangan menjadi dobel bila melihat jauh.
 Nervus III oculomotorius
Tidak terdapat edem kelopak mata dan kelainan bentuk bola mata.
 Nervus IV toklearis
Bentuk pupil bulat isokor, ukuran pupil 4mm/4mm dan reaksi pupil terhadap cahaya
+/+
 Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Reflek masester : +
Sensibiltas wajah :
Pasien tidak dapat merasakan tusukan benda tumpul dan tajam pada daerah sekitar
wajah.
 Nervus VI abdusen
Gerakan bola mata pasien cepat (nistagmus) dan penglihatan ganda (diplopia)
 Nervus VII facialis
Pasien tidak bisa merengut dan menggembungkan pipi
 Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik  
 Nervus IX glosoparingeal
Reflek muntah : -
 Nervus X vagus
Pasien kesulitan menelan
 Nervus XI aksesorius

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 18


Pasien kesulitan untuk mengangkat bahu
 Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah
Reflek Fisiologis :
- Bisep : -
- Trisep : -
- Patella : +
- Archiles : +
Reflek Patologis :
- Babinski : +
- Brudzinski I/II : -/+
- Chadok : +
- Oppenhiem : +
- Gordon : +
- Gonda : +
- Rossolimo : +
- Trommer : -
Tingkat Kesadaran (Kualitas) : Composmetis
Tingkat Kesadaran (Kuantitas) :
- GCS : E4M6V5 = 15
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Enurisis/ngompol dan inkontenensia urine
Genetelia Eksterna :
Inspeksi : tidak ada oedem dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau tonjolan
Kandung Kemih
Inspeksi : Tidak ada masa atau benjolan dan tidak ada bekas jaringan parut serta tidak ada
pembesaran kandung kemih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ginjal

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 19


Inspeksi : tidak ada pembesaran pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak nyeri ketok
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : terjadi perubahan pola makan karena disfagia dan gangguan defekasi konstipasi
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : tidak ada sariawan dan lesi
Palpasi : tidak ada oedem atau nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen), tidak ada luka.
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani
Palpasi
Kuadran I
Hepar tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster tidak ada nyeri tekan abdomen dan tidak terdapat distensi abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

F. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen


Anamnesa : terdapat kelemahan ekstermitas pada kedua tungkai dan pasien menggunakan
kursi roda
Warna Kulit
Tidak ada hiperpigmentasi dan hipopigmentasi, warna kulit sawo matang
Kekuatan Otot

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 20


3 4

1 1

G. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Kepala
Inspeksi : rambut lebat tidak ada kerontokan dan alospesia
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi : tidak terpat edem non piting

H. Sistem Reproduksi
Payudara
Inspeksi : bentuk simetris, bersih, tidak ada masa dan tidak ada luka
Palpasi : tidak ada benjolan dan pengeluaran cairan atau darah, tidak ada nyeri tekan
Axilla
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : tidak teraba benjolan
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran perut
Palpasi : tidak ada masa
I. Persepsi Sensori
Anamnesa : penglihatan pasien kabur dan ganda
Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Kornea : normal berkilau transparan
Iris/pupil : warna iris hitam reflek pupil isokhor

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 21


Lensa : jernih dan transparan
Sclera : putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

ANALISA DATA

TANGGA DATA ETIOLOGI MASALAH


L
14/12/19 Ds: px mengatakan kaki kanan terasa Virus,Autoimun
lemah dan tebal diikuti oleh rasa Hambatan Mobilisasi
tebal pada lengan kiri, rasa tebal Demilenasi fisik yang b.d
dirasakan sampai dikepala. kelemahan , paresis
Kelemahan kedua tungkai makin Terhentinya alur
bertambah dan selama 1 tahun pasien impuls saraf
hanya dapat duduk di tempat tidur
dan menggunakan kursi roda bahkan Medulla spinalis
sejak 6 bulan , pasien sudah tidak
dapat duduk lagi karena lemah. Gangguan
sensorik
Do: Pemeriksaan saraf cranial N VI: kelemahan
anggota gerak
Paresis, N IX,X :Disfagia, perioral
numbness +, hipestesi wajah -. Hambatan
mobilitas fisik

14/12/19 Ds: px mengatakan penglihatan Virus, autoimun


Resiko tinggi cidera
seperti ada kabut dan silau bila kena
Demilenasi b.d kerusakan sensori
sinar, dan beberapa bulan kemudian dan penglihatan
Terhentinya alur
pandangan pasien menjadi dobel bila
impuls saraf
melihat jauh dan pasien sering
Saraf optic dan
merasa berputar.
khiasma
Do: Px tampak gelisah karena
Gangguan
penglihatan yang kurang normal
penglihatan

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 22


Resiko tinggi
cidera

RENCANA INTERVENSI

HARI/TANGGAL WAKTU DIGNOSA INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN
14/12/19 10.00 Hambatan Tujuan : Diharapkan 1. Mengetahui
Mobilitas Fisik b.d dalam waktu 3x 24jam
tingkat
kelemahan , klien mampu
kemampuan
paresis melakukan aktifitas
fisik sesua dengan klien dalam
kemampunanya,dengan
melakukan
kriteria hasil:
aktifitas.
- Klien dapat ikut
serta dlm program 2. Relaksasi dan
latihan terapi
koordinasi
- Bertambahnya
latihan otot
kekuatan otot.
1. Kaji mobilitas meningkatka
yg ada dan
observasi n efesiensi
terhadap
otot pada
peningkatan
kerusakan , kaji klien MS
secara teratur
fungsi motoric. 3. Klien
2. Modifikasi
peningkatan dianjurkan
mobilitas fisik
untuk
3. Anjurkan teknik
aktifitas dan melakukan

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 23


teknik istirahat, aktifitas
teknik jalan.
4. Lakukan gerak melelahkan
pasif pada
dalam waktu
ekstermitas.
5. Kolaborasi singkat,
dengan ahli
fisioterapi karena
(Rehabilitasi
Multidisipliner). lamanya

latihan dpt

menyebabka

n paresis,

latihan

berjalan .

4. Otot

volunteer jika

tidak dilatih

maka akan

kehilangan

kekuatannya.

Maka bantu

klien

melakukan

ROM.

5. Untuk

memelihara

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 24


fleksibilitas

sendi sesuai

kemampuann

ya.

14/12/19 11:00 Resiko tinggi Tujuan : Diharapkan dalam 1. tameng mata

cidera b.d waktu 3x24jam resiko trauma atau kacamata

gangguan tidak terjadi penutup dapat

persepsi Dengan kriteria hasil : digunakan untuk

sensori dan - Kilen mau memblok implus

penglihatan berpartisipasi penglihatan pada

terhadap satu mata bila

pencegahan trauma klien mengalami

- Decubitus tidak diplopia atau

terjadi penglihatan

- Klien tidak jatuh ganda

dari tempat tidur 2. pencegahan

1. Berikan kacamata yang cedera dilakukan

sesuai dengan klien pada klien

2. Modifikasi pencegahan multipel

cedera sklerosis jika

3. Meminimalkan resiko disfungsi

decubitus motorik

menyebabkan

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 25


masalah dalam

tidak ada

koordinasi dan

adanya kekakuan

atau jika ataksia

ada, klien resiko

jatuh.

3.  oleh karena

hilangnya

sensori dapat

menyebabkan

bertambahnya

kehilangan

gerakkan

motoric.

Decubitus terus

diatasi untuk

inegritas kulit.

Penggunaan

kursi roda

meningkatkan

resiko.

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 26


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sklerosis multipel merupakan penyakit degenerasi yang menyerang sistem saraf pusat
yaitu otak dan medula spinalis . Penyakit ini ditandai dengan adanya kelemahan, mati rasa,
hilangnya fungsi pendengaran dan penglihatan yang biasanya terjadi pada umur 18-40 tahun.
Banyak pasien yang menderita multipel sklerosis hidup normal diantara periode kambuhnya
penyakit.

Beberapa pasien yang penyakitnya lebih parah dibutuhkan perawatan yang intensif di
rumah. Kebanyakan pasien yang menderita multipel sklerosis mengalami kelemahan, penurunan
imunitas, gangguan perkemihan, disfungsi sexual, kelemahan, perubahan interaksi social. Pasien
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan penyakit yang dialaminya, dan beberapa
pasien perlu dilakukan konseling dan psikotherapi untuk mengatasi perubahan tubuh yang
dialaminya. Walaupun obat untuk kesembuhan belum ada namun penanganan medis dan
asuhan keperawatan yang tepat diperlukan agar pasien dapat menjalani aktifitas sehari-hari
dengan optimal.

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 27


Daftar pustaka

W.A NewmanDornald. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. edisi31. jakarta: EGC Nursing. 2011.
Memahami Berbagai Macam Penyakit. Cetakan 2. Jakarta: PT Indeks.

Nursingae, Askep Multiple Sclerosis. 2018. Jakarta.

Multiple sclerosis: What is Multiple Sclerosis, available from : http/ww.Multiple Sclerosis.org

Multiple Sclerosis | Keperawatan Medikal Bedah III 28

Anda mungkin juga menyukai