A. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth. 2001).
B. ETIOLOGI
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
D. PATOFISIOLOGI
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma. Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep
dan bisep mendadak berkontraksiFraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur
tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru.
Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati .
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
F. TERAPI
1. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar
immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan
plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau
metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya
dalam proses penyembuhan.
c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat
utama pada teknik ini.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire
(kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal
Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada
derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates
dan protesa pada tulang yang patah
DAFTAR PUSTAKA
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-fraktur/
http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html
http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/11/askep-fraktur.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bedah_ortopedi
ASUHAN KEPERAWATAN
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 35 tahun
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat :
Tgl Masuk RS :
No. Reg :
Ruangan : Lantai IV Baru
Tgl Pengkajian :
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. H
Hubungan dengan Klien : Istri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :
V. RIWAYAT KELUARGA
3. Hidung
a. Tulang hidung : simetris
b. Lubang hidung : bersih
c. Cuping hidung : normal
4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
b. Ukuran telinga : normal
c. Lubang telinga : bersih
d. Ketajaman pendengaran : baik
5. Mlut dan Faring
a. Keadaan bibir : baik
b. Keadaan gusi dan gigi : bersih
c. Keadaan lidah : hiperemik
d. Orofaring : baik
6. Leher
a. Posisi trachea : normal
b. Tyroid : tidak ada emebsaan tyroid
c. Suara : normal
d. Kelenjar limfe ; tidak ada pembesaran limfe
e. Vena jugularis : tidak ada peningkatan vena jugularis
f. Denyut nadi karotis : teraba
7. Pemeriksaan Integumen:
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : hanagat
c. Warna : pucat
d. Turgor : elastis
e. Kelembaban : lembab
f. Kelainan pada kulit : kulit pada tibia kiri robek
9. Pemeriksaan thorax
e. Inspeksi thorax
1. Bentuk thorax : normal
2. Pernapasan ;
Frekuensi : 20x/i
Irama : teratur
3. Tanda kesulitan bernapas : tidak ada
a. Pernapasan paru
1. Palpasi getaran suara : normal
2. Perkusi : sonor
3. Auskultasi : vesikuler
b. Pemeriksaan jantung
1. Inspeksi :
2. Palpasi : kuat
3. Perkusi
c. Ausultasi
1. Bunyi jantung I : normal
2. Bunyi jantung II : normal
3. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
4. Murmur : tidak ada
5. Frekuansi : 80 x/i
10. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
1. Bentuk abdomen : normal
2. Benjolan massa : tidak ada benjolan
3. Bayangan pembuluh darah : tidak tampak
a. Auskultasi
Peristaltik usus : normal
b. Palpasi
1. Tanda nyeri tekan : tidak ada
2. Benjolan massa : tidak ada
3. Tanda acites : tidak ada
4. Hepar : normal
5. Lien : normal
6. Titik Mc burney
c. Perkusi
1. Suara abdomen : normal
2. Pemerikssaan acites : tidak ada acites
Hb 10,5 Lk : 13-16gr%
Pr : 12-14 gr%
Bas 0 0-1%
Bat 0 2-6%
Seg 89 50-70%
Limp 9 20-40%
Mono 2 2-8%
2. X-Ray Thorax
normal
3. EKG
Synus tachicardia
X. PENATALAKSANAAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur cruris ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
dan skala nyeri 5
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang ditandai
dengan Tungkai kanan terpasang fiksasi eksternal (OREF)
3. Ansietas berhubungan dengan keterbatasan pergerakan fisik, tirah baring lama
ditandai dengan Pemasangan fiksasi eksternal (OREF), gips, dan traksi
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entri ditandai dengan Fiksasi
eksternal (OREF) yang terbalut pada tibia 1/3 proximal
DX I 1. S:
nyeri serta Pasien mengatakan nyeri
ketidaknyamanan pasien. berkurang
2. O:
pasien. Skala nyeri 3
3. A:
4.
Masalah sebagian teratasi
upaya keperawatan untuk
P:
mengontrol nyeri,
pembengkakan, dan Intevensi dilanjutkan
kerusakan jarinagan
tambahan.
5.
latihan rentang gerak aktif
dan pasif pada sendi yang
tidak di imobilisasi;
dorong untuk melakukan
perubahan posisi sebatas
yang bias dilakukan
dengan alat imobilisasi.
6.
ekstremitas yang cedera
dalam posisi
menggantung
DX II 1. Mengkaji mobilitas S:
yang ada dan observasi Pasien mengatakan belum
adanya peningkatan bisa beraktivitas sendiri
2. Menghiindari A:
konfrontasi Masalah teratasi
3. Memulai lakukan P:
tindakan untuk
mengurangi ansietas. Beri Intervensi dilanjutkan
lingkungan yang tenang
dan suasana penuh
istirahat.
4. Meningkatkan control
sensasi klien.
5. Memberi kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
ansietasnya.
6. Memberikan privasi
kepada klien dan orang
terdekat.
DX IV 1. M S:
elakukan perawatan luka Pasien mengatakan kaki
secara steril. kanan masih terpasanag
OREF
2. M
O:
emantau atau batasi
pengunjung. Kaki kanan terpasang OREF
3. M A:
embantu perawatan diri Masalah belum teratasi
dan keterebatasan P:
aktivitas sesuai toleransi.
Intervensi dilanjutkan
Bantu program latihan.
4. M
engajarkan klien dan
keluarga mengenai
perawatan fiksasi
eksternal apabila pulang
ke rumah.
5. M
emberikan antibiotic
sesuai indikasi.