Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth. 2001).

B. ETIOLOGI
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas
dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.

D. PATOFISIOLOGI
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma. Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep
dan bisep mendadak berkontraksiFraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur
tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru.
Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati .
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
F. TERAPI
1. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar
immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan
plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau
metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya
dalam proses penyembuhan.
c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat
utama pada teknik ini.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire
(kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal
Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada
derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates
dan protesa pada tulang yang patah
DAFTAR PUSTAKA

Mutaqin, arif.2008.buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system


musluloskeletal. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-fraktur/

http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html

http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/11/askep-fraktur.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Bedah_ortopedi
ASUHAN KEPERAWATAN

I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 35 tahun
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat :
Tgl Masuk RS :
No. Reg :
Ruangan : Lantai IV Baru
Tgl Pengkajian :
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. H
Hubungan dengan Klien : Istri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :

II. KELUHAN UTAMA


Pasien menegeluh nyeri pada kaki kiri

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Provocative / Palliative
a. Apa penyebabnya
Kecelakaan mobil
b. Hal yang memperbaki keadaan
Obat anti nyeri dan istirahat
2. Quantity / quality
a. Bagaimana
Pasein mengatakan nyeri pseperti tersayat-sayat benda tajam
b. Bagaimana dilihat
Pasien tampak meringis, Skala nyeri 5
3. Region
a. Dimana lokasinya
Tungkai kiri
b. Apakah menyebar
Tidak menyebar
4. Severity (menggaggu aktivitas)
Sangat mengganggu aktivitas
5. Time
sejak kecelakaan m obil.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien belum pernah mengalami sakit seius sebelumnya
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
-
c. Pernah dirawat / operasi
Tidak pernah
d. Lamanya dirawat
-
e. Alergi
Tidak ada alergi makanan maupun obat
f. Imunisasi
lengkap

V. RIWAYAT KELUARGA

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


a. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan sehari-hari ialah bahasa Indonesia
b. Persepsi klien tentang penyakitnya
Pasien menerima dengan penyakitnya sekarang dan yakin akan sembuh
c. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien stabil
d. Perhatian terhadap orang lain
Pasien koperative
e. Hubunan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga baik
f. Hubungan dengan orang lain
Hubungan dengan orang lain baik
g. Kegemaran
Pasien mengatakan sering makan yang asin-asin
h. Daya adaptasi
baik
i. Mekanisme pertahanan diri
baik

VII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,4 0C
Tekanan Darah : 120/80
TB/BB : 165 cm/65 Kg
Nadi : 80 x/i
RR : 20 x/i

c. Pemeriksaan Head to Toe


1. Kepala dan rambut
a. Kepala
Bentuk bulat dan bersih
b. Rambut
Berwarna hitam dan bersih
c. Wajah
Bentuk wajah oval
2. Mata
a. Bentuk : simetris
b. Palpepra : tidak edema
c. Pupil : isokor
d. Konjungtiva : pucat

3. Hidung
a. Tulang hidung : simetris
b. Lubang hidung : bersih
c. Cuping hidung : normal

4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
b. Ukuran telinga : normal
c. Lubang telinga : bersih
d. Ketajaman pendengaran : baik
5. Mlut dan Faring
a. Keadaan bibir : baik
b. Keadaan gusi dan gigi : bersih
c. Keadaan lidah : hiperemik
d. Orofaring : baik
6. Leher
a. Posisi trachea : normal
b. Tyroid : tidak ada emebsaan tyroid
c. Suara : normal
d. Kelenjar limfe ; tidak ada pembesaran limfe
e. Vena jugularis : tidak ada peningkatan vena jugularis
f. Denyut nadi karotis : teraba

7. Pemeriksaan Integumen:
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : hanagat
c. Warna : pucat
d. Turgor : elastis
e. Kelembaban : lembab
f. Kelainan pada kulit : kulit pada tibia kiri robek

8. Pemeriksaan payudara dan ketiak


a. Ukuran dan bentuk : normal
b. Warna payudara dan areola : normal
c. Kelainan payudara dan putting : tidak ada kelainan
d. Aksila dan klavikula : normal

9. Pemeriksaan thorax
e. Inspeksi thorax
1. Bentuk thorax : normal
2. Pernapasan ;
Frekuensi : 20x/i
Irama : teratur
3. Tanda kesulitan bernapas : tidak ada
a. Pernapasan paru
1. Palpasi getaran suara : normal
2. Perkusi : sonor
3. Auskultasi : vesikuler
b. Pemeriksaan jantung
1. Inspeksi :
2. Palpasi : kuat
3. Perkusi
c. Ausultasi
1. Bunyi jantung I : normal
2. Bunyi jantung II : normal
3. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
4. Murmur : tidak ada
5. Frekuansi : 80 x/i
10. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
1. Bentuk abdomen : normal
2. Benjolan massa : tidak ada benjolan
3. Bayangan pembuluh darah : tidak tampak
a. Auskultasi
Peristaltik usus : normal
b. Palpasi
1. Tanda nyeri tekan : tidak ada
2. Benjolan massa : tidak ada
3. Tanda acites : tidak ada
4. Hepar : normal
5. Lien : normal
6. Titik Mc burney
c. Perkusi
1. Suara abdomen : normal
2. Pemerikssaan acites : tidak ada acites

11. Pemeriksaan Genitalia


a. Genitalia
1. Rambut pubis : normal
2. Lubang uretra ; normal
3. Kelainan pada genitalia : tidak ada

a. Anus dan Perineum


1. Lubang anus : normal
2. Kelainan anus : tidak ada
3. Perineum : tidak dikaji

12. Pemeriksaan neurologi


a. Tingkat kesadaran (GCS) : 15 : E:5, V:5, M:6
b. Meningeal sign : normal
c. Status mental
1. Kondisi emosi : stabil
2. Orientasi : normal
3. Proses berpikir: baik
4. Motivasi : baik
5. Persepsi : baik
6. Bahasa : bahasa indonesia
d. Nervus cranialis
1. Nervus olfactorius : normal
2. Nervus okulomotorius ; normal
3. Nervus trigeminus ; normal
4. Nervus facialis : normal
5. Nervus vestibulo cochlearis : normal
6. Nervus gloso faringeus : normal
7. Nervus Vagus ; normal
8. Nervus asesorius : normal
9. Nervus hipoglosus ; normal
e. Fungsi motorik
1. Cara berjalan : dapat berjalan
2. Test jari hidung : normal
3. Pronasi-supinasi ; normal
f. Fungsi sensori
1. Identifikasi sentuhan ringan : normal
2. Test tajam tumpul : normal
3. Test panas dingin : normal
4. Test getaran ; normal
5. Streogosis test ; normal
6. Membedakan titik : normal
7. Topogonosis test : normal
g. Reflek
1. Reflek bisep ; normal
2. Reflek trisep : normal
3. Reflek branchio radialis : normal
4. Reflek patellar : normal
5. Reflek tendonachiles : normal
6. Reflek platar : normal

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


a. Pola tidur
1. Waktu tidur : siang : 1 jam dan malam 4jam
2. Waktu bangun : pagi
3. Masalah tidur : tidak ada
4. Hal yang mepermudah tidur : berdoa
5. Hal yang mempermudah bangun : kebiasaan bangun pagi
a. Pola eliminasi
1. BAB
Pola BAB ; 1x/hari
Karakter feses ; warna coklat
Riwayat perdarahan : tidak ada
Penggunaan obat : tidak ada
Keluhan BAB ; tidak ada
Masalah eliminasi BAB ; tidak ada
2. BAK
Pola BAK : 1500cc/hari
Karakter Urine : bau khas
Nyeri : tidak ada
Inkontinensia ; tidak ada
Penggunaan obat: tidak ada
Keluhan BAK : tidak ada
Masalah elminasi BAK : tidak ada
b. Pola makan
Diet : MB
Pola Diet : 3x/hari
BB sebelum MRS : 65
BB sesudah MRS : 65
Jumlah dan jenis diet : 1500kkal/hari
Kesulitan mengunyah ; tidak ada
Masalah pola makan ; tidak ada
Upaya mengatasinya :-
c. Pola minum
Jenis minuman : air mineral
Pola minum : 8 gelas/hari
Kesulitan minum : tidak ada
Upaya mengatasinya :-
d. Kebersihan diri : baik
e. Pola kegitan/aktifitas ; setelah di rumah sakit aktivitas dibantu keluarga

IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Hb 10,5 Lk : 13-16gr%
Pr : 12-14 gr%

LED 18 Lk < 10mm/jam I


Pr :15 mm/jam I

Eritrosit 3,78 Lk : 4.5 – 5.5 juta/mm


Pr ; 4-5 juta/mm

Leukosit 7800 5000-10.000/mm

Hematokrit 32.0 Lk : 40-50%


Pr : 37-47%

M.C.V 84.7 76-96fl

M.C.H 27.8 27-32 ngr

M.C.H.C 32.8 30-35 %


Trombosit 113000 150-450)x10mm
Langsung

Diff. Eos 0 1-3%

Bas 0 0-1%

Bat 0 2-6%

Seg 89 50-70%

Limp 9 20-40%

Mono 2 2-8%

KGD 112 <200

2. X-Ray Thorax
normal
3. EKG
Synus tachicardia

X. PENATALAKSANAAN

No Nama Obat Dosis Efek

1 IVFD RL 10gtt/i Untuk


maintenance
cairan tubuh

2 Metronidazole drip 100mg/12jam Antibiotik

3 Tab. Kalsium 3x1 Untuk memenuhi


kebutuhan
kalsium tulang

XI. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Trauma langsung pada Resiko tinggi infeksi


          Pasien mengatakan ekstremitas bawah
Nyeri pada tungkai yang ↓
terpasang skin traksi Fraktur
DO: ↓
          Fiksasi eksternal Port de entri
(OREF) yang terbalut ↓
pada tibia 1/3 proximal Resiko tinggi infeksi

DS: Trauma langsung pada Gangguan kenyamanan


(nyeri)
          Pasien mengeluh nyeri ekstremitas bawah
seperti disayat-sayat benda ↓
tajam, bertambah bila Fraktur
dilakukan perawatan luka ↓
dan berkurang jika Diskontinuitas jaringan
diistirahatkan tulang
DO: ↓
          Skala nyeri 5 pada Hambatan mobilitas fisik

Nyeri

DS: Trauma langsung pada Ansietas


            ekstremitas bawah
DO: ↓
          Pemasangan fiksasi Fraktur
eksternal (OREF), gips, ↓
dan traksi Pemasangan traksi, gips,
OREF

Keterbatasan pergerakan
fisik, tirah baring lama

Perubahan peran keluarga
dalam biaya operasi dan
perubahan gaya hidup

Ansietas

DS: Trauma langsung pada Gangguan mobilitas fisik


          Tungkai kiri terpasang ekstremitas bawah
skin traksi ↓
DO: Fraktur
          Tungkai kanan ↓
terpasang fiksasi eksternal Diskontinuitas jaringan
(OREF) tulang

Gangguan mobilitas fisik

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur cruris ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
dan skala nyeri 5
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang ditandai
dengan Tungkai kanan terpasang fiksasi eksternal (OREF)
3. Ansietas berhubungan dengan keterbatasan pergerakan fisik, tirah baring lama
ditandai dengan Pemasangan fiksasi eksternal (OREF), gips, dan traksi
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entri ditandai dengan Fiksasi
eksternal (OREF) yang terbalut pada tibia 1/3 proximal

XIII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOS TUJUAN INTERVENS RASIONAL
A I
DX I Nyeri dapat 1.      Kaji jenis 1.      Nyeri dan nyeri
berkurang atau dan lokasi tekan kemungkinan
hilang dengan nyeri serta akan dirasakan pada
criteria hasil : ketidaknyama fraktur dan kerusakan
·         Nyeri nan pasien. jaringan lunak;spasme
berkurang atau otot terjadi sebagai
hilang respons terhadap
·         Klien cedera dan
tampak tenang 2.      Kaji imobilisasi.
ketidaknyama 2.      Pengkajian nyeri
nan pasien. merupakan dasar bagi
perencanaan
intervensi
3.      Gunakan keperawatan
upaya
mengontrol 3.       
nyeri:
a.       Membidai
dan
menyangga a.       Mencegah cedera
daerah cedera. selanjutnya;meminima
b.      Melakukan lkna gerakan fragmen
perubahan fraktur.
posisi dengan b.      Mengurangi spasme
perlahan. otot.
c.      
Meninggikan
ekstremitas c.       Mengontrol edema
yang cedera dengan memperbaiki
setinggi drainase.
jantung.
d.      Memberikan
kompres es
bila perlu. d.      Es akan mengurangi
e.       Memantau nyeri dan mengontrol
pembengkakan perdarahan dan
dan status edema.
neuromuskuler e.       Edema dan
. perdarahan ke dalam
jaringan yang
mengalami trauma
akan menyebabkan
ketidaknyamanan;nyer
i yang tidak
tertahankan
menunjukkan sindrom
4.      Berikan kompartemen.
penjelasanupa
ya
keperawatan 4.      Jaringan yang rusak
untuk menyebabkan
mengontrol nyeri;imobilisasi
nyeri, mengurangi
pembengkakan ketidaknyamanan
, dan akibat gerakan frgmen
kerusakan tulang;dengan
jarinagan pemahaman
tambahan. penyebab nyeri dapat
5.      Dorong mengurangi persepsi
latihan rentang pasien terhadap nyeri.
gerak aktif dan 5.      Tekanan pada
pasif pada tonjolan tubuh dan
sendi yang disuse menyumbang
tidak di terjadinya
imobilisasi; ketidaknyamanan.
dorong untuk
melakukan
perubahan
posisi sebatas
yang bias
dilakukan
dengan alat
imobilisasi.
6.      Minimalkan
waktu
ekstremitas 6.      Pembengkakan
yang cedera dapat terjadi pada
dalam posisi jaringan cedera bila
menggantung. posisinya tergantung;
pembengkakan
menyebabkan
ketidaknyamanan.
DX II Klien mampu Mandiri : Mandiri :
melaksanakan 1.      kaji 1.      Mengetahui tingkat
aktivitas fisik mobilitas yang kemampuan klien
sesuai dengan ada dan dalam melakukan
kemampuanny observasi aktivitas.
a dengan adanya
criteria hasil : peningkatan
·         klien dapat kerusakan.
ikut serta Kaji secara
dalam program teratur fungsi
latihan motorik. 2.      Imobilisasi yang
·         tidak 2.      Atur posisi adekuat dapat
mengalami imobilisasi mengurangi
kontraktur pada tungkai pergerakan fragmen
sendi kiri. tulang yang menjadi
·         klien unsur utama penyebab
menunjukkan nyeri pada tungkai
tindakan untuk kiri.
meningkatkan 3.      Ajarkan 3.      Gerakan aktif
mobilitas klien memberikan masssa,
melakukan tonus, dan kekuatan
gerakan aktif otot serta
pada memperbaiki fungsi
ekstremitas jantung dan
yang tidah pernafasan.
sakit
4.      Bantu klien 4.      Untuk
melakukan mempertahankan
latihan ROM fleksibilitas sendi
dan perawatan sesuai kemampuan.
diri sesuai
toleransi.
Kolaborasi : Kolaborasi :
Kolaborasi Kemampuan
dengan ahli imobilisasi
fisioterapi ekstremitas dapat
untuk melatih ditingkatkan dengan
fisik klien. latihan fisik dari tim
fisioterapi.
DX III Anxietas 1.      Kaji tanda 1.      reaksi verbal/
hilang atau verbal dan nonverbal dapat
kurang nonverbal menunjukkan rasa
ansietas, agitasi, marah, dan
damping klien, gelisah.
dan lakukan
tindakan bila
klien
menunjukkan
perilaku
merusak.
2.      Hindari 2.      kronfrontasi dapat
konfrontasi meningkatkan rasa
marah, menurunkan
kerjasama dan
mungkin
memperlambat
penyembuhan.
3.      Mulai 3.      Mengurangi
lakukan rangsangan eksternal
tindakan untuk yang tidak perlu.
mengurangi
ansietas. Beri 4.      Control sensasi klien
lingkungan (dalam mengurangi
yang tenang ketakutan) dengan
dan suasana cara memberikan
penuh informasi tentang
istirahat. keadaan klien,
4.      Tingkatkan menekankan
control sensasi penghargaan terhadap
klien. sumber-sumber
koping (pertahanan
diri) yang positif,
membantu relaksasi
dan teknik-teknik
pengalihan, serta
memberikan umpan
balik yang efektif.
5.      Beri 5.      Dapat
kesempatan menghilangkan
klien untuk ketegangan terhadap
mengungkapk kekhawatiran yang
an ansietasnya. tidak di ekspresikan.
6.      Berikan 6.      Memberikan waktu
privasi kepada untuk
klien dan mengekspresikan
orang terdekat. perasaan serta
mengghilangkan
anxietas dan perilaku
adaptasi. Adanya
keluarga dan teman-
teman yang dipilih
klien untuk
melakukan aktivitas
dan pengalihan
perhatian (membaca)
akan mengurangi
perasaan terisolasi.
DX IV Dalam 3x24 Mandiri : Mandiri :
jam setelah 1.      Lakukan 1.      Teknik perawatan
patah tulang, perawatan luka luka secara steril dapat
infeksi tidak secara steril. mengurangi
terjadi. kontaminasi kuman.
Fiksasi ekternal
mempunyai resiko
tinggi infeksi tulang
karena adanya
hubungan langsung
dari tulang luar. Peran
perawat dalam
melakukan perawatan
luka secara steril
sangat penting dengan
mengompreskan
larutan antiseptic di
sekitar fiksasi
eksternal.
2.      Pantau atau 2.      Mengurangi resiko
batasi kontak infeksi dari
pengunjung. orang lain.
3.      Bantu 3.      Menunjukkan
perawatan diri kemampuan secara
dan umum dan kekuatan
keterebatasan otot serta merangsang
aktivitas sesuai pengembalian system
toleransi. imun.
Bantu program
latihan.
4.      Ajarkan 4.      Pengetahuan yang
klien dan diberikan dapat
keluarga mengurangi resiko
mengenai trauma akibat
perawatan pemasangan fiksasi
fiksasi eksternal.
eksternal
apabila pulang
ke rumah. Kolaborasi :
Kolaborasi : Satu atau beberapa
Berikan agens diberikan yang
antibiotic bergantung pada sifat
sesuai pathogen dan infeksi
indikasi. yang terj

XIV. CATATAN PERKEMBANGAN

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

DX I 1. S:
nyeri serta Pasien mengatakan nyeri
ketidaknyamanan pasien. berkurang

2. O:
pasien. Skala nyeri 3
3. A:
4.
Masalah sebagian teratasi
upaya keperawatan untuk
P:
mengontrol nyeri,
pembengkakan, dan Intevensi dilanjutkan

kerusakan jarinagan
tambahan.
5.
latihan rentang gerak aktif
dan pasif pada sendi yang
tidak di imobilisasi;
dorong untuk melakukan
perubahan posisi sebatas
yang bias dilakukan
dengan alat imobilisasi.
6.
ekstremitas yang cedera
dalam posisi
menggantung
DX II 1. Mengkaji mobilitas S:
yang ada dan observasi Pasien mengatakan belum
adanya peningkatan bisa beraktivitas sendiri

kerusakan. Kaji secara O:


teratur fungsi motorik. Terpasang OREF pada
2. Mengatur posisi kakai kanan

imobilisasi pada tungkai A:


kiri. Masalah belum teratasi
3. Mengajarkan klien P:
melakukan gerakan aktif
Intervensi dilanjutkan
pada ekstremitas yang
tidah sakit
4. Membantu klien
melakukan latihan ROM
dan perawatan diri sesuai
toleransi.
5. Berkolaborasi dengan
ahli fisioterapi untuk
melatih fisik klien.
DX III 1. Mengkaji tanda verbal S:
dan nonverbal ansietas, Pasien mengatakan sudah
damping klien, dan paham dan menerima
tentang kondisinya saat ini
lakukan tindakan bila
O:
klien menunjukkan
perilaku merusak. Pasien tampak lebih tenang

2. Menghiindari A:
konfrontasi Masalah teratasi
3. Memulai lakukan P:
tindakan untuk
mengurangi ansietas. Beri Intervensi dilanjutkan
lingkungan yang tenang
dan suasana penuh
istirahat.
4. Meningkatkan control
sensasi klien.
5. Memberi kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
ansietasnya.
6. Memberikan privasi
kepada klien dan orang
terdekat.
DX IV 1. M S:
elakukan perawatan luka Pasien mengatakan kaki
secara steril. kanan masih terpasanag
OREF
2. M
O:
emantau atau batasi
pengunjung. Kaki kanan terpasang OREF

3. M A:
embantu perawatan diri Masalah belum teratasi
dan keterebatasan P:
aktivitas sesuai toleransi.
Intervensi dilanjutkan
Bantu program latihan.
4. M
engajarkan klien dan
keluarga mengenai
perawatan fiksasi
eksternal apabila pulang
ke rumah.
5. M
emberikan antibiotic
sesuai indikasi.

Anda mungkin juga menyukai