SKRIPSI
Oleh:
Suryatmoko Agung
NIM : 138114009
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
Suryatmoko Agung
NIM : 138114009
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, kekuatan, dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Validasi Metode Bioanalisis Kafein dalam Sampel Darah Orang Jawa dengan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik” dapat selesai dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi
(S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam perjalanan penelitian hingga skripsi selesai, penulis mendapatkan banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, dan juga selaku Dosen Pembimbing Akademik.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan kesabaran, semangat, bimbingan, dan pengarahan, serta saran selama
berjalannya penelitian hingga berakhirnya penyusunan skripsi selesai.
4. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan kesabaran, semangat, bimbingan, dan pengarahan, serta saran selama
berjalannya penelitian hingga berakhirnya penyusunan skripsi selesai.
5. Bapak Maywan Hariono, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas segala masukan,
kritik, dan saran hingga skripsi ini tersusun.
6. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas segala masukan,
kritik, dan saran hingga skripsi ini tersusun.
7. Laboran Laboratorium Kimia Analisis Instrumentasi (Mas Bimo), Biokimia (Pak
Kayat), Kultur Jaringan (Pak Wagiran) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
yang telah menemani serta membantu proses penelitian di laboratorium.
8. Papa, Mama, serta adik-adikku Martin, Trisnia, dan Hanna yang selalu memberikan
dukungan, semangat, dan kebahagiaan serta suasana yang hangat di rumah.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi
PRAKATA vii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
KESIMPULAN 9
SARAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 11
BIOGRAFI PENULIS 47
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ 6
Tabel II. Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ 7
Tabel III. Presisi kadar terukur LOD, LLOQ, dan LOQ 8
Tabel IV. Akurasi dan Presisi Kadar Kafein dalam Plasma 8
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Overlay kromatogram dari 0.6 mL plasma darah yang dispike
dengan 7 seri konsentrasi kafein : 0, 6, 8, 12, 16, 18, dan 20
µg/mL menggunakan standar internal asetanilida (SI, 8 µg/mL) 6
Gambar 2. Kurva kalibrasi kafein (6, 8, 12, 16, 18, 20 µg/mL) dalam
plasma dengan penambahan standar asetanilida 8 µg/mL 6
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Contoh Kuisioner Donor Darah PMI 11
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian 12
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Kafein 13
Lampiran 4. Hasil pembacaan absorbansi senyawa kafein dan SI asetanilida
menggunakan spektrofotometer UV 14
Lampiran 5. Kromatogram Blangko Plasma A 15
Lampiran 6. Kromatogram Blangko Plasma B 16
Lampiran 7. Kromatogram Blangko Plasma C 17
Lampiran 8. Kromatogram Blangko Plasma D 18
Lampiran 9. Kromatogram Blangko Plasma E 19
Lampiran 10. Kromatogram Kurva Kalibrasi Blangko 20
Lampiran 11. Kromatogram Kurva Kalibrasi Sampel Zero 21
Lampiran 12. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 6 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 22
Lampiran 13. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 8 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 23
Lampiran 14. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 12 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 24
Lampiran 15. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 16 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 25
Lampiran 16. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 18 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 26
Lampiran 17. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 20 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 27
Lampiran 18. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 1 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 28
Lampiran 19. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 2 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8 µg/mL 29
Lampiran 20. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 3 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 30
Lampiran 21. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 4 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 31
Lampiran 22. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein
konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 32
Lampiran 23. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein
konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 33
Lampiran 24. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein
konsentrasi 17 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 34
Lampiran 25. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein
konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 35
Lampiran 26. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein
konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 36
Lampiran 27. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein
konsentrasi 17 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 37
Lampiran 28. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein
konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 38
Lampiran 29. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein
konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 39
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Kafein merupakan zat psikoaktif yang berperan sebagai stimulan sistem saraf pusat
(Kalmar, 2005). Zat ini banyak terkandung dalam minuman kopi, teh, coklat, minuman cola,
dan minuman berenergi yang diminati di berbagai kalangan usia di pulau jawa. Kafein
memiliki waktu paruh ± 3,5 jam, akan tetapi kecepatan metabolismenya juga dipengaruhi
hal-hal lain, yaitu induksi enzim, inhibisi enzim, usia, serta polimorfisme genetik (Neal,
2016).
Polimorfisme genetik adalah adanya variasi genetik yang menyebabkan perbedaan
aktivitas dan kapasitas suatu enzim dalam menjalankan fungsinya (Shenfield, 2004). Enzim
CYP2A6 merupakan enzim yang memiliki peran penting dalam metabolisme senyawa di
dalam tubuh, misalnya senyawa-senyawa seperti kafein, nikotin, efavirenz, letrozole,
pilocarpine dan tegafur (Raunio et al., 2001). Enzim CYP2A6 memiliki alel yang
menurunkan kecepatan metabolisme obat di dalam tubuh yaitu alel CYP2A6*4 (Benowitz
et al., 2006). Pada genetik darah keturunan jawa terdapat polimorfi enzim CYP2A6, yaitu
frekuensi alel CYP2A6*4 yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan metabolisme kafein
cenderung lebih lambat pada darah keturunan jawa (Patramurti dkk, 2015). Metabolisme
kafein yang lambat memungkinkan terjadinya peningkatan kadar kafein dalam darah. Kadar
kafein yang melewati batas kadar toksisitas minimal (KTM) akan mengakibatkan gejala
klinis, maka perlu dilakukan pemantauan obat terapeutik (Dasgupta, 2012). Pemantauan
obat terapeutik dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi obat dalam plasma untuk
mengoptimumkan dan melakukan individualisasi dosis sehingga sesuai untuk pasien
(Hiemke, 2011). Pemantauan obat terapeutik memerlukan suatu metode bioanalisis yang
valid dan reprodusibel.
Penelitian tentang analisis kafein dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) telah banyak dilakukan pada berbagai sampel dan hampir semua menggunakan
metode KCKT (Patil, 2012), namun belum ada penelitian bioanalisis kafein pada darah
orang jawa. Bioanalisis adalah suatu metode yang biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan pengukuran kadar kuantitatif dari campuran obat pada cairan biologis
khususnya darah, plasma, serum, urin, atau ekstrak jaringan (Evans, 2004). Pada penelitian
Alvi dan Hamami (2011) telah dilakukan validasi metode KCKT untuk bioanalisis kafein
dalam plasma darah sintetik dengan standar internal antipirin, fase gerak larutan penyangga
fosfat : asetonitril (83:17 v/v), kecepatan alir 1.0 mL/menit pada panjang gelombang 274 nm
didapatkan metode yang sensitif, akurat, dan presisi. Pada penelitian Irmanto (2009) telah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel plasma darah orang
jawa dari PMI Kota Yogyakarta, metanol (p.a. grade) (Merck), aquabidestilata, baku kafein
(sertifikat analisis working standard, no. 002/WS/RD/I/2012, MA USP 34), dan standar
internal asetanilida.
Alat
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah LC-2010C (SHIMADZU)
dengan detektor UV, kolom C18 dengan dimensi 250 x 4,6 mm dan ukuran pori 5µm
(Phenomenex®), seperangkat komputer (Dell) B6RDZIS Connexant system RD01-D850
A03-0382 JP France S.A.S, printer merek HP Deskjet 1000 J110a), Spektrofotometer UV-
1800 (SHIMADZU), ultrasonikator (RETSCH), timbangan analitis SCALTEC (max 60/210
g, min 0,001 g; d = 0,01/0,1 mg), jarum suntik (TERUMO), syringe filter 0,45 µm
(Minisart®), penyaring Whatman 0,45 µm, sentrifugator (Thermo scientific Heraeus Pico),
alat vakum GAST (Merck), dan peralatan-peralatan gelas yang umum digunakan di
laboratorium analisis.
Metode
Validasi metode bioanalisis kafein dengan metode KCKT fase terbalik
menggunakan fase gerak metanol dan aquabidestilata (50:50) dan kecepatan alir 1,0
mL/menit pada kondisi isokratik. Kromatogram direkam pada 255 nm dengan jangka waktu
10 menit. Volume injeksi sejumlah 20 µg/mL. Plasma darah yang didapatkan dari PMI Kota
Yogyakarta disimpan pada suhu -70 C untuk digunakan pada penelitian (Alvi, 2011).
Larutan stok kafein dan asetanilida dibuat baru setiap awal penelitian. Parameter validasi
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
metode analisis yang ditentukan yaitu : Linearitas kurva kalibrasi, LOD, LLOQ, LOQ,
akurasi, serta presisi.
Pembuatan Pelarut
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran metanol dan
aquabidest dengan perbandingan 50:50. Pelarut disimpan pada suhu ± 5C di lemari
pendingin.
Pembuatan larutan stok dan intermediet kafein
Sejumlah kafein ditimbang seksama lebih kurang 20 mg dan dilarutkan dengan
pelarut dalam labu ukur 5 mL, sehingga didapatkan larutan stok kafein 4 mg/mL. Larutan
stok kafein 4 mg/mL digunakan untuk membuat larutan intermediet kafein dengan
konsentrasi 800 µg/mL.
Pembuatan larutan standar internal (SI) asetanilida
Sejumlah asetanilida ditimbang seksama lebih kurang 20 mg dan dilarutkan dengan
pelarut dalam labu ukur 5 mL, sehingga didapatkan larutan asetanilida 4 mg/mL. Satu mL
larutan stok asetanilida 4 mg/mL diencerkan dengan pelarut dalam labu ukur 5 mL, sehingga
konsentrasi menjadi 320 µg/mL. Larutan asetanilida 320 µg/mL digunakan untuk membuat
larutan asetanilida 160 µg/mL. Larutan asetanilida 160 µg/mL digunakan sebagai larutan
standar internal asetanilida pada penelitian.
Penentuan panjang gelombang pengamatan larutan baku kafein dan larutan standar
internal asetanilida yang digunakan
Larutan seri kafein dibuat dengan mengencerkan larutan intermediet kafein 800
µg/mL menggunakan pelarut, sehingga didapatkan larutan seri kafein dengan konsentrasi 5;
10; dan 15 µg/mL. Masing-masing larutan seri kafein dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV.
Larutan seri standar internal (SI) asetanilida dibuat dengan mengencerkan larutan
intermediet asetanilida 320 µg/mL menggunakan pelarut, sehingga didapatkan larutan seri
asetanilida dengan konsentrasi 4; 8; dan 12 µg/mL. Masing-masing larutan seri asetanilida
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer
UV. Spektrum yang dihasilkan ditumpang-tindihkan, kemudian dipilih panjang gelombang
yang akan digunakan untuk mendeteksi kafein dan asetanilida pada sistem KCKT.
Pembuatan larutan seri kafein kurva kalibrasi
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Larutan intermediet kafein 800 µg/mL diencerkan dalam pelarut untuk memperoleh
larutan seri kafein dengan konsentrasi 120, 160, 240, 320, 360, dan 400 µg/mL. Larutan seri
kafein siap dispike ke dalam plasma untuk membuat kurva kalibrasi.
Preparasi plasma darah kurva kalibrasi
Sampel plasma darah beku dicairkan pada suhu ruangan sebelum digunakan.
Sebanyak 600 µL plasma darah diambil, dipindahkan ke tube 1,5 mL, ditambahkan 200 µL
larutan standar internal asetanilida 8 µg/mL dan 200 µL larutan kafein seri kurva kalibrasi,
lalu divortex 30 detik.
Preparasi cairan supernatan
Sebanyak 500 µL plasma darah yang sudah dipreparasi diambil dari tube 1,5 mL,
dipindahkan ke tube 2 mL, ditambahkan 1500 µL metanol, divortex selama 30 detik dan
disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit. Cairan supernatan dipisahkan,
disaring dengan millipore, dipindahkan ke tabung KCKT dan didegassing selama 5 menit
dengan ultrasonicator, sehingga didapatkan cairan supernatan kurva kalibrasi yang
mengandung seri kafein konsentrasi 6; 8; 12; 16; 18; dan 20 µg/mL dan SI asetanilida 8
µg/mL. Larutan supernatan siap diinjeksikan pada sistem KCKT dengan kondisi optimum.
Preparasi sampel blank dan zero
Sebanyak 600 µL plasma darah, ditambahkan 400 µL pelarut, kemudian dibuat
seperti pada poin preparasi cairan supernatan untuk mendapatkan sampel blank. Sebanyak
800 µL plasma darah, ditambahkan 200 µL larutan standar internal asetanilida 8 µg/mL,
kemudian dibuat seperti pada poin preparasi cairan supernatan untuk mendapatkan sampel
zero.
Kurva kalibrasi
Sebanyak 20 µL sampel blank, zero, dan cairan supernatan kurva kalibrasi yang
mengandung seri kafein dengan konsentrasi 6; 8; 12; 16; 18; dan 20 µg/mL dan SI asetanilida
8 µg/mL diinjeksikan ke sistem KCKT. Kurva kalibrasi direplikasi 3 kali dan nilai area
under curve (AUC) dicatat dari masing-masing seri kadar kafein dan asetanilida. Hasil data
rasio AUC kafein : asetanilida dibuat kurva kalibrasi secara regresi linier dengan fungsi
sumbu x sebagai konsentrasi dari kafein dan fungsi sumbu y sebagai AUC kafein banding
AUC asetanilida. Dari kurva kalibrasi, dihitung r (korelasi antara konsentrasi dan respon),
a (intercept), dan b (slope), kemudian dipilih kurva kalibrasi dengan nilai r mendekati 1 dan
nilai noise terkecil.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AUC asetanilida (sumbu Y) dibuat regresi linier, sehingga diperoleh 3 kurva kalibrasi dan
dipilih kurva kalibrasi dengan nilai r yang paling mendekati 1 dan nilai noise terkecil. Kurva
kalibrasi yang digunakan adalah kurva kalibrasi dengan persamaan y = 0.0662x - 0.0207
dan nilai koefisien korelasi (r) =0,9940 dilihat pada Gambar 1. Hal ini menunjukkan bahwa
metode ini belum memenuhi kriteria linearitas yaitu r > 0,995 (U.S Department of Health
and Human Services, 2013), sedangkan nilai koefisien korelasi yang didapatkan < 0,995.
Rentang konsentrasi yang dipilih untuk uji linearitas adalah 6-20 µg/mL.
Gambar 1. Overlay kromatogram KCKT dari 0,6 mL plasma darah yang dispike dengan 7 seri
konsentrasi kafein : 0, 6, 8, 12, 16, 18, dan 20 µg/mL menggunakan standar internal asetanilida (SI, 8
µg/mL).
1.2 r = 0,9940
0.8
0.4
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Konsentrasi kafein (µg/mL)
Gambar 2. Kurva kalibrasi kafein (6, 8, 12, 16, 18, 20 µg/mL) dalam plasma dengan penambahan
standar asetanilida 8 µg/mL.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat dideteksi, LLOQ dan LOQ sebagai batas terendah konsentrasi kafein yang dapat
dihitung dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima (koefisien variasi <20%). Dalam
bioanalisis diperlukan suatu metode yang cukup sensitif. Semakin kecil nilai LOD, LLOQ,
dan LOQ menunjukkan sensitivitas metode yang tinggi. Pendekatan signal-to-noise (S/N)
digunakan untuk menentukan LOD, LLOQ, dan LOQ. LOD dapat terpenuhi jika nilai S/N
> 3, LLOQ terpenuhi jika S/N > 5, dan LOQ terpenuhi jika S/N >10 (Flanagan et al., 2007).
S adalah sinyal (AUC kafein) dan nilai N merupakan nilai noise sekitar peak kafein yang
nilainya didapatkan dari kurva kalibrasi sebesar 10947. Hal ini dihitung dengan cara
memasukkan nilai x = 0 pada kurva kalibrasi dan didapatkan nilai y/rasio AUC sebesar
0,0207 (intercept kurva kalibrasi), kemudian dicari nilai sinyal kafein yang terdeteksi
sebagai noise dengan cara mengalikan nilai intercept dan rata-rata AUC asetanilida.
Menurut U.S Department of Health and Human Services (2013), konsentrasi kadar
terukur kafein harus memiliki presisi < 20%. Presisi pada konsentrasi 1 µg/mL > 20%,
sehingga tidak ditetapkan sebagai LOD. Pada saat pengenceran kadar 1 µg/mL terdapat
sedikit perbedaan warna agak kekuningan, hal ini memungkinkan nilai AUC lebih tinggi
dari yang sebenarnya, sehingga kadar 1 µg/mL replikasi 1 dan 2 dapat terdeteksi memenuhi
parameter LLOQ. Dari perhitungan LOD, LLOQ, dan LOQ (Tabel II), serta presisi kadar
terukurnya (Tabel III) disimpulkan bahwa LOD kafein dalam plasma darah orang jawa pada
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsentrasi 2 µg/mL, dan LLOQ pada konsentrasi 3 µg/mL, dan LOQ pada konsentrasi 4
µg/mL.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KESIMPULAN
Metode bioanalisis kafein dalam sampel darah orang jawa dengan KCKT fase
terbalik menggunakan detektor UV, kolom C18 (dimensi 250 x 4,6 mm, ukuran pori 5 µm),
dan fase gerak metanol : aquabidestilata (50:50) sudah valid memenuhi kriteria linearitas
pada konsentrasi 6-20 g/mL dengan LOD sebesar 2 g/mL, LLOQ sebesar 3 g/mL, LOQ
sebesar 4 g/mL, akurasi dalam rentang 100 ± 15 % dengan koefisien variasi (KV) < 13%.
SARAN
Perlu adanya penelitian penetapan kadar kafein dalam darah orang jawa untuk
melakukan pengujian metode bioanalisis kafein langsung pada pasien dengan kadar kafein
dalam darah yang tinggi, sehingga nantinya dapat diaplikasikan ke pemantauan terapi obat.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alvi, S.N., dan Hammami, M.M., 2011. Validated HPLC Method for Determination of
Caffeine Level in Human Plasma using Synthetic Plasma:Application to
Bioavailability Studies. Journal of Chromatographic Science, (49), 292-296.
Benowitz, N.L., Swan, G.E., Jacob, P.3rd., Lessov-Schlaggar, C.N., Tyndale, R.F., 2006.
CYP2A6 genotype and the metabolism adn disposition kinetics of nicotine.,
Clinical Pharmacology and Therapeutics, 80(5), 457-467.
Dasgupta, A., 2012. Therapeutic Drug Monitoring : New Drug and Biomarker. Elsevier Inc.,
Oxford, 23.
Evans, G., 2004. A Handbook of Bioanalysis and Drug Metabolism. CRC Press, New York.
Flanagan, R.J., Taylor, A., Watson, I.D., Whelpton, R., 2007, Fundamentals of Analytical
Toxicology, John Wiley & Sons Inc., Chichester.
Hiemke, C., Baumann, P., Bergemann, N., Conca, A., Dietmaier, O., Egberts, K., et al.,
2011. AGNP Consensus Guidelines for Therapeutic Drug Monitoring in
Psychiatry: Update 2011, Pharmacopsychiatry. (44), 196.
Irmanto, A.R., 2009. Validasi Penetapan Kadar Campuran Parasetamol, Propifenazon, dan
Kafein dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 47.
Kalmar, J. M., 2005. The Influence of Caffeine on Voluntary Muscle Activation. Medicine
and Science in Sport and Exercise, 12 (37), 2113-2119.
Neal, M. J., 2016. Medical Pharmacology at a Glance. 8th Edition, John Wiley & Sons, Ltd.,
Oxford, 9.
Patil, P.N., 2012. Caffeine in various samples and their analysis with HPLC – a review.
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 16 (2), 76-
83.
Raunio, H., Rautio, A., Gullstén, H., Pelkonen, O., 2001. Polymorphisms of CYP2A6 and
its practical consequences. British Journal of Clinical Pharmacology, 52(4), 357-
363.
Shenfield, G.M., 2004. Genetic Polymorphisms, Drug Metabolism and Drug
Concentrations. The Clinical Biochemist Reviews, 25 (4), 203-206.
U.S Department of Health and Human Services, 2013. Guidance for Industry Bioanalytical
Method Validation : Food and Drug Administration. Center for Drug Evaluation and
Research (CDER), Rockville, New Hampshire.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Kuisioner Donor Darah PMI
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Asetanilida 8 µg/mL
Kafein 10 µg/mL
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 8 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 15. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 16 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 16. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 18 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 17. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 20 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 18. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 1 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 19. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 2 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 20. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 3 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 21. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 4 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 22. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 23. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 24. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein konsentrasi 17 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 25. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 26. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 27. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein konsentrasi 17 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 28. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 29. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 30. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein konsentrasi 17 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 31. Contoh perhitungan konsentrasi kafein dan asetanilida dari penimbangan hingga
larutan seri
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 32. Contoh Perhitungan pengenceran konsentrasi kafein dan asetanilida yang dispike dalam
plasma darah hingga diinjeksikan ke sistem KCKT
Total Pengenceran = 5 x 4
= 20
Jika dilakukan penambahan kafein dengan konsentrasi 120 g/mL, maka konsentrasi
kafein yang diinjeksikan adalah :
120 g/mL x 200 L = 48 g/mL dalam 1000 L
48 g/mL x 500 L = 12 g/mL dalam 2000 L
Sehingga didapatkan konsentrasi kafein yang diinjeksikan pada sistem KCKT yaitu
12 g/mL
Jika dilakukan penambahan kafein dengan konsentrasi 120 g/mL, maka konsentrasi
kafein yang diinjeksikan adalah :
160 g/mL x 200 L = 32 g/mL dalam 1000 L
32 g/mL x 500 L = 8 g/mL dalam 2000 L
Sehingga didapatkan konsentrasi SI asetanilida yang diinjeksikan pada sistem KCKT
yaitu 8 g/mL
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kurva Kalibrasi I
1.6
1.4 y = 0.0662x - 0.0207
1.2 R² = 0.9881
Rasio AUC
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Konsentrasi kafein
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Replikasi 1
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ Noise 10947
1.002 96871 2.70 8.8493 PASS PASS FAIL LOD jika AUC Kafein > 32840
2.004 83983 2.45 7.6719 PASS PASS FAIL LLOQ jika AUC Kafein > 54734
3.006 125233 3.29 11.4402 PASS PASS PASS LOQ jika AUC Kafein > 109468
4.008 163103 4.09 14.8996 PASS PASS PASS
Replikasi 2
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9885 66803 2.12 6.1025 PASS PASS FAIL
1.977 105212 3.02 9.6112 PASS PASS FAIL
2.966 133124 3.73 12.1610 PASS PASS PASS
3.954 160687 4.67 14.6789 PASS PASS PASS
Replikasi 3
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9985 45095 1.51 4.1195 PASS FAIL FAIL
1.997 96980 2.80 8.8592 PASS PASS FAIL
2.996 140649 3.68 12.8484 PASS PASS PASS
3.994 190242 5.00 17.3788 PASS PASS PASS
44
Replikasi 4
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9850 54419 1.65 4.9712 PASS FAIL FAIL
1.970 96277 3.08 8.7950 PASS PASS FAIL
2.955 171130 4.75 15.6329 PASS PASS PASS
3.940 219945 6.07 20.0922 PASS PASS PASS
Replikasi 5
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9860 43212 1.35 3.9475 PASS FAIL FAIL
1.972 86296 2.63 7.8832 PASS PASS FAIL
2.958 164644 4.56 15.0404 PASS PASS PASS
3.944 186556 4.95 17.0421 PASS PASS PASS
Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Teoritis Kafein Kadar Terukur Kafein Akurasi SD CV
1 218689 486183 0.45 5.937 7.11 119.71%
2 247703 546344 0.45 5.757 7.16 124.39%
6 ppm 3 223421 557534 0.40 5.964 6.37 106.74% 0.69 9.83%
4 212419 525933 0.40 6.078 6.41 105.52%
5 286053 557749 0.51 5.958 8.06 135.28%
534748.6 Rata-rata 118.33%
Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Teoritis Kafein Kadar Terukur Kafein Akurasi SD CV
1 486872 600099 0.81 11.874 12.57 105.85%
2 400756 455324 0.88 11.514 13.61 118.19%
12ppm 3 502430 617906 0.81 11.928 12.60 105.60% 0.53451 4.07%
4 468085 529341 0.88 12.156 13.67 112.46%
5 487243 567683 0.86 11.916 13.28 111.43%
45
Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Teoritis Kafein Kadar Terukur Kafein Akurasi SD CV
1 613976 536598 1.14 16.8215 17.60 104.61%
2 631545 571517 1.11 16.3115 17.01 104.25%
17ppm 3 680469 546341 1.25 16.898 19.13 113.19% 0.8601 4.73%
4 584426 486586 1.20 17.221 18.46 107.17%
5 654271 537638 1.22 16.881 18.70 110.75%
535736 Rata-rata 107.99%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar terukur SD CV
1 235941 521931 0.45 7.14
2 260523 578433 0.45 7.12
6 ppm 3 212343 541747 0.39 6.23 0.5196 7.7851%
4 245594 565934 0.43 6.87
5 195945 519085 0.38 6.01
RATA-RATA 6.67
Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar terukur SD CV
1 395785 536690 0.74 11.45
2 476863 585690 0.81 12.61
12ppm 3 477027 556130 0.86 13.27 0.9799 7.5710%
4 502809 552192 0.91 14.07
5 476438 553514 0.86 13.31
RATA-RATA 12.94
Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar terukur SD CV
1 666889 586638 1.14 17.48
2 665592 556619 1.20 18.38
17ppm 3 620365 508083 1.22 18.76 0.6135 3.3173%
4 664920 535979 1.24 19.05
5 687626 561919 1.22 18.80
RATA-RATA 18.49
Konsentrasi Kafein
Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Terukur SD CV
1 234716 508160 0.46 7.29
2 210522 552409 0.38 6.07
6 ppm 3 210733 488068 0.43 6.83 0.4470 6.6456%
4 217173 501269 0.43 6.86
5 194011 467566 0.41 6.58
Rata-Rata 6.73
Konsentrasi Kafein
Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Terukur SD CV
1 465726 505947 0.92 14.22
2 472280 506620 0.93 14.39
12ppm 3 435047 493303 0.88 13.63 1.0545 7.7662%
4 455232 506992 0.90 13.88
5 385496 508387 0.76 11.77
Rata-Rata 13.58
Konsentrasi Kafein
Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Terukur SD CV
1 600790 535982 1.12 15.93
2 640693 511024 1.25 17.74
17ppm 3 628650 509703 1.23 17.47 0.9284 5.3044%
4 650267 505442 1.29 18.19
5 651041 506450 1.29 18.18
Rata-Rata 17.50
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
47