Anda di halaman 1dari 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

VALIDASI METODE BIOANALISIS KAFEIN DALAM SAMPEL DARAH


ORANG JAWA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI FASE TERBALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Suryatmoko Agung

NIM : 138114009

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

VALIDASI METODE BIOANALISIS KAFEIN DALAM SAMPEL DARAH


ORANG JAWA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI FASE TERBALIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Suryatmoko Agung

NIM : 138114009

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

When life is good do not take it for granted as it will pass.


Be mindfull, be compassionate and nurture the circumstances that find you in this
good time so it will last longer.
When life falls apart always remember that this to will pass.
Life will have its unexpected turns.
-Ajahn Brahm-

“Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success.


If you love what you are doing, you will be successfull”
-Albert Schweitzer-

Kupersembahkan karya ini untuk,


Buddha, Dhamma, Sangha,
Keluargaku yang selalu mendoakanku dan memberikan kasih sayang yang berlimpah,
Untuk teman-teman yang selalu setia mendukungku,
dan tentunya,
Almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, kekuatan, dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Validasi Metode Bioanalisis Kafein dalam Sampel Darah Orang Jawa dengan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik” dapat selesai dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi
(S.Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam perjalanan penelitian hingga skripsi selesai, penulis mendapatkan banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, dan juga selaku Dosen Pembimbing Akademik.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan kesabaran, semangat, bimbingan, dan pengarahan, serta saran selama
berjalannya penelitian hingga berakhirnya penyusunan skripsi selesai.
4. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan kesabaran, semangat, bimbingan, dan pengarahan, serta saran selama
berjalannya penelitian hingga berakhirnya penyusunan skripsi selesai.
5. Bapak Maywan Hariono, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas segala masukan,
kritik, dan saran hingga skripsi ini tersusun.
6. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas segala masukan,
kritik, dan saran hingga skripsi ini tersusun.
7. Laboran Laboratorium Kimia Analisis Instrumentasi (Mas Bimo), Biokimia (Pak
Kayat), Kultur Jaringan (Pak Wagiran) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
yang telah menemani serta membantu proses penelitian di laboratorium.
8. Papa, Mama, serta adik-adikku Martin, Trisnia, dan Hanna yang selalu memberikan
dukungan, semangat, dan kebahagiaan serta suasana yang hangat di rumah.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Rekan penelitian ini, Jonathan Ronny Kurniawan atas dukungan, semangat,


pengertian, bantuan, dan suka-duka yang telah dilewati bersama dalam proses
menyelesaikan skripsi ini.
10. Pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam


penulisan skripsi ini, mengingat keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
penulis. Untuk hal itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 5 Januari 2017

Penulis

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Serangkaian metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah banyak


dilakukan untuk mengukur kadar kafein dalam darah. Namun, belum ada penelitian
yang menggunakan sampel plasma darah orang jawa. Pada penelitian ini dilakukan
metode KCKT fase terbalik untuk mengetahui parameter validasi metode bioanalisis
kafein dalam sampel darah orang jawa. Sampel plasma darah orang jawa didapatkan
dengan kuisioner Donor Darah di PMI Kota Yogyakarta. Plasma darah ditambahkan
dengan baku kafein dan standar internal asetanilida. Setelah itu, dideproteinasi dengan
menggunakan metanol. Setelah itu, dipisahkan dengan kolom C18 menggunakan fase
gerak aqua bidestilata dan metanol (50:50), kecepatan alir 1 mL/menit, dengan detektor
UV pada panjang gelombang 256 nm. Hasil kurva kalibrasi menyatakan hubungan
antara konsentrasi kafein dan rasio area under curve (AUC) sudah linear pada
konsentrasi 6-20 g/mL. Penelitian ini mendeteksi limit of detection pada 2 g/mL,
lower limit of quantification pada 3 ppm, limit of quantification pada 4 ppm, rata-rata
uji akurasi dalam rentang 100 ± 15 %, persen perolehan kembali diluar rentang 100 ±
15 %, dengan koefisien variasi (KV) < 13%. Dari hasil uji presisi interday didapatkan
standar deviasi dibawah 1,3 dan KV dibawah 10%. Metode ini telah gagal mengukur
kadar kafein dalam sampel darah orang jawa dengan valid dan reliabel.

Kata kunci: KCKT, darah keturunan jawa, validasi metode, bioanalisis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

A series of high-performance liquid chromatography (HPLC) has been


widely performed to measure the levels of caffeine in the blood. However, no studies
have used javanese blood sample to measure caffeine level. In this research, reversed-
phase HPLC method have been used to determine the bioanalytical method validation
parameters of the caffeine in javanese blood sample. Javanese blood plasma obtained
using a blood donation questionnaire at PMI Kota Yogyakarta. Blood plasma is added
with caffeine and acetanilide internal standard. After that, It deproteinated by methanol
and then it separated by a C18 column using a mobile phase aquabidestilata and methanol
(50:50), and monitored by UV detector, with the wavelength set at 256 nm. The
relationship between caffeine concentrations and peak ratio (caffeine-IS) was linear
over the range of 6-20 g / mL. Limit of detection was detected at 2 g / mL, lower
limit of quantification at 3 g / mL, and the limit of quantification at 4 g / mL.
Accuracy test average was at 100 ± 15%. coefficient of variation (CV) in intra-run and
Inter-run <13% and <10%. This method has been successfull to measure the levels of
caffeine in the blood sample Java people with valid and reliable.

Keywords: HPLC, Javanese blood, method validation, bioanalysis

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi
PRAKATA vii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
KESIMPULAN 9
SARAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 11
BIOGRAFI PENULIS 47

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ 6
Tabel II. Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ 7
Tabel III. Presisi kadar terukur LOD, LLOQ, dan LOQ 8
Tabel IV. Akurasi dan Presisi Kadar Kafein dalam Plasma 8

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Overlay kromatogram dari 0.6 mL plasma darah yang dispike
dengan 7 seri konsentrasi kafein : 0, 6, 8, 12, 16, 18, dan 20
µg/mL menggunakan standar internal asetanilida (SI, 8 µg/mL) 6
Gambar 2. Kurva kalibrasi kafein (6, 8, 12, 16, 18, 20 µg/mL) dalam
plasma dengan penambahan standar asetanilida 8 µg/mL 6

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Contoh Kuisioner Donor Darah PMI 11
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian 12
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Kafein 13
Lampiran 4. Hasil pembacaan absorbansi senyawa kafein dan SI asetanilida
menggunakan spektrofotometer UV 14
Lampiran 5. Kromatogram Blangko Plasma A 15
Lampiran 6. Kromatogram Blangko Plasma B 16
Lampiran 7. Kromatogram Blangko Plasma C 17
Lampiran 8. Kromatogram Blangko Plasma D 18
Lampiran 9. Kromatogram Blangko Plasma E 19
Lampiran 10. Kromatogram Kurva Kalibrasi Blangko 20
Lampiran 11. Kromatogram Kurva Kalibrasi Sampel Zero 21
Lampiran 12. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 6 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 22
Lampiran 13. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 8 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 23
Lampiran 14. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 12 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 24
Lampiran 15. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 16 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 25
Lampiran 16. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 18 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 26
Lampiran 17. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 20 µg/mL
dengan penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL 27
Lampiran 18. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 1 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 28
Lampiran 19. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 2 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8 µg/mL 29
Lampiran 20. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 3 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 30
Lampiran 21. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein
konsentrasi 4 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 31
Lampiran 22. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein
konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 32
Lampiran 23. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein
konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 33
Lampiran 24. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein
konsentrasi 17 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 34
Lampiran 25. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein
konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 35
Lampiran 26. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein
konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 36
Lampiran 27. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein
konsentrasi 17 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 37
Lampiran 28. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein
konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 38
Lampiran 29. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein
konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 39

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 30. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein


konsentrasi 17 µg/mL dengan penambahan SI Asetanilida
8 µg/mL 40
Lampiran 31. Contoh perhitungan konsentrasi kafein dan asetanilida dari
penimbangan hingga larutan seri 41
Lampiran 32. Contoh Perhitungan pengenceran konsentrasi kafein dan
asetanilida yang dispike dalam plasma darah hingga
diinjeksikan ke sistem KCKT 42
Lampiran 33. Perhitungan kurva kalibrasi 43
Lampiran 34. Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ 44
Lampiran 35. Perhitungan Akurasi dan Presisi Intraday 45
Lampiran 36. Perhitungan Presisi Interday 1 46
Lampiran 37. Perhitungan Presisi Interday 2 46

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Kafein merupakan zat psikoaktif yang berperan sebagai stimulan sistem saraf pusat
(Kalmar, 2005). Zat ini banyak terkandung dalam minuman kopi, teh, coklat, minuman cola,
dan minuman berenergi yang diminati di berbagai kalangan usia di pulau jawa. Kafein
memiliki waktu paruh ± 3,5 jam, akan tetapi kecepatan metabolismenya juga dipengaruhi
hal-hal lain, yaitu induksi enzim, inhibisi enzim, usia, serta polimorfisme genetik (Neal,
2016).
Polimorfisme genetik adalah adanya variasi genetik yang menyebabkan perbedaan
aktivitas dan kapasitas suatu enzim dalam menjalankan fungsinya (Shenfield, 2004). Enzim
CYP2A6 merupakan enzim yang memiliki peran penting dalam metabolisme senyawa di
dalam tubuh, misalnya senyawa-senyawa seperti kafein, nikotin, efavirenz, letrozole,
pilocarpine dan tegafur (Raunio et al., 2001). Enzim CYP2A6 memiliki alel yang
menurunkan kecepatan metabolisme obat di dalam tubuh yaitu alel CYP2A6*4 (Benowitz
et al., 2006). Pada genetik darah keturunan jawa terdapat polimorfi enzim CYP2A6, yaitu
frekuensi alel CYP2A6*4 yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan metabolisme kafein
cenderung lebih lambat pada darah keturunan jawa (Patramurti dkk, 2015). Metabolisme
kafein yang lambat memungkinkan terjadinya peningkatan kadar kafein dalam darah. Kadar
kafein yang melewati batas kadar toksisitas minimal (KTM) akan mengakibatkan gejala
klinis, maka perlu dilakukan pemantauan obat terapeutik (Dasgupta, 2012). Pemantauan
obat terapeutik dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi obat dalam plasma untuk
mengoptimumkan dan melakukan individualisasi dosis sehingga sesuai untuk pasien
(Hiemke, 2011). Pemantauan obat terapeutik memerlukan suatu metode bioanalisis yang
valid dan reprodusibel.
Penelitian tentang analisis kafein dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) telah banyak dilakukan pada berbagai sampel dan hampir semua menggunakan
metode KCKT (Patil, 2012), namun belum ada penelitian bioanalisis kafein pada darah
orang jawa. Bioanalisis adalah suatu metode yang biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan pengukuran kadar kuantitatif dari campuran obat pada cairan biologis
khususnya darah, plasma, serum, urin, atau ekstrak jaringan (Evans, 2004). Pada penelitian
Alvi dan Hamami (2011) telah dilakukan validasi metode KCKT untuk bioanalisis kafein
dalam plasma darah sintetik dengan standar internal antipirin, fase gerak larutan penyangga
fosfat : asetonitril (83:17 v/v), kecepatan alir 1.0 mL/menit pada panjang gelombang 274 nm
didapatkan metode yang sensitif, akurat, dan presisi. Pada penelitian Irmanto (2009) telah

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipisahkan campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan beberapa variasi


perbandingan komposisi fase gerak metanol : aquabidestilata (70:30 ; 60:40 ; 50:50)
menggunakan metode KCKT.
Validasi metode ditujukan untuk memberikan jaminan bahwa metode bioanalisis
kafein pada darah orang jawa sudah memenuhi parameter-parameter validasi yang meliputi
selektivitas, akurasi, presisi, linearitas, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantification
(LOQ), dan Lower Limit of Quantification (LLOQ). Validasi metode dilakukan agar metode
ini dapat dilanjutkan ke tahap penetapan kadar dengan memberikan hasil yang valid, dapat
dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel plasma darah orang
jawa dari PMI Kota Yogyakarta, metanol (p.a. grade) (Merck), aquabidestilata, baku kafein
(sertifikat analisis working standard, no. 002/WS/RD/I/2012, MA USP 34), dan standar
internal asetanilida.
Alat
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah LC-2010C (SHIMADZU)
dengan detektor UV, kolom C18 dengan dimensi 250 x 4,6 mm dan ukuran pori 5µm
(Phenomenex®), seperangkat komputer (Dell) B6RDZIS Connexant system RD01-D850
A03-0382 JP France S.A.S, printer merek HP Deskjet 1000 J110a), Spektrofotometer UV-
1800 (SHIMADZU), ultrasonikator (RETSCH), timbangan analitis SCALTEC (max 60/210
g, min 0,001 g; d = 0,01/0,1 mg), jarum suntik (TERUMO), syringe filter 0,45 µm
(Minisart®), penyaring Whatman 0,45 µm, sentrifugator (Thermo scientific Heraeus Pico),
alat vakum GAST (Merck), dan peralatan-peralatan gelas yang umum digunakan di
laboratorium analisis.
Metode
Validasi metode bioanalisis kafein dengan metode KCKT fase terbalik
menggunakan fase gerak metanol dan aquabidestilata (50:50) dan kecepatan alir 1,0
mL/menit pada kondisi isokratik. Kromatogram direkam pada 255 nm dengan jangka waktu
10 menit. Volume injeksi sejumlah 20 µg/mL. Plasma darah yang didapatkan dari PMI Kota
Yogyakarta disimpan pada suhu -70 C untuk digunakan pada penelitian (Alvi, 2011).
Larutan stok kafein dan asetanilida dibuat baru setiap awal penelitian. Parameter validasi

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

metode analisis yang ditentukan yaitu : Linearitas kurva kalibrasi, LOD, LLOQ, LOQ,
akurasi, serta presisi.
Pembuatan Pelarut
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran metanol dan
aquabidest dengan perbandingan 50:50. Pelarut disimpan pada suhu ± 5C di lemari
pendingin.
Pembuatan larutan stok dan intermediet kafein
Sejumlah kafein ditimbang seksama lebih kurang 20 mg dan dilarutkan dengan
pelarut dalam labu ukur 5 mL, sehingga didapatkan larutan stok kafein 4 mg/mL. Larutan
stok kafein 4 mg/mL digunakan untuk membuat larutan intermediet kafein dengan
konsentrasi 800 µg/mL.
Pembuatan larutan standar internal (SI) asetanilida
Sejumlah asetanilida ditimbang seksama lebih kurang 20 mg dan dilarutkan dengan
pelarut dalam labu ukur 5 mL, sehingga didapatkan larutan asetanilida 4 mg/mL. Satu mL
larutan stok asetanilida 4 mg/mL diencerkan dengan pelarut dalam labu ukur 5 mL, sehingga
konsentrasi menjadi 320 µg/mL. Larutan asetanilida 320 µg/mL digunakan untuk membuat
larutan asetanilida 160 µg/mL. Larutan asetanilida 160 µg/mL digunakan sebagai larutan
standar internal asetanilida pada penelitian.
Penentuan panjang gelombang pengamatan larutan baku kafein dan larutan standar
internal asetanilida yang digunakan
Larutan seri kafein dibuat dengan mengencerkan larutan intermediet kafein 800
µg/mL menggunakan pelarut, sehingga didapatkan larutan seri kafein dengan konsentrasi 5;
10; dan 15 µg/mL. Masing-masing larutan seri kafein dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV.
Larutan seri standar internal (SI) asetanilida dibuat dengan mengencerkan larutan
intermediet asetanilida 320 µg/mL menggunakan pelarut, sehingga didapatkan larutan seri
asetanilida dengan konsentrasi 4; 8; dan 12 µg/mL. Masing-masing larutan seri asetanilida
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer
UV. Spektrum yang dihasilkan ditumpang-tindihkan, kemudian dipilih panjang gelombang
yang akan digunakan untuk mendeteksi kafein dan asetanilida pada sistem KCKT.
Pembuatan larutan seri kafein kurva kalibrasi

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Larutan intermediet kafein 800 µg/mL diencerkan dalam pelarut untuk memperoleh
larutan seri kafein dengan konsentrasi 120, 160, 240, 320, 360, dan 400 µg/mL. Larutan seri
kafein siap dispike ke dalam plasma untuk membuat kurva kalibrasi.
Preparasi plasma darah kurva kalibrasi
Sampel plasma darah beku dicairkan pada suhu ruangan sebelum digunakan.
Sebanyak 600 µL plasma darah diambil, dipindahkan ke tube 1,5 mL, ditambahkan 200 µL
larutan standar internal asetanilida 8 µg/mL dan 200 µL larutan kafein seri kurva kalibrasi,
lalu divortex 30 detik.
Preparasi cairan supernatan
Sebanyak 500 µL plasma darah yang sudah dipreparasi diambil dari tube 1,5 mL,
dipindahkan ke tube 2 mL, ditambahkan 1500 µL metanol, divortex selama 30 detik dan
disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit. Cairan supernatan dipisahkan,
disaring dengan millipore, dipindahkan ke tabung KCKT dan didegassing selama 5 menit
dengan ultrasonicator, sehingga didapatkan cairan supernatan kurva kalibrasi yang
mengandung seri kafein konsentrasi 6; 8; 12; 16; 18; dan 20 µg/mL dan SI asetanilida 8
µg/mL. Larutan supernatan siap diinjeksikan pada sistem KCKT dengan kondisi optimum.
Preparasi sampel blank dan zero
Sebanyak 600 µL plasma darah, ditambahkan 400 µL pelarut, kemudian dibuat
seperti pada poin preparasi cairan supernatan untuk mendapatkan sampel blank. Sebanyak
800 µL plasma darah, ditambahkan 200 µL larutan standar internal asetanilida 8 µg/mL,
kemudian dibuat seperti pada poin preparasi cairan supernatan untuk mendapatkan sampel
zero.
Kurva kalibrasi
Sebanyak 20 µL sampel blank, zero, dan cairan supernatan kurva kalibrasi yang
mengandung seri kafein dengan konsentrasi 6; 8; 12; 16; 18; dan 20 µg/mL dan SI asetanilida
8 µg/mL diinjeksikan ke sistem KCKT. Kurva kalibrasi direplikasi 3 kali dan nilai area
under curve (AUC) dicatat dari masing-masing seri kadar kafein dan asetanilida. Hasil data
rasio AUC kafein : asetanilida dibuat kurva kalibrasi secara regresi linier dengan fungsi
sumbu x sebagai konsentrasi dari kafein dan fungsi sumbu y sebagai AUC kafein banding
AUC asetanilida. Dari kurva kalibrasi, dihitung r (korelasi antara konsentrasi dan respon),
a (intercept), dan b (slope), kemudian dipilih kurva kalibrasi dengan nilai r mendekati 1 dan
nilai noise terkecil.

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ


Sebanyak 25; 50; 75; 100 µL larutan intermediet kafein diencerkan ke dalam pelarut
hingga 1 mL, divortex, sehingga diperoleh seri larutan kafein 20; 40; 60; 80 µg/mL.
Sebanyak 600 µL plasma darah disiapkan di tube 1,5 mL, ditambahkan 200 µL larutan seri
kafein dan 200 µL larutan SI asetanilida 160 µg/mL, lalu dibuat seperti pada poin preparasi
cairan supernatan, sehingga diperoleh cairan supernatan yang mengandung kafein dengan
konsentrasi 1; 2; 3; 4 µg/mL dengan penambahan SI asetanilida konsentrasi 8 µg/mL. Cairan
supernatan siap diinjeksikan ke dalam sistem KCKT. Nilai AUC dicatat dari masing-masing
seri kadar kafein dan asetanilida. Penentuan LOD, LOQ, dan LLOQ dihitung dengan
pendekatan signal to noise dari AUC kafein, kemudian dihitung akurasi dan presisi.
Penentuan akurasi dan presisi
Sebanyak 150; 300; 340 µL larutan intermediet kafein diencerkan menggunakan
pelarut hingga 1 mL, sehingga diperoleh larutan seri kafein dengan konsentrasi 120; 240;
340 µg/mL. Sebanyak 600 µL plasma darah disiapkan di tube 1,5 mL, ditambahkan 200 µL
larutan seri kafein dan 200 µL larutan SI asetanilida, lalu dibuat seperti pada poin preparasi
cairan supernatan, sehingga diperoleh cairan supernatan yang mengandung kafein dengan
konsentrasi 6; 12; 17 µg/mL dengan penambahan SI asetanilida konsentrasi 8 µg/mL,
kemudian diinjeksikan ke sistem KCKT. Nilai AUC dicatat dari masing-masing seri kadar
kafein dan asetanilida kemudian diplotkan ke kurva kalibrasi hingga didapatkan kadar
terukur dan dihitung nilai akurasi, presisi intraday dan interday.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Optimalisasi kondisi kromatografi
Pada kondisi optimum dengan menggunakan fase gerak aquabidestilata dan metanol
(50:50), dan kecepatan alir 1,0 mL/menit, kafein dan asetanilida dapat terpisah dengan baik
(Resolusi > 1,5) dalam rentang waktu 10 menit. Waktu retensi dari kafein dan standar
internal asetanilida berada di sekitar 4 menit dan 6,2 menit.
Linearitas
Plasma darah orang jawa yang mengandung seri larutan kafein (6, 8, 12, 16, 18, 20
µg/mL) dengan penambahan standar internal asetanilida 8 µg/mL diinjeksikan ke sistem
HPLC. Overlay kromatogram dari 0,6 mL plasma darah yang dispike 7 seri konsentrasi
kafein (0, 6, 8, 12, 16, 18, 20 µg/mL) dengan standar internal asetanilida 8 µg/mL
ditunjukkan pada Gambar 1. Konsentrasi kafein (sumbu X) dan rasio AUC kafein terhadap

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

AUC asetanilida (sumbu Y) dibuat regresi linier, sehingga diperoleh 3 kurva kalibrasi dan
dipilih kurva kalibrasi dengan nilai r yang paling mendekati 1 dan nilai noise terkecil. Kurva
kalibrasi yang digunakan adalah kurva kalibrasi dengan persamaan y = 0.0662x - 0.0207
dan nilai koefisien korelasi (r) =0,9940 dilihat pada Gambar 1. Hal ini menunjukkan bahwa
metode ini belum memenuhi kriteria linearitas yaitu r > 0,995 (U.S Department of Health
and Human Services, 2013), sedangkan nilai koefisien korelasi yang didapatkan < 0,995.
Rentang konsentrasi yang dipilih untuk uji linearitas adalah 6-20 µg/mL.

Gambar 1. Overlay kromatogram KCKT dari 0,6 mL plasma darah yang dispike dengan 7 seri
konsentrasi kafein : 0, 6, 8, 12, 16, 18, dan 20 µg/mL menggunakan standar internal asetanilida (SI, 8
µg/mL).

1.6 y = 0,0662x - 0,0207


Rasio AUC

1.2 r = 0,9940
0.8
0.4
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Konsentrasi kafein (µg/mL)

Gambar 2. Kurva kalibrasi kafein (6, 8, 12, 16, 18, 20 µg/mL) dalam plasma dengan penambahan
standar asetanilida 8 µg/mL.

Tabel I. Nilai linearitas kurva kalibrasi


Replikasi Koefisien korelasi Noise
1 0,994 10947
2 0,974 148333
3 0,992 60762

Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ


Lima kali replikasi seri konsentrasi kafein dalam plasma (1, 2, 3, 4 µg/mL) dengan
penambahan standar internal asetanilida 8 µg/mL diinjeksikan ke sistem HPLC untuk
menentukan LOD, LLOQ, dan LOQ. LOD didefinisikan sebagai konsentrasi terkecil yang

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dapat dideteksi, LLOQ dan LOQ sebagai batas terendah konsentrasi kafein yang dapat
dihitung dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima (koefisien variasi <20%). Dalam
bioanalisis diperlukan suatu metode yang cukup sensitif. Semakin kecil nilai LOD, LLOQ,
dan LOQ menunjukkan sensitivitas metode yang tinggi. Pendekatan signal-to-noise (S/N)
digunakan untuk menentukan LOD, LLOQ, dan LOQ. LOD dapat terpenuhi jika nilai S/N
> 3, LLOQ terpenuhi jika S/N > 5, dan LOQ terpenuhi jika S/N >10 (Flanagan et al., 2007).
S adalah sinyal (AUC kafein) dan nilai N merupakan nilai noise sekitar peak kafein yang
nilainya didapatkan dari kurva kalibrasi sebesar 10947. Hal ini dihitung dengan cara
memasukkan nilai x = 0 pada kurva kalibrasi dan didapatkan nilai y/rasio AUC sebesar
0,0207 (intercept kurva kalibrasi), kemudian dicari nilai sinyal kafein yang terdeteksi
sebagai noise dengan cara mengalikan nilai intercept dan rata-rata AUC asetanilida.

Tabel II. Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ


Konsentrasi AUC
Replikasi S/N LOD* LLOQ* LOQ*
Kafein Kafein
1 96871 8,8493 Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
2 66803 6,1025 Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
1 µg/mL 3 45095 4,1195 Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
4 54419 4,9712 Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
5 43212 3,9475 Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
1 83983 7,6719 Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
2 105212 9,6112 Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
2 µg/mL 3 96980 8,8592 Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
4 96277 8,7950 Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
5 86296 7,8832 Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
1 125233 11,4402 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
2 133124 12,1610 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
3 µg/mL 3 140649 12,8484 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
4 171130 15,6329 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
5 164644 15,0404 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
1 163103 14,8996 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
2 160687 14,6789 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
4 µg/mL 3 190242 17,3788 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
4 219945 20,0922 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
5 186556 17,0421 Memenuhi Memenuhi Memenuhi
* Konsentrasi kafein dinyatakan memenuhi LOD jika S/N > 3, LLOQ jika S/N > 5, dan LOQ jika S/N > 10

Menurut U.S Department of Health and Human Services (2013), konsentrasi kadar
terukur kafein harus memiliki presisi < 20%. Presisi pada konsentrasi 1 µg/mL > 20%,
sehingga tidak ditetapkan sebagai LOD. Pada saat pengenceran kadar 1 µg/mL terdapat
sedikit perbedaan warna agak kekuningan, hal ini memungkinkan nilai AUC lebih tinggi
dari yang sebenarnya, sehingga kadar 1 µg/mL replikasi 1 dan 2 dapat terdeteksi memenuhi
parameter LLOQ. Dari perhitungan LOD, LLOQ, dan LOQ (Tabel II), serta presisi kadar
terukurnya (Tabel III) disimpulkan bahwa LOD kafein dalam plasma darah orang jawa pada

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

konsentrasi 2 µg/mL, dan LLOQ pada konsentrasi 3 µg/mL, dan LOQ pada konsentrasi 4
µg/mL.

Tabel III. Presisi kadar terukur LOD, LLOQ, dan LOQ


Rata-Rata Kadar Terukur
Konsentrasi kafein Kadar Terukur
(n=5) SD KV
1 µg/mL 1,8672 µg/mL 0,5453 29.21 %
2 µg/mL 2,7986 µg/mL 0,2636 9.42 %
3 µg/mL 4,0000 µg/mL 0,6246 15.62 %
4 µg/mL 4,9554 µg/mL 0,7206 14.54 %

Akurasi dan Presisi


Akurasi merupakan ketepatan antara kadar terukur dibandingkan kadar sebenarnya
dan presisi merupakan ketepatan terulang yang diamati pada koefisien variasi dan dilakukan
secara intra-run dan inter-run. Akurasi dan presisi telah dilakukan pada 5 replikasi dengan
3 konsentrasi kafein dalam plasma pada rentang yang ditentukan (6, 12, 17 µg/mL). Hasil
akurasi dan presisi telah ditampilkan pada Tabel IV. Rata-rata nilai akurasi kadar kafein
dalam rentang nilai akurasi pada bioanalisis yaitu 80-120 % dengan presisi dibawah 15%,
sehingga dapat dikatakan bahwa metode ini akurat dan presisi. Persen perolehan kembali
dari kafein tidak mendekati 100% masih diperbolehkan apabila kadar yang terukur tetap
konsisten, akurat, dan presisi (U.S Department of Health and Human Services, 2013). Dari
perhitungan kadar kafein pada uji persen perolehan kembali didapatkan nilai kadar terukur
kafein yang presisi dan akurat, sehingga metode ini dapat terapkan dalam pemantauan
terapeutik obat.
Tabel IV. Akurasi dan Presisi Kadar Kafein dalam Plasma
Kadar kafein terukur
Kadar teoritis
Rata-rata
kafein SD KV Akurasi
(n=5)
Intra-run
6 µg/mL 7,02 µg/mL 0,69 9,8 % 118 %
12 µg/mL 13,14 µg/mL 0,53 4,0 % 110 %
17 µg/mL 18,17 µg/mL 0,86 4,7 % 107 %
Inter-run 1
6 µg/mL 6,67 µg/mL 0,51 7,7 % 107 %
12 µg/mL 12,94 µg/mL 0,97 7,5 % 103 %
17 µg/mL 18,49 µg/mL 0,61 3,3 % 104 %
Inter-run 2
6 µg/mL 6,72 µg/mL 0,44 6,6 % 109 %
12 µg/mL 13,57 µg/mL 1,05 7,7 % 110 %
17 µg/mL 17,50 µg/mL 0,92 5,3 % 100 %
Rata-rata 6,3 % 107 %

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KESIMPULAN
Metode bioanalisis kafein dalam sampel darah orang jawa dengan KCKT fase
terbalik menggunakan detektor UV, kolom C18 (dimensi 250 x 4,6 mm, ukuran pori 5 µm),
dan fase gerak metanol : aquabidestilata (50:50) sudah valid memenuhi kriteria linearitas
pada konsentrasi 6-20 g/mL dengan LOD sebesar 2 g/mL, LLOQ sebesar 3 g/mL, LOQ
sebesar 4 g/mL, akurasi dalam rentang 100 ± 15 % dengan koefisien variasi (KV) < 13%.

SARAN
Perlu adanya penelitian penetapan kadar kafein dalam darah orang jawa untuk
melakukan pengujian metode bioanalisis kafein langsung pada pasien dengan kadar kafein
dalam darah yang tinggi, sehingga nantinya dapat diaplikasikan ke pemantauan terapi obat.

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Alvi, S.N., dan Hammami, M.M., 2011. Validated HPLC Method for Determination of
Caffeine Level in Human Plasma using Synthetic Plasma:Application to
Bioavailability Studies. Journal of Chromatographic Science, (49), 292-296.
Benowitz, N.L., Swan, G.E., Jacob, P.3rd., Lessov-Schlaggar, C.N., Tyndale, R.F., 2006.
CYP2A6 genotype and the metabolism adn disposition kinetics of nicotine.,
Clinical Pharmacology and Therapeutics, 80(5), 457-467.
Dasgupta, A., 2012. Therapeutic Drug Monitoring : New Drug and Biomarker. Elsevier Inc.,
Oxford, 23.
Evans, G., 2004. A Handbook of Bioanalysis and Drug Metabolism. CRC Press, New York.
Flanagan, R.J., Taylor, A., Watson, I.D., Whelpton, R., 2007, Fundamentals of Analytical
Toxicology, John Wiley & Sons Inc., Chichester.
Hiemke, C., Baumann, P., Bergemann, N., Conca, A., Dietmaier, O., Egberts, K., et al.,
2011. AGNP Consensus Guidelines for Therapeutic Drug Monitoring in
Psychiatry: Update 2011, Pharmacopsychiatry. (44), 196.
Irmanto, A.R., 2009. Validasi Penetapan Kadar Campuran Parasetamol, Propifenazon, dan
Kafein dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 47.
Kalmar, J. M., 2005. The Influence of Caffeine on Voluntary Muscle Activation. Medicine
and Science in Sport and Exercise, 12 (37), 2113-2119.
Neal, M. J., 2016. Medical Pharmacology at a Glance. 8th Edition, John Wiley & Sons, Ltd.,
Oxford, 9.
Patil, P.N., 2012. Caffeine in various samples and their analysis with HPLC – a review.
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 16 (2), 76-
83.
Raunio, H., Rautio, A., Gullstén, H., Pelkonen, O., 2001. Polymorphisms of CYP2A6 and
its practical consequences. British Journal of Clinical Pharmacology, 52(4), 357-
363.
Shenfield, G.M., 2004. Genetic Polymorphisms, Drug Metabolism and Drug
Concentrations. The Clinical Biochemist Reviews, 25 (4), 203-206.
U.S Department of Health and Human Services, 2013. Guidance for Industry Bioanalytical
Method Validation : Food and Drug Administration. Center for Drug Evaluation and
Research (CDER), Rockville, New Hampshire.

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Kuisioner Donor Darah PMI

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Sertifikat Analisis Kafein

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Hasil pembacaan absorbansi senyawa kafein dan SI asetanilida menggunakan


spektrofotometer UV

Asetanilida 8 µg/mL

Kafein 10 µg/mL

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Kromatogram Blangko Plasma A

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Kromatogram Blangko Plasma B

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Kromatogram Blangko Plasma C

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Kromatogram Blangko Plasma D

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Kromatogram Blangko Plasma E

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Kromatogram Kurva Kalibrasi Blangko

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 11. Kromatogram Kurva Kalibrasi Sampel Zero

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 12. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 13. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 8 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 14. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 15. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 16 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 16. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 18 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 17. Kromatogram Kurva Kalibrasi Kafein konsentrasi 20 µg/mL dengan penambahan SI
Asetanilida 8 µg/mL

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 18. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 1 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 19. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 2 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 20. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 3 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 21. Kromatogram Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ Kafein konsentrasi 4 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 22. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 23. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 24. Kromatogram Penentuan Akurasi dan Presisi Kafein konsentrasi 17 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 25. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 26. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 27. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 1 Kafein konsentrasi 17 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 28. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein konsentrasi 6 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 29. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein konsentrasi 12 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 30. Kromatogram Penentuan Presisi Inter-run 2 Kafein konsentrasi 17 µg/mL dengan
penambahan SI Asetanilida 8 µg/mL

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 31. Contoh perhitungan konsentrasi kafein dan asetanilida dari penimbangan hingga
larutan seri

Perhitungan konsentrasi larutan stok kafein/SI


20 mg kafein/SI dilarutkan dengan pelarut hingga 5 mL
Konsentrasi larutan stok kafein/SI = 20 mg / 5 mL
= 4 mg/mL

Perhitungan konsentrasi larutan intermediet kafein 800 g/mL


1000 L larutan stok kafein 4 mg/mL diencerkan dengan pelarut hingga 5 mL
Konsentrasi larutan intermediet kafein = 4 mg/mL x 1000 L / 5mL
= 800 g/mL

Contoh perhitungan larutan seri kafein 120 g/mL


150 L larutan intermediet kafein 800 g/mL diencerkan dengan pelarut hingga 1 mL
Konsentrasi larutan seri kafein = 800 g/mL x 150 L / 1mL
= 120 g/mL

Perhitungan konsentrasi larutan intermediet asetanilida 320 g/mL


1000 L larutan stok asetanilida 4 mg/mL diencerkan dengan pelarut hingga 5 mL
Konsentrasi larutan intermediet asetanilida = 4 mg/mL x 1000 L / 5mL
= 800 g/mL

Contoh perhitungan larutan SI asetanilida 160 g/mL


1 mL larutan intermediet asetanilida 320 g/mL diencerkan dengan pelarut hingga 2 mL
Konsentrasi larutan asetanilida = 320 g/mL x 1 mL / 2mL
= 160 g/mL

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 32. Contoh Perhitungan pengenceran konsentrasi kafein dan asetanilida yang dispike dalam
plasma darah hingga diinjeksikan ke sistem KCKT

Pada tahap preparasi plasma darah :


200 µL larutan seri kafein/SI diencerkan hingga 1000 µL = 5x Pengenceran
Pada tahap preparasi cairan supernatan :
500 µL larutan seri kafein/SI diencerkan hingga 2000 µL = 4x Pengenceran

Total Pengenceran = 5 x 4
= 20

Contoh perhitungan konsentrasi kafein sebenarnya yang diinjeksikan :

Jika dilakukan penambahan kafein dengan konsentrasi 120 g/mL, maka konsentrasi
kafein yang diinjeksikan adalah :
120 g/mL x 200 L = 48 g/mL dalam 1000 L
48 g/mL x 500 L = 12 g/mL dalam 2000 L
Sehingga didapatkan konsentrasi kafein yang diinjeksikan pada sistem KCKT yaitu
12 g/mL
Jika dilakukan penambahan kafein dengan konsentrasi 120 g/mL, maka konsentrasi
kafein yang diinjeksikan adalah :
160 g/mL x 200 L = 32 g/mL dalam 1000 L
32 g/mL x 500 L = 8 g/mL dalam 2000 L
Sehingga didapatkan konsentrasi SI asetanilida yang diinjeksikan pada sistem KCKT
yaitu 8 g/mL

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 33. Perhitungan kurva kalibrasi

Kurva Kalibrasi I
1.6
1.4 y = 0.0662x - 0.0207
1.2 R² = 0.9881
Rasio AUC

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Konsentrasi kafein

Kurva Kalibrasi I Linear (Kurva Kalibrasi I)

KURVA KALIBRASI YANG DIGUNAKAN


Kurva Kalibrasi I
No (ppm) Konsentrasi Teoritis
AUCKafein
Kafein AUC Asetanilida Rasio AUC
0 0 0 468658 0
6 6.159 206266 491638 0.419549
8 8.212 255481 524532 0.487065
12 12.318 428079 564635 0.758152
16 16.424 591080 529822 1.11562
18 18.477 636064 515905 1.232909
20 20.53 708427 546445 1.296429
Rata-Rata 528829.5
Noise 10946.7707

43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 34. Penentuan LOD, LLOQ, dan LOQ


PENENTUAN LOD LLOQ DAN LOQ

Replikasi 1
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ Noise 10947
1.002 96871 2.70 8.8493 PASS PASS FAIL LOD jika AUC Kafein > 32840
2.004 83983 2.45 7.6719 PASS PASS FAIL LLOQ jika AUC Kafein > 54734
3.006 125233 3.29 11.4402 PASS PASS PASS LOQ jika AUC Kafein > 109468
4.008 163103 4.09 14.8996 PASS PASS PASS

Replikasi 2
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9885 66803 2.12 6.1025 PASS PASS FAIL
1.977 105212 3.02 9.6112 PASS PASS FAIL
2.966 133124 3.73 12.1610 PASS PASS PASS
3.954 160687 4.67 14.6789 PASS PASS PASS

Replikasi 3
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9985 45095 1.51 4.1195 PASS FAIL FAIL
1.997 96980 2.80 8.8592 PASS PASS FAIL
2.996 140649 3.68 12.8484 PASS PASS PASS
3.994 190242 5.00 17.3788 PASS PASS PASS
44

Replikasi 4
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9850 54419 1.65 4.9712 PASS FAIL FAIL
1.970 96277 3.08 8.7950 PASS PASS FAIL
2.955 171130 4.75 15.6329 PASS PASS PASS
3.940 219945 6.07 20.0922 PASS PASS PASS

Replikasi 5
Kadar Teoritis Kafein AUC Kafein Kadar Terukur S/N LOD LLOQ LOQ
0.9860 43212 1.35 3.9475 PASS FAIL FAIL
1.972 86296 2.63 7.8832 PASS PASS FAIL
2.958 164644 4.56 15.0404 PASS PASS PASS
3.944 186556 4.95 17.0421 PASS PASS PASS

PRESISI KADAR TERUKUR LOD, LLOQ, DAN LOQ


Rata-Rata Kadar Terukur
Konsentrasi kafein (ppm)
Kadar Terukur SD CV << PRESISI
1 1.867237327 0.545365266 29.21%
2 2.798606774 0.263655285 9.42% LOD
3 4.000028569 0.624624491 15.62% LLOQ
4 4.955392238 0.720697993 14.54% LOQ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 35. Perhitungan Akurasi dan Presisi Intraday

Akurasi Presisi Intraday AKURASI PRESISI

Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Teoritis Kafein Kadar Terukur Kafein Akurasi SD CV
1 218689 486183 0.45 5.937 7.11 119.71%
2 247703 546344 0.45 5.757 7.16 124.39%
6 ppm 3 223421 557534 0.40 5.964 6.37 106.74% 0.69 9.83%
4 212419 525933 0.40 6.078 6.41 105.52%
5 286053 557749 0.51 5.958 8.06 135.28%
534748.6 Rata-rata 118.33%

Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Teoritis Kafein Kadar Terukur Kafein Akurasi SD CV
1 486872 600099 0.81 11.874 12.57 105.85%
2 400756 455324 0.88 11.514 13.61 118.19%
12ppm 3 502430 617906 0.81 11.928 12.60 105.60% 0.53451 4.07%
4 468085 529341 0.88 12.156 13.67 112.46%
5 487243 567683 0.86 11.916 13.28 111.43%
45

554070.6 Rata-rata 110.70%

Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Teoritis Kafein Kadar Terukur Kafein Akurasi SD CV
1 613976 536598 1.14 16.8215 17.60 104.61%
2 631545 571517 1.11 16.3115 17.01 104.25%
17ppm 3 680469 546341 1.25 16.898 19.13 113.19% 0.8601 4.73%
4 584426 486586 1.20 17.221 18.46 107.17%
5 654271 537638 1.22 16.881 18.70 110.75%
535736 Rata-rata 107.99%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 36. Perhitungan Presisi Interday 1

Presisi Interday I PRESISI INTERDAY 1

Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar terukur SD CV
1 235941 521931 0.45 7.14
2 260523 578433 0.45 7.12
6 ppm 3 212343 541747 0.39 6.23 0.5196 7.7851%
4 245594 565934 0.43 6.87
5 195945 519085 0.38 6.01
RATA-RATA 6.67

Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar terukur SD CV
1 395785 536690 0.74 11.45
2 476863 585690 0.81 12.61
12ppm 3 477027 556130 0.86 13.27 0.9799 7.5710%
4 502809 552192 0.91 14.07
5 476438 553514 0.86 13.31
RATA-RATA 12.94

Konsentrasi Kafein Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar terukur SD CV
1 666889 586638 1.14 17.48
2 665592 556619 1.20 18.38
17ppm 3 620365 508083 1.22 18.76 0.6135 3.3173%
4 664920 535979 1.24 19.05
5 687626 561919 1.22 18.80
RATA-RATA 18.49

Lampiran 37. Perhitungan Presisi Interday 2

Presisi Interday II PRESISI INTERDAY 2

Konsentrasi Kafein
Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Terukur SD CV
1 234716 508160 0.46 7.29
2 210522 552409 0.38 6.07
6 ppm 3 210733 488068 0.43 6.83 0.4470 6.6456%
4 217173 501269 0.43 6.86
5 194011 467566 0.41 6.58
Rata-Rata 6.73

Konsentrasi Kafein
Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Terukur SD CV
1 465726 505947 0.92 14.22
2 472280 506620 0.93 14.39
12ppm 3 435047 493303 0.88 13.63 1.0545 7.7662%
4 455232 506992 0.90 13.88
5 385496 508387 0.76 11.77
Rata-Rata 13.58

Konsentrasi Kafein
Replikasi AUC Kafein AUC Asetanilida AUC Kafein : AUC Asetanilida Kadar Terukur SD CV
1 600790 535982 1.12 15.93
2 640693 511024 1.25 17.74
17ppm 3 628650 509703 1.23 17.47 0.9284 5.3044%
4 650267 505442 1.29 18.19
5 651041 506450 1.29 18.18
Rata-Rata 17.50

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Validasi Metode Bioanalisis Kafein dalam


Sampel Darah Orang Jawa dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi Fase Terbalik” yang memiliki nama lengkap Suryatmoko
Agung, lahir di Lubuklinggau pada tanggal 5 Februari 1996. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Johan
Wijaya dan Cynthia Ratna Dewi Tan. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh penulis adalah TK Xaverius Lubuklinggau (1999-2001),
pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD Xaverius Lubuklinggau (2001-
2007), pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius
Lubuklinggau (2007-2010), pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius
Lubuklinggau (2010-2013). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2013). Penulis aktif dalam berbagai
kepanitiaan, organisasi, serta kegiatan semasa menempuh pendidikan sarjana, antara lain
Kepanitiaan Acara Seminar Vegetarian Gobind Vashdev “Your Health, Your Happiness
2013” sebagai divisi konsumsi, Kepengurusan GMCBP 2014/2015 di Vihara Buddha Prabha
sebagai Koordinator Puja, Kepanitiaan Waisak GMCBP 2558 BE/2014 “Buddha Memimpin
Kita Hidup Berkesadaran” sebagai Koordinator Puja, Kepanitiaan Inisiasi Universitas
Sanata Dharma (Insadha) 2014 sebagai Anggota Divisi Medis, Kepanitiaan Makrab
GMCBP 2014 “Have Fun with Kalyanamitta” sebagai divisi konsumsi, Kepanitiaan Cara
Belajar Insan Aktif (CBIA) 2015 sebagai Koordinator divisi PubDekDok. Penulis juga
berperan aktif sebagai asisten praktikum yakni asisten praktikum Kimia Dasar 2015/2016.
Penulis juga aktif dalam organisasi fakultas, yakni Herbal Garden Team dan UKF
Badminton. Penulis juga pernah terlibat sebagai ketua tim dalam Program Kreativitas
Mahasiswa Pengabdian Masyarakat yang didanai Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

47

Anda mungkin juga menyukai