Anda di halaman 1dari 36

Tambahan Coper Kisdam dengan pintu ke coper kisdam sebelumnya yang sudah

dikerjakan, File ini gabungan dengan coper yang sebelumnya, coper terbaru
dimulai dari Penentuan Profil Muka Air ,, Kalau bingung PC
Bagian Dengan Pintu
K =1
u = 0,8
a = (Dengan coba – coba)
b = (Lebar pintu total)
Asumsi h = (hasil dari Goalseek)
Q = K.u.a.b.√ 2. g . h
=
=
=
Q hitung = Q rencana ( OK !!! )
h = (Hasil dari goalseek)
w = h/3
=
=
Hkisdam =H+w=
Tebal karung = 0,25 m
Panjang Karung = 1,00 m
Total tumpukan = Hkisdam / Hkarung
=
3.5. Bendung Tetap
3.5.1. Definisi Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang digunakan untuk
meninggikan muka air sungai untuk keperluan irigasi, pemenuhan kebutuhan air baku
dan lain-lain.

3.5.2. Fungsi Bendung


Fungsi dari bendung yaitu :
1. Menaikkan elevasi muka air sungai
2. Mengalirkan air sungai ke saluran irigasi melalui intake
3. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran irigasi ( melalui kantong lumpur).
4. Menstabilkan muka air sungai
5. Menyimpan air dalam waktu singkat.

3.5.3. Komponen- Komponen Bendung


Komponen bendung tetap terdiri atas lima bagian utama yaitu :
1. Tubuh Bendung
2. Intake
3. Bangunan pembilas
4. Bangunan Perlengkapan
5. Penangkapan Sedimen

3.5.4. Pemilihan lokasi dan Penentuan Jenis bendung


Untuk kriteria pemilihan lokasi bendung direncanakan sebagai berikut :
1. Untuk daerah dengan kemiringan sedang sesuai untuk dibangun bendung tetap
2. Untuk daerah yang mempunyai kemiringan landai (dibagian hilir) sesuai untuk
dibangun bendung gerak.

3.5.5. Pintu Pembilas


Pintu pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup. Pintu
dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-keuntungan berikut:
 Ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui pintu-
pintu yang tertutup selama banjir.
 Pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu dibuat
dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan.
Kelemahan-kelemahannya:
 Sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir; hal ini bisa menimbulkan
masalah, apalagi kalau sungai mengangkut banyak bongkah. Bongkah-bongkah
ini dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit disingkirkan. Benda-benda
hanyut bisa merusakkan pintu.
 Karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka air akan
mengalir melalui pintu pembilas; dengan demikian kecepatan menjadi lebih
tinggi dan membawa lebih banyak sedimen.
Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan tebuka. Jika bongkah
yang terangkut banyak, kadang-kadang lebih menguntungkan untuk merencanakan
pembilas samping (shunt sluice), Pembilas tipe ini terletak di luar bentang bersih
bendung dan tidak menjadi penghalang jika terjadi banjir.

3.6 Penentuan Lebar Efektif Bendung


3.6.1. Definisi Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung dikurangi tebal pilar dan tebal
pintu. Lebar efektif bendung (Be) dihubungkan dengan lebar bendung yang sebenarnya
atau lebar mercu bendung (B) dengan persamaan seperti dijelaskan selanjutnya.

3.6.2. Perencanaan Lebar Efektif Bendung


Rumus Lebar Efektif Bendung :
Be = B – 2.(n.Kp + Ka). H1
Dimana :
Be = lebar efektif bendung
B = lebar mercu bendung
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi (m)
Nilai Ka dan Kp dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5.Harga Koefisien Kontraksi
Bentuk Pilar Kp
Pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang dibulatkan pada 0.02
jari-jari yang hampir sama dengan 0.1 dari tebal pilar
Pilar berujung bulat 0.01
Pilar berujung runcing 0
Bentuk Tembok Hulu Ka
Pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 90o ke arah aliran 0.20
Pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90o ke arah aliran 0.10
dengan 0,5 H1> r > 0,15 H1
Pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih 0
dari 45o ke arah aliran
Sumber : KP 02-Bangunan Utama

Data Teknis
Data perencanaan lebar bendung :
 Lebar sungai asli (B) = 15.039 m ... (didapat dari gambar)
 Lebar sungai rencana (b) = 1.2 x B = 1.2 x 15.039= 18..047 m
 Jumlah pilar (n) =0
 Tebal pilar utama = 2.0 m
 Tebal pilar pembilas = 1.29 m
Lebar pintu pembilas (p) = (1/6 – 1/10) x b = 1/7 x 18.047= 2.58m
direncanakan 2 buah pintu pembilas dengan lebar masing-masing 1.29 m dengan
1 buah pilar dengan lebar masing-masing 1.29 m.
Pilar direncanakan dengan : (dari tabel 4.3 KP-02 Bangunan Utama)
Kp = 0.01 (pilar berujung bulat)
Ka = 0.10 (pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90o ke arah
aliran dengan 0,5 H1> r > 0,15 H1)
 Lebar dinding penahan (l) = 0.5 m
Direncanakan di kanan kiri sungai masing-masing dengan lebar 0.5 m.

Lebar Mercu Bendung :


B = b–(pintu pembilas+pilar)–pilar utama – dinding penahan
= 18.047 – (2.58+ 1.29) – 2 – 2 - 1
= 11.18 m
Lebar Efektif Bendung :
Be = B – 2.(n.Kp + Ka). H1
= 11.18– 2.( 0 x 0.01 + 0.1). He
= 11.18– 0.20 He

3.6.3. Tinggi Energi


3.6.3.1.Perhitungan Penentuan Nilai Cd
Langkah-langkah perencanaan Cd :
1. Asumsi Cd.
Menghitung Hd
Q Q
V = =
A Be ( P+ He )
V2
Hd = He−
2g
2. Co = 1.3 (konstanta)
3. Menghitung P / Hd
4. Menghitung He / Hd
5. Mencari C1 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.10 hal.49)
6. Menghitung P/He
7. Mencari C2 (KP 02 Bangunan Utama grafik 4.7 hal 45)
8. Menghitung Cd = Co . C1 . C2
9. Apabila Cdasumsi = Cd hitung asumsi benar
10. Apabila Qhitung ≥ Qdesign asumsi benar
* Perhitungan penentuan nilai Cd :
1. Cd asumsi = 1.26 He = 0.8947 m
2. Be = 11.0 m
3. V = 0.552 m/dt
4. Hd = He – (V2/2g)
= 0.8947 – (0.5522 / 2 . 9,81)= 0.879 m
5. Co = 1.3 (konstanta)
Gambar 3.8. Harga-Harga Koefisien Co

6. P / Hd= 2.4 / 0.8792 = 2.73


7. He / Hd = 0.8497 / 0.8792 = 1.018
8. Dari grafik didapatkan C1 = 0.980

Gambar 3.8. Harga-Harga Koefisien C1

9. P / He = 2.4 / 0.8947 = 2.68


10. Untuk kemiringan muka hulu bendung 1:0.67, dari grafik didapat C2 = 1.000

Gambar 3.9. Harga-harga Koefisien C2

11. Cd = Co .C1 . C2
=1.3 x 0.970 x 1.000
= 1.26
12. Cd hitung (=1.26) sama dengan Cd asumsi (=1.26) ….. OK !!
13. Q = Cd. 2/3. (2/3.g)0.5. Be .He1.5
= 1.26 x 2/3 x (2/3 x 9.81)0.5x11.00 x(0.8947)1.5
= 20 m3/dt
Q hit ≥ Q rencana
20.m3/dt ≥ 20m3/dt .....OK !!

3.6.3.2. Perhitungan H1
Data Teknis :
Cd = 1.26 (asumsi)
Rumus :
Q = Cd. . ( .g)0.5. Be .H10.5

20 = 1.26. 2/3. (2/3. 9.81)0.5. (11.18– 0.20 He). He1.5


20 = 2.150 . (11.18– 0.20 He). He1.5
22.345 = (11.18– 0.20 He). He1.5
Dengan cara coba-coba didapat H1 =He =0.8947 m

 Be= 11.18 – 0.20 He


= 11.18 – 0.20 (0.8947)
= 11.00 m
 A = Be ( P + H1 )
=11.00 ( 2.4 + 0.8947)
= 11.04 m2
 V =

20
=
11.04
= 0.552 m/dt

 Hd = H1 –
= 0.8947 – (0.5522 / 2 . 9,81)
= 0.8792

3.7. Mercu Bendung


3.7.1. Macam - Macam Mercu Bendung
Ada 2 tipe mercu bendung yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu :
 Tipe Bulat
 Tipe Ogee, ada 4 macam :
1. Ogee I 3. Ogee III
2. Ogee II 4. Ogee IV
Gambar 3.10. Bentuk-Bentuk Mercu Ogee

3.7.2 Penentuan Elevasi Puncak Mercu Bendung


3.7.2.1 Kriteria Elevasi Puncak Mercu Bendung
Elevasi puncak mercu bendung ditentukan berdasarkan elevasi sawah tertinggi
yang akan diairi, ditambah dengan total kehilangan tinggi tekan pada bangunan-
bangunan dan saluran-saluran yang ada pada jaringan tersebut.

3.7.2.2 Data Teknis


Diketahui :
Elevasi dasar sungai = + 26.970
Elevasi sawah tertinggi = + 27.870.............(ditentukan asisten)

3.7.2.3 Perhitungan Elevasi Puncak Mercu Bendung


a). Elevasi Mercu Bendung
Maka perhitungan elevasi mercu bendung :
1. Elevasi sawah tertinggi = + 26.970
2. Tinggi air di sawah = 0.100
3. Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah = 0.100
4. Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier = 0.100
5. Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder = 0.100
6. Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0.150
7. Kehilangan tekanan pada alat ukur = 0.400
8. Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer = 0.200
9. Persediaan untuk eksploitasi = 0.100
10. Persediaan untuk lain-lain = 0.250 +
Elevasi Mercu Bendung = + 29.370
b). Tinggi Bendung
Tinggi bendung = Elevasi mercu bendung – Elevasi dasar sungai
= 29.370 – 26.970
= 2.400 m
c). Lebar Bendung
Lebar bendung adalah jarak antara pangkal bendung (abutment), sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.Dalam menentukan lebar
bendung, faktor utama yang dapat dipakai adalah pertimbangan lebar sungai yang ada.
Ketentuan untuk lebar maksimum bendung adalah  1.2 kali lebar rerata sungai
pada ruas yang stabil. Hal ini mempunyai tujuan agar setelah bendung dibangun, tidak
terlalu banyak mengganggu aliran sungai.

3.7.3. Perencanaan Mercu Bendung


3.7.3.1. Perencanaan Mercu bagian Hulu

Rumus Pengaliran
2 2
Q= x Cd x ( .g)0,5 x Be x He1,5
3 3
Keterangan :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = Co.C1.C2)
g = percepatan gravitasi (m2/dt)
Be = lebar efektifbendung (m)
He = tinggi energi di atas mercu (m)
Dalam perencanaan ini digunakan mercu bendung tipe OGEE II
Data-data teknis yang diketahui :
 Lebar mercu bendung (B) =11.18 m
 Lebar efektif bendung (Be) = 11 m
 Debit rencana(Q) = 20 m3/dt
 Elevasi dasar sungai = + 26.970
 Elevasi puncak bendung = + 29.370
 Tinggi bendung (P) = 2.4 m
 He (H1) = 0.8947 m
 Hd = 0.8792 m

3.7.3.2. Perencanaan Mercu bagian Hilir


Persamaan Bentuk Pelimpah Ogee III
X1.810 = 1.939 . Hd0.810.Y
X1.810 = 1.939 . (0.8792)0.810. Y
Y =0.505 . X1.810
Misal :
Y’ = 0.505 x 1.810. X0.810
Y’ = 0.570. X0.810
Titik awal melalui gradien
Misal : Y’ = 1
1 = 1.032 . X0.810
X0.810 = 0.969
X = 0.962
Y = 0.570. (0.962) 1.836
= 0.532
Jadi Koordinat Titik Potong Mercu (0.962 ; 0.532)
Perhitungan selanjutnya ditabelkan :

Tabel 3.6. Persamaan Bentuk Pelimpah OGEE III

X Y
0.100 0.009
0.200 0.031
0.300 0.064
0.400 0.109
0.500 0.163
0.600 0.226
0.700 0.299
0.800 0.381
0.900 0.471
0.962 0.532
Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk Mercu Type OGEE III :


R1 = 0.48 x Hd Jarak R1 = 0.115 x Hd
= 0.48 x 0.8792 = 0.115 x 0.8792
= 0.422 m = 0.101 m
R2 = 0.22 x Hd Jarak R2 = 0.214 x Hd
= 0.22 x 0.8792 = 0.214 x 0.8792
= 0.193 m = 0.188 m

3.7.3.3. Kemiringan Hilir Bendung


Kemiringan hilir bendung memakai (sesuai soal)

3.7.3.4.Titik Potong antara Kemiringan Mercu Ogee dengan Kemiringan Bendung


dy
Titik Potong antara Kemiringan Mercu Ogee dengan Kemiringan adalah =n,
dx
n= kemiringan bendung. Panjangnya sampai ke sungai asli. Perpotongan antara mercu
ogee dan kemiringan adalah (Sesuai perhitungan) .

3.7.3.5. Gambar Lengkung Harold


(Terlampir)

3.7.4. Penentuan Profil Muka Air


3.7.4.1. Definisi Profil Muka Air
Pengukuran tinggi muka air di atas mercu bendung dilakukan sedikit agak ke
hulu, yaitu sebelum air berubah bentuk permukaannya mengikuti kelengkungan mercu.
Loncatan hidrolis yaitu naiknya air secara tiba-tiba dari air yang mengalir dengan
kecepatan tinggi berkedalaman rendah bergabung dengan air yang mengalir dengan
kecepatan rendah dan berkedalaman tinggi.
Tinggi loncatan hidrolis tergantung dari kecepatan dan banyaknya air yang meloncat.
Untuk loncatan hidrolis harus diperhitungkan agar kedalaman air di hilir tidak kurang
dari kedalaman konjugasi, karena loncatan akan bergerak ke hilir sehingga loncatan
akan menghempas bagian sungai yang tidak terlindungi yang umumnya menyebabkan
penggerusan yang luas.
3.7.4.2. Perhitungan Profil Muka Air di atas Bendung
Langkah perhitungan :
1. Tentukan harga Z
2. Dengan coba-coba didapat nilai Yz
3. Hitung Vzdan Fz
4. Elevasi lereng bendung = elevasi mercu bendung – z
5. Elevasi muka air = elevasi lereng bendung + Yz (Y2)

Rumus perhitungan :
 Perhitungan Yz
2g¿ (Dengan cara trial & error didapat nilai Yz )
 Perhitungan Vz
Q
Vz=
Be . Yz
 Perhitungan Fz
Vz
Fz=
√9,81. Yz

Perhitungan Profil Aliran :


Contoh perhitungan pada Z = 0.504

20
√ 2 x 9.81 x(0.54+0.8947−Yz) - (11 x Yz ) = 0
Dengan caratrial and error diperoleh nilai Yz = 0.411
20
 Vz = =
0.411 x 11
= 4.426 m/dt
4.426
 Fr = = = 2205
√ 9.81 x 0.411
Perhitungan selanjutnya ditabelkan :

Tabel 3.7. Perhitungan Profil Aliran


Elevasi lereng Elevasi
z Yz Vz Fr
bendung muka air
0.514 0.411 4.43 2.20 28.856 29.267
1.029 0.325 5.60 3.14 28.341 28.666
1.543 0.279 6.51 3.93 27.827 28.106
2.057 0.250 7.28 4.65 27.313 27.562
2.572 0.228 7.97 5.33 26.799 27.027
3.086 0.211 8.60 5.97 26.284 26.496
3.600 0.198 9.18 6.59 25.770 25.968
Sumber: Hasil Perhitungan
3.7.4.3. Gambar Profil Muka Air
(Terlampir)

3.8. Perencanaan Peredam Energi


3.8.1. Perhitungan Loncatan Hidraulik pada Bendung
3.8.1.1 Kecepatan di Bagian Awal Loncatan
V 1= √2.g ( Z + He- Yz)
Keterangan:
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
H1 = Tinggi energi di atas mercu (m)
Z = Tinggi jatuh (m)

Data-data teknis:
 Elevasi Mercu Bendung = +29.370
 He (H1) = 0.8947 m
 Yz = 0.411 m
Maka, kecepatan di bagian awal loncatan :
3.8.1.2. Kedalaman Air Setelah Loncatan
y2 1
=( (( √ 1+8 . Fr 2 )−1 )
y1 2
v1
Fr=
√ g . y1
Keterangan:
y2 = kedalaman air setelah loncatan air (m)
y1 = kedalaman air di awal loncat air (m)
Fr = bilangan froude
V1 = kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi
Mencari Y2
1
 y 2= ( √1+8.( 8.36 32)−1) x
2
Y2 = 1.748 m

3.8.1.3.Panjang Loncatan Hidraulik

Lj = 5 (a + Y2)
Keterangan :
Lj = panjang loncatan (m)
Y2 = tinggi loncatan di atas ambang (m)

Lj = 5 (0.075 + 0.1748)
= 9.119 m

3.8.2. Panjang Peredam Energi


D1 = Y1
= 0.250 m
D2 ¿ 0.5+ √ 1+8. Fr2 −1. D 1
=
L/D2 = dari grafik
L = L/D2 . D2
=

3.8.3. Tipe Peredam Energi dan Penentuan Tipe Peredam Energi


 USBR Tipe I
Syarat : Bilangan Froude (Fr) < 4,5

 USBR Tipe II
Syarat :
1. Debit persatuan lebar (q) >45 m3/dt/m
2. Bilangan Froude (Fr) > 4,5

 USBR Tipe III


Syarat :
1. Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m
2. Bilangan Froude (Fr) > 4,5

 USBR Tipe IV
Syarat : Bilangan Froude (Fr) 2,5 – 4,5
 Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam
Syarat : Kedalaman hilir sangat besar dibanding kedalaman normal hilir

 Peredam Energi Tipe Vlughter


2
Syarat : h c = 3 q
√g
Keterangan:
hc = kedalaman air kritis (m)
q = debit per lebar satuan (m2/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Penentuan Tipe Peredam Energi
Data-data teknis :
Fr = 6.588
V = 9.18 m/dt
Untuk Fr > 4,5 dan V < 18 m/dt, maka digunakan Kolam Vlugter

3.8.4. Elevasi Dasar Peredam Energi


Aliran yang melalui mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat tinggi,
dengan kondis aliran superkritis dapat menimbulkan kerusakan berupa penggerusan
pada bagian pelimpah (belakang), sehingga akan dapat menyebabkan terganggunya
stabilitas bendung tersebut. Untuk menghindari hal tersebut, perlu upaya untuk
mengubah kondisi aliran superkritis, yaitu dengan meredam energi aliran tersebut.
Untuk itu ada beberapa tipe peredam energi, antar lain :
- Type loncatan (Water jump Type)
- Type Kolam Olakan (stilling Bazin Type)
- Type Bak Pusaran (Roller Bucker type)
Pada perhitungan bendung ini, untuk peredam energi dipilih tipe kolam olakan,
dalam hal ini kolam olakan datar. Kolam olakan datar mempunyai empat tipe yang
dibedakan menurut hidrolika alirannya dan konstruksi (kondisi).
Dari perhitungan sebelumnya diketahui :
Elevasi mercu bendung = + 29.370
P + ∆z = 3.6 m
Maka :
Elevasi dasar kolam olak = elevasi mercu bendung – (P +∆z)
= + 29.370 – 3.6
= + 25.770

3.8.5. Dimensi Peredam Energi


Perhitungan dimensi kolam olakan :

Q50 48 m3/dt
Fr1 5.728
Beff 24.536 m
m3/dt/
q 1.956 m
Y1 0.250 m

D1 = Y1
= 0.250 m
D2 ¿ 0.5+ √ 1+8. Fr2 −1. D 1
=

L/D2 = dari grafik


L = L/D2 . D2
=
Jarak Buffle blok ke chute blok
0.8 D2 = 1.52278 m

Penggambaran Buffle
Piers
Dimensi:
H3/D1 = 1.95
H3 = 0.48736 m
0.2 H3 = 0.09747 m
W3 = 0.36552 m
jarak:
S3 = 0.36552 m
Pojok = 0.18276 m

Penggambaran End Sill


Dimensi:
H4/D1 = 1.495
H4 = 0.37365 m
0.2 H4 = 0.07473 m
3.8.6. Gambar Peredam Energi dan Profil Muka Air
3.9 Perencanaan Panjang Lantai Muka (Apron)
3.9.1 Panjang dan Tebal Lantai Apron
Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan perbedaan tekanan,
selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan
termudah dan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line“, maka
untuk memperbesar hambatan. Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai
muka atau dinding vertikal.

3.9.2 Faktor yang Mempengaruhi Panjang Lantai Apron


Faktor yang mempengaruhi panjangnya lantai apron adalah dari stabilitas dan
panjang lintasan yang dibutuhkan bagi air untuk merembas. Sedangkan panjang
rembesan ini dapat dihitung dengan metode yang ada. Dari metode tersebut dapat
diketahui nilai koefisien rembesan dan dapat diketahui apakah lantai apron aman dari
rembesan atau tidak.

3.9.3 Metode untuk Menghitung Panjang Lantai Apron


 Teori Line
Teori lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang
diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertikal lebih besar daripada arah horizontal
dengan perbandingan 3 : 1 , sehingga dapat didapat :
Lv = 3 Lh
LV +1/3 LH
Clane=
H
Dimana :
H = Tekanan
L = Panjang creep line

3.9.4 Perhitungan Terhadap Rembesan ( Metode Lane dan Bligh )


Yang dihitung adalah rembesan pada pondasi bendungan. Cari referensi
perhitungan. Langsung Tulis pada kertas kerapian ,, Jenis tanah adalah Coarse
sand / Pasir kasar
 Lane
Panjang LV (Vertikal) = V1 + V2 + V3 + .......
LV =
Panjang LH (Horizontal) = H1 + H2 + H3 + H4 + .....
LH =
1/3 LH =
H (Perbedaan ketinggian air P + Hd dengan tinggi Y2)
LV +1/3 LH
Clane=
H
LV +1/3 LH
Clane=
H
Clane =
3.10. Gambar Denah dan Potongan Bendung (Long & cross section)
3. 10.1 Gambar Denah dan Potongan Bendung dengan Saluran Pengelak dan
Kisdam
3.11. Desain Dinding Penahan
3.11.1. Definisi Dinding Penahan
Dinding penahan dibangun di bagian kanan dan kiri bendung yang berfungsi
untuk menahan tanah yang ada di samping kiri dan kanan bendung supaya tidak
longsor.
Perhitungan terhadap stabilitas dinding penahan pada tubuh bendung dipilih
pada bagian tertinggi. Perhitungan dengan memperhatikan keadaan air normal dan pada
perencanaan ini tidak diperhitungkan gempa.

 Stabilitas terhadap guling


SF = MT / MG > 1,5
Dimana : SF = angka keamanan
MT = momen tahan
MG = momen guling
 Stabilitas terhadap geser
Sf = (f .  V) /  H > 1,5
Dimana : f = koefisien geser (tg )
 V = jumlah gaya vertikal
 H = jumlah gaya horisontal

e =  ( M /  V) – (L/2)   1/6
maka :
 tanah = ( V / L) * [1  (6.e)/ L] <  ijin
dimana :
e = eksentrisitas
 M =  Mz – Ma (tanah)
 Tekanan tanah
Pa = Ka . t . h2 + ½ . Ka . z . h2
Dimana :
Pa = tekanan tanah (tm)
H = tinggi jatuh (m)
z = berat jenis tanah
 Koefisien tanah aktif (Ka)
Ka = ( 1 – sin  ) / ( 1 + sin  )
Dimana  = sudut geser tanah
 Koefisien tanah pasif (Kp)
Kp = 1 / Ka

3.11.2 Dimensi Dinding Penahan

Gambar 3.11. Sketsa Perencanaan Dinding Penahan

Data-data tanah di lokasi bendung :


 Sudut geser dalam (  ) = 32o
 Lebar Bawah = 4,30086 m

Data-data teknis :
P =3m
Hd = 1.189 m
D = 1,0 m
Data perencanaan dinding penahan:
1. h = P + Hd = 3 + 1.189 = 4.189 m
2. w = 1/3 h = 1/3 . 4.189 = 1.396 m
3. H = P + Hd + w + D = 3 + 1.189 + 1.396+ 1,0 = 5,586 m
4. 0,1 H = 0,1 . 6,664 = 0,5586 m
5. B = 0,7 H = 0,7 . 6,664 = 4,30086 m
3.11.3. Gambar Dinding Penahan
3.13.4. Kontrol Stabilitas Terhadap Guling, Geser, dan Daya Dukung Tanah
1−sin φ 1−sin 32
 Ka = 1+sin φ = 1+sin32 = 0,307
Kp = 1 / Ka = 1 / 0,307 = 3,254
Tanah Timbunan
ɣs = 19 kN/m3
C = 0
Ф = 34 derajat
Tanah Asli
ɣs = 19 kN/m3
C = 20 kN/m
Ф = 32 derajat

ɣw = 9.81 kN/m3
ɣc = 24 kN/m3
ɣ' = 9.19 kN/m3
ɣ'2 = 9.19 kN/m3
Gambar 3.11. Desain Dinding Penahan

Tabel 3.11. Perhitungan Gaya Vertikal


Lenga
Notas Gaya Momen
Volume per meter (m2) ɣ n
i (t) Tahan (t.m)
(m)
0. 19.00
w1 1.139 x 0.441 x = 0.251 4.772 0.274 -1.307
5 0
24.00
w2 0.559 x 0.559 x 1 = 0.312 7.496 0.279 -2.093
0
0. 24.00
w3 5.586 x 0.279 x = 0.780 18.720 0.186 3.486
5 0
24.00
w4 5.586 x 0.501 x 1 = 2.796 67.093 0.529 35.512
0
24.00
w5 3.742 x 0.559 x 1 = 2.092 50.208 1.871 93.949
0
19.00 172.94
w6 2.963 x 3.072 x 1 = 9.102 2.261 390.993
0 4
19.00 141.47
w7 2.963 x 2.513 x 1 = 7.446 2.261 319.845
0 4
w8 2.963 x 2.513 x 1 = 7.446 9.810 73.045 2.261 165.141
535.75
Jumlah       1005.525
2

Sumber : Hasil Perhitungan

Contoh Perhitungan : ( Pada Notasi W1)


Volume = b x h x l (data didapatkan sesuai gambar)
= 1.139x 0.441 x 0.5
= 0,251 m3

ɣ = 19 (tanah asli)

Gaya = Volume * ɣ
= 0,251 * 19
= 4,772

Lengan = 0,274 (didapat sesuai gambar)

Momen = Gaya * Lengan *Arah Momen


= 4,772 * 0,274 * -1
= -1,307
Penggambaran Gaya Aktif
AKTIF

Jarak 1 = Ka x ɣs x H1
= 0.282715 x 19 x 3.072
= 16.5015 yang digambar 0.8685
Jarak 2 = Ka x ɣ' x H2
= 0.282715 x 9.19 x 3.072

= 7.981517 yang digambar 0.8685


Jarak 3 = H2 x ɣw
= 3.072 x 9.81
= 30.13632 yang digambar 3.072

Tabel 3.12. Perhitungan Gaya Horizontal Aktif


Lenga
Pa Momen Tahan (tm
Volume per meter (m3) n
n )
ɣ gaya (m)
3.07 0.86 25.3617215
Pa1 x x 0.5 = 1.335 3.538 -4.722
2 9 19 5
2.51 0.86 41.4765202
Pa2 x x 1 = 2.183 1.257 -2.743
4 9 19 5
0.55 0.86
Pa3 x x 1 = 0.485 0.279 0.136
9 9 19 9.2177379
2.51 0.71 0.50 9.1 8.20709779
Pa4 x x = 0.893 0.607 -0.542
4 1 0 9 5
Pa 0.55 1.57 0.50 9.1
x x = 0.441 0.251 0.111
5 9 9 0 9 4.05318177
Pa 2.51 2.51 0.50 9.8 30.9869985
x x = 3.159 0.838 -2.646
6 4 3 0 1 6
Pa 0.55 x 5.58 x 0.50 = 1.560 9.8 15.3036217 0.251 0.392
7 9 5 0 1 8
10.05 134.606879
Jumlah   -10.015
6   6

Sumber: Hasil Perhitungan


Contoh Perhitungan : ( Pada Notasi Pa1)
Volume = b x h x l (data didapatkan sesuai gambar)
= 3,072 x 0,869 x 1
= 1,335 m3

ɣ = 19 (Tanah Timbunan)

Gaya = Volume * ɣ
= 1,335 * 19
= 25,36

Lengan = 3,538 (didapat sesuai gambar)

Momen = Gaya * Lengan *Arah Momen


= 25,36 * 3,538 * -1
= -4,722
Penggambaran Gaya Pasif
PASIF
Jarak 1 = Kp x ɣs x H4
= 3.537132 x 19 x 1
= 67.20551 yang digambar 3.537132
Jarak 2 = Kp x ɣ'2 x H4

= 3.537132 x 9.19 x 1
= 32.50624 yang digambar 3.537132
Jarak 3 = H3 x ɣw
= 1 x 9.81

= 9.81 yang digambar 1

Tabel 3.13. Perhitungan Gaya Horizontal Pasif


Lenga
Momen
P Volume per meter (m3) n
Tahan (tm )
ɣ gaya (m)
Pp 3.53 0.44 29.630640
x x 1 = 1.560 0.220 0.344
1 7 1 19 41
Pp 3.53 x 0.55 x 1 = 1.978 19 37.574259 0.280 -0.553
2 7 9 59
Pp 1.56 0.44 0. 6.5320437
x x = 0.344 0.147 0.051
3 0 1 5 19 25
Pp 5.09 0.55 0. 27.070336
x x = 1.425 0.171 -0.244
4 7 9 5 19 07
Pp 0.44 0.44 0. 9.8 0.9534967
x x = 0.097 0.147 0.014
5 1 1 5 1 33
Pp 1.44 0.55 0. 9.8 3.9515032
x x = 0.403 0.171 0.069
6 1 9 5 1 67
105.71227
Jumlah 5.806   -0.319
  98

Sumber: Hasil Perhitungan


Contoh Perhitungan : ( Pada Notasi Pp1)
Volume = b x h x l (data didapatkan sesuai gambar)
= 3,537 x 0,441 x 1
= 1,560 m3

ɣ = 19 (tanah asli)

Gaya = Volume * ɣ
= 1,56 * 19
= 29,63

Lengan = 0,220 (didapat sesuai gambar)

Momen = Gaya * Lengan *Arah Momen


= 29,63 * 0,220 * 1
= 0.344

Tabel 3.14. Untuk penggambaran Gaya Uplift


Panjang
No Rembesan 1/3*L Lx*ΔH/
ΔH Lx ∑L Hk Uk
Titik (m) h ∑L
Lv Lh
2.072 2.992 2.072
0 0 0 0
1 1 2 0 1 2.0721
2 1 0 0 1 0.6925 3.072 2.3795994
1 99
4.300 1.433 2.433 1.6852 3.072 1.3868307
1
3 8 6 6 7 1 8
1.558 4.300 1.433 2.992
4 6 8 6 2 2.0721 2.513 0.4409

Tabel 3.15 Perhitungan Gaya Horizontal Uplift


Lenga
3 Momen Tahan
Pu Volume per meter (m ) ɣ gaya n
(tm )
(m)
Pu 0.464 0. 9.8 9.76738290
4.287 x x = 0.996 0.240 0.239
1 5 5 1 8
Pu 4.594 0.535 0. 9.8 12.0677773
x x = 1.230 0.258 -0.318
2 4 5 5 1 9
Pu 0.558 0. 9.8 12.7105491
4.639 x x = 1.296 0.282 0.365
3 6 5 1 9
Pu 3.645 3.742 0. 9.8 66.9240729
x x = 6.822 2.316 -15.796
4 9 3 5 1 5
Pu 1.827 0.558 0. 9.8 5.00777554
x x = 0.510 0.135 0.069
5 7 6 5 1 4
10.85
Jumlah   -15.441
4   106.477558
Sumber: Hasil Perhitungan

Contoh Perhitungan : ( Pada Notasi Pu1)


Volume = b x h x l (data didapatkan sesuai gambar)
= 4.287 x 0.4645 x 1
= 0,996 m3

ɣ = 9,81 (massa jenis air)

Gaya = Volume * ɣ
= 0,583 * 9,81
= 9,767

Lengan = 0,24 (didapat sesuai gambar)

Momen = Gaya * Lengan *Arah Momen


= 9,767 * 0,24 * 1
= 0,239
 Kontrol stabilitas terhadap geser
∑Rh = Cd X B + W x Tan Ф
= 20 X 4.300859435 + 429.275 x 0.62487
= 354.2578316

Fgs = ∑Rh = 354.2578316 = 12.260347 > 1.5 >>> OK!!!


∑Ph 28.89459981

 Kontrol stabilitas terhadap guling

Fgl = ∑Mw = 1005.525 = 39.010643 > 1.5 >>> OK!!!


∑Ma 25.776

Stabilitas terhadap keruntuhan kapasitas daya dukung tanah


Metode Hansen
 Stabilitas terhadap keruntuhan kapasitas daya dukung tanah
Metode Hansen
Xe = ∑Mw-∑Ma = 2.28233665
∑W
Eksentrisitas (e) = B - Xe = -0.131907
2
Lebar Efektif (B') = 4.5646733
A' = 4.5646733
faktor kemiringan beban
iq = 0.024371338
= 0.975628662
= 0.883939932

Berdasarkan Tabel Maka didapatkan:


Nc = 35.47
Nq = 23.2
Ny = 20.8

ic = 0.878712001
iy = 0.034119873
= 0.965880127
= 0.840651812

Sehingga menutut Hansen


qu = 1385.317642

Bila dihitung berdasarkan lebar pondasi efektif, yaitu tekanan pondasi ke tanah dasar terbagi rata secara sama, maka
q' = 94.04282293

Sehingga
F = qu = 14.73071096 > 3 >>> OK!!!
q'

Anda mungkin juga menyukai