Anda di halaman 1dari 7

ISSN:2442-7845 SELODANG MAYANG

ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PERIKANAN DI


KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Paramita Rosmi1, Gunawan Syahrantau2, Partini2
1
Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri
2
Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri

Email: Syahrantau_gsr@yahoo.co.id

Abstrak
Daya saing daerah berkaitan erat dengan kemampuan ekonomi daerah dalam hal ini terkait
dengan pemanfaatan potensi daerah untuk menghasilkan dan memasarkan produk atau jasa
yang dibutuhkan oleh pasar secara berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah : (1)
Untuk mengetahui sumbangan sektor perikanan terhadap PDRB di Kabupaten Indragiri Hilir,
(2) Untuk mengetahui apakah sektor perikanan merupakan sektor basis di Kabupaten
Indragiri Hilir, (3) Untuk mengetahui daya saing sektor perikanan di Kabupaten Indragiri
Hilir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :(1) Sumbangan sektor perikanan selama tahun 2010-
2014 fluktuatif dengan kecenderungan meningkat (3,97 % - 4,16%),(2)Sektor perikanan di
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan sektor basis dengan nilai LQ 1,08. (3)Daya saing sektor
perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir tidak berdaya saing tetapi berpotensi untuk
dikembangkan dengan nilai (Y)/Differential Shift adalah 3,863,095 dan nilai pada
(X)/Propotional Shift -117,776,07.
Kata Kunci : Sektor basis, Daya saing, Perikanan

Abstract
Regional competitiveness is closely related to the economic capacity of the region in this case
related to the utilization of regional potential to produce and market products or services
required by the market on an ongoing basis. The purpose of this study are: (1) To determine
the contribution of the fisheries sektor to the GDP in Indragiri Hilir, (2) To determine whether
the fisheries sektor is a sektor basis in Indragiri Hilir, (3) To determine the competitiveness
of the fisheries sektor in Indragiri Hilir.
The results showed that: (1) The contribution of the fisheries sektor during the 2010-2014
fluctuate with a tendency to increase (3.97% - 4.16%), (2) The fisheries sektor in Indragiri
Hilir is a sektor basis LQ value of 1.08 , (3) The competitiveness of the fisheries sektor in
Indragiri Hilir not competitive but has the potential to be developed with the value (Y) /
Differential Shift is 3,863,095 and the value of the (X) / proportional Shift -117,776,07.
Keywords: Sektor base, competitiveness, fishery

1. PENDAHULUAN kabupaten tersebut memiliki potensi sumber


daya perikanan dan kelautan yang tinggi
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan
dan diperkaya dengan keanekaragaman
rencana induk pembangunan yang membagi
hayati yang menjadikan kabupaten-
Indonesia menjadi 6 koridor ekonomi yaitu ;
kabupaten ini memiliki keunggulan
1) koridor bagian Timur Sumatera, 2) bagian
komparatif yang tinggi. Provinsi Riau
Utara Jawa Barat, pantai Utara Jawa, 3)
merupakan salah satu Provinsi yang kaya
Kalimantan, 4) Sulawesi, 5) Papua dan 6)
sumber daya alam, sehingga karakter
bagian Timur Jawa-Bali-Nusa Tenggara.
ekonominya didominasi oleh sektor berbasis
Sumatera Timur, Provinsi Riau memiliki
sumber daya alam, terutama sektor primer.
potensi besar dalam sumber daya pesisir
Kinerja perkembangan wilayah dapat dilihat
dan laut. Riau merupakan salah satu
dari berbagai indikator, diantaranya adalah
Provinsi yang memiliki potensi cukup besar
pendapatan kotor wilayah, yang dituangkan
dalam sumber daya perikanan. Provinsi Riau
dalam Produk Domestik Regional Bruto
memiliki 12 Kabupaten/kota, kabupaten-
(PDRB). Potensi keunggulan komparatif yang

Analisis Daya Saing....(Paramita et al.) 235


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

tinggi ini perlu dikembangkan, melalui suatu 2. TINJAUAN PUSTAKA


sistem usaha yang akan menghasilkan
2.1. Konsep dan Definisi Perikanan
produk dan jasa perikanan dan kelautan
Sumber daya perikanan termasuk kepada
yang memiliki daya saing tinggi. Di samping
kelompok sumber daya alam yang dapat
itu, usaha perikanan diharapkan mampu diperbaruhi (renewable source). Meskipun
meningkatkan nilai tambah sektor perikanan demikian dalam pemanfaatan sumber daya ini
dan kelautan menjadi wahana yang penting harus rasional sebagai usaha untuk menjaga
untuk menanggulangi kemiskinan. keseimbangan produksi dan kelestarian sumber
Sektor primer, terdapat potensi daya. Hal ini perlu adanya penegasan karena
perikanan. Sektor ini secara keseluruhan sumber daya perikanan merupakan sumber
baru memberikan kontribusi sebesar 1.67%. daya milik bersama (common property
Kabupaten penyumbang terbesar adalah resources) dalam artian hak properti atas
Rokan Hilir dan Indragiri Hilir [1] sumber daya tersebut dipegang secara bersama-
Di antara Kabupaten/kota yang memiliki sama sehingga tidak ada larangan bagi siapapun
potensi perikanan cukup besar adalah untuk pemanfaatannya.
Indragiri Hilir. Potensi perikanan laut Pemanfaatan sumber daya perikanan dan
Kabupaten Indragiri Hilir berada di kelautan tidak dapat dianggap sebagai
Kecamatan Reteh, Sei. Batang, Tanah pemanfaatan komoditas semata. Dengan kata
Merah, Kuala Indragiri, Concong, Mandah lain, sistem produksi dalam pemanfaatan
dan Kateman, dengan produksi mencapai sumber daya perikanan dan kelautan sangat
39.373,13 ton [2]. dipengaruhi oleh berbagai elemen-elemen
Potensi perikanan tangkap di perairan lainnya yang mempengaruhi sistem tersebut. Di
laut sebesar 109,212 Ton/Th dengan tingkat samping pendekatan ekosistem juga perlu
pemanfaatan pada tahun 2008 sebesar dilakukan dalam upaya efisensi dan optimasi
35.277,76 Ton/Th (32,30 %). Dibidang sumber daya dalam mendorong perkembangan
perikanan budidaya Kabupaten Indragiri Hilir ekonomi wilayah, diantaranya melalui
memiliki potensi lahan untuk pengembangan spesialisasi wilayah, terutama dalam
budidaya tambak seluas 31.600 Ha dengan pengembangan sektor perikanan baik hulu
tingkat pemanfaatan 1.399 Ha (4,42 %) dan maupun hilirnya.
budidaya air tawar (minatani) dengan 2.2 Pembangunan Sektor Perikanan
potensi sebesar 1.657 Ha baru dimanfaatkan
sebesar 166 Ha (10%). Sementara dibidang Revitalisasi pertanian, perikanan, dan
budidaya laut berupa pemeliharaan ikan kehutanan, merupakan suatu langkah untuk
didalam keramba jaring apung tersedia luas mewujudkan hal tersebut. Revitalisasi
areal potensial yang dapat menampung diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
nelayan (petani ikan), menyumbang terhadap
sekitar 20.000 kantong keramba [2].
ekspor non-migas, mengurangi kemiskinan, dan
Kontribusi sektor perikanan terhadap
menyerap tenaga kerja nasional. Sehingga lebih
perekonomian selama waktu tersebut dapat meningkatkan kontribusinya dalam
mengalami penurunan. Oleh karena itu, perekonomian Indonesia.
diperlukan upaya dari pemerintah dan
stakeholder terkait untuk fokus dalam 2.3 Pertumbuhan Ekonomi
membangun sektor perikanan, diantaranya Kondisi perekonomian global mengalami
melalui pengolahan yang dapat pemulihan secara perlahan pada tahun 2009,
meningkatkan nilai tambah. 2010, 2011 dan tahun 2012, setelah mengalami
Kegiatan pengolahan produk perikanan krisis perekonomian global yang mencapai
dapat meningkatkan daya saing produk puncaknya pada triwulan IV tahun 2008. Namun
tersebut. Daya saing daerah adalah saat ini perekonomian Indonesia maupun Riau
kemampuan perekonomian daerah dalam berangsur pulih dan terus mengalami
mencapai pertumbuhan tingkat peningkatan hingga tahun 2012, dan
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan perekonomian Indragiri Hilir telah melewati
dengan tetap terbuka pada persaingan pengaruh krisis global dengan capaian yang
domestik dan internasional. Indikator- cukup baik.
indikator utama dan prinsip-prinsip penentu Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dilihat
daya saing daerah salah satunya adalah melalui perkembangan Produk Domestik
perekonomian daerah [3]. Regional Bruto (PDRB) untuk lingkup ekonomi
Berdasarkan dengan uraian latar secara regional. Suatu daerah akan memperoleh
belakang diatas, maka perlu untuk pendapatan atas hasil produksi dari daerah yang
melakukan penelitian Analisis dayasaing bersangkutan yang disebut dengan PDRB. PDRB
sektor perikanan di Kabupaten Indragiri suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk
Hilir. daerah tersebut dikenal dengan pendapatan
perkapita daerah tersebut [4].

236 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016


ISSN:2442-7845 SELODANG MAYANG

Analisis Location Quetient (LQ) Data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu
ditabulasikan, kemudian disajikan dalam
Fungsi utama dari analisis LQ adalah untuk
mengetahui sektor mana yang ada di suatu bentuk tabel untuk dianalisis lebih lanjut.
daerah yang menjadi unggulan dan sektor mana
yang tidak menjadi unggulan (atau 3.1.1 Analisis Sumbangan Sektor
pertumbuhannya negatif/defisit) dengan Perikanan Terhadap PDRB
membandingkan suatu daerah dengan daerah Analisis sumbangan sektor perikanan
ditingkat atasnya pada kurun waktu tertentu [5]. terhadap PDRB untuk mengetahui kontribusi
sektor perikanan terhadap PDRB, dilakukan
LQ=(Si/Ni)/(S/N)=(Si/S)/(Ni/N) (1) dengan cara membandingkan besarnya nilai
Keterangan : PDRB sektor perikanan dengan total PDRB
Kabupaten Indragiri Hilir.
LQ : Location Quotient
Si : PDRB sektor perikanan Kabupaten thun ke t 3.1.2 Analisis Sektor Basis
Perekonomian regional terbagi atas
S : PDRB total Kabupaten tahun ke t sektor basis dan non basis. Sektor basis
Ni :PDRB sektor perikanan Provinsitahun ke t adalah sektor yang berperan besar dalam
pengembangan wilayah, karena dapat
N : PDRB total Provinsitahun ke t mengekspor produk suatu sektor kepada
Dengan kriteria : wilayah lainnya. Sektor basis diindikasikan
oleh nilai LQ >1 (Location Quotion).
LQ>1.0, sektor unggulan (basis) Sedangkan sektor non basis diindikasikan
LQ<1.0, bukan sektor komoditas (non basis) sebaliknya (LQ< 1). Sektor basis berperan
dalam pengembangan wilayah, karena
Teori basis ekonomi mendasarkan potensi untuk meraih pendapatan yang
pandangannya bahwa laju pertumbuhan besar dari ekspor. Nilai LQ juga
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
mengindikasikan memusatnya manfaat
peningkatan dari wilayah tersebut.
relatif suatu sektor antar wilayah kabupaten,
Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua
sektor, yaitu kegiatan basis dan bukan basis [6]. yang disebabkan melimpahnya kekayaan
sumber daya alam bersifat imperfect
Analisis Shift-Share mobility.
Si /Ni Si /S
Analisis shift–share digunakan untuk LQ = = (2)
𝑆/𝑁 𝑁𝑖/𝑁
menganalisis dan mengetahui pergeseran dan Keteranga :
peranan perekonomian di daerah [5]. Metode itu LQ :Location Quotient
dipakai untuk mengamati struktur perekonomian Si : PDRB sektor perikanan Kabupaten
dan pergeserannya dengan cara menekankan Indragiri Hilirtahun ke t
pertumbuhan sektor di daerah, yang
S :PDRB total Kabupaten Indragiri
dibandingkan dengan sektor yang sama pada
Hilirtahun ke t
tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional.
Ni : PDRB sektor perikanan ProvinsiRiau
Shift-Share terdiri dari tiga komponen [6] :
tahun ke t
National Share (N), hasil perhitungan N : PDRB total Provinsi Riau tahun ke t
tersebut akan menggambarkan peranan sektor i
tumbuh lebih cepat atau lebih ambat dari Dengan kriteria :
pertumbuhan Provinsi rata-rata berdasarkan 1. LQ > 1
peringkat teratas. Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat
Proposional (Industry-Mix) (P), hasil spesialisasi sektor tertentu pada
perhitungan menunjukan jika P bernilai (+) Kabupaten Indragiri Hillir lebih besar dari
maka sektor i tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor yang sama pada tingkat Provinsi.
dengan Di Provinsi. Sedangkan, jika P bernilai (– 2. LQ < 1
) berarti sektor i tumbuh lebih lambat di Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat
Kabupaten dibandingkan degan di Provinsi. spesialisasi sektor tertentu pada
Kabupaten Indragiri Hilir lebih kecil dari
Differential Sift (D)/Competitive Position (Cp),
sektor yang sama pada tingkat Provinsi.
hasil perhitungan menunjukan Jika D bernilai (+)
maka sektor i lebih kompetitif di Kabupaten 3. LQ = 1
dibandingkan dengan Di Provinsi, sedangkan Jika Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat
D bernilai (-) berarti sektor i lebih kompetitif di spesialisasi sektor tertentu pada
Provinsi dibandingkan dengan Kabupaten. Kabupaten Indragiri Hilir sama dengan
sektor yang sama pada tingkat Provinsi.

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.3 Analisis Shift Share

Analisis Daya Saing....(Paramita et al.) 237


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

Analisis Shift -Share merupakan teknik i = industrike I


yang digunakan untuk mengidentifikasi r = wilayahke r
beberapa faktor yang mempengaruhi
perbedaan pertumbuhan dan kinerja  Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
perekonomian di wilayah yang berbeda [7]. (Regional Shift/RS), dirumuskan sebagai
Menurut EMSI Resource Library, analisis berikut :
Shift-Share adalah standar metode analisis
regional untuk menentukan sejauh mana  t   t 
RS irt  Eirt 1   Etir1    EiNat
kinerja pertumbuhan perekonomian wilayah
   t 1 
terhadap trend nasional dan seberapa besar  Eir   EiNat 
pengaruhnya terhadap sektor tertentu. (5)
Terdapat 3 (tiga) komponen dalam analisis dimana :
SS sebagai berikut. t = periode waktu
1. Komponen Pertumbuhan Nasional t-1= time lag
(National Share, NS), yaitu perubahan i = industri ke I
produksi/kesempatan kerja suatu r = wilayah ke r
wilayah yang disebabkan oleh perubahan
produksi/kesempatan kerja nasional, Melalui ketiga komponen tersebut dapat
perubahan kebijakan ekonomi nasional diketahui komponen atau unsur
atau perubahan dalam hal-hal yang pertumbuhan yang mana yang telah
mempengaruhi perekonomian sektoral mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
dan wilayah. Nilai Masing-masing komponen dapat saja
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional negatif atau positif, tetapi
(Industry Mix, IM), yaitu perbedaan jumlahkeseluruhan akan selalu positif, bila
sektor dalam hal permintaan produk pertumbuhan ekonomi juga positif, demikian
akhir, ketersediaan bahan mentah, pula sebaliknya.
kebijakan industri dan struktur serta
keragaman pasar. Tabel 1.
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PosisiRelatifSuatuSektorberdasarkanPend
(Regional Shift, RS), yaitu perubahan ekatan PS dan DS
PDRB atau kesempatan kerja dalam
suatu wilayah terhadap wilayah lainnya. Propotional Shift
Different
Analisis shift–share digunakan untuk ial Shif
menganalisis dan mengetahui pergeseran (DS)
dan peranan perekonomian di daerah. Negatif (-) Positif (+)
Terdapat tiga komponen dalam analisis shift
share yaitu : Positif (+) CenderungBerpot PertumbuhanPe
ensi sat
 Komponen Pertumbuhan
Nasional(National Share/NS), dirumuskan
Negatif (-) Terbelakang Berkembang
sebagai berikut :
Sumber : Freddy, 2001
t 1  Et 
NSirt  Eir   Nat
t 1
 1
 E Nat  - Kategori I (PS positif dan DS positif) adalah
(3) wilayah/sektor
Ket : denganpertumbuhansangatpesat (rapid
t = periode waktu growth region/industry or fast growing).
t-1= time lag - Kategori II (PS negatif dan DS positif)
i = industrike I adalah wilayah/sektor dengan kecepatan
r = wilayahke r pertumbuhan terhambat namun cenderung
 Komponen Pertumbuhan Proporsional berpotensi (depressed region/industry
(Industry Mix/IM), dirumuskan yang berpotensi).
sebagaiberikut : - Kategori III (PS positif dan DS negatif)
adalahwilayah/sektor dengan kecepatan
 E t   ENat t
 pertumbuhan terhambat tapi berkembang
IM irt  Eirt 1   iNat   
t 1   t 1 
 (depressed region/industry yang
  EiNat   E Nat  berkembang/developing).
(4) - Kategori IV (PS negatif dan DS negatif)
adalah wilayah/sektor depressed
Ket : region/industry
t = periodewaktu dengandayasainglemahdanjugaperananter
t-1= time lag hadapwilayahrendah.

238 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016


ISSN:2442-7845 SELODANG MAYANG

sektor basis, juga terdapat sektor lainnya


4. HASIL DAN PEMBAHASAN berperan sebagai basis pengembangan: 1)
4.1 Analisis Sektor Perikanan saitu Sektor primer: sektor tanaman bahan
Kabupaten Indragiri Hilir makanan, perkebunan, peternakan,
Usaha subsektor perikanan meliputi Kehutanan, perikanan dan penggalian , 2)
usaha perikanan laut dan usaha perikanan Sektor Sekunder: Industri tanpa migas, dan
darat, dari sisi jenis kegiatannya usaha 3) Sektor Jasa Perdagangan, hotel dan
perikanan laut sendiri mencakup perikanan restauran, keuangan, transportasi,
tangkap dan budidaya. Sedangkan jenis komunikasi dan jasa-jasa lainnya.
kegiatan usaha darat mencakup industri b. Rokan Hilir di samping sektor perikanan
pengolahan. juga berperan sebagai basis pengembangan,
yaitu Migas.
4.1.1 Wilayah Unggulan Nilai KKR dihasilkan dari nilai koefisien
Wilayah Kabupaten dan Kota memiliki konsentrasinya untuk setiap sektor. Nilai
kekayaan alam, infrastruktur, sumber daya koefisien konsentrasi sektor bernilai positif
buatan, kebijakan pembangunan yang dapat berarti sektor tersebut nilai outputnya
memberikan daya tarik tersendiri bagi berada di atas rata-rata Provinsi, jika
pelaku ekonomi. Daya tarik ini dicerminkan bernilai negatif berarti berada pada poisisi di
oleh kegiatan sektor-sektor ekonomi bawah rata-rata Provinsi. Sektor-sektor yang
cenderung untuk mengelompok (aglomerasi) bernilai positif dalam suatu wilayah,
atau berkonsentrasi pada wilayah-wilayah kemudian dijumlahkan, maka akan
yang dipandang efisien oleh pelaku ekonomi. menghasilkan nilai yang mencerminkan
Instrumen pengukuran pengelompokkan koefisien konsentrasi regional. Sehingga nilai
adalah koefisien konsentrasi sektor, yakni ini mencerminkan nilai kumulatif atas
berarti mengindikasikan memusatnya prestasi sektor suatu wilayah terhadap
manfaat relatif suatu sektor antar wilayah sektor wilayah lainnya, sehingga dapat
kabupaten. Jika suatu wilayah memiliki mencerminkan keunggulan potensi wilayah
beberapa sektor yang memusat di wilayah kabupaten dalam lingkup Provinsi Riau [1]
tersebut, maka wilayah dipandang memiliki
keunggulan di atas rata-rata Provinsi. 4.2.2 Sumbangan Sektor Perikanan
Keunggulan wilayah diindikasikan oleh Terhadap PDRB di Kabupaten
Koefisien Konsentrasi Regional (KKR). Indragiri Hilir
Semakin besar nilai KKR maka menunjukkan
banyaknya atau besarnya pemusatan Untuk mengetahui kontribusi sumbangan
aktivitas sektor yang bersifat basis, tertama sektor perikanan terhadap PDRB, dapat
sektor berbasis sumber daya alam dilakukan dengan cara membandingkan
(resources based), karena keberadaan besarnya nilai PDRB sektor perikanan
sumber daya alam bersifat imperfect dengan total PDRB Kabupaten Indragiri Hilir.
mobility.
Koefisien Konsentrasi Regional dapat Tabel 2 .Sumbangan Sektor Perikanan Terhadap
dihitung berdasarkan output wilayah, yakni PDRB di Kabupaten Indragiri Hilir.
PDRB Persentasi
PDRB. Berdasarkan nilai PDRB Provinsi Riau, Tahun
Perikanan
Total PDRB
(%)
maka dapat dihitung nilai KKR-nya. KKR
adalah penjumlahan koefisien konsentrasi 2010 374,806,564 9,436,671,431 3.97
yang bernilai positif. Nilai KKR memberikan
2011 370,202,606 9,639,407,190 3.84
informasi tentang keunggulannnya atas
kemampuanwilayah dalam menghasilkan 2012 375,767,273 9,736,722,888 3.86
output wilayah. Nilai KKR Provinsi Riau
2013 398,891,433 9,762,904,847 4.09
adalah sebagai berikut wilayah paling unggul
adalah Kota Pekanbaru (0,7960), kemudian 2014 407,318,546 9,802,252,021 4.16
berturut-turut Dumai (0,7275), Pelalawan Sumber : PDRB Provinsi Riau
(0.6436), Kuantan singingi (0.6414),
Indragiri Hilir(0.6302), Indragiri Hulu Pada tahun 2010 sampai 2014 sektor
(0.5755), Rokan Hulu (0.5487), Bengkalis perikanan secara umum mengalami
(0.2499), Siak (0.2453), Rokan Hilir peningkatan setiap tahunnya meski
(0.1695) dan Kampar (0.1190). Berdasarkan persentasenya tidak terlalu besar. Kenaikan
uraian di atas, dapat dilihat bahwa sektor sektor ini disebabkan oleh fluktuatif pada
Perikanan dan Kelautan menjadi Basis subsektor perikanan setiap tahunnya. Lahan
pengembangan untuk wilayah Indragiri Hilir yang sangat luas dan sangat cocok bagi
dan Rokan Hilir. perikanan memberikan kesempatan bagi
a. Indragiri Hilir di samping sektor perikanan nelayan berinvestasi di subsektor ini,

Analisis Daya Saing....(Paramita et al.) 239


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

menyebabkan kontribusi sektor ini semakin Kabupaten Indragiri Hilir dengan


membaik dan memberikan nilai tambah membandingkannya terhadap Provinsi Riau.
yang cukup besar bagi struktur Pembangunan daerah perlu
perekonomian di Kabupaten Indragiri Hilir. memperhatikan potensi daerah, yang
Pergeseran sektor perikanan secara perlahan dilakukan dengan menelaah PDRB untuk
berimplikasi meningkat. Pada tahun 2010, melihat adanya potensi basis dan non basis
sektor perikanan memberikan kontribusi dalam rangka mengoptimalkan hasil
yang mencapai 3,97 persen. Pada tahun pembangunan guna mendapatkan tingkat
2011 dan tahun 2012 sektor ini mengalami kesejahteraan yang tinggi. Jika pemerintah
penurunan menjadi 3,84 persen dan 3,86. menginginkan daerahnya berdaya saing,
Kemudian tahun 2013 dan tahun 2014 maka program pembangunannya harus
mengalami peningkatan menjadi 4,09 berangkat dari pengembangan potensi
persen dan 4,16 persen , hal ini disebabkan ekonomi unggulannya.
karena kenaikan pada subsektor perikanan
besar. 4.2.4 Shift Share
Daya saing daerah berkaitan erat
4.2.3 Location Quetient (LQ) dengan kemampuan ekonomi daerah dalam
` Salah satu metode yang dapat hal ini terkait dengan pemanfaatan potensi
diterapkan untuk mengidentifikasikan daerah untuk menghasilkan dan
apakah suatu sektor atau sub sektor memasarkan produk atau jasa yang
ekonomi tergolong kategori basis atau non dibutuhkan oleh pasar secara
basis adalah dengan menggunakan metode berkesinambungan [8]. Indikator utama dan
Location Quotient (LQ), yaitu dengan prinsip-prinsip penentu daya saing daerah
membandingkan PDRB sektor perikanan salah satunya adalah perekonomian daerah,
Kabupaten Indragiri Hilir antara PDRB total dimana perekonomian secara makro ini
Kabupaten Indragiri Hilir terhadap PDRB tergambar dalam produk domestik regional
sektor perikanan Provinsi Riau antara PDRB bruto (PDRB) [3].
total Provinsi Riau. Daya saing wilayah menunjukkan
Apabila nilai LQ suatu sektor ekonomi ≥ 1 kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai
maka sektor ekonomi tersebut merupakan tambah untuk mencapai kesejahteraan yang
sektor basis dalam perekonomian daerah tinggi dan berkelanjutan dengan tetap
yang bersangkutan, sedangkan bila nilai LQ terbuka pada persaingan domestik dan
suatu sektor atau sub sektor ekonomi < 1 internasional [9].
maka sektor atau sub sektor ekonomi
tersebut merupakan sektor non basis dalam Table 3.Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Indragiri
Hilir.
perekonomian daerah yang bersangkutan.
No Komponen Nilai

407,381,546 1
RS 3,863,094,813
LQ Tingkat 2
9,802,252,021 NS -4,072,575
Kabupaten = 1.08
= 3
3,140,911,895 IM -117,776,070

81,896,105,392
Hasil dari analisis perhitungan Shift Share
diatas adalah RS/komponen pertumbuhan
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai
pangsa wilayah merupakan perubahan PDRB
LQ sebesar 1,08. LQ lebih besar dari 1,
atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah
berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu
terhadap wilayah lainnya dengan nilai
pada Kabupaten Indragiri Hillir lebih besar
3,863,094,813, NS/komponen pertumbuhan
dari sektor yang sama pada tingkat Provinsi
nasional merupakan perubahan produksi
dan juga dapat disebut sebagai sektor
atau kesempatan kerja suatu wilayah yang
berbasis. Sektor basis adalah sektor yang
disebabkan oleh perubahan produksi atau
berperan besar dalam pengembangan
kesempatan kerja nasional, perubahan
wilayah. Dampak positif dari hal ini adalah
kebijakan ekonomi nasional atau perubahan
pada dasarnya dapatmemberikan kontribusi
dalam hal-hal yang mempengaruhi
yang besar pada daerah, bukan hanya untuk
perekonomian sektoral dan wilayah dengan
daerah itu sendiri tapi juga untuk memenuhi
nilai -4,072,575. Sedangkan IM/komponen
kebutuhan daerah lain. Dengan melihat data
pertumbuhan proporsional merupakan
PDRB maka sektor unggulan daerah dapat
perbedaan sektor dalam hal permintaan
diketahui. Alat analisis Location Quotient
produk akhir, ketersediaan bahan mentah,
(LQ) ini digunakan untuk mengidentifikasi
kebijakan industri dan struktur keragaman
keunggulan komparatif kegiatan ekonomi di

240 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016


ISSN:2442-7845 SELODANG MAYANG

pasar dengan nilai -117,776,070. [4] Todaro, Michael & Smith.


Berdasarkan nilai tersebut maka bisa kita Pembangunan Ekonomi. Penerbit
lihat posisi relatif suatu sektor berdasarkan Erlangga, Jakarta. 2006.
pendekatan Propotional Shift dan Differential [5] Putra, Fadillah. 2011. Studi
Shift masuk pada kategori II, Propotional Kebijakan Publik dan Pemerintahan
Shift negatif dan Propotional Shift positif. dalam Perspektif Kuantitatif Teknik,
Artinya, wilayah atau sektor dengan Metode, dan Pendekatan. Malang,
kecepatan pertumbuhan terhambat UB Press
(perbedaan sektor dalam hal permintaan [6] Tarigan, Robinson. Ekonomi Regional
produk akhir terhadap ketersediaan bahan Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara,
mentah, kebijakan industri dan struktur Jakarta. 2005.
keragaman pasar) namun cenderung [7] Field & Mac Greg2008. or. Analisis
berpotensi (tingkat spesialisasi sektor Shift Share, Jakarta PT. Bumi
tertentu pada suatu wilayah lebih besar dari Aksara, 1987
sektor yang sama pada tingkat Provinsi) dan [8] Sumihardjo, Tumar.Penyelenggaraan
belum berdaya saing tetapi berpotensi. Pemerintahan Daerah Melalui
Pengembangan Daya Saing Berbasis
5. KESIMPULAN potensi Daerah. Bandung, Fokus
5. 1 Kesimpulan Media.2008.
1. Sumbangan sektor perikanan selama [9] Irawati. Pengukuran Tingkat
tahun 2010-2014 fluktuatif dengan DayaSaing Daerah Berdasarkan
kecenderungan meningkat (3,97 % - Variabel Insfratruktur Dan Sumber
4,16%). Daya Alam, Serta Variabel Sumber
2. Sektor perikanan di Kabupaten Indragiri Daya Manusia Di Wilayah Provinsi
Hilir merupakan sektor basis dengan nilai LQ Sulawesi Tenggara. Bandung. Jurnal.
1,08. TI Undip, Vol VIII, No 1.pp. 86-
3. Daya saing sektor perikanan di 99,2012.
Kabupaten Indragiri Hilir tidak berdayasaing
tetapi berpotensi untuk dikembangkan
dengan nilai (Y)/Differential Shift adalah
3,863,095 dan nilai pada (X)/Propotional
Shift -117,776,07.

5.2 Saran
1. Pemerintah daerah hendaknya
memprioritaskan pengembangan sektor
yang menjadi basis serta mempunyai
pertumbuhan cepat dan berdaya saing, yaitu
sektor industri pengolahan pada perikanan.
2. Program kebijakan yang dibuat
hendaknya tidak hanya memperhatikan
sektor yang sudah unggul saja melainkan
perlu memberi perhatian terhadap sektor
yang masih nonbasis sehingga dapat
meningkat dan dapat mencukupi kebutuhan,
baik itu di dalam maupun di luar Kabupaten
Indragiri Hilir.

DAFTAR PUSTAKA
[1] BPS Provinsi Riau. Riau in figures.
2013. Pekanbaru: Biro Pusat
Statistik Provinsi Riau.2013.
[2] BPS Indragiri Hilir. Potensi Perikanan
Di Kabupaten Indragiri Hilir. 2012.
[3] Abdullah, Piter dkk.Daya Saing
Daerah : Konsep dan Pengukurannya
di Indonesia. Yogyakarta, BPFE.
2002.

Analisis Daya Saing....(Paramita et al.) 241

Anda mungkin juga menyukai