Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Daftar isi...................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi Bahaya........................................................................................................4
B. Penilaian Pajanan 4
C. Karakterisasi Risiko 5
D. Penilaian Risiko ............................................................................................................5
E. Faktor/ potensi bahaya di tempat kerja .........................................................................7
F. Identifikasi Bahaya ruang kelas Jurusan Keperawatan ..............Mataram Poltekkes
Mataram..10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................15
B. Saran ...........................................................................................................................15

Daftar pustaka..........................................................................................................................16

1|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa
tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk
mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung
maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-
mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,
4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan.
Fakta mengenai ergonomi dan K3 internasional atau secara global:
 ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal
karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya 360.000
kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit fatal yang
timbul di ligkungan kerja.
 Hal tersebut berarti bahwa pada akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan mengalami
kecelakaan kerja dan sekitar 5.500 pekerja meninggal akibat kecelakaan atau penyakit
di lingkungan kerja.
 Dalam sudut pandang ekonomi, 4% atau senilai USD 1,25 Trilyun dari Global Gross
Domestic Prodct  (GDP) dialokasikan untuk biaya dari kehilangan waktu kerja akibat

2|Page
kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja, kompensasi untuk para pekerja,
terhentinya produksi, dan biaya-biaya pengobatan pekerja.
 Potensi bahaya kecelakaan kerja diperkirakan menyebabkan 651.000 angka kematian,
terutama di negara-negara berkembang. Bahkan angka tersebut mungkin dapat lebih
besar lagi jika sistem pelaporan dan notifikasi nya lebih baik.
 Data dari sejumlah negara-negara Industri menunjukkan bahwa para pekerja
konstruksi memiliki potensi meninggal akibat kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali lebih
besar.
 Penyakit paru paru yang terjangkit pada para pekerja di perusahaan minyak & gas,
pertambangan, dan perusahaan perusahaan sejenis, sebagai akibat paparan asbestos,
batu bara dan silica, masih menjadi perhatian di negara negara maju dan berkembang.
Bahkan kematian akibat  kecelakaan kerja dari paparan asbestos saja sudah mencapai
angka 100.000 dan selalu bertambah setiap tahunnya.
 Data ILO menyebutkan ada 1 juta orang di Asia yang meninggal karena penyakit
akibat kerja. "Apa yang terjadi di Asia sekarang adalah yang kami sebut pembunuhan
massal sunyi," kata seorang narasumber.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana identifikasi bahaya pada ruang kelas Jurusan Keperawatan Mataram


Poltekkes Mataram ?

C. Tujuan

Untuk mengidentifikasi bahaya pada ruang kelas Jurusan Keperawatan Mataram


Poltekkes Mataram.

3|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Identifikasi Bahaya

Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi


atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko
kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang
terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan
terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau
barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang
terbentuk proses produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka diperlukan:
pemilikan material safety data sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan,
pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung,
mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang menyertai,
termasuk efek toksiknya. Ketika ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan,
sangat mungkin berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi
kurang berbahaya. Sebagai contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan
terdapat pajanan toluen, maka ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi.

B. Penilaian Pajanan

Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif


terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan tertentu
dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal juga dengan
similar exposure group (kelompok pekerja dengan pajanan yang sama). Penilaian
pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan tidak hanya mengukur
konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan
konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup, karena pengaruhnya
terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain itu. Faktor tersebut perlu
dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko (bahaya/hazards) yang dapat
menjadi nyata dalam situasi tertentu.
Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh
frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk

4|Page
pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga
adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat
meningkatkan risiko gangguan kesehatan.

C. Karakterisasi Risiko

Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran (magnitude)


risiko kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan
kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik, dengan
kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi
pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko dimulai dengan mengintegrasikan
informasi tentang bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan
perkiraan atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan
pekerja.

D. Penilaian Risiko

Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko meliputi

1. Menentukan personil penilai

Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain diluar
perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun
kemampuan lainnya yang berkaitan. Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja
yang luas, personil penilai dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa
orang.

2. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai

Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian / departemen,
jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan obyek ini sangat
membantu dalam sistematika kerja penilai.

3. Kunjungan / Inspeksi tempat kerja

Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey / Inspection” yang
bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip
utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja

5|Page
baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan,
cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.

4. Identifikasi potensi bahaya

Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja,
misalnya melalui : inspeksi / survei tempat kerja rutin, informasi mengenai data
keelakaan kerja dan penyakit, absensi, laporan dari (panitia pengawas Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) P2K3, supervisor atau keluhan pekerja, lembar data keselamatan
bahan (material safety data sheet) dan lain sebagainya. Selanjutnya diperlukan analisis
dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk memprediksi langkah atau
tindakan selanjutnya terutama pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi
suatu risiko.

5. Mencari informasi / data potensi bahaya

Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari MSDS,


petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan.

6. Analisis Risiko

Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan,
frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk mengatasi risiko
tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat
juga terjadi, namun melalui upaya sitematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh.

7. Evaluasi risiko

Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah yang
sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi dan kuantifikasi
risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli
seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risiko.

8. Menentukan langkah pengendalian

Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi


kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu ditentukan
langkah pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti : Apabila dari hasil
evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi kelangsungan kerja maupun

6|Page
kesehatan dan keselamatan pekerja perlu ditentukan langkah pengendalian yang dipilih
dari berbagai cara seperti:

a. Memilih teknologi pengendalian seperti eliminasi, substitusi, isolasi, engineering


control, pengendalian administratif, pelindung peralatan/mesin atau pelindung diri.
b. Menyusun program pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
berkaitan dengan risiko,
c. Menentukan upaya monitoring terhadap lingkungan / tempat kerja.
d. Menentukan perlu atau tidaknya survailans kesehatan kerja melalui pengujian
kesehatan berkala, pemantauan biomedik, audiometri dan lain-lain.
e. Menyelenggarakan prosedur tanggap darurat / emergensi dan pertolongan pertama
sesuai dengan kebutuhan.
9. Menyusun pencatatan/pelaporan. Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian
risiko harus dicatat dan disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis. Format yang
digunakan dapatdisusun sesuai dengan kondisi yang ada.

E. Faktor/ potensi bahaya di tempat kerja

Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya


di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja
yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau
bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja
yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir;
3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.

Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat
dikelompokkan antara lain sebagai berikut :

7|Page
1) Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.
a) Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita,
contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan
(microwave oven), komputer, dan lain-lain.
Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur
alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi.
Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi;
Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air.
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi
non-pengion.
Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi.
Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta,
sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik
khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta
(β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neutron.
Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut
berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-
pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan
hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam
microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang
memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat);
sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).

8|Page
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai
berikut :

1. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya
diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi.
Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan
untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor
gamma, detektor neutron, dll.
2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses
ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut
kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi.

9|Page
F. Identifikasi Bahaya ruang kelas Jurusan Keperawatan Mataram Poltekkes Mataram

Berdasarkan hasil observasi, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi potensi bahaya di lingkungan Poltekkes Mataram Jurusan
Keperawatan yaitu :

1. Terdapat beberapa ruangan kelas di gedung hijau yang tidak memiliki penerangan cukup, penerangan yang tidak cukup dalam waktu
yang lama dapat membuat mata sakit.

Pekerjaa Bahaya Sebab/sumbe Dampak/kons Penendal Tingkat Tingkat Tingkat resiko Rekomendasi
n/proses r ekensi ian yg kemung keparahan tindakan
ada kinan pengendalian
Penyimp Gangguan Kurangnya Mata menjadi Tidak ada 1 2 Ringan Rekayasa : lampu
anan penglihatan pencahayaan rabun dipasang di ruangan
contoh Admin : mengganti
uji lampu secara berkala,
ketika mulai redup

10 | P a g e
2. Terdapat saklar lampu di beberapa kelas yang hampir copot dan kabelnya keluar tidak beraturan, ini dapat membahayakan karena dapat
mengakibatkan sengatan listrik dan kebakaran.

Pekerjaa Bahaya Sebab/sumbe Dampak/kons Penendal Tingkat Tingkat Tingkat resiko Rekomendasi
n/proses r ekensi ian yg kemung keparahan tindakan
ada kinan pengendalian
Penyimp Sengatan Kabel saklar Kebakaran Tidak ada 2 3 Sedang Rekayasa : Saklar
anan listrik tidak gedung dipasang dengan
contoh beraturan benar di posisi yang
uji tepat
Luka bakar Admin :
dan meninggal menjadwalkan
dunia penggantian saklar
atau alat kelistrikan
lainnya yang sudah
tidak layak pakai

11 | P a g e
3. Jendela di ruangan kelas mmenggunakan trail besi, sehingga jika terjadi keadaan darurat yang membahayakan kemudian pintu dalam
keadaan tertutup, maka korban bisa terjebak di dalam ruangan

Pekerjaa Bahaya Sebab/sumbe Dampak/kons Penendal Tingkat Tingkat Tingkat resiko Rekomendasi
n/proses r ekensi ian yg kemung keparahan tindakan
ada kinan pengendalian
Penyimp Tidak ada Semua jendela Terjebak di Tidak ada 1 2 Ringan Rekayasa : membuat
anan pintu darurat tertutup tralis dalam ruangan pintu darurat dan
contoh ketika terjadi tidak menutup
uji bencana dan beberapa jendela
pintu dengan tralis
terhalang Admin :
menjadwalkan
simulasi terjadi
bencana untuk latihan

12 | P a g e
4. Tidak terdapat denah jalur evakuasi dan titik kumpul untuk menyelamatkan diri ketika terjadi kondisi darurat seperti gempa bumi,
kebakaran, dan lainnya.

Pekerjaa Bahaya Sebab/sumbe Dampak/kons Penendal Tingkat Tingkat Tingkat resiko Rekomendasi
n/proses r ekensi ian yg kemung keparahan tindakan
ada kinan pengendalian
Penyimp Tidak ada Tidak Korban akan Tidak ada 1 3 Sedang Rekayasa : membuat
anan jalur terpasangnya berhamburan rambu dan jalur
contoh evakuasi rambu jalur ketika terjadi evakuasi darurat
uji darurat dan evakuasi dan bencana Admin : membuat
titik kumpul titik kumpul darurat jadwal piket petugas
K3

13 | P a g e
5. Terdapat meja di sebuah ruang kelas yang kacanya sudah pecah dan dapat mengakibatkan terluka

Pekerjaa Bahaya Sebab/sumbe Dampak/kons Penendal Tingkat Tingkat Tingkat resiko Rekomendasi
n/proses r ekensi ian yg kemung keparahan tindakan
ada kinan pengendalian
Penyimp Benda tajam Pecahan kaca Luka terbuka Tidak ada 1 2 Ringan Rekayasa :
anan meja Mengganti meja
contoh dengan meja layak
uji pakai
Admin :
Menjadwalkan
pengecekan
kelayakan benda di

14 | P a g e
kelas

15 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi beberapa sarana yang ada di gedung ruang kelas masih banyak yang perlu diperbaiki
dan ditinjau ulang terkait sarana dan prasarana yang ada di ruang kelas tersebut..

B. Saran

Setelah dilakukannya survey di ruang kelas Jurusan Keperawtan Mataram, telah


didapatkan identifikasi bahaya dan kesimpulan. Saya selaku mahasiswa yang masih perlu
banyak pembelajaran menyarankan sebagai berikut :

1. Perlu ditekankan kembali peraturan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3).
2. Perlu ulang pada gedung yang sudah tidak layak pakai untuk dapat direnovasi agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
3. Perlu ditingkatkan kembali mengenai kebersihan pada tempat kerja khususnya pada
WC.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

www.hse.gov.uk/pubns/wis30.htm

http://www.konsultasik3.com/2013/01/debu-kayu.html

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2016489-radiasi-pengertian-jenis-jenis-
dan/#ixzz1fpWSbEW8

http://nrkamri.blogspot.com/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai