Anda di halaman 1dari 12

Gulia Ichikaya Mitzy

Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif


Pemerintah Burma-Myanmar

Gulia Ichikaya Mitzy


Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Nasional Jakarta

Abstract
This research aims to provide a description that the emergence of resistances which committed by Muslim
Rohingya in Burma-Myanmar is a result of discriminatory policy. Where there are differences pattern of
resistance which carried out during 64 years or two periods of the government, namely Military Junta and
Democratic Transition era. This research was based on cases of discrimination against Muslim Rohingya in
Burma-Myanmar. Cases about discrimination which Muslim Rohingya accepted could be the basis of their
resistance. Their resistance is not just physical but also tended to be subjective. The pattern differences factor
is signaled caused by the change in government or an era. Besides, the majority reported news showed about
their suffering, not about what have they done responding the policy or discriminatory treatment against
them.

Keywords: Muslim Rohingya, resistance, discrimination

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa munculnya perlawanan yang dilakukan oleh
etnis Muslim Rohingya merupakan respons terhadap menguatnya kebijakan ataupun perlakuan
diskriminatif yang terjadi di Burma-Myanmar. Terdapat perbedaan pola perlawanan yang dilakukan
selama rentang waktu 64 tahun atau dua periode pemerintahan, yaitu zaman Junta Militer dan Transisi
Demokrasi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kasus-kasus mengenai diskriminasi terhadap etnis Muslim
Rohingya di Burma-Myanmar. Kasus-kasus mengenai diskriminasi yang diterima oleh etnis Muslim
Rohingya disinyalir sebgai dasar perlawanan. Perlawanan tersebut tidak hanya bersifat fisik tetapi juga
yang cenderung subjektif. Faktor perbedaan pola tersebut disinyalir oleh adanya perubahan zaman atau era
pemerintahan.. Selain itu, tulisan ataupun pemberitaan yang ada selama ini mayoritas menunjukkan
tentang penderitaan yang mereka alami, bukan apa yang telah mereka lakukan dalam merespon kebijakan
atau perlakuan diskriminatif di Burma-Myanmar.

Kata kunci: Muslim Rohingya, perlawanan, diskriminasi

Indonesian Journal of International Studies (IJIS) 153


Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif Pemerintah Burma-
Myanmar

Etnis Muslim Rohingya merupakan satu dari satunya solusi bagi etnis tersebut adalah
total 135 etnis minoritas yang ada di Burma- mendeportasi mereka semua. Tidak ada
Myanmar. Adapun dari sejumah etnis negara manapun yang menerima mereka.
minoritas tersebut, etnis Muslim Rohingya Tidak heran jika akhirnya mereka tidak
dianggap etnis yang paling teraniaya (most menjadi warga negara yang diakui secara legal
persecuted ethnic) menurut PBB (Perserikatan dimanapun (Economist.com, 20 Oktober
Bangsa-Bangsa). Etnis muslim Rohingya telah 2012). Permasalahan terkait warga negara
didiskriminasi sejak tahun 1948 ketika adanya inilah yang dianggap sebagai pemicu utama
pemisahan etnis yang dilakukan oleh Inggris. terjadinya berbagai konflik yang menimpa
Pemisahan yang dilakukan di wilayah Rakhine etnis Muslim Rohingya. Karena hal inilah,
tersebut memisahkan etnis Buddha Myanmar maka etnis Muslim Rohingya sering dijadikan
dan Muslim Rohingya. Dibawah pemerintahan objek diskriminasi.
militer yang menguasai Burma-Myanmar, Beberapa tulisan menyatakan bahwa
pada tahun 1982 muncul kebijakan baru yang etnis Muslim Rohingya juga pernah
disebut Burma Citizenship Law (BCL) dimana melakukan perlawanan. Respons pertama
warga Rohingya tidak mendapat yang ditunjukkan adalah dibentuknya
kewarganegaraan, hak atas tanah, dan semacam tentara “Mujahid” yaitu pada masa
pendidikan serta pekerjaan yang layak dan pemerintahan Junta Militer. Pemberontakan
cukup. yang dilakukan oleh etnis Muslim Rohingya
Etnis ini tidak hanya teraniaya akibat bukanlah satu-satunya respons yang
diskriminasi yang diperoleh dari kebijakan dilakukan. Selama rentang waktu 64 tahun
pemerintah setempat tetapi juga dari semenjak Burma-Myanmar merdeka, warga
kelompok atau etnis lainnya. Presiden Thein Muslim Rohingya memiliki respons yang
Sein pernah menyarankan bahwa satu-satunya berbeda-beda. Berbagai perlawanan baik
solusi terkait masalah Muslim Rohingya ini secara langsung atau tidak ditunjukkan etnis
adalah dengan cara mendeportasi mereka. ini.Hal ini dikarenakan Burma-Myanmar yang
Kenyataannya sampai sekarang belum ada sekarang dalam masa transisi demokrasi
satu negara yang benar-benar memberikan masih menunjukkan sikap yang diskriminatif.
hak kewarganegaraan terhadap mereka. Terbukti dengan sikap pemerintah Burma-
Penduduk Muslim Rohingya pun masih Myanmar yang tidak memihak bahkan
dianggap sebagai kelompok etnis yang tidak terkesan membiarkan ketika konflik etnis
berkewarganegaraan. berlangsung pada Juni dan Oktober 2012.
Tidak seperti golongan etnis minoritas Lebih lanjut pola respons yang dilakukan oleh
lainnya yang setidaknya diakui etnis Muslim Rohingya bisa dikatakan
kewarganegaraannya oleh rezim Burma- memiliki perbedaan, baik dari masa periode
Myanmar, etnis Muslim Rohingya ini dianggap sebelumnya yaitu periode Junta. Adapun
sebagai penduduk sementara dan tidak dalam penulisan penelitian ini, penulis
mendapat hak kewarganegaraan secara penuh. menggunakan metode kualitatif dengan studi
Sayangnya demokrasi baru yang telah diusung literatur untuk mengumpulkan data serta
juga tidak membawa perubahan signifikan analisis data bersifat induktif sebagai teknik
bagi mereka. Kebijakan maupun perlakuan analisisnya.
diskriminatif yang selama ini diterima oleh
warga Muslim Rohingya akhirnya Kebijakan Diskriminatif Pemerintah
menimbulkan respons atau sikap yang Burma-Myanmar
ditunjukkan. Terdapat sekitar 1,4 juta warga Muslim
Ada sebuah kepercayaan diantara Rohingya yang tersebar di berbagai penjuru
mereka yang menyatakan bahwa Rohingya dunia, dimana mayoritas mereka tinggal di
bukanlah termasuk Burmese (warga Burma- Burma-Myanmar, diikuti dengan di
Myanmar), tetapi “Bengali” yang berasal dari Bangladesh dan Pakistan. Dahulu dikenal
Bangladesh atau manapun. Presiden Thein sebagai warga Muslim Arakan, Muslim
Sein sendiri pernah menyatakan bahwa satu- Rohingya telah tinggal di negara bagian

154
IJIS Vol.1, No.2, Desember 2014
Gulia Ichikaya Mitzy

Rakhine selama lebih dari 500 tahun. Awalnya 6. Pelecehan terhadap kaum wanita
Muslim Rohingya hidup secara terpisah ketika dan pembatasan pernikahan.
jaman Burma-Myanmar dijajah oleh Inggris 7. Kerusuhan anti Muslim Rohingya.
pada tahun 1780an, dilanjutkan dengan Peneliti Amnesti Internasional,
penjajahan Jepang pada Perang Dunia II dan Benyamin Zawacki pada tahun 2012
akhirnya merdeka sehingga kekuasaan diambil menyatakan bahwa, ”Sudah terlalu lama
alih oleh Jaman Junta Militer. catatan mengenai Hak Asasi Manusia di
Sejak kemerdekaan Burma-Myanmar Burma-Myanmar ternoda, dimana hal ini
pada tahun 1948, Muslim Rohingya terus disebabkan tidak diberikannya hak
menerus menjadi etnis yang tertindas dan kewarganegaraan terhadap etnis Muslim
tidak diakui sebagai bagian dari 136 etnis yang Rohingya dan juga diskriminasi terus-menerus
diakui Burma-Myanmar. Padahal berdasarkan yang diberikan terhadap mereka”. Pendapat
catatan sejarah, sebagai etnis mereka telah Zawacki ini bukan tidak beralasan. Pemerintah
berdiam di Arakan sejak abad 7 masehi, jauh militer Burma-Myanmar pada tahun 1988
sebelum negara Burma-Myanmar berdiri pada melalui State Peace and Development Council
tahun 1948. Etnis Rohingya selama beberapa (SPDC) menerapkan kebijakan Burmanisasi.
dekade ini, utamanya sejak tahun 1940an SPDC berpendapat bahwa Burmanisasi tidak
selalu mengalami penindasan, pembunuhan, sama dengan komunalisasi karena etnis Burma
penyiksaan, perkosaan, pemiskinan, maupun adalah etnis mayoritas sedangkan budaya dan
diskriminasi baik oleh negara, pemerintah, agama yang bukan berasal dari Burma-
maupun sesama penduduk yang berbeda etnis Myanmar adalah agama dan budaya asing.
dan agama dengan mereka. Etnis Rohingya Penduduk muslim dipandang sebagai
banyak yang tidak diakui kewarganegaraan orang asing karena mempraktekan cara hidup
Burma-Myanmar-nya. Juga, mereka tidak asing yang anti budaya Burma. Data terakhir
mendapatkan hak-hak selayaknya warga yang penulis dapatkan pun, hingga saat ini
negara (Kurniawan, 2012). tahun 2014 para pengungsi Rohingya masih
Ancaman kekerasan terhadap etnis belum mendapatkan hak penuh atas
minoritas yang berbeda agama dengan etnis kewarganegaraannya. Tidak mengherankan
mayoritas yang beragama Buddha adalah pada Oktober 2014 banyak warga etnis Muslim
akibat kebijakan diskriminatif yang diterapkan Rohingya yang kembali menjadi boat people,
pemerintah. Pemerintah militer Burma- yang meminta suaka ke Pulau Christmas,
Myanmar menerapkan kebijakan asimilasi Australia.
secara paksa dan tidak mengakui etnis tersebut Selain itu, terdapat perlakuan
sebagai bagian dari bangsa Burma-Myanmar diskriminatif lain yang dilakukan pemerintah
dan menyatakan bahwa etnis tersebut bukan selain tidak mengakui kewarganegaraan etnis
warga negara Burma-Myanmar. (Pramono, Muslim Rohingya, mereka juga tidak diakui
2010: 47). hak-hak ekonomi, mengubah nama-nama
Berdasarkan laporan Amnesti tempat bersejarah Islam dan menyatakan
Internasional, bentuk-bentuk kekejaman bahwa etnis Muslim Rohingya adalah etnis
Junta Militer terhadap Muslim Rohingya Bengali. Motivasi utama pemerintah
antara lain: melakukan penindasan terhadap etnis Muslim
1. Penolakan pemberian Rohingya adalah untuk mencegah etnis
kewarganegaraan. Muslim Rohingya yang telah mengungsi
2. Pembatasan untuk berpindah. kembali ke Burma-Myanmar (Levinson, 1994:
3. Pembatasan dalam kegiatan 171).
ekonomi.
4. Pembatasan dalam bidang
pendidikan.
5. Pembunuhan, penahanan dan
penyiksaan.

Indonesian Journal of International Studies (IJIS) 155


Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif Pemerintah Burma-
Myanmar

Perlawanan Etnis Muslim Rohingya pemberontakan etnis dan menjadi agenda


Zaman Junta Militer yang terus dipantau pemerintah. Pada tahun
Terkait kebijakan maupun perlakuan 1980an dan 1990an, terdapat sekitar empat
diskriminatif yang didapat, pemberontakan puluh kelompok etnis yang memberontak.
bisa dikatakan merupakan respons pertama Setelah State Law and Order Restoration
yang dilakukan oleh etnis Muslim Rohingya. Council (SLORC) memiliki kekuasaannya di
Keadaan ini diakibatkan salah satunya ketika tahun 1988, beberapa dari kelompok
masa pendudukan Inggris. Pada era kolonial pemberontak tersebut memilih untuk
pendudukan Inggris kepada Burma, tidak ada melakukan gencatan senjata.
pembagian wilayah yang jelas mengenai batas- Respons kedua yang dilakukan oleh
batas territorial. Selain itu, keberpihakan etnis Muslim Rohingya adalah mengenai
Inggris kepada etnis Burma membuat etnis ini migrasi. Masalah migrasi ini bisa dikatakan
terkesan menjadi pemegang kuasa penuh atas paling terdengar dan diberitakan. Adapun isu
wilayah Burma-Myanmar. Ditambah kudeta yang paling berkembang mengenai warga
yang dilakukan oleh Ne Win pada tahun 1962. Muslim Rohingya ini salah satunya adalah
Kekuasaan Ne Win selaku pemimpin Union pengungsi yang terdapat di perbatasan
Revolutionary Council (URC) membuat Bangladesh. Hal ini yang membuat mereka
ideologi negara Burma-Myanmar menjadi dikatakan stateless.Mereka tidak diakui oleh
Sosialis. pemerintah Burma-Myanmar (terutama
Pergerakan yang terjadi di Burma- semenjak Perjanjian Panglong pada tahun
Myanmar dari krisis politik menjadi respons 1974) sebagai kelompok minoritas atau ‘ras’
terhadap otoritarian di akhir tahun 1950 yang diakui oleh negara. Mereka tidak
merefleksikan adanya ketidakseimbangan memiliki hak sebagai warga negara dan bahkan
antara institusi sipil dan militer. Pada tahun mereka tidak bisa keluar dari kampungnya
1956, terdapat gerakan yang akhirnya dengan legal.1
membentuk citra bahwa pemerintahan U Nu Dikarenakan tidak adanya pengakuan
adalah pemerintahan yang korup, sehingga yang legal terkait warga negara maka warga
membuat AFPFL (Anti-Fascist People’s Muslim Rohingya mulai melakukan migrasi
Freedom League) menjadi terpecah belah. demi mendapatkan hak politik di negara lain.
Krisis pemerintahan U Nu yang terjadi pada Sekitar puluhan ribu warga Muslim Rohingya
tahun 1958 adalah ketika ia mencoba membuat bermigrasi ke Malaysia melalui jalur laut, yang
AFPFL bersatu menjadi partai. Ketika didalam sejatinya adalah negara berpenduduk Muslim,
partai terjadi perpecahan, U Nu mundur dari tetapi status mereka tetap ambigu. Begitupun
jabatannya sebagai Perdana Menteri dan dengan Thailand yang juga akhirnya
memberikan kekuasaannya kepada Jendral Ne mengembalikan mereka ke laut—yang
Win, hal ini membuat pemerintahan militer berujung menjadi manusia perahu atau boat
yang memegang kuasa, diikuti dengan people. Adapun pada tahun 1978, polisi
kebijakan Ne Win yang merefleksikan Burma-Myanmar dan tentara melakukan
Tatmadaw (Smith, 1999 dalam Bodreau, tindakan yang membuat lebih dari 200.000
2004: 49). warga Muslim Rohingya bermigrasi ke
Setelah pemilu tahun 1960, bisa Bangladesh atau disebut dengan Operasi Naga
dikatakan inilah periode dimana banyaknya Min (ONM).
pemberontakan dimulai. Salah satu faktornya Melalui operasi itu, militer Burma-
adalah ketika pemerintah membuat undang- Myanmar melakukan pengusiran dan aksi
undang dan menjadikan Burma-Myanmar kekerasan terhadap etnis Rohingya di Arakan.
sebagai negara Buddha pada tahun 1962. Lebih dari 1700 Muslim Rohingya yang tidak
Karena hal itulah maka muncul berbagai bisa menunjukkan kartu identitas dibunuh.

1Mereka
tidak memiliki kebebasan untuk keluar masuk
kampung atau daerah lainnya selain wilayah Arakan.

156
IJIS Vol.1, No.2, Desember 2014
Gulia Ichikaya Mitzy

Tidak sedikit yang diperkosa dan mengalami mereka tidak mendapatkan kewarganegaraan.
tindak kekerasan lainnya. Tidak kurang dari Catatan mengenai migrasi yang mulai pada
200.000 Muslim Rohingya mengungsi ke awal abad ke 19 yaitu pada masa penjajahan
Bangladesh. Di tempat yang terakhir ini, lebih sendiri belum jelas. Kenyataan ini diperparah
dari 10.000 orang meninggal dunia karena dengan adanya fusi warga turunan India dan
kelaparan dan wabah penyakit (Danish Burma-Myanmar yang akhirnya menimbulkan
Immigration Service, 2011: 8). Human Rights eksodus besar-besaran.
Watch (2009: 6) menyebut peristiwa ini Otoritas Burma-Myanmar juga
sebagai “a murderous ethnic cleansing”. menemukan adanya pelatihan militer di
Sebagian dipulangkan kembali di bawah perbatasan Bangladesh, seperti yang
pengawasan PBB. Kejadian yang sama pun dilaporkan intelijen Burma-Myanmar. Karena
berulang pada tahun 1991-1992, dan lagi-lagi anggapan tersebutlah maka etnis Muslim
ada sekitar 10.000-15.000 di repatriasi oleh Rohingya mendapat perlakuan yang paling
PBB, walaupun masih banyak yang tinggal di melanggar HAM, disebabkan wacana teroris
pengasingan. Mujahid. Anggapan buruk mengenai warga
Muslim Rohingya juga berujung kepada isu
Zaman Transisi Demokrasi identitas. Pada Agustus 2008, pemerintah
Pada masa transisi demokrasi, migrasi mengeluarkan kartu identitas kepada 37.000
yang dilakukan oleh warga Muslim Rohingya warga Muslim Rohingya yang pada tahap
bisa dikatakan “gelombang kedua”. Hal ini pertama diharapkan akan memberikan
dikarenakan migrasi dilakukan pasca kepastian status (Steinberg, 2010: 109). Tetapi
pemilihan umum tahun 2007 dimana Thein sayangnya hal ini belum bisa terwujud dengan
Sein menjadi Perdana Menteri. Thein Sein baik disebabkan masih adanya sentimen kuat
sendiri dianggap sebagai seorang yang terkait identitas mereka.
moderat dan juga reformis. Karena hal inilah Kekerasan yang terjadi pada warga
maka ketika Thein Sein dilantik, dimulailah Muslim Rohingya bukanlah hal yang baru. Ada
masa yang dianggap sebagai masa transisi tradisi yang membuat rumor negatif semakin
demokrasi bagi Burma-Myanmar. berkembang—yang nantinya membuat mereka
Setiap tahun, ribuan warga Muslim tidak mendapatkan hak kewarganegaraan
Rohingya yang tidak memiliki secara penuh. Pendapat yang paling banyak
kewarganegaraan mendapatkan kekerasan dilontarkan oleh warga Bamar/Rakhine adalah
dan represi di negara bagian Arakan dan tidak bahwa mereka migran ilegal, sehingga banyak
dapat bepergian di wilayah lain Burma- dari mereka tidak mendapatkan KTP atau NRC
Myanmar—yang akhirnya membuat mereka (National Registration Cards). Faktanya,
memilih jalur laut dan berbahaya demi banyak dari mereka yang memiliki NRC, tetapi
memperoleh hidup yang lebih banyak di tidak berlaku karena kebanyakan dari mereka
Bangladesh, Thailand dan Malaysia. Tidak disita sebelum melewati perbatasan, karena
jarang akhirnya mereka mendapatkan hal itulah maka mereka sering dianggap
kekerasan atau eksploitasi oleh para pedagang migrant ilegal.
manusia, dikembalikan lagi ke laut dan malah Pemerintah Burma-Myanmar
menjadi tahanan di negeri-negeri asing karena menawarkan solusi kewarganegaraan dengan
tidak memiliki dokumen yang resmi (Human syarat yang mendapat adalah keluarga yang
Rights Watch, 2009 dalam Humah Rights minimal telah dua generasi lahir dan tinggal di
Watcs, 2012: 17). Burma-Myanmar dan dikelompokkan
Selain permasalahan mengenai kedalam etnis Bengali. Dikarenakan merasa
migrasi, perdebatan terkait asal usul warga bukanlah Bengali, warga Muslim Rohingya ini
Muslim Rohingya menjadi salah satu faktor lebih memilih untuk tetap mempertahankan
dalam membentuk wacana terkait etnis ini. identitasnya. Kebijakan kewarganegaraan
Pada awal masa pemerintahan militer, mereka seyogyanya merepresentaasikan keunikan
mengklaim bahwa warga Muslim Rohingya Burma-Myanmar sebagai negara yang multi-
merupakan migran ilegal dan karenanya etnis, bukan sebaliknya.

Indonesian Journal of International Studies (IJIS) 157


Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif Pemerintah Burma-
Myanmar

Faktor-faktor Pendukung Terjadinya Muslim Rohingya meminta otonomi atas


Perlawanan wilayah Arakan Utara dari warga Buddha atau
Faktor Internal Rakhine yang mayoritas mendiami Arakan
Faktor internal dalam sebuah Selatan. Kedua, karena perbedaan kelas yang
perlawanan dapat meliputi beberapa hal. Salah tajam, sehingga menimbulkan kecemburuan
satunya adalah terkait dengan sistem atau sosial atau bahkan frustasi sosial di kalangan
pemerintahan yang tengah berlangsung. Hal yang menderita yang jika tak terbendung lagi
ini dibuktikan dengan adanya perbedaan pola maka akan menimbulkan pemberontakan.
tindakan yang telah dilakukan. Pada masa Ketiga, karena rasa curiga akibat faktor suku
jaman junta militer bisa dilihat adanya pola atau agama dari pihak minoritas terhadap
yang lebih kuat dalam menjawab kebijakan kaum mayoritas yang mendominasi.
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Salah Terkait dengan perlawanan yang
satunya adalah pemberontakan. Adapun dilakukan warga Muslim Rohingya yaitu
kebijakan yang melatar belakangi hal ini salah pemberontakan yang dilakukan pada tahun
satunya adalah Operasi Naga Min. 1988 dan mulai lagi dua dekade berikutnya,
Azizah (2006: 99) menulis bahwa gerakan ini tidak bisa dikarenakan dari faktor
pada tahun 1978, pemerintah Burma internal warga Muslim Rohingya saja. Dalam
melancarkan operasi militer untuk mengusir tubuh internal warga Muslim Rohingya,
warga Muslim Rohingya dari Arakan. Mereka pemberontakan dilakukan demi mendapatkan
dianggap sebagai komunitas ilegal di tanah otonomi di wilayah Arakan Utara serta
kelahiran mereka sendiri. Operasi yang disebut kejelasan atas hak hidup mereka. Terlepas dari
dengan nama Operasi Naga Min (Dragon King berbagai wacana yang menyebutkan warga
Operation/ Operasi Raja Naga) ini telah Muslim Rohingya disokong oleh pihak asing.2
memaksa 200.000 Muslim Rohingya Pada saat itu juga bisa dikatakan bahwa
mengungsi ke negara Bangladesh untuk adanya keinginan yang kuat dari warga Muslim
melarikan diri dari penganiayaan (Selth, 2003: Rohingya untuk turut serta dalam
12). Padahal, saat itu jumlah penduduk Muslim pemberontakan dengan harapan pemerintah
Rohingya yang bermukim di Bangladesh sudah Burma-Myanmar dapat mengabulkan
mencapai 156.630 orang (Tha, 2006). Operasi permintaan mereka.
tersebut meliputi relokasi paksa warga Muslim Adapun interaksi sosial antar etnis
disertai pemerkosaan, pembunuhan, dan yang terjadi malah membuat gerakan warga
penggusuran masjid (Selth, 2003: 12). Muslim Rohingya saat itu semakin terbantu.
Selain melakukan migrasi, etnis Otoritarian yang dibentuk pemerintah Burma-
Muslim Rohingya juga sempat melakukan Myanmar secara tidak langsung membuat
pemberontakan. Pemberontakan yang terjadi seluruh elemen bersatu demi melancarkan
menurut Ted Robert Gurr, yang dikuti oleh kepentingannya masing-masing. Baik dari
Riza Sihbudi (2000: 192) menyatakan ada tiga organisasi mahasiswa hingga terbentuknya
penyebab terjadinya pemberontakan. kelompok pemberontak Karen, Kachin
Pertama, karena secara psikologis masyarakat maupun Shan.
tertentu mengalami tekanan. Pada saat Interaksi sosial dalam negeri juga
tekanan tersebut mencapai tingkat yang tak tidak lepas dari pergolakan kawasan Asia
dapat ditahan lagi, maka akan timbul Tenggara kala itu yang dilanda krisis ekonomi
perlawanan atau pemberontakan. Peristiwa maupun politik. Terbukti dari adanya Perang
tersebut akan cepat berkembang jika ada tokoh Dingin yang membuat kawasan Asia Tenggara
dari masyarakat yang tertindas turut dilanda dua kubu paham ideologi yaitu
mendukung bahkan menjadi pemimpin komunis dan liberal. Pemerintahan Ne Win
perlawanan tersebut. Karena hal inilah warga yang cenderung sosialis membuat beberapa

2Padamasa rezim Ne Win memang keadaan negara


dipenuhi oleh berbagai pemberontakan.

158
IJIS Vol.1, No.2, Desember 2014
Gulia Ichikaya Mitzy

kalangan—atau etnis merasa paham tersebut membentuk daerah otonom muslim, yaitu di
tidak pas dengan mereka. Karena dengan Arakan.
sosialis Buddha3, Ne Win menyebarkan paham Perang Dingin merupakan salah satu
fasisnya sehingga etnis non Buddha merasa faktor yang signifikan mengingat Burma-
tersingkir dan terdiskriminasi, sehingga Myanmar yang mulai menjadikan negaranya
pemberontakan dirasa merupakan salah satu sebagai negara Sosialis dan termasuk negara
resistensi yang bisa dilakukan. Warga Muslim yang anti-komunis membuat hal tersebut
Rohingya kala itu juga menjadi ‘kuat’ karena sebagai alat. Alat yang dimaksud adalah
keadaan yang memang mendukung. penggunaan kekuasaan dengan sewenang-
Selain itu, kebijakan lain yang wenang dan dapat dilihat dengan represi yang
mendukung terjadinya perlawanan adalah Hak dilakukan di negara bagian tertentu (Bodreau,
Kewarganegaraan yang dikeluarkan 2004: 8). Dengan jargon hanya etnis Burma
pemerintah Burma-Myanmar pada tahun yang memiliki hak sebagai warga negara asli
1982. Sihbudi (2000: 52) seperti yang dikutip Burma-Myanmar.
Azizah (2006: 100) menulis tidak lama setelah Pada akhirnya hal ini memunculkan
operasi Naga Min berlangsung, pada tahun spekulasi bahwa masalah terkait warga
1982, penguasa militer Burma-Myanmar Muslim Rohingya ini bukan semata konflik
mengeluarkan sebuah dekrit tentang Undang- sosial tapi juga agama. Memang tidak bisa
Undang Kewarganegaraan Burma-Myanmar. dikatakan hal ini mutlak tetapi dengan adanya
Di dalam undang-undang tersebut, warga anggapan bahwa “Muslim adalah Teroris” bisa
Muslim Rohingya dicoret hak jadi hal tersebut memang benar. Anggapan
kewarganegaraannya dan mereka menjadi dengan babak baru demokrasi ini juga
tidak mempunyai negara (stateless) (Sihbudi, berdampak pada dua hal. Pertama, etnis
2000: 89). Atas dasar hal tersebut, maka Ne Rakhine semakin mengopresi warga Muslim
Win yang menjabat Presiden kala itu Rohingya. Mereka menganggap dengan
menyatakan bahwa warga Muslim Rohingya dibukanya keran demokrasi maka warga
adalah rakyat tanpa negara (people without Buddha Rakhine bisa merebut kembali wilayah
state). Arakan yang selama ini didominasi warga
Muslim Rohingya. Selain itu, tindakan
Faktor Eksternal semena-mena seperti pembakaran masjid,
Berbicara mengenai perlawanan etnis Muslim rumah hingga disinyalir genosida membuat
Rohingya tentu tidak terlepas dari faktor pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa.
eksternalnya. Faktor eksternal yang dimaksud Pemerintah sendiri secara tidak langsung juga
salah satunya adalah bantuan dari pihak asing mendukung hal ini. Kedua, warga Muslim
atau yang diluar wilayah Burma-Myanmar. Rohingya menjadi sedikit berani dalam
Bukan hal baru ketika membahas mengenai mempertahankan identitas mereka. Dengan
pemberontakan yang sempat dilakukan umat tetap menggunakan dialek Rohingya dan
Muslim Rohingya. Dugaan adanya pihak asing menolak dikatakan Bengali, warga Muslim
yang terlibat seperti jaringan Al-Qaeda atau Rohingya dinilai kuat mempertahankan
Taliban membuat umat Muslim Rohingya identitas budayanya.
terkesan sangat terbantu—mengingat mereka Di Burma-Myanmar, lima persen dari
juga beragama Islam. Sehingga populasi warganya beragama
pemberontakan yang kala itu dilakukan tidak Muslim.mayoritas mereka telah tinggal di
hanya demi kepentingan politik tetapi juga negara tersebut selama berabad-abad. Padahal
agama. Hal ini terlihat ketika kepentingan dengan permasalahn warga negara etnis
yang mereka usung dimana keinginan untuk Muslim Rohingya, Burma-Myanmar secara
tidak langsung menolak prinsip-prinsip

3Secaratidak langsung Ne Win mempraktekkan Sosialis lain yang tidak beragama Buddha, dianggap sebagai
Buddha, yang berarti membuat Buddha sebagai agama ‘warga kelas dua’.
mayoritas dan memegang kekuasaan tertinggi. Bagi etnis

Indonesian Journal of International Studies (IJIS) 159


Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif Pemerintah Burma-
Myanmar

demokrasi yang coba mereka usung. Hal ini sebagai sebuah warisan budaya, merupakan
tidak terlepas dari zaman periode Junta, prasyarat bagi interaksi moral, “karena hanya
dimana ketika mereka memerintah Burma- makna yang konstan dan benar secara
Myanmar, kewarganegaraan didasarkan intersubjektif yang diambil dari warisan inilah
dengan agama yang dianut. yang memungkinkan adanya orientasi
Terkait dengan masa demokrasi baru terhadap resiprositas, artinya harapan adanya
yang terjadi di Burma-Myanmar dan perilaku yang saling melengkapi
penegakan nilai-nilai universal HAM, hal ini (komplementer) (McCarthy, 2011: 37-38).
malah tidak membawa perubahan yang baik. Situasi pemerintahan atau sistem yang
Memang media swasta sudah mulai sedang terjadi di Burma-Myanmar juga
diperbolehkan. Tetapi kenyataannya, eskalasi memiliki pengaruh. Terdapatnya perbedaan
konflik antar etnis yang meningkat juga tidak resistensi pada saat rezim Junta dan masa
bisa diabaikan. Dengan anggapan adanya transisi demokrasi menjelaskan bahwa sistem
demokrasi , setiap etnis merasa mereka dapat politik juga berperan. Ketika berbicara
berlaku sebebas bebasnya. Walaupun etnis mengenai pemberontakan, hal tersebut terjadi
Burma masih mendominasi dan juga saat Burma-Myanmar dipimpin oleh rezim
mendiskriminasi, hal ini tidak menutup Junta. Kelompok-kelompok saat itu termasuk
kemungkinan adanya represi antar satu etnis Muslim Rohingya menginginkan adanya
dengan lainnya. Terbukti dengan konflik otonomi khusus terkait wilayah mereka. Hal
komunal yang terjadi bulan Juni dan Oktober ini juga diamini oleh etnis lain seperti Karen,
lalu. Kachin dan Shan. Sedangkan ketika rezim
junta jatuh, terdapat perbedaan perlawanan
Etnis Muslim Rohingya dan yang terkait dengan agenda yang ingin dicapai.
Perlawanannya Maka timbulah kelompok-kelompok yang
Pembicaraan mengenai perlawanan yang lebih memilih untuk bermigrasi atau tetap
dilakukan oleh warga Muslim Rohingya tinggal dengan menjadi pengungsi di
memang tidak terlalu terdengar. Selama ini negaranya sendiri karena sudah tidak ada lagi
media lebih menyoroti kepada perlakuan pihak-pihak yang mendukung mereka dan
diskriminatif yang diterima ketimbang kepentingan yang ingin dicapai juga berbeda,
perlawanan apa yang telah mereka lakukan. seperti saat ini, lebih kepada hak
Permasalahan mengenai perlawanan yang kewarganegaraan.
dilakukan oleh warga Muslim Rohingya bisa Dengan adanya kepemilikan sebuah
dikatakan termasuk sulit dalam identitas yang solid, maka timbulah berbagai
memetakannya. Karena tidak adanya indikator gerakan yang sifatnya kolektif. Perlawanan
atau perlawanan yang signifikan. Sehingga hal yang dilakukan oleh warga Muslim Rohingya
tersebut sering dianggap bukanlah perlawanan ini terkesan tidak hanya mengandalkan isu
atau pergerakan yang mutlak secara konsep. seperti kelas, ras tetapi lebih kepada
Tetapi disini penulis melihat bahwa berbagai kebudayaan mereka. Ini terkait dengan
tindakan maupun aksi yang dilakukan oleh fenomena yang telah terjadi semenjak dua
warga Muslim Rohingya merupakan bentuk puluh tahun lalu dimana konflik sosial yang
jawaban atas perlakuan diskriminatif yang ada tidak hanya disebabkan persoalan politik
mereka alami. tapi kepada tantangan kebudayaan sebagai
Salah satu penyebab terdapat bentuk dominasi baru. Dimensi-dimensi yang
perlawanan yang dilakukan adalah adanya krusial dalam kehidupan sehari-hari (waktu,
“keakuan” didalam etnis tersebut. Situasi lahan, hubungan interpersonal, individu dan
negara Burma-Myanmar yang heterogen identitas kelompok) turut terlibat dalam
membuat heterogenitas ini menjadi suatu yang konflik ini, dan timbulnya aktor-aktor baru
solid. Habermas menyatakan heterogenitas ini yang menuntut otonomi atas hidup mereka
melahirkan pertanyaan tentang kesatuan (Melucci, 1995 dalam Johnston &
proses pembentukan-diri, yaitu hubungan Klandermans, 1995: 41).
antara berbagai media yang berbeda. Bahasa,

160
IJIS Vol.1, No.2, Desember 2014
Gulia Ichikaya Mitzy

Memang sejauh ini belum ada data terkait dengan faktor eksternal, dengan
pasti mengenai jumlah warga Muslim terpilihnya Aung San Suu Kyi sebagai salah
Rohingya, tetapi beberapa laporan satu anggota parlemen, membuat dunia
menyebutkan terdapat sekitar 1,2 juta warga berharap penuh akan terciptanya HAM yang
Muslim Rohingya. Dengan persebaran baik di Burma-Myanmar. Walaupun hal
800.000 di Burma-Myanmar (125.000 orang tersebut tidak menjadi jaminan mengingat Suu
menjadi pengungsi) dan sisanya tersebar di Kyi tidak terlalu berkomentar masalah etnis
berbagai belahan dunia. Ada yang berhasil Muslim Rohingya. Tetapi, bagi warga Muslim
mendapat suaka politik tetapi tidak sedikit Rohingya, dengan tertujunya perhatian dunia
yang akhirnya menjadi boat people—manusia terhadap permasalahan mereka, membuat
perahu. Kemudian memunculkan anggapan etnis ini memilih cara sendiri dalam
mengapa solidaritas warga Muslim Rohingya merespons perlakuan diskriminatif yang
tidak bisa efektif juga dikarenakan tidak didapat yang mana akhirnya berkenaan
adanya akses yang memadai bagi warga dengan HAM.
Muslim Rohingya yang ada di Burma-
Myanmar. Laporan Human Rights Watch Penutup
menyebutkan mayoritas warga Muslim Etnis Muslim Rohingya merupakan salah satu
Rohingya hidup dibawah garis kemiskinan dan etnis minoritas yang terdiskriminasi di Burma-
mereka juga tidak mendapat pendidikan yang Myanmar. Selama ini pemberitaan yang ada
layak. Hal ini tidak terlepas dari peran mengenai etnis ini lebih kepada penderitaan
pemerintah. apa saja yang telah mereka dapatkan, bukan
Selain itu, pemberian status perlawanan atau respons apa yang mereka
kewarganegaraan bagi 800.000 warga Muslim lakukan. Memang etnis ini merupakan etnis
Rohingya akan membantu Burma-Myanmar yang dianggap PBB sebagai etnis yang paling
memiliki kebebasan sipil dan politik. teraniaya. Pada kenyataannya, dari semenjak
Dukungan para biksu Buddha juga seharusnya kemerdekaan Burma-Myanmar pada tahun
dapat membantu mendorong warga lainnya 1948, setidaknya etnis ini juga melakukan
untuk menciptakan perubahan. Agama beberapa perlawanan. Perlawanan yang
Buddha dianut hampir 85% dari total dilakukan etnis Muslim Rohingya ini antara
keseluruhan penduduk Burma-Myanmar. Jika lain melakukan pemberontakan, migrasi
para biksu Buddha secara lantang mendukung hingga penolakan identitas dengan disebut
kewarganegaraan untuk warga Muslim sebagai etnis Bengali. Perlawanan yang
Rohingya, maka permasalahan dilakukan oleh warga Muslim Rohingya ini
kewarganegaraan kelompok minoritas bisa dibagi berdasarkan dua periode yaitu pada
tersebut bisa menimbulkan jalan keluar. masa pemerintahan Junta Militer dan Masa
Etnis Muslim Rohingya pada Transisi Demokrasi.
kenyataannya saat ini memang masih belum Pada periode yang pertama yaitu pada
memiliki kejelasan dalam status masa pro demokrasi dapat dilihat perlawanan
kewarganegaraannya tetapi bisa dikatakan yang dilakukan lebih cenderung politis,
bahwa perlawanan yang dilakukan saat ini bersifat fisik dan langsung. Contohnya dalam
lebih kepada adanya korelasi antara faktor melakukan pemberontakan. Pemberontakan
internal dan eksternalnya. Adanya konflik yang dilakukan ini sebenarnya bisa dikatakan
komunal serta perhatian dunia yang mulai bersifat kolektif karena pada masa Junta
secara spesifik tertuju kepada Burma- Militer, tidak hanya warga Muslim Rohingya
Myanmar membuat kedua faktor ini sulit yang angkat senjata tetapi juga beberapa etnis
dipisahkan satu sama lain. Terkait faktor minoritas lain yang bahkan sampai sekarang
internal, permasalahan Muslim Rohingya ini seperti Shan, Kachin dan Karen.
terkesan sulit diselesaikan. Mengingat bahwa Sedangkan terkait perlawanan
tidak hanya etnis mayoritas Barma tetapi juga berikutnya yaitu migrasi, warga Muslim
etnis lain merasa etnis Muslim Rohingya Rohingya ini terbagi menjadi dua kelompok.
merupakan sebuah masalah. Sedangkan Alasan kedua kelompok tersebut sebenarnya

Indonesian Journal of International Studies (IJIS) 161


Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif Pemerintah Burma-
Myanmar

sama yaitu untuk mencari suaka politik di tentara-tentara pemberontak. Sedangkan


negara lain. Tetapi jika dilihat lebih jauh, ketika jaman transisi demokrasi, world order
migrasi yang dilakukan pada masa Junta yang cenderung kepada penegakan nilai-nilai
Militer diakibatkan oleh adanya kebijakan demokrasi maupun HAM. Hal ini juga yang
seperti ONM ataupun Hukum diharapkan dunia internasional agar Burma-
Kewarganegaraan Burma-Myanmar tahun Myanmar merubah sistem politiknya.
1982 (BCL). Kelompok yang kedua yaitu pada Karena hal itulah maka dinamika
masa Transisi Demokrasi lebih diakibatkan perlawanan etnis Muslim Rohingya bisa
adanya konflik horizontal atau konflik etnis dikatakan berbeda menurut periode maupun
yang terjadi, yang bahkan disinyalir sebagai situasi dunia yang melatarbelakangi terjadinya
bentuk genosida baru. perlawanan. Dengan kata lain, perlawanan
Lanjut kepada periode yang kedua yang dilakukan mencerminkan kepentingan
yaitu pada masa transisi demokrasi. apa yang mereka usung. Berbagai tindakan
Perlawanan yang dilakukan oleh warga yang dilakukan baik dari pemberontakan
Muslim Rohingya ini lebih bersifat tidak sampai menolak dikatakan sebagai bagian dari
langsung seperti pertahanan identitas. Pada etnis Bengali bisa dikatakan sebagai bagian
masa transisi demokrasi, Burma-Myanmar dari agenda pertahanan identitas mereka.
dianggap sudah mencoba lebih kooperatif Mengingat tindakan kolektif yang dilakukan
terhadap hal-hal yang berkenaan dengan HAM berdasarkan pada identitas diri mereka
sehingga terdapat kelompok yang sendiri.
mempertahankan identitasnya dimana ketika ***
pemerintah Burma-Myanmar mencoba
menawarkan tanda pengenal atau KTP dengan Daftar Pustaka
syarat mereka mau dimasukkan dalam
kategori etnis Bengali, dan mereka menolak. Buku
Selain itu dapat dilihat pula penyebab Azizah. (2006) Pemberontakan Sporadis
terjadinya perlawanan yang ada yaitu dari Muslim Rohingya Pasca
faktor internal dan juga faktor eksternal. Kemerdekaan Burma 1948-1988.
Faktor internal sendiri baik pada masa junta Jakarta: Universitas Indonesia.
militer dan transisi demokrasi sama-sama Bodreau, V. (2004) Resisting Dictatorship:
tidak lepas dari campur tangan Repression and Protest in Southeast
pemerintah.Pada masa junta militer, Asia. New York: Cambridge University
pemerintahan masa itu merepresi tidak hanya Press.
etnis Muslim Rohingya tetapi seluruh etnis Danish Immigration Service. (2011) Rohingya
minoritas selain etnis Burma, sehingga kaum Refugees in Bangladesh and
Muslim Rohingya beserta etnis minoritas Thailand. Copenhagen: Danish
lainnya melakukan perlawanan dengan cara Immigration Service.
pemberontakan. Begitupun alasan etnis Human Rights Watch. (2009) Perilous Plight:
Muslim Rohingya melakukan migrasi yang Burma’s Rohingya Take to the Seas.
disebabkan oleh tindakan represif pemerintah USA: Human Rigths Watch.
Junta Militer. Sedangkan pada masa pro ______. (2012) “The Government Could
demokrasi, faktor internal antara lain konflik Have Stopped This”: Sectarian
antar etnis. Memang disini campur tangan Violence and Ensuing Abuses in
pemerintah tidak terlihat secara langsung. Burma’s Arakan State. USA: Human
Tetapi, konflik Rakhine yang terjadi pada Juni Rights Watch.
2012 dan Oktober 2012 mengindikasikan Levinson, D. (1994) Ethnic Relations: A Cross-
bahwa pemerintah melangenggakan terjadinya Cultural Encyclopedia. Santa Barbara:
konflik sipil tersebut. ABC-CLIO Inc.
Adapun dari faktor eksternal, pada Melucci, A. (1995) “The Process of Collective
jaman junta militer disinyalir terdapat campur Identity” dalam Johnston, H &
tangan asing terkait dengan pembentukan Klandermans, B (eds). Social

162
IJIS Vol.1, No.2, Desember 2014
Gulia Ichikaya Mitzy

Movements and Culture. Minneapolis:


University of Minneapolis.
Selth, A. (2003) Burma’s Muslims: Terrorists
or Terrorised?. Canberra: Strategic
and defence Studies Centre the
Australian National University.
Sihbudi, R. dkk. (2000) Problematika
Minoritas Muslim di Asia Tenggara:
Kasus Moro, Pattani, dan Rohingya.
Jakarta: PPW-LIPI.
Smith, M.. (1999) Burma: Insugency and The
Politics of Ethnicity. New York: St.
Martin Press.
Steinberg, D. (2010) Burma/Myanmar: What
Everyone Needs to Know. New York:
Oxford University Press.
Pramono, A. (2010) Peran UNHCR Dalam
Menangani Pengungsi Myanmar
Etnis Rohingya di Bangladesh
(Periode 1978-2002). Jakarta:
Universitas Indonesia.

Artikel Online
Burma Muslim. “Muslims in Burma” [Online],
tersedia dalam
<http://www.burmamuslims.org/>
[Diakses pada 1 November 2012].
Economist.com. “Myanmar’s Rohingyas: No
help, Please, We’re Buddhists”
[Online], tersedia dalam
<http://www.economist.com/news/a
sia/21564909-when-offending-
muslim-world-seems-small-price-
pay> [Diakses pada 20 Oktober 2012].
Kurniawan, Nanang. (2012) “Nasib Etnis
Minoritas Rohingya”, dalam Pusat
Informasi dan Advokasi Rohingya-
Arakan (PIARA) [Online], tersedia
dalam
<http://www.jprmijakbar.org/index.
php/berita/berita-dunia-islam/133-
nasid-rohingya.html> [Diakses pada
28 Juli 2012].
Tha, KZyaw Zan. (2006). “Background of
Rohingya Problem” [Online], tersedia
dalam
<http://rakhapura.com/read.asp?id=
4&a=scholarscolumn> [Diakses pada
12 Februari 2013].

Indonesian Journal of International Studies (IJIS) 163


Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif Pemerintah Burma-
Myanmar

164
IJIS Vol.1, No.2, Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai