Anda di halaman 1dari 24

POST PARTUM

Anatomi dan Fisiologi


Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ
eksterna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam
ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan
sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin.

a. Struktur Eksterna

Gambar 1: Organ Reproduksi Eksterna pada wanita.

1) Mons Pubis
Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang
diatas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea
(minyak) dan ditumbuhi Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa
pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid.
Fungsinya sebagai bantal pada saat melakukan hubungan sex.
2) Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawahmengelilingi labia
mayora, meatus urinarius, dan introitus vagina ( muara vagina ).

3) Labia Minor
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina; merah muda
dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna
merah kemurahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila
ada stimulusemosional atau stimulus fisik.
4) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang
terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris dinamai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Fungsi
klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksualitas.
5) Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah
menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas
klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait.
Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk
frenulum. Kadang-kadangprepusium menutupi klitoris.
6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau
skene), vagina dan kelenjar paravagina(vestibulum mayus,vulvovagina,
atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-
garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.
8) Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
Penggunaan istilah vulva dan perineum kadang-kadangtertukar.

b. Struktur Intenal

1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di
belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium
dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi Krista iliaka antero superior,
dan ligamentum ovarii proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
sangat banyak ovum primordial (primitif). Ovarium juga merupakan tempat
utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesterone, dan
androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi wanita normal.
Hormon estrogen adalah hormon seks yang di produksi oleh rahim
untuk merangsang pertumbuhan organ seks seperti payudara dan rambut
pubik serta mengatur sirkulasi manstrubasi. Hormon estrogen juga
menjaga kondisi kesehatan dan elasitas dinding vagina. Hormon ini juga
menjaga teksture dan fungsi payudara. pada wanita hamil hormon estrogen
membuat puting payudara membesar dan merangsang pertumbuhan
kelenjar ASI dan memperkuat dinding rahim saat terjadi kontraksi
menjelang persalinan. Hormon progesterone berfungsi untuk
menghilangkan pengaruh hormon oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar
pituteri. Hormon ini juga melindungi janin dari serangan sel-sel kekebalan
tubuh dimana sel telur yang di buahi menjadi benda asing dalam tubuh ibu.
hormon androgen berfungsi untuk menyeimbangkan antara hormon
estrogen dan progesteron. ( Harunyaha,2013)
1) Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap
tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di
bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa
terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di antaranya bersilia dan
beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis
saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan
mukosa uterus dan vagina.
2) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum pernah
hamil, berat uterus ialah 60 g. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Derajat kepadatan ini
bervariasi bergantung kepada beberapa faktor. Misalnya, uterus
mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi Tiga fungsi
uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan. Fungsi-fungsi ini esensial untuk reproduksi,
tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.
3) Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium,
dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
4) Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi
bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek.
Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam
vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan
ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
5) Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm,
sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut
disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior.
Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari
mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks
steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden
infeksi vagina meningkat.

Pengertian Post Partum


Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 – 8 minggu (Long, Barbara. C. 2018).
Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan
(Hanifa, 2012). Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Long, Barbara. C. 2018).
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan
mempunyai komplikasi.

Adaptasi Fisiologi Masa Nifas


Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari fisiknya.Ia mengalami
stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani peruses esprorasi dan asmilasi
terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran
yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk
bayinya dan merasa tanggung jawab yang luar biasa biasa sekarang untuk
menjadi seorang ibu
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan
sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masab rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.
Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :
1. Periode “Taking in”
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekawatiran akan tubuhnya
b. Ia mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu
melahirkanya
c. Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan
dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktiv
e. Dalam memmberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi
kebutuhan fisikologis ibu, pada tahap ini bidan harus menjadi
pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamanya.
Berikan juga dukungan mental dan aspirasi atas hasil perjuangan
ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus
dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga
dapat leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan dapat
dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap
dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang
baik antara pasien dan bidan
2. Periode “taking hold”
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b. Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,BAA dan
BAK,serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan
bayi, misalnya mengendong, memandikan dan memasang popok
dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak
mahir dalam melakukan hal-hal tersebut
f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk
memberiken bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu
di perhatikan teknik bimbinganya jangan sampai menyingung
perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia
sangat sensitive. Hidari kata “jangan begitu” atau “kalau kayak gitu
salah” pada ibu karna hal itu akan sangat menyakiti perasaanya
dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang
bidan berikan.
3. Periode “Letting Go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode
ini pun sangat berpengaruh terhadap dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat
tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak
ibu,kebebasan, dan hubungan social.
c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi
orang tua pada saat post partum, antara lain:
1. Respon dan dukungan keluarga dan teman.
Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan
akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karana ia
belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun
psikologinya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya
yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran
sebagai seorang ibu. Dengan respon positif dari lingkungan, akan
mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan
bagi bidan untuk memberikan asuhan yang sehat
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi.
Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam
perasaan terhadap perannya sebagai ibu. Ia menjadi tahu bahwa begitu
beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut
akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak
kasus terjadi setelah seorang ibu melahirkan anakanya yang pertama, ia
akan bertekad untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan ibunya.
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu. Walapun kali
ini adalah bukan pengalaman yang pertama melahirkan bayinya, namun
kebutuhan untuk mendpatkan dukungan yang positif dari lingkunganya
tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya
yang membedakan teknik penyampaian dukungan yang diberikan lebih
kepada support dan aspirasi dan keberhasialn dalam melewati saat-saat
sulit pada persalinan yang lalu.
4. Pengaruh budaya adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan
keluarga akan sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu akan
melewati saat transisi ini. Apalagi ada yang tidak singkron antara arahan
dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini bidan
harus bijaksana menyikapi, namun tidak mengurangi kuliatas asuhan
yang diberikan. Keterlibtan kelurga dari awal dalam menentukan bentuk
asuhan dan perawatan yang harus diberikan kepada

Perubahan Fisiologis Dalam Masa Nifas


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-
perubahan yang terjadi, diantaranya :
Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses
involusi, disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan penting lain yaitu
terjadinya hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.Organ dalam system
reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:
1. Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar
karena telah mengalami perubahan besar selama masa kehamilan dan
persalinan.

Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus menerus,


sehingga adanya janin dalam uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya
janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka akan terjadi
kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan
bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.

Proses katabolisme sebagian besar disebabkan oleh dua faktor,


yaitu :

1) Ischemia Myometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari


uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atropi.

2) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam


otot uterus. Enzim proteolitik dan makrofag akan memendekan jaringan
otot yang sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
5 kali lebar dari semula selama kehamilan.
Akhir 6 minggu pertama persalinan :

1. Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram


2. Ukuran uterus berubah dari 15 x 12 x 8 cm menjadi 8 x 6 x
4cm.

3. Uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil (involusi)


sehingga akhirnya kembali pada keadaan seperti sebelum
hamil.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi


terlihat pada table berikut :

No. Waktu Tinggi FundusBerat Diameter Palpasi


Involusi Uteri Uterus Uterus Serviks
1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram 12,5 cm Lunak

2. Uri/ PlasentaDua jari bawah750 gram 12,5 cm Lunak


lahir pusat
3. 500 gram. 7,5 cm 2 cm
1 Minggu Pertengahan
4. pusat-simfisis 300 gram 5 cm 1 cm
2 Minggu
5. Tidak teraba di60 gram 2,5 cm Menyempit
6 Minggu atas simfisis

Bertambah
kecil

Gambar Proses Involusi Uterus

Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin.


Penyusutan antara 1-1,5 cm atau sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-12 hari
uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah masuk di bawah
simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada hari ke-9 uterus sudah
tidak terba.

Involusi ligament uterus berangsur-angsur, pada awalnya


cenderung miring ke belakang. Kembali normal antefleksi dan posisi
anteverted pada akhir minggu keenam.

Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada


umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang
masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata
setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada
bayi besar, dan kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.

Lochea

Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi


pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak lapisan
atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis, sedangkan lapisan bawah
yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik dan
menjadi lapisan endomerium yang baru. Bagian yang nekrotis akan
keluar menjadi lochea.

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas


mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita.
Lochea juga mengalami perubahan karena proses involusi. Perubahan
lochea tersebut adalah :

1. Lochea rubra (Cruenta)


Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum,
warnanya merah mengandung darah dari luka pada plasenta dan
serabut dari decidua dan chorion.

2. Lochea Sanguilenta

Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska


persalinan.

3. Lochea Serosa

Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung


lebih banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi
plasenta.

4. Lochea Alba

Sejak 2 -6 minggu setelah persalinan, warnanya putih


kekuningan menngandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.

Tempat Tertanamnya Plasenta

Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan relaksasi/


retraksi sehingga volume/ ruang tempat plasenta berkurang atau berubah
cepat dan 1 hari setelah persalinan berkerut sampai diameter 7,5 cm.

Kira-kira 10 hari setelah persalinan, diameter tempat plasenta ±


2,5 cm. Segera setelah akhir minggu ke 5-6 epithelial menutup dan
meregenerasi sempurna akibat dari ketidakseimbangan volume darah,
plasma dan sel darah merah.

Perineum, Vagina, Vulva, dan Anus

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot


panggul, perineum, vagina, dan vulva kearah elastisitas dari ligamentum
otot rahim. Merupakan proses yang bertahap akan berguna jika ibu
melakukan ambulasi dini, dan senam nifas.

Involusi cerviks terjadi bersamaan dengan uterus kira-kira 2-3


minggu, cervik menjadi seperti celah. Ostium eksternum dapat dilalui oleh
2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama dilalui oleh satu jari. Karena
hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.

Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk


suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil
ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak
pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan
kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi
caruncule mirtiformis. Estrogen pascapartum yang munurun berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui sekurang-


kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa
vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen
menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa
vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)
menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai
lagi. Mukosa vagina memakan waktu 2-3 minggu untuk sembuh tetapi
pemulihan luka sub-mukosa lebih lama yaitu 4-6 minngu. Beberapa
laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif lebih cepat.
Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot perineum akan pulih
pada hari ke5-6.

Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus), dengan


ditambah gejala seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan
berwarna merah terang pada waktu defekasi. Ukuran hemoroid biasanya
mengecil beberapa minggu postpartum.

2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu


Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau
2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena :
 Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
 Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat
oleh kepala bayi
 Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam
serum turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara
wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,0 0C sesudah 12
jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat
terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.

8. Perubahan system kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa
menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang
lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

Tanda-Tanda Gejala
1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak
badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa
sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya/diri sendiri
11. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

Penatalaksanaan
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan
lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik.
Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post
partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah
8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu
dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat
duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta
banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan
sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan
kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan
timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi
febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila
pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat
istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola
dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi
disusui.

Uji Diagnostik
- Darah lengkap : pemeriksaan Hb
HB ibu nifas normal : Hb normal 11 gram %
- Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah
apabila terjadi komplikasi.

Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1. ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan. Dalam agama Isalam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
atau tahunan.
A. Pathways
PATHWAYS post partum Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun Kehadiran anggota
baru
Involusi uterus
Oksitosin meningkat Prolaktin cemas
meningkat
Kontraksi
uterus lambat Kontraksi uterus
Isapan bayi Isapan bayi perubahan
Laserasi jalan lahir adekuat tidak adekuat pola peran
Atonia uteri Pelepasan jaringan
endometrium
Oksitosin meningkat Pembendungan ASI
Servik & vagina Ansietas
perdarahan Vol. darah turun
Lokhea
keluar Port of the entri Duktus & alveoli Payudara bengkak
Vol. Cairan turun Anemia akut kontraksi
Ketidakefektifan Nyeri Akut
Perfusi Jaringan Kurang perawatan Resiko infeksi
Hb O2 turun
Perrifer efektif Tidak efektif

hipoksia Invasi bakteri


ASI keluar ASI tidak keluar
Kuman Ibu tidak tahu
Daya tahan mudah masuk bagaimana cara
Resiko syok
tubuh turun menyusui bayinya
hipovolemik

Kelemahan umum Intoleransi


aktivitas Kurang
Defisit Pengetahuan
perawatan diri
Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Pengkajian
o Nama Klien digunakan untuk membedakan antar klien yang satu
dengan yang lain (Sastrawinata, 1983 : 154)
o Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun.
o Suku / Bangsa :Untuk menentukan adat istiadat / budayanya
o Agama :Untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan k epada ibu selama memberikan asuhan.
o Pekerjaan ekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu
kelelahan secara tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan
laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi terganggu pada
ibu nifas normal.
o Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal.
Anamnesa (Data Subjektif)
 Tanggal / jam :Untuk mengetahui kapan klien datang dan
mendapatkan pelayanan.
 Keluhan : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah
melahirkan.
 Riwayat kehamilan dan persalinan :Untuk mengetahui apakah
klien melahirkan secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal
klien melahirkan spontan.
 Riwayat persalinan :
 Jenis Pesalinan :Spontan atau SC. Pada ibu nifas normal
klien melahirkan normal.
 Komplikasi dalam persalinan :Untuk mengetahui selama
persalinan normal atau tidak.
 Placenta ilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan
lengkap atau tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa
placenta atau tidak.
 Tali pusat :Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm.
 Perineum :Untuk mengetahui apakah perineum ada
robekan atau tidak. Pada nifas normal perineum dapat
utuh atau ada robekan, pada nifas normal pun bisa juga
dilakukan episotomi.
 Perdarahan :
Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I,
II, III selama proses persalinan, pada nifas normal
pendarahan tidak boleh lebih dari 500 cc.
Proses persalinan Bayi
 Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi
 Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
 Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit  Pernapasan
pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 36BB
dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak
Normalnya > 2500 gr
 BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
 Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
 Air ketuban : Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya
putih keruh. Banyaknya normal atau tidak normalnya 500-
1000 cc.
 Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum
nifas normal biasanya baik.
b. Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan
apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada
klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
c. Tanda Vital
36,40C sampai 37,40C.
d. Pemeriksaan fisik
 Muka
- Kelopak mata : ada edema atau tidak
- Konjungtiva : Merah muda atau pucat
- Sklera : Putih atau tidak
 Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi : ada karies atau tidak
ada.
 Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
 Dada
- Jantung : irama jantung teratur
- Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak
 Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau
tidak, pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
 Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : normal atau tidak dan tidak normal
bila ditemukan lordosis.
CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
 Abdomen
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah SC
atau operasi lain.
Konsistensi : keras atau tidak benjolan ada atau tidak
Pembesaran Lien (liver) : ada atau tidak
e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari
di bawah pusat kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi
uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya ada kelainann atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1
hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan
konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau
tidak, juga tentang jahitan perineum klien. Pada nifas normal
perineum bisa juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga tidak ada,
perineumnya bersih atau tidak.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, para
ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
- Edema : ada atau tidak
- Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
- Kemerahan : ada atau tidak
- Varices : ada atau tidak
- Reflek patella : kanan kiri +/-, normalnya +
- Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit
urat syarat
- Tanda hooman : +/-+ bila tidak ditemukan rasa
nyeri (Mochtar, 1998 : 102)

 Uji Diagnostik
- Darah : pemeriksaan Hb
HB ibu nifas normal : Hb normal 11 gram %
- Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah
apabila terjadi komplikasi.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisiologis
2. Resiko infeksi b/d prosedur invaif
3. Ansetas b/d kurang pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.2011. Pelatihan Gawat Darurat Prenatal.


Semarang : CV. Grafika Karya.
Carpenito, L. J. 2012. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. . Pencegahan dan
Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI
Doenges, M. E. 2011. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Huliana, Mellyana. 2011. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa
Swara.
Long, Barbara. C. 2018. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1. Ilmu 2010 Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Sastrawinata, Sulaiman. 2016. Obstetri Fisiologi. Bandung : EGC.
Wiknjosastro Hanifa. 2017. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai