Anda di halaman 1dari 24

Visi:

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul


dalam penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan
neurosains melalui pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Keperawatan.

Asuhan Keperawatan Dermatitis

Disusun Tingkat 2 reguler A:

1. Aas Uswatun Hasanah (P3.73.20.1.18.001)

2. Ade Nuriah Amin (P3.73.20.1.18.002)

3. Adelia Puspita Ayu (P3.73.20.1.18.003)

4. Anisya Pramestyas (P3.73.20.1.18.004)

Pembimbing: Dra. Nelly Yardes S.Kp., M.Kes.

Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Jurusan Keperawatan Program Studi D3 Keperawatan

Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya.

Makalah ini disusun agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan


pada penyakit dermatitis, dan dalam proses penyusunan makalah ini, penulis
mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak,
sehingga dalam kesempatan ini penulis juga bermaksud menyampaikan rasa
terimakasih kepada :

1. Orang tua yang sudah memberikan doa serta motivasi kepada penulis.
2. Angkatan 2017-2018 yang sudah meberikan dukungan dan ide-ide.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan. Namun


terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bekasi, 3 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................3
DAFTAR TABEL......................................................................................................................4
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar belakang.............................................................................................................5
B. Rumusan masalah........................................................................................................6
C. Ruang lingkup.............................................................................................................6
D. Tujuan..........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................7
A. Konsep Dasar Dermatitis................................................................................................7
1. Definisi........................................................................................................................7
2. Etiologi........................................................................................................................7
3. Patogenesis..................................................................................................................8
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dermatitis.................................................13
1. Pengkajian keperawatan............................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................16
3. Rencana Keperawatan...............................................................................................16
4. Evaluasi.....................................................................................................................20
BAB III.....................................................................................................................................21
PENUTUP................................................................................................................................21
A. Simpulan.......................................................................................................................21
B. Rekomendasi.................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

3
DAFTAR GAMBAR

4
DAFTAR TABEL

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia. Kulit berfungsi melindungi
tubuh dari trauma dan alat perlindungan pertama tubuh terhadap bakteri. Kulit juga
merasakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri. Secara anatomi kulit terdiri dari tiga lapisan:
epidermis, dermis, dan subkutis. Epidermis, bagian terluar dari kulit, dermis terletak tepat di
bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, limfosit, histiosit, dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Lapisan kulit
terakhir adalah subkutis yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan
suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi.

Kulit pun memiliki banyak sekali penyakit, salah satu penyakit kulit yang paling
sering dijumpai yaitu dermatitis atau eksim. Dermatitis merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Dermatitis tidak berbahaya, dan tidak menular.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala
berbeda.

Prevalensi dari semua bentuk dermatitis adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik
0,69%, ekzema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga
5% dari penduduk. Data gambaran sepuluh (10) penyakit terbanyak pada penderita rawat
jalan di Rumah Sakit Umum di Indonesia yang diperoleh dari Ditjen Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan tahun 2004, ditemukan jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan
subkutan lainnya yakni sebesar 419.724 kasus atau dengan pevalensi sebesar 2,9%, 501,280
kasus pada tahun 2005 dengan prevalensi 3.16%, dan pada tahun 2006 ditemukan sebanyak
403.270 kasus dengan prevalensi 3,91% (Profil Kesehatan Indonesia 2004-2006).

Peran perawat sangat diperlukan dalam mengurangi dermatitis yang terjadi pada
pasien, dengan cara preventive seperti mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien
untuk menghindarinya, serta kuratif seperti memberikan terapi obat. Asuhan keperawatan

6
pada pasien dermatitis meliputi pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, hingga evaluasi.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini adalah setelah mengikuti kuliah dermatitis
di harapkan peserta didik mengerti dan mampu memahami asuhan keperawatan penyakit
dermatitis.

C. Ruang lingkup

Kami melakukan pembahasan dibatasi pada konsep dasar penyakit dermatitis beserta
asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan makalah ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar penyakit
dermatitis dan asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar tentang dermatitis
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
dermatitis.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak


1. Konsep Dasar Dermatitis Kontak
a. Definisi
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau
substansi yang menempel pada kulit.

Gambar 2.1 Dermatitis Kontak Iritan (Sumber: alomedika.com)

b. Jenis-Jenis Dermatitis Kontak


Dermatitis kontak terbagi menjadi dua macam yaitu dermatitis kontak
iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun
kronis.
1) Dermatitis kontak iritan (DKI)
Merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan
kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Dermatitis
kontak iritan dapat diderita oleh semua orang. Penyebab munculnya
dermatitis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
detergen, alkali. Gejala yang muncul dari dermatitis kontak iritan
antara lain sangat beragam tergantung pada sifat iritan. Iritan kuat
memberikan gejala akut dan iritan lemah memberikan gejala kronis.

8
Gambar 1.2 Dermatitis Kontak Iritan (Sumber: alomedika.com)

2) Dermatitis kontak alergik (DKA)


Dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang mengalami
sensitisasi terhadap suatu alergen. Dermatitis kontak alergik hanya
terjadi pada orang yang keadaan kulitnya sangat peka
(hipersensitivitas). Penyebab dermatitis kontak alergik adalah
bahan kimia sederhana dengan berat molekul (<1000 dalton).
Gejala yang muncul pada penderita dermatitis kontak alergik
mengeluh gatal. Jika penderita dermatitis kontak alergik menjadi
akut akan timbul bercak eritematosa kemudian diikuti edema,
populavesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula yang pecah
dapat menimbulkan erosi atau eksudasi (basah).

Gambar 1.3 Dermatitis Kontak Alergik (Sumber: medica limpo


c. Pengobatan dermatitis kontak

9
Pengobatan dermatitis kontak yang perlu diperhatikan adalah upaya
pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan
menekan kulit yang timbul. Penderita dermatitis kontak akut dapat
diberikan kortikosteroid dalam jangka waktu pendek.
d. Komplikasi dermatitis kontak
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri gejalanya berupa bintik-
bintik yang mengeluarkan nanah, dan pembengkakan kelenjar getah
bening sehingga penderita mengalami demam dan lesu.

2. Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak


a. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Anamnesis
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan gatal-gatal
b) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
c) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah dulu pernah menderita penyalit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya
d) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti atau
penyakit kulit lainnya.
e) Riwayat pengobatan
Tanyakan kepada pasien apakah pernah menggunakan obat-obatan
yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi)
terhadap sesuatu obat
f) Riwayat alergi
Tanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap sesuatu
g) Riwayat psikososial
Tanyakan kepada pasien apakah merasakan kecemasan yang
berlebih, apakah sedang mengalami stressyang berkepanjangan

10
h) Riwayat pemakaian obat
Tanyakan kepada pasien apakah pernah menggunakan obat-
obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak
tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
3) Pola fungsional
a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
 Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit.
 Tanyakan kepada pasien apakah langsung mencari pengobatan
atau menggunakan sampai penyakit tersebut mengganggu
aktivitas pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
 Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien
(pagi, siang, dan malam)
 Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi
 Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
c) Eliminasi
 Tanyakan pada klien bagaimana pola BAK dan BAK, warna, bau
dan karakteristiknya.
 Tanyakan pada klien berapa kali BAK dalam sehari, karakteristik
urine dan defekasi.
 Tanyakan pada klien adakah masalah dalam proses buang air kecil
dan buang air besar, adakah penggunaan alat bantu untuk buang air
kecil dan buang air besar.
d) Pola aktivitas atau olahraga
 Adakah perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit
 Kekuatan otot: biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggua dalah kulitnya.
 Keluhan beraktivitas: kaji keluhan klien saat beraktivitas
e) Pola istirahat atau tidur
 Kebiasaan: tanyakan lama , kebiasaan, dan kualitas tidur pasien

11
 Masalah pola tidur: tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/
tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit.
 Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur, apakah
merasakan segar atau tidak.
f) Pola kognitif atau persepsi
 Kaji status mental pasien
 Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan pasien dalam
memahami sesuatu
 Kaji tingkat ansietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada
bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien.
 Kaji penglihatan dan pendengaran
 Kaji apakah klien mengalami vertigo
 Kaji nyeri: gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
g) Pola konsep diri
 Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah
gambaran dirinya
 Tanyakan pada klien apa yang menjadi pikirannya bagi klien,
apakah merasa cemas, depresi atau takut
h) Pola peran hubungan
 Tanyakan apa pekerjaan pasien
 Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien
seperti pasangan, teman.
 Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
i) Pola seksualitas atau reproduksi
 Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
 Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause
 Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks

12
j) Pola koping- toleransi stress
 Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat dirumah
sakit (finansial atau perawatan diri)
 Kaji keadaaan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasan (mekanisme koping klien). Apakah
ada penggunaan obat untuk penghilang stres atau klien
sering berbagi masalahnya dengan orang-oramg terdekat
k) Pola keyakinan nilai
 Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan
dalam bergama serta seberapa taat klien menjalankan
agamanya. Orang yang dekat kepada tuhannya lebih berpikir
positif.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
2) Ganguuan pola tidur berhubungan dengan pruritus
c. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
NO. NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan Lakukan inspeksi lesi
kulit berhubungan asuhan keperawatan, setiap hari, pantau
dengan kekeringan pada kulit klien dapat adanya tanda-tanda
kulit kembali normal infeksi, ubah posisi
dengan kriteria hasil pasien tiap 2-4 jam,
kenyamanan pada bantu mobilitas pasien
kulit meningkat, sesuai kebutuhan,
derajat pengelupasan pergunakan sarung
kulit berkurang, tangan jika merawat lesi,
kemerahan berkurang, jaga agar alat tenun
lecet karena garukan selalu dalam keadaan
berkurang, bersih dan kering,
penyembuhan area libatkan keluarga dalam

13
kulit yang telah rusak. memberikan bantuan
pada pasien, gunakan
sabun yang mengandung
pelembap atau sabun
untuk kulit sensitive,
oleskan/berikan salep
atau krim yang telah
diresepkan 2 atau 3 x per
hari.
2. Ganguuan pola tidur Setelah dilakukan Menjaga kulit agar
berhubungan dengan asuhan keperawatan selalu lembab,
pruritus. diharapkan klien determinasi efek- efek
dapat istirahat tanpa medikasi terhadap pola
adanya pruritus tidur, jelaskan
dengan kriteria hasil: pentingnya tidur yang
Mencapai tidur yang adekuat, fasilitasi untuk
nyenyak, melaporkan mempertahankan
gatal mereda, aktivitas sebelum tidur,
mengenali tindakan ciptakan lingkungan
untuk meningkatkan yang nyaman, kolaborasi
tidur, dengan dokter dalam
mempertahankan pemberian obat tidur.
kondisi lingkungan
yang tepat.

Tabel 1.1 Tabel Rencana Keperawatan Dermatitis Kontak

d. Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
 Kenyamanan pada kulit meningkat
 Derajat pengelupasan kulit berkurang
 Kemerahan dan lecet berkurang, penyembuhan area kulit yang
telah rusak.
2) Ganguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

14
 Mencapai tidur yang nyenyak
 Melaporkan gatal mereda
 Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur
 Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

B. Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Atopik


1. Konsep Dasar Dermatitis Atopik
a. Definisi
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residitif,
disertai dengan gatal yang umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-
anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopik pada keluarga atau penderita.
b. Gambaran klinis
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat, kadar lipid pada
epidermis berkurang, jari tangan teraba dingin. Gejala utama dermatitis
atopik dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat
pada malam hari.
c. Penatalaksanaan
Kulit penderita dermatitis atopik cenderung lebih rentan terhadap bahan
iritan, oleh karena itu penting untuk mengidentifikasi kemudian
menyingkirkan faktor yang memperberat dan memicu siklus gatal.

Gambar 1.4 dermatitis atopik (sumber: hellosehat.com)

15
kesamping, membentuk satu lesi seperti koin, eritematosa, sedikit edematosa,
dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi.
d. Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan mencari penyebab yang memprovokasi.
Bila kulit kering diberi pelembab. Secara topikal lesi dapat diobati dengan
obat anti inflamasi.

Gambar 1.5 Dermatitis Numularis (Sumber: alodokter.com)

2. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dermatitis Atopik


a. Pengkajian Keperawatan

a) Identitas : dapat terjadi pada semua usia. Wanita lebih tinggi dibandingkan
pria.
b) Keluhan utama : pruritus, eritema, nyeri, susah tidur.
c) Riwayat penyakit sekarang : pada usia 2 bulan sampai 2 tahun terdapat
eritema berbatas tegas, disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar,
bersifat erosif, eksudatif, dan berkrusta. Usia 3-10 tahun lesi tidak
eksudatif lagi. sering disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi, dan
hipopigmentasi. Sedangkan pada usia > 13 tahun, lesi selalu kering dan
dapat diserta likenifikasi dan hiperpigmentasi. Selain itu, pruritus hebat
menyebabkan penggarukan terus-menerus mengakibatkan eksematosa.
d) Riwayat penyakit dahulu : tanyakan adanya riwayat dengan asma,
hayfever, dan rhinitis kronik terutama anak-anak. Adanya alergi terhadap
berbagai alergen, misalnya iritasi kulit oleh wol, air, sabun yang keras.

16
e) Riwayat penyakit keluarga : tanyakan adanya penyakit atopik pada
keluarga.
f) Pengkajian psikologi : keadaan stres dapat memicu keparahan dermatitis
atopik. Anak-anak sering mengalami ketidaknyamanan sehingga rewel.
g) Pengkajian lingkungan : adanya perubahan cuaca, kelembaban yang
cukup. Lingkungan yang berdebu dapat sebagai alergen.
 ADL :
 Nutrisi : kaji diet yang berhubungan dengan eksaserbasi penyakit.
Biasanya anak-anak mengalami gangguan tumbuh kembang akibat
dari pemasukan nutrisi yang tidak adekuat. Ketidaknyamanan dari
adanya lesi membuat anak rewel sehingga menyebabkan gangguan
pemasukan nutrisi (makanan maupun minuman).
 Eliminasi : biasanya tidak ditemukan masalah.
 Hygiene : kebersihan diri pada awalnya harus dikaji, karena
kebersihan diri yang kurang juga sebagai salah satu predisposisi
untuk dermatitis atopik.
 Aktivitas : dapat tergantung pada distribusi lesi yang ada.
h) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan persistem
1) B1 (Breathing) : pneumonia.
2) B2 (Blood) : septikemi, hipotermia, dekompensasi kordis,
trombophlebitis.
3) B3 (Brain) : nyeri (pruritus).
4) B4 (Bladder).
5) B5 (Bowel) : diare.
6) B6 (Bone) : pruritus, kulit kering, pitriasis, ruam, eritema.
eksim/krusta, hiperpigmentasi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit b.d terpapar allergen.
2) Gangguan rasa nyaman : nyeri (gatal) b.d agen injuri atau allergen.
3) Hipertermi b.d agen injuri atau allergen.
4) Gangguan pola tidur b.d stimulasi yang berlebih (gatal-gatal)
5) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi.
6) Resiko inf eksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

17
c. Intervensi Keperawatan

1. Dx I: Kerusakan Integritas kulit b.d terpapar allergen


Goal: klien tidak akan mengalami kerusakan integritas kulit.
Objective: klien tidak terpapar allergen.
Outcomes: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien:
1) Tidak mengalami kulit luka, gatal, warna kulit hitam abu-abu, kulit
kering dan bersisik,
2) Turgor kulit baik.
Intervensi dan Rasional
a. Intervensi: mandi 2 kali sehari selama 15-20 menit. Segera oleskan salep
atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika
tanda dan gejala meningkat. Rasional: dengan mandi air akan meresap
dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2-4 menit setalah
mandi mencegah penguapan air dari kulit.
b. Intervensi: gunakan air hangat. bukan panan. Rasional: air panas
menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
c. Intervensi: gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk
kulit sensitif. Hindari mandi busa. Rasional: sabun yang mengandung
pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak meyebabkan kulit
kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
d. Intervensi: oleskan atau berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2
atau 3 kali sehari. Rasional: salep atau krim melembabkan kulit.

2. Dx II: Gangguan rasa nyaman: nyeri (gatal) b.d agen injuri atau alergen
Goal: klien tidak akan mengalami nyeri (gatal).

Objective: klien tidak akan terpapar agen injuri atau alergen


Outcomes: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien:
1) Tidak mengalami gatal-gatal, perubahan pola tidur

2) Klien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 2-3

3) Ekspresi wajah tenang.

18
Intervensi dan Rasional

a. Intervensi: jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya


(misal: keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal: hidrasi) dan siklus
gatal-garuk-gatal-garuk. Rasional: dengan mengetahui proses fisiologis
dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan
rasa kooperatif.

b. Intervensi: cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan


formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari mengguna-kan pelembut
pakaian buatan pabrik. Rasioanl: pruritus sering disebabkan oleh dampak
iritan atau alergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.

c. Intervensi: gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan


sudah tidak ada sabun yang tertinggal. Rasional: bahan yang tertinggal
(deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi.

3. Dx III: Gangguan pola tidur b.d stimulasi yang berlebihan (gatal-gatal)

Goal: klien tidak akan mengalami gangguan pola tidur


Objective: klien tidak akan mengalami stimulasi berlebihan (gatal-gatal)
Outcomes: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien:
1) Tidak mengalami gangguan pola tidur (pola tidur baik)

2) Jam tidur tercukupi

3) Kualitas tidur baik

4) TTV dalam batas normal.

Intervensi dan Rasional

a. Intervensi: bantu pasien melakukan gerak badan secara teratur. Rasional:


Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika
dilaksanakan pada sore hari.

b. Intervensi: jaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan


kelembaban vang baik. Rasional: udara yang kering membuat kulit
terasa gatal. Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.

19
c. Intervensi: cegah dan obati kulit yang kering. Rasional: Pruritus
noeturnal mengganggu tidur yang normal.

d. Intervensi: anjurkan kepada klien menjaga kulit selalu lembab Raional:


Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal
biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

e. Intervensi: anjurkan klien menghindari minuman yang mengandung


kafein menjelang tidur di malam hari. Rasional: kafein memiliki efek
puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi

f. Intervensi: anjurkan klien mengerjakan hal-hal yang ritual dan rutin


menjelang tidur. Raional: tindakan ini memudahkan peralihan dari
keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.

4. Dx IV: Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan paparan


lingkungan

Goal: klien tidak akan mengalami infeksi.


Objective: klien tidak mengalami kerusakan jaringan dan menurunkan
paparan dengan lingkungan.
Outcomes: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien:
1) Bebas dari tanda dan gejala infeksi.

2) Mendeskrips ikan proses penularan penyakit, faktor yang


mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya.

3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

4) Menunjukkan perilaku hidup sehat.

Intervensi dan Rasional

a. Intervensi: miliki indeksi kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi


pada pasien yang system kekebalannya teganggu. Rasional: setiap
keadaan yang mneggangu status imun akan memperbesar resiko
terjadinya infeksi kulit.

20
b. Intervensi: berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien
mengenai program terapi. Raional: pendidikan pasien yang efektif
bergantung pada keterampilan interpersonal professional kesehatan dan
pada pemberian instruksi yang jelas yang diperkuat dengan instruksi
tertulis.

c. Intervensi: laksanakan pemakaian kompres basah seperti yang


diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi. Rasional:
kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang
menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah kulit dan dengan demikian
mengurangi eritema serta produksi Serum.

d. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana


tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan atau dibuat.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah


keperawatan telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagaian dengan
mengacu pada kriteria evaluasi.

3. Asuhan Keperawatan Pada Neurodermatitis Sirkumskripta

A. Konsep dasar neurodermatits sirkumskripta


1. Definisi
Neurodrmatitis adalah peradangan kulit kronis4 gatal sirkumstrip
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Timbul
karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat

21
sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi.
Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya
muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian
belakang dari leher. Penyakit ini biasanya timbul pada pasien dengan
kepribadian yang obsessif, dimana selalu ingin menggaruk bagian tertentu
dari tubuhnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

23
Banowati, Andini. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dermatitis. Diunduh dari
https://www.academia.edu/10853371/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Dermatitis,
diakses pada 4 februari 2020.

Dr. Andriant, Petrus.1984. Terapi Dermatologik .buku kedokteran EGC.

Iron, Sangkawuni. Maraknya Dermatitis di Indonesia. Diunduh dari


https://www.kompasiana.com/sangkawuniiron/59147483e422bd920aca508b/maraknya-
dermatitis-di-indonesia?page=all, diakses pada 4 februari 2020.

Johnson, M.,et all.2002. Nurshing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River.

Mc Closkey, C.J., et all.2002.Nursing Intervention Classification (NIC) Second Edition. New


Jersey: Upper Saddle River

NANDA, 2012. Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan klasifikasi.

Nurarif A. H, Kusuma, H. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medi
s dan NANDA NIC-NOC  Revisi Jilid 1.Yogyakarta: MediaAction.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

Smetzer, Suzzane C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

24

Anda mungkin juga menyukai