Anda di halaman 1dari 178

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS

MADRASAH (MPMBM) SEBAGAI UPAYA UNTUK


MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MIN MALANG 2

SKRIPSI

Oleh:
Guntur Usman
0 7 1 4 0 0 56

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
Januari, 2010
SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri


Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan
(S.Pd)

Oleh:
Guntur Usman
0 7 1 4 0 0 56

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
Januari, 2010
HALAMAN PERSETUJUAN

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS MADRASAH


(MPMBM) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI MIN MALANG 2

SKRIPSI

Oleh:
Guntur Usman
0 7 1 4 0 0 56

Oleh:

Telah Disetujui Oleh:


Dosen Pembimbing

Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M.Pd


NIP. 19690526 200003 1 003

Tanggal, 06 Januari 2010

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Dr. Hj. Sulalah, M. Ag


NIP. 19651112 199403 2 002
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS MADRASAH


(MPMBM) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI MIN MALANG 2

SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Guntur Usman
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 11 Pebruari 2009
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada tanggal: 11 Pebruari 2009

Panitia Ujian Tandatangan


Ketua Sidang
Muhammad Walid, MA :
NIP. 19730823 20000 1 002

Sekretaris Sidang
Dr. Wahid Murni, M.Pd, Ak :
NIP. 19690303 200003 1 002

Pembimbing
Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M.Pd :
NIP. 19690526 200003 1 003

Penguji Utama
Dr. H.M. Zainuddin, MA :
NIP. 19620507 199503 1 001

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

Dr. H.M. Zainuddin, MA


NIP. 19620507 199503 1 001
PERSEMBAHAN

Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat


Allah SWT maka saya persembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan Ibu yang telah berbesar hati dan penuh kasih sayang yang tiada akhir
serta menyinari jalan hidup putranya dengan penuh kesabaran, terima kasih atas
keikhlasan dan ketulusan doa demi kesuksesan putramu selama masa studi di UIN
Maliki Malang.

Guru dan dosenku yang selalu menjadi pelita dalam studiku sehingga aku dapat
memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang tak ternilai harganya.

Kakak-kakakku (Moch. Toha, Istikaroh, Endang Fatmawati) dan ponakan-


ponakanku (Fitri, Rossi, Vida, Ongky) tercinta yang telah menjadi motivasi dan
harapanku sehingga aku punya semangat yang tinggi dalam belajar dan harapanku
semoga ponakanku lebih baik dari aku.

Semua familyku yang ada di Tulungagung yang telah mendoakan dan memberi
motivasi selama studi di Malang.

Sahabat-sahabatku (Rif’an, Samsul, Dai, Kholis) yang selalu setia memberi


semangat dan membantu baik dalam keadaan suka maupun duka.

Semoga amal baik yang diberikan kepada penulis, akan senantiasa mendapat
balasan dari Allah SWT, Amin Ya Robbal’Alamin…
HALAMAN MOTTO

َ َ َِْ ْ‫ َُا اُْا ا وَاَُْْا ِاَْ ِ ا‬ َ ْ ِ َ ‫ َ


َُ ا‬
‫ن‬
َ ُْ ِ ْ!ُ ْ"ُ# َ$َ ِ ِ ِْ%َ ْ&ِ' ‫َو*َهِ ُ(وْا‬
“ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada
jalan-Nya. Supaya kamu mendapatkan keberuntungan”.
(Al-Maidah :35)
NOTA DINAS

Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M.Pd


Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING


Hal : Skripsi Guntur Malang, 06 Januari 2010
Lamp : 4 (empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
Di
Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut
dibawah ini:
Nama : Guntur Usman
NIM : 07140056
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul Skripsi : Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah
(MPMBM) sebagai Upaya untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan di MIN Malang 2

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing

Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M.Pd


NIP. 19690526 200003 1 003
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 06 Januari 2010

Guntur Usman
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul MANAJEMEN

PENINGKATAN MUTU BERBASIS MADRASAH (MPMBM) SEBAGAI

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MIN

MALANG 2 dengan tepat waktu.

Shalawat dan salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahan

tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam

kegelapan dan kebodohan menuju alam ilmiah yaitu Dinul Islam.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang dan sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam

mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh

selama di bangku kuliah.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.


2. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Ibu Dr. Sulalah, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing, yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Pono, S.Ag, selaku Kepala MIN Malang 2 yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di lembaga yang beliau

pimpin.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI) Fakultas Tarbiyah, yang telah banyak memberikan ilmu kepada

penulis sejak berada di bangku kuliah.

7. Keluarga besar MIN Malang 2 yang telah banyak memberikan

pengalaman berharga bagi penulis sebagai bekal menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita

semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang

sempurna. Begitu juga dalam penulisan Skripsi ini, yang tidak luput dari

kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini.


Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis

berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Malang, 06 Januari 2010

Penulis
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah Siswa MIN Malang 2 Tahun Ajaran 2009/2010 ---------- 87

Tabel 4.1 : Jadwal Monitoring Dan Evaluasi ------------------------------------- 102

Tabel 4.2 : Strategi Pencapaian Tahun 2006/2007-2010/2011 ------------------ 105

Tabel 4.3 : Data Prestasi Akademik ------------------------------------------------- 108

Tabel 4.4 : Jumlah Calon Siswa MIN Malang 2 ---------------------------------- 119


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Keterangan Penelitian (dari UIN Maliki Malang dan MIN

Malang 2)

Lampiran II : Bukti Konsultasi

Lampiran III : Struktur Organisasi Madrasah

Lampiran IV : Keadaan Sarana dan Prasarana MIN Malang 2

Lampiran V : Keadaan Guru dan Karyawan MIN Malang 2

Lampiran VI : Analisis Swot dan Alternatif Pemecahan Masalah

Lampiran VII : Data Prestasi Akademik dan Non Akademik MIN Malang 2

Lampiran VIII : Daftar Hadir Guru Selama Bulan September sampai Oktober

Tahun 2009.

Lampiran IX : Struktur Komite Madrasah

Lampiran X : Denah MIN Malang 2

Lampiran XI : Foto-foto

Lampiran XII : Pedoman wawancara

Lampiran XIII : Daftar Riwayat Hidup


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi

HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ vii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xvi

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan masalah ........................................................................ 7

C. Tujuan penelitian ......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

E. Definisi Operasional .................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Manajemen Madrasah.................................................................. 11
B. Peningkatan Mutu Pendidikan ..................................................... 26

1. Pengertian Mutu Pendidikan .................................................. 26

2. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan............................................ 28

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan ............. 29

4. Karakteristik Sekolah yang Bermutu ...................................... 32

C. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah

(MPMBM) .................................................................................. 34

1. Dasar dan Konsep MPMBM .................................................. 34

2. Pengertian MPMBM .............................................................. 39

3. Karakteristik MPMBM .......................................................... 42

4. Tujuan dan Alasan diterapkannya MPMBM .......................... 54

D. Implementasi MPMBM ............................................................... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................... 70

B. Kehadiran Peneliti ....................................................................... 71

C. Lokasi Penelitian ......................................................................... 71

D. Sumber Data ................................................................................ 72

E. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 73

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 76

G. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 77

H. Tahap-tahap Penelitian ................................................................ 78

I. Situs Penelitian ............................................................................ 80


BAB IV PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN

A. Implementasi MPMBM dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di MIN Malang 2 ...................................................... 88

1. Implementasi Perencanaan ...................................................... 89

2. Pelaksanaan Peningkatan Mutu Pendidikan............................. 95

3. Implementasi Monitoring dan Evalusi MPMBM ..................... 101

B. Strategi Madrasah dalam Implementasi MPMBM untuk

Meningkatkan Mutu. ................................................................... 103

C. Dampak Implementasi MPMBM di MIN Malang 2. .................... 106

D. Temuan Penelitian ....................................................................... 125

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Implementasi MPMBM dalam Meningkatkan Mutu .................... 130

B. Strategi Madrasah dalam Implementasi MPMBM untuk

Meningkatkan Mutu. ................................................................... 135

C. Dampak Implementasi MPMBM di MIN Malang 2 .................... 139

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 155

B. Saran ........................................................................................... 157

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK

Usman, Guntur. 2010. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah


(MPMBM) sebagai Upaya untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di
MIN Malang 2. Skripsi. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen
Pembimbing: Dr. Sugeng Listyo Prabowo M.Pd

Kata Kunci: Implementasi, Peningkatan Mutu, Manajemen Peningkatan Mutu


Berbasis Madrasah

Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas bagi semua


komponen yang ada di madrasah. Hal ini akan dapat dilaksanakan jika madrasah
memiliki sikap dinamis, kreatif dan inovatif dalam melaksanakan peningkatan
mutu pendidikan. Dalam hal ini madrasah diberikan kepercayaan untuk mengatur
dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan
peserta didiknya. Meskipun demikian, agar mutu pendidikan tetap terjaga dan
proses peningkatan mutu tetap terkontrol maka harus ada standar yang dijadikan
sebagai acuan/pedoman sebagai indikator evaluasi keberhasilan peningkatan
mutu tersebut. Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni
pengelolaan peningkatan mutu pendidikan yang dikenal dengan manajemen
peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM).
Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM)
merupakan salah satu bentuk desentralisasi pendidikan yang dipilih dengan tujuan
untuk memandirikan sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan. Kebijakan ini
diimplementasikan dengan menerapkan manajemen yang transparan dan dengan
melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan. Dalam
implementasinya, kebijakan MPMBM memiliki strategi yang berbeda dimasing-
masing madrasah sebab MPMBM menerapkan pendekatan “idiograpik”
(membolehkan adanya keberbagaian cara pelaksanaannya). Berangkat dari latar
belakang itulah kemudian penulis ingin membahasnya dalam skripsi dengan
mengambil judul Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM)
sebagai Upaya untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di MIN Malang 2.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bagaimana implementasi MPMBM dalam meningkatkan mutu pendidikan, untuk
medeskripsikan strategi yang digunakan madrasah dalam implementasi MPMBM
untuk meningkatkan mutu pendidikan, mendeskripsikan dampak MPMBM
dengan prestasi belajar siswa, medeskripsikan dampak MPMBM dengan minat
masyarakat, dan mendeskripsikan dampak MPMBM dengan kebanggaan guru
terhadap MIN Malang 2.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Dan hasil yang diperoleh merupakan hasil dari data deskriptif, yakni
berupa kata-kata dan gambaran umum dilapangan. Sumber data yang peneliti
gunakan adalah data primer dan sekunder. Dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan teknik observasi, interview dan dokumentasi. Sedangkan dalam
menganalisi data, peneliti menggunakan analisis data diskriptif kualitatif. Untuk
pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah implementasi MPMBM sudah
dilaksanakan dengan baik dengan melaksanakan langkah-langkah (1)
Implementasi perencanaan (analisis situasi, merumuskan tujuan, analisis SWOT
dan alternatif pemecahan masalah), (2) Peningkatan mutu pendidikan dengan
menyusun dan melaksanakan program, (3) Implementasi monitoring dan evaluasi
yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Strategi yang digunakan sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan mengefektifkan peran komite
madrasah dan merombak organisasi madrasah, pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP), peningkatan keprofesionalan SDM (tenaga pendidik),
pemenuhan sarana dan prasarana, pelaksanaan berbagai program pembelajaran.
Dampak MPMBM terhadap prestasi siswa cukup baik dengan meningkatnya
prestasi akademik dan non akademik. Sedangkan dampak MPMBM dengan minat
masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat hal ini disebabkan karena
madrasah selalu mengikutsertakan komite dalam penyelenggaraan pendidikan,
kinerja dari manajemen humas yang efektif di samping faktor gedung yang bagus,
guru yang profesional dan pendidikan agama yang bermutu. Dan dampaknya bagi
guru, dengan penerapan MPMBM, guru MIN Malang 2 merasa bangga terhadap
madrasah. Hal ini lebih disebabkan karena: manajemen madrasah yang semakin
baik, kerjasama madrasah dan komite yang kompak, prestasi siswa semakin
meningkat dan madrasah semakin diminati masyarakat.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan tentang pengembangan pendidikan di Indonesia yang telah

dipresentasikan oleh para ahli pendidikan baik melalui tulisan-tulisan para

pakar pendidikan diberbagai buku, majalah, jurnal, koran dan sebagainya,

maupun melalui kegiatan seminar, penataran dan lokakarya, semua itu telah

memperkaya wawasan dan visi dalam mengembangkan mutu pendidikan di

Indonesia.

Berbagai pemikiran dan kebijakan mereka perlu untuk dipotret, ditata

ulang dan didudukkan dalam satu bahan renungan sehingga model-model

orientasi dan langkah-langkah yang akan dituju semakin menjadi jelas.

Dengan demikian jika lembaga/seseorang hendak melakukan upaya

peningkatan mutu ataupun kualitas pendidikan maka arahnya sudah dapat

dipastikan, sehingga tidak terjadi salah letak, arah dan langkah yang akhirnya

akan menjadikan kerancuan dalam menyikapi paradigma pendidikan.

Dari sisi kuantitas lembaga pendidikan Islam yaitu madrasah ibtidaiyah

memang cukup banyak, baik yang bersatatus negeri maupun yang berstatus

swasta selain yang didirikan oleh lembaga pemerintah, yang dibina oleh

organisasi sosial keagamaan atau lembaga badan hukum lainnya. Namun

dalam kenyataannya posisi madrasah ibtidaiyah yang maju hanya sedikit

sekali. Saat ini banyak madrasah ibtidaiyah, baik yang ada di kota besar atau

di desa belum sampai pada taraf mutu yang memuaskan. Walau ada sebagian
kecil yang bisa diandalkan namun ada sebagian besar masih sangat

memprihatinkan dan jauh dari yang diharapkan.

Sebenarnya pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan

terus berupaya mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu melalui

berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain

melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,

perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar serta

pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya. Namun pada kenyataannya

upaya pemerintah tersebut belum cukup berhasil dalam meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia.

Berbagai problema yang melanda lembaga pendidikan di Indonesia

termasuk sekolah di tingkat dasar, khususnya mengenai upaya perbaikan mutu

pendidikan yang selama ini dinilai kurang berhasil lebih disebabkan oleh 3

faktor yakni pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih

bersifat out put oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar pada asumsi

bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi seperti penyediaan

buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan,

pelatihan guru dan tenaga pendidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga

pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan out put (keluaran) yang

bermutu sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi strategi yang


diperkenalkan oleh teori Education Production Function tidak berfungsi

sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah).1

Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik,

sehingga madrasah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada

keputusan birokrasi yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak

sesuai dengan kondisi madrasah, dengan demikian madrasah kehilangan

kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan

lembaga termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan

pendidikan nasional. Ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua

siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi

masyarakat pada umumnya selama ini lebih banyak bersifat dukungan dana,

bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi

dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas, madrasah tidak mempunyai

beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada

masyarakat khususnya orang tua siswa sebagai salah satu pihak utama yang

berkepentingan dengan pendidikan.2

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pembangunan pendidikan bukan

hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan, tetapi juga harus

lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan

hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu, tetapi input tidak

menjamin dapat meningkatkan mutu pendidikan secara otomatis. Oleh karena

1
Umaedi, Dalam MPMBS Jurnal Pendidikan Menengah Umun Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Umum.
April, 1999
2
Dit. Dikdasmen, Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Buku I
Konsep dan Pelaksana (Jakarta, 2001), hlm. 1-2
itu pemerintah telah melakukan upaya penyempurnaan sistem pendidikan

diantaranya dengan dikeluarkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang

otonomi daerah, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. Dengan dikeluarkannya UU tersebut

memberikan kesempatan bagi lembaga pendidikan untuk mengelola sendiri

lembaga pendidikannya tanpa campur tangan pemerintah secara menyeluruh.

Madrasah sebagai unit pelaksana pendidikan formal yang terdepan dengan

berbagai keberagaman, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan yang

lainnya harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya yaitu

mengupayakan peningkatan mutu pendidikan dan madrasah diberikan

kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan

kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta didiknya. Meskipun demikian, agar

mutu pendidikan tetap terjaga dan proses peningkatan mutu tetap terkontrol

maka harus ada standar yang dijadikan sebagai acuan/pedoman sebagai

indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut. Pemikiran ini telah

mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu

pendidikan yang dikenal dengan manajemen peningkatan mutu berbasis

madrasah (MPMBM).

MPMBM pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan

melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan,

kerjasama, akuntabilitas dan inisiatif madrasah dalam mengelola,

memanfaatkan, dam memberdayakan sumber daya yang tersedia,

meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama,

meningkatkan tanggung jawab madrasah dan meningkatkan kompetensi yang

sehat antar madrasah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

Dari uraian diatas maka perlu adanya perubahan-perubahan kearah

penyempurnaan yakni madrasah ibtidaiyah sebagai salah satu bentuk lembaga

pendidikan awal atau pemula kiranya perlu mengadakan reorganisasi dan

reformasi pada seluruh aspek, yang pada gilirannya mampu membentuk

sistem baru yang reformatif, representatif, dan akomodatif terhadap tuntutan

masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia (peserta didik) yakni dengan

MPMBM. Dengan pendekatan ini diharapkan madrasah lebih mandiri dalam

melakukan kebijakan-kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan

MIN Malang 2 merupakan salah satu madrasah yang telah malaksanakan

MPMBM sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, yaitu pada

tahun ajaran 2006/2007. Dalam pelaksanaannya madrasah mengikutsertakan

peran serta masyarakat termasuk orang tua siswa dalam penyelenggaraan

pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring maupun evaluasi) yang

terakomodasi dalam bentuk komite madrasah. Dengan kemandiriannya dalam

penyelenggaraan pendidikan, madrasah dan komite secara periodik melakukan

kerjasama dalam usaha peningkatan mutu. Dengan pengaturan manajemen

madrasah yang semakin baik MIN Malang 2 berusaha menjadikan madrasah

menjadi lembaga yang mampu mencetak peserta didik yang bermutu dan

mampu bersaing ditengah kemajuan IPTEK. Dari waktu ke waktu MIN


Malang 2 terus berbenah, melakukan perubahan-perubahan kearah

penyempurnaan dan berupaya keras untuk meningkatkan mutu pendidikannya

dalam kerangka MPMBM sebagai bentuk desentralisasi pendidikan. MIN

Malang 2 terletak di Jln. Kemantren II/14 A Bandungrejosari, Kecamatan

Sukun, Kabupaten Malang. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi di MIN

Malang 2 adalah sebagai berikut:

1. Belum pernah adanya penelitian di MIN Malang 2 terkait dengan

MPMBM.

2. Di MIN Malang 2 telah menerapkan MPMBM terhitung sejak tahun 2006,

hal ini dapat dibuktikan dengan adanya transparansi dana yang

ditempelkan dipapan pengumuman bagi murid dan wali murid..

3. MIN Malang 2 termasuk salah satu madrasah unggulan berkaitan dengan

implementasi MPMBM, dengan manajemen tersebut mutu pendidikan

madrasah semakin meningkat baik dari akademik maupun nonakademik.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan ini kedalam sebuah tulisan skripsi dengan judul

“ MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS MADRASAH

(MPMBM) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN DI MIN MALANG 2”.


B. Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan

peneliti kemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah

(MPMBM) dalam meningkatkan mutu pendidikan di MIN Malang 2?

2. Strategi apa yang digunakan madrasah dalam implementasi manajemen

peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM) untuk meningkatkan

mutu pendidikan di MIN Malang 2?

3. Bagaimana dampak implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis

madrasah (MPMBM) di MIN Malang 2?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi manajemen

peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM) dalam meningkatkan

mutu pendidikan di MIN Malang 2.

2. Untuk mendeskripsikan strategi yang digunakan madrasah dalam

implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah

(MPMBM) untuk meningkatkan mutu pendidikan di MIN Malang 2.

3. Untuk mendeskripsikan dampak implementasi manajemen peningkatan

mutu berbasis madrasah (MPMBM) di MIN Malang 2.


D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, penulis

membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua poin yaitu

1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini memberikan sumbangan

bagi perkembangan khazanah keilmuan khususnya dibidang manajemen

peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM).

2. Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi:

a. Peneliti, diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan

pengalaman sehingga dapat mengembangkan wawasan baik secara

teori maupun praktek.

b. Lembaga Pendidikan, diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran

bagi perkembangan mutu pendidikan di MIN Malang 2 khususnya

dan sekolah tingkat dasar lainnya dalam menerapkan manajemen

peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM).

c. Almamater, diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi

pelaksana pendidikan dalam rangka mensukseskan tujuan

pendidikan nasional.

d. Peneliti yang lain, diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan

dalam penelitian yang dikerjakan, serta diharapkan pula dapat

diteruskan agar penelitian ini menjadi lebih akurat.


E. Definisi Operasional

 Manajemen

Hasibuan mengartikan “ manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” 3

Dari definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan manajemen adalah suatu ilmu yang mengatur

pemanfaatan/pendayagunaan sumber-sumber potensial baik yang bersifat

manusia maupun yang bersifat non manusia yang di dalamnya terdapat

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

 Mutu

Dalam studi ini peneliti menyimpulkan bahwa mutu pendidikan

merupakan kemampuan sistem pendidikan dalam mempersiapkan,

mengolah dan memproses pendidikan secara efektif dan efisien untuk

meningkatkan nilai tambah agar menghasilkan out put yang berkualitas.

 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM)

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti mengubah istilah MPMBS

menjadi MPMBM untuk menyesuaikan dengan objek penelitian yaitu

madrasah. Adapun MPMBM secara sederhana dapat peneliti simpulkan

sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada

madrasah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada

3
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995), hlm. 1
madrasah dan mendorong pastisipasi secara langsung semua pihak yang

terkait/berkepentingan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Secara etimologis, manajemen berasal dari bahasa Inggris “ management

” yang berasal dari kata manage atau managiare, yang berarti melatih kuda

dalam melangkahkan kakinya. Dalam manajemen terkandung dua makna,

ialah mind (pikir) dan action (tindakan). Secara etimologis, manajemen

berarti:

1. Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam

rangka mencapai tujuan.

2. Segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang untuk

mengarahkan segala fasilitas dalam suatu usaha kerjasama untuk

mencapai tujuan.

3. Bekerja dengan menggunakan atau meminjam tangan orang lain.4

Di samping itu, manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan

profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen

dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha

memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai

kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan

mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi

4
Ali Imron, dkk. Manajemen Pendidikan Analisis dan Aplikasinya Dalam Institusi
Pendidikan, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), hlm. 4
karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu

prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.5

Menurut G. R Terry
Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengendalikan,
yang dilakukan untuk menentukan serta untuk mencapai sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.6

Sedangkan Hasibuan mengartikan bahwa “ manajemen sebagai ilmu dan

seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” 7

Dari berbagai jenis pengertian manajemen tersebut, penulis dapat

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu ilmu

yang mengatur pemanfaatan sumber-sumber potensial baik yang bersifat

manusia maupun yang bersifat non manusia yang di dalamnya terdapat proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien.

2. Unsur-unsur Manajemen

Notoatmodjo menyatakan bahwa “ fungsi-fungsi manajemen pada garis

besarnya terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia,

pengkoordinasian dan penyusunan anggaran organisasi.” 8

5
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 1
6
Malayu S. P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: CV. Haji
Masagung, 2005), hlm. 2
7
Ibid..
8
Notoatmojo, Soekidjo, Pengembangan sumber daya manusia (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
hlm. 107
Sedangkan G. R Terry menyatakan bahwa “ fungsi-fungsi fundamental

manajemen meliputi hal-hal sebagai berikut yaitu perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), menggerakkan (actuating), mengawasi

(controlling), atau biasa disingkat dengan POAC.” 9

Hasibuan menyatakan,
Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan organisasi atau
lembaga, personal dan masyarakat. Dengan manajemen yang berdaya guna
dan berhasil guna, unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Unsur-
unsur manajemen adalah: Man, Money, Metode, Machine, Materials, Market,
yang disingkat menjadi 6 M.10

Secara umum fungsi manajemen dapat dirumuskan menjadi empat fungsi

yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

Kepemimpinan, pemberian pengaruh atau motivasi dapat dimasukkan ke

dalam fungsi pengarahan sedangkan penyusunan staf dan pengelolaan sumber

daya manusia dapat dimasukkan ke dalam fungsi pengorganisasian. Keempat

fungsi manajemen diatas akan penulis jelaskan dalam uraian berikut:

a. Perencanaan

Bafadal mendefinisikan bahwa “ perencanaan adalah keseluruhan

proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada

waktu yang akan dating dalam rangka mencapai tujuan.”11

Sedangkan menurut G. R Terry,


Perencanaan ialah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta
perbuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/ asumsi-asumsi untuk
masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan

9
Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 161
10
Hasibuan, Op. cit, hlm. 20
11
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006), hlm. 42
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan.12

Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa

yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus

dikerjakan, dan siapa yang mengerjakannya, sebab perencanaan dipandang

sebagai suatu kebutuhan masa depan yang perlu dilakukan untuk

mencegah dan mengatasi hambatan serta rintangan yang mungkin ditemui.

Perencaanaan sering juga disebut sebagai jembatan yang

menghubungkan kesenjangan atau jurang pemisah antara masa kini dan

keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Oleh sebab

itu dalam melakukan suatu kegiatan/aktivitas terlebih dahulu diperlukan

suatu perencanaan yang matang, dengan demikian dalam setiap langkah

tentunya sudah mempunyai panduan/ arah menuju tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan.

Sejalan dengan uraian diatas, fungsi perencanaan juga telah dijelaskan

dalam agama Islam seperti yang tertera dalam dalil berikut ini:

Hadits Rasulullah SAW:

‫ﻯ‬‫ﺎ ﹶﻨﻭ‬‫ﺀ ﻤ‬ ‫ ﹺﺭ‬‫ﺎ ِﻝﻜﹸلٍ ﺍﻤ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻨﻤ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻴ‬ ‫ل ﹺﺒﺎﺍﻝﱢﻨ‬
ُ ‫ﻤﺎ‬ ‫ﻤﺎﺍﻝﹾ ﹶﺎﻋ‬ ‫ﺍِ ﱠﻨ‬

“ Bahwasannya semua pekerjaan itu diawali dengan niat (rencana), dan

bahwasannya pekerjaan itu tergantung kepada niatnya (rencananya) ”.

(HR. Muslim dari Ibnu Umar Ibn Khattab).13

12
Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: CV. Mandar Maju, 1992), hlm.10
13
Effendy, Ek. Mochtar, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Agama Islam
(Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1986), hlm. 136
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam suatu lembaga pendidikan agar

tujuan perencanaan dapat tercapai seoptimal mungkin maka harus

diperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:

1.) Perencanaan harus berorientasi masa depan, maksudnya

perencanaan berusaha memprediksi bentuk dan sifat masa depan

siswa yang diinginkan berdasarkan situasi dan kondisi masa lalu

dan sekarang.

2.) Perencanaan merupakan suatu yang benar-benar dicetuskan,

sebagai hasil dari pemikiran yang cerdas, kreatif dan matang yang

bersumber dari eksplorasi terhadap penyelenggaraan pendidikan

sebelumnya dan bukan merupakan kebetulan-

kebetulan/keberuntungan tanpa adanya unsur kesengajaan.

3.) Perencanaan memerlukan tindakan dan kerjasama dari orang-orang

yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan, baik secara individual

maupun kelompok sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat

tercapai dengan baik.

4.) Perencanaan harus bermakna, maksudnya bahwa dalam segala

kegiatan/usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan berjalan semakin efektif dan efisien

serta lebih berarti bagi siswa.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) baik

buruknya suatu perencanaan akan berpengaruh terhadap keberhasilan

suatu kegiatan, (2) perencanaan harus dapat memprediksi potensi-potensi


dan kegiatan-kegiatan yang hendak dilakukan dimasa yang akan datang

secara objektif, (3) perencanaan harus diarahkan kepada tercapainya suatu

tujuan, sehingga bila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kemungkinan

besar penyebabnya akibat kurang matangnya perencanaan, (4)

perencanaan harus memikirkan dan mempertimbangkan anggaran,

kebijakan, prosedur, metode dan kriteria-kriteria dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara proporsional.

b. Pengorganisasian

Ada dua batasan yang perlu dikemukakan dalam membahas

pengorganisasian dalam studi ini, yaitu “ organization ” atau organisasi

sebagai kata benda yang dapat diartikan alat/wadah yang bersifat statis dan

“ organizing ” sebagai kata kerja, yang menunjuk kepada serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara sistematis san bersifat dinamis.

Menurut Maluyu,
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada seriap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menempatkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan
melakukan aktivitas-akivitas tersebut.14

Menurut G.R Terry,


Pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerjasama secara efektif dan dengan demikian memperoleh
kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran.15

Sedangkan menurut Harold Koontz dan Cryil O’Donnell,

14
Malayu S. P Hasibuan, Op. cit, hlm. 118
15
Ibid., hlm. 118-119
Fungsi pengorganisasian dari pada manager meliputi penentuan,
penghitungan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan, pengelompokan kegiatan-kegiatan,
penempatan kelompok kegiatan-kegiatan termaksud ke dalam suatu
bagian yang dikepalai oleh seorang manager, serta pelimpahan
wewenang untuk melaksanakannya.16

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengorganisasian

pada hakekatnya adalah penentuan, pengelompokan dan pembagian

bermacam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan,

penempatan orang-orang di dalam kegiatan, penyediaan faktor-faktor fisik

yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan tugas dan

tanggung jawab yang di delegasikan terhadap setiap orang sebagai

pelaksana kegiatan serta adanya jalinan kerjasama antara individu secara

efektif dan efisien dalam usaha mencapai tujuan.

Dalam Islam, fungsi pengorganisasian juga telah diungkapkan dalam

ayat-ayat berikut ini:

Surat Al- An’am ayat 132 :

4 (#θè=Ïϑtã $£ϑÏiΒ ×M≈y_u‘yŠ ≅à6Ï9uρ


“ Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang)
dengan apa yang dikerjakannya ”.( Q.S. Al- An’am ayat 132)17

Dalam surat lain Allah berfirman:

3 ö/ä38s?#u !$tΒ ’Îû öΝä.uθè=ö7uŠÏj9 ;M≈y_u‘yŠ <Ù÷èt/ s−öθsù öΝä3ŸÒ÷èt/ yìsùu‘uρ


“ Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu ”.(Q.S. Al- An’am ayat 165)18

16
Sukarna, Op.cit, hlm. 38-39
17
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993), hlm. 210
18
Ibid., hlm. 217
Ayat tersebut menerangkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara seseorang tentunya memiliki pekerjaan/jabatan

dalam tingkatan yang berbeda-beda, yang lazim dikenal dengan istilah

struktur organisasi.

Dengan demikian, pengorganisasian berarti sebagai kegiatan

menyusun struktur dan saling keterkaitan antara komponen-komponen

yang ada dalam usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh

sebab itu, dalam pengorganisasian menurut Handoko harus ada unsur-

unsur sebagai berikut:

1) Tujuan yang hendak dicapai.

2) Pelimpahan hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

3) Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang harus

dijalankan oleh anggota kelompok.

4) Adanya perencanaan yang dilakukan secara rasional.

5) Adanya koordinasi yang baik antara orang-orang yang

bekerjasama.19

Dari uraian tersebut, para ahli manajemen menempatkan fungsi

pengorganisasian setelah fungsi perencanaan, karena perencanaan yang

telah tersusun dengan matang dan ditetapkan berdasar kepada perhitungan-

perhitungan tertentu dengan sendirinya dapat dikerjakan jika dijembatani

dengan pengorganisasian, dengan kata lain fungsi pengorganisasian

19
Handoko, T. Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta:
Liberty, 1985), hlm. 35
merupakan salah satu fungsi manajemen yang menjembatani kegiatan

perencanaan dalam pelaksanaannya.

Untuk merealisasikan rencana kearah tujuan yang telah ditetapkan,

berarti diperlukan pengaturan-pengaturan yang tidak hanya menyangkut

wadah dimana kegiatan itu dilaksanakan, tetapi juga aturan mainnya (role

of game) yang harus ditaati oleh setiap orang di dalam organisasi sebagai

hubungan struktural yang mengikat dan menyatukan sekelompok orang

sebagai kerangka dasar dalam mengkoordinasikan tugas-tugas individu

melalui kerjasama dalam mencapai tujuan.

Adapun tahap-tahap dan langkah-langkah manajemen dalam

membentuk kegiatan pada proses pengorganisasian menurut Koontz yang

dikutip Maisyaroh adalah sebagai berikut:

1) Sasaran, pemimpin harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin


dicapai.
2) Penentuan kegiatan-kegiatan, artinya pemimpin harus mengetahui,
merumuskan dan menspesifikasi kegiatan-kegiatan yang
diperlukan dan akan dilakukan.
3) Pengelompokan kegiatan-kegiatan, pemimpin perlu
mengelompokkan kegiatan-kegiatan dalam beberapa kelompok
atas dasar tujuan yang sama, kegiatan-kegiatan yang bersamaan
serta berkaitan yang terdapat dalam satu unit kerja.
4) Pendelegasian wewenang, artinya pemimpin harus menetapkan
besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap unit.
5) Rentang kendali, artinya pemimpin harus menetapkan jumlah
personil pada setiap unit.
6) Perincian peranan perorangan, artinya pemimpin harus menetapkan
tugas-tugas perorangan.
7) Tipe organisasi, artinya pemimpin harus menetapkan tipe
organisasi, apa yang akan dicapai, apakah line organization, line
and staf organization atau function organization.
8) Bagan organisasi, artinya pemimpin harus menetapkan struktur
organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan.20

Sesuai dengan fungsi pengorganisasian, struktur organisasi madrasah

berarti merupakan sebuah wadah yang terstruktur dan pelaksanaan

program kegiatan hasil perencanaan yang berorientasi pada tercapainya

tujuan madrasah. Pengorganisasian di madrasah berfungsi agar rencana

yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan

melalui pembagian tugas yang tepat dan sesuai dengan potensi masing-

masing individu yang diberi wewenang dengan bekerjasama dalam

mencapai tujuan.

c. Pengarahan

Pengarahan adalah salah satu fungsi manajemen yang ruang

lingkupnya cukup luas, dalam hal ini kepemimpinan dan

motivasi/pemberian pengaruh dapat dimasukkan ke dalam fungsi

pengarahan sebab dalam fungsi pengarahan kedua unsur tersebut sudah

termaktub. Pengarahan dalam proses manajemen merupakan kunci

terimplementasinya berbagai aktivitas yang direncanakan dan

diorganisasikan di dalam suatu tindakan sehingga banyak ahli yang

berpendapat bahwa pengarahan merupakan fungsi yang terpenting dalam

manajemen.

Pengarahan menurut Koontz dalam Hasibuan berkaitan erat dengan

aspek-aspek individual yang ditimbulkan karena adanya pengaturan

20
Maisyaroh, Manajemen SDM di MI Jendral Sudirman. Skripsi Fakultas Tarbiyah, 2007
hlm. 23
terhadap bawahan untuk tujuan organisasi yang nyata. Sejalan dengan

definisi tersebut, Terry mendefinisikan bahwa pengarahan adalah

membuat semua anggota kelompok agar maun bekerjasama dan bekerja

secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan

perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.21

Jadi pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin untuk

membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah

diwewenangkan kepada setiap individu dalam melaksanakan suatu

kegiatan yang telah ditetapkan. Pengarahan ini dapat dilakukan dengan

cara persuasif atau bahkan instruktif, tergantung cara mana yang dirasakan

paling efektif.

Pemimpin merupakan salah satu intisari manajemen, sumber daya

pokok dan titik sentral dari setiap aktivitas yang ada dalam suatu

organisasi. Kreativitas dan dinamikanya seorang pemimpin dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya akan sangat menentukan tercapainya

tujuan organisasi yang telah direncanakan. Dengan pemimpin yang

dinamis dan kreatif maka organisasi yang dipimpinnya juga akan semakin

dinamis dan aktivitas-aktivitas yang hendak dilaksanakan juga semakin

efektif dan efisien.

Dalam Islam fungsi pengarahan yang harus dilaksanakan oleh seorang

pemimpin dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110, Allah

SWT berfirman:

21
Hasibuan, Op.cit, hlm. 184
̍x6Ζßϑø9$# Çtã šχöθyγ÷Ψs?uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ tβρâ÷ß∆ù's? Ĩ$¨Ψ=Ï9 ôMy_̍÷zé& >π¨Βé& uŽöyz öΝçGΖä.

“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar ”. (Q.S.
Ali Imran ayat 110)22

Ayat ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa seorang

pemimpin sebagai bagian dari umat yang terpilih dan memiliki wewenang

sudah seyogyanya memberikan pengarahan ataupun anjuran untuk

melaksanakan pekerjaan yang baik dan menjauhkan diri dari pekerjaan

yang melanggar perintah agama, tentunya dengan cara-cara yang normatif

dan manusiawi.

Untuk melaksankan fungsi pengarahan ini, maka peranan pemimpin

sangat penting, seorang pemimpin harus mampu menggerakkan,

memotivasi, mengarahkan maupun membina orang yang dipimpinnya

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, sehingga fungsi pengarahan

ini lebih banyak bersentuhan dengan manusia sebagai subjek kegiatan,

betapapun modern peralatan yang dipergunakan, jika tanpa dukungan

manusia tidak akan punya arti apa-apa.

Oleh karena itu, menurut Gerungan sebagai seorang leader, setiap

pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu penglihatan sosial,

kecakapan berfikir dan keseimbangan emosi, sedangkan menurut J.

Slikboer, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: (1) dalam bidang

intelektual, (2) berkaitan dengan watak, dan (3) berhubungan dengan

22
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op. cit., hlm. 94
tugasnya sebagai pemimpin sebagai dasar dan acuan sebagai seorang

pemimpin yang profesional yang mampu menjawab permasalahan dan

tantangan yang ada23.

Dengan demikian berkenaan dengan pengarahan di madrasah, maka

pemimpin harus jeli untuk memberikan pengarahan dan mitivasi dengan

cara-cara yang paling efektif agar setiap anggota kelompok merasa

nyaman dan dengan ikhlas mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

telah direncanakan seoptimal mungkin, oleh karena itu faktor

kepemimpinan merupakan peran sentral dalam meningkatkan komitmen

kinerja staf madrasah.

d. Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi manajemen tahap terakhir, dalam studi

ini kata pengawasan diidentikkan dengan kata pengendalian sebab belum

adanya kesamaan dalam menerjemahkan kata control (bahasa Inggris) ke

dalam bahasa Indonesia.

Menurut G.R Terry,


Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana
yaitu selaras dengan standar.24

Sedangkan menurut Murdick,


Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap
diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses
dasarnya terdiri dari tiga tahap; (1) menetapkan standar pelaksana; (2)
pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar; (3)

23
Nanang Fatah, Op. cit, hlm. 88-89
24
Malayu S.P Hasibuan, Op.cit, hlm. 242
menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar
dan rencana.25

Dalam Islam, fungsi pengawasan terungkap dengan jelas pada surat-

surat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang tanggung jawab yang

merupakan kewajiban bagi seluruh umat manusia, sebagai konsekuensi

dari seluruh tindakan yang telah dilakukannya, antara lain terungkap

dalam surat Az Zalzalah ayat 7-8.

Allah SWT berfirman:

∩∇∪ …çνttƒ #vx© ;六sŒ tΑ$s)÷WÏΒ ö≅yϑ÷ètƒ tΒuρ ∩∠∪ …çνttƒ #\ø‹yz >六sŒ tΑ$s)÷WÏΒ ö≅yϑ÷ètƒ yϑsù
“ (7) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (8) Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula”. (Q.S. Az Zalzalah: 7-8)26

Ayat diatas memberikan penegasan bahwa, setiap manusia dalam

melakukan pekerjaan hendaknya selalu merasa diawasi bukan hanya oleh

pemimpin/atasannya yang kadang masih dapat terlena, melainkan yang

Maha Tinggi yaitu Allah SWT Yang Maha Sempurna. Dengan demikian

dalam melakukan segala kegiatan/aktivitas dapat terkontrol/terkendali

dengan baik.

Pengawasan dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan yang telah

ditentukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Seorang manajer dapat melakukan fungsi pengawasan dengan baik jika

25
Nanang Fatah, Op.cit, hlm. 101
26
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op. cit., hlm. 1087
mengetahui secara jelas proses pengawasan itu melalui tahap-tahap

tertentu.

Adapun tahap-tahap kegiatan dalam proses pengawasan menurut


Hasibuan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan standar-standar atau dasar-dasar untuk melakukan
kontrol.
2) Mengukur pelaksanaan kerja.
3) Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan menentukan
deviasi-deviasi bila terjadi.
4) Melakukan tindakan-tindakan perbaikan jika terdapat
27
penyimpangan agar tujuan sesuai dengan rencana.

Pengawasan bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi

berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta

memperbaikinya jika terdapat kesalahan-kesalahan. Berkaitan dengan

pengendalian atau pengawasan di madrasah dapat dilakukan sejak

penyusunan rencana, pelaksana kegiatan, aktivitas orang-orang yang

terlibat dalam pengelolaan di madrasah serta berbagai upaya

menggerakkannya, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil

dengan baik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Sudah barang tentu melalui manajemen madrasah yang efektif dan

efisien diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan

kualitas pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan kepala madrasah

dalam menjalankan fungsi pengawasan dalam hal ini berkenaan dengan

proses pengukuran kinerja, memperbaiki penyimpangan dengan tindakan

perbaikan. Oleh karena itu diperlukan figur kepala madrasah yang mampu

dan cerdik dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan

27
Hasibuan, Op.cit, hlm. 225
maupun menggerakkan bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sehingga dengan demikian upaya peningkatan mutu pendidikan

dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan..

B. Peningkatan Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia “mutu” berarti karat. Baik

buruknya sesuatu, kualitas, taraf/derajat (kepandaian, kecerdasan).28

Pendidikan adalah perbuatan mendidik jadi secara etimologi mutu

pendidikan adalah kualitas perbuatan mendidik, perbuatan disini adalah

interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar di kelas.

Istilah mutu menurut ISO 2000 dalam Erfi Ilyas, “ mutu adalah

totalitas karakteristik suatu produk (barang dan jasa) yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau

ditetapkan”.29

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional, Derektorat

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (dit. Dikdasmen) menyatakan

bahwa secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh

dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam

memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks

28
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umun Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
hlm. 604
29
Nanang Hanafiah dan Cucu Sahana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Refika
Aditama, 2009), hlm. 83
pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan out put

pendidikan.30

Dari beberapa mutu yang telah dikemukakan diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa mutu pendidikan merupakan kemampuan sistem

pendidikan dalam mempersiapkan, mengolah dan memproses pendidikan

secara efektif dan efisien untuk meningkatkan nilai tambah agar

menghasilkan out put yang berkualitas. Out put yang dihasilkan oleh

pendidikan yang bermutu juga harus mampu memenuhi kebutuhan

stakholders seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa sebagai berikut:

Pendidikan yang bermutu bukan hanya dilihat dari kualitas lulusannya


tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu
memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang
berlaku. Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (peserta
didik, orang tua, masyarakat dan pemakai lulusan)31
Jadi mutu pendidikan bukanlah sutu konsep yang berdiri sendiri

melainkan terkait dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dimana

kebutuhan masyarakat dan perubahan yang terjadi bergerak dinamis

seiring dengan perkembangan zaman, sehingga pendidikan juga harus bisa

menyeimbangi perubahan yang terjadi secara cepat dan bisa menghasilkan

lulusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pendidikan yang bermutu juga diharapkan mampu menghasilkan

lulusan yang bukan hanya memiliki prestasi akademik, tetapi juga

memiliki prestasi non akademik, mampu menjadi pelopor perubahan dan

mampu dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang ada, baik itu

30
Dit. Dikdasmen. Depdiknas, Op.cit, hlm. 24
31
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Mensukseskan MBS dan
KBK (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 226
masa sekarang atau masa yang akan datang serta memiliki rasa

kebangsaan yang tinggi.

Dalam upaya pencapaian mutu pendidikan yang baik diperlukan

adanya kesungguhan dari para pengelola pendidikan agar pendidikan yang

dikelola mampu mengembangkan dan mencetak lulusan yang berkualitas

yang menguasai kecakapan hidup yaitu kecakapan personal (personal

skill), sosial (social skill) dan kecakapan khusus (spesific life skill)

sehingga mampu memenuhi kebutuhan stakholders melalui tindakan

operasional dalam proses pendidikan, tentunya dengan sumber daya

manusia yang berkualitas, manajemen yang efektif dan mapan.

2. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan

Dr. Edward Deming mengembangkan 14 prinsip yang

menggambarkan apa yang dibutuhkan madrasah untuk mengembangkan

budaya mutu, prinsip itu adalah sebagai berikut:

a) Menciptakan konsistensi tujuan, yaitu untuk memperbaiki layanan


dan siswa, dimaksudkan untuk menjadikan madrasah yang
kompetetif dan berkelas.
b) Mangadopsi filosofi mutu total, setiap orang harus mengikuti
prinsip-prinsip mutu.
c) Mengurangi kebutuhan pengajuan, mengurangi kebutuhan
pengajuan dan inspeksi yang berbasis produksi masal dilakukan
dengan membangun mutu dalam layanan pendidikan. Memberikan
lingkungan belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu.
d) Menilai bisnis madrasah dengan cara baru, nilailah bisnis
madrasah dengan meminimalkan biaya total pendidikan.
e) Manilai mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya,
memperbaiki mutu dan produktivitas sehingga mengurangi biaya,
dengan mengembangkan proses “ rencana/periksa/ubah”.
f) Belajar sepanjang hayat, mutu diawali dan diakhiri dengan latihan.
Bila anda mengharapkan orang mengubah cara bekerja mereka,
anda mesti memberikan mereka perangkat yang diperlukan untuk
mengubah proses kerja mereka.
g) Kepemimpinan dalam pendidikan, merupakan tanggungjawab
manajemen untuk memberikan arahan. Para manager dalam
pendidikan mesti mengembangkan visi dan misi harus diketahui
dan didukung oleh para guru, orang tua dan komunitas.
h) Mengeliminasi rasa takut, ciptakan lingkungan yang akan
mendorong orang untuk bebas bicara.
i) Mengeliminasi hambatan keberhasilan, manajemen bertanggung
jawab untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi orang
mencapai dan menjalankan keberhasilan.
j) Menciptakan budaya mutu, ciptakanlah budaya mutu yang
mengembangkan tanggung jawab pada setiap orang.
k) Perbaikan proses, tidak ada proses yang pernah sempurna, karena
itu carilah cara terbaik, terapkan tanpa pandang bulu.
l) Membantu siswa berhasil, hilangkan rintangan yang merampas hak
siswa, guru atau administrator untuk memiliki rasa bangga pada
hasil karyanya.
m) Kometmen, manajemen harus memiliki komitmen terhadap budaya
mutu.
n) Tanggungjawab, berikan setiap orang di madrasah untuk bekerja
menyelesaikan transformasi mutu.32

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan

Dalam pelaksanaan pendidikan di suatu lembaga pendidikan tidak

terlepas dari lima faktor pendidikan agar kegiatan pendidikan terlaksana

dengan baik. Apabila salah satu faktor tidak ada maka mutu pendidikan

tidak dapat tercapai dengan baik karena faktor yang satu dengan yang

lainnya saling melengkapi dan saling berhubungan.33 Adapun kelima

faktor tersebut adalah:

a. Faktor Tujuan

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka faktor tujuan perlu

diperhatikan. Sebab mutu suatu lembaga pendidikan yang berjalan

tanpa berpegang pada tujuan akan sulit mencapai apa yang diharapkan.

32
Jeromi S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 85-89
33
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1992), hlm. 28
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, madrasah senantiasa harus

berpegang pada tujuan sehingga mampu menghasilkan out put yang

berkualitas, dengan kata lain faktor tujuan merupakan arah/sasaran

yang harus dicapai oleh institusi/lembaga pendidikan melalui tindakan-

tindakan operasional.

b. Faktor Guru (pendidik)

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar

mengajar. Oleh karena itu, guru harus benar-benar membawa siswanya

kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi

siswanya. Guru harus berpandangan luas dan tentunya juga

mempunyai empat kompetensi dasar yang harus dikuasai yaitu

kompetensi pedagogik, sosial, pribadi, dan kompetensi profesional.

Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya peningkatan

mutu pendidikan, karena gurulah yang merupakan penggerak utama

dalam melaksanakan kegiatan,.

Oleh karena perannya yang begitu penting dalam peningkatan

mutu pendidikan maka kualitas guru harus terus ditingkatkan yaitu

dengan cara: (1) meningkatkan pengetahuan guru melalui penataran-

penataran, kursus, tugas untuk belajar dsb. (2) mengadakan

musyawarah antar guru dan semua warga madrasah dalam

memecahkan suatu masalah/meningkatkan mutu pendidikan, (3)

mengaktifkan guru melalui pemantauan proses pembelajaran yang

dilaksanakan, (4) mengadakan studi perbandingan dengan madrasah-


madrasah yang sudah maju dengan harapan dapat memberi masukan

yang berkaitan dengan upaya paningkatan mutu pendidikan.

c. Faktor Siswa

Anak didik atau siswa merupakan objek dari pendidikan, sehingga

mutu pendidikan yang akan dicapai tidak akan lepas dengan

ketergantungan terhadap kondisi fisik tingkah laku dan minat bakat

dari anak didik.

d. Faktor Alat

Yang dimaksud faktor alat/alat pendidikan adalah segala usaha

atau tindakan dengan sengaja digunakan untuk mencapai tujuan

pendidikan. Oleh karena itu alat pendidikan keberadaannya sangat

penting dalam suatu pembelajaran seperti sarana dan prasarana serta

kurikulum.

e. Faktor Lingkungan/Masyarakat

Kemajuan pendidikan sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakat

termasuk orang tua siswa, karena tanpa adanya bantuan dan kesadaran

dari masyarakat tentunya akan sulit untuk melaksanakan peningkatan

mutu pandidikan. Madrasah dan masyarakat merupakan dua kelompok

yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lainnya.

Karena itu dibentuklah komite madrasah berdasarkan Keputusan

Menteri Pendidikan yang bertugas memberi pertimbangan dalam

penentuan dan pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan, mendukung

penyelenggaraan pendidikan, mengontrol, mediator antara pemerintah


dan masyarakat. Disamping itu juga berfungsi mendorong tumbuhnya

perhatian dan komitmen masyarakat terhadap pendidikan yang

bermutu, melakukan kerjasama dengan masyarakat, menampung dan

menganalisa aspirasi, memberi masukan, mendorong orang tua murid

dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana

masyarakat dan melakukan evaluasi.

4. Karakteristik Sekolah Yang Bermutu

Untuk menetapkan kriteria pendidikan yang bermutu terdapat beberapa

pendekatan yang digunakan. Menurut Hoy Fergusen ada dua, namun

menurut Robbi ada tiga pendekatan:

a. Pendekatan Pencapaian Tujuan

Maksudnya, bahwa dalam menentukan kriteria pendidikan,

difokuskan pada tujuan yang akan diapai. Dalam perspektif ini tingkat

pencapaian mutu pendidikan ditandai dengan prestasi penguasaannya

dalam bidang keterampilan dasar. Kriteria tersebut maliputi:

1) Siswa mampu menguasai keterampilan-keterampilan dasar.

2) Siswa dapat meraih prestasi akademik semaksimal mungkin

pada semua mata pelajaran.

3) Adanya evaluasi yang sistematis menunjukkan adanya

keberhasilan.

Penetapan kriteria pendidikan yang bermutu menggunakan

perspektif ini mempunyai beberapa kelemahan:


1) Pendefinisian kriteria keefektifan yang diukur hanya pada satu

dimensi yaitu prestasi akademiknya saja.

2) Pendekatan ini menekankan perhatiannya pada hasil dari pada

alat-alat atau proses pendidikan.

3) Keberlangsungan terancam, dan mereka harus mampu

mengukur perkembangan pencapaian tujuan.

b. Pendekatan Proses

Keefektifan sekolah tidak hanya dilihat dari tingkatan pencapaian

tujuan tetapi difokuskan pada proses dan kondisinya yang disebut

dengan karakteristik sekolah, yang berupa:

1) Karakteristik internal, yang meliputi daya kepimimpinan,

proses komunikasi, sistem supervisi dan evaluasi, system

pembelajaran dan proses pembuatan keputusan.

2) Karakteristik eksternal, yaitu situasi yang berpengaruh pada

pendidikan yang diselenggarakan seperti kekayaan, tradisi

sosio cultural, struktur kekuatan politik demografi.

c. Pendekatan Respon Lingkungan

Menurut pendekatan ini sekolah dikatakan sukses jika tujuannya

dinyatakan secara eksplisit, ditampakkan secara rasional dan bijaksana,

diberi kesan teratur dan terkontrol, mempunyai struktur dan prosedur


yang pantas, memberi pertanggungjawaban dan penampilan tindakan

yang meyakinkan34.

C. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM)

1. Dasar dan Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Madrasah (MPMBM)

Lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan

Undang-Undang No. 25 tentang pertimbangan keuangan pusat dan daerah,

membawa konsekuensi terhadap bidang-bidang kewenangan daerah

sehingga lebih otonom, termasuk bidang pendidikan. Dan kebijakan

tersebut juga berimbas pada desentralisasi dan otonomi pendidikan,

dengan kata lain campurtangan pemerintah pusat akan berkurang dan

madrasah dapat lebih leluasa mengatur segala sesuatu yang terjadi di

madrasah.

Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional juga

mencanangkan “ Gerakan Peningkatan Mutu ” pada tanggal 2 mei 2002;

dan lebih terfokus lagi, setelah diamanatkan dalam Undang-Undang No.

20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan berbangsa.35

34
Ifa Adholina, Implementasi Manajemen Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendiidkan
di SLTP 03 Batu, Skripsi UIN Malang, 2005. hlm. 29-31
35
Depag RI Direktorat Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah
(Jakarta, 2005), hlm. 1
Sedangkan MPMBM didefinisikan beragam oleh para ahli

pendidikan. MPMBM adalah model manajemen yang memberikan

otonomi lebih besar kepada madrasah, memberikan fleksibilitas/keluwesan

lebih besar kepada madrasah untuk mengelola sumberdaya madrasah, dan

mendorong madrasah maningkatkan partisipasi warga madrasah dan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu madrasah atau untuk

mancapai tujuan mutu madrasah dalam kerangka pendidikan nasional.

Karena itu, esensi MPMBM = otonomi madrasah + fleksibilitas +

partisipasi untuk mencapai sasaran mutu madrasah.

Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu

kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan

merdeka/tidak tergantung. Kemandirian dalam program dan pendanaan

merupakan tolak ukur utama kemandirian madrasah. Pada gilirannya,

kemandirian yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin

kelangsungan hidup dan perkembangan madrasah (sustainibilitas). Istilah

otonomi juga sama dengan istilah “swa”, misalnya swasembada,

swasekola, swadana, swakarya, dan swalayan. Jadi otonomi madrasah

adalah kewenangan madrasah untuk mengatur dan mengurus kepentingan

warga madrasah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga

madrasah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan

nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus

didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil

keputusan terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan


pendapat, kemampuan memobilisasi sumberdaya, kemampuan memilih

cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara

yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan madrasah,

kemampuan adaptif dan antisipasif, kemampuan bersinergi dan

berkolaborasi dan kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.

Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang

diberikan kepada madrasah untuk mengelola, memanfaatkan dan

memberdayakan sumberdaya madrasah seoptimal mungkin untuk

meningkatkan mutu madrasah. Dengan keluwesan-keluwesan yang lebih

besar diberikan kepada madrasah, maka madrasah akan lebih lincah dan

tidak harus menunggu arahan dari atasannya untuk mengelola,

memanfaatkan dan memberdayakan sumberdayanya. Dengan cara ini,

madrasah akan lebih responsif dan lebih cepat dalam menanggapi segala

tantangan yang dihadapi. Namun demikian, keluwesan-keluwesan yang

dimaksud harus tetap dalam koridor kebijakan dan peraturan perundang-

undangan yang ada.

Peningkatan partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan

lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga madrasah (guru,

siswa, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat,

ilmuwan, usahawan, dsb.) didorong untuk terlibat secara langsung dalam

penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan,

pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan yang diharapkan dapat

meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa


jika seseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam penyelenggaraan

pendidikan, maka yang bersangkutan akan mempunyai “ rasa memiliki”

terhadap madrasah, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggung

jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan madrasah.

Singkatnya: makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasa

memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa

tanggungjawab; makin besar rasa tanggungjawab, makin besar pula rasa

dedikasinya. Tentu saja perlibatan warga madrasah dalam

penyelenggaraan madrasah harus memepertimbangkan keahlian, batas

kewenangan dan relevansinya dengan tujuan partisipasi. Peningkatan

partisipasi warga madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan

madrasah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat,

akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud

adalah keterbukaan dalam program dan keuangan. Kerjasama yang

dimaksud adalah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah

kebersamaan/kolektif untuk meningkatkan mutu madrasah. Kerjasama

madrasah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antar warga madrasah

yang erat, hubungan madrasah dengan dan masyarakat erat dan adanya

kesadaran bersama bahwa output madrasah merupakan hasil kolektif

teamwork yang kuat dan cerdas. Akuntabilitas madrasah adalah

pertanggungjawaban madrasah kepada warga madrasahnya, masyarakat

dan pemerintah melalui pelaporan dan pertemuan yang dilakukan secara

terbuka. Sedang demokrasi pendidikan adalah kebebasan yang


terlembagakan melalui musyawarah dan mufakat dengan menghargai

perbedaan, hak asasi manusia serta kewajibannya dalam rangka untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Dengan pengertian diatas, maka madrasah memiliki kewenangan

(kemandirian) lebih besar dalam mengelola madrasahnya (menetapkan

sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana pendidikan mutu,

melaksanakan rencana peningkatan mutu dan melakukan evaluasi

pelaksanaan peningkatan mutu), memiliki fleksibilitas pengelolaan

sumberdaya madrasah dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari

kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan madrasah. Dengan

kepemilikian ketiga hal ini, maka madrasah akan merupakan unit utama

pengelolaan proses pendidikan, sedang unit-unit diatasnya (Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi dan Departemen

Pendidikan Nasional) akan merupakan unit pendukung dan pelayan

madrasah, khususnya dalam pengelolaan peningkatan mutu.

Madrasah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah; bersifat

adaptif dan antisipasif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa kewirausahaan

tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko dan sebagainya);

bertanggunngjawab terhadap kinerja madrasah; memiliki kontrol yang

kuat terhadap input manajemen dan simber dayanya; memiliki kontrol

yang kuat terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada dirinya dan

prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya. Selanjutnya, bagi sumber


daya manusia madrasah yang berdaya, pada umumnya memiliki ciri-ciri:

pekerjaan adalah miliknya, dia bertanggungjawab, pekerjaannya memiliki

kontribusi, dia tahu posisi dimana, dia memiliki kontrol terhadap

pekerjaannya, dan pekerjaannya merupakan bagian hidupnya.36

2. Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah

(MPMBM)

MPMBM merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah

(MBS). Jika MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja

sekolah/madrasah (efektifitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi

dan pemerataan serta akses pendidikan), maka MPMBM lebih difokuskan

pada peningkatan mutu.

Menurut David yang dikutip oleh Bafadal, mendefinisikan MPMBM

sebagai otonomi madrasah yang dibarengi dengan pembuatan keputusan

secara partisipatori. Demikian pula Caldwell mendefinisikan MPMBM

sebagai kewenangan pengalokasian sumber daya yang

didesentralisasikan.37

Sedangkan Depdikbud mendefinisikan MPMBM sebagai

pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara

mandiri oleh madrasah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan

yang terkait dengan madrasah (stakeholders) secara langsung dalam proses

pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu madrasah atau

36
Dit. Dikdasmen. Depdiknas, Op. cit, hlm. 9-11
37
Ibrahim Bafadal, Op.cit., hlm. 82
untuk mencapai tujuan mutu madrasah dalam kerangka kebijakan

pendidikan nasional.38

Menurut Dit. Dikdasmen. Depdiknas, manajemen peningkatan mutu

berbasis madrasah (MPMBM) diartikan sebagai model manajemen yang

memberikan otonomi lebih besar kepada madrasah, memberikan

fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada madrasah dan mendorong

pastisipasi secara langsung warga madrasah (guru, siswa, kepala

madrasah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat,

ilmuwan, pengusaha dan sebagainya) untuk meningkan mutu madrasah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-

undangan yang berlaku.39

Dari beberapa pengertian diatas, secara sederhana dapat peneliti

simpulkan bahwa MPMBM adalah model manajemen yang memberikan

otonomi lebih besar kepada madrasah, memberikan

fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada madrasah dan mendorong

pastisipasi secara langsung semua pihak yang terkait/berkepentingan

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dengan otonomi yang lebih besar, maka madrasah memiliki

kewenangan nyang lebih besar dalam mengelola madrasahnya sehingga

madrasah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, madrasah lebih berdaya

dalam mengembangkan program-program yang tentu saja lebih sesuai

dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Dengan


38
Asmoni, MPMBS dan Sekolah Efektif. (http: www. yahoo.com , diakses 23 Agustus 2009)
39
Dit. Dikdasmen. Depdiknas, Op. cit, hlm. 3
fleksibilitas/keluwesan-keluwesan, madrasah akan lebih lincah dalam

mengelola dan memanfaatkan sumber daya madrasah secara optimal.

Demikian juga dengan partisipasi/perlibatan warga madrasah dan

masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan madrasah, maka rasa

memiliki mereka terhadap madrasah dapat ditingkatkan. Peningkatan rasa

memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa tanggung jawab, dan

peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan dedikasi warga

madrasah dan masyarakat terhadap madrsah. Inilah esensi partisipasi

warga madrasah dan masyarakat dalam pendidikan. Baik peningkatan

otonomi madrasah, fleksibilitas pengelolaan sumber daya madrasah

maupun partisipasi warga madrasah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan madrasah tersebut yang kesemuanya ditujukan untuk

meningkatkan mutu madrasah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.40

Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep

manajemen ini antara lain sebagai berikut; (1) lingkungan sekolah yang

aman dan tertib, (2) sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin

dicapai, (3) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, (4) adanya

harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf

lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (5) adanya pengembangan staf

sekolah yang terus menerus sesuai tuntunan IPTEK, (6) adanya

pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek

40
Ibid..
akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk

penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (7) adanya komunikasi dan

dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.41

Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan

kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan

pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi

perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah

dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menurut adanya perubahan sikap

dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah; guru dan

tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam

memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang

melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengeloalaan sistem

informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan

kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang

berkualitas/bermutu bagi masyarakat.42

3. Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah

(MPMBM)

MPMBM memiliki karakteristik yang paerlu dipahami oleh

madrasah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika madrasah

ingin sukses dalam menerapkan MPMBM, maka sejumlah karakteristik

MPMBM berikut perlu dimiliki. Berbicara karakteristik MPMBM tidak

terlepas dengan karakteristik madrasah efektif. Jika MPMBM merupakan

41
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Op.cit., hlm. 87
42
Artikel Pendidikan, MPMBS (http://www.geocities.com, diakses 13 Agustus 2009)
wadah/kerangkanya, maka madrasah efektif merupakan isinya. Oleh

karena itu, karakteristik manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah

(MPMBM) berikut memuat secara inklusif elemen-elemen madrasah

efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses dan out put.

Menurut Umaedi,
Manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah merupakan
alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas medrasah. Konsep
ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih
mengfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan.43

Dalam menguraikan karakteristik MPMBM, pendekatan sistem yaitu

input-proses-out put digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari oleh

pengertian bahwa madrasah merupakan sebuah sistem, sehingga

penguraian karakteristik MPMBM (yang juga karakteristik madrasah

efektif) mendasarkan pada input, proses dan out put. Selanjutnya, uraian

berikut dimulai dari out put dan diakhiri input, mengingat out put memiliki

tingkat kepentingan tertinggi, sedang proses memiliki tingkat kepentingan

satu tingkat lebih rendah dari out put, dan input memiliki tingkat

kepentingan dua tingkat lebih rendah dari out put.

a. Out put yang diharapkan

Madrasah harus memiliki out put yang diharapkan. Out put

madrasah adalah prestasi madrasah yang dihasilkan oleh proses

pembelajaran dan manajemen di madrasah. Pada umumnya, out put

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu out put berupa prestasi

akademik(academic achievement) dan out put berupa prestasi non-

43
Umaedi, MPMBS (http://www.geocities.com, diakses 10 Agustus 2009)
akademik (non-academic achievement). Out put prestasi akademik

misalnya: NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba (bahasa Inggris,

Matematika, Fisika), cara-cara berpikir (kritis, kreatif, rasional,

induktif, deduktif dan ilmiah). Out put non-akademik, misalnya

keingintahuan yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi,

toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian dan

kepramukaan.

b. Proses

Madrasah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah

karakteristik proses sebagai berikut:

1. Proses belajar mengajar yang efektifitas tinggi

Madrasah yang menerapkan MPMBM memiliki efektifitas

proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh

sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik.

PBM bukan sekadar memorisasi dan recall, bukan sekadar

penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang

diajarkan, akan ettapi lebih menekankan pada internalisasi tentang

apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai

muatan nuarani dan dihayati (ethos) serta dipraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. PBM yang efektif juga

lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know),

belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to

live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).


2. Kepemimpinan madrasah yang kuat

Pada madrasah yang menerapkan MPMBM, kepala madrasah

memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan,

menggerakkan, dan menyeserasikan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala madrasah

merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong madrasah

untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran

madrasahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara

terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala madrasah dituntut

memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang

tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa

untuk meningkatkan mutu madrasah. Secara umum, kepala

madrasah tangguh memiliki kemampuan memobilisasi sumber

daya madrasah, terutama sumber daya manusia untuk mencapai

tujuan madrasah.

3. Lingkungan madrasah yang aman dan tertib

Madrasah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman,

tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat

berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Karena itu,

madrasah yang efektif selalu menciptakan iklim madrasah uang

aman, nyaman, tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang

dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini, peranan kepala

madrasah sangat penting.


4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif

Tenaga kependidikan, terutama guru merupakan jiwa dari

madrasah. Madrasah hanyalah merupakan wadah. Madrasah yang

menerapkan MPMBM menyadari tentang hal ini. Oleh karena itu,

pengelolaan tenaga kependidikan mulai dari analisis kebutuhan,

perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja,

hingga sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi

seorang kepala madrasah. Terlebih-lebih pada pengembangan

tenaga kependidikan, ini harus dilakukan secara terus menerus

mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

sedemikian pesat.

5. Madrasah memeiliki budaya mutu

Budaya mutu tertanam disanubari semua warga madrasah,

sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.

Budaya mutu memeiliki elemen-elemen sebagai berikut: (a)

informasi kualitas harus duigunakan untuk perbaikan, bukan untuk

mengadili/ mengontrol orang; (b) kewenangan harus sebatas

tanggung jawab; (c) hasil harus diikuti penghargaan (rewards) atau

sanksi (punishment); (d) kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi,

harus merupakan basis untuk kerjasama; (e) warga madrasah

merasa aman terhadap pekerjaannya; (f) atmosfir keadilan

(faireness) harus ditanamkan; (g) imbal jasa harus sepadan dengan


nilai pekerjaannya; dan (h) warga madrasah merasa memiliki

madrasah.

6. Madrasah memeiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis.

Kebersamaan (team work) merupakan karakteristik yang

dituntut oleh MPMBM karena out put pendidikan merupakan hasil

kolektif warga madrasah, bukan hasil individual. Karena itu,

budaya kerjasama antar fungsi dalam madrasah, antar indivindu

dalam madrasah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari

warga madrasah.

7. Madrasah memiliki kewenagan (kemandirian)

Madrasah memiliki kewenangan untuk melakukan hal yang

terbaik bagi madrasahnya, sehingga dituntut untuk memeiliki

kemampuan dan kesangguapan kerja yang tidak selalu

mengantungkan pada atasan. Untuk menjadi mandiri, madrasah

harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan

tugasnya.

8. Partisipasi yang tinggi dari warga madrasah dan masyarakat.

Madrasah yang menerapkan MPMBM memiliki karakteristik

bahwa partisipasi warga madrasah dan masyarakat merupakan

bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa

makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki; makin

besar rasa memiliki makin besar pula rasa tanggung jawab dan
makin besar rasa tanggung jawabmakin besar pula tingkat

dedikasinya.

9. Madrasah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen

Keterbukaan/ transparansi dalam pengelolaan madrasah

merupakan karakteristik mdrasah yang menerapkan MPMBM.

Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan

keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan

uang, dsb yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat

pengontrol.

10. Madrasah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik)

Perubahan harus merupakan sesuatu yang menyenagkan bagi

semua warga madrasah. Sebaliknya, kemapanan merupakan musuh

madrasah. Tentu saja yang dimaksudf perubahan adalah

peningkatan, baik bersifat fisik maupun psikologis. Artinya, setiap

dilakukan perubahan, hasilnya diharapkan lebih baik dari

sebelumnya (ada peningkatan) terutama mutu peserta didik.

11. Madrasah melakukan evaluasi dan perbaikan secara

berkelanjutan.

Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk

mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik,

tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil

evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan

proses belajar mengajar di madrasah. Oleh karena itu, fungsi


evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu

peserta didik dan mutu madrasah secara keseluruhan dan secara

terus menerus.

12. Madrasah responsif dan antisipasif terhadap kebutuhan

Madrasah selalu tanggap/responsif terhadap berbagai aspirasi

yang muncul bagi peningkatan mutu. Karena itu, madrasah selalu

membaca lingkungan dan menanggapinya secara cpat dan tepat.

Bahkan, madrasah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap

perubahan/tumtutan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi hal-

hal yang mungkin bakal terjadi. Menjemput bola adalah padanan

kata yang tepat bagi istilah antisipasif.

13. Memiliki komunikasi yang baik

Madrasah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang

baik terutama antar warga madrasah dan juga madrasah

masyarakat, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

masing-masing warga madrasah dapat diketahui. Dengan cara ini,

maka keterpaduan semua kegiatan madrasah dapat diupayakan

untuk mencapai tujuan dan sasaran madrasah yang telah dipatok.

Selain itu, komunikasi yang baik juga akan membentuk teamwork

yang kuat, kompak, dan cerdas sehingga kegiatan madrasah dapat

dilakukan secara merata oleh warga madrasah.


14. Madrasah memiliki akuntabilitas

Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus

dilakukan madrasah terahdap keberhasilan program yang telah

dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang

dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orang tua siswa dan

masyarakat. Berdasarkan laporan hasil program ini, pemerintah

dapat menilai apakah program MPMBM telah mencapai tujuan

yang dikehendaki atau tidak. Jika berhasil, maka pemerintah perlu

memberikan penghargaan kepada madrasah yang bersangkutan,

sehingga menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan

kinerjanya dimasa yang akan datang. Sebaiknya jika program tidak

berhasil maka pemerintah perlu memberikan teguran sebagai

hukuman atas kinerjanya yang dianggap tidak memenuhi syarat.

Demikian pula, orang tua siswa dan anggota masyarakat dapat

memberikan penilaian apakah program ini dapat meningkatkan

presatasi ank-anaknya secara individual dan kinerja madrasah

secara keseluruhan. Jika berhasil, maka orang tua peserta didik

perlu memberikan semangat dan dorongan untuk peningkatan

program yang akan datang. Jika kurang berhasil maka orang tua

siswa dan masyarakat berhak meminta pertanggungjawaban dan

penjelasan madrasah atas kegagalan program MPMBM yang telah

dilakukan. Dengan cara ini, maka madrasah tidak akan main-main

dalam melaksanakan program pada tahun-tahun yang akan datang


c. Input Pendidikan

1. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas

Secara formal, madrasah menyatakan dengan jelas tentang

keseluruhan kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu. Kebijakan,

tujuan, dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah.

Kebijakan, tujuan dan sasaran mutu tersebut disosialisasikan

kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam pemikiran,

tindakan, kebiasaan, hingga sampai pada kepemilikan karakter

mutu oleh warga madrasah

2. Sumberdaya tersedia dan siap

Sumberdaya merupakan input penting yang diperlukan untuk

berlangsungnya proses pendidikan di madrasah. Tanpa sumberdaya

yang memadai, proses pendidikan di madrasah tidak akan

berlangsung secara memadai, dan pada gilirannya sasaran

madrasah tidak akan tercapai. Sumberdaya dapat dikelompokan

menjadi dua, yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya

selebihnya (uang peralatan, perlengkapan, bahan, dsb) dengan

penegasan bahwa sumberdaya selebihnya tidak mempunyai arti

apapun bagi perwujudan sasaran madrasah, tanpa campur tangan

sumberdaya manusia.

Secara umum, madrasah yang menerapkan MPMBM harus

memiliki tingkat kesiapan sumberdaya yang memadai untuk

menjalankan proses pendidikan. Artinya, segala sumberdaya yang


diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan harus tersedia

dan dalam keadaan siap. Ini bukan berarti bahwa sumberdaya yang

ada harus mahal, akan tetapi madrasah yang bersangkutan dapat

memanfaatkan keberadaan sumberdaya yang ada dilingkungan

madrasahnya. Karena itu, diperlukan kepala madrasah yang

mampu memobilisasi sumberdaya yang ada disekitarnya.

3. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi

Madrasah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang

mampu (kompoten) dan berdedikasi tinggi terhadap madrasahnya.

Implikasinya jelas, yaitu, bagi sekolah yang ingin efektifitasnya

tinggi, maka kepemilikan staf yang kompeten dan berdedikasi

tinggi merupakan keharusan.

4. Memiliki harapan prestasi yang tinggi

Madrasah yang menerapkan MPMBM mempunyai dorongan

dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik

dan sekolahnya. Kepala madrasah memiliki komitmen dan

motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu madrasah secara

optimal. Guru memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa

anak didiknya dapat mencapai tingkat yang maksimal, walaupun

dengan segala keterbatasan sumberdaya pendidikan yang ada di

madrasah. Sedang peserta didik juga mempunyai motivasi untuk

selalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan

kemampuaannya. Harapan tinggi dari ketiga unsur madrasah ini


merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sekolah selalu

dinamis untuk selalu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.

5. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa)

Pelanggan , terutama siswa harus merupakan fokus dari semua

kegiatan madrasah. Artinya, semua input dan proses yang

dikerahkan di madrasah tertuju utamanya untuk meningkatkan

mutu dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis dari ini semua

adalah bahwa penyiapan input dan proses belajar mengajar harus

benar-benar mewujudkan sosok utuh mutu dan kepuasan yang

diharapkan dari siswa.

6. Input manajemen

Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki input

manajemen yang memadai untuk menjalankan roda madrasah.

Kepala madrasah dalam mengatur dan mengurus madrasahnya

menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan

kejelasan input manajemen akan membantu kepala madrasah

mengelola madrasahnya dengan efektif. Input manajemen yang

dimaksud meliputi; tugas yang jelas, rencana yang rinci dan

sitematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana,

ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi

warga madrasahnya untuk bertindak, dan adanya sistem


pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar

sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.44

4. Tujuan dan Alasan diterapkannya Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Madrasah (MPMBM)

a. Tujuan MPMBM

MPMBM bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan

madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada

madrasah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada madrasah

untuk mengelola sumberdaya madrasahnya, dan mendorong

partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan

mutu pendidikan. Lebih rincinya, MPMBM bertujuan untuk :

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,

fleksibelitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas,

sustainbilitas, dan inisiatif madrasah dalam mengelola,

memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan

bersama.

3) Meningkatkan tanggung jawab madrasah kepada orang tua,

masyarakat, dan pemerintah tentang mutu madrasahnya, dan

4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar madrasah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai.

44
Dit. Dikdasmen. Depdiknas, Op. cit, hlm. 11-20
b. Alasan diterapkannya MPMBM

MPMBM diterapkan karena beberapa alasan berikut :

1) Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada madrasah,

maka madrasah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan

mutu madrasah.

2) Dengan pemberian fleksibelitas/keluesan-keluesan yang lebih besar

kepada madrasah untuk mengelola sumberdayanya, maka

madrasah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan

memanfaatkan sumberdaya madrasah secara optimal untuk

meningkatkan mutu madrasah.

3) Madrasah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan

pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan

madrasahnya.

4) Madrasah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya. Khususnya

input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan

dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan

kebutuhan peserta didik.

5) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh madrasah lebih cocok

untuk memenuhi kebutuhan madrasah karena pihak madrasahlah

yang paling tahu apa yang terbaik bagi madrasahnya.


6) Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif

bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.

7) Keterlibatan semua warga madrasah dan masyarakat dalam

pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan

demokrasi yang sehat.

8) Madrasah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan

masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan

masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya

semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran

mutu pendidikan yang telah direncanakan.

9) Madrasah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan

madrasah-madrasah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan

melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta

didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat, dan

10) Madrasah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan

lingkungan yang berubah dengan cepat.45

D. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah

Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM),

esensinya adalah peningkatan otonomi madrasah, peningkatan partisipasi

warga madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan

peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumber daya madrasah. Konsep ini

membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan MPMBM sudah sepantasnya

45
Ibid., hlm. 4-5
menerapkan pendekatan idiograpik (membolehkan adanya keberbagian cara

melaksanakan MPMBM) dan bukan lagi menggunakan pendekatan nomonetik

(cara melaksanakan MPMBM yang cenderung seragam oleh semua

madrasah). Oleh karena itu, dalam arti yang sebenarnya tidak ada resep

pelaksanaan MPMBM yang sama untuk diberlakukan ke semua madrasah.

Dalam melaksanakan MPMBM madrasah perlu melalui beberapa tahapan.

Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Sosialisasi

Madrasah merupakan sistem yang terdiri dari unsur-unsur dan

karenanya hasil kegiatan pendidikan di madrasah merupakan hasil kolektif

dari semua unsur madrasah. Dengan cara berfikir semacam ini, maka

semua unsur madrasah harus memahami konsep MPMBM “apa”,

“magapa” dan “bagaimana” MPMBM diselenggarakan. Oleh karena itu,

langkah pertama yang harus dilakukan oleh madrasah adalah

mensosialisasikan konsep MPMBM kepada setiap unsur madrasah (guru,

siswa, wakil kepala madrasah, guru BK, karyawan, orang tua siswa,

pengawas, pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pejabat Dinas

Pendidikan Propinsi, dsb.) melalui berbagai mekanisme, misalnya

seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja, simposium, forum ilmiah, dan

media masa.

2. Mengindentifikasi Tantangan Nyata Madrasah

Pada tahap ini, madrasah melakukan analisis output madrasah yang

hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh madrasah.


Tantangan adalah selisih (ketidak sesuaian) antara output madrasah saat ini

dan output madrasah yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan

madrasah). Besar kecilnya ketidak sesuaian antara output madrasah saat

ini (kenyataan) dengan ouput madrasah yang diharapkan (idealnya) di

masa yang akan datang memberitahukan besar kecilnya tantangan

kualitas;. Misalnya, juara lomba karya ilmiah di madrasah saat ini

berperingkat nomor 4 sekabupaten dan diharapkan akan meningkat

menjadi peringkat nomor 1, maka besarnya tantangan adalah 1-4 = -3

(kurang 3).

3. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Madrasah (tujuan

Situasional Madrasah)

Sekolah yang melaksanakan MPMBS harus membuat rencana

pengembangan sekolah. Rencana pengembangan sekolah pada umumnya

mencakup perumusan visi, misi, tujuan sekolah dan strategi

pelaksanaannya. Sedangkan rencana kerja tahunan sekolah pada umumnya

meliputi pengindentifikasian sasaran sekolah (tujuan situasional sekolah),

pemilihan fungsi-fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran

yang telah diidentifikasi, analisis SWOT, langkah-langkah pemecahan

persoalan, dan penyusunan rencana dan program kerja tahunan sekolah.

Berikut diuraikan secara singkat mengenai perumusan visi, misi, tujuan

dan sasaran sekolah (tujuan situasional sekolah).

a. Visi
Setiap madrasah harus memiliki visi. Visi adalah wawasan yang

menjadi sumber arahan bagi madrasah dan digunakan untuk memandu

perumusan misi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh

ke depan kemana madrasah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa

depan yang diinginkan oleh madrasah, agar madrasah yang

bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan

perkembangannya.

b. Misi

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi

tersebut. Karena visi harus mengakomodasi semua kelompok

kepentingan yang terkait dengan madrasah, maka misi dapat juga

diartikan sebagai tindakan untuk memnuhi kepentingan masing-masing

kelompok yang terkait dengan madrasah. Dalam merumuskan misi,

harus mempertimbangkan tugas pokok madrasah dan kelompok-

kelompok kepentingan yang terkait dengan madrasah. Dengan kata

lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang

dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.

c. Tujuan

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya madrasah merumuskan

tujuan. Tujuan merupakan “apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh

madrasah yang bersangkutan dan “kapan’ tujuan akan dicapai. Jika visi

dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan

dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan


pada dasarnya merupakan tahapan wujud madrasah menuju visi yang

telah dicanangkan. Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa

depan secara utuh (ideal), maka tujuan yang ingin dicapai dalam

jangka waktu 3 tahun mungkin belum seideal visi atau belum

selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan tahapan untuk

mencapai visi.

d. Sasaran/Tujuan Situasional.

Setelah tujuan madrasah (tujuan jangka menengah) dirumuskan,

maka langkah selanjutnya adalah memetapkan sasaran/target/tujuan

situasional/tujuan jangka pendek. Sasaran adalah penjabaran yaitu

sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh madrasah dalam jangka

waktu lebih singkat dibandingkan tujuan madrasah. Rumusan sasaran

harus selalu mengandung peningkatan, baik peningkatan kualitas,

efektifitas, produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau

kombinasi). Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran

harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator-

indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan, namun

dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya

sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi

oleh madrasah

Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi madrasah, maka

dirumuskanlah sasaran/tujuan situasional yang akan dicapai oleh

madrasah. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan atas tantangan


nyata yang dihadapi oleh madrasah, namun perumusan sasaran tersebut

harus tetap mengacu pada visi, misi dan tujuan madrasah sebagai

(sumber referensi) bagi perumusan sasaran madrasah. Karena itu

sebelum merumuskan sasaran madrasah yang akan dicapai, setiap

madrasah harus memiliki visi, misi dan tujuan madrasah.

3. Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai

Sasaran.

Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah

menindentifikasi fungs-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai

sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi

yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar beserta fungsi-

fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi

perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi

pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik sekolah,

fungsi hubungan sekolah masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.

4. Melakukan Analisis SWOT

Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran

diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat

kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT.

SWOT adalah singkatan dari bahasa Inggris Strength (kekuatan),

Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman).

Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat

kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi madrasah yang diperlukan


untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat

kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya dicapai melalui

membandingkan faktor dalam kondisi nyata dengan faktor dalam kriteria

kesiapan. Yang dimaksud dengan kriteria kesiapan faktor adalah faktor

yang memenuhi kriteria/standar untuk mencapai sasaran/tujuan situasional.

Faktor yang memenuhi kriteria/standar ini ditemukan melalui perhitungan-

perhitungan atau pertimbangan-pertimbangan yang bersumber pada

pencapaian sasaran.

Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan

masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis

SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik

faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Faktor internal adalah

faktor-faktor pada setiap fungsi yang berada di dalam kewenangan

madrasah. Sedangkan yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor pada

setiap fungsi yang berada di luar kewenangan madrasah. Misalnya, fungsi

proses belajar mengajar terdiri dari banyak faktor, satu diantaranya

perilaku mengajar guru (faktor internal) dan satu lainnya kondisi

lingkungan sosial masyarakat (faktor eksternal). Perilaku mengajar guru

digolongkan faktor internal karena sekiranya perilaku tersebut perlu

diubah, masih dalam kewenagan madrasah. Sebaliknya, kondisi

lingkungan sosial masyarakat digolongkan sebagai faktor ekternal karena

sekiranya kondisi tersebut ingin diubah, diluar kewenangan madrasah.


Tingkat kesiapan harus memadai, artinya, minimal memenuhi

ukuran/kriteria sebagai; kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal;

peluang, bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedang tingkat kesiapan

yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran kesiapan,

dinyatakan bermakna; kelemahan, bagi faktor yang tergolong internal;

ancaman, bagi faktor yang tergolong eksternal. Baik kelemahan maupun

ancaman, sebagai faktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai,

disebut persoalan

5. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan

Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memilih

langkah- langkah pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang

diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang

siap. Selama masih ada persoalan, yang sama artinya dengan ada

ketidaksiapan fungsi, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan

tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran tercapai, perlu dilakukan tindakan-

tindakan yang mengubah ketidak siapan menjadi kesiapan fungsi.

Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan

persoalan, yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna

kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang,

yakni dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang bermakna

kekuatan dan/atau peluang.

6. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu


Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, madrasah

bersama-sama dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk

jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, beserta program-

programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. madrasah tidak selalu

memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bagi

pelaksanaan MPMBM, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk jangka

pendek, menengah, dan panjang.

Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang

aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana

dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan

madrasah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah

maupun dari orang tua, baik dukungan pemikiran, moral, material maupun

finansial untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan

tersebut. Rencana yang dimaksud harus juga memuat rencana anggaran

biaya (rencana biaya) yang diperlukan untuk merealisasikan rencana

madrasah. Hal pokok yang perlu diperhatikan oleh madrasah dalam

penyusunan rencana adalah keterbukaan kepada semua pihak yang

menjadi stekeholder pendidikan, khususnya orang tua siswa dan

masyarakat (BP3/Komite Madrasah) pada umumnya. Dengan cara

demikian akan diperoleh kejelasan, berapa kemampuan madrasah dan

pemerintah untuk menanggung biaya rencana ini, dan berapa sisanya yang
harus ditanggung oleh orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar.

Dengan keterbukaan rencana ini, maka kemungkinan kesulitan

memperoleh sumber dana untuk melaksanakan rencana ini bisa

dihindari. Catatan : BP3 saat ini yang anggotanya hanya terdiri dari orang

tua siswa perlu dimekarkan menjadi Komite Madrasah yang anggotanya

terdiri dari; orang tua siswa, wakil dari siswa, wakil dari madrasah, wakil

dari organisasi profesi, wakil dari pemerintah, dan wakil dari publik.

Jika rencana adalah merupakan deskripsi hasil yang diharapkan dan

dapat digunakan untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan madrasah,

maka program adalah alokasi sumberdaya (sumber daya manusia dan

sumberdaya selebihnya, misalnya, uang, bahan, peralatan, perlengkpan,

perbekalan, dsb.) keadaan kegiatan-kegiatan, menurut jadwal dan waktu

dan menunjukkan tatalaksana yang sinkron. Dengan kata lain, program

adalah bentuk dokumen untuk menggambarkan lankah mewujudkan

sinkronisasi dalam ketatalaksanaan.

7. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu

Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah

disetujui bersama antara madrasah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka

madrasah perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-

sasaran yang telah ditetapkan. Kepala madrasah dan guru hendaknya

mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal

mungkin, menggunakan pengalaman- pengalaman masa lalu yang

dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu


meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala madrasah dan guru bebas

mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan program-program yang

diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Karena itu, madrasah harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-

keterikatan birokrastis yang biasanya banyak menghambat

penyelenggaraan pendidikan.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, madrasah hendaknya

menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning). Konsep ini

menekankan pentingnya siswa menguasai materi pelajaran secara utuh dan

bertahap sebelum melanjutkan ke pembelajaran topik-topik yang lain.

Dengan demikian siswa dapat menguasai suatu materi pelajaran secara

tuntas sebagai prasyarat dan dasar yang kuat untuk mempelajari tahapan

pelajaran berikutnya yang lebih luas dan mendalam.

Untuk menghindari penyimpangan, kepala madrasah perlu melakukan

supervisi dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu

yang dilakukan di madrasah. Kepala madrasah sebagai manejer dan

pimpinan pendidikan di madrasahnya berhak dan perlu memberikan

arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada guru dan tenaga lainnya

jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan jalur-jalur yang telah

ditetapkan. Namun demikian, bimbingan dan arahan jangan sampai

membuat guru dan tenaga lainnya menjadi amat terkekang dalam

melaksanakan kegiatan, sehingga kegiatan tidak mencapai sasaran.

8. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan


Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, madrasah perlu

mengadakan evaluasi pelaksanan program, baik jangka pendek maupun

jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir caturwulan

untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Bilamana pada

pada satu catur wulan dinilai adanya faktor-faktor yang tidak mendukung,

maka madrasah harus dapat memperbaiki pelaksanaan program

peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Evaluasi jangka menengah

dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui seberapa jauh

program peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang

telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan

dan kelemahan program untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.

Dalam melaksanakan evaluasi, kepala madrasah harus

mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam program, khusunya

guru dan tenaga lainnya agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang

dilakukan dan memberikan alternatif pemecahan. Demikian pula, orang

tua peserta didik dan masyarakat sebagai pihak eksternal harus dilibatkan

untuk menilai keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Dengan

demikian, madrasah mengetahui bagaimana sudut pandang pihak luar bila

dibandingkan dengan hasil penilaian internal. Suatu hal yang bisa terjadi

bahwa orang tua peserta didik dan masyarakat menilai suatu program

gagal atau kurang berhasil, walaupun pihak madrasah menganggap cukup

berhasil. Yang perlu disepakati adalah indikator apa saja yang perlu
ditetapkan sebelum penilaian dilakukan. Untuk lebih detailnya tentang

monitoring dan evaluasi MPMBM.

Hasil evaluasi pelaksanaan MPMBM perlu dibuat laporan yang terdiri

dari laporan teknis dan keuangan. Laporan teknis menyangkut program

pelaksanaan dan hasil MPMBM, sedang laporan keuangan meliputi

penggunaan uang serta pertanggungjawabannya. Jika madrasah melakukan

upaya-upaya penambahan pendapatan (income generating activities),

maka pendapatan tambahan tersebut harus juga dilaporkan. Sebagai bentuk

pertanggungjawaban (akuntabilitas), maka laporan harus dikirim kepada

pengawas, dinas pendidikan kabupaten, komite sekolah, orang tua siswa

dan yayasan (bagi madrasah swasta).

9. Merumuskan Sasaran Mutu Baru

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, hasil evaluasi berguna untuk

dijadikan alat bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Namun

yang tidak kalah pentingnya, hasil evaluasi merupakan masukan bagi

madrasah dan orang tua peserta didik untuk merumuskan sasaran mutu

baru untuk tahun yang akan datang. Jika dianggap berhasil, sasaran mutu

dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan sumberdaya yang tersedia.

Jika tidak, bisa saja sasaran mutu tetap seperti sediakala, namun dilakukan

perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan kegiatan. Namun tidak

tertutup kemungkinan, bahwa sasaran mutu diturunkan, karena dianggap

terlalu berat atau tidak sepadan dengan sumberdaya pendidikan yang ada

(tenaga, sarana dan prasarana) yang tersedia.


Setelah sasaran baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT

untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi dalam

madrasah, sehingga dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman. Dengan informasi ini, maka langkah-langkah pemecahan

persoalan segera dipilih untuk mengatasi faktor-faktor yang mengandung

persoalan. Setelah ini, rencana peningkatan mutu baru dapat dibuat. 46

46
Ibid., hlm. 29-47
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif

karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat dekriptif

kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan hasil pengolahan data yang berupa kata-kata, gambaran

umum yang terjadi di lapangan maupun data dari dokumentasi.

Menurut M. Nazir, penelitian yang menggunakan metode deskriptif

bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki.47

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong mendefinisikan

bahwa,” penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistik (utuh).”48

Jadi karena dalam penelitian ini menyangkut tentang MPMBM di lembaga

pendidikan Islam/madrasah yang dirancang dengan menggunakan jenis


47
M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 54
48
L.J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 3
penelitian deskriptif, maka peniliti berusaha untuk menggambarkan dan

melihat secara lebih mendalam dan terperinci tentang permasalahan yang

berkaitan dengan MPMBM di MIN Malang 2.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti mutlak diperlukan,

peneliti adalah sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data. Selain

itu, instrumen pendukungnya dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Kemudian

mengenai statusnya peneliti adalah sebagai pengamat penuh serta diketahui

oleh subjek atau informan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sebuah lembaga pendidikan milik negara yaitu

MIN 2 Malang yang terletak di Jln. Kemantren II/14 A Bandungrejosari,

Kecamatan Sukun, Kabupaten Malang. Meskipun lokasinya agak jauh

kedalam namun akses menuju madrasah ini cukup mudah dikarenakan sarana

dan prasarana transportasi menuju MIN Malang 2 sudah cukup memadai.

Alasan peneliti mengambil lokasi di madrasah ini dikarenakan MIN

Malang 2 merupakan madrasah negeri yang telah menerapkan MPMBM yaitu

pada tahun ajaran 2006/2007. Dengan penerapan MPMBM tersebut ternyata

membawa perubahan yang berarti khususnya berkenaan dengan peningkatan

kualitas pendidikan di MIN Malang 2 dan madrasah ini merupakan salah satu

madrasah ibtidaiyah negeri unggulan di Malang dalam hal penerapan

MPMBM, serta belum ada mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)


Maulana Malik Ibrahim Malang yang mengadakan penelitian di madrasah

tersebut. Sehingga dengan alasan inilah penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian di MIN Malang 2 berkenaan dengan manajemen peningkatan mutu

berbasis madrasah (MPMBM).

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek

dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau

wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden

yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertamyaan peneliti,

baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti manggunakan teknik

observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda atau proses sesuatu.

Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah

yang menjadi sumber data.49

Data dalam penelitian tentang Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Madrasah (MPMBM) sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan

(studi kasus di MIN Malang 2) ini terdiri dari dua macam yaitu data sekunder

dan data primer.

Data sekunder meliputi data yang berasal dari kajian pustaka baik berupa

buku maupun berupa data artikel yang di akses melalui internet, yang

pembahasannya berkaitan dengan tema skripsi. Sedangkan data primer dalam

penelitian ini dapat penulis klasifikasikan menjadi 3 dengan huruf depan P,

singkatan dari bahasa Inggris, yaitu:

49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), hlm. 107
Person : sumber data berupa orang yaitu sumber data yang dapat
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam
penelitian ini sumber data yang berupa person adalah: kepala
madrasah, waka kurikulum, waka kesiswaan maupun humas,
dewan guru yang lain beserta orang tua murid maupun masyarakat.
Place : sumber data berupa tempat, yaitu sumber data yang menyajikan

tampilan berupa keadaan diam dan bergerak yang dapat diketahui

peneliti melalui observasi. Dalam penelitian ini yang berperan

sebagai sumber data berupa place adalah PBM, gedung madrasah

seperti kantor kepala madrasah, ruang guru, maupun ruang kelas.

Paper : sumber data berupa simbol, yaitu sumber data yang menyajikan

tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol yang

lain. Peneliti mengambil data dari file-file yang berada di

dokumentasi madrasah dan dijadikan sebagai sumber data. Adapun

data tersebut adalah data tentang denah lokasi, struktur organisasi,

tugas dan fungsi pengelola madrasah, keadaan sarana dan

prasarana, serta data guru, karyawan, dan data jumlah siswa

maupun data lainnya yang peneliti perlukan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat

pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliabel dan valid, maka

datanya juga akan cukup reliabel dan valid. Selain itu metode serta cara dalam

pengambilan data juga harus diperhatikan.50 Dalam penelitian ini peneliti

50
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm. 92
menggunakan 3 metode yang sudah lazim digunakan dalam penelitian

kualitatif deskriptif, yaitu:

a) Metode Observasi

Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan

data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif

dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu

yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang

keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan

mengamati dan mencatat. Sedangkang menurut Sutrisno Hadi “ observasi

adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena

yang diselidiki.”51

Dalam penelitian ini peneliti mengamati langsung lokasi penelitian

yakni di MIN Malang 2, Kecamatan Sukun, Kabupaten Malang untuk

memperoleh data mengenai obyek penelitian meliputi kondisi madrasah,

PBM maupun keadaan sarana dan prasarana. Sumber data diperoleh dari

pihak yang berwenang di madrasah tersebut.

b) Metode Interview

Metode interview adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-

cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan

keterangan kepada peneliti. Wawancara ini dapat dapat diapakai untuk

51
Strisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta: Andi Off Set, 1991), hlm. 136
melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.52 Sumber data

diperoleh dari kepala madrasah, waka kurikulum, waka kesiswaan

maupun humas, beberapa guru yang terkait maupun orang tua siswa

beserta masyarakat.

Data diambil dengan pihak-pihak tersebut untuk mengetahui

implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah

(MPMBM) dalam meningkatkan mutu pendidikan di MIN Malang 2,

strategi yang digunakan dalam implementasi manajemen peningkatan

mutu berbasis madrasah (MPMBM) untuk meningkatkan mutu pendidikan

di MIN Malang 2, serta dampak implementasi manajemen peningkatan

mutu berbasis madrasah (MPMBM) di MIN Malang 2. Dalam hal ini

penulis menggunakan metode wawancara terpimpin yaitu dengan

dipersiapkannya pertanyaan-pertanyaan yang diselesaikan dengan data-

data yang diperlukan.

c) Metode Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen sudah

lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam

banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.53

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat

sumber-sumber dokumen yang ada kaitannya dengan jenis data yang

diperlukan, maka diperlukan cara yang efisien yaitu mengambil dokumen


52
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,1999),
hlm. 63
53
L. J Moleong, Op. cit., hlm. 217
untuk melengkapi kekurangan dan kelemahan metode interview dan

observasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tertulis,

arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh peneliti yang

berhubungan dengan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah

(MPMBM), seperti data tentang denah lokasi, kalender pendidikan,

struktur organisasi, tugas dan fungsi pengelola madrasah, keadaan sarana

dan prasarana, data guru, karyawan, dan data jumlah siswa, data kegiatan

ekstsrakurikuler yang dilaksanakan maupun dokumen-dokumen lain yang

penulis anggap penting. Penggunaan metode dokumentasi dalam

penelitian ini juga diharapkan dapat membantu mengumpulkan informasi

yang benar-benar akurat, sehingga akan menambah kevalidan hasil

penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan beberapa

metode diatas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisa data tersebut

dengan menggunakan analisis deskripstif kualitatif, yaitu analisis data

dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis semua data yang

diperoleh. Tujuan analisa didalam penelitian adalah menyempitkan dan

membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur, serta

tersusun dan menjadi lebih berarti.54

Proses analisa data dianjurkan agar secepatnya dilakukan oleh peneliti,

jangan menunggu sampai data itu menjadi dingin bahkan membeku atau

54
Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: BPFE - UII, 2000),hlm. 87
malah menjadi kadaluwarsa. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha

pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga fisik dan pikiran peneliti.

Agar hasil penelitian dapat tersusun sistematis, maka langkah peneliti

dalam menganalisis data adalah dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu data dari wawancara, observasi maupun

data dari dokumentasi. Data tersebut tentunya sangat banyak, setelah dibaca,

dipelajari maka langkah berikutnya adalah mereduksi data yaitu membatasi

dan memilih data yang benar-benar penting dan diperlukan serta menyisihkan

data yang dianggap tidak perlu kemudian barulah penulis mendisplay data,

yaitu menyusun dan menyajikan data dalam bentuk uraian singkat maupun

dalam bentuk teks yang bersifat naratif dan disusun secara beraturan agar data-

data itu tidak saling tumpang tindih atau salah letak. Langkah selanjutnya

adalah melakukan verifikasi/penarikan kesimpulan dengan mengadakan

pemeriksaan keabsahan data dengan teknik triangulasi sehingga dapat diambil

kesimpulan yang valid, kredibel dan dapat menjawab rumusan masalah yang

dikemukakan sejak awal.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data atau validitas dalam suatu penelitian sangat

penting dan harus dilakukan, karena kegiatan ini merupakan pembuktian

bahwa apa yang telah diamati/data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

sesungguhnyamenjadi kenyataan. Untuk menetapkan keabsahan data

diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan

atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu
derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability).55

Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi

kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan

berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Maka dari itu, dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan pengecekan keabsahan data dengan

teknik Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik triangulasi yang peneliti gunakan

untuk mendukung keabsahan data yaitu:

1. Triangulasi dengan sumber, pengecekan derajat kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode yang sama.

2. Triangulasi dengan metode yaitu pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpul data.56

H. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong, ada empat tahapan

yang harus dilakukan, yaitu tahap pra-lapangan, tahap kegiatan lapangan,

tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.

1. Tahap Pra-Lapangan

Pada tahap ini peneliti mengunjungi lokasi penelitian, yaitu MIN

Malang 2, untuk mendapatkan gambaran yang tepat tentang latar

55
Ibid., hlm. 324
56
Ibid., hlm. 330
penelitian. Kemudian peneliti menggali informasi yang diperlukan dari

orang-orang yang dianggap memahami tentang objek penelitian. Selain

itu, peneliti juga melakukan beberapa langkah penelitian, yaitu menyusun

rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan,

menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan

informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Pada tahap kegiatan lapangan, ada tiga langkah yang dilakukan, yaitu

memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan

berperan serta sambil mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti

mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan metode-metode yang

telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu, peneliti melakukan

pengecekan keabsahan data untuk membuktikan bahwa kredebelitas data

dapat dipertanggungjawabkan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan penghalusan data yang diperoleh

dari subyek, informan, maupun dokumen dengan memperbaiki bahasa dan

sistematikanya agar dalam laporan hasil penelitian tidak terjadi

kesalahpahaman maupun salah penafsiran setelah data-data itu dianalisis

dengan cara yang telah ditentukan.


4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan hasil penelitian dengan

format yang sesuai dengan rancangan penyusunan laporan yang telah

tertera dalam sistematika penulisan laporan penelitian.57

I. Situs Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MIN Malang 2

Pada mulanya, MIN Malang 2 didirikan bertujuan sebagai sekolah

latihan bagi siswa PGA (Pendidikan Guru Agama) atau dahulu lebih dikenal

dengan SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama) Malang, yang dipersiapkan

sebagai calon guru SD (Sekolah dasar). Kurikulum yang dipergunakan

adalah Kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan

dalam prakteknya berupaya memasukan unsur-unsur pendidikan agama

Islam.

MIN Malang 2 didirikan sekitar tahun 50-an, dan waktu itu bernama

Sekolah Latihan 2. Lembaga ini berdiri bersama dengan Sekolah Latihan 1

(Sekarang MIN Malang 1). Perubahan status dari SD Latihan menjadi MIN,

berdasarkan pada SK Menteri Agama nomor 15 tahun 1978 yang

menetapkan SD Latihan PGAN menjadi MIN, nomor 16 tahun 1978 yang

menetapkan kelas I,II,III, PGAN 6 tahun menjadi MTsN, dan nomor 17

tahun 1978 yang menetapkan kelas IV,V,VI, PGAN 6 tahun menjadi PGAN

3 tahun. Pada awal berdirinya, MIN Malang 2 berlokasi di Jalan Bromo

Malang (sekarang ditempati Apotik Kimia Farma). Bangunan gedung yang

57
Ibid., hlm. 126
dipakai untuk kegiatan belajar mengajar merupakan peninggalan penjajah

Belanda, sedang status gedung dan tanahnya adalah menyewa kepada

Pemerintah.

Pada tahun 1977 Sekolah Latihan ini pindah dari jalan Bromo ke jalan

Arjuno, karena tanah dan bangunan yang ditempati diminta kembali oleh

pemerintah. Status tanah dan bangunan di tempat yang baru ini adalah

pinjam kepada Yayasan Masjid Khodijah ± 15 tahun lamanya.

Setelah ± 15 tahun menempati gedung milik Yayasan Masjid Khodijah

(sekarang ditempati MI dan MTs Khodijah), maka atas kebijakan

pemerintah pada tahun1986 didirikan bangunan gedung MIN Malang 2 yang

berlokasi di Jalan Kemantren II /14 A Kelurahan Bandungrejosari

Kecamatan Sukun Kota Malang sampai sekarang.

Tanah tempat berdirinya bangunan gedung MIN Malang 2 sekarang ini,

pada mulanya adalah tanah milik Bapak Mulyadi.Tanah tersebut dibeli oleh

Departemen Agama Kota Malang dari anggaran DIP (Daftar Isian Proyek)

tahun 1983/1984.Pada tahun 1985/1986 gedung telah dibangun sebanyak 3

lokal,terdiri dari ruang kepala madrasah,dan ruang guru, dan ruang belajar.

Pada tahun 1986/1987, mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Malang

sebanyak 2 lokal terdiri dari ruang kepala sekolah dan ruang guru, sedang

lokal yang mulanya dipakai untuk ruang kepala sekolah dan ruang guru

dipakai untuk ruang belajar. Pada tahun anggaran 1987/1988 dibangun lagi

sebanyak 8 lokal dari anggaran DIP, yang semuanya dipakai untuk ruang

belajar. Selanjutnya pada tanggal 8 September 1988 gedung MIN Malang 2


diresmikan oleh Walikotamadya Kepala daerah Tingkat II Malang, Dr Tom

Uripan Nitiharjo,SH.

Pada tahun pelajaran 2001/2002 dibangun lagi pondasi 2 lokal gedung

baru dari dana swadaya masyarakat.Kemudian pada tahun pelajaran

2002/2003 pembangunan 2 loka ltersebut berhasil dirampungkan oleh

Majelis MIN Malang 2,dan pada tahun yang sama telah dibebaskan tanah

baru disekitar lingkungan sekolah seluas ± 600 M2.Selanjutnya pada tahun

pelajaran 2003/2004 pada area tanah baru dibangun 1 lokal ruang Mushalla

sebagai pusat kegiatan praktek ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan

lainnya.

Pada tahun yang sama pula 21 unit komputer P-II sebagai sarana belajar

teknologi & informasi bagi para siswa telah dapat diwujudkan. Suatu

prestasi yang patut dibanggakan pula bahwa pada tahun pelajaran

2004/2005 telah dibangun 1 lokal laboratorium bahasa. Ini menunjukkan

adanya kerja sama yang erat antara pihak madrasah dengan orang tua siswa

maupun masyarakat, sehingga segala kekurangan ataupun keperluan fasilitas

untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di MIN Malang II

setapak demi setapak dapat dipenuhi. Disamping itu pula, atas kerjasama

yang baik antara pihak madrasah dengan Departemen Agama Kota Malang

dan Dinas Pendidikan Kota Malang, maka saat ini 40 unit peralatan

laboratorium bahasa telah dapat dioperasikan oleh tenaga-tenaga profesional

Madrasah. Kemudian atas bantuan dari Dep. Agama, pada Bulan Oktober
2007, 21 Unit Komputer tersebut diganti menjadi pentium IV dan ditambah

dengan LCD Proyektor, Local Area Network (LAN) dan Internet.

2. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi Madrasah.

MIN Malang 2 akan dikembangkan atas dasar visi sebagai berikut :

Unggul dalam prestasi, menguasai ketrampilan dan teknologi serta

berwawasan global atas dasar Iman dan Taqwa Terhadap Allah SWT.

Adapun indikator terhadap terwujudnya visi tersebut adalah :

a. Unggul dalam penerapan pengamalan ibadah menurut ajaran agama

Islam;

b. Unggul dalam penanaman nilai-nilai akhlakul karimah.

c. Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik;

d. Unggul dalam pengembangan tenaga kependidikan;

e. Terampil dalam bidang komputer, teknologi informasi,dan bahasa

Inggris;

f. Memiliki sarana dan prasarana pendidikan memadai;

g. Memiliki lingkungan Madrasah yang aman, nyaman, sejuk dan

kondusif untuk proses pendidikan.

b. Misi Madrasah

Atas dasar visi di atas, maka misi MIN Malang 2 kembangkan

sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan dan mengembangkan model pembelajaran yang

aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan kontekstual,


berbasiskan iman dan taqwa guna meningkatkan kompetensi peserta

didik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berwawasan global.

b. Membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik guna

membangun kapasitas peserta didik yang cerdas, terampil, kreatif,

sehat jasmani dan rohani, dan memiliki keunggulan kompetitif dalam

bidang akademik dan non akademik.

c. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2

Madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah umum tingkat dasar yang

berciri khas Islam, bertujuan : meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Atas dasar tujuan umum

tersebut serta dengan mengacu pada visi dan misi di atas, maka tujuan

yang hendak dicapai oleh MIN Malang 2 sebagai berikut :

a. Terwujudnya kesadaran siswa dalam menjalankan ibadah yaumiyah

menurut ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;

b. Terwujudnya prilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai akhlakul

karimah yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari;

c. Tercapainya keunggulan prestasi siswa dalam bidang akademik dan

non akademik;

d. Terwujudnya kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan sesuai

dengan standar kompetensi;


e. Terwujudnya penguasaan ketrampilan siswa dalam bidang komputer,

teknologi informasi;

f. Terwujudnya ketrampilan siswa dalam berbahasa Inggris secara

aktif;

g. Terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai, yang mendukung

peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan.

h. Memiliki lingkungan Madrasah yang aman, nyaman, sejuk dan

kondusif untuk proses pendidikan.

i. Terwujudnya budaya kerja dan budaya mutu yang tercermin dalam

iklim dan suasana yang harmonis antar warga madrasah.

3. Struktur Organisasi

Dalam setiap organisasi perlu adanya penataan kestrukturan. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah pembagian tugas dalam sebuah

organisasi yang didirikan, tidak terkecuali madrasah. Setiap lembaga

pendidikan/madrasah yang memiliki siswa dengan meggunakan penataan

struktural administrasi yang dinamis, maka kegiatan pembelajaran

dimadrasah dapat berjalan secara teratur sesuai dengan pembidangnya yang

disepakati bersama. Dengan adanya struktur dalam madrasah kewenangan

masing-masing unit kerja yang didukung oleh kerjasama yang baik akan

membantu tercapainya tujuan madrasah. Jadi keberadaan suatu lembaga

pendidikan/madrasah tidak bisa lepas dari suatu organisasi yang terdapat

didalamnya. Tanpa adanya struktur tersebut maka madrasah akan

mengalami kesulitan dalam melakukan pengorganisasian dan


pengkoordinasian serta memperluas berbagai aktivitas dan tugas sehingga

sulit untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Begitu juga dengan MIN Malang 2, dalam menjalankan tugas-tugas

madrasah diperlukan adanya struktur yang memudahkan dalam

pengorganisasian. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi MIN

Malang 2 dapat dilihat pada lampiran III.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana MIN Malang 2

Keadaan sarana dan prasarana di MIN Malang 2 tiap tahun mengalami

perkembangan seiring dengan program madrasah untuk terus meningkatkan

mutu baik akademik/non akademik. Dalam hal ini penulis melakukan

penggalian data observasi secara langsung dilokasi penelitian dan didukung

dengan data dokumentasi yang penulis peroleh. Adapun sarana dan

prasarana di MIN Malang dapat dilihat pada lampiran IV.

5. Keadaan Guru dan Karyawan MIN Malang 2

Guru MIN Malang 2 berjumlah 29 orang yang terdiri dari 24 guru

berstatus PNS dan 3 guru GTT. Adapun jumlah pegawai di MIN Malang 2

ada 6 orang yang terdiri dari 3 orang pegawai TU, 1 orang satpam, 1 orang

penjaga kebersihan dan 1 orang penjaga malam. Dan untuk lebih jelasnya

tentang keadaan guru dan karyawan MIN Malang 2 dapat dilihat pada

lampiran V.
6. Keadaan Siswa MIN Malang 2

Jumlah keseluruhan siswa MIN Malang 2, tahun Ajaran 2009/2010

sebanyak 434 siswa yang terdiri dari 230 siswa perempuan dan 204 siswa

laki-laki. Adapun data Jumlah siswa di MIN Malang 2 dapat dilihat di tabel

berikut ini:

TABEL 3.1
JUMLAH SISWA MIN MALANG 2 TAHUN AJARAN 2009/2010

Kelas
Keadaan Kelas I Kelas II Kelas III Kelas V Kelas VI Jumlah
IV
No.
Siswa
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
Jumlah
1. 40 36 39 42 39 34 32 35 29 37 25 46 204 230
Siswa
2. Rombel 3 2 2 2 2 2 13

BAB IV
PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN

1. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah

(MPMBM) di MIN Malang 2.

Konsep MPMBM esensinya adalah peningkatan otonomi madrasah,

peningkatan partisipasi warga madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan dan peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumber daya madrasah.

Dalam pelaksanaan MPMBM bukanlah proses sekali jadi dan bagus hasilnya

akan tetapi merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus atau

bertahap dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam

peningkatan mutu.

MIN Malang 2 termasuk salah satu madrasah yang menerapkan MPMBM

sebab pada dasarnya madrasah memiliki ikatan erat dengan masyarakat

khususnya orang tua siswa dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan di

madrasah baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala madrasah:

Dalam implementasi MPMBM dilaksanakan secara baik, terencana,


terprogram, bertahap dan konsisten dimana MPMBM menekankan pada
peningkatan mutu, adanya transparansi dana dan mengikutsertakan peran
serta masyarakat dalam bentuk komite madrasah dengan mengadakan rapat
secara periodik dalam menentukan rencana dan program-program madrasah
sehingga tahap demi tahap rencana dapat tercapai sesuai tujuan.58

MPMBM merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan hal ini merupakan prioritas yang dilaksanakan oleh MIN Malang

58
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
2 sebagai sekolah pada tingkat dasar untuk memberikan bekal dengan sebaik-

baiknya kepada siswanya berkaitan dengan kualitas pendidikan sebagai

persiapan memasuki sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Dalam

implementasinya, madrasah tidak mengalami kesulitan sebab MIN Malang 2

memiliki sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia maupun non

manusia.

Berkenaan dengan hal itu, berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala

madrasah:

MPMBM merupakan bentuk manajemen yang kita terapkan untuk


meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Hal ini adalah program
prioritas madrasah yang kita laksanakan dengan mengoptimalkan semua
sumber daya yang kita miliki baik itu sumber daya manusia maupun non
manusianya sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran.59

Berkenaan dengan implementasi MPMBM, madrasah terlebih dahulu

melakukan perencanaan yang berupa; analisis situasi, merumuskan tujuan dan

analisis SWOT kemudian merumuskan dan melaksanakan program peningkatan

mutu, serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap program-program

yang telah dilaksanakan.

a. Implementasi Perencanaan MPMBM

Dalam pelaksanaan MPMBM perencanaan harus disusun sematang

mungkin demi tercapainya program-program yang hendak dilaksanakan, yang

tentunya juga mengacu terhadap visi dan misi madrasah. Berdasarkan hasil

penelitian di lapangan, MIN Malang 2 sudah melakukan perencanaan terlebih

59
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
dahulu. Dalam perencanaan ada beberapa langkah yang ditempuh oleh

madrasah antara lain:

1. Analisis situasi

Analisis situasi merupakan langkah untuk mengetahui kesiapan

madrasah dalam melaksanakan MPMBM. Kegiatan analisis situasi

dilakukan oleh kepala madrasah, wakamad, dan staf madrasah. Analisis

situasi dilaksanakan sebelum penyusunan rencana peningkatan mutu.

Dengan analisis ini maka madrasah akan lebih mengetahui sejauh mana

situasi disekitar madrasah dapat mendukung pelaksanaan MPMBM dan

mengetahui tantangan madrasah.

Setelah melakukan analisis situasi kemudian madrasah melakukan

analisis output madrasah yang hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata

yang dihadapi madrasah yaitu selisih (ketidaksesuaian) antara output

madrasah saat ini dan output madrasah yang diharapkan di masa yang akan

datang.

Berkaitan dengan perencanaan ini, MIN Malang 2 telah melaksanakan

analisis situasi untuk melihat sejauh mana kesiapan madrasah dalam

melaksanakan peningkatan mutu pendidikan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala madrasah:

Analisis situasi dilakukan dengan melihat kondisi madrasah, tenaga


pendidik, siswa, mutu, sarana dan prasarana saat ini, kemudian kita
kontradiksikan dengan harapan-harapan yang akan datang sehingga
muncul kesenjangan-kesenjangan dan barulah kita merencanakan
program peningkatan mutu yang akan kita jalankan.60
60
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 14 Desember 2009, Pukul 07.00-08.00
WIB)
Selanjutnya berkaitan dengan perencanaan ini wakamad kurikulum

mengungkapkan:

Dalam analisis situasinya tentunya kita melihat segala sesuatu yang ada
di sekitar madrasah yaitu lingkungan, tenaga pendidik, sarana dan
prasarana maupun siswa sendiri. Sehingga sejak awal kita sudah
mengetahui tantangan dan peluang apa yang dihadapi dalam
implementasi peningkatan mutu.61

Adapun analisis situasi di madrasah saat ini yang bersumber dari

dokumen madrasah adalah sebaga berikut:

Secara kuantitas belum banyak madrasah yang kualitasnya dapat


memenuhi harapan masyarakat, sehingga gambaran umum tentang
kondisi madrasah, khususnya madrasah ibtidaiyah masih dipandang
minor oleh sebagian besar masyarakat Kota Malang. MIN Malang 2,
sebagai salah satu dari komunitas madrasah tidak dapat menghindar dari
anggapan minor masyarakat tersebut. Meskipun banyak hal yang telah
dapat dijadikan sebagai indikator akan kualitas penyelenggaraan
pendidikan di MIN Malang 2, namun image sekolah bukan nomor satu
telah tertanam kuat di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya secara konsisten dan terus menerus untuk mengangkat citra
madrasah, khususnya MIN Malang 2.62

2. Merumuskan tujuan

Dalam merumuskan tujuan, madrasah bertolak pada visi dan misi

madrasah. Visi merupakan pandangan yang menjadi pedoman bagi

madrasah dalam merumuskan misi madrasah. Dengan kata lain visi adalah

pandangan jauh kedepan kemana madrasah akan dibawa. Sedangkan misi

adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi.

Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan madrasah tidak lepas dari visi

dan misi madrasah. Tujuan merupakan apa yang akan dicapai/dihasilkan

61
Hasil Wawancara dengan Wakamad Kurikulum (Senin, 07 Desember 2009, Pukul 09.00-
09.30 WIB)
62
Dokumentasi Madrasah ( Diambil hari Senin, 07 Desember 2009, Pukul 10.00 WIB)
oleh madrasah dan kapan tujuan itu akan dicapai. Jika visi dan misi terkait

dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka

waktu yang relatif pendek. Dengan demikian tujuan pada dasarnya

merupakan tahapan wujud madrasah menuju visi yang telah dicanangkan.

Dalam merumuskan tujuan situasional, selain bertolak dari visi, misi dan

tujuan madrasah maka madrasah juga mengacu pada tantangan nyata yang

dihadapi madrasah, dengan demikian tujuan situasional harus dibuat

spesifik, terukur, jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rinci

agar dapat tercapai secara efektif.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala madrasah:

Dalam merumuskan tujuan saya laksanakan dengan seluruh wakamad


yang mengacu pada visi madrasah. Setiap wakamad diberikan
kesempatan untuk menyampaikan ide, gagasan atau pemikirannya
sebagai bentuk kerjasama dalam merumuskan tujuan. Dalam
merumuskan tujuan situasional kita bertolak selain dari visi, misi juga
berdasar atas tantangan yang dihadapi madrasah, dengan demikian
tujuan situasional disusun berdasar realita yang ada serta sesuai dengan
kondisi madrasah.63

Berdasarkan dari hasil data dokumentasi, tujuan situasional MIN Malang

2 bidang akademik dan non akademik tahun 2009-2010 adalah sebagai

berikut:

1) Pencapaian RERATA UASBN 3 bidang studi diatas 21.00 dan UAM

dari 38,34 menjadi diatas 39 (+1).

2) Pencapaian juara 1 pada lomba mapel tingkat Kecamatan menjadi

juara 1 tingkat Kota (+ 1 bidang studi).

63
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 14 Desember 2009, Pukul 07.00-08.00
WIB
3) Pencapaian juara 1 pada olah raga porseni MI tingkat Kota Malang

menjadi juara 1 tingkat Provinsi (+ 1 mata lomba).

4) Pencapaian juara 1 pada seni porseni MI tingkat Kota Malang

menjadi juara 1 tingkat Provinsi (+ 1 mata lomba).64

3. Analisis SWOT

Agar sasaran dapat tercapai secara efektif dan efisien, perlu dilaksanakan

analisis kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang

(Opportunities) dan ancaman (Treats) terhadap masing-masing faktor pada

masing-masing fungsi baik internal maupun eksternal.

Adapun yang dimaksud dengan kekuatan adalah kondisi siap dari

masing-masing faktor dan fungsinya yang bersifat internal, kelemahan

adalah kondisi tidak siap dari masing-masing faktor dan fungsinya yang

bersifat internal, peluang adalah kondisi siap pada masing-masing fungsi

dan faktornya yang bersifat eksternal, dan ancaman adalah kondisi tidak siap

dari masing-masing fungsi dan faktornya yang bersifat eksternal. Sasaran

program diarahkan pada pengubahan kondisi tidak siap pada masing-masing

fungsi dan faktornya menjadi kondisi siap.

Analisis SWOT digunakan untuk melihat sejauh mana kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh pihak madrasah

sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan SWOT ini dapat menjadi

bahan dalam melaksanakan MPMBM.

64
Dokumentasi Madrasah ( Diambil hari Senin, 07 Desember 2009, Pukul 10.00 WIB)
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan analisis SWOT telah

dilaksanakan oleh madrasah dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman yang dihadapi madrasah dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan.

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh kepala madrasah. Berikut

wawancara peneliti.

Analisis swot dilaksanakan dengan melihat kekuatan, kelemahan,


peluang, serta ancaman yang dihadapi madrasah. Kekuatan adalah
kondisi yang mendukung yang bersifat internal, kelemahan adalah
kondisi yang tidak mendukung yang bersifat internal, peluang adalah
kondisi yang mendukung yang bersifat eksternal dan ancaman adalah
kondisi yang tidak mendukung yang bersifat eksternal. Jadi faktor yang
mendukung kita optimalkan dan yang tidak mendukung kita jadikan
program pengembangan sehingga dengan swot ini kita harapkan tujuan
yang telah kita rencanakan dapat tercapai.65

Lebih lanjut waka kurikulum mengungkapakan bahwa:

Analisis swot kita rencanakan secara baik dan matang dengan


memperhatikan kemampuan, kelemahan, peluang maupun hambatan
madrasah yang kemudian kita susun alternatif pemecahan masalahnya
sehingga peningkatan mutu dapat kita laksanakan dengan baik sesuai
rencana.66

Adapun analisis SWOT dan alternatif pemecahan masalah yang

bersumber dari data dokumentasi dalam bidang akademik dan non akademik

dapat dilihat dalam lampiran VI.67

65
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 14 Desember 2009, Pukul 07.00-08.00
WIB)
66
Hasil Wawancara dengan Wakamad Kurikulum (Senin, 07 Desember 2009, Pukul 09.00-
09.30 WIB)
67
Dokumentasi Madrasah ( Diambil hari Senin, 07 Desember 2009, Pukul 10.00 WIB)
b. Pelaksanaan Peningkatan Mutu Penddidikan

Berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan di madrasah, maka

diperlukan standar mutu yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam menilai

out put pendidikan di madrasah sehingga setiap tahunnya mutu/kualitas yang

diinginkan dapat tercapai sesuai dengan rencana.

1. Standar mutu pendidikan.

Standar mutu merupakan patokan untuk mengukur keberhasilan proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan adanya standar mutu

diharapkan agar madrasah mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang

tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman-pengalaman masa

lalu yang dianggap efektif dan menggunakan tori-tori yang terbukti mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran untuk menghasilkan output yang

bermutu dan berkualitas.

Berkaitan dengan mutu output madrasah, dikatakan bermutu tinggi jika

prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi, baik itu berhubungan

dengan prestasi akademik maupun non-akademik.

Berdasarkan dari hasil observasi dan dokumentasi, MIN Malang 2

memiliki standar mutu (output) yang dijadikan sebagai pedoman dalam

proses pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan. Walaupun sebenarnya

pemerintah sendiri tidak memberikan patokan nilai yang secara mutlak harus

dilaksanakan oleh madrasah. Dalam bidang akademik pada mata pelajaran

yang di UASBNkan (Sains, Matematika dan Bahasa Indonesia) MIN


Malang 2 mengikuti standar yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat sebab

bagaimanapun juga kualitas madrasah juga ditentukan oleh mutu outputnya.

Sedangkan untuk mata pelajaran non UASBN MIN Malang 2

mempunyai target agar siswa tidak mendapat nilai rendah yaitu 5 kebawah.

Walapun demikian untuk menentukan kelulusan madrasah tidak secara

mutlak berdasar atas nilai akhir akan tetapi juga melihat nilai proses yaitu

bagaimana anak mengikuti pendidikan selama di madrasah diantaranya

seperti kesungguhan, sopan santun, kedisiplinan dan sebagainya. Kemudian

mengenai standar mutu untuk bidang non akademik, madarasah melihat

prestasi ekstra yang dicapai siswa.68

2. Program peningkatan mutu pendidikan.

Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di MIN Malang 2,

madrasah telah membuat program-program yang menunjang proses

pembelajaran demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.. Dengan

program-program ini diharapkan mutu pendidikan di MIN Malang 2

semakin meningkat dan dapat bersaing dengan madrasah lainnya.

Sehubungan dengan hal ini, MIN Malang 2 mempunyai program

peningkatan mutu sumber daya madrasahnya, terutama guru atau pendidik.

Sebab guru adalah salah satu faktor penentu dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan, karena gurulah yang merupakan penggerak utama dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran, diantaranya melalui KKG (kelompok

kerja guru), mengikutkan guru dalam seminar, diklat atau pelatihan serta

68
Data Observasi dan Dokumentasi Madrasah ( Senin, 14 Desember 2009, Pukul 10.00 WIB)
pengadaan diskusi rutin antar guru di madrasah setiap hari sabtu. Kegiatan-

kegiatan ini diharapkan dapat menunjang dan menambah wawasan guru agar

dapat lebih profesional.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, program-program madrasah yang

mendukung tercapainya mutu pendidikan yang berkualitas di MIN Malang 2

adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan sarana dan prasarana (teknologi)

Untuk peningkatan teknologi, MIN Malang 2 melakukan terobosan

dengan melengkapi sarana dan prasarana yang ada seperti laboratorium

IPA, bahasa, perpustakaan, memiliki alat peraga dan praktek, media

pembelajaran(OHP,LCD, TV, Tape, Radio dan komputer) serta

tersedianya jaringan internet. Sedangkan dalam hal sistem pembelajaran

MIN Malang 2 telah membuka peluang dan terus melakukan inovasi,

khususnya dalam bidang pembelajaran. Inovasi dibidang pembelajaran

ini dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang disesuaikan

dengan sistem pembelajaran modern yaitu PAIKEM, AL (active

learning), CTL, dan sebagainya.

2. Bimbingan belajar

Kegiatan ini difokuskan pada kelas 4,5 dan 6 pada mata pelajaran

yang di UASBNkan(Sains, Matematika, Bahasa Indonesia) serta Bahasa

Inggris dan IPS. Bimbingan belajar ini dilaksanakan pada pagi hari

sebelum pelajaran dimulai yaitu pada pukul 06.00-07.00 WIB.


3. Kelas intensif dan Try out

Kelas intensif dikhususkan untuk kelas 6 sebagai persiapan untuk

menghadapi UASBN yang dilaksanakan pada semester 2 yaitu pada sore

hari setelah pembelajaran selesai selama 3-4 bulan pada mata pelajaran

Sains, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Sedangkan try out

dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa dalam

menghadapi ujian baik itu melalui jalur mandiri maupun koordinasi

dengan Diknas/Depag.

4. Kegiatan keagamaan

Dengan predikat madrasah yang bercirikan Islam MIN Malang 2

mempunyai kegiatan keagamaan yang dapat menumbuhkan rasa

keimanan dan keteladanan siswa untuk mendalami agama Islam.

Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Pembiasaan membaca doa atau surat-surat pendek dan tadarus Al-

Quran setiap pagi sebelum pembelajaran di mulai.

b. Kegiatan sholat jumat dan sholat dhuhur berjamaah, tujuannya

adalah untuk melatih siswa agar terbiasa melakukan sholat

berjamaah.

c. Sholat dhuha bersama yang dilakukan setiap hari, dengan kegiatan

ini diharapkan siswa terbiasa dalam melaksanakan sholat sunah.69

69
Observasi (September – Oktober 2009)
Disamping program-program diatas MIN Malang 2 juga

mengembangkan program-program yang ada seperti program strategis dan

kegiatan ekstrakurikuler yang bersumber dari data dokumentasi:

a. Program Strategis

1. Bidang akademik

a. Meningkatkan rerata nilai UPM/UASBN

b. Meningkatkan peringkat kejuaraan lomba mapel.

2. Bidang non akademik

a. Meningkatkan perolehan kejuaraan dalam bidang olahraga pada

porseni MI baik ditingkat kota maupun tingkat provinsi.

b. Meningkatkan perolehan kejuaraan dalam bidang seni porseni MI

baik di tingkat kota maupun tingkat provinsi.

3. Bidang prasarana, sarana dan media pembelajaran

a. Memenuhi perangkat pembelajaran.

b. Menyempurnakan KTSP.

c. Memenuhi kebutuhan jaringan internet.

d. Memenuhi kebutuhan laptop untuk waka.

e. Meningkatkan ketersediaan laboratorium komputer yang

representatif.

f. Memenuhi kebutuhan komputer untuk kerja guru.

g. Memenuhi kebutuhan musholla yang representatif.

h. Meningkatkan ketersediaan ruang perpustakaan yang representatif.

i. Memenuhi kelengkapan laboratorium bahasa.


j. Memenuhi kebutuhan laboratotium IPA.

k. Meningkatkan penghijauan dan taman sekolah.

l. Memenuhi kebutuhan green house untuk laboratirium biologi.

4. Bidang pendidik dan tenaga kependidikan.

a. Meningkatkan kualifikasi guru.

b. Meningkatkan penguasaan guru terhadap metode pembelajaran

terkini.

c. Menerapkan kemampuan guru dalam penerapan bilingual.

d. Meningkatkan profesionalisme tenaga TU.

5. Bidang manajemen

a. Peningkatan pelaksanaan jadwal kegiatan sesuai jadwal.

b. Peningkatan pengelolaan keuangan yang akuntabel.

c. Peningkatan pelayanan kepada stakeholder utamanya penggunaan

jasa pendidikan.

d. Peningkatan promosi madrasah melalui mas media.

6. Bidang pembiayaan pendidikan

a. Meningkatkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan.

b. Meningkatkan pengendalian penggunaan pembiayaan sesuai rencana

kerja.

b. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pramuka

2. Tiwisada

3. Olah Raga Prestasi


4. Seni Tari

5. Seni Angklung

6. Kulintang

7. Seni Musik Kolaborasi

8. Paduan Suara

9. Drumband

10. Seni Lukis

11. Beladiri.70

c. Implementasi Monitoring dan Evaluasi MPMBM

Monitoring merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui apakah

program madrasah berjalan sebagaimana yang direncanakan, apa hambatan

yang terjadi, dan bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut. Sedangkan

evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui apakah

program madrasah dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hasil dari

monitoring dan evaluasi tersebut dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

mengambil keputusan terhadap eksistensi program.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dapat diketahui bahwa MIN

Malang 2 sudah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program

yang dilaksanakan secara berkesinambungan, hal ini senada dengan apa yang

disampaikan oleh kepala madrasah kepada peneliti, berikut hasil

wawancaranya:

Pelaksanaan monitoring dilakukan dua bulan sekali yang diikuti oleh


semua staf madrasah bersama dengan komite sedangkan evaluasinya

70
Dokumentasi Madrasah (Diambil Senin, 07 Desember 2009, Pukul 10.00 WIB)
dilaksanakan enam bulan sekali atau persemester. Disamping itu secara
mendadak biasanya saya melaksanakan monitoring terhadap kinerja guru
untuk mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Dalam hal ini saya selaku
kepala madrasah juga mengadakan rapat khusus perbidang wakamad
untuk mengetahui pencapaian program dan hambatan-hambatan apa yang
dihadapi, kemudian barulah diadakan rapat pleno untuk dicarikan saran,
masukan maupun solusi pemecahannya sehingga program-program yang
telah disusun dapat tercapai sesuai rencana.71

Adapun Jadwal monitoring dan evaluasi yang berasal dari data

dokumentasi adalah sebagai berikut:72

TABEL 4.1
JADWAL MONITORING DAN EVALUASI
No Kegiatan Bulan
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
1 Monitoring V V V V
2 Evaluasi V V

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan observasi di

madrasah, kepala madrasah memang selalu berada di madrasah dan jika tidak

ada kesibukan kepala madrasah selalu menyempatkan diri untuk mengontrol

atau berkeliling keseluruh kelas untuk mengantisipasi adanya kelas yang

kosong. Dengan demikian KBM di madrasah dapat berjalan dengan baik dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan rencana.73

71
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 14 Desember 2009, Pukul 07.00-08.00
WIB)
72
Dokumentasi Madrasah (Diambil Senin, 07 September 2009, Pukul 10.00 WIB)
73
Observasi (September – Oktober 2009)
2. Strategi yang digunakan Madrasah dalam Implementasi Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM) di MIN Malang 2.

Dalam pelaksanaan MPMBM menerapkan pendekatan “indiograpik”

(membolehkan adanya keberbagian dalam melaksanakan MPMBM) dan bukan

lagi menggunakan pendekatan “nomonetik” (cara melaksanakan MPMBM yang

cenderung seragam umtuk semua madrasah). Oleh karena itu dalam arti yang

sebenarnya, tidak ada satu resep pelaksanaan MPMBM yang sama untuk

diperlakukan kesemua madrasah. Madrasah berhak untuk menentukan program-

program pendidikan. Program-program yang telah disusun memerlukan suatu

strategi dalam pelaksanaannya dengan melihat hasil analisis yang sudah

dilakukan oleh madrasah.

Berkaitan dengan hal tersebut berikut hasil wawancara peneliti dengan

kepala madrasah:

Strategi madrasah dalam implementasi MPMBM adalah dengan menyusun


tonggok-tonggok keberhasilan selama 5 tahun dengan menentukan target-
target apa saja yang hendak dicapai dalam tahun pertama, kedua dan
seterusnya. Dan nantinya tonggak-tonggak tersebut yang dijadikan sebagai
ukuran keberhasilan dari pelaksanaan program peningkatan mutu. Di
samping itu sebelum pelaksanaan MPMBM dilaksanakan program
perintisan dengan mengefektifkan peran komite madrasah, memperkuat dan
memperkokoh kedudukannya sehingga komite benar-benar dalam posisi
yang independen dalam arti bersifat netral tidak cenderung mengikuti
kehendak wali murid dan begitu sebaliknya madrasah. Setelah itu, barulah
disusun program-program madrasah sehingga antara madrasah dan komite
selalu mengadakan kerjasama yang baik dalam hal peningkatan mutu
pendidikan.74

74
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
Lebih lanjut kepala madrasah menjelaskan:

Dalam strateginya saya laksanakan dengan perombakan organisasi dengan


tidak melaksanakan single power tetapi power sharing (pembagian
kekuasaan), yaitu membagi tugas, wewenang dan pendelegasian
tanggungjawab yang diwujudkan dalam bentuk struktur organisasi madrasah
seperti wakamad yang mempunyai tugas dan peran masing-masing serta
adanya jalinan kerjasama yang baik dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan di madrasah.75

Selanjutnya wakamad kurikulum menambahkan:

Untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah menerapkan kurikulum


standar yang telah ditentukan secara nasional yaitu kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), akan tetapi berkenaan dengan pelaksanaan otonomi
daerah madrasah mengembangkan kurikulum tersebut diantaranya mengenai
standar materi/isi maupun standar proses. Madrasah berusaha menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dengan melibatkan semua indra dan
lapisan otak (kognitif, afektif dan psikomotorik). Disamping itu kita juga
mengoptimalkan sumber daya manusia terutama pendidiknya dengan
mengadakan diskusi setiap hari sabtu, mengikutkan dalam seminar,
pelatihan, KKG maupun program penyetaraan ke S1.76

Kemudian berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi dapat peneliti

ketahui bahwa dalam strateginya madrasah juga melengkapi sarana dan

prasarana pendidikan yang menunjang pembelajaran, pengadaan bimbingan

belajar pada pagi dan sore hari, try out bagi kelas 6, pemberian motivasi kepada

siswa dalam kegiatan mental training(pertemuan dengan wali murid) dan great

dream motivation training (memberikan pelatihan kepada siswa cara belajar

yang baik ), pembiasaan kegiatan keagamaan di madrasah serta melaksanakan

sosialisasi program-program madrasah melalui internet, koran, spanduk serta

radio.77

75
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
76
Hasil Wawancara dengan Wakamad Kurikulum (Senin, 07 September 2009, Pukul 09.00-
09.30 WIB)
77
Observasi dan Dokumentasi Madrasah (September – Oktober 2009)
Disamping strategi diatas berikut peneliti cantumkan strategi pencapaian

dalam manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah di MIN Malang 2 yang

bersumber dari dokumen madrasah, berikut strategi pencapaiannya:78

TABEL 4.2
STRATEGI PENCAPAIAN TAHUN 2006/2007-2010/2011
No. Kondisi saat ini Kondisi yang Strategi pencapaian
diharapkan
A. PRESTASI SEKOLAH DAN LULUSAN

1. PRESTASI AKADEMIK

a. Rerata Rerata UPM/UAN Melaksanakan pembelajaran


UPM/UAN perdana diatas yang maksimal dengan multi
38,42 dan 42,00 dan UAM strategi dan multi pendekatan
UAM 32,15 diatas 37,00 dan metode yang bervariasi.
Melaksanakan remidi,
pengayaan, dan pelajaran
tambahan.
b. Lomba Lomba Mapel Mengadakan pembinaan maple
Mapel peringkat Kota. yang dilombakan secara
peringkat Meraih juara 1 intensif terhadap beberapa
Kecamatan sejumlah 2 bidang siswa yang memiliki potensi di
meraih juara studi masing-masing bidang.
1 sejumlah 2
bidang studi
2. PRESTASI NON-AKADEMIK

a. Meraih juara Meraih juara 1 Mengembangkan bakat dan


1 porseni MI porseni MI Tingkat minat siswa dalam bidang
Tingkat Kota provinsi Jawa olahraga melalui kegiatan
Malang Timur sebanyak 3 ekstrakurikuler.
sebanyak 4 kejuaraan dalam Memberikan latihan khusus
kejuaraan bidang olah raga bagi siswa-siswa berbakat
dalam bidang dalam bidang olahraga secara
olah raga intensif dan berkelanjutan.
b. Meraih juara Meraih juara 1 Mengembangkan bakat dan
1 porseni MI porseni MI Tingkat dan minat siswa dalam bidang
Tingkat Kota provinsi Jawa seni melalui kegiatan
Malang Timur sebanyak 3 ekstrakurikuler.
sebanyak 4 kejuaraan dalam Memberikan latihan khusus
kejuaraan bidang seni bagi siswa-siswa berbakat

78
Dokumentasi Madrasah (Diambil Senin, 07 Desember 2009, Pukul 10.00 WIB)
dalam bidang dalam bidang seni secara
seni intensif dan berkelanjutan.

C. Dampak Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Madrasah (MPMBM) di MIN Malang 2.

Dalam penelitian ini ada beberapa dampak yang peneliti bahas berkenaan

dengan implementasi MPMBM yaitu dampak terhadap prestasi belajar siswa,

dampak terhadap minat masyarakat dan dampak MPMBM dengan kebanggaan

guru terhadap madrasah.

1. Dampak MPMBM terhadap prestasi belajar siswa di MIN Malang 2.

MIN Malang 2 sebagai salah satu madrasah yang menerapkan MPMBM

mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi

peserta didiknya. Semua stakeholder madrasah memiliki komitmen dan

motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu madrasah secara optimal.

Dengan MPMBM madrasah memiliki kewenangan (kemandirian) lebih besar

dalam mengelola madrasahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu,

menyusun rencana peningkatan mutu dan melaksanakan evaluasi pelaksanaan

peningkatan mutu), memiliki fleksibilitas pengelolaan sumber daya madrasah

dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari kelompok-kelompok yang

berkepentingan dengan madrasah.

Dengan esensi MPMBM tersebut, sebagai upaya untuk meningkatkan

mutu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MIN

Malang 2. Oleh karena itu sejak tahun 2006 MIN Malang 2 mulai

menerapkan MPMBM sebagai terobosan dalam manajemen pendidikan, dan

dengan diterapkannya manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah


berdampak pada peningkatan prestasi siswa baik ditinjau dari segi akademik

maupun non-akademik.

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Madrasah:

Dengan diterapkannya manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah


(MPMBM), alhamdulillah prestasi siswa dapat meningkat baik akademik
maupun non-akademik. Hal ini disebabkan di samping madrasah memiliki
kemandirian dalam menentukan kebijakan dan lingkungan madrasah yang
aman dan tertib, madrasah juga dikelola dengan manajemen yang solid dan
terbuka.79

Hal senada juga disampaikan oleh Waka Kurikulum, berikut


penuturannya:

Dengan adanya manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah


(MPMBM), prestasi belajar siswa meningkat baik akademik maupun non-
akademik. Hal ini diantaranya dipengaruhi oleh motivasi yang ditunjukkan
guru dalam proses belajar mengajar disertai dengan penggunaan metode
yang bervariasi, dengan demikian PBM bukan sekedar menekankan pada
penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan melainkan lebih pada
internalisasi materi sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi
untuk belajar. 80

Demikian juga apa yang diungkapkan Waka Kesiswaan, berikut hasil

wawancaranya:

Dengan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM),


prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini lebih disebabkan
beberapa variabel, yaitu perubahan kurikulum ke KTSP, kepemimpinan
kepala madrasah yang kuat dan demokratis, pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif serta sarana dan prasarana yang semakin lengkap
dan menunjang proses pembelajaran.81

Disamping itu berdasarkan dari hasil dakumentasi dan observasi

menunjukkan bahwa dalam peningkatan prestasi terdapat beberapa hal yang

79
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
80
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum (Selasa, 08 September 2009, Pukul 09.00-09.30
WIB)
81
Hasil wawancara dengan Waka Kesiswaan (Selasa, 08 September 2009, Pukul 08.30-09.00
WIB)
mempengaruhi yaitu madrasah mempunyai visi, misi, tujuan dan sasaran mutu

yang jelas yang dijadikan sebagai acuan/pedoman dalam pelaksanaan

peningkatan mutu. Disisi lain dari segi sumber dayanya, madrasah memiliki

sumber daya yang cukup dan memadai baik dari gurunya yang rata-rata sudah

S1 maupun sarana dan prasarananya seperti laboratorium, media/alat peraga,

gedung madrasah yang nyaman, perpustakaan, mushalla dan sebagainya yang

sangat menunjang proses belajar mengajar (PBM). Dengan demikian

madrasah mempunyai harapan yang tinggi dalam meningkatkan prestasi

peserta didiknya baik akademik maupun non akademik.82

Untuk mendukung kevalidan pernyataan diatas, peneliti sertakan data

peningkatan prestasi akademik maupun non-akademik yang dicapai MIN

Malang 2 berkaitan dengan pelaksanaan MPMBM (mulai tahun 2006) yang

bersumber dari dokumen madrasah, antara lain adalah sebagai berikut:

TABEL 4.3
PRESTASI AKADEMIK
No Rata-rata Nilai Kelas UAM UPM

1. Tahun 2005/2006 33,74 37,19

2. Tahun 2006/2007 36,56 40,02

Keterangan:
UPM : Ujian Pengendali Mutu (PKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, IPS).
UAM : Ujian Akhir Madrasah (Al-Quran Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, SKI,
Bahasa Arab).

No Rata-rata Nilai Kelas UASBN UPM UAM

1. Tahun 2007/2008 24,42 28,95 36,03

82
Dokumentasi Madrasah dan Observasi (September - Oktober 2009)
2. Tahun 2007/2009 25,49 29,38 38,34

Keterangan:
UASBN : Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (Bahasa Indonesia,
Matematika, Sains)
UPM : Ujian Pengendali Mutu (PKN, Bahasa Inggris, IPS).
UAM : Ujian Akhir Madrasah (Al-Quran Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih,
SKI, Bahasa Arab).

Sedangkan data prestasi akademik maupun nonakademik yang lain adalah

sebagai berikut:

o Juara I LLSS Tingkat MI Tahun 1990.


o Juara II Lomba Qasidah Tahun 1992.
o Juara I Losiga III Tahun 2002.
o Juara I Lomba Bidang studi MAT Tahun 2002.
o Juara I Lomba Bidang studi IPA tahun 2002.
o Juara III Lomba Pidato Bahasa Inggris Tahun 2003.
o Juara I Lomba Mental Aritmetika Tahun 2003.
o Juara I Akademi Fantasi Anak Bidang Lukis Tahun 2004.
o Juara I Samroh Tingkat Kota Malang 2005.
o Juara I Pidato Bahasa Inggris Porseni MI Tingkat Kota 2006.
o Juara I Tennes Meja Porseni MI Tingkat Kota 2006.
o Juara I Lari Sprint Porseni MI Tingkat Kota 2006.
o Juara I Catur Porseni MI Tingkat Kota 2006.
o Juara II Pildacil se Malang Raya 2006.
o Juara II Lomba Pidato Bahasa Inggris Siswa Berprestasi 2006.
o SD/MI Tingkat Kota Malang 2006.
o Juara I Bulu Tangkis Tunggal Putra Porseni MI Tingkat Kecamatan 2008.
o Juara II Bulu Tangkis Tunggal Putra Porseni MI Tingkat Kota Malang
2008.
o Juara I Tenis Meja Tunggal Putra Porseni MI Tingkat Kecamatan Malang
2008.
o Juara I Tenis Meja Tunggal Putra Porseni MI Tingkat Kota Malang 2008.
o Juara I Tenis Meja Ganda Putra Porseni MI Tingkat Kecamatan Malang
2008.
o Juara I Tenis Meja Ganda Putra Porseni MI Tingkat Kecamatan Malang
2008.
o Juara I Tenis Meja Tunggal Putri Porseni MI Tingkat Kecamatan Malang
2008.
o Juara I Tenis Meja Tungga Putri Porseni MI Tingkat Kota Malang 2008.
o Finalis Lomba Matematika Pasiad Kota Malang 2009.
o Finalis Lomba Matematika Pasiad Kota Malang 2009.
o Juara III Cerdas Cermat Islam seMalang Raya 2009.
o Juara II Tri Out Kota Malang 2009.
o Juara III Tri Out Kota Malang 2009.
o Juara I Pidato B.Inggris Gugus 2 Tahun 2009.
o Juara I Pidato B.Arab Gugus 2 Tahun 2009.
o Juara I Seni Musik Gugus 2 Tahun 2009.
o Juara II Mendongeng Gugus 2 Tahun 2009.
o Juara II Cipta Baca Puisi Gugus 2 Tahun 2009.
o Juara II Ketrampilan Gugus 2 Tahun 2009.
o Juara II Siswa Kreatif Gugus 2 Tahun 2009.
o Juara II Komputer Gugus 2 Tahun 2009.83

Untuk lebih lengkapnya mengenai data prestasi akademik dan non

akademik MIN Malang 2 dapat dilihat pada lampiran 5.

MIN Malang 2 sebagai salah satu madrasah yang menerapkan MPMBM

mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi

peserta didiknya. Semua stakeholders madrasah memiliki komitmen dan

motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu madrasah secara optimal.

Proses belajar mengajar yang efektif dengan lebih menekankan pada

internalisasi materi, sumber daya yang cukup dan memadai, kepemimpinan

kepala madrasah yang kuat dan demokratis maupun pengelolaan tenaga

pendidikan yang efektif tentu saja akan berdampak positip bagi peningkatan

mutu pendidikan. Disamping itu faktor lain yang ikut menentukan adalah

lingkungan madrasah yang nyaman serta motivasi siswa yang tinggi juga

berperan besar dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Kepala Madrasah, berikut

penuturannya:

83
Dokumentasi Madrasah ( Diambil Selasa, 6 Nopember 2009, Pukul 09.30 WIB)
Berkaitan dengan peningkatan prestasi siswa di MIN Malang 2 tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu guru, siswa, alat maupun faktor
lingkungan/masyarkat. Dengan terpenuhinya faktor-faktor tersebut tentunya
akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu atau kualitas pendidikan di
MIN Malang 2.84

Hal senada juga diungkapkan oleh Waka Kurikulum, berikut hasil

wawancaranya:

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di MIN Malang 2, ada beberapa


faktor yang mempengaruhi yaitu faktor guru, alat, lingkungan maupun
faktor siswa sendiri. Faktor-faktor tersebut tentunya saling berkaitan dan
harus diperhatikan demi tercapainya mutu pendidikan yang telah
direncanakan.85

Demikian juga apa yang diungkapkan oleh Waka Kesiswaan, beliau

menuturkan:

“Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya


adalah faktor guru, siswa dan lembaga/madrasah. Faktor-faktor tersebut
mempunyai andil besar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MIN
Malang 2”.86

Disamping itu, melalui metode observasi dapat peneliti ketahui bahwa

situasi ataupun lingkungan MIN Malang 2 memang sangat mendukung dalam

proses pembelajaran, selain lingkungan fisik yang aman, nyaman dan asri

dalan PBM, orang tua siswa juga proaktif dan tergabung dalam komite

sekolah, ikut serta dalam memberi pertimbangan dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan, mendukung serta mengontrol

penyelenggaraan pendidikan dintaranya dalam bentuk penggalangan dana

untuk pemenuhan sarana dan prasarana, serta pelaksanaan monitoring dengan

84
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
85
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum (Selasa, 08 September 2009, Pukul 09.00-09.30
WIB)
86
Hasil Wawancara dengan Waka Kesiswaan (Rabu, 08 September 2009, Pukul 09.00-09.30
WIB)
mengadakan pertemuan dengan pihak madrasah sehubungan dengan

pelaksanaan pembelajaran.

Dari sisi guru, dewan guru MIN Malang 2 cukup berkompeten dalam

melaksanakan proses pengajaran. Hal ini peneliti ketahui ketika melakukan

observasi pelaksanaan pembelajaran dibeberapa kelas dimana guru MIN

Malang 2 terlihat kreatif dan inovatif dalam PBM sehingga siswa tertarik dan

antusias dalam belajar, misalnya penggunaan media kartu bergambar dalam

pembelajaran kosa kata bahasa arab untuk kelas 3, identifikasi bagian-bagian

bunga pada mata pelajaran Sains untuk kelas 5 dengan media bunga yang

sebenarnya, Disamping itu juga ditanamkan sikap pembiasaan dalam hidup

sehari-hari sebagai bagian dari internalisasi materi seperti halnya mengucap

salam, hormat kepada guru dan orang tua, berperilaku hidup bersih dengan

membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya.

Kemudian dilihat dari alat/sarana dan prasarananya MIN Malang 2

termasuk madrasah yang tercukupi akan kelengkapan sarana dan prasarana.

Alat tersebut sangat menunjang dalam PBM, sebab faktor alat ini tidak

terlepas dalam proses pembelajaran seperti penggunaan perpustakaan, lab.

Bahasa, IPA komputer, LCD dan lain sebagainya.

Sedangkan berdasarkan pengamatan penulis ketika mengadakan penelitian

di MIN Malang 2, siswa-siswi madrasah terlihat bersemangat dan antusias

dalam PBM hal ini dapat diketahui dari keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran seperti dalam hal kegiatan tanya jawab, pengerjaan tugas tepat

waktu, keberanian untuk maju didepan kelas, disiplin masuk sekolah dan
sebagainya. Faktor-faktor diatas tentunya sangat menunjang keberahasilan

MPMBM di MIN Malang 2.87

2. Dampak MPMBM dengan Minat Masyarakat terhadap MIN Malang 2.

Salah satu esensi dari MPMBM adalah adanya partisipasi masyarakat

untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam

pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM),

MIN Malang 2 selalu mengikutsertakan peran komite madrasah yang diantara

anggotanya terdiri dari orang tua murid dan masyarakat dalam setiap

perencanaan, penyusunan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

program-program peningkatan mutu yang hendak dilaksanakan di madrasah.

Oleh sebab itu, antara madrasah dan masyarakat mempunyai jalinan

kerjasama yang erat berkaitan dengan usaha-usaha peningkatan mutu

pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sehingga

dampaknya minat masyarakat terhadap MIN Malang 2 semakin meningkat,

hal ini dibuktikan dengan jumlah calon siswa MIN Malang 2 yang mengalami

peningkatan semenjak diterapkannya MPMBM dibandingkan dengan sebelum

diterapkannya MPMBM.

Hal ditas tentunya dilandasi oleh kenyataan bahwa, jika seseorang

dilibatkan (berpartisipasi) dalam penyelenggaraan pendidikan, maka yang

bersangkutan akan mempunyai rasa memiliki terhadap madrasah sehingga

yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dan berdedikasi sepenuhnya

dalam mencapai tujuan madrasah dan dalam hal ini tentunya minat masyarakat

87
Observasi (September – Oktober 2009)
untuk menyekolahkan anaknya juga semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap madrasah.

Berhubungan dengan hal diatas, berikut hasil wawancara peneliti dengan

Kepala Madrasah:

Alhamdulillah dampak manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah


(MPMBM) berkenaan dengan minat masyarakat terhadap madrasah semakin
baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah calon siswa yang masuk
ke MIN Malang 2 semenjak diterapkannya MPMBM semakin meningkat
jika dibandingkan dengan sebelum implementasi MPMBM, sehingga perlu
diadakan seleksi ketat sebagai konsekuensi atas meningkatnya
ranking/kepercayaan masyarakat terhadap madrasah.88

Hal senada juga diungkapkan Waka Kesiswaan, berikut penuturannya:

“Dengan diterapkannya manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah


(MPMBM), minat masyarakat terhadap MIN Malang 2 semakin meningkat
sehingga perlu diadakan seleksi sebagai upaya untuk mendapatkan input
yang berkualitas”.89

Demikian pula apa yang disampaikan oleh Waka Humas, berikut

penjelasannya:

“Dengan diterapkannya MPMBM, animo masyarakat terhadap madrasah


semakin meningkat hal ini terbukti dengan semakin banyaknya orangtua
siswa yang mendaftarkan anaknya ke MIN Malang 2. Oleh karena itu harus
diadakan seleksi bagi calon siswa yang masuk”.90

Kemudian berdasarkan dari data dokumentasi dapat diketahui bahwa

seleksi terhadap jumlah calon siswa yang masuk dilaksanakan madrasah untuk

menyaring siswa yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk menjadi

siswa MIN Malang 2. Dalam hal ini madrasah melaksanakan seleksi dengan

menilai 3 aspek yaitu:

88
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
89
Hasil Wawancara dengan Waka Kesiswaan (Selasa, 08 September 2009, Pukul 09.00-09.30
WIB)
90
Hasil Wawancara dengan Waka Humas (Kamis, 10 September 2009, Pukul 08.00-08.30 WIB)
a. Aspek kemampuan skolastik

Aspek ini meliputi baca, tulis, dan hitung permulaan dengan tujuan

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang tersebut sebagai modal

dasar yang harus dimiliki siswa MIN Malang 2. Aspek kemampuan

skolastik ini menempati prosentase 70%.

b. Aspek agama

Aspek ini menekankan pada kemampuan calon siswa dalam hal membaca

huruf Al-Quran permulaan seperti perkenalan huruf hijaiyah, iqro’ dan

bacaan doa sehari-hari. Aspek agama menempati prosentase 20%.

c. Aspek kemandirian

Aspek ini dilakukan dalam bentuk wawancara dengan calon siswa

dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan anak dalam mengikuti pendidikan

dijenjang yang lebih tinggi seperti wawancara yang berhubungan dengan

kemandirian anak dalam pembelajaran. Aspek kemandirian ini menempati

prosentase 10%.91

Untuk mensukseskan penyelenggaraan MPMBM tentunya diperlukan

usaha untuk memperkenalkan program-program peningkatan mutu kepada

khalayak, langkah ini ditempuh MIN Malang 2 untuk mempromosikan

maupun memperkenalkan program-program pendidikan di madrasah kepada

masyarakat luas. Usaha-usaha promosi tersebut selain melalui komite juga

dilaksanakan melalui manajemen hubungan masyarakat (humas) lewat media-

media yang mudah untuk dilihat, didengar maupun dibaca masyarakat umum

91
Dokumentasi Madrasah ( Diambil Selasa, 6 Nopember 2009, Pukul 09.30 WIB)
yaitu melalalui radio, spanduk, koran maupun internet. Sehingga dengan cara

yang demikian MIN Malang 2 semakin dikenal masyarakat dan minat

masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat, bahkan calon murid yang

masuk lebih didominasi masyarakat di luar Kemantren.

Berikut hasil wawancara dengan Kepala Madrasah

Sebagai salah satu bentuk transparansi dan upaya memperkenalkan program-


program peningkatan mutu kepada masyarakat selain melalui komite,
madrasah juga membentuk humas yang salah satu tugasnya adalah
membantu kepala madrasah menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-
pihak yang berkepentingan disamping melaksanakan promosi lewat radio,
koran, spanduk maupun internet sehingga dampaknya masyarakat yang
mendaftarkan anaknya ke madrasah semakin meningkat bahkan lebih
didominasi oleh warga di luar Kemantren.92

Hal senada juga disampaikan Waka Humas, berikut penjelasannya:

Untuk memperkenalkan program-program peningkatan mutu kepada


masyarakat, madrasah bekerjasama dengan radio maupun koran untuk
mengekspos kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di MIN Malang 2. Di
samping itu cara lain yang ditempuh adalah memperkenalkan program
madrasah melalui website di internet sehingga masyarakat dapat mengetahui
secara lebih intens (mendalam) eksistensi MIN Malang 2. Dengan berbagai
usaha tersebut minat masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat.93

Di samping itu, melalui metode observasi dan dokumentasi dapat peneliti

ketahui bahwa ada beberapa variabel yang mempunyai peranan dalam

menimbulkan citra yang baik bagi madrasah sehingga minat masyarakat

semakin meningkat , variabel-variabel itu adalah sebagai berikut:

a. Gedung

92
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah (Senin, 07 September 2009, Pukul 08.00-09.00
WIB)
93
Hasil Wawancara dengan Waka Humas (Kamis, 10 September 2009, Pukul 08.00-08.30 WIB)
MIN Malang 2 mempunyai gedung yang rapi, indah, dan memiliki

fasilitas belajar yang memadai, sehingga menimbulkan kesan bahwa

madrasah yang bersangkutan adalah bonafid dan menjanjikan layanan

pendidikan yang bermutu.

b. Guru

Dari sisi guru atau tenaga kependidikan, MIN Malang 2 memiliki guru

yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi yang sebagian besar sudah

mempunyai gelar S1 dan sesuai dengan bidang yang diajarkan sehingga

memberi kesan bahwa mutu layanan pendidikan di madrasah bagus atau

berkualitas.

c. Mutu pendidikan agama

MIN Malang 2 memiliki program penjaminan mutu dalam hal

keagamaan diantara program itu adalah setelah keluar dari madrasah peserta

didik bisa menjadi imam sholat terawih. Hal ini berarti bacaan, hafalan dan

gerakan sholat betul-betul diperhatikan dan siswa dapat menguasainya

dengan baik.94

Dengan pelaksanaan MPMBM yang efektif dan efisien minat masyarakat

terhadap madrasah semakin luas dan meningkat. Masyarakat merasa bangga

dengan program-program peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di MIN

Malang 2 sehingga warga masyarakat yang ingin menyekolahkan

putra/putrinya ke MIN Malang 2 semakin banyak jumlahnya.

Berikut penuturan Ibu Suhartini wali murid kelas 3A:

94
Observasi dan Dokumentasi ( September- Oktober 2009)
Sebenarnya dari dulu saya mempunyai keinginan untuk menyekolahkan
anak saya ke MIN Malang 2, karena dari tahun ke tahun kualitas pendidikan
di madrasah ini semakin baik dan meningkat dan akhirnya beberapa tahun
yang lalu saya bisa menyekolahkan anak saya ke MIN Malang 2 dengan
menempuh seleksi.95

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Suparno wali murid kelas 3,

berikut penuturannnya:

“Saya bangga dengan keberadaan MIN Malang 2, sebab madrasah ini bagus
dan kualitas pendidikannya juga unggul sehingga saya mendaftarkan anak
saya ke madrasah ini dan Alhamdulillah diterima”.96

Demikian pula apa yang disampaikan Bapak Samsul warga sekitar MIN

Malang 2, berikut pernyataannya:

Sebagai warga masyarakat tentunya saya bangga dengan MIN Malang 2,


sebab berdasarkan pengamatan saya mutu pendidikan di madrasah ini
semakin meningkat dan hal ini berpengaruh terhadap minat masyarakat
untuk mendaftarkan anaknya ke MIN Malang 2 sebagai dampak/hasil dari
program-program peningkatan mutu yang telah dilaksanakan.97

Untuk memperkuat hasil penelitian ini berikut perbandingan jumlah calon

siswa yang masuk MIN Malang 2 yang bersumber dari dokumen madrasah,

yaitu sebelum dan sesudah penerapan MPMBM, sebagai bukti semakin

meningkatnya minat masyarakat terhadap madrasah yang ditunjukkan pada

tabel berikut ini:98

TABEL 4.4
JUMLAH CALON SISWA MIN MALANG 2

95
Hasil Wawancara dengan Ibu Suhartini (Kamis, 10 September 2009, Pukul 09.00 WIB)
96
Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno (Kamis, 10 September 2009, Pukul 09.15 WIB)
97
Hasil Wawancara dengan Bapak Samsul (Kamis, 10 September 2009, Pukul 10.00 WIB)
98
Dokumentasi Madrasah (Diambil Selasa , 6 Nopember 2009, Pukul 09.30 WIB)
NO TAHUN AJARAN JUMLAH PENDAFTAR
1. 2003/2004 30 calon siswa
2. 2004/2005 66 calon siswa
3. 2005/2006 84 calon siswa
4. 2006/2007* 117 calon siswa
5. 2007/2008 101 calon siswa
6. 2008/2009 111 calon siswa
7. 2009/2010 102 calon siswa
Ket. : * tahun diterapkan MPMBM
Tabel diatas menunjukkan bahwa sejak diterapkannya manajemen

peningkatan mutu berbasis madrasah yaitu pada tahun ajaran 2006/2007

jumlah calon siswa MIN Malang 2 yang masuk sejumlah 117 anak, naik

sekitar 4% dari tahun sebelumnya. Kemudian untuk tahun-tahun ajaran

berikutnya jumlah calon murid yang mendaftar rata-rata diatas 100 anak.

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan bahwa sosialisasi penerapan MPMBM

beserta program-program peningkatan mutu telah dilaksanakan sebelum tahun

ajaran 2006/2007, sebelum pelaksanaan MPMBM terlebih dahulu

dilaksanakan program perintisan yaitu pemberdayaan komite dan perombakan

organisasi madrasah pada tahun 2005/2006 dan pada tahun 2006/2007 disusun

renstra (rencana strategis) dan renop (rencana operasional) madrasah sebagai

pedoman dalam pelaksanaan peningkatan mutu.

3. Dampak MPMBM dengan Kebanggaan Guru terhadap MIN Malang 2.

Esensi MPMBM adalah adalah otonomi daerah, fleksibilitas dan

partisipasi unsur-unsur yang berkepentingan untuk mencapai sasaran mutu

madrasah. MPMBM yang diterapkan di MIN Malang 2 pada intinya bertujuan


untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memberdayakan semua sumber

daya yang ada baik manusia maupun non-manusia. Dengan pengelolaan

MPMBM yang semakin baik dan tercapainya program-program peningkatan

mutu yang telah direncanakan secara matang tentunya semakin meningkatkan

popularitas MIN Malang 2 sehingga semakin diminati dan dikenal masyarakat

luas.

Dengan diterapkannya MPMBM sudah barang tentu meningkatkan rasa

bangga guru terhadap madrasah. Disamping prestasi belajar siswa yang

semakin meningkat baik ditinjau dari segi akademik maupun non-akademik,

kemudian kinerja dan kerjasama dari seluruh stakeholder sekolah beserta

orang tua siswa dan masyarakat yang semakin baik dan kompak, maka

madrasah pun semakin dikenal masyarakat luas sehingga hal itulah yang

menjadikan dewan guru MIN Malang 2 bangga terhadap madrasah dengan

hasil yang dicapai dari penerapan MPMBM.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sulandra guru bahasa

Jawa:

Dengan adanya MPMBM secara pribadi saya bangga menjadi salah satu
bagian dari dewan guru MIN Malang 2, Sebab dengan MPMBM kenerja
guru di madrasah semakin baik dan bersemangat yang tentunya berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Disamping itu dengan MPMBM
penataan manajemen madrasah semakin baik yaitu pembagian jabatan dan
wewenang kepada dewan guru.99

Hal senada juga disampaikan Waka Kurikulum, berikut pernyataannya:

99
Hasil wawancara dengan Bapak Sulandra Guru Bahasa Jawa (Selasa, 08 September 2009,
Pukul 10.00 WIB)
“Dengan implementasi MPMBM saya bangga menjadi guru di MIN Malang
2, selain manajemen yang tertata dengan baik animo masyarakat semakin
meningkat dan madrasah semakin dikenal masyarakat luas. Hal ini tentunya
menjadi nilai positip dari pelaksanaan MPMBM”.100

Demikian pula penjelasan dari Waka Humas, beliau menuturkan:

Terus terang rasa bangga saya semakin meningkat terhadap madrasah


semenjak penerapan MPMBM di MIN Malang 2 yaitu pada tahun ajaran
2006/2007. Dengan MPMBM kerjasama madrasah dengan orang tua siswa,
masyarakat, mass media maupun lembaga-lembaga lainnya semakin baik,
yang pada dasarnya kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di MIN Malang 2 dan memperkenalkan program-program
unggulan di madrasah. Sehingga MIN Malang 2 semakin diminati
masyarakat luas.101

Pernyataan yang tidak jauh berbeda juga disampaikan Waka Kesiswaan,

berikut penjelasannya:

Dengan MPMBM saya semakin bangga dengan madrasah. Disamping iklim


madrasah yang nyaman dan menyenangkan, prestasi belajar siswa
meningkat, antusias masyarakat terhadap madrasah juga bertambah. Hal ini
juga didukung oleh berbagai unsur yang terkait dan berperan serta dalam
mensukseskan implementasi MPMBM.102

Untuk mendukung pernyataan diatas, dari hasil observasi dan dokumentasi

dapat peneliti ketahui bahwa manajemen di MIN Malang 2 tertata dengan

baik, hal ini tampak pada struktur organisasi yang terpampang di ruang guru.

Dengan adanya manajemen tersebut berarti kepala madrasah tidak

melaksanakan kekuasaannya sendiri akan tetapi membagi jabatan dan

wewenang dalam bentuk wakamad yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab masing-masing dalam mencapai tujuan bersama.

100
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum (Selasa, 08 September 2009, Pukul 09.00-09.30
WIB)
101
Hasil Wawancara dengan Waka Humas (Kamis, 10 September 2009, Pukul 08.00-08.30
WIB)
102
Hasil Wawancara dengan Waka Kesiswaan (Rabu, 08 September 2009, Pukul 09.00-09.30
WIB)
Disamping struktur organisasi, peneliti juga melihat struktur komite

madrasah. Komite madrasah berperan besar dalam memberikan

pertimbangan/masukan berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan.

Angggotanya terdiri dari perwakilan sekolah, orang tua siswa dan masyarakat.

Dengan dibentuknya komite madrasah kerjasama antara wali murid,

masyarakat dan madrasah semakin baik dan meningkat, hal ini tentunya

menjadi salah satu kunci keberhasilan implementasi MPMBM.

Disisi lain madrasah juga melakukan kerjasama/upaya-upaya untuk

memperkenalkan madrasah kepada masyarakat baik melalui komite maupun

humas seperti melalui spanduk, koran, radio serta internet. Dengan berbagai

upaya tersebut animo masyarakat terhadap madrasah mengalami peningkatan

dan hal ini dapat diketahui dari data dokumentasi perbandingan jumlah siswa

yang mendafatar sebelum dan sesudah pelaksanaan MPMBM.

Kemudian berdasar hasil observasi dan dokumentasi pula dapat diketahui

prestasi akademik dan non akademik MIN Malang 2 semakin meningkat

berkenaan dengan pelaksanaan MPMBM. Hal ini dapat dilihat dengan

banyaknya medali yang dipajang didepan ruang guru beserta data

dokumentasinya. Hal ini tentunya karena kinerja dari stakeholder madrasah

yang kompak dan bersungguh-sungguh dalam meningkatkan mutu pendidikan

sehingga dewan guru MIN Malang 2 bangga dengan implementasi

MPMBM.103

103
Observasi dan Dokumentas ( September - Oktober 2009 )
Sebagai bentuk rasa bangga guru terhadap madrasah, sebagai dampak dari

penerapan MPMBM guru MIN Malang 2 selalu berbenah diri, meminimalisir

kekurangan/kelemahan, tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan tuntutan

masyarakat, melakukan inovasi-inovasi serta lebih kreatif dalam pelaksanaan

proses pembelajaran sebagai tuntutan terhdap pencapaian program-program

peningkatan mutu yang telah direncanakan. Dengan demikian semakin banyak

program-program peningkatan mutu yang dicapai maka semakin besar pula

tanggungjawab guru terhadap proses pendidikan yang ada di madrasah.

Namun demikian segala usaha/kerja keras stakeholder madrasah dilakukan

dengan ikhlas sebagai bentuk pengabdian diri tehadap madrasah dan dunia

pendidikan.

Berkaitan dengan hal diatas berikut hasil wawancara peneliti dengan Waka

Kurikulum:

Sebagai bentuk rasa bangga terhadap madrasah, saya aktualisasikan dengan


cara disiplin diri, melakukan inovasi-inovasi terhadap proses pembelajaran
yaitu mempelajari dan memperbanyak pengetahuan tentang berbagai strategi
maupun metode pembelajaran dan memilih strategi maupun metode yang
tepat untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa lebih
aktif, kreatif dan mudah memahami materi yang disampaikan guru.104

Demikian pula pernyataan dari Bapak Nur Wahid, guru wali kelas 2,

berikut penuturannya:

“Rasa bangga terhadap madrasah saya wujudkan dalam bentuk inovasi-


inovasi maupun perbaikan pembelajaran yaitu berkaitan dengan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran di
kelas dengan metode yang tepat sampai pada proses finishing (penilaian)”.105

104
Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum (Selasa, 08 September 2009, Pukul 09.00-09.30
WIB)
105
Hasil wawancara dengan Bapak Nur Wahid Guru Wali Kelas 2 (Selasa, 08 September 2009,
Pukul 08.30-09.00 WIB)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sulandra guru Bahasa Jawa,

berikut pernyataannya:

Ungkapan rasa bangga terhadap madrasah saya aktualisasikan dalam hal


perbaikan diri, lebih disiplin, kreatif dan inovatif dalam penyelenggaraan
pendidikan, mempelajari dan menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai serta memperbanyak literature buku ajar sebagai usaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan siswa.106

Penjelasan yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Waka Humas:

Rasa bangga terhadap madrasah saya aktualisasikan dengan lebih disiplin,


memberikan pelayanan terbaik kepada siswa, membimbing dan
mengarahkan mereka dalam memahami materi ajar yang syarat akan nilai,
jadi siswa bukan hanya mengerti dan paham tetapi juga berusaha untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.107

Disamping metode wawancara diatas, peneliti juga melakukan observasi

untuk memperkuat data hasil wawancara. Melalui observasi dapat diketahui

bahwa guru MIN Malang 2 sangat disiplin, datang tepat waktu, melaksanakan

PBM sesuai tugasnya dan tidak meninggalkan madrasah sebelum

pembelajaran selesai kecuali dengan izin/perintah kepala madrasah. Dan

ketika peneliti berada dilapangan, penulis sempat melihat salah satu guru yang

memberikan nasihat kepada beberapa murid untuk segera masuk ke kelas

ketika bel sudah berbunyi, hal ini merupakan salah satu bentuk contoh dan

penanaman sikap disiplin kepada siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru MIN Malang 2 lebih kreatif dan

inovatif, hal ini dapat diketahui dari penggunaan metode maupun strategi yang

sesuai dengan materi sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, seperti

106
Hasil wawancara dengan Bapak Sulandra Guru Bahasa Jawa (Selasa, 08 September 2009,
Pukul 10.00 WIB)
107
Hasil Wawancara dengan Waka Humas (Kamis, 10 September 2009, Pukul 08.00-08.30
WIB)
penggunaan metode praktek (misalnya untuk materi sholat dan thoharoh),

diskusi dan kerja kelompok untuk kelas tinggi(misalnya identifikasi bagian-

bagian bunga mata pelajaran Sains), maupun penggunaan alat/media

pembelajaran yang mendukung. Disamping itu juga ditanamkan sikap

pembiasaan dalam hidup sehari-hari seperti halnya mengucap salam, hormat

kepada guru dan orang tua, berperilaku hidup bersih dengan membuang

sampah pada tempatnya dan lain sebagainya.108

Untuk mendukung hasil penelitian diatas peneliti sertakan daftar hadir

guru selama bulan september sampai oktober tahun 2009 sebagai bukti

kedisiplinan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang termuat dalam

lampiran 6.109

D. Temuan Penelitian

Temuan Penelitian ini merupakan ringkasan dari temuan-temuan

penelitian selama penulis melaksanakan penelitian di MIN Malang 2 berkenaan

dengan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM) yang

mengacu pada rumusan masalah. Adapun temuan penelitiannya adalah sebagai

berikut:

1. Implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM)

dalam meningkatkan mutu pendidikan di MIN Malang 2.

Untuk mengetahui secara detail tentang implementasi MPMBM di MIN

Malang 2, penulis melakukan wawancara, observasi serta mengambil data

dokumentasi dari madrasah. Berdasarkan dari ketiga metode tersebut

108
Observasi ( September - Oktober 2009 )
109
Dokumentasi Madrasah (Diambil Selasa, 6 Nopember 2009, Pukul 09.30 WIB)
menghasilkan temuan penelitian bahwa dalam implementasi MPMBM

sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, madrasah menempuh

langkah-langkah sebagai berikut: Langkah pertama, implementasi

perencanaan MPMBM yang diawali dengan analisis situasi, merumuskan

tujuan, analisis SWOT, serta alternatif pemecahan masalah. Langkah kedua,

pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan dengan berpedoman pada standar

mutu pendidikan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang tertuang

dalam program strategis maupun program ektrakurikuler serta program lain

yang menunjang. Dan langkah ketiga, Implementasi monitoring dan evaluasi

MPMBM yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali dan enam bulan sekali

sebagai tolak ukur/indikator keberhasilan pelaksanaan program.

2. Strategi yang digunakan madrasah dalam implementasi manajemen

peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM) untuk meningkatkan mutu

pendidikan di MIN Malang 2.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat penulis

ketahui bahwa dalam strategi implementasi MPMBM, ada beberapa hal yang

ditempuh madrasah. Adapun strategi MIN Malang 2 dalam implementasi

MPMBM berdasarkan temuan penelitian adalah sebagai berikut yaitu

mengefektifkan peran komite madrasah dan merombak organisasi madrasah,

pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), peningkatan

keprofesionalan SDM (tenaga pendidik), pemenuhan sarana dan prasarana,

serta pelaksanaan berbagai program pembelajaran baik akademik maupun


non akademik dengan multi strategi, multi pendekatan dan metode yang

bervariasi serta mengadakan pembinaan dan latihan khusus.

3. Dampak manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM) di

MIN Malang 2.

a. Dampak MPMBM terhadap prestasi belajar siswa di MIN Malang 2.

Berkaitan dengan implementasi MPMBM di MIN Malang 2, madrasah

menerapkan pendekatan sistem (input-proses-out put) melalui madrasah

efektif. Adapun temuan penelitian dari segi input yang sangat mendukung

dalam upaya peningkatan mutu adalah sebagai berikut (1) madrasah

memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran mutu yang jelas, (2) memiliki sumber

daya yang siap dan memadai, serta (3) madrasah memiliki harapan yang

tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didiknya.

Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan dari segi proses diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Penciptaan lingkungan madrasah yang aman dan tertib.

b. Pengelolaan manajemen yang solid dan terbuka.

c. Madrasah memiliki kewenangan (kemandirian) dalam menentukan

kebijakan.

d. Menciptakan proses belajar mengajar (PBM) yang efektifitasnya tinggi.

e. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.

f. Kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis dan kuat.


Disamping itu dalam pelaksanaan peningkatan mutu terdapat beberapa

faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru, siswa, alat dan lingkungan

sehingga dengan pendekatan tersebut prestasi siswa dapat ditingkatkan.

b. Dampak MPMBM dengan Minat Masyarakat terhadap MIN Malang 2.

Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan, dengan diterapkannya

MPMBM minat masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat. Hal ini

dapat diketahui dari jumlah calon siswa yang mendaftar semakin meningkat.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap madrasah

berdasarkan dari hasil temuan adalah madrasah selalu mengikutsertakan

komite dalam penyelenggaraan pendidikan serta kinerja dari manajemen

humas yang efektif. Di samping itu ada beberapa variabel yang berperan

penting dalam menimbulkan citra yang baik bagi madrasah yaitu faktor

gedung yang bagus, guru yang profesional dan pendidikan agama yang

bermutu sehingga minat masyarakat semakin meningkat.

c. Dampak MPMBM dengan kebanggaan guru terhadap MIN Malang 2.

Dengan penerapan MPMBM, guru MIN Malang 2 merasa bangga

terhadap madrasah. Berdasarkan temuan penelitian ada beberapa hal yang

berpengaruh terhadap rasa bangga guru terhadap madrasah yaitu manajemen

madrasah yang semakin baik, kerjasama madrasah dan komite yang

kompak, prestasi siswa semakin meningkat serta madrasah semakin diminati

masyarakat.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian dilapangan, dengan rasa bangga

terhadap berbagai pencapaian program guru MIN Malang 2


mengaktualisasikannya dengan berbenah diri, meminimalisir

kekurangan/kelemahan, tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan

tuntutan masyarakat, melakukan inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran

sebagai tuntutan terhadap pencapaian program-program peningkatan mutu

yang telah direncanakan. Disamping itu, guru MIN Malang 2 juga sangat

disiplin, datang tepat waktu, melaksanakan PBM sesuai tugasnya dan tidak

meninggalkan madrasah sebelum pembelajaran selesai kecuali dengan

izin/perintah kepala madrasah. Dan ketika peneliti berada dilapangan,

penulis sempat melihat salah satu guru yang memberikan nasihat kepada

beberapa murid untuk segera masuk ke kelas ketika bel sudah berbunyi, hal

ini merupakan salah satu bentuk contoh dan penanaman sikap disiplin

kepada siswa.

BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah

(MPMBM) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MIN Malang 2.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan cara yang harus segera dan

secepat mungkin dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas

output sumber daya manusia Indonesia. Sebab bila dibandingkan dengan

negara-negara tetangga kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal,

oleh sebab itu pemerintah berupaya keras dengan mengeluarkan UU tentang

otonomi daerah yang melahirkan konsekuensi lebih lanjut yang berupa

otonomi dalam bidang pendidikan yang pada akhirnya sampai pula pada

otonomi sekolah/madrasah.

Kebijakan MPMBM merupakan salah satu bentuk desentralisasi

pengelolaan pendidikan dengan tujuan untuk memandirikan madrasah dan

meningkatkan mutu pendidikan. Dengan manajemen ini madrasah memiliki

kewenangan yang lebih besar dalam mengelola madrasahnya dan mendorong

madrasah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipasif untuk

mencapai tujuan yang direncanakan.

MIN Malang 2 merupakan madrasah yang menerapkan MPMBM sejak

tahun 2006, hal ini dapat peneliti ketahui dari hasil wawancara dengan kepala

madrasah serta dokumen madrasah yang berupa Renop (rencana operasional)


dan Renstra (rencana strategis). Dengan MPMBM ini madrasah lebih mandiri

dalam mengatur dan mengelola lembaga pendidikannya dengan melibatkan

semua stakeholders termasuk peran serta masyarakat.

Dalam persiapan pelaksanaan MPMBM, dilaksanakan program rintisan

dengan pemberdayaan kinerja komite madrasah yang anggotanya terdiri dari

perwakilan madrasah dan masyarakat termasuk orang tua. Komite madrasah ini

berfungsi dalam memberikan pertimbangan dan masukan tentang kebijakan-

kebijakan yang akan dijalankan madrasah. Disamping itu juga dilakukan

perombakan organisasi madrasah sebagai hubungan struktural yang mengikat

sebagai kerangka dasar dalam mengkoordinasikan tugas dan tanggung jawab

individu melalui kerjasama dalam mencapai tujuan. Dalam implementasi

MPMBM madrasah tidak mengalami kesulitan sebab pada dasarnya MIN

Malang 2 memiliki sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia

maupun non manusia.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, menunjukkan bahwa

implementasi MPMBM di MIN Malang 2, telah dilaksanakan dengan baik ini

didasarkan terhadap pengamatan peneliti terhadap situasi dan kondisi madrasah

serta realitas yang ada di MIN Malang 2

Berkaitan dengan implementasi MPMBM di MIN Malang 2, berdasarkan

data hasil wawancara, observasi serta data dokumen bahwa dalam

implementasinya madrasah mempunyai beberapa langkah, adapun langkah-

langkahnya dapat peneliti kelompokkan menjadi tiga. Langkah pertama, adalah

implementasi perencanaan. Dalam perencanaan ini langkah pertama yang


dilakukan adalah dengan melakukan analisis situasi. Analisis situasi

merupakan langkah untuk mengetahui kesiapan madrasah yaitu sejauh mana

situasi disekitar madrasah dapat mendukung pelaksanaan MPMBM dan

mengetahui tantangan madrasah.

Setelah melakukan analisis situasi kemudian madrasah melakukan analisis

output madrasah yang hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata yang

dihadapi madrasah yaitu selisih (ketidaksesuaian) antara output madrasah saat

ini dan output madrasah yang diharapkan di masa yang akan datang.

Setelah analisis dilaksanakan, berdasarkan dari hasil wawancara dengan

kepala madrasah dan dokumen madrasah, langkah selanjutnya adalah

merumuskan tujuan. Dalam merumuskan tujuan situasional, madrasah bertolak

pada visi, misi dan tujuan madrasah serta mengacu pada tantangan nyata yang

dihadapi madrasah. Berdasarkan dari hasil data dokumentasi, tujuan situasional

MIN Malang 2 bidang akademik dan non akademik tahun 2009-2010 adalah

sebagai berikut:

1) Pencapaian RERATA UASBN 3 bidang studi diatas 21.00 dan UAM dari

38,34 menjadi diatas 39 (+1).

2) Pencapaian juara 1 pada lomba mapel tingkat Kecamatan menjadi juara 1

tingkat kota (+ 1 bidang studi).

3) Pencapaian juara 1 pada olah raga porseni MI tingkat kota Malang menjadi

juara 1 tingkat provinsi (+ 1 mata lomba).

4) Pencapaian juara 1 pada seni porseni MI tingkat kota Malang menjadi

juara 1 tingkat provinsi (+ 1 mata lomba).


Langkah berikutnya adalah melakukan analisis SWOT. Analisis ini

dilaksanakan oleh MIN Malang 2 dengan melihat kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman yang dihadapi madrasah dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan. Sasaran program diarahkan pada pengubahan kondisi tidak siap

pada masing-masing fungsi dan faktornya menjadi kondisi siap. Kemudian

barulah dirumuskan alternatif pemecahan masalahnya.

Setelah implementasi perencanaan, langkah kedua, adalah peelaksanaan

program peningkatan mutu. Dalam hal ini madrasah mempunyai standar mutu

(output) yang dijadikan sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan

peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan dari hasil observasi dan

dokumentasi, dalam bidang akademik pada mata pelajaran yang di UASBN

kan yaitu Sains, Matematika dan Bahasa Indonesia, madrasah mengikuti

standar nilai yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini departemen

agama, meskipun dari Depag sendiri tidak memberikan patokan nilai yang

secara mutlak harus diikuti oleh madrasah.

Kemudian untuk mata pelajaran non UASBN MIN Malang 2 mempunyai

target agar siswa tidak mendapat nilai rendah yaitu 5 kebawah. Walapun

demikian untuk menentukan kelulusan madrasah tidak secara mutlak berdasar

atas nilai akhir akan tetapi juga melihat nilai proses selama peserta didik

mengikuti pendidikan di madrasah. Sedangkan mengenai standar mutu untuk

bidang non akademik, madrasah melihat prestasi ekstra yang dicapai siswa

baik dalam kegiatan olah raga maupun seni.


Dalam peningkatan mutu pendidikan, madrasah telah menyusun program-

program peningkatan mutu untuk dilaksanakan. Berkaitan dengan ini, dari sisi

tenaga kependidikan (guru) dalam konteks MPMBM MIN Malang 2 berupaya

untuk meningkatkan kualitas/keprofesionalan guru, sebab guru adalah salah

satu faktor yang berperan penting dalam proses pembelajaran. Upaya-upaya

tersebut adalah mengikutsertakan guru dalam seminar, diklat atau pelatihan,

KKG (kelompok kerja guru), penyetaraan guru ke S1 maupun diskusi rutin

antar guru setiap hari sabtu.

Disamping program untuk guru, berdasarkan hasil observasi peneliti ada

berbagai program peningkatan mutu yang dilaksanakan madrasah demi

tercapainya mutu pendidikan yang berkualitas yaitu peningkatan sarana dan

prasarana (teknologi), bimbingan belajar, kelas intensif dan try out, serta

kegiatan-kegiatan keagamaan. Selain itu berdasarkan data dokumentasi MIN

Malang 2 juga melaksanakan program strategis dan program kegiatan

ekstrakurikuler.

Langkah ketiga adalah melaksanakan monitoring dan evalusi. Dengan

pelaksanaan berbagai program sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan

dalam kerangka MPMBM, madrasah melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program untuk mengetahui apakah program madrasah berjalan

sebagaimana yang direncanakan, apa hambatan yang terjadi, dan bagaimana

cara mengatasi hambatan tersebut. Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan

yang bertujuan untuk mengetahui apakah program madrasah dapat mencapai

sasaran yang telah ditetapkan.


Berdasarkan hasil penelitian, MIN Malang 2 melaksanakan monitoring

dan evaluasi pelaksanaan program secara berkesinambungan. Monitoring

dilaksanakan setiap 2 bulan sekali yang diikuti oleh semua staf madrasah

beserta komite sedangkan evalusi dilaksanakan setiap semester atau 6 bulan

sekali. Selain itu, kepala madrasah juga melaksanakan monitoring terhadap

kinerja guru dalam PBM (proses belajar mengajar) disamping mengadakan

rapat khusus perwakamad (wakil kepala madrasah) untuk mengetahui

pencapaian program beserta hambatan-hambatan yang dihadapi sebelum

diadakan rapat bersama dengan komite madrasah.

B. Strategi yang digunakan Madrasah dalam Implementasi Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM) untuk Meningkatkan

Mutu Pendidikan di MIN Malang 2.

Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM),

esensinya adalah peningkatan otonomi madrasah, peningkatan partisipasi

warga madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan

peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumber daya madrasah. Konsep ini

membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan MPMBM menerapkan pendekatan

“idiograpik” (membolehkan adanya keberbagaian cara melaksanakan

MPMBM) dan bukan lagi menggunakan pendekatan “nomotetik” (cara

melaksanakan MPMBM yang cenderung seragam untuk semua madrasah).

Dengan adanya pendekatan ini madrasah memiliki strategi yang berbeda

antara madrasah yang satu dengan yang lainnya, mengingat masing-masing


madrasah memiliki situasi atau kondisi yang berbeda sehingga memerlukan

strategi yang berbeda pula.

Begitu juga dengan MIN Malang 2 memiliki strategi dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan. Strategi yang diterapkan tidak terlepas dari

analisis dan identifikasi yang dilakukan pihak madrasah dengan melihat segala

sesuatu yang ada di madrasah. Dari hasil analisis dan identifikasi tersebut

kemudian madrasah membuat suatu program yang tentunya berpandangan dari

visi, misi yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas/mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, madrasah telah mencanangkan

strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan, adapun strategi yang digunakan

madrasah dalam implementasi MPMBM adalah sebagai berikut:

1. Mengefektifkan peran komite madrasah dan merombak organisasi madrasah.

Komite madrasah merupakan organisasi yang terdiri dari perwakilan

madrasah, masyarakat termasuk orang tua siswa, yang berfungsi dalam

penentuan, memberi masukan/pertimbangan dan pelaksanaan kebijaksanaan

pendidikan, mendukung penyelenggaraan pendidikan, mendorong orang tua

murid dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana

dan melakukan evaluasi. Berkaitan dengan hal ini komite madrasah secara

berkala melaksanakan rapat dengan madrasah secara periodik yaitu setiap

dua bulan sekali dan secara insendentil yaitu sesuai kebutuhan maupun

kepentingan.

Disamping pengefektifan peran komite, madrasah juga melakukan

perombakan terhadap organisasi madrasah dengan penentuan,


pengelompokan dan pembagian bermacam-macam kegiatan kepada orang

yang sesuai dengan keahliannya seperti dalam bentuk wakamad yang

mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Dengan demikian

manajemen madrasah akan berjalan dengan lancar dan tujuan yang

diharapkan dapat tercapai. Hal ini sejalan dengan Malayu yang mengatakan

bahwa, pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan

dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk

mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, dan

menempatkan wewenang yang didelegasikan kepada setiap individu.110

2. Pengembangan kurikulum.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan

tertentu. Dalam hal ini MIN Malang 2 menerapkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dalam pengembangan

KTSP madrasah berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang

disusun BSNP diantaranya mengenai standar isi dan standar proses.

3. Peningkatan keprofesionalan SDM (tenaga pendidik).

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembelajaran di madrasah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya dengan

110
Malayu S P. Hasibuan, loc. cit.
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa baik jasmani

maupun rohani. Dengan begitu besarnya peran guru dalam pembelajaran,

madrasah berusaha untuk meningkatkan keprofesionalan guru yaitu dengan

mengikutsertakan guru dalam seminar dan pelatihan, KKG (kelompok kerja

guru), diskusi antar guru, maupun penyetaraan guru yang masih D II ke S1.

4. Pemenuhan sarana dan prasarana.

Sarana dan prasarana adalah peralatan dan perlengkapan yang secara

langsung maupun tidak langsung dipergunakan dan menunjang proses

pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan,

madrasah melakukan berbagai terobosan dalam melengkapi sarana dan

prasarana sebagai salah satu strategi dalam implementasi MPMBM

diantaranya dengan dibangunnya gedung madrasah yang nyaman dan indah,

perlengkapan alat peraga maupun media pembelajaran (OHP, LCD, TV,

Tape, Radio dan Komputer), menyediakan jaringan internet dan

laboratorium IPA dan bahasa.

5. Pelaksanaan berbagai program pembelajaran .

Untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah telah menyusun

strategi pencapaian yaitu dengan melaksanakan berbagai program

peningkatan mutu bagi siswa seperti bimbingan belajar, pemberian mitivasi

belajar melalui mental training dan great dream motivation training,

pelaksanaan try out untuk kelas 6, pembiasaan berbagai kegiatan keagamaan

maupun kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, tiwisada, seni tari dan

sebagainya.
C. Dampak Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM)

di MIN Malang 2.

1. Dampak MPMBM terhadap prestasi belajar siswa di MIN Malang 2.

Madrasah yang menerapkan MPMBM mempunyai dorongan dan harapan

yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan madrasahnya.

Dengan MPMBM madrasah memiliki fleksibilitas yaitu keluwesan-keluwesan

yang diberikan kepada madrasah untuk mengelola, memanfaatkan dan

memberdayakan sumber daya madrasah seoptimal mungkin untuk

meningkatkan mutu madrasah. Disamping itu madrasah juga memiliki

kemandirian yang lebih besar dalam mengelola madrasahnya (menetapkan

sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu dan

melaksanakan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu).

Dalam upaya pencapaian mutu pendidikan yang baik (prestasi belajar

siswa) diperlukan adanya kesanggupan dari para pengelola pendidikan agar

pendidikan yang dikelola mampu mengembangkan dan mencetak lulusan yang

berkualitas melalui tindakan operasional dalam proses pendidikan.

Kemampuan lembaga pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber

pendidikannya harus lebih ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga out

putnya mempunyai kualitas yang sesuai dengan harapan.

Menurut Umaedi, manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah

merupakan alternatife baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih

menekankan pada kemandirian dan kreatifitas madrasah. Konsep ini


diperkenalkan oleh teori effektif school (madrasah efektif) yang lebih

mengfokuskan diri pada proses perbaikan pendidikan.111

Untuk itu dalam kerangka manajemen peningkatan mutu berbasis

madrasah (MPMBM), MIN Malang 2 menerapkan madrasah efektif dengan

pendekatan sistem sebagai usaha untuk meningkatkan mutu

pendidikan/prestasi belajar siswa. Berkaitan dengan hal ini madrasah

menekankan pada proses untuk menghasilkan out put yang berkualitas tanpa

mengesampingkan input.

Dari hasil observasi dan dokumentasi dapat diketahui input madrasah

yang sangat mendukung dalam upaya peningkatan mutu diantaranya adalah

madrasah memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran mutu yang jelas sebagai

pedoman dan acuan dalam pelaksanaan peningkatan mutu, memiliki sumber

daya yang siap dan memadai baik sumber daya manusia maupun sumber daya

lainnya seperti sarana dan prasarana, serta madrasah memiliki harapan yang

tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik baik akademik maupun non

akademik.

Kemudian berkaitan dengan proses, madrasah telah melakukan berbagai

upaya untuk meningkatkan mutu atau prestasi siswa demi tercapainya out put

yang berkualitas baik dari segi prestasi akademik maupun non akademik.

111
Umaedi, loc. cit.
Upaya-upaya yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penciptaan lingkungan madrasah yang aman dan tertib.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah menciptakan

lingkungan madrasah yang aman, nyaman dan tertib sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat

dicapai sesuai dengan rencana, seperti adanya penjaga madrasah,

penyediaan tempat parkir maupun penerapan tata tertib bagi guru dan

siswa.

2. Pengelolaan manajemen yang solid dan terbuka.

Melalui pengelolaan manajemen yang solid dan terbuka maka

madrasah memiliki transparansi/keterbukaan terhadap segala kegiatan

yang berhubungan dengan madrasah, baik itu mengenai dana ataupun

program yang lainya. Dengan demikian apa yang menjadi program-

program madrasah dapat tercapai sesuai dengan rencana dan tujuan.

Adanya transparansi ini dapat dilihat di papan pengumuman di MIN

Malang 2.

3. Madrasah memiliki kewenangan (kemandirian) dalam menentukan

kebijakan.

Dengan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM)

melalui penerapan madrasah efektif, madrasah memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri dan tidak menggantungkan

pada atasan, diantaranya dalam menentukan program-program madrasah.


4. Menciptakan proses belajar mengajar (PBM) yang efektifitasnya tinggi.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru MIN Malang 2

terlihat kreatif dan inovatif dalam PBM sehingga siswa tertarik dan

antusias dalam belajar disamping itu dalam pembelajarannya juga

menekankan pada internalisasi apa yang di ajarkan sehingga diharapkan

dapat menjadi muatan nurani peserta didik dan dapat di praktekkan dalam

kehidupan sehari-hari seperti halnya pembiasaan kegiatan-kegiatan

keagamaan di madrasah diantaranya baca Al-Quran dan pelaksanaan

sholat baik sholat fardhu mapun sholat sunah.

5. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.

Tenaga kependidikan, terutama guru merupakan jiwa dari madrasah.

Madrasah hanyalah wadah. Madrasah yang menerapkan MPMBM

menyadari tentang hal itu. Oleh karena itu MIN Malang 2 melakukan

berbagai upaya untuk peningkatan keprofesioanalan gurunya dengan

mengikutsertakan guru dalam seminar dan pelatihan, KKG (kelompok

kerja guru), diskusi antar guru, maupun penyetaraan guru yang masih D II

ke S1.

6. Kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis dan kuat.

Berkaitan dengan hal ini kepala madrasah mempunyai manajerial yang

kuat dan tangguh dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

madrasah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana

dan bertahap seperti halnya mengadakan rapat khusus perwaka untuk

mengetahui pelaksanaan program. Disamping itu kepala madrasah juga


mempunyai gaya kepemimpinan yang demokratis sehingga sangat

mendukung dalam keberhasilan pelaksanaan program.

Dengan pelaksanaan MPMBM yang bercirikan madrasah efektif dengan

mengfokuskan pada proses maka dampaknya prestasi siswa dapat ditingkatkan

baik dari segi akademik maupun non akademik. Hal ini dapat dibuktikan

dengan pencapaian berbagai juara yang telah diraih oleh anak didik MIN

Malang 2 baik akademik maupun non akademik.

Menurut Zahara idris dan Lima Jamal dalam pelaksanaan peningkatan

mutu terdapat beberapa faktor pendidikan yang sangat menentukan dalam

keberhasilan program. Apabila salah satu faktor tidak ada maka mutu

pendidikan tidak dapat tercapai dengan baik karena faktor yang satu dengan

yang lain saling melengkapi dan saling berhubungan. Faktor-faktor itu

diantaranya adalah faktor guru, siswa, alat dan lingkungan.112

Berkaitan dengan hal itu, berdasarkan hasil penelitian di lapangan ada

beberapa faktor yang sangat berperan dalam peningkatan mutu di MIN

Malang 2. Adapun faktor-faktor itu adalah sebagi berikut:

a. Guru

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar

mengajar. Gurulah yang merupakan motor (penggerak) dan menentukan

dalam upaya peningkatan mutu pendidkan. Berkaitan dengan hal ini dalam

pembelajarannya guru MIN Malang 2 lebih menekankan pada internalisasi

112
Zahara Idris dan Lima Jamal, loc. cit, hlm. 28
apa yang diajarkan untuk dihayati dan dilaksanakan siswa dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Alat (sarana dan prasarana)

Keberadaan sarana dan prasarana sangat penting dalam proses

pendidikan. Untuk itu MIN Malang 2 berusaha untuk memperlengkapi

madrasah dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang

dan memperlancar proses pembelajaran.

c. Siswa

Siswa merupakan objek dari pendidikan, sehingga mutu pendidikan

yang akan dicapai tidak akan lepas dari kondisi fisik tingkah laku maupun

minat dan bakat siswa. Dalam PBM siswa MIN Malang 2 terlihat

bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran disamping itu

juga banyak minat siswa yang dibina dalam kegiatan ekstra.

d. Lingkungan/masyarakat

Kemajuan pendidikan sedikit banyak dipengaruhi

lingkungan/masyarakat termasuk orang tua siswa, karena tanpa adanya

bantuan dan kesadaran dari masyarakat tentunya akan sulit untuk

melaksanakan peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini lingkungan

MIN Malang 2 sangat mendukung dalam peningkatan mutu disamping

lingkungan yang aman, nyaman dan tertib, orang tua siswa juga ikut

berpartisiapasi dalam penyelenggaraan pendidikan yang terwadahi dalam

komite madrasah.
2. Dampak MPMBM dengan Minat Masyarakat terhadap MIN Malang 2.

Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM),

partisipasi masyarakat sangat penting dalam mensukseskan

pelaksanaan/implementasi MPMBM, dimana warga madrasah (guru, siswa,

karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh masyarakat dan sebagainya)

didorong untuk terlibat secara langsug dalam penyelenggaraan pendidikan

mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan yang

diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Hal ini penting karena madrasah memerlukan masukan dari masyarakat

dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan

dalam melaksanakan program tersebut. Disisi lain masyarakat memerlukan

jasa madrasah untuk mendapatkan program-program pendidikan yang relevan

bagi pengembangan potensi-potensi putra putrinya. Dengan perlibatan

masyarakat dalam kebijakan-kebijakan dimadrasah sudah barang tentu akan

semakin menarik minat masyarakat terhadap madrasah.

Berkaitan dengan hal ini, madrasah harus dipandang sebagai satu

kesatuan sistem pendidikan yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling

bergantung satu sama lain. Dengan demikian pengembangan kompetensi pada

diri siswa tidak dapat diserahkan hanya pada kegiatan belajar mengajar

(KBM) di kelas, melainkan juga pada iklim kehidupan dan budaya madrasah

secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan.

Berdasarkan hasil penelitian, MIN Malang 2 selalu mengikutsertakan

peran komite madrasah yang diantara anggotanya terdiri dari orang tua
maupun masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah, seperti

dalam hal memberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

pendidikan, mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat

terhadap pendidikan yang bermutu, menggalang dana serta mengadakan

evaluasi bersama dengan madrasah. Jadi dengan komite madrasah, terutama

berkenaan dengan masalah relevansi pendidikan yang akan diwujudkan

melalui MPMBM, bertujuan agar apa yang dilaksanakan di madrasah sejalan

dan selaras dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Hal ini tentunya

menjadi daya tarik bagi masyarakat terhadap madrasah sebab mereka selalu

diikutkan/berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Selain melalui komite, untuk menarik minat masyarakat madrasah juga

membentuk manajemen humas (hubungan masyarakat) yang salah satu

tugasnya adalah membantu kepala madrasah dalam menjalin kerjasama

dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan seperti halnya

orang tua maupun masyarakat.

Manajemen humas merupakan keseluruhan proses kegiatan madrasah

yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh

serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat,

khususnya yang berkepentingan langsung dengan madrasah sehingga kegiatan

operasional pendidikan, kinerja dan produktivitas madrasah diharapkan

semakin efektif dan efisien.

Hubungan madrasah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan

sarana yang sangat berperan dalam memperkenalkan program-program


madrasah di samping membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi

peserta didik di madrasah. Dalam hal ini, madrasah sebagai sistem sosial

merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu

masyarakat. Madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat

dalam mencapai tujuan madrasah atau pendidikan secara efektif dan efisien.

Dengan perlibatan semacam ini orang tua maupun masyarakat merasa

memiliki madrasah karena selalu dilibatkan dan pada akhirnya minat

masyarakat semakin meningkat.

Oleh karena itu, untuk menarik minat masyarakat dalam kerangka

MPMBM manajemen humas MIN Malang 2 melakukan sosialisasi untuk

memperkenalkan madrasah beserta program-programnya, di samping

mengadakan pertemuan dengan wali murid tiap semester dan akhir tahun,

madrasah juga melakukan sosialisasi melalui koran, radio, spanduk, maupun

internet sehingga masyarakat semakin mengerti tentang gambaran, kondisi

maupun kualitas/mutu madrasah dengan harapan minat masyarakat semakin

meningkat.

Disamping itu, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM)

kualitas atau mutu pendidikan di MIN Malang 2 mengalami peningkatan baik

dari segi akademik maupun non akademik sehingga dengan peningkatan

kualitas pembelajaran ini minat maupun kepercayaan masyarakat terhadap

madrasah semakin meningkat untuk mengembangkan potensi-potensi yang

ada pada diri anaknya.


Selain dari kinerja komite madrasah, manajemen humas dan peningkatan

mutu pendidikan ada beberapa variabel yang mempunyai peranan dalam

menimbulkan citra yang baik bagi madrasah yaitu:

a. Gedung

Berdasarkan hasil penelitian MIN Malang 2 mempunyai gedung yang

rapi, indah, dan memiliki fasilitas belajar yang memadai, sehingga

meninbulkan kesan bahwa madrasah yang bersangkutan adalah bonafid dan

menjanjikan layanan pendidikan yang bermutu.

b. Guru

Dari sisi guru atau tenaga kependidikan, MIN Malang 2 memiliki guru

yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi yang sebagian besar sudah

mempunyai gelar S1 dan sesuai dengan bidang yang diajarkan sehingga

memberi kesan bahwa mutu layanan pendidikan di madrasah bagus atau

berkualitas.

c. Mutu pendidikan agama

Meskipun ini sudah menjadi spesialisasi madrasah, kemenonjolan di

bidang ini tetap merupakan daya tarik utama bagi masyarakat untuk memilih

madrasah sebagai tempat pendidikan anaknya. MIN Malang 2 memiliki

program penjaminan mutu dalam hal keagamaan diantara program itu

adalah setelah keluar dari madrasah peserta didik bisa menjadi imam sholat

terawih. Hal ini berarti bacaan, hafalan dan gerakan sholat betul-betul

diperhatikan dan siswa dapat menguasainya dengan baik.


Dengan demikian dari berbagai hal diatas dalam kerangka MPMBM,

minat masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat hal ini dapat

diketahui dari jumlah calon siswa yang mendaftar di madrasah pada tahun

ajaran 2006/2007 (implementasi MPMBM) mengalami peningkatan yaitu dari

84 calon siswa pada tahun sebelumnya menjadi 117 calon siswa dan pada

tahun-tahun berikutnya jumlah calon siswa rata-rata diatas 100 anak.

Berkaitan dengan hal ini perlu diperhatikan bahwa sebelum pelaksanaan

MPMBM terlebih dahulu dilaksanakan program perintisan yaitu pemberdayaan

komite dan perombakan organisasi madrasah pada tahun 2005/2006 dan pada

tahun 2006/2007 disusun renstra (rencana strategis) dan renop (rencana

operasional) madrasah sebagai pedoman dalam pelaksanaan peningkatan mutu.

Dengan semakin bertambahnya minat masyarakat terhadap madrasah,

maka diperlukan seleksi terhadap calon siswa yang masuk. Berdasarkan dari

data dokumentasi MIN Malang 2 melakukan seleksi dengan menilai 3 aspek

yaitu:

a. Aspek kemampuan skolastik

Aspek ini meliputi baca, tulis, dan hitung permulaan dengan tujuan

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang tersebut sebagai modal

dasar yang harus dimiliki siswa MIN Malang 2. Aspek kemampuan

skolastik ini menempati prosentase 70%.


b. Aspek agama

Aspek ini menekankan pada kemampuan calon siswa dalam hal

membaca huruf Al-Quran permulaan seperti perkenalan huruf hijaiyah, iqro’

dan bacaan doa sehari-hari. Aspek agama menempati prosentase 20%.

c. Aspek kemandirian

Aspek ini dilakukan dalam bentuk wawancara dengan calon siswa

dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan anak dalam mengikuti pendidikan

dijenjang yang lebih tinggi seperti wawancara yang berhubungan dengan

kemandirian anak dalam pembelajaran. Aspek kemandirian ini menempati

prosentase 10%.

3. Dampak MPMBM dengan Kebanggaan Guru terhadap Madrasah di MIN

Malang 2.

Manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah (MPMBM) adalah

model manajemen yang memberikan kemandirian lebih besar kepada

madrasah untuk mengkoordinasikan dan penyerasian sumber daya dengan

melibatkan semua kelompok yang berkepentingan dan terkait dengan

madrasah (stkeholders) secara langsung dalam proses pengambilan keputusan

untuk mencapai tujuan mutu madrasah.

Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan

kemampuan madrasah dan masyarakat dalam mengelola perubahan

pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi

perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah dan

otoritas pendidikan. Pendidikan ini menurut adanya perubahan sikap dan


tingkah laku seluruh komponen madrasah; kepala madrasah; guru dan

tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam

memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang

melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengeloalaan sistem informasi

yang presentatif dan valid sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan yaitu dari hasil wawancara

dengan guru MIN Malang 2 dapat disimpulkan bahwa guru MIN Malang 2

merasa bangga dengan penerapan atau implementasi manajemen peningkatan

mutu berbasis madrasah (MPMBM). Hal ini tentunya berdasarkan atas alasan-

alasan yang rasional, adapun alasan-alasan guru MIN Malang 2 berkaitan

dengan dampak MPMBM terhadap kebanggaan guru terhadap madrasah

adalah sebagai berikut:

1. Manajemen madrasah yang semakin baik.

Menurut G. R Terry, Manajemen merupakan suatu proses yang khas

yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

menggerakkan dan mengendalikan, yang dilakukan untuk menentukan serta

untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.113

Berkaitan dengan hal ini madrasah melakukan persiapan-persiapan

dalam implementasi MPMBM yaitu dengan melakukan perombakan

organisasi madrasah dengan penentuan, pengelompokan dan pembagian

bermacam-macam kegiatan di madrasah, penetapan orang-orang yang sesuai

113
Malayu S. P Hasibuan, loc. cit, hlm. 20
dalam kegiatan dengan menyediakan faktor-faktor fisik yang diperlukan

dalam mencapai tujuan. Dengan perombakan dan penyusunan madrasah ini

fungsi-fungsi organisasi dapat berjalan dengan baik dan manajemen

madrasah semakin solid dalam mencapai program-program yang telah

disusun.

2. Kerjasama madrasah dan komite yang kompak.

Berkaitan dengan implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis

madrasah (MPMBM), kerjasama madrasah dengan komite semakin baik dan

kompak dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebab ciri utama dalam

MPMBM adalah selalu mengikutsertakan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan pendidikan di madrasah, tentunya dalam hal ini adalah komite

madrasah. Mengenai kebijakan-kebijakan di madrasah, komite selalu

mengadakan rapat dengan pihak madrasah yaitu secara periodik setiap dua

bulan sekali dan secara insendental atau sesuai dengan keperluan.

3. Prestasi siswa semakin meningkat.

Melalui penerapan MPMBM, dengan rencana dan berbagai program

yang disusun secara sitematis yang diterapkan dengan sungguh-sungguh

oleh semua stakeholders madrasah berdampak pada peningkatan prestasi

belajar siswa baik dari segi akademik mapun non akademik. Hal ini

tentunya membuat dewan guru MIN Malang 2 merasa bangga terhadap

madrasah sebab dengan kerja keras dari seluruh stakeholders dalam

kerangka MPMBM mutu pendidikan di madrasah dapat ditingkatkan.


4. Madrasah semakin diminati masyarakat.

Dengan penerapan MPMBM, minat masyarakat terhadap madrasah

semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui dari jumlah calon siswa yang

mendaftar di madrasah mengalami peningkatan. Bertambahnya minat

masyarakat terhadap MIN Malang 2 membuktikan bahwa madrasah telah

dipercaya masyarakat untuk mendidik anaknya dengan mengembangkan

potensi-potensi dalam diri anak baik akademik maupun non akademik,

jasmani maupun rohani.

Dengan rasa bangga terhadap berbagai pencapaian program, berdasarkan

hasil penelitian dilapangan guru MIN Malang 2 mengaktualisasikannya

dengan berbenah diri, meminimalisir kekurangan/kelemahan, tanggap

terhadap perkembangan IPTEK dan tuntutan masyarakat, melakukan inovasi-

inovasi dalam proses pembelajaran sebagai tuntutan terhadap pencapaian

program-program peningkatan mutu yang telah direncanakan. Disamping itu

melalui metode observasi dan dokumentasi, guru MIN Malang 2 sangat

disiplin, datang tepat waktu, melaksanakan PBM sesuai tugasnya dan tidak

meninggalkan madrasah sebelum pembelajaran selesai kecuali dengan

izin/perintah kepala madrasah.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru MIN Malang 2 lebih kreatif dan

inovatif, hal ini dapat diketahui dari penggunaan metode maupun strategi yang

sesuai dengan materi sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, seperti

penggunaan metode praktek (misalnya untuk materi sholat dan thoharoh),

diskusi dan kerja kelompok untuk kelas tinggi (misalnya identifikasi bagian-
bagian bunga mata pelajaran Sains), maupun penggunaan alat/media

pembelajaran yang mendukung. Disamping itu juga ditanamkan sikap

pembiasaan dalam hidup sehari-hari seperti halnya mengucap salam, hormat

kepada guru dan orang tua, berperilaku hidup bersih dengan membuang

sampah pada tempatnya dan lain sebagainya.


BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang manajemen peningkatan

mutu berbasis madrasah (MPMBM) sebagai upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan di MIN Malang 2 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah

(MPMBM) dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MIN Malang 2.

Dalam implementasi MPMBM ada 3 langkah yang ditempuh madrasah

yaitu Pertama, Implementasi perencanaan MPMBM yang meliputi analisis

situasi, merumuskan tujuan, analisis SWOT, serta alternatif pemecahan

masalah. Kedua, Peningkatan mutu penddidikan dengan menyusun dan

melaksanakan program untuk guru, siswa maupun yang berhubungan dengan

sarana fisik maupun manajemen. Dan ketiga, Implementasi monitoring dan

evaluasi MPMBM yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali dan enam bulan

sekali.

2. Strategi yang digunakan Madrasah dalam Implementasi Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM) untuk Meningkatkan

Mutu Pendidikan di MIN Malang 2.

Adapun strategi MIN Malang 2 dalam implementasi MPMBM adalah (1)

Mengefektifkan peran komite madrasah dan merombak organisasi madrasah,

(2) Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), (3)


Peningkatan keprofesionalan SDM (tenaga pendidik), (4) Pemenuhan sarana

dan prasarana, (5) Pelaksanaan berbagai program pembelajaran .

3. Dampak Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM)

di MIN Malang 2.

a. Dampak MPMBM terhadap prestasi belajar siswa di MIN Malang 2.

Dengan implementasi MPMBM di MIN Malang 2, Prestasi siswa dapat

ditingkatkan baik dari segi akademik maupun non akademik. hal ini

dikarenakan madrasah menerapkan pendekatan sistem (input-proses-out put)

melalui madrasah efektif dengan mengfokuskan pada proses sehingga out

put atau keluarannya semakin berkualitas.

b. Dampak MPMBM dengan Minat Masyarakat terhadap MIN Malang 2.

Dengan diterapkannya MPMBM, minat masyarakat terhadap madrasah

semakin meningkat, indikatornya adalah semakin banyaknya jumlah calon

siswa yang masuk ke madrasah setelah implementasi MPMBM yaitu rata-

rata diatas 100 anak.

c. Dampak MPMBM dengan Kebanggaan Guru terhadap MIN Malang 2.

Dengan penerapan MPMBM, guru MIN Malang 2 merasa bangga

terhadap madrasah. Indikatornya adalah kinerja guru di madrasah yang

cukup baik. Disamping faktor manajemen madrasah yang semakin baik,

kerjasama madrasah dan komite yang kompak, prestasi siswa semakin

meningkat dan madrasah semakin diminati masyarakat.


B. SARAN

Dengan memperhatikan hasil penelitian diatas, maka saran yang

diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi MIN Malang 2 dalam

implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah adalah (1) Agar

dalam pelaksanaan MPMBM dapat berhasil dengan lebih baik, kerjasama

dengan orang tua, masyarakat, pemerintah atau pihak-pihak yang

berkepentingan dengan pendidikan harus lebih ditingkatkan baik dari segi

penggalangan dana, pelaksanaan program maupun evaluasi pelaksanaannya,

guna tercapainya visi, misi, tujuan dan sasaran madrasah, (2) Kegiatan-kegiatan

yang bersifat akademik maupun non akademik serta kedisiplinan yang sudah

diterapkan di madrasah harap dipertahankan dan lebih dioptimalkan. (3) Demi

terwujudnya mutu pendidikan yang lebih baik, hendaknya pendayagunaan

perpustakaan dan sudut baca di madrasah lebih dioptimalkan dengan cara

menambah literatur buku-buku ajar yang bermutu. (4) Guna mengembangkan

dan meningkatkan rasa tanggung jawab dan profesionalisme dalam

meningkatkan mutu pendidikan, guru dan karyawan perlu diikutkan dalam

kegiatan-kegiatan yang sifatnya kontinu.


DAFTAR RUJUKAN

Adholina, Ifa. 2005. Implementasi Manajemen Pendidikan dalam Meningkatkan

Mutu Pendiidkan di SLTP 03 Batu, Skripsi Fakultas Tarbiyah.

Al-Qur’an dan Terjemahnya.1993. Surabaya: Surya Cipta Aksara.

Arcaro S. Jeromi. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan

dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asmoni. MPMBS dan Sekolah Efektif. (http:www.yahoo.com, diakses 23 Agustus

2009).

Bafadal, Ibrahim. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Cucu Sahana dan Nanang Hanafiah. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: PT Refika Aditama.

Depag RI. 2005. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta. Direktorat

Kelembagaan Agama Islam.

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Buku I

Konsep dan Pelaksana. Jakarta, Dit. Dikdasmen.

Fatah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Off Set.


Hani, T. Handoko. 1985. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Liberty.

Hasibuan, S.P Malayu. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Toko

Gunung Agung.

_______. 2005. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Imron, Ali dkk. 2003. Manajemen Pendidikan Analisis dan Aplikasinya Dalam

Institusi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Lisma Jamal dan Zahara Idris. 1992. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Maisyaroh. 2007. Manajemen SDM di MI Jendral Sudirman. Skripsi Fakultas

Tarbiyah.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal . Jakarta: Bumi

Aksara.

Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE – UII.

Mochtar, Ek. Effendy. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran

Agama Islam. Jakarta: Bharata Karya Aksara.

M. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

M. Walid, Zainuddin. 2009. Pedoman Penyusunan Skripsi. Fakultas Tarbiyah

UIN Malang.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks

Mensukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Soekidjo, Notoatmojo. 1992. Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sukarna. 1992. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: CV. Mandar Maju.

Suryabrata Sumadi. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Umaedi. 1999. Jurnal Pendidikan Menengah Umun Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Pendidikan Umum.

_______. MPMBS. (http://www.geocities.com, diakses 10 Agustus 2009)

Winardi. 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.

W.J.S Poerwadarminta. 1976. Kamus Umun Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai