22319319 Mitigasi Bencana Prof. DR. Antonius Nanang Tyasbudi Puspito, M.Sc
Komando Tanggap Darurat Bencana
Penanggulangan bencana di Indonesia telah diatur dalam undang-undang dan aturan turunannya. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, terdapat 3 tahapan dalam kegiatan penanggulangan bencana yaitu prabencana, kegiatan tanggap darurat, dan pascabencana. Kegiatan prabencana dan pascabencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebelum dan setelah terjadi bencana. Sedangkan kegiatan tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana-prasarana. Undang-undang ini kemudian melahirkan turunan berupa Peraturan Pemerintah (PP) nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Selanjutnya, didalam PP tersebut pasal 21 ayat 1 merincikan kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat suatu bencana meliputi: a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian dan sumber daya b. Penentuan status keadaan darurat bencana c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana d. Pemenuhan kebutuhan dasar e. Perlindungan terhadap kelompok rentan f. Pemulihan dengan segera prasarana dan saran vital Kemudian dalam ayat 2 pasal yang sama, dijelaskan bahwa kegiatan-kegiatan dalam ayat 1 tersebut dikendalikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sesuai dengan kewenangannya. Di dalam PP ini juga dijelaskan mengenai komando dalam kegiatan tanggap darurat (pasal 47 – pasal 50) yang kemudian di turunkan kedalam Peraturan Kepala (Perka) BNPB nomor 10 tahun 2008 tentang pedoman komando tanggap darurat bencana. Berdasarkan Perka BNPB tersebut, Komando tanggap darurat bencana merupakan suatu organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum, memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan instansi/lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya. Didalam bab III poin c angka 1 Perka BNPB tersebut juga diuraikan tugas dari seorang komandan yang memimpin penanganan tanggap darurat bencana yaitu : 1. Mengaktifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) menjadi Pos Komando Tanggap Darurat BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB, sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana. 2. Membentuk Pos Komando Lapangan (Poskolap) di lokasi bencana di bawah komando Pos Komando Tanggap Darurat Bencana BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB. 3. Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan operasi tanggap darurat bencana. 4. Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dan penyelamatan serta berwenang memerintahkan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana. Berpedoman pada uraian singkat dari Undang-Undang nomor 24 tahun 2007, Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 dan Peraturan Kepala BNPB nomor 10 tahun 2008 diatas, maka hal- hal yang saya lakukan ketika ditugaskan untuk memimpin kegiatan Tanggap Darurat Bencana adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kajian cepat dan tepat tentang dampak kerusakan, ketersediaan dan kebutuhan sumber daya di lokasi terdampak untuk menentukan keputusan terkait kegiatan tanggap darurat. 2. Membentuk pos komando tanggap darurat di sekitar lokasi terdampak untuk kepentingan kegiatan tanggap darurat bencana hingga fase pemulihan. 3. Membentuk organisasi pelaksanaan kegiatan tanggap darurat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada serta memastikan berjalan sesuai tugas dan fungsinya. Struktur organisasi tersebut dibuat secara sederhana yang berisikan staf bidang kesektariatan, operasi, perencanaan, logistik dan peralatan serta bidang administrasi keuangan. 4. Mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan tanggap darurat hingga berakhirnya kegiatan tersebut. 5. Memastikan berjalannya komunikasi yang baik antar bidang dalam posko tanggap darurat, posko tanggap darurat ke masyarakat terdampak, serta posko tanggap darurat ke pihak-pihak terkait lainnya. 6. Memastikan informasi yang beredar, baik informasi masuk maupun keluar dari posko, merupakan informasi valid dan terpadu yang bersumber dari posko tanggap darurat guna meminimalisir hoax. 7. Memastikan kondisi semua sarana prasarana vital kemudian berupaya melakukan pemulihan sesegera mungkin jika terdapat kerusakan. 8. Memastikan proses evakuasi masyarakat pada area terdampak bencana berjalan sesuai rencana. 9. Memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat terdampak, layanan dukungan psikososial untuk mereka, perlindungan serta keamanan baik untuk masyarakat terdampak maupun tim tanggap darurat. 10. Memastikan pengelolaan dan pelaporan keuangan serta inventarisasi kegiatan tanggap darurat bencana yang akuntabel dan transparan, baik itu anggaran resmi maupun bantuan dari pihak-pihak lain. 11. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tanggap darurat secara berkala hingga berakhirnya masa tanggap darurat.