Anda di halaman 1dari 177

ANALISIS ASPEK SOSIOLOGI SASTRA

NASKAH DRAMA JIN ABG KARYA ANES PRABU SADJARWO


DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Oleh
Mentari Triati
NIM 132110069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017

i
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO

           

             

      


“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberiilmupengetahuanbeberapaderajat. Dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mujaadilah: 11)

PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak Abu Hamid dan Ibu Waryanti tercinta yang telah
memberikan doa, semangat, dan bimbingan terdapat
keberhasilan studiku serta dukungan dan pengorbanan selama
ini merupakan kebahagiaan yang tidak bisa tergantikan oleh
apapun.
2. Hadiah untuk Norman Dwi Cahya kakak tersayang dan Tegar
Catur Kurniawan adik tersayang yang senantiasa selalu
mendoakan, memberikan semangat untuk penulis.
3. Hadiah untuk Keluarga serta orang-orang terdekat yang selalu
memberi dukungan.

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


nama : Mentari Triati
NIM : 132110069
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini bukan plagiat dari hasil karya orang
lain, melainkan benar-benar hasil karya saya sendiri, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pendapat para pakar atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini, dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat karya orang
lain, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 10 Agustus 2017


Yang membuat pernyataan,

Mentari Triati

v
PRAKATA

Alhamdulillah. Akhirnya skripsi ini selesai disusun setelah melalui

proses yang cukup lama. Skripsi berjudul “Aspek Sosiologi Sastra Naskah

Drama Jin Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran di SMA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan

untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Purworejo yang telah memberikan izin penelitian;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

menyetujui pelaksanaan penelitian;

4. Prof. Dr. Sukirno, M.Pd., pembimbing I, dan Nurul Setyorini, M.Pd., pembimbing

II, yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi dengan penuh

kesabaran, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat;

6. Orang tua yang telah memberikan doa dan kebutuhan finansial;

vi
7. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi, doa, dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia.

Penulis senantiasa berdoa semoga Allah Swt memberikan balasan yang

selayaknya atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penyusun khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

Purworejo, 10 Agustus 2017


Penulis,

Mentari Triati

vii
ABSTRAK
Triati, Mentari.2017. “Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama Jin Abg karya
Anes Prabu Sadjarwo dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA”. Skripsi.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik naskah
drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo; (2) aspek sosiologi sastra naskah
drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo; dan (3) rencana pelaksanaan
pembelajaran naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo di SMA.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka.
Instrumen yang digunakan adalah peneliti sebagai unsur utama dibantu dengan
alat kartu pencatat data dan alat tulisnya. Dalam menganalisis data penulis
menggunakan teknik content analysis (analisisisi). Langkah-langkah yang
ditempuh adalah: membaca naskah drama Jin Abg; mengelompokkan data
penelitian; mengidentifikasikan data penelitian; menganalisis aspek sosiologi
sastra pada naskah drama Jin Abg; menyusun laporan hasil analisis.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) unsur intrinsik dalam naskah
drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo meliputi: (a) tema mayor: pentingnya
pendidikan, tema minor: masalah mengikuti aktivitas manusia, masalah keinginan
diadakan sekolah, masalah perbedaan pendapat; (b) tokoh dan penokohan,
meliputi: tokoh utama, yaitu Tetua Jin dan Jimat, tokoh tambahan, yaitu Pejabat
Jin 1, Pejabat Jin 2, Jin Abg 1, Jin Abg 2, Jin Abg 3; (c) alur: maju; (d) latar: latar
tempat, yaitu sekolah, kerajaan, tempat rapat, latar waktu, yaitu pagi hari, siang
hari, malam hari, dan latar suasana, yaitu menegangkan, mengagetkan, keributan,
dan menyedihkan; (e) sudut pandang: orang ketiga; (f) amanat, yaitu dalam
memecahkan masalah harus dengan kepala dingin, manfaatkanlah pendidikan
sekolah dengan baik; (2) aspek sosiologi sastra naskah drama Jin Abg karya Anes
Prabu Sadjarwo, aspek sosiologi sastra tersebut meliputi: (a) aspek kekerabatan:
hubungan kekerabatan antara Tetua Jin dengan Jimat (bos dan pegawai),
hubungan kekerabatan antara Jin Abg 1 dengan Jin Abg 3 (pertemanan); (b) aspek
cinta kasih: orang tua dengan anak, dan lawan jenis; (c) aspek ekonomi:
perekonomian keluarga menurun, dan meningkatkan perekonomian keluarga; (d)
aspek religius: melanggar perintah agama, dan kewajiban menjalankan perintah
agama; (e) aspek pendidikan: pendidikan sekolah mecerdaskan siswa-siswanya,
dan siswa yang tidak memanfaatkan pendidikan sekolah; (f) aspek moral: tidak
memiliki etika, dan rusaknya moral; (g) aspek politik: tidak menjadi warga negara
yang baik, dan melakukan korupsi; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran aspek
sosiologi sastra pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo di kelas
XI SMA yang terdapat pada kompetensi dasar 3.18 menggunakan metode
pembelajaran Quantum Learning dengan langkah tumbuhkah, alami, namai,
demonstrasi, ulangi, dan rayakan (TANDUR).

Kata Kunci: aspek sosiologi sastra, naskah drama Jin Abg, rencana pelaksanaan
pembelajaran di SMA

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Batasan Masalah ................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 9
G. Penegasan Istilah................................................................... 10
H. Sistematika Skripsi ............................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 13
B. Kajian Teoretis...................................................................... 17
BABIII METODE PENELITIAN
A. Sumber Data ......................................................................... 43
B. Objek Penelitian .................................................................... 43
C. Fokus Penelitian .................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 44
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 44
F. Teknik Analisis Data............................................................. 45
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ................................... 46
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data ...................................................................... 48

ix
B. Pembahasan Data .................................................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 117
B. Saran ..................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1 : Kartu Pencatat data Unsur Intrinsik Naskah Drama Jin


Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo .................................... 45
Tabel 2 : Kartu Pencatat Data Aspek Sosiologi Naskah Drama
Jin Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo .............................. 45
Tabel 3 : Unsur Intrinsik Naskah Drama Jin Abg Karya Anes
Prabu Sadjarwo ............................................................... 49
Tabel 4 : Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama Jin Abg Karya
Anes Prabu Sadjarwo ...................................................... 51
Tabel 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Naskah Drama Jin
Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo di SMA ...................... 52

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Biografi pengarang

Lampiran2 : Sinopsis naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

Lampiran 3 : Kartu pencatat data

Lampiran 4 : Silabus

Lampiran 5 : Rencana pelaksanaan pembelajaran

Lampiran 6 : Kartu bimbingan

xii
BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini berisi menyajikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah dan sistematika skripsi. Penyajian secara lengkap diuraikan

sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Sastra sebagai suatu karya sastra yang menyampaikan suatu jenis

pengetahuan dengan cara memberikan kenikmatan unik dan pengetahuan untuk

memperkaya wawasan pembacanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

sastra adalah bahasa (Sugono dkk, 2013: 1230). Pradopo (2013: 121)

menjelaskan bahwa sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang

mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Berbeda dengan seni lain,

medium seni lukis adalah cat atau warna, dan medium seni musik adalah suara

atau bunyi. Bahan sastra adalah bahasa yang sudah berarti. Berbeda dengan

pendapat Setyorini (2014: 83), keindahan dalam karya sastra dapat diwujudkan

melalui media bahasa. Media bahasa merupakan sarana yang digunakan

pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya dalam proses

penciptaan karya sastra.

Bahasa berkedudukan sebagai bahan dalam hubungannya dengan sastra.

Karya sastra pada dasarnya tercipta dari realitas kehidupan masyarakat yang

terjadi dan diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami dan dijadikan

alat intropeksi diri dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta suasana yang

1
2

harmonis antaranggota masyarakat. Karya sastra juga dapat dikatakan sebagai

cerminan kehidupan masyarakat, karena di dalam karya sastra memuat unsur-

unsur kehidupan sosial, cinta kasih, ekonomi, hubungan sosial, hukum,

moralitas dan sebagainya. Menurut Ginanjar (2012: 1) karya sastra menjadi

sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran. Karya sastra dapat

diibaratkan sebagai „potret‟ kehidupan. Namun, „potret‟ di sini berbeda dengan

cermin karena karya sastra sebagai kreasi manusia mengandung pandangan

pengarangnya dari mana dan bagaimana pengarang melihat kehidupan tersebut.

Kondisi sosial sangat erat kaitannya dengan permasalahan masyarakat dalam

kehidupan nyata kemudian mengilhami terciptanya karya sastra. Karya sastra

identik juga dengan kreativitas pengarang.

Karya sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan ide dan kreativitas

yang ia miliki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kreatif adalah memiliki

daya cipta (Sugono dkk, 2013: 739). Menurut Sukirno (2016: 3) istilah kreatif

berarti (1) memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan;

(2) bersifat (mengandung) daya cipta. Kekreatifan berarti perihal kreatif.

Kreator berarti pencipta atau pencetus gagasan. Kreativitas berarti kemampuan

untuk mencipta Depdikbud: 1996: 530 (dalam Sukirno 2016: 3). Jadi, menulis

kreatif adalah aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan

daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau

karangan dalam teks. Contoh aktivitas menulis kreatif yaitu menulis

pengalaman pribadi, autobiografi, biografi, kisah perjalanan, cerpen, novel,

hikayat, legenda, dongeng, naskah drama, skenario film cerita, puisi, surat, teks
3

berita, naskah pidato, proposal, hasil penelitian, dan lain-lain. Jadi, belajar

menulis kreatif adalah proses belajar yang mewujudkan aktivitas mahasiswa

menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan

pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan.

Pengarang menyalurkan kreativitasnya dengan menulis karya sastra

dibedakan menjadi dua yaitu karya sastra fiksi dan nonfiksi. Ginanjar (2012: 3)

mengatakan genre suatu karya sastra dapat dibedakan menjadi dua, yaitu genre

sastra fiksi dan nonfiksi. Genre sastra fiksi merupakan karya naratif yang isinya

tidak menyaran pada kebenaran yang benar-benar terjadi. Genre karya sastra

fiksi adalah karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran faktual,

sesuatu yang benar-benar terjadi. Sedangkan genre karya non fiksi adalah

karya naratif yang isinya sesuatu yang benar-benar terjadi. Salah satu contoh

dari prosa fiksi adalah drama.

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas

pentas. Waluyo (2012: 2) mengatakan bahwa apabila kita menyebut istilah

drama, kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu drama naskah dan

drama pentas. Keduanya bersumber pada naskah drama. Oleh sebab itu

pembicaraan tentang naskah drama merupakan dasar dari telaah drama. Naskah

drama dapat dijadikan bahan studi sastra, dapat dipentaskan, dan dapat

dipagelarkan dalam media audio, berupa sandiwara radio atau kaset. Jadi,

Naskah drama dapat adalah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk

dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan

dipentaskan.
4

Dalam naskah drama terdapat dua unsur pembangun, yaitu unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun

dari dalam naskah sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun

di luar naskah. Nurgiyantoro (2013: 30) menyebutkan unsur–unsur yang

membangun cerita yaitu peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut

pandang, dan gaya bahasa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosiologi artinya pengetahuan

atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat, ilmu tentang

sruktur sosial, proses sosial, dan perubahannya (Sugono dkk, 2013: 1332).

Sosiologi sastra merupakan ilmu yang digunakan untuk menganalisis karya

sastra dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatannya (Ginanjar, 2012:

32). Pada prinsipnya sosiologi sastra ingin mengaitkan penciptaan karya sastra,

keberadaan karya sastra dengan realitas kehidupan sosial. Swingewood (dalam

Faruk 2016: 1) mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif

mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan

proses-proses sosial. Selanjutnya dikatakan, bahwa sosiologi berusaha

menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dikemungkinan,

bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat bertahan hidup. Secara

singkat karya sastra merupakan suatu gambaran tentang hubungan kehidupan

manusia dalam masyarakat.

Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam

masyarakat. Ratna (2013: 2) mendefinisi sosiologi sastra adalah pemahaman

terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek


5

kemasyarakatannya. Dalam hal ini, sosiologi mecakup gambaran dan

kehidupan masyarakat yang merupakan kenyataan sosial, hubungan

antarmanusia, manusia dengan Tuhan-Nya, dan antar peristiwa yang terjadi

dalam batin seseorang. Muslimin (2011: 132) menjelaskan pendekatan

sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan

landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gamran atau potret

fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi

disekeliling kita sehari-hari., bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan.

Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan

proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi,

dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.

Naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sardjawo merupakan naskah

drama yang ditulis pada tahun 2012 dengan ketebalan 28 halaman. Anes Prabu

Sadjarwo adalah nama pena dari Anas Prasetya. Lahir di Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 19 Maret 1987. Anes Prabu Sardjawo dalam

menciptakan karyanya selalu menarik perhatian pembaca. Naskah drama Jin

Abg karya Anes Prabu Sardjawo menggambarkan kehidupan bangsa jin, pada

suatu sekelompok anak jin mempunyai keinginan untuk bersekolah layaknya

manusia. Dalam kehidupan para jin pun kerap muncul konflik yakni

ketidaksepahaman atas suatu hal, misal adanya usulan untuk dibangun sebuah

sistem pendidikan seperti halnya sekolah dikehidupan manusia tetapi berbeda

dengan sekolah manusia. Para anak jin mempunyai keinginan untuk bersekolah

karena mereka melihat bahwa selama ini manusia menjadi pintar dan cerdas
6

karna sekolah. Para generasi jin takut jika mereka semakin bodoh akan

tertindas oleh manusia yang semakin cerdas dan manusia akan menghancurkan

eksistensi generasi jin. Dalam karya Anes yakni naskah drama berjudul Jin Abg

menonjolkan kisah yang patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari, yakni

dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah harus diperhatikan dan diamalkan

dengan baik. Kebanyakan bangsa manusia tidak bisa menjalankan ilmu yang

didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi para anak manusia itu tidak bisa bersikap

seperti dan sebagai warga negara yang baik, para pejabat dan menteri manusia

melakukan korupsi. Selanjutnya, manusia tidak mengamalkan pendidikan

agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka banyak melakukan kenakalan

remaja, seperti tawuran pelajar, narkoba, dan pergaulan bebas. Dalam naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sardjawo dapat digunakan sebagai media

pembelajaran sosiologi sastra di SMA.

Pembelajaran sastra melalui Kurikulum 2013 di sekolah, para pendidik

diharapkan kreatif dan kritis dalam memilih bahan pengajaran. Hal tersebut

disebabkan oleh muatan yang terdapat dalam naskah drama dapat dijadikan

bahan acuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kosa kata dalam

naskah drama dapat menambah ilmu kebahasaan pada siswa dan amanat yang

tersurat maupun yang tersirat dalam naskah drama dapat dijadikan pelajaran

yang sangat berharga untuk siswa. Berdasarkan berbagai hal yang telah

dikemukakan, yaitu drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang harus

diajarkan kepada siswa SMA sesuai ketentuan yang tercantum dalam


7

kurikulum, keberhasilan pembelajaran drama diantaranya ditentukan oleh

kepandaian guru dalam memilih bahan ajar.

Pemilihan objek penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa selain

ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, naskah drama juga dapat digunakan

sebagai media pembelajaran di sekolah, melalui pembelajaran sastra. Peneliti

memilih objek naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo dengan

kajian aspek sosiologi sastra karena mengandung nilai-nilai realitas kehidupan

yang terjadi di masyarakat dan banyak menampilkan kisah yang sangat baik

untuk dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Naskah drama Jin Abg

menganalisis tentang aspek sosiologi sastra yang ada di dalamnya agar dapat

dijadikan sebagai bahan ajar yang sesuai dengan kriteria penentuan bahan ajar

drama di SMA. Selain hal tersebut, pembelajaran drama juga dapat membantu

para pendidik dalam mengembalikan dan menanamkan aspek sosial yang mulai

memudar, terutama siswa sekolah menengah atas. Oleh karena itu, penelitian

ini mengangkat permasalahan “Analisis Aspek Sosiologi Sastra dalam Naskah

Drama Jin Abg karya Anes Prabu Sardjawo dan Rencana Pelaksanaan

pembelajaran di SMA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diidentifikasi

sebagai berikut.

1. Naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo memuat unsur intrinsik

dan ekstrinsik yang menarik dan bahasa yang lugas.


8

2. Naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo terdapat persoalan-

persoalan sosial yang dapat dipecahkan melalui pembelajaran sastra di

SMA.

3. Naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo mengandung banyak

aspek-aspek sosial yang dapat diajarkan melalui pembelajaran sastra di

SMA.

4. Naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo dapat digunakan sebagai

media pembelajaran sosiologi sastra di kelas XI SMA.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dibatasi yaitu analisis aspek sosiologi sastra

naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo dan rencana pelaksanaan

pembelajaran di kelas XI SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah unsur instrinsik yang terdapat naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo?

2. Bagaimanakah aspek sosiologi sastra yang terdapat naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo?

3. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo di SMA?


9

E. Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul “Analisis Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama

Jin Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

di SMA” bertujuan untuk mendiskripsi:

1. unsur instrinsik yang terdapat naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo;

2. aspek sosiologi sastra naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo;

3. rencana pelaksanaan pembelajaran naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua macam kegunaan, yakni kegunaan secara

teoretis dan kegunaan secara praktis.

1. Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk

pengembangan penelitian sejenis dalam rangka menambah wawasan

pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran naskah drama.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk membantu melaksanakan

pembelajaran sastra. Dengan memanfaatkan penelitian ini, diharapkan

dapat menambah alternatif pembelajaran sastra yang menarik, kreatif,

dan inovatif kepada siswa.


10

b. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang

sastra lewat karya sastra yang dibacanya. Selain itu, siswa diharapkan

mampu mengapresiasikan dan menganalisis karya sastra.

c. Bagi Peneliti Berikutnya

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya

mengenai kajian sosiologi sastra.

G. Penegasan Istilah

Peneliti mengkaji “Analisis Aspek Sosiologi Sastra naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sardjawo dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA.”

Berkaitan dengan judul tersebut, terdapat beberapa istilah yang telah dijelaskan

dengan hal-hal yang dibatasi untuk mendapat gambaran yang jelas. Beberapa

istilah tersebut antara lain:

1. Aspek Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra merupakan ilmu yang digunakan untuk menganalisis

karya sastra dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatannya (Ginanjar,

2012: 32).

2. Naskah drama

Waluyo (2012: 1) menjelaskan naskah drama merupakan tiruan

kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas.


11

3. Jin Abg

Jin Abg merupakan naskah drama karya Anes Prabu Sardjawo di tulis

pada tahun 2012 ketebalan 28 halaman dan dijadikan objek penelitian

dalam skripsi ini.

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana atau langkah-

langkah pelaksanaan pembelajaran sesuai materi mata pelajaran. Materi

pelajaran yang diajarkan dengan acuan silabus kurikulum 2013 dan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

Dari pengertian istilah-istilah di atas, disimpulkan bahwa maksud judul

skripsi ini adalah analisis aspek sosiologi sastra yang terdapat pada naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo dan rencana pelaksanaan

pembelajaran di SMA.

H. Sistematika Skripsi

Agar pemahaman terhadap skripsi ini jelas dan logis, sistematika skripsi

sebagai berikut:

Pada bagian awal, berisi halaman pengesahan, motto dan persembahan,

kata pengantar, daftar isi, dan abstrak.

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi.

BAB II Tinjauan Pustaka Dan Kajian Teoretis, memuat kajian pustaka

dan kajian teoretis.


12

BAB III Metode Penelitian, mencakup sumber data, objek penelitian,

fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.

BAB IV Penyajian Dan Pembahasan Data, meliputi penyajian dan

analisis data yang difokuskan pada aspek-aspek sosiologi sastra naskah drama

Jin Abg karya Anes Prabu Sardjawo dan rencana pelaksanaan pembelajaran di

SMA.

BAB V Penutup, berisi simpulan dan saran. Untuk halaman selanjutnya

disertakan daftar pustaka dan lampiran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Bab ini berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Di bawah ini penulis

menyajikan uraian masing-masing dari pokok pembahasan tersebut.

A. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini dibahas beberapa buku yang dijadikan acuan penelitian

ini dan hasil penelitian yang relevan. Setiap buku diklasifikasikan

berdasarkan pembahasannya, selanjutnya hasil penelitian disajikan dengan

detail.

1) Beberapa kajian Buku

Ada beberapa buku yang dijadikan referensi penelitian ini yaitu buku

berjudul Pengantar Sosiologi Sastra (Faruk: 2016). Buku tersebut berisi: (a)

sosiologi sebagai cara pandang; (b) teori-teori tentang masyarakat; (c)

sastra; (d) sastra sebagai tulisan; (e) sastra sebagai bahasa. Selain itu,

digunakan juga acuan buku tentang karya sastra, yaitu buku berjudul Teori

Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro: 2013) dapat juga digunakan sebagai

pedoman karena memuat: (a) hakikat fiksi; (b) unsur fiksi; dan (c) kajian

fiksi.

Ada beberapa buku yang menjadi acuan tentang pembelajaran

sebagai objek penelitian, yaitu berjudul Penilaian Pembelajaran Bahasa

Berbasis Kompetensi (Nurgiyantoro: 2014). Buku tersebut berisi: (a) tes

kompetensi bersastra; (b) tujuan, bahan, dan penilaian dalam pembelajaran

kesastraan. Selain itu, digunakan juga acuan buku tentang metode

13
14

pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berjudul Belajar

Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum (Sukirno: 2016). Buku tersebut

berisi: (a) latar belakang, tujuan, dan manfaat belajar menulis kreatif; (b)

pengertian, dasar, tujuan, dan manfaat belajar kuantum; (c) asumsi, ciri-ciri,

dan macam-macam gaya belajar kuantum.

2) Beberapa Hasil Penelitian

Penelitian dengan pendekatan sosiologi pernah dilakukan oleh

peneliti terdahulu. Pada penelitian ini peneliti mengutip hasil penelitian

yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian Richi Mustofa (2015),

Agus Santoso (2016), dan Muslimin (2011).

Mustofa (2015) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Sosiologi

Sastra Novel Cinta Suci ZahranaKarya Habiburrahman El Shirazy Dan

Skenario Pembelajarannya Di SMA” memfokuskan unsur intrinsik, analisis

sosiologi sastra, hubungan antar aspek, dan skenario pembelajarannya di

SMA. Aspek-aspek sosial yang terdapat dalam novel Cinta Suci Zahrana

karya Habiburrahman El Shirazy meliputi aspek cinta kasih, aspek

kekerabatan, aspek moral dan pendidikan. Hubungan antar aspek yang

terdapat dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy

meliputi cinta kasih dengan pendidikan dan cinta kasih dengan moral.

Pembelajaran novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy

yang dilakukan Mustofa (2015) menggunakan model pembelajaran STAD

(Student Team Achievement Divisions).


15

Penelitian yang dilakukan Mustofa (2015) mempunyai persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya, yaitu sama-sama

menganalisis kajian sosiologi sastra. Perbedaannya adalah terdapat pada

subjek penelitian, tujuan penelitian, dan metode pembelajaran yang

digunakan peneliti. Penelitian yang dilakukan Mustofa (2015) mengambil

subjek novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy,

sedangkan penelitian ini naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

Penerapan yang dilakukan oleh Mustofa (2015) adalah Skenario

Pembelajaran di SMA, sedangkan penelitian ini Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran di SMA. Metode pembelajaran yang digunakan Mustofa

(2015) STAD (Student Team Achievement Divisions), sedangkan penelitian

ini menggunakan metode kuantum.

Santoso (2016) dalam penelitian yang berjudul “Aspek Sosiologi

Sastra Tokoh Utama Novel Khutbah Di Bawah Lembah Karya S. Jai dan

Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA” membahas tentang (a) unsur

intrinsik dalam novel Khutbah Di Bawah Lembah Karya S. Jai, (b) aspek

sosiologi sastra dalam novel Khutbah Di Bawah Lembah Karya S. Jai, (c)

skenario pembelajaran aspek sosiologi sastra dalam novel Khutbah Di

Bawah Lembah Karya S. Jai kelas XI SMA.

Persamaan penelitian Santoso (2016) dengan penelitian ini, yaitu

sama-sama menganalisis kajian sosiologi sastra. Perbedaan yang mendasar

yaitu penelitian Santoso (2016) menggunakan metode pembelajaran inkuiri,

sedangkan dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan


16

adalah metode kuantum. Selain itu, subjek penelitian Santoso (2016) adalah

novel Khutbah Di Bawah Lembah Karya S. Jai, sedangkan subjek penelitian

ini adalah naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Muslimin (2011)

berjudul “Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane: Sebuah

Kajian Sosiologi Sastra” terdapat tujuan yaitu (1) untuk menjelaskan

mengenai tokoh-tokoh dalam cerita novel Belenggu karya Armijn Pane yang

ingin mengikuti tradisi modern, (2) untuk menganalisis mengenai peran

tokoh dalam novel Belenggu karya Armijn Pane yang tertarik pada tradisi

yang bertentangan dengan budaya bangsa yang dipelihara sejak dahulu, dan

(3) untuk menemukan tema yang terdapat dalam novel Belenggu karya

Armijn Pane. Dalam penelitian tersebut juga membahas analisis isi novel

melalui pendekatan sosiologi sastra.

Penelitian yang dilakukan Muslimin (2011) mempunyai persamaan

dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya, yaitu sama-sama

menganalisis kajian sosiologi sastra. Perbedaannya, yaitu penelitian

Muslimin (2011) menjelaskan mengenai tokoh-tokoh dan peran tokoh

dalam cerita novel Belenggu karya Armijn Pane yang ingin mengikuti

tradisi modern. Sedangkan, penelitian ini membahas mengenai analisis isi

dan unsur pembangunnya dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo melalui pendekatan aspek sosiologi sastra dan diciptakan dalam

rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.


17

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini bukanlah

penelitian yang baru. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari

penelitian-penelitian terdahulu sehingga dapat melengkapi dan mendukung

penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

B. Kajian Teoretis

Dalam kajian teoretis ini dibahas mengenai pengertian sosiologi sastra,

aspek-aspek sosiologi sastra, unsur intrinsik, pengertian naskah drama, dan

rencana pelaksanaan pembelajaran naskah drama Jin Abg Karya Anes Prabu

Sadjarwodi SMA.

1. Pengertian Naskah Drama

Naskah artinya karangan yang masih ditulis dengan tangan (Sugono,

dkk 2013: 954). Secara etimologis, kata drama berasal dari kata Yunani

draomai yang berarti „berbuat‟, „berlaku‟, „bertindak‟, „bereaksi‟. Jadi,

drama berarti perbuatan atau tindakan (Dewojati 2012: 7). Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia drama artinya komposisi syair atau prosa yang

diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah

laku (akting) atau dialog yang dipentaskan (Sugono, dkk 2013: 342).

Berbeda dengan pendapat Waluyo (2012: 2), dia mengatakan bahwa

apabila kita menyebut istilah drama, kita berhadapan dengan dua

kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber

pada naskah drama. Oleh sebab itu pembicaraan tentang naskah drama

merupakan dasar dari telaah drama. Naskah drama dapat dijadikan bahan

studi sastra, dapat dipentaskan, dan dapat dipagelarkan dalam media audio,
18

berupa sandiwara radio atau kaset. Jadi, naskah drama adalah sebagai salah

satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas

konflik batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan.

Selanjutnya, Damono (buku Dewojati 2012: 2) mengemukakan

bahwa drama mempunyai 3 unsur yang sangat penting yakni unsur teks

drama, unsur pementasan, dan unsur penonton. Sebuah drama diciptakan

selain bertujuan untuk menghibur juga memberikan kegunaan kepada

pembaca dan kepada penonton. Sebagai sebuah karya, drama mempunyai

karakteristik khusus, yaitu berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi

seni pertunjukan pada sisi lain.

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di

atas pentas (Waluyo, 2012: 1). Melihat drama, penonton seolah melihat

kejadian dalam masyarakat. Adapun Hassanuddin (dalam Dewojati 2012: 9)

mengungkapkan bahwa drama adalah karya yang memiliki dua dimensi

sastra (sebagai genre sastra) dan dimensi seni pertunjukkan. Dalam istilah

yang lebih ketat, sebuah drama dideskripsikan sebagai suatu kisah hidup dan

kehidupan yang dihadirkan di atas pentas atau panggung oleh manusia

untuk dipertunjukkan.

Berdasarkan beberapa pengertian drama di atas, dapat disimpulkan

bahwa drama dapat mencakup dua pengertian yaitu drama naskah dan

drama pentas. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis

karya sastra yang berisi cerita konflik batin manusia, ditulis dalam bentuk

dialog dan mempunyai kemungkinan dipentaskan, sedangkan drama pentas


19

adalah konflik hidup manusia yang diproyeksikan pada pentas dengan

menggunakan percakapan dan dilukiskan dengan action.

2. Unsur Intrinsik Karya Sastra

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri (Nurgiyantoro 2013: 30). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan

karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual

dijumpai jika orang membaca karya sastra. Adapun yang termasuk unsur

intrinsik naskah drama, yaitu (1) tema, (2) latar atau setting, (3) alur atau

plot, (4) sudut pandang, (5) tokoh dan penokohan, dan (6) amanat.

Di bawah ini merupakan unsur intrinsik yang terdapat dalam drama,

yaitu sebagai berikut:

a. Tema

Tema sering dimaknai sebagai inti cerita pada karya sastra.

Semua cerita yang dibangun berpusat dari satu tema. Definisi yang

disampaikan Stanton (dalam Ginanjar 2012: 10) memaknai tema sebagai

makna yang dikandung oleh sebuah cerita.

Tema cerita dapat dinyatakan secara eksplisit (jelas) dan implisit

(simbolis/tersirat). Akan tetapi, tidak semudah itu menemukan tema

cerita karena lebih sering tema itu bersifat implisit (simbolis/tersirat).

Hanya dengan membaca cerita secara keseluruhan kita dapat menemukan

temanya. Tema implisit membuat pembaca merasa penasaran untuk

menemukan tema dalam karya sastra tersebut sehingga memacu minat

pembaca untuk membaca secara cermat dan tekun untuk menemukan


20

tema karya sastra tersebut. Gaya penulisan tema implisit membuat karya

sastra itu makin mempunyai keindahan sebagai sebuah karya sastra.

Menurut pendapat Nurgiyantoro (2013: 115) mengatakan bahwa tema

adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya sastra

sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang

dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit.

Selanjutnya, Nurgiyantoro (2013: 133) mengemukakan tema dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu tema mayor dan minor. Tema mayor

adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum

karya itu. sementara itu, tema minor adalah makna pokok cerita tersirat

dalam sebagian besar, atau tidak dikatakan dalam keseluruhan, cerita,

bukan makna, yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita

dapat diidentifikasi sebagai makna bagian, makna tambahan.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tema

adalah gagasan utama dalam karya sastra yang berfungsi sebagai

penopang karya sastra yang dapat disajikan secara eksplisit maupun

implisit. Tema membangun karya sastra dan menjadi

dasarpengembangan seluruhcerita sehingga membuat karya sastra lebih

penting.

b. Alur/Plot

Alur/plot adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita

yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas Ginanjar (2012: 12). Plot

memegang peranan penting dalam cerita. Selain itu, menurut Waluyo


21

(dalam Ginanjar 2012: 12) plot memiliki fungsi untuk membaca ke arah

pemahaman cerita secara dan menyediakan tahap-tahap tertentu bagi

pengarang untuk melanjutkan cerita berikutnya.

Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita

yang disusun secara logis. Dalam pengertian ini alur merupakan suatu

jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus. Oleh

sebab itu, suatu kejadian dalam suatu cerita menjadi sebab atau akibat

kejadian yang lain. Kejadian atau peristiwa itu tidak hanya berupa

perilaku yang tampak tapi juga menyangkut perubahan tingkah laku

tokoh.

Berdasarkan kriteria urutan waktu, Nurgiyantoro (dalam

Nurhayati 2012: 12-13) menjelaskan alur dibedakan menjadi tiga, yaitu

alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

1) Alur maju atau progresif dalam cerita terjadi jika cerita dimulai dari

awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa.

2) Alur mundur, regresif, atau flash back terjadi jika dalam cerita

tersebut dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita kemudian

menuju awal cerita.

3) Alur campuran merupakan gabungan antara alur maju dan alur

mundur.

Nurgiyantoro (2013: 209) membedakan tahapan plot menjadi

lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.


22

1) Tahap penyituasian (situation) merupakan tahap pembuka cerita.

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-

tokoh cerita.

2) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances) merupakan

tahap awal munculnya konflik dan konflik itu sendiri akan

berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada

tahap berikutnya.

3) Tahap peningkatan konflik (rising action) merupakan tahap

peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap

sebelumnya semakin berkembang.

4) Tahap klimaks (climax) merupakan merupakan tahap konflik atau

pertentangan yang terjadi, yang dilakukan atau ditimpakan kepada

para tokoh cerita mencapai titik puncak.

5) Tahap penyelesaian (denouement) merupakan tahap konflik yang

telah mencapai klimaks diberi jalan keluar, cerita diakhiri.

Di dalam alur terdapat unsur keindahan yang dikenal suspense

(tegangan). Suspense atau tegangan berarti ketegangan cerita yang dibuat

pengarang untuk menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat besar dari

pembaca cerita untuk mengetahui lanjutan cerita berikutnya. Suspense

dapat berupa kejutan yang diciptakan pengarang. Kejutan tersebut

membuat pembaca tidak dapat mengira bagaimana rangkaian cerita

terjadi.
23

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

tidak semua naskah drama dibagi dalam beberapa babak, pembagian

dalam babak-babak itu dilakukan dengan seksama oleh pengarang atas

pertimbangan yang matang, yakni didorong oleh kebutuhan nyata.

Kebutuhan berhubungan dengan pementasan, karena peristiwa yang

dilakukan tidak selamannya terjadi disuatu dan waktu. Jadi satu babak

dalam naskah drama itu yang mernangkum semua peristiwa yang terjadi

disuatu tempat dan pada waktu tertentu.

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam

suatu karya sastra. Menurut Ginanjar (2012: 15) istilah tokoh digunakan

untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Istilah penokohan

untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.

Berbeda dengan pendapat Waluyo (dalam Ginanjar 2012: 15),

menyatakan bahwa penokohan berarti cara pandang pengarang

menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan

unsur cerita yang lain, watak tokoh-tokoh itu. Penokohan yang baik

adalah penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dalam

suatu cerita tersebut yang memawakili tipe-tipe manusia yang

dikehendaki tema dan amanat. Selanjutnya, Nurgiyantoro (2013: 258-

275) tokoh-tokoh dalam sebuah fiksi dibedakan menjadi (1) tokoh utama,

dan (2) tokoh tambahan, tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan
24

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Sementara itu, tokoh

tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam dalam

cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh

utama.

Bedasarkan pendapat para ahli di atas, dapat di jelaskan bahwa

tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam suatu cerita

sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh yaitu pelaku

dalam karya sastra. Tokoh dan Penokohan merupakan salah satu unsur

penting dalam prosa. Tokoh digunakan untuk menunjukan pada orangnya

atau pelaku cerita sedangkan penokohan untuk melukiskan gambaran

yang jelas tentang seseorang yang di tampilkan dalam sebuah cerita.

d. Latar/Setting

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,

menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar

memiliki fungsi yang penting karena kedudukannya tersebut berpengaruh

dalam cerita. Menurut Nurgiyantoro (dalam Ginanjar 2012: 17)

menjelaskan unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok,

yaitu: (1) latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi; (2) latar waktu berhubungan dengan masalah

“kapan” peristiwa itu terjadi dan diceritakan dalam sebuah karya; dan (3)

latar sosial menyangkut status sosial seseorang tokoh, penggambaran

keadaan masyarakat, kebiasaan hidup, pandangan hidup, adat-istiadat,


25

serta cara berpikir dan bersikap, termasuk status sosial tokoh yang

bersangkutan. Selanjutnya, Sukirno (2016: 89) menambahkan bahwa

latar cerita terdiri atas latar tempat, latar waktu, latar situasi, dan latar

budaya. Latar tempat dapat berupa alam yang terbuka luas, di dalam

ruang yang luas, dan di ruang yang sempit. Latar waktu dapat

menunjukkan pukul, pagi, siang, sore, malam, hari, pekan, bulan, tahun,

zaman. Adapun latar situasi berupa penceritaan situasi hujan, terang,

sibuk, tenang, marah, aman, rusuh, duka, suka, menyendiri, banyak

orang, dan situasi-situasi yang lainnya. Latar budaya adalah kondisi dan

adat istiadat masyarakat sekitar.

Bersadarkan uraian tersebut menunjukan bahwa latar tidak

semata-mata hal yang terlihat secara eksplisit namun berkaitan dengan

situasi tempat terjadinya peristiwa, berkaitan dengan waktu dan

lingkungan sosial dalam peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Adanya

latar, cerita serta watak tokoh pun dapat tergambar secara lebih jelas.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan.

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2013: 338) menyatakan sudut

pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang

sebagai sarana menyajikan cerita dalam sebuah karya sastra kepada

pembaca. Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan

strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk

mengemukakan gagasan dan cerita.


26

Usaha pembagian sudut pandang telah dilakukan oleh banyak

pakar sastra. Namun, pandangan para pakar tersebut pada dasarnya

memiliki pendapat yang sama berkisar pada posisi pengarang sebagai

orang pertama, orang ketiga, atau bahkan campuran. Selanjutnya, Stanton

(dalam Nurhayati 2012: 19) membagi sudut pandang menjadi empat tipe

sebagai berikut:

1) Aku sebagai tokoh utama, yaitu tokoh utama mengisahkan cerita

dalam kata-katanya sendiri.

2) Aku sebagai tokoh bawahan, yaitu tokoh bawahan yang mengisahkan

ceritanya.

3) Ia sebagai pencerita terbatas, yaitu pengarang mengacu semua tokoh

dalam bentuk orang ketiga (ia atau mereka), tetapi hanya

menceritakan apa yang dapat dilihat, didengar, atau dipikirkan oleh

seorang tokoh.

4) Ia sebagai pencerita tak terbatas, yaitu pengarang mengacu pada setiap

tokoh dalam bentuk orang ketiga (ia atau mereka) dan menceritakan

apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan oleh beberapa tokoh

seakan-akan menceritakan peristiwa tanpa kehadiran tokoh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sudut

pandang adalah sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar,

dan berbagai peristiwa membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi

sebagai kepada pembaca. Pada cerita dengan sudut pandang, pengarang

bertindak sebagai pencipta segalanya.


27

f. Amanat

Amanat artinya pesan, perintah (Sugono, dkk 2013: 47). Amanat

merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.

Amanat merupakan opini, kecenderungan, dan visi pengarang terhadap

tema yang dikemukakan. Amanat sebuah drama akan lebih mudah

dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan. Amanat itu biasanya

memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan amanat

adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Drama

mengandung ajaran, terutama ajaran moral yang disampaikan secara

tidak terang-terangan (rahasia). Dengan demikian pembaca naskah atau

penonton drama sebenarnya bukan hanya terhibur, melainkan juga

diajari. Ajaran itulah yang disebut amanat.

3. Pengertian Sosiologi Sastra

Sosiologi berasal dari kata socius (Yunani) yang berarti masyarakat

dan logos (Yunani) yang berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai

asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang

mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam

masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosiologi artinya

pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan

masyarakat, ilmu tentang sruktur sosial, proses sosial, dan perubahannya

(Sugono, dkk 2013: 1332). Selain itu, menurut Swingewood 1972 (dalam
28

Faruk 2016: 1) mendefinisikan bahwa sosiologi sebagai studi yang ilmiah

dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-

lembaga dan proses-proses sosial. Selanjutnya dikatakan, bahwa sosiologi

berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat

dikemungkinan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat

bertahan hidup. Melalui penelitian yang ketat mengenai lembaga-lembaga

sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga, yang secara bersama-sama

membentuk apa yang disebut sebagai struktur sosial, sosiologi dikatakan

memperoleh gambaran mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya

dengan dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran

mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang

dengannya individu-individu dialokasikan pada dan menerima peranan-

peranan tertentu dalam struktur sosial itu.

Sosiologi sastra merupakan ilmu yang digunakan untuk menganalisis

karya sastra dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatannya.

Menurut pendapat Akbar, dkk (2013: 55) menjelaskan sosiologi sastra

adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif dan diminati para

peneliti untuk melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Pada

prinsipnya sosiologi sastra ingin mengaitkan penciptaan karya sastra,

keberadaan karya sastra dengan realitas sosioal. Karya sastra diciptakan

bukan untuk disimpan, tetapi untuk dibaca oleh masyarakat yang tentu saja

berpengaruh terhadap kehidupannya, pandangannya, sikapnya, dan

pengetahuannya.
29

Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam

masyarakat. Ratna (2013: 2) mendefinisi sosiologi sastra adalah pemahaman

terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek

kemasyarakatannya. Dalam hal ini, sosiologi mecakup gambaran dan

kehidupan masyarakat yang merupakan kenyataan sosial, hubungan

antarmanusia, manusia dengan Tuhan-Nya, dan antar peristiwa yang terjadi

dalam batin seseorang. Sama halnya, menurut Endraswara (2013: 77)

sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.

Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra

sebagai cermin kehidupan masyarakat.

Sosiologi sastra dalam pandangan Wolff (Faruk 2016: 4)

menjelaskan bahwa sosiologi sastra merupakan suatu disiplin yang tanpa

bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi empiris

dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-

masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan

dengan hubungan antara seni/kesusastraan dan masyarakat. Maka, ada

sosiologi sastra yang mungkin menyelidiki dasar sosial kepengarangan.

Berbeda dengan Wellek dan Waren 1993: 111 (dalam Ginanjar 2012: 32)

mengklasifikasikan tiga sasaran pendekatan sosiologi sastra. Pertama,

sosiologi pengarang yang membicarakan latar belakang status sosial

pengarang, ideologi sosial pengarang, dan faktor lain tentang pengarang

sebagai penghasil karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra yang

membicarakan berbagai aspek sosial yang terdapat dalam karya sastra


30

(prosa). Ketiga sosiologi pembaca sastra yang mengkaji masalah pembaca

dan pengaruh sosial karya sastra itu bagi pembaca.

Sosiologi sastra mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan

tentang sosial dan proses sosialnya. Sehingga dapat menerobos permukaan

kehidupan sosial dan menampakkan cara-cara manusia dalam merenungi

masyarakat dengan perasaannya. Menurut Damono (1984: 7) sosiologi

sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat usaha manusia untuk

menyesuaikan diri dan usahanya untuk merubah masyarakat itu. dalam hal

ini, sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama.

Meskipun sastra dan sosiologi bukanlah dua bidang yang sama sekali

berbeda garapan, malahan dapat dikatakan saling melengkapi. Tugas

sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayali

dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan

asal-usulnya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sosiologi sastra adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan

masyarakat mengenai lembaga dan proses sosial. Sosiologi sastra

mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan tentang sosial dan proses

sosialnya.

4. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra

Berdasarkan permasalahan sosiologi karya sastra, penulis

menekankan tentang sosiologi sastra dalam naskah drama. Penulis mengkaji

naskah drama dengan menekankan aspek sosiologi sastra, antara lain:


31

a. Kekerabatan

Kekerabatan adalah perihal berkerabat, hubungan antara dua

bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber yang sama (Sugono, dkk

2013: 674). Kekerabatan adalah struktur sosial yang terdiri dari keluarga

yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Hubungan

sosial merupakan ikatan yang terbentuk oleh masyarakat. Jadi,

kekerabatan adalah perilaku antar sesama manusia dalam hubungan tali

persaudaraan di dalam keluarga.

b. Cinta kasih

Cinta kasih artinya suka sekali, sayang benar; orang tuaku cukup,

kepada kami semua, kepada semua makhluk (Sugono, dkk 2013: 268).

Cinta kasih merupakan perasaan kasih sayang atau perasaan suka

terhadap orang lain. Cinta kasih memang berperan penting dalam

kehidupan manusia, sebab cinta kasih merupakan awal dua orang insan

manusia membangun pondasi dalam perkawinan, keluarga akan

terbentuk bahagia, sejahtera, damai bila keluarga tersebut dapat

memaknai cinta kasih.

c. Ekonomi

Ekonomi artinya ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga,

waktu, tata cara kehidupan perekonomian, urusan keuangan rumah

tangga (Sugono, dkk 2013: 355). Perekonomian dalam cerita dapat

dilihat dari bagaimana tata cara masyarakat hidup berdampingan dari


32

berbagai golongan (ekonomi rendah, ekonomi, menengah, dan ekonomi

atas).

d. Religius

Religi artinya kepercayaan kepada Tuhan. Religius bersifat religi,

bersifat keagamaan, yang bersangkut-paut dengan religi (Sugono, dkk

2013: 1159). Pesan moral yang terkandung dalam karya sastra akan

diperoleh pembaca saat membaca karya sastra tersebut

e. Pendidikan

Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses cara, perbuatan mendidik

(Sugono, dkk 2013: 326). Pendidikan dapat diperoleh melalui ilmu-ilmu

yang telah didapatkannya.

f. Moral

Moral adalah suatu perbuatan manusia yang bisa diterima oleh

kalangan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia moralitas

artinya sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket

atau adat sopan santun (Sugono, dkk 2013: 929).

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Naskah Drama Jin Abg Karya

Anes Prabu Sadjarwo Di Kelas XI SMA

Pada dasarnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya SMA

hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam menggali sungguh-sungguh

sastra tersebut. Dengan adanya drama sebagai salah satu bentuk karya
33

sastra, besar kemungkinan untuk dijadikan bahan ajar di SMA. Drama

sebagai bahan ajar di SMA, memiliki kelebihan yaitu karya sastra (drama)

tersebut cukup mudah dinikmati sesuai dengan kemampuan setiap individu.

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungan sekitarnya sehingga terciptalah perubahan sikap lebih

baik. Menurut Ismawati (2013: 1) bahwa pembelajaran sastra adalah

pembelajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra meliputi teori sastra,

sejarah sastra, kritik sastra, sastra perbandingan, dan apresiasi sastra.

Berbeda dengan pendapat Nurgiyantoro (2014: 449) menjelaskan sastra

merupakan karya seni yang bermediakan bahasa dan unsur-unsur

keindahan menonjol.

Selanjutnya, Rusyana (1984: 312) menjelaskan bahasa yang

digunakan dalam sastra menunjukkan ragam tertentu. Bahasa sastra

bersifat konotatif, bertalian dengan nilai. Mengandung arti rangkap,

mengandung hal-hal yang bertalian dengan peristiwa, kenangan, dan

asosiasi. Bahasa sastra bukan hanya referensial melainkan mempunyai

segi ekspresi, mengandung nada dan sikap pengarang.

Dari uraian di atas dapat disampaikan bahwa pembelajaran sastra

merupakan penyajian karya sastra dalam suatu pembelajaran di kelas

yang bertujuan guna mengajak siswa untuk mempelajari yang terkandung

dalam karya sastra tersebut. Selain itu, pembelajaran sastra dapat

mengubah sikap siswa menjadi lebih baik.


34

b. Tujuan Pembelajaran Sastra Di SMA

Tujuan pembelajaran sastra secara umum ditekankan, atau demi

terwujudnya, kompetensi bersastra atau berkompetensi mengapresiasi

sastra peserta didik secara memadai (Nurgiyantoro, 2014: 452). Walau

terlihat masih umum, tujuan capaian kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran yang lebih khusus dan operasional. Namun, setidaknya

tujuan pembelajran sastra itu haruslah diarahkan agar peserta didik

memperoleh sesuatu, sesuatu yang bernilai lebih dibanding bacaan-

bacaan lain yang bukan bacaan kesastraan.

Berbeda dengan pendapat Rusyana (1984: 314) tujuan

pembelajaran sastra adalah untuk mengapresiasi nilai-nilai yang

terkandung dalam sastra, yaitu pengenalan dan pemahaman yang tepat

terhadap nilai sastra, dan kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang

timbul sebagai akibat dari semua itu. Untuk memperoleh kenikmatan

yang mendalam, tentulah juga perlu pemahaman terhadap sastra,

sehingga pembelajaran sastra juga bertujuan untuk memberikan

pengetahuan tentang sastra.

c. Fungsi Pembelajaran Sastra Di SMA

Pembelajaran sastra memiliki fungsi, yaitu untuk: membantu

keterampilan berbahasa; meningkatkan pengetahuan budaya;

mengembangkan cipta dan rasa; dan menunjang pembentukan watak

(Rahmanto, 1988: 16-25). Berikut ini penjabaran mengenai fungsi

pembelajaran sastra.
35

1) Membantu keterampilan berbahasa

Dalam pembelajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan

menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Siswa dapat melatih

keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra

yang dibacakan oleh guru atau melalui rekaman. Siswa dapat melatih

keterampilan bicara dengan ikut berperan dalam suatu pertunjukan

drama. Siswa dapat melatih keterampilan membaca melalui membaca

puisi. Selain itu, siswa dapat mendiskusikanya dan hasil diskusi

sebagai latihan menulis.

2) Meningkatkan Kemampuan Budaya

Sastra tidak seperti ilmu yang lain seperti kimia atau sejarah,

sastra tidak menampilkan ilmu dalam bentuk jadi. Sastra berkaitan

dengan semua aspek manusia alam dan manusia dengan

keseluruhannya.

3) Mengembangkan Cipta dan Rasa

Dalam melaksanakan pengajaran sastra kita tidak boleh

berhenti pada pengertian keterampilan atau pengetahuan. Dalam

pembelajaran sastra pengajaran sebagai proses pengembangan

individu secara keseluruhan. Oleh karena itu, kecakapan yang terdapat

dalam diri pendidik hendaknya dikembangkan agar pendidik dapat

menyadari potensinya dan dapat mengabdikan diri bagi kepentingan

generasinya.
36

4) Menunjang Pembentukan Watak

Kepribadian sangat menentukan perilaku seseorang, Tidak

satupun pendidikan yang mampu menentukan watak manusia.

Pendidikan hanya dapat berusaha membentuk dan membina watak

seseorang, tetapi tidak dapat menjamin dapat merubah secara mutlak

watak manusia yang dididik.

Berdasarkan berbagai fungsi pembelajaran sastra tersebut,

pada dasarnya karya sastra banyak memberikan kemanfaatan bagi

pembacanya, baik sebagai sarana hiburan maupun sebagai sarana

mendidik. Mendidik manusia agar dapat lebih bermoral dan

menghargai manusia, meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di

dalamnya, serta dapat menyadarkan manusia untuk meneruskan tradisi

luhur bangsa.

d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra

Secara garis besar bahan pembelajaran sastra dapat dibedakan ke

dalam dua golongan, yaitu, bahan apresiasi langsung dan tidak apresiasi

langsung (Nurgiyantoro, 2014: 452-453). Namun, pembedaan tersebut

tidak bersifat pasti, sebab dimungkinkan sekali terjadi

ketumpangtindihan di antara keduanya. Bahan pembelajaran apresiasi

sastra langsung menunjuk pada bahan yang berupa teks-teks kesastraan

yang pada umunya teks puisi, fiksi, dan drama. Bahan pembelajaran tidak

apresiasi langsung menyarankan pada bahan pembelajran yang bersifat


37

teoretis dan kesejarahannya, tepatnya teori sastra dan sejarah sastra atau

pengetahuan tentang sastra.

Dalam pembelajaran sastra, peserta didik secara kritis dibimbing

untuk membaca dan memahami, mengenali berbagai unsurnya. Oleh

karena itu, kompetensi bersastra peserta didik akan lebih bermakna

daripada sekedar pengetahuan tentang sastra. Selain itu, sebagai pendidik

guru harus mampu menentukan bahan ajar yang menarik minat siswa

untuk mengikuti pembelajaran karena menentukan keberhasilan dan

pembelajaran dilakukan.

e. Pembelajaran Naskah Drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo Di

SMA

Pembelajaran drama di SMA berdasarkan kurikulum 2013 diawali

dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai

berikut:

1) Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah gambaran mengenai kompetensi utama

yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan

keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari

peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan tema.

Kemampuan yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap

kelas melalui pembelajaran.


38

2) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai pesertadidik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan

penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi

dasar yang biasanya disingkat KD merupakan sub bagian dari SK. KD

juga diambil dari standar isi, dan KD inilah yang menjadi pedoman

untuk membuat indikator pencapaian kompetensi.

3) Indikator

Indikator kompetensi menurut standar adalah perilaku yang

dapat diukur dan diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian

kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata

pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan

diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

4) Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang

operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk

pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan

kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang

dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.


39

5) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip dari

materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut

kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk

memudahkan penetapan uraian materi dapat diacu dari indikator.

6) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai

kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan

kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan

kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran

Di dalam memilih metode pembelajaran guru yang

bersangkutan dapat memilih metode yang baik, tepat, sesuai dengan

tujuan, bahan, dan keadaan siswa. Untuk menghindari agar siswa tidak

jenuh dalam menerima pelajaran, guru dalam mengajar menggunakan

metode yang beragam secara maksimal.

Metode kuantum adalah kiat-kiat, petunjuk, metode, dan

seluruh proses yang dapat menghemat waktu untuk mempercepat dan

mengoptimalkan hasil belajar yang menyenangkan dan bermanfaat

serta sebagai obat penawar yang menghidupkam dan memperkuat

kembali kegembiraan dan kecintaan belajar (Deporter dan Hernacki,


40

dalam buku Sukirno, 2016: 9). Jadi, metode kuantum dalam

pembelajaran sastra khususnya naskah drama terlaksana dengan

langkah yang merupakan pokok pembelajaran yang memuat aktivitas

menumbuhkan pemahaman dan minat siswa, mengalami secara

langsung melalui kegiatan menamai hasil kerja berdasarkan masukan

teman kelompok dan saran serta catatan dari guru, dan merayakan

hasil kerja dalam bentuk lomba.

7) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah orang yang dapat dijadikan tempat

bertanya tentang berbagai pengetahuan. Dalam kegiatan belajar,

sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru saja. Namun, buku

pelajaran juga dapat dijadikan sebagai belajar. Pelajaran akan menjadi

menarik, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil lebih

bermakna dengan menggunakan bantuan berbagai alat.

Sumber belajar dapat berupa buku-buku dari pribadi guru itu

sendiri. Sumber belajar yang berupa buku, yaitu buku pelajaran yang

disiapkan dan berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Buku tersebut

dapat berupa buku pokok dan buku pelengkap.

8) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Guru hendaknya selalu memberikan variasi dalam

menyampaikan pembelajaran sehingga siswa tidak jenuh dan selalu siap

dalam menanggapi berbagai rangsangan. Tata cara penyajian yang perlu

ditimbangkan dalam memberikan pembelajaran sastra antara lain melalui


41

pertahapan: pelacakan pendahuluan, penentuan sikap praktis, introduksi,

penyajian, diskusi, dan pengukuhan.

9) Waktu Pembelajaran

Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur sesuai

dengan keleluasaan dan kedalaman materi. Seorang guru harus bisa

mengatur dan menggunakan waktu yang tepat dengan keleluasaan dan

penyampaian materi. Materi yang banyak dan memerlukan

pendalaman diberi waktu yang lebih lama.

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar

berdasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata

pelajaran per-minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi

dasar, keluasa, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

kompetensi dasar.

10) Evaluasi

Dalam pembelajaran sastra, evaluasi dibagi menjadi evaluasi

yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik

(keterampilan), dan afektif (sikap). Penilaian kognitif lebih banyak

berhubungan dengan kemampuan dan proses berpikir. Penilaian

psikomotor adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas

otak, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. Keluaran hasil belajar

yang bersifat psikomotoris adalah keterampilan-keterampilan gerak

tertentu yang diperoleh setelah mengalami peristiwa belajar. Penilaian


42

afektif berhubungan dengan perubahan sikap sesuai dengan nilai-nilai

karakter bangsa.
BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini berisi sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian

hasil analisis.

A. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto 2010: 172). Pada penelitian ini sumber data diperoleh

dari naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo, yang diterbitkan pada

tahun 2012 dengan tebal 28 halaman.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto 2010: 161). Objek penelitian ini adalah aspek sosiologi

sastra naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo, terdiri atas aspek

kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek ekonomi, aspek religius, aspek

pendidikan, dan aspek moral.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah batasan masalah penelitian kualitatif yang

berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2015: 285).

Penelitian ini difokuskan pada: (1) aspek sosiologi sastra meliputi aspek

kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek ekonomi, aspek religius, aspek

pendidikan, dan aspek moral; (2) unsur intrinsik meliputi tema, latar atau

setting, alur atau plot, sudut pandang, tokoh dan penokohan, dan amanat; (3)

43
44

rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA kelas XI SMA dalam naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data (Sugiyono, 2015: 203). Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka yaitu

menggunakan sumber-sumber tertulis sebagai acuan, serta menggunakan

teknik pencatatan data.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. membaca keseluruhan naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo;

b. menandai keseluruhan naskah drama yang mengandung unsur intrinsik dan

aspek-aspek sosiologi yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo;

c. mencatat data-data yang diperoleh sesuai dengan objek kajian ke dalam

kartu pencatat data.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peneliti sebagai unsur utama dibantu dengan alat kartu
45

pencatat data dan alat tulisnya. Kartu pencatat data dipergunakan untuk

mencatat data hasil dari pembacaan naskah drama. Kartu pencatat data ini

berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan dialog yang berkaitan

dengan pembahasan. Berikut ini disajikan kartu pencatat data sebagai berikut.

Tabel 3.1
Kartu Pencatat Data Unsur Intrinsik Naskah Drama Jin Abg
Karya Anes Prabu Sadjarwo
No. Unsur Intrinsik Data Halaman
1. Tema
2. Alur atau plot
3. Tokoh dan penokohan
4. Latar atau setting
5. Sudut pandang
6. Amanat

Tabel 3.2
Kartu Pencatat Data Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama Jin Abg
Karya Anes Prabu Sadjarwo
No. Aspek Sosiologi Data Halaman
1. Aspek kekerabatan
2. Aspek cinta kasih
3. Aspek ekonomi
4. Aspek religius
5. Aspek moral
6. Aspek politik
7. Aspek pendidikan

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan semuanya

dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2015: 134). Penelitian ini

merupakan penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

content analysis (analisis isi). Selanjutnya, Endraswara (2013: 161)


46

menjelaskan bahwa menggunakan teknik content analysis (analisis isi) adalah

strategi untuk menangkap pesan karya sastra.

Berdasarkan hal tersebut di atas, langkah-langkah yang ditempuh

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. menganalisis data unsur intrinsik naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo;

2. menganalisis data aspek sosiologi sastra yang terdapat pada naskah drama

Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo;

3. menganalisis rencana pelaksanaan pembelajaran;

4. mencatat hasil analisis data ke dalam kartu pencatatnya.

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Teknik penyajian data ada dua teknik, yaitu penyajian data yang

bersifat informal dan penyajian data bersifat formal (Sudaryanto, 2015: 240-

241). Penyajian data informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa,

walaupun dengan termonologi yang teknis sifatnya, sedangkan penyajian data

formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda dan

lambang-lambang. Teknik yang digunakan untuk penyajian hasil analisis

data dalam penelitian ini menggunakan teknik informal. Dengan penyajian

analisis informal, penulis menyajikan hasil analisis yang berupa aspek-aspek

sosiologi naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo yang meliputi

aspek kekerabatan, cinta kasih, ekonomi, religius, pendidikan, moral, dan

rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XI SMA, dipaparkan dengan kata-

kata biasa tanpa menggunakan lambang dan bilangan.


47

Dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian hasil analisis data pada

penelitian ini menggunakan teknik informal dan kata-kata yang digunakan

kata-kata biasa yang lebih terperinci sehingga mudah dipahami.


BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA

Bab ini berisi penyajian data dan pembahasan data yang meliputi unsur

intrinsik, aspek sosiologi sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

A. Penyajian Data

Penyajian data yang terdapat dalam penelitian ini merupakan

gambaran tentang masalah-masalah yang akan dibahas dalam pembahasan

data. Adapun data penelitian yang berupa unsur intrinsik, aspek sosiologi

sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo. Di bawah ini merupakan penyajian data tersebut.

1. Unsur Intrinsik Naskah Drama Jin Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo

Unsur intrinsik naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

terdiri dari: tema yang meliputi tema mayor dan tema minor; tokoh dan

penokohan yang meliputi tokoh utama dan tokoh tambahan;latar atau

setting yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana; alur atau

plot yang meliputi alur berdasarkan waktu dan alur berdasarkan tahapan;

sudut pandang; dan amanat. Keseluruhan unsur intrinsik tersebut peneliti

lengkapi dengan kutipan-kutipan langsung yang terdapat pada naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo. Data selengkapnya dapat

dilihat dari Tabel 4.1 berikut ini.

48
49

Tabel 4.1
Unsur Intrinsik Naskah Drama Jin Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo

No Unsur Intrinsik Data Halaman


Tema
Pentingnya Pendidikan
a. Tema Mayor 16, 23.
1) Masalah mengikuti 4, 6, 8.
1. aktivitas manusia.

b. Tema Minor 2) Masalah keinginan diadakan 15, 16.


sekolah.
3) Masalah perbedaan pendapat. 23, 24.
Tokoh dan
Penokohan
1) Jimat: Pintar, peduli, dan keras
a. Tokoh Utama 5, 7, 16, 23.
kepala.
dan
2) Tetua Jin: Bijaksana dan
Penokohan 8, 10, 11.
tegas.
1) Pejabat Jin 1: Sabar, bijaksana,
8, 14.
adil, dan emosional.
2. 2) Pejabat Jin 2: Sopan,
bertanggungjawab, suka 10, 20.
b. Tokoh mengingatkan.
Tambahan dan 3) Jin Abg 1: Sopan, cerdas, 8, 12, 13, 14,
Penokohan berani, dan cekatan. 16.
4) Jin Abg 2: Humoris dan
13, 23.
berani.
5) Jin Abg 3: Sopan, pintar, dan
13, 21.
tidak sabar.
Latar/Setting
1) Ruang Kelas 3, 4.
a. Latar Tempat 2) Kerajaan Jin 4, 5
3) Tempat Rapat 7, 8.
1) Pagi Hari 3
3. b. Latar Waktu 2) Siang Hari 3
3) Malam Hari 7, 8.
1) Suasana Menegangkan 4, 7, 8.
2) Suasana Mengagetkan 6, 8.
c. Latar Suasana
3) Suasana Keributan 11, 14.
4) Suasana Menyedihkan 7, 27.
4. Alur/Plot
50

a. Berdasarkan
Alur Maju
Urutan Waktu
1) Tahap penyituasian (situation) 3, 4.
2) Tahap pemunculan konflik
(generating circumtances) 4, 5.

b. Berdasarkan 3) Tahap peningkatan konflik


(rising action) 6, 7, 8.
Tahapan
4) Tahap klimaks (climaks) 15, 16, 23.
5) Tahap penyelesaian
(denounment) 19, 28.

Sudut pandang orang ketiga serba


5. Sudut Pandang tahu.
1) Dalam mengikuti rapat dan
memecahkan masalah harus
9, 11.
dengan kepala dingin,
janganlah penuh keributan.
2) Manfaatkanlah pendidikan
sekolah dengan baik, karena
6. Amanat dengan pendidikan sekolah 12, 23.
akan menjadi cerdas dan
mencerahkan masa depan.
3) Amalkanlah dalam kehidupan
sehari-hari ilmu yang telah
17, 18.
diajarkan oleh pendidikan
sekolah.

2. Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama Jin Abg Karya Anes Prabu
Sadjarwo

Aspek sosiologi sastra yang terdapat pada naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo meliputi aspek kekerabatan,aspek cinta kasih,

aspek ekonomi, aspek religius, aspek pendidikan, dan aspek moral. Data

selengkapnya dapat dilihat dari Tabel 4.2 berikut ini.


51

Tabel 4.2
Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama Jin Abg
Karya Anes Prabu Sadjarwo

Aspek
No Sosiologi Data Halaman
Sastra
a. Hubungan kekerabatan antara Tetua Jin
4, 5.
dengan Jimat.
1. Kekerabatan
b. Hubungan kekerabatan antara Jin Abg 1
16, 19.
dengan Jin Abg 3.
a. Cinta kasih orang tua dan anak. 26
2. Cinta kasih
b. Cinta kasih lawan jenis. 27
a. Perekonomian keluarga menurun. 20
3. Ekonomi
b. Meningkatkan perekonomian keluarga. 21
a. Melanggar perintah agama. 18
4. Religius b. Kewajiban menjalankan perintah
19
agama.
a. Pendidikan sekolah mecerdaskan siswa- 12, 13,
siswanya. 23.
5. Pendidikan b. Siswa yang tidak memanfaatkan
pendidikan sekolah. 17, 18.
a. Tidak memiliki etika. 8, 9.
6. Moral
b. Rusaknya moral. 18, 26.
a. Tidak menjadi warga negara yang baik. 17, 26.
7. Politik
b. Melakukan korupsi. 18

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Naskah Drama Jin Abg Karya


Anes Prabu Sadjarwo Di Kelas XI SMA

Rencana pelaksanaan pembelajaran naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sardjawo di SMA berdasarkan kurikulum 2013 terdiri atas

kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi,

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,metode pembelajaran, media

pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan

evaluasi. Data selengkapnya terdapat dalam tabel 4.3 berikut ini.


52

Tabel 4.3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Naskah Drama di Kelas XI SMA
No Komponen Data
.
a. Kompetensi Inti Aspek sosiologi satrapada naskah drama.
b. Kompetensi Dasar Pembelajaran unsur intrinsik dan aspek
sosiologi sastra naskah drama Jin Abg karya
Anes Prabu Sadjarwo.
c. Indikator 1) Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik
naskah drama Jin Abg.
2) Siswa mampu menganalisis aspek sosiologi
sastra naskah drama Jin Abg.
d. Tujuan Pembelajaran 1) Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik
naskah drama Jin Abgkarya Anes Prabu
Sadjarwo.
2) Siswa dapat menganalisis aspek sosiologi
naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu
Sadjarwo.
e. Alokasi Waktu 4 x 45 menit (2x pertemuan)
f. Materi Pembelajaran Pembelajaran unsur intrinsik dan aspek
sosiologi naskah drama Jin Abgkarya Anes
Prabu Sadjarwo.
g. Metode Quantum Learning menggunakan langkah
Pembelajaran tumbuhkah, alami, namai, demonstrasi, ulangi,
dan rayakan (TANDUR).
h. Sumber Belajar 1) Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI
2) Buku Pelengkap (penunjang) Naskah Drama
i. Langkah Pertemuan Pertama
Pembelajaran 1) Kegiatan Awal (15 menit)
a) Guru memberi salam, berdoa bersama
dan melakukan absensi untuk
mengawali pembelajaran.
b) Guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi yang akan dibahas.
c) Guru menyampaikan kompetensi
dasar indikator pencapaian yang harus
dikuasai.
d) Guru bertanya kepada siswa mengenai
gambaran umum materi naskah
drama.
2) Kegiatan Inti (60 menit)
Fase “Tumbuhkan”
53

a) Guru menampilkan profil Anes Prabu


Sadjarwo dan karya-karyanya dengan
menggunakan audiovisual.
b) Guru menumbuhkan minat siswa
dengan cara menyugesti siswa dengan
cara menjelaskan manfaat
pembelajaran naskah drama bagi
kehidupan sehari-hari.
c) Guru mempresentasikan materi
mengenai naskah drama, unsur
intrinsik, dan aspek sosiologi dengan
media powerpoint.
d) Siswa mengamati contoh penggalan
unsur intrinsik dalam naskah drama
Fase “Alami”
a) Siswa membentuk 4 kelompok.
b) Setiap kelompok dibagikan sinopsis
naskah drama Jin Abg karya Anes
Prabu Sadjarwo, dan diminta untuk
membaca.
c) Siswa menentukan unsur intrinsik
yang terdapat dalam naskah drama Jin
Abg karya Anes Prabu Sadjarwo,
dengan memberikan kutipan yang
menunjukkan unsur intrinsik.
Fase “Namai”
a) Setiap kelompok menyajikan
presentasi yang menarik tentang hasil
pekerjaannya.
b) Perwakilan satu siswa dalam setiap
kelompok untuk mempresentasikan.
c) Guru dan siswa saling bekerja sama
dengan baik dalam
mengidentifikasikan hasil pekerjaan,
guru menunjukkan hasil yang benar
sehingga semua siswa mengetahui
unsur intrinsik yang benar dalam
naskah drama Jin Abg karya Anes
Prabu Sadjarwo.
3) Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah berlangsung.
b) Semua kelompok mengumpulkan
hasil pekerjaan.
54

c) Guru memotivasi siswa untuk


meneladani karakter positif yang
terdapat pada naskah drama Jin Abg
karya Anes Prabu Sadjarwo.
d) Siswa menerima tugas individu untuk
menentukan aspek sosiologi sastra
yang tedapat dalam naskah drama Jin
Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.
e) Berdo‟a bersama dan memberi salam
penutup untuk mengakhiri
pembelajaran.
Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Awal (15 menit)
a) Guru memberi salam, berdoa bersama
dan melakukan absensi untuk
mengawali pembelajaran.
b) Guru melakukan tanya jawab dengan
siswa mengenai materi yang telah
dibahas pada pertemuan sebelumnya.
c) Guru menyampaikan refleksi
mengenai kekurangan yang masih
ditemukan di dalam hasil
pembelajaran sebelumnya.
2) Kegiatan Inti (60 menit)
Fase “Demonstrasi”
Kegiatan demonstrasi untuk setiap siswa
dengan cara siswa mengemukakan
pendapatnya di depan teman-teman
mengenai hasil pekerjaan rumah yaitu
analisis aspek sosiologi yang terdapat
pada naskah drama Jin Abg karya Anes
Prabu Sadjarwo. Jika ada siswa yang
tidak setuju dengan pendapatnya, boleh
memberi sanggahan.
Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki hasil analisisnya
sesuai dengan saran teman
Fase “Rayakan”
Siswa yang memperoleh nilai tertinggi
memiliki kesempatan untuk membacakan
hasil analisisnya di depan kelas dan
analisis tersebut dipajang di dinding
kelas.
Kegiatan Akhir (15 menit)
55

a) Guru menyampaikan simpulan


pembelajaran dan memberi pesan
kepada siswa agar meneladani sikap
tokoh yang memiliki akhlak mulia
yang ada dalam naskah drama Jin Abg
b) Guru memberi pesan kepada siswa
agar meneladani sikap tokoh yang
memiliki akhlak mulia yang ada dalam
naskah drama Jin Abg karya Anes
Prabu Sadjarwo.
c) Berdo‟a bersama dan memberi salam
penutup untuk mengakhiri
pembelajaran.
J Evaluasi 1. Teknik penilan dalam pembelajaran ini
menggunakan teknik tes tertulis.
2. Bentuk tes dalam pembelajaran ini
menggunakan tes tertulis berupa uraian
dengan tes esai berupa uraian.

B. Pembahasan Data

Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang unsur intrinsik,

aspek sosiologi sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA.

1. Unsur Intrinsik Naskah Drama Jin Abg Karya Anes Prabu Sadjarwo

Unsur intrinsik naskah drama intrinsik naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, latar atau

setting, alur atau plot, sudut pandang, dan amanat. Berikut ini uraian unsur

intrinsik naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

a. Tema

Tema merupakan unsur pokok dalam karya sastra, tema

diartikan sebagai makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Di

bawah ini disajikan pembahasan data mengenai tema dalam naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.


56

1) Tema Mayor

Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar

atau gagasan dasar umum karya itu. Tema mayor yang terdapat pada

naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo adalah

pentingnya pendidikan. Hal itu dibuktikan dengan kutipan di bawah

ini.

Jin Abg 1 : “Baiklah kawan kawan....Tetua Jin yang kami muliakan


dan para staf dan pejabat jin sekalian. Sungguhpun apa
yang akan kami sampaikan ini adalah atas dasar untuk
memajukan keberlangsungan bangsa jin yang mulia ini.
Apa yang kami sampaikan ini merupakan hasil dari
sebuah pemikiran kita, generasi jin muda yang
menginginkan bangsa jin menjadi mahluk yang
mencerdaskan segala bangsa dan ikut dalam
memajukan kesejahteraan bangsa jin. Untuk itu kami
ingin diadakannya sekolah!”(Halaman: 16)
Jin Abg 8 : “Memang dalam manusia ada pelajaran-pelajaran yang
sangat bermutu dan hebat. Tapi sayangnya bangsa
manusia tidak bisa menjalankan ilmu yang
didapatkannya dalam kehidupan sehari hari.
Contohnya, di manusia ada Pendidikan
Kewarganegaraan, tapi para anak manusia itu tidak bisa
bersikap seperti dan sebagai warga Negara yang
baik!”(Halaman: 16)
Jin Abg 8 : “Tetapi nantinya sekolah ini akan mendidik anak jin
yang bermartabat, berilmu tinggi demi kemajuan
bangsa kita sendiri, Tuan!”
Jin Abg 3 : “Bahkan saya yakin, jika sekolah ini benar diadakan,
kita bisa mengungguli kejayaan manusia. Saya yakin
sekali akan hal itu!”
(Halaman: 23)

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui pentingnya

pendidikan menjadi tema pokok pada naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo. Dengan adanya sekolah akan terciptanya

mahluk yang mencerdaskan segala bangsa dan ikut dalam


57

memajukan kesejahteraan bangsa. Sekolah akan mendidik anak yang

bermartabat, berilmu tinggi demi kemajuan bangsa kita sendiri.

Pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah sangat bermutu dan

hebat. Pelajaran yang didapat tentunya harus diamalkan dalam

kehidupan sehari hari.

2) Tema Minor

Tema minor adalah makna pokok cerita tersirat dalam

sebagian besar, atau tidak dikatakan dalam keseluruhan, cerita,

bukan makna, yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita

dapat diidentifikasi sebagai makna bagian, makna tambahan. Tema

minor yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo adalah masalah mengikuti aktivitas manusia, masalah

keinginan diadakan sekolah, dan masalah perbedaan pendapat.

a) Masalah Mengikuti Aktivitas Manusia

Pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

permasalahan yang dialami bangsa jin adalah sekelompok anak

jin mengikuti aktivitas manusia. Peristiwa tersebut dapat dilihat

dalam kutipan berikut.

Jimat : “Ini adalah persoalan anak-anak jin kita yang


mengikuti kegiatan dan aktivitas layaknya
manusia, Tuan.”
Pengawal Jin : “Apa?” (Kaget)
(Halaman: 4)

Jimat : “Begini Tetua Jin. Barangkali perbuatan ini


terasa sedikit memalukan bagi bangsa kita.
Akan tetapi sebelum semuanya terlambat, saya
58

harus mengatakan hal ini kepada Tetua Jin.


Tetua Jin, saya melihat, para generasi makhluk
seperti kita mengikuti kegiatan dan aktivitas
seperti halnya manusia.”(Halaman: 6)
Tetua Jin : “Apa-apaan kalian ini! Ini perbuatan manusia!
Musik yang kalian dengarkan adalah musik
manusia. Gerakan yang kalian tarikan tadi juga
gerakan manusia. Dan lihatlah, pakaian kalian
juga pakaian manusia!”(Halaman: 8)

Pada kutipan di atas pengarang menggambarkan masalah

yang terjadi pada bangsa jin. Masalah yang terjadi adalah

sekelompok anak jin mengikuti kegiatan dan aktivitas seperti

halnya manusia. Jimat melihat anak jin memasuki dunia manusia

dan mengikuti kegiatan manusia. Tentunya menjadi masalah yang

membuat malu bagi bangsa jin.

b) Masalah Keinginan Diadakan Sekolah

Permasalahan yang dialami bangsa jin adalah anak jin

menginginkan agar diadakan sekolah untuk bangsa jin. Berikut

kutipan yang menggambarkan masalah tersebut.

Jin Abg 1 : “Kalau memang kalian semua pejabat yang terhormat,


maka dengarkanlah aspirasi dan tuntutan
kami!”(Halaman: 15)
Jin Abg 1 : “Baiklah kawan kawan.... Tetua Jin yang kami
muliakan dan para staf dan pejabat jin sekalian.
Sungguhpun apa yang akan kami sampaikan ini
adalah atas dasar untuk memajukan
keberlangsungan bangsa jin yang mulia ini. Apa
yang kami sampaikan ini merupakan hasil dari
sebuah pemikiran kita, generasi jin muda yang
menginginkan bangsa jin menjadi mahluk yang
mencerdaskan segala bangsa dan ikut dalam
memajukan kesejahteraan bangsa jin. Untuk itu kami
ingin diadakannya sekolah!”
Jin Abg 8 : “Ya. Kami menginginkan diadakanya sekolah di
bangsa Jin yang mulia ini!”
59

(Halaman: 16)
Dari kutipan di atas para anak jin sangat menginginkan

diadakannya sekolah di bangsa jin. Menurut mereka sekolah akan

berdampak positif bagi bangsa jin. Dengan adanya sekolah akan

menciptakan generasi jin yang cerdas dan memajukan

kesejahteraan bangsa jin.

c) Masalah Perbedaan Pendapat

Pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

permasalahan yang dialami bangsa jin adalah adanya perbedaan

pendapat yang terjadi di bangsa jin. Peristiwa tersebut dapat

dilihat dalam kutipan berikut.

Jimat : “Maafkan saya Tetua Jin. Sungguh maafkan saya.


Sebenarnya saya tidak sepakat kalau bangsa kita
diadakan sekolah seperti milik bangsa manusia
itu!”
Jin Abg 1 : (Kesal) “Hei, Bapak Pejabat, mengapa Anda
tidak setuju dengan pendapat kami? Beri kami
alasan!”
(Halaman: 23)
Pejabat Jin 1 : “Kita memang boleh saja mengutarakan
pendapat. Asalkan, kita harus mempunyai alasan
yang logis, jelas dan tepat. Semua keputusan,
pada ahirnya harus bisa kita pikirkan dengan
matang-matang. Untuk itu kepada Jimat, silahkan
Anda harus mengatakan kepada kami alasan yang
benar-benar bisa kami terima!”(Jin Abg, 2012:
24)

Pada kutipan di atas masalah perbedaan pendapat

digambarkan sangat jelas oleh pengarang. Jimat tidak sepakat

dengan diadakannya sekolah di bangsa jin. Tentu saja membuat


60

para anak jin kesal dan marah. Hal tersebut menimbulkan masalah

menjadi rumit.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan bagian penting dalam karya

sastra. Tokoh pada karya sastra merupakan pelaku dalam cerita untuk

menampilkan suatu karakter tertentu, sedangkan penokohan cara

pengarang menggambarkan watak, sifat dari tokoh dalam cerita. Tokoh

yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

yaitu Tetua Jin, Jimat, Pejabat Jin 1, Pejabat Jin 2, Pengawal Jin, Jin

Abg 1, Jin Abg 2, Jin Abg 3, Jin Abg 4, Jin Abg 5, Jin Abg 6, Jin Abg

7, dan Jin Abg 8.

Pada skripsi ini, penulis tidak hanya memfokuskan pada tokoh

utama melainkan juga pada tokoh-tokoh lainnya. Di bawah ini disajikan

pembahasan data mengenai tokoh dan watak tokoh dalam naskah drama

Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

1) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang penting dalam cerita

ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian

cerita. Tokoh utama yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo adalah Jimat dan Tetua Jin. Tokoh Jimat dan

Tetua Jin selalu dimunculkan oleh pengarang dalam cerita. Berikut

pembahasan penokohan Jimat dan Tetua Jin.


61

a) Jimat

Jimat merupakan tokoh utama. Jimat adalah jin mata-mata

yang berasal dari bangsa jin. Jimat diperintahkan oleh ketua

bangsa jin untuk menjadi jin mata-mata, mengawasi kegiatan para

jin. Jimat adalah jin yang mempunyai sifat yang pintar. Hal

tersebut dapat diketahui dalam kutipan berikut.

Tetua Jin : “Ya, Jimat. Kita memang harus segera mengambil


langkah Jimat. Ini tidak bisa dibiarkan Jimat.
Sungguh keterlaluan. Jimat, apa saranmu?”
Jimat : “Begini, Tetua Jin, kalau menurut pendapat saya,
kita harus segera mengadakan rapat pertemuan.
Semacam KLB, atau rapat pleno aparatut. Lalu kita
panggil anak-anak jin itu kemari. Kita Tanya mereka
itu sebenarnya apa maunya.”
(Halaman: 7)
Dari kutipan dialog di atas, dapat diketahui bahwa Jimat

merupakan jin yang pintar. Dia memberi saran yang terbaik,

ketika Tetua Jin kebingungan apa yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Selain pintar, jimat juga

memiliki sifat yang peduli. Berikut kutipan yang menjelaskan hal

tersebut.

Jimat : “Maaf, Tetua Jin. Ini memang persoalan yang sangat


penting. Saya takut, jika ini dibiarkan, bisa-bisa akan
menjadi ancaman bagi kita, Tetua Jin..” (Halaman: 5)

Berdasarkan kutipan di atas, Jimat sangat peduli dengan

bangsanya. Ada persoalan yang menimbulkan ancaman untuk

bangsanya. Dia tidak bisa membiarkan itu terjadi, Jimat berusaha

menceritakan keapada Tetua Jin.


62

Selain pintar dan peduli, Jimat memiliki karakter yang

tidak menyenangkan. Ia mempunyai sikap yang keras kepala.

Jimat kerap menolak pendapat-pendapat para jin lainnya ketika

rapat pertemuan berlangsung. Hal tersebut dapat dibuktikan pada

kutipan di bawah ini.

Jin Abg 8 : “Ya. Kami menginginkan diadakanya sekolah di


bangsa Jin yang mulia ini!”
Jimat : (Keras) “Sekolah hanya untuk manusia!”
(Halaman: 16)
Jimat : “Maafkan saya Tetua Jin. Sungguh maafkan saya.
Sebenarnya saya tidak sepakat kalau bangsa kita
diadakan sekolah seperti milik bangsa manusia itu!”
SEMUA JIN KAGET
Jin Abg 1 : (Kesal) “Hei, Bapak Pejabat, mengapa Anda tidak
setuju dengan pendapat kami? Beri kami alasan!”
Jimat : “Sekolah itu hanya untuk anak-anak manusia,bukan
(Halaman: 23)
Kutipan dialog di atas menggambarkan bahwa Jimat

memiliki sifat keras kepala. Dalam forum rapat pertemuan, ia

selalu menyanggah setiap pendapat yang disampaikan. Tentu saja

membuat para anak jin kesal dan marah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Jimat sosok jin yang ditugaskan menjadi jin mata-mata memiliki

karakter pintar dan peduli. Selain itu, Jimat juga memiliki sikap

yang tidak menyenangkan yaitu keras kepala.

b) Tetua Jin

Tetua Jin adalah ketua dari bangsa jin. Tetua jin

merupakan tokoh utama dalam naskah drama Jin Abg karya Anes
63

Prabu Sadjarwo. Tetua Jin mempunyai kepribadian yang

bijaksana. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Tetua Jin : “Ya. Saya mengerti Jimat. Sebagai Tetua Jin yang
menjunjung tinggi demokrasi, saya pun tidak
keberatan dengan usulan Jimat. Dan silahkan pada
anak jin semua , kami berikan kebebasan untuk
berpendapat. Sebab, sebenarnya kami pun tidak
terlalu mengerti, gejala yang terjadi di kalangan
anak-anak jin sekarang ini.” (Halaman: 11)

Pada kutipan di atas menjelaskan bahwa Tetua Jin

memiliki sifat yang bijaksana. Sebagai ketua bangsa jin dia sangat

bijaksana terhadap para jin lainnya. Termasuk dalam memutuskan

keputusan dia selalu menjunjung tinggi demokrasi. Kebebasan

berpendapat yang ditekankan oleh Tetua Jin.

Selain sifat baiknya yang bijaksana, Tetua Jin juga

memiliki karakter tegas sebagai pemimpin bangsa jin. Hal

tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Tetua Jin : ”Apa yang kalian bicarakan ini? Jaman memang


berubah. Tapi kita harus menjaga-menjaga etika.
Kita ini mahluk yang bermoral. Jangan samakan
bangsa kita ini dengan bangsa manusia yang tidak
punya moral itu!” (Halaman: 8)
Tetua Jin : “Kalian telah mengikuti sekolah layaknya
manusia!” (Marah) (Halaman: 10)
Pejabat Jin 1 : “Dan untuk itulah kalian kami panggil kesini.
Untuk mengkonfirmasikan dan mengklarifikasi.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian ini.”
Tetua Jin : “Sebuah kemunduran terjadi apabila mahluk kita
mengikuti pola hidup bangsa manusia! Camkan
itu!”
(Halaman: 10)
64

Pada beberapa kutipan di atas terlukis bahwa karakter

Tetua Jin tegas dalam memimpin. Tetua Jin tegas terhadap jin

yang telah melakukan kesalahan. Sebagai pemimpin bangsa jin,

Tetua Jin selalu mengingatkan hal yang seharusnya tidak

dilakukan oleh para jin. Sebagai jin harus menjaga etika, karena

merupakan makhluk yang bermoral.

Berdasarkan pembahasan mengenai penokohan tokoh

Tetua Jin dapat disimpulkan bahwa Tetua Jin memiliki karakter

bijaksana dan tegas. Sebagai pemimpin bangsa jin karakter

bijaksana dan tegas sangat penting untuk menciptakan bangsa

yang sejahtera.

2) Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral

kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan

untuk mendukung tokoh utama. Tokoh tambahan hanya muncul

beberapa kali dalam cerita dan porsi yang relatif pendek. Tokoh

tambahan yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes

Prabu Sadjarwo adalah Pejabat Jin 1, Pejabat Jin 2, Jin Abg 1, Jin

Abg 2, Jin Abg 3,

a) Pejabat Jin 1

Tokoh Pejabat Jin 1 berperan sebagai tokoh tambahan

dalam cerita ini. Pejabat Jin 1 mempunyai sifat yang sabar. Hal

tersebut tampak pada kutipan berikut ini.


65

Pejabat Jin 1 : “Ini jaman sudah benar-benar edan! Ayo


semuanya duduk. Keadaan sudah sedimikian
gawat.” (Pada Tetua Jin). “Maaf Tetua Jin, saya
minta anda untuk sedikit bersabar. Mereka ini
hanyalah anak-anak Tetua Jin.” (Halaman: 8)

Dari kutipan di atas tergambar jelas sifat sabarnya tokoh

Pejabat Jin 1. Pejabat Jin 1 bersabar ketika suasana menegangkan,

dia menenangkan Tetua Jin yang sedang emosi terhadap sikap

anak jin. Selain sifatnya yang sabar, Pejabat Jin 1 juga memiliki

karakter yang bijaksana dan adil. Berikut kutipan yang

menjelaskan hal tersebut.

Pejabat Jin 1 : “Kalau begitu Tetua Jin, alangkah lebih baiknya


jika sekarang ini kita menampung aspirasi mereka
terlebih dahulu. Nanti suara aspirasi kalan akan
kami sampaikan disidang besar...” (Halaman: 14)
Pada kutipan di atas Pejabat Jin 1 terlihat bijaksana dan

adil. Dia memberi saran kepada pemimpin jin untuk menampung

pendapat para jin dalam rapat pertemuan berlangsung.

Selain sabar dan bijaksana, Pejabat Jin 1 memiliki sifat

yang tidak baik. Dia memiliki sifat yang terkadang membuat dia

emosional. Di bawah ini kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Jin Abg 3 : “Huuu...ngapusi...” (Bicara pelan dan ngece)


Pejabat Jin 1 : “Apa katamu? Hai anak muda. Kau ini bicara
apa?”
Jin Abg 3 : “Owh tidak kok... Saya tidak bicara apa-apa...”
Pejabat Jin 1 : “Jangan seenaknya sendiri anda bicara pada
pejabat!”
(Halaman: 14)

Pada kutipan dialog di atas, terlihat jelas Pejabat Jin 1

tiba-tiba emosional. Dia emosional hanya karena Jin Abg 3


66

meledeknya. Karena menurut Pejabat Jin 1, pada saat itu dalam

keadaan formal, dan kepada pejabat seharusnya sopan.

Berdasarkan uraian penokohan mengenai tokoh Pejabat

Jin 1 dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan penokohan tokoh

Pejabat Jin 1, yaitu bahwa Pejabat Jin 1 memiliki sifat sabar,

bijaksana, adil, dan emosional.

b) Pejabat Jin 2

Tokoh Pejabat Jin 2 adalah sosok pejabat parlemen dari

bangsa jin. Pejabat Jin 2 memiliki watak bertanggungjawab. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Pejabat Jin 2 : “Dan bagi parlemen jin, ini merupakan sebuah


kabar yang sangat mencengangkan. Ini harus
segera kita sikapi dengan bijak.” (Halaman: 10)

Dari kutipan di atas, Pejabat Jin 2 sangat

bertanggungjawab dalam bertugas sebagai parlemen bangsa jin.

Ketika bangsa jin mengalami keadaan yang mengancam, Pejabat

Jin 2 segera menyikapi keadaan tersebut. Selain dia

bertanggungjawab, Pejabat Jin 2 juga sopan dan suka

mengingatkan dalam hal tertentu. Kutipannya sebagai berikut.

Pejabat Jin 2 : “Tetua Jin, mohon maaf terlebih dahulu kalau


saya lancang. Ada satu hal yang ingin saya
utarakan di forum mulia ini. jika kita
mempunyai sekolah, kita pasti berpikir tentang
guru bukan? Itulah persoalanya, apa, bagaimana
dan siapa yang akan mengajar di sekolah jin
nantinya?” (Halaman: 20)
67

Pada kutipan di atas Pejabat Jin 2 sangat sopan dalam

berbicara dengan Tetua Jin sebagai atasannya. Pejabat Jin 2

mengingatkan kepada Tetua Jin bahwa dalam membangun

sekolah tentu saja membutuhkan guru untuk mengajar.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan

mengenai penokohan tokoh Pejabat Jin 2. Tokoh Pejabat Jin 2

mempunyai watak bertanggungjawab, sopan, dan suka

mengingatkan.

c) Jin Abg 1

Tokoh Jin Abg 1 berperan sebagai tokoh tambahan dalam

cerita ini. Jin Abg 1adalah anak jin yang mempunyai mimpi untuk

dapat bersekolah layaknya manusia. Jin Abg 1 mempunyai watak

yang sopan. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, kalau kedangan kami membuat


Anda marah. Tapi beginilah kami ini.” (Halaman: 8)
Pada kutipan di atas Jin Abg 1 bersikap sangat sopan

dalam berbicara kepada Tetua Jin yang sebagai ketua dari

bangsanya. Selain sopan, Jin Abg 1 juga mempunyai otak yang

cerdas. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, memang beginilah yang kami


rasakan saat ini. Manusia memang semakin lama
semakin pintar saja. Misalnya tentang sekolah.
Manusia mendirikan sekolah, yang fungsinya adalah
mencerdaskan bangsa mereka. Membuat mereka
menjadi pintar. Sebenarnya kami hanya ingin tahu
saja perkembangan mereka Tetua Jin.” (Halaman:
12)
Jin Abg I : “Maaf Tetua Jin, jujur saja. Kami menjadi sedikit
cerdas ini karena kami mengikuti sekolah bangsa
68

manusia. Bahkan kami merasa lebih cerdas dan


pintar dibandingkan manusia yang sekolah hebat
itu.” (Halaman: 13)

Dari kutipan di atas Jin Abg 1 terlihat sangat cerdas. Jin

Abg 1 semakin hari semakin cerdas karena dia mengikuti sekolah

di bangsa manusia. Dengan mengikuti sekolah akan menjadi

cerdas dalam pemikirannya. Selain Jin Abg 1 cerdas, dia juga

mempunyai jiwa yang sangat berani dan cekatan. Berikut

kutipannya.

Jin Abg 1 : “Baiklah kawan kawan...... Tetua Jin yang kami


muliakan dan para staf dan pejabat jin sekalian.
Sungguhpun apa yang akan kami sampaikan ini
adalah atas dasar untuk memajukan keberlangsungan
bangsa jin yang mulia ini. Apa yang kami sampaikan
ini merupakan hasi dari sebuah pemikiran kita,
generasi jin muda yang menginginkan bangsa jin
menjadi mahluk yang mencerdaskan segala bangsa
dan ikut dalam memajukan kesejahteraan bangsa jin.
Untuk itu kami ingin diadakannya sekolah!”
(Halaman: 16)
Jin Abg 1 : “Mohon maaf Tetua Jin. Saya rasa kita-kita ini harus
bergerak secepatnya Tetua Jin. Saya hanya tidak
ingin bangsa kita ini semakin terperosok dan
tertinggal jauh.” (Halaman: 14)

Pada kutipan di atas tergambar jelas Jin Abg 1 mempunyai

karakter berjiwa berani dan cekatan. Dia mewakili teman-

temannya untuk menyampaikan aspirasi. Dengan berani Jin Abg

1 mengungkapkan aspirasi yang menurut dia dan teman-temannya

sangat baik dan positif di depan Tetua Jin beserta parlemennya.

Dengan sifat pemberaninya, dia juga menjadi sangat cekatan. Jin

Abg 1 menyarankan untuk bergerak cepat untuk melaksanakan


69

pembangunan sekolah di bangsa jin, karena dia takut bangsanya

akan terperosok dan tertinggal jauh.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami mengenai

penokohan tokoh Jin Abg 1. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

watak tokoh jin Abg 1 yaitu sopan, cerdas, berani, dan cekatan.

d) Jin Abg 2

Tokoh Jin Abg 2 berperan sebagai tokoh tambahan dalam

cerita ini. Jin Abg 2 mempunyai adalah anak jin yang mempunyai

sifat humoris. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Jin Abg 2 : “Iya, Tetua, jangan salahkan kami. Kita ini jin
modern. Koran jin, kelak, akan menyebut kita jin
megapolitan! Hahahaha..”(semua tertawa)
(Halaman: 13)

Pada kutipan di atas Jin Abg 2 bercanda ketika dalam

suasana rapat pertemuan berlangsung. Dia menjawab pertanyaan

Tetua Jin dengan kata-kata yang konyol dan sikap humorisnya.

Selain itu, Jin Abg 2 juga memiliki sifat berani. Berikut

kutipannya.

Jin Abg 2 : “Ini bukan mencontek, Bung Pejabat! Ini adalah


mengadopsi. Mengapa kita tidak boleh mengadopsi
budaya yang baik bagi kita? Mengapa?” (Halaman:
23)

Pada kutipan di atas Jin Abg 2 sangat berani berbicara

tegas kepada pejabat bangsa jin mengenai pendapatnya. Yang

biasanya pejabat selalu dihormati dan disegani, dia sangat berani

mempertahankan pendapatnya. Dia merasa tidak terima mengapa


70

tidak boleh melakukan hal yang menurutnya baik untuk

bangsanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami mengenai

penokohan tokoh Jin Abg 2. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

watak tokoh jin Abg 1 yaitu humoris dan berani.

e) Jin Abg 3

Jin Abg 3 memiliki sifat sopan dan pintar. Berikut kutipan

yang membuktikan sifat Jin Abg 3.

Jin Abg 3 : “Mohon maaf kepada Pak Jimat yang saya hormati.
Generasi kami memang sudah berbeda dengan
generasai dahulu. Ya seperti generasi anda-anda ini.
Kalau bangsa manusia saat ini sudah masuki jaman
metropolitan, seharusnya bangsa kita sudah
diatasnya, yaitu jaman super megapolitani!”
(Halaman: 13)

Dari kutipan di atas terlihat jelas gambaran mengenai sifat

Jin Abg 3 yang sopan dan pintar. Jin Abg 3 sangat sopan dan

menghormati ketika berbicara dengan Jimat pejabat parlemen.

Dia juga pintar, dia mengerti bangsanya harus menjadi bangsa di

jaman megapolitan yaitu di atasnya bangsa manusia.

Selain sifatnya yang sopan dan pintar, Jin Abg 3 juga

memiliki sifat yang tidak menyenangkan. Sifat yang tidak

menyenangkannya adalah tidak sabar. Berikut ini kutipannya.

Jin Abg 3 : “Wah, lama sekali! Ini tidak bisa ditunda-tunda,


Tetua Jin!” (Halaman: 21)
71

Pada kutipan di atas Jin Abg 3 sangat tidak sabar,

menurutnya keinginannya harus cepat-cepat dikabulkan tidak bisa

ditunda-tunda. Oleh karena itu, Jin Abg 3 menginginkan Tetua Jin

harus cepat-cepat menindak lanjuti keinginan para anak jin.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami mengenai

penokohan tokoh Jin Abg 3. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

watak tokoh jin Abg 1 yaitu sopan, pintar, dan tidak sabar.

c. Latar/Setting

Latar/setting berkaitan dengan keterangan tempat, waktu, dan

suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra. Latar yang terdapat

pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo meliputi latar

tempat, latar waktu, dan latar suasana. Di bawah ini disajikan

pembahasan data tentang latar yang terdapat pada naskah drama Jin

Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

1) Latar Tempat

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa atau

adegan dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.Latar tempat dalam naskah drama Jin Abg karya Anes

Prabu Sadjarwo yaitu di ruang kelas, kerajaan jin, dan tempat rapat

KLB. Berikut ini memaparkan latar tempat yang terdapat pada

naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.


72

a) Ruang Kelas

Latar dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo digambarkan di ruang kelas pada sebuah sekolah

manusia. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut

ini.

“Di panggung, ada kursi-kursi, mirip ruang kelas. Beberapa


manusia yang sedang mengikuti pelajaran (boleh juga sedang
ujian semester).” (Halaman:3)
“Di sebelahnya beberapa anak jin juga mengikuti pelajaran.”
(Halaman: 4)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana

di ruang kelas sebuah sekolah manusia. Di sana terlihat anak jin

mengikuti kegiatan pelajaran para manusia. Para manusia sedang

melangsungkan ujian semester. Seperti halnya manusia, para jin

mengikuti kegiatan pelajaran dengan baik.

b) Kerajaan Jin

Latar di kerajaan jin dalam naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo digambarkan ketika Jimat datang untuk

menemui Tetua Jin. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan

berikut ini.

“Setting panggung adalah sebuah simbol kerajaan jin. Ada pohon


beringin besar di tengah/pinggir panggung. Ada beberapa level
yang difungsikan untuk duduk para pejabat jin. (Halaman: 4)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar tempat di sebuah

kerajaan jin. Pengarang menggambarkan sebuah kerajaan jin yang

lengkap dengan tempat duduk yang berlevel untuk para pejabat.


73

Kutipan selanjutnya, pengarang menggambarkan latar

tempat di kerajaan jin ketika Jimat datang untuk menemui Tetua

Jin. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

“Jin mata-mata atau Jimat masuk ke panggung. Ia agak tua dan


bongkok. Lari terbirit-birit, dan berkeinginan menemui Tetua
Jin.” (Halaman: 5)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa, latar tempat kerajaan

jin digambarkan ketika Jimat datang ke kerajaan jin untuk

bertemu dengan Tetua Jin. Yang dimaksud Tetua Jin adalah ketua

dari bangsa jin. Jimat terburu-buru ketika hendak menemui Tetua

jin, karena ada hal yang penting yang harus disampaikan.

c) Tempat Rapat KLB

Latar tempat rapat KLB digambarkan oleh pengarang

ketika Tetua Jin memberikan keputusan bahwa malam iniakan

diadakan rapat KLB atau semacam rapat pertemuan bagi bangsa

jin. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Tetua Jin : “Baiklah, Jimat, jika itu menurutmu yang terbaik.


Malam ini juga kita harus mengadakan KLB! Jimat,
panggil anak-anak Jin itu. Suruh menghardap
kemari. Sampaikan kepada mereka, Tetua Jin ingin
bertemu. Cepat!” (Halaman: 7)

Pada kutipan di atas terlihat bahwa Tetua Jin berkuputusan

untuk diadakan rapat KLB. Tetua Jin menyuruh Jimat untuk

memberikan pengumuman mengenai rapat KLB. Kemudian tiba

malam hari para jin berdatangan untuk mengikuti rapat KLB.


74

Berikut kutipan dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.

Pejabat Jin 1 : “Mari, kami persilahkan anda sekalian untuk


duduk. Kita akan segera memulai rapat
pertemuan ini.” (Halaman: 8)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi

latar tempat berada di tempat rapat KLB yang sudah disediakan.

Pejabat Jin 1 mempersilahkan para jin untuk duduk karena rapat

akan segera dimulai.

2) Latar Waktu

Latar waktu menunjukkan waktu kapan terjadinya peristiwa.

Latar waktu yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes

Prabu Sadjarwo adalah pagi hari, siang hari, dan malam hari. Di

bawah ini disajikan latar waktu yang terdapat pada naskah drama Jin

Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

a) Pagi Hari

Latar waktu yang disajikan pengarang menunjukkan

waktu pagi hari ketika digambarkan suasana kegiatan ujian

semester di ruang kelas. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut.

“Di panggung, ada kursi-kursi, mirip ruang kelas. Beberapa


manusia yang sedang mengikuti pelajaran (boleh juga sedang
ujian semester). Di sebelahnya beberapa anak jin juga mengikuti
pelajaran.” (Halaman:3)
75

Dari kutipan di atas diketahui suasana ruang kelas terlihat

jelas waktu pagi hari. Disana terlihat para jin mengikuti kegiatan

di sekolah manusia selayaknya manusia.

b) Siang Hari

Latar waktu siang hari pada naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo terdapat pada bagian ketika Jimat datang ke

kerajaan jin untuk bertemu dengan Tetua Jin. Berikut kutipan

yang menjelaskan latar waktu siang hari dalam naskah drama.

Jimat : “Tetua Jin! Tetua Jin!” (Lari mondar mandir ke


segala sisi untuk mencari Tetua Jin) “Tetua Jin!
Tetua Jin!”
Pengawal Jin : (Keluar dari balik pohon) “Ada apa kau
memanggil tetua jin? Apa kau tidak mengerti ini
masih siang hari? Dan kau mustinya tahu, di
waktu siang siang hari bagi manusia, kita ini
malam hari…”
(Halaman:3)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan waktu

siang hari ketika Jimat datang ke kerajaan jin untuk bertemu

dengan Tetua Jin. Jimat datang dengan tergesa-gesa, tiba-tiba

muncul Pengawal Jin keluar dari balik pohon dan terheran Jimat

datang di siang hari tidak seperti biasanya.

c) Malam Hari

Pengarang menggambarkan latar waktu malam hari ketika

Tetua Jin membuat keputusan bahwa malam ini akan diadakan

rapat KLB atau semacam rapat pertemuan bagi bangsa jin.

Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.


76

Tetua Jin : “Baiklah, Jimat, jika itu menurutmu yang terbaik.


Malam ini juga kita harus mengadakan KLB! Jimat,
panggil anak-anak Jin itu. Suruh menghardap
kemari. Sampaikan kepada mereka, Tetua Jin ingin
bertemu. Cepat!” (Halaman: 7)

Pada kutipan di atas terlihat bahwa Tetua Jin berkuputusan

untuk diadakan rapat KLB. Tetua Jin menyuruh Jimat untuk

memberikan pengumuman mengenai rapat KLB. Kemudian tiba

malam hari para jin berdatangan untuk mengikuti rapat KLB.

Berikut kutipan dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.

Pejabat Jin 1 : “Mari, kami persilahkan anda sekalian untuk


duduk. Kita akan segera memulai rapat
pertemuan ini.” (Halaman: 8)

Dari kutipan di atas pengarang menggambarkan situasi

latar waktu malam hari ketika para jin mulai berdatangan ke

tempat rapat KLB untuk mengikuti rapat yang telah Tetua Jin

perintahkan. Pejabat Jin 1 mempersilahkan para jin untuk duduk

karena rapat akan segera dimulai.

3) Latar Suasana

Latar suasana merupakanmelukiskan kondisi keadaan saat

peristiwa itu terjadi. Latar suasana pada naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo yaitu menegangkan,mengagetkan, keributan,

dan menyedihkan. Di bawah ini memaparkan latar suasana yang

terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.
77

a) Suasana Menegangkan

Latar suasana menegangkan yang terdapat pada naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo, digambarkan

pengarang ketika Jimat datang ke kerajaan jin untuk bertemu

dengan Tetua Jin, karena ingin memberitahu peristiwa penting

yang telah terjadi. Berikut kutipan pada naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo.

Jimat : “Maaf, Tuan Pengawal jika kedatanganku ini


sangat mengganggu. Akan tetapi ini bersifat
urgent. Saya harus menemui tetua jin, Tuan.”
(Terbata-bata)
Pengawal Jin : “Kau bisa mengatakannya padaku, Jimat. Nanti
akan aku sampaikan kepada tetua jin jin.”
Jimat : “Tapi masalah ini segera membutuhkan
tindakan Tuan Pengawal. Ini benar-benar sudah
mengkhawatirkan. Saya takut, permasalahan ini
akan berlarut-larut.”
(Halaman: 4)

Pada kutipan di atas pengarang melukiskan latar suasana

menegangkan yang berhubungan dengan kejadian dan perasaan

tokoh. Jimat yang sedang terburu-buru ingin memberitahu

peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa yang mendatangkan

masalah besar untuk bangsa jin. Suasana menjadi menegangkan

ketika Jimat datang tiba-tiba dengan berbicara terbata-bata dan

Tetua Jin tidak kunjung muncul. Peristiwa yang telah Jimat

ketahui adalah sekelompok jin mengikuti kegiatan bersekolah

layaknya manusia. Hal itu menjadi masalah besar, Jimat

melaporkan hal tersebut kepada Tetua Jin yang sebagai ketua dari
78

bangsa jin. Mendengar hal itu, Tetua Jin menjadi sangat marah.

Tetua Jin memutuskan untuk mengadakan rapat pertemuan untuk

bangsa jin. Ketika rapat pertemuan akan dimulai, Tetua Jin marah

melihat penampilan dan perilaku para jin yang mengikuti

perbuatan manusia. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan

berikut.

Tetua Jin : “Berhenti!!! Berhenti!!!” (semua yang menari


kalangkabut dan menghentikan tariannya)“Apa-
apaan kalian ini! Ini perbuatan manusia! Musik
yang kalian dengarkan adalah musik manusia.
Gerakan yang kalian tarikan tadi juga gerakan
manusia. Dan lihatlah, pakaian kalian juga
pakaian manusia!” (Halaman: 7)
Pejabat Jin 1 : “Ini jaman sudah benar-benar edan! Ayo
semuanya duduk. Keadaan sudah sedimikian
gawat.” (Pada Tetua Jin). “Maaf Tetua Jin, saya
minta anda untuk sedikit bersabar. Mereka ini
hanyalah anak-anak Tetua Jin.” (Halaman: 8)

Pada kutipan di atas pengarang menggambarkan suasana

yang sangat menegangkan. Tetua Jin sangat marah melihat para

jin meniru kebiasaan manusia. Pejabat Jin 1 mencoba

menenangkan Tetua Jin.

b) Suasana Mengagetkan

Pengarang menggambarkan latar suasana mengagetkan

ketika Jimat melaporkan persoalan yang telah terjadi kepada

Tetua Jin. Berikut ini kutipan latar suasana mengagetkan yang

terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.
79

Jimat : “Ini adalah persoalan anak-anak jin kita yang


mengikuti kegiatan dan aktivitas layaknya
manusia, Tuan.”
Pengawal Jin : “Apa?” (Kaget)
(Halaman: 8)

Pada kutipan di ataslatar suasana mengagetkan dilukiskan

sangat jelas oleh pengarang. Pengawal Jin sangat kaget

mendengar perkataan Jimat mengenai persoalan yang terjadi.

Sama halnya dengan Tetua Jin, dia sangat kaget mendengar berita

yang telah Jimat Laporkan kepadanya. Berikut kutipan yang

menggambarkan latar suasana mengagetkan.

Tetua Jin : “Kegiatan apa itu Jimat? Kau semakin membuatku


penasaran, Jimat!”
Jimat : “Sekolah, Tetua Jin!”
Tetua Jin : “Sekolah?” (kaget)
(Halaman: 6)

Kutipan di atas tergambar jelas oleh pengarang mengenai

latar suasana mengagetkan. Tetua Jin merasa sangat kaget

mendengar berita yang dilaporkan Jimat tentang sekolompok Jin

yang telah mengikuti sekolah bangsa manusia.

c) Suasana Keributan

Latar suasana yang penuh keributan digambarkan oleh

pengarang ketika rapat pertemuan berlangsung. Berikut kutipan

yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.

Jin Abg 1 : “Mohon maaf Tetua Jin. Saya rasa kita-kita ini
harus bergerak secepatnya Tetua Jin. Saya hanya
80

tidak ingin bangsa kita ini semakin terperosok dan


tertinggal jauh.”
Jin Abg : (Koor, dan ribut) “Betul Tetua Jin.. Iya.. Itu harus
segera kita rumuskan... Kalau perlu malam ini!”
Tetua Jin : “Tenang... Tenang.. Tenang.. Kalian ini jangan
ribut. Dari awal saya sudah tegaskan, kita ini
bangsa yang terhormat. Jangan ribut seperti bangsa
manusia. Dikit-dikit ribut. Dikit-dikit ribut.. Ribut
kok dikit-dikit...”
(Halaman: 14)

Dari kutipan di atas pengarang menggambarkan suasana

penuh keributan. Jin Abg 1 mengharapkan permintaannya agar

cepat dilaksanakan, karena menurut Jin Abg 1 permintaan untuk

dibangun sebuah sekolah bagi bangsa jin sangat berpengaruh

positif. Para jin yang lainnya berusaha mendukung atas

permohonan Jin Abg 1. Tetua Jin berusaha menenangkan

keributan yang terjadi.

d) Suasana Menyedihkan

Pengarang menggambarkan latar suasana menyedihkan

ketika Tetua Jin dan Jimat melihat masalah yang telah terjadi.

Berikut ini kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Tetua Jin : “Ini tidak bisa dibiarkan Jimat. Ini jelas sebuah
kabar yang ironis dan miris.”
Jimat : “Sungguh memalukan, Tetua Jin, makhluk mulia
seperti kita ini harus melihat bangsa manusia.
Harus belajar dari bangsa manusia! Menyedihkan
Tetua Jin!”
(Halaman: 7)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar

suasana menyedihkan ketika Tetua Jin dan Jimat merasa sedih

melihat masalah yang sedang terjadi. Masalah yang terjadi yaitu


81

para anak jin mengikuti kegiatan manusia. Hal tersebut sangat

memalukan bagi bangsa jin.

Kutipan yang menggambarkan suasana menyedihkan

selanjutnya, yaitu ketika Jimat tiba-tiba ingin menangis karena

ingin terlahir kembali sebagai manusia. Berikut ini kutipan latar

suasana menyedihkan yang terdapat pada naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo.

Jimat : “Owh.. Maaf Tetua Jin.. Satu hal yang memang


benar-benar membuatku menangis... Ini adalah
sesuatu yang sudah lama saya inginkan.
Barangkali, di bangsa kita sendiri, hal ini sangat
sulit dan jarang sekali kita temukan. Atau jangan-
jangan perasaan seperti ini sudah punah dikalangan
kaum kita....”
Tetua Jin : “Sudahlah Jimat, katakan!”
Jimat : “Jujur saja, sebenarnya, saya hanya iri satu hal
kepada manusia. Sesuatu yang menurut saya begitu
indah dan mulia. Sesuatu yang mungkin membuat
saya ingin terlahir kembali didunia ini sebagai
manusia...”
Tetua Jin : “Tutup mulutmu Jimat!!!”
Jimat : “Owh..Tetua Jin.. Aku sungguh iri kepada
manusia. Aku sungguh merasakan tidak adil...
Tetua Jin, manusia bisa merasakan cinta dan kasih
sayang...! Tetua Jin, aku ingin merasakan cinta dan
kasih sayang seperti manusia... Aku ingin
merasakan cinta dan kasih sayang seperti manusia
itu...”
(Halaman: 27)

Dari kutipan dia atas terlihat jelas suasana sangat

menyedihkan ketika Jimat menangis. Jimat sangat ingin terlahir di

dunia, dia iri dengan manusia. Jimat ingin merasakan cinta kasih

seperti manusia.
82

d. Alur/Plot

Alur atau plot merupakan rangkaian cerita yang tersusun sebagai

jalan cerita dalam karya sastra. Alur yang terdapat pada naskah drama

Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwoadalah alur maju. Alur maju yaitu

peristiwa-peristiwanya tersusun secara kronologis, artinya peristiwa

pertama diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Ceritanya dimulai dari

tahap awal sampai tahap akhir. Sesuai alur yang terdapat dalam naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo terdapat berbagai tahapan

peristiwa sebagai berikut.

1) Tahap Penyituasian (Situation)

Tahapan penyituasian ini menceritakan tentang awal cerita

naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo menggambarkan

keadaan saat terjadinya sekolompok anak jin mengikuti kegiatan

bersekolah layaknya manusia. Sekelompok anak jin yang

mempunyai mimpi dan keinginan untuk bersekolah. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Ini adalah kisah sekelompok anak jin yang bermimpi dan


mempunyai keinginan untuk bersekolah. Para jin iri melihat manusia
yang bisa bersekolah. Namun para jin bingung harus bersekolah
dimana. Sebab, di kalangan jin tidak ada sekolah formal seperti
layaknya manusia. Tidak ada gedung sekolah, tidak ada guru, tidak
ada seragam sekolah, dan tidak ada pelajaran matematika, bahasa
indonesia, ipa, atau ips.” (Halaman: 3)

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana

suatu kelompok anak jin mempunyai mimpi yang tinggi untuk

mempunyai sekolah. Para anak jin merasa iri dengan manusia yang
83

mempunyai sekolah formal, sedangkan dikalangan jin tidak ada

sekolah formal layaknya manusia.

2) Tahapan Pemunculan Konflik (Generating Circumstances)

Pada tahap pemunculan konflik dalam naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo terdapat pada bagian ketika aktivitas

sekelompok anak jin yang mengikuti kegiatan bersekolah layaknya

manusia diketahui oleh Jimat selaku jin mata mata. Berikut ini

kutipan yang menggambarkan hal tersebut.

“Sekelompok jin itu mencoba mengikuti kegiatan bersekolah


layaknya manusia. Akan tetapi aktivitasnya telah diketahui oleh jin
mata-mata. Perbuatan mereka dilaporkan kepada tetua jin. Para jin
dipanggil untuk menemui tetua jin.” (Halaman: 3)

Kutipan di atas terlihat jelas bahwa pemunculan konflik

mulai terlukis. Jimat mengetahui kegiatan para anak jin yang

mengikuti dunia manusia. Kemudian Jimat melaporkan peristiwa

tersebut kepada Tetua Jin selaku ketua dari bangsa jin. Peristiwa

tersebut akan menjadi masalah besar bagi bangsa jin. Kutipan

selanjutnya yang menggambarkan pemunculan konflik sebagai

berikut.

Jimat : “Tapi masalah ini segera membutuhkan tindakan


Tuan Pengawal. Ini benar-benar sudah
mengkhawatirkan. Saya takut, permasalahan ini
akan berlarut-larut.”
Pengawal Jin : “Memangnya ini soal apa, Jimat?”
Jimat : “Ini adalah persoalan anak-anak jin kita yang
mengikuti kegiatan dan aktivitas layaknya
manusia, Tuan.”
Pengawal Jin : “Apa?” (Kaget)
(Halaman: 4)
84

Pada kutipan di atas pengarang menggambarkan situasi yang

yang semakin memunculkan konflik. Jimat melaporkan kepada

Tetua Jin mengenai sekumpulan anak jin mengikuti kegiatan

bersekolah layaknya manusia. Tentu saja akan membuat masalah

besar. Jimat yang telah menceritakan sebagian kepada Pengawal Jin

tentang aktivitas sekumpulan anak jin mengikuti kegiatan bersekolah

layaknya manusia, membuat Pengawal Jin kaget.

3) Tahapan Peningkatan Konflik (Rising Action)

Tahap peningkatan konflik dalam naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo ketika Jimat menceritakan kepada tetua

Jin mengenai peristiwa yang telah dia ketahui. Berikut kutipan dalam

naskah drama tersebut.

Tetua Jin : “Kegiatan apa itu Jimat? Kau semakin membuatku


penasaran, Jimat!”
Jimat : “Sekolah, Tetua Jin!”
Tetua Jin : “Sekolah?” (kaget)
Jimat : “Iya, sekolah, Tetua Jin. Saya meihat dengan mata
kepalaku sendiri, Tetua Jin. Bahkan mereka sepertinya
juga mengikuti apa yang diajarkan oleh bangsa manusia
Tetua Jin.”
Tetua Jin : “Ini tidak bisa dibiarkan Jimat. Ini jelas sebuah kabar
yang ironis dan miris.”
(Halaman: 6)

Dari kutipan di atas diketahui bahwapeningkatan konflik

yang terjadi karena Tetua Jin sangat marah ketika mengetahui berita

yang dikabarkan oleh Jimat. Menurut Tetua Jin berita tersebut

menjadi kabar yang sangat ironis dan miris. Oleh karena itu, tidak

bisa dibiarkan harus segera ditindak lanjuti.


85

Tetua Jin memutuskan untuk diadakan rapat pertemuan.

Sesampainyapara jin ditempat rapat pertemuan, Tetua Jin melihat

keadaan para jin, ia semakin marah. Hal itu terlihat pada kutipan di

bawah ini.

Tetua Jin : “Berhenti!!! Berhenti!!!” (semua yang menari


kalangkabut dan menghentikan tariannya)“Apa-
apaan kalian ini! Ini perbuatan manusia! Musik yang
kalian dengarkan adalah musik manusia. Gerakan
yang kalian tarikan tadi juga gerakan manusia. Dan
lihatlah, pakaian kalian juga pakaian manusia!”
(Halaman: 7)
Pejabat Jin 1 : “Ini jaman sudah benar-benar edan! Ayo semuanya
duduk. Keadaan sudah sedimikian gawat.” (Pada
Tetua Jin). “Maaf Tetua Jin, saya minta anda untuk
sedikit bersabar. Mereka ini hanyalah anak-anak
Tetua Jin.” (Halaman: 8)

Pada kutipan di atas terlihat jelas keadaan menjadi semakin

tegang, konflik yang muncul menjadi menegangkan. Ketika para jin

datang ke tempat rapat pertemuan, semua jin menggunakan pakaian

selayaknya manusia dan berjoged-joged ala manusia dengan musik-

musik manusia. Tetua Jin yang melihatnya menjadi kaget dan sangat

marah. Tetua Jin kebingungan dengan kelakuan para jin.

4) Tahapan Klimaks (Climax)

Pada tahapan klimaks dalam naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo terlihat ketika permasalahan semakin rumit

dan belum menemukan jalan keluar. Keadaan semakin rumit, para

anak jin meminta tuntutan. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut.
86

Jin Abg 1 : “Kalau memang kalian semua pejabat yang


terhormat, maka dengarkanlah aspirasi dan tuntutan
kami!”
Pejabat Jin 1 : “Oh, jadi kalian punya tuntutan?”
(Halaman: 15)

Kutipan di atas pengarang menggambarkan suasana klimaks

semakin jelas. Para anak jin meminta tuntutan, setelah apa yang

mereka lakukan dengan meniru kegiatan manusia dan kebiasaan

manusia, sekarang meminta tuntutan. Para anak jin meminta agar

tuntutan segera dikabulkan.

Para anak jin menuntut kepada Tetua Jin agar diadakan

sekolah untuk bangsa jin. Sekolah yang dimasudkan, tentunya

berbeda konsep dengan sekolah manusia. Namun, banyak pihak

yang tidak menyetujui seperti Jimat, Tetua Jin, Pejabat Jin, dan

Pengawal Jin. Berikut kutipan yang menceritakan hal tersebut.

Jin Abg 8 : “Ya. Kami menginginkan diadakanya sekolah di


bangsa Jin yang mulia ini!”
Jimat : (Keras) “Sekolah hanya untuk manusia!”
Jin Abg 1 : “Tunggu sebentar bapak Pejabat Jin yang kami
hormati. Anda jangan berpikir negatif dulu. Kami
mengerti bahwa sekolah itu milik bangsa manusia.
Akan tetapi bapak pejabat sekalian, sekolah yang
kami maksud bukanlah sekolah seperti milik bangsa
manusia itu.”
(Halaman: 16)

Pada kutipan di atas pengarang sangat jelas menggambarkan

situasi klimaks. Para anak jin mempunyai keinginan kuat untuk

diadakannya sekolah di bangsa jin. Jimat menolaknya, karena

baginya sekolah hanya untuk manusia. Bangsa jin tidak butuh

sekolah. Namun, Jin Abg 1 menjelaskan mengenai sekolah yang


87

diinginkan oleh bangsa jin. Sekolah yang diinginkan bangsa jin

bukanlah sekolah seperti milik bangsa manusia, tetapi sekolah

dengan konsep bangsa jin. Jin Abg 1 mencoba usaha menjelaskan

hal positif dari sekolah.

Para anak jin dengan usaha keras mereka menjelaskan

keunggulan positif yang akan berdampak dengan diadakannya

sekolah. Lain halnya, Jimat terus menerus menolak. Peristiwa

tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Jimat : Maafkan saya Tetua Jin. Sungguh maafkan saya.


Sebenarnya saya tidak sepakat kalau bangsa kita
diadakan sekolah seperti milik bangsa manusia itu!”
Jin Abg 1 : (Kesal) “Hei, Bapak Pejabat, mengapa Anda tidak
setuju dengan pendapat kami? Beri kami alasan!”
Jimat : “Sekolah itu hanya untuk anak-anak manusia,bukan
untuk anak muda jin!”
Jin Abg 8 : “Tetapi nantinya sekolah ini akan mendidik anak jin
yang bermartabat, berilmu tinggi demi kemajuan
bangsa kita sendiri, Tuan!”
Jin Abg 3 : “Bahkan saya yakin, jika sekolah ini benar diadakan,
kita bisa mengungguli kejayaan manusia. Saya yakin
sekali akan hal itu!”
(Halaman: 23)

Pada kutipan di atas Jimat dengan keras terus menerus

menolak diadakannya sekolah. Menurut Jimat sekolah itu hanya

untuk bangsa manusia, bangsa jin tidak ada apa itu sekolah. Sekolah

tidak diperuntukkan bangsa jin. Bangsa jin dan manusia sangatlah

berbeda, bahkan jika bangsa jin meniru bangsa manusia akan

menjadi hal hina. Jin Abg 1 sangat kesal mendengar sanggahan dari

Jimat. Jin Abg 8 dan Jin Abg 3 menjelaskan sekolah yang diadakan

akan mendidik anak jin bermartabat, dan berilmu tinggi demi


88

kemajuan bangsa jin. Jika diadakan sekolah untuk bangsa jin

tentunya akan lebih mengungguli kejayaan manusia.

5) Tahapan Penyelesaian (Denoument)

Penyelesaian dari naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo digambarkan oleh pengarang ketika Tetua Jin menyetujui

dan mengabulkan permintaan para anak jin. Berikut kutipan yang

menceritakan hal tersebut.

Tetua Jin : “Tenang...!Tenang...!Tenang anak jin sekalian. Saya


sudah mengerti arah pembicaraan ini. Selanjutnya,
saya sepakat dengan apa yang kalian sampaikan di
forum ini. bangsa jin saat ini kalah maju
dibandingkan dengan manusia. Tapi saya yakin,
bangsa jin tidak akan kalah dengan manusia. Kita
harus, dan memang harus berpikir keras untuk
memajukan sumber daya generasi jin. Bagaimana
pendapat kalian?” (Kepada pejabat).
Pejabat Jin 1 : “Iya Tetua Jin. Apa yang mereka sampaikan ini
memang benar sekali.”
(Halaman: 19)

Pada kutipan di atas penyelesaian tergambarkan ketika

Tetua Jin mengabulkan permintaan diadakannya sekolah untuk

bangsa jin. Tetua Jin memberikan saran agar para jin berpikir keras

untuk memajukan sumber daya generasi jin, karena Tetua Jin sangat

yakin bangsa jin tidak akan kalah dengan bangsa manusia.

Kemudian para parlemen jin setuju dengan keputusan Tetua Jin.


89

e. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang

dipergunakan pengarang sebagai sarana menyajikan cerita dalam

sebuah karya sastra kepada pembaca. Sudut pandang yang digunakan

dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo adalah sudut

pandang orang ketiga serba tahu. Hal tersebut digambarkan oleh

pengarang dengan menggunakan kata ganti nama dari pelaku yang ada

di dalam cerita. Pemilihan sudut pandang orang ketiga serba tahu

mempermudah pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau

siapa yang bertindak. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan

berikut.

“Jin mata-mata atau Jimat masuk ke panggung. Ia agak tua dan


bongkok. Lari terbirit-birit ,dan berkeinginan menemui Tetua Jin.”
(Halaman: 4)
“Pengawal Jin masuk ke balik pohon beringin untuk memanggil Tetua
Jin. Tak lama berselang, muncullah Tetua Jin didampingi oleh kedua
pengawalnya.” (Halaman: 5)
“Jin Abg saling tatap. Jin Abg 1 yang agak cedas dibandingkan dengan
lainnya memberanikan diri untuk tunjuk jari.” (Halaman: 11)
“Tetua Jin dan Pejabat Jin lainnya merasa heran dengan pemikiran para
Jin Abg. Pendapat mereka dirasakan di luar perkiraan para anggota
parlemen.” (Halaman: 13)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang

yang digunakan dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal itu karena

pengarang sebagai pencerita yang seolah-olah mengerti apapun tentang

tokoh utama dan tokoh lainnya. Pengarang menampilkan tokoh-tokoh

dalam cerita dengan kata ganti nama-nama tokoh dalam cerita.


90

f. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang

melalui cerita. Amanat yang ditemukan penulisdalam naskah drama Jin

Abg karya Anes Prabu Sadjarwo antara lain:

1) Dalam mengikuti rapat dan memecahkan masalah harus dengan

kepala dingin, janganlah penuh keributan.

2) Manfaatkanlah pendidikan sekolah dengan baik, karena dengan

pendidikan sekolah akan menjadi cerdas dan mencerahkan masa

depan.

3) Amalkanlah dalam kehidupan sehari-hari ilmu yang telah diajarkan

oleh pendidikan sekolah.

Amanat dia atas dapat dibuktikan dalam kutipan yang terdapat

dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo. Berikut ini

beberapa kutipan yang menjelaskan amanat di atas.

Tetua Jin : “Kalian jangan ribut terlebih dahulu. Jangan ribut! Kita
mahluk yang punya aturan. Tidak seperti manusia yang
meributkan persoalan yang belum jelas!” (Halaman: 9)
Tetua Jin : “Apalah itu istilahnya, saya ijinkan. Yang penting jangn
ribut, seperti sidang DPR kaum manusia itu!” (Halaman:
11)
Jin Abg 2 : “Betul Tetua Jin. Meski kelihatan pintar dan cerdas,
sebenarnya bangsa manusia tidak terlalu cerdas dan bodoh
pula. Ada sekolah, tapi bangsa manusia itu sangat malas
untuk bersekolah. Apa yang diajarkan di sekolah itu
menjadi percuma!”
Jin Abg 6 : ”Iya. Mereka justru malah membolos, mencontek saat
ujian, bahkan mengganggap sekolah itu hanya sebuah
formalitas struktural saja.”
Jin Abg 4 : “Manusia itu sekolah hanya bersenang-senang dan
berfoya-foya. Mereka tidak pernah memikirkan masa
depan. Acuh terhadap cita-cita.”
(Halaman: 12)
91

Jin Abg 8 : “Memang dalam manusia ada pelajaran-pelajaran yang


sangat bermutu dan hebat. Tapi sayangnya bangsa
manusia tidak bisa menjalankan ilmu yang didapatkannya
dalam kehidupan sehari hari. Contohnya, di manusia ada
Pendidikan Kewarganegaraan, tapi para anak manusia itu
tidak bisa bersikap seperti dan sebagai warga Negara yang
baik!” (Halaman: 17)
Jin Abg 2 : “Pelajaran agama saya rasa juga penting Tetua Jin.
Lihatlah manusia tidak mengamalkan pendidikan
agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan parahnya
para generasi muda manusia itu, lihai dalam melakukan
kenakalan remaja,seperti tawuran pelajar, narkoba, dan
pergaulan bebas!” (Halaman: 18)
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, pengarang menyampaikan

pesan lewat tokoh. Semoga amanat yang terkandung dalam naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo dapat dipahami dengan baik

oleh pembaca.

2. Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama Jin Abg Karya Anes Prabu

Sadjarwo

Aspek sosiologi sastra naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo yang akan dibahas dalam skripsi ini terdiri dari aspek

kekerabatan,aspek cinta kasih, aspek ekonomi, aspek religius, aspek

pendidikan, dan aspek moral. Berikut ini pembahasan semua aspek yang

terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

a. Aspek Kekerabatan

Bentuk kekerabatan yang terdapat pada naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo yaitu hubungan kekerabatan antara Tetua

Jin dengan Jimat, dan hubungan kekerabatan antara Jin Abg 1 dengan

Jin Abg 3. Berikut ini pembahasan hal tersebut.


92

1) Hubungan Kekerabatan antara Tetua Jin dengan Jimat

Hubungan kekerabatan tokoh Tetua Jin dan Jimat adalah

hubungan kekerabatan antara ketua dan asisten. Berikut kutipan yang

menjelaskan hal tersebut.

Jimat : “Tetua Jin! Tetua Jin!” (Lari mondar mandir ke segala sisi
untuk mencari Tetua Jin) “Tetua Jin! Tetua Jin!”
Jimat : “Maaf, Tuan Pengawal jika kedatanganku ini sangat
mengganggu. Akan tetapi ini bersifat urgent. Saya harus
menemui tetua jin, Tuan.” (Terbata-bata)
(Halaman: 4)
Tetua Jin : “Akkhh… Ada urusan apa Jimat?” (marah)
Jimat : “Maafkan atas kelancangan saya ini. Akan tetapi ini
sangatlah penting, Tetua Jin.” (Halaman: 5)

Dari kutipan di atas, Jimat sangat patuh dan setia terhadap

Tetua Jin yang sebagai ketua dari bangsanya. Jimat sangat dekat

dengan Tetua Jin, dan dia selalu bertanggungjawab dengan tugas

yang telah diberikan Tetua Jin. Jimat ditugaskan untuk menjadi jin

mata-mata, mengawasi para jin yang sedang berada di dunia

manusia. Setiap ada masalah yang ia ketahui Jimat selalu

melaporkan kepada Tetua Jin.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekerabatan

antara Tetua Jin dan Jimat sangat dekat. Jimat selalu patuh dan

bertanggungjawab kepada Tetua Jin.

2) Hubungan Kekerabatan antara Jin Abg 1 dengan Jin Abg 3

Hubungan kekerabatan antara Jin Abg 1 dengan Jin Abg 3

adalah kekerabatan sebagai teman. Berikut ini kutipan yang


93

menjelaskan hubungan kekerabatan antara Jin Abg 1 dengan Jin

Abg 3.

Jin Abg 1 : “Bagaimana kawan-kawan?”


Jin Abg 3 : (Koor dan Bersahut-sahutan) “Sudahlah ungkapkan
saja... Iya.. Kita harus berani...”
Jin Abg 1: “Baiklah kawan kawan... Tetua Jin yang kami muliakan
dan para staf dan pejabat jin sekalian. Sungguhpun apa
yang akan kami sampaikan ini adalah atas dasar untuk
memajukan keberlangsungan bangsa jin yang mulia ini.
Apa yang kami sampaikan ini merupakan hasi dari
sebuah pemikiran kita, generasi jin muda yang
menginginkan bangsa jin menjadi mahluk yang
mencerdaskan segala bangsa dan ikut dalam
memajukan kesejahteraan bangsa jin. Untuk itu kami
ingin diadakannya sekolah!”
(Halaman: 16)
Jin Abg 3 : “Dan yang paling parah adalah pelanggaran hak asasi
manusia yang terjadi dimana-mana. Kita juga harus
mempunyai perlindungam dan penegakan hak asasi jin!
Betul nggak kawan?”
(Halaman: 19)
Dari kutipan di atas terlihat jelas kekerabatan sebagai teman

antara Jin Abg 1 dan Jin Abg 3. Jin Abg 1 berteman sangat dekat

dengan Jin Abg 3, mereka sangat kompak dalam segala hal. Ketika

Jin Abg 1 berjuang dalam mengungkapkan keinginannya untuk

diadakan sekolah, sebagai teman yang baik Jin Abg 3 selalu

mendukung Jin Abg 1.


94

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa hubungan

kekerabatan antara Jin Abg 1 dengan Jin Abg 3 sebagai teman sangat

dekat. Hubungan pertemanan mereka sangat kompak dalam segala

hal.

b. Aspek Cinta Kasih

Aspek cinta kasih dalam naskah drama Jin Abg karya Anes

Prabu Sadjarwo yaitu cinta kasih antara orang tua dengan anak, dan

cinta kasih lawan jenis. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Cinta Kasih Orang Tua dan Anak

Cinta kasih antara orang tua dan anak yang dialami tokoh

Jimat, yaitu Jimat yang ingin merasakan dicintai oleh orang tua.

Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Jimat : “Aku ingin dicintai dan disayangi oleh keluarga, seperti


Ayah dan Ibu. Sangat hangat jika dipelukan Ibu.”
(Halaman: 26)

Pada kutipan di atas, Jimat merindukan cinta dan kasih

sayang dari orang tuanya. Ia ingin kembali merasakan kehangatan

bersama orang tuanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Jimat dan orang

tuanya sangat dekat, Jimat sangat dicintai oleh orang tuanya. Saat ini

Jimat merindukan cinta dan kasih sayang Ibu dan Ayahnya.


95

2) Cinta Kasih Lawan Jenis

Cinta kasih lawan jenis yang dialami Jimat yaitu Jimat ingin

dicintai oleh seseorang dan mempunyai istri. Di bawah ini kutipan

yang menjelaskan hal tersebut.

Jimat : “Owh..Tetua Jin.. Aku sungguh iri kepada manusia. Aku


sungguh merasakan tidak adil... Tetua Jin, manusia bisa
merasakan cinta dan kasih sayang...! Tetua Jin, aku ingin
merasakan cinta dan kasih sayang seperti manusia... Aku
ingin mempunyai istri dan aku ingin dicintainya...”
(Halaman: 27)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Jimat

ingin terlahir kembali di dunia sebagai manusia. Ia ingin merasakan

cinta dan kasih sayang seperti dulu ketika dia menjadi manusia.

Jimat ingin mempunyai istri, dan ingin dicintai istrinya. Dalam

bangsa jin, dia tidak bisa merasakan cinta dan kasih sayang. Jimat

merasakan tidak adil.

Berdasarkan pembahasan di atas, masalah cinta kasih lawan

jenis yang Jimat alami adalah Jimat menginginkan merasakan cinta

dan kasih sayang seperti dia masih menjadi manusia. Jimat ingin

mempunyai istri, dan dicintai istrinya.

c. Aspek Ekonomi

Masalah ekonomi yang terjadi dalam naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo yaitu perekonomian keluarga menurun dan

meningkatkan perekonomian keluarga. Peristiwa tersebut dapat dilihat

pada kutipan berikut.


96

1) Perekonomian Keluarga Menurun

Masalah ekonomi keluarga yang menurun terjadi ketika

membutuhkan dana besar untuk mendirikan sekolah. Berikut kutipan

yang menjelaskan hal tersebut.

Pejabat Jin 1 : “Ini membutuhkan dana yang sangat besar Tetua


Jin. Tentunya anggaran pengeluaran belanja negara
jin akan membengkak!”
Tetua Jin : “Bagiku ini tidaklah masalah. Yang penting
semuanya bisa baik.”
(Halaman: 20)

Pada kutipan di atas Pejabat Jin 1 mengungkapkan bahwa

pembangunan sekolah akan membutuhkan dana yang sangat besar,

tentu saja anggaran pengeluaran belanja negara jin akan

membengkak. Jika pengeluaran membengkak akan berdampak

negatif untuk bangsa jin. Namun Tetua Jin tidak memikirkan hal

tersebut, menurutnya tidak masalah jika itu yang terbaik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan

ekonomi terjadi karena dalam pembangunan sekolah membutuhkan

dana sangat besar. Anggaran belanja pun menjadi membengkak.

2) Meningkatkan Perekomian Keluarga

Pada perekenomian terjadi penurunan dan peningkatan,

dalam penurunan perekonomian harus berusaha bagaimana cara

untuk meningkatkan perekonomian tersebut. Dalam naskah drama

Jin Abgkarya Anes Prabu Sadjarwo terdapat masalah perekoniman

yang menurun, namun selalu berusaha untuk meningkatkan

perekonomiannya kembali. Tokoh Pejabat jin menjelaskan lebih


97

rinci, agar keputusan membangun sekolah tidak merugikan keuangan

negara jin. Walaupun kondisi keuangan sudah hampir habis, semua

warga harus berusaha mencari solusi untuk meningkatkan

perekonomian. Berikut ini kutipannya.

Pejabat Jin 1: “Maaf Tetua Jin. Persoalan dana ini memang harus
kita cari solusinya. Kondisi keuangan di APBN jin
ditahun ini sudah hampir habis, kita harus menunggu
ditahun depan.” (Halaman: 21)
Pada kutipan di atas Pejabat Jin 1 menjelaskan kondisi

keuangan negara jin. Pejabat Jin 1 mengungkapkan lebih rinci bahwa

kondisi keuangan di APBN jin tahun ini sudah hampir habis. Dapat

dipahami bahwa pembangunan sekolah harus ditunda tahun depan.

Jika tetap akan berjalan kita semua harus mencari solusinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah

ekonomi yang terjadi adalah membutuhkan dana besar untuk

membangun sekolah di bangsa jin. Kondisi keuanganan bangsa jin

mulai habis. Oleh karena itu, haru mencari solusinya untuk tetap

menjalankan pembangunan sekolah.

d. Aspek Religius

Aspek religius oleh pengarang digambarkan mengenai

melanggar perintah agama dan kewajiban menjalankan perintah agama.

Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

1) Melanggar Perintah Agama


98

Masalah religius yang terjadi pada naskah drama Jin Abgkarya

Anes Prabu Sadjarwo, yaitu perbuatan yang melanggar perintah

agama. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Jin Abg 2 : “Pelajaran agama saya rasa juga penting Tetua Jin.
Lihatlah manusia tidak mengamalkan pendidikan
agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan parahnya
para generasi muda manusia itu, lihai dalam melakukan
kenakalan remaja,seperti tawuran pelajar, narkoba, dan
pergaulan bebas!”
Jin Abg 4 : “Itu betul saudaraku... Hahah, untung bangsa kita,jin,
tidak ada narkoba ya....”
Jin Abg 2 : “Untuk itu Tetua Jin, pelajaran agama juga harus
diadakan dalam pendidikan jin kita nanti. Saya
tidakrela dan enggan ikhlas, apabila nantinya generasi
jin mengalami krisis moral seperti generasi muda
manusia itu Tetua Jin.”
(Halaman: 18)

Pada kutipan di atas, membahas mengenai pentingnya ilmu

keagamaan untuk generasi muda. Pelajaran agama tentu saja sangat

penting agar menciptakan generasi muda yang paham nilai agama,

paham apa yang dilarang oleh agama. Generasi muda yang tidak

mengamalkan ilmu agamanya kebanyakan akan melakukan

kenakalan remaja, seperti tawuran antar pelajar, narkoba, dan

pergaulan bebas.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

generasi muda yang tidak mengamalkan nilai agama tentu saja akan

mengalami krisis moral. Seseorang yang melanggar perintah agama

cenderung akan melakukan perbuatan yang tidak beretika.


99

2) Kewajiban Menjalankan Perintah Agama

Masalah religius yang terjadi yaitu tentang kewajiban

menjalankan perintah agama. Berikut kutipan yang menjelaskan hal

tersebut.

Jin Abg 3 : “Sebagai generasi muda yang baik selalu mengamalkan


ilmu yang telah didapatnya, terutama ilmu agama. Jika
seseorang menjalankan semua nilai agama dengan baik,
tentu saja dia tidak akan melakukan perbuatan yang
merugikan diri sendiri dan orang lain.” (Halaman: 19)

Pada kutipan di atas terlihat jelas bahwa pengarang

menggambarkan mengenai generasi muda yang selalu menjalankan

perintah agama akan cenderung melakukan yang terbaik dan

bermanfaat. Kewajiban menjalankan perintah agama itu sangat

penting agar terhindar dari perbuatan yang dosa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah religius

tentang kewajiban menjalankan perintah agama itu harus

dilaksanakan bagi generasi muda untuk terhindar dari perbuatan dosa

yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

e. Aspek Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah sangat

penting untuk menciptakan generasi bangsa yang cerdas dan beriman

sesuai nilai agama. Pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo terdapat masalah mengenai pendidikan, yaitu mengenai


100

pendidikan sekolah mecerdaskan siswa-siswanya, dansiswa yang tidak

memanfaatkan pendidikan sekolah.. Berikut penjelasan mengenai hal

tersebut.

1) Pendidikan Sekolah Mecerdaskan Siswa-Siswanya

Masalah pendidikan yang terjadi adalah mengenai tentang

pendidikan sekolah mencerdaskan siswa-siswanya. Hal tersebut

dapat dilihat pada kutipan berikut.

Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, memang beginilah yang kami rasakan
saat ini. Manusia memang semakin lama semakin
pintar saja. Misalnya tentang sekolah. Manusia
mendirikan sekolah, yang fungsinya adalah
mencerdaskan bangsa mereka. Membuat mereka
menjadi pintar. Sebenarnya kami hanya ingin tahu saja
perkembangan mereka Tetua Jin.”
Jin Abg 2 : “Betul Tetua Jin. Meski kelihatan pintar dan cerdas,
sebenarnya bangsa manusia tidak terlalu cerdas dan
bodoh pula. Ada sekolah, tapi bangsa manusia itu
sangat malas untuk bersekolah. Apa yang diajarkan di
sekolah itu menjadi percuma!”
(Halaman: 12)
Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, jujur saja. Kami menjadi sedikit
cerdas ini karena kami mengikuti sekolah bangsa
manusia. Bahkan kami merasa lebih cerdas dan pintar
dibandingkan manusia yang sekolah hebat itu.”
(Halaman13)

Pada kutipan di atas, tokoh Jin Abg 1 dan Jin Abg 2

menjelaskan dampak positif untuk mengikuti sekolah. Fungsi

sekolah adalah untuk mencerdaskan bangsa. Dengan mengikuti

sekolah akan menjadi cerdas dan memajukan bangsa. Dengan

mengikuti sekolah tentu saja tidak akan memalukan bangsa jin,

generasi muda jin akan menjadi cerdas dan bangsa jin akan lebih

unggul dari bangsa manusia.


101

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

masalah pendidikan terjadi ketika para anak jin mengikuti kegiatan

sekolah di bangsa manusia. Menurut para anak jin, sekolah penting

untuk mencerdaskan dan memajukan bangsanya.

2) Siswa Yang Tidak Memanfaatkan Pendidikan Sekolah

Masalah pendidikan yang terjadi mengenai tentang siswa

yang tidak memanfaatkan pendidikan sekolah. Berikut kutipan yang

menjelaskan hal tersebut.

Jin Abg 3 : “Untuk itulah, kita juga perlu pelajaran Pendidikan


Kewaraganegaraan Jin! Hal itu tentunya untuk
mengatur moral para generasi muda jin. Agar mereka
tidak seperti manusia yang terdegradasi moral itu.”
(Halaman: 18)

Pada kutipan di atas terlihat jelas bahwa masalah pendidikan

mengenai tentang siswa yang tidak memanfaatkan pendidikan

sekolah. Seseorang yang tidak memanfaatkan ilmunya akan

cenderung melakukan hal yang tidak bermoral. Oleh karena itu,

sebagai generasi muda harus memanfaatkan ilmu yang telah

didapatnya dalam pendidikan, agar tidak terjadinya kemunduran

moral.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah

pendidikan yang terjadi adalah seseorang yang tidak memanfaatkan

pendidikannya dengan baik. Sebagai generasi muda harus

memanfaatkan pendidikannya untuk menciptakan bangsa yang

berkualitas.
102

f. Aspek Moral

Aspek moral dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo adalah tidak memiliki etika dan rusaknya moral. Berikut ini

penjelasan hal tersebut.

1) Tidak Memiliki Etika

Masalah moral yang terjadi yaitu seseorang yang tidak

memiliki etika. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.

Tetua Jin : ”Apa yang kalian bicarakan ini? Jaman memang


berubah. Tapi kita harus menjaga-menjaga etika. Kita
ini mahluk yang bermoral. Jangan samakan bangsa kita
ini dengan bangsa manusia yang tidak punya moral
itu!” (Halaman: 8)

Kutipan di atas dapat diketahui terdapat aspek moral. Aspek

moral dalam cerita terjadi ketika Tetua Jin marah kepada para jin

karena para jin melakukan hal yang tidak seperti biasanya. Tetua Jin

menjelaskan bahwa jaman boleh berubah, namun sebagai makhluk

yang bermoral harus menjaga etika yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika

sangat diperlukan. Seseorang yang memiliki etika yang baik

menandakan ia bermoral baik.

2) Rusaknya Moral

Masalah moral yang terjadi yaitu banyak generasi moralnya

rusak. Berikut kutipan yang menjelaskan.

Jimat : “Owh,, Apa saja anak muda. Bangsa manusia bisa


melakukan hal yang lebih keji dari kita semua. Tidak
hanya korupsi. Akan tetapi, bangsa manusia bisa saling
bunuh, saling bantai, saling menyayat! Dan tak tanggung-
103

tanggung, merekapun rela melakukan itu, bahkan terhadap


keluarganya sendiri!” (Halaman: 26)

Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa banyak sekali

terjadinya rusaknya moral. Seseorang yang melakukan korupsi,

saling membunuh, dan saling menyayat termasuk orang yang sudah

rusak moralnya.

Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

sudah rusak moralnya akan cenderung melakukan tindakan yang keji

dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sebagai makhluk

yang bermoral seharusnya melakukan tindakan yang baik.

g. Aspek Politik

Politik merupakan segala urusan dan tindakan mengenai

ketatanegaraan, pemerintah, atau cara bertindak dalam menangani

masalah. Aspek politik yang terdapat dalam naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo adalahtidak menjadi warga negara yang

baik dan melakukan korupsi. Berikut kutipan yang menjelaskan hal

tersebut.

1) Tidak Menjadi Warga Negara Yang Baik

Masalah politik yang terjadi yaitu terjadinya tidak menjadi warga

negara yang baik. Berikut ini kutipannya.

Jin Abg 8 : “Memang dalam manusia ada pelajaran-pelajaran yang


sangat bermutu dan hebat. Tapi sayangnya bangsa
manusia tidak bisa menjalankan ilmu yang
didapatkannya dalam kehidupan sehari hari.
Contohnya, di manusia ada Pendidikan
Kewarganegaraan, tapi para anak manusia itu tidak bisa
bersikap seperti dan sebagai warga Negara yang baik!”
104

Jin Abg 5 : “Betul itu Bro, anak manusia itu justru banyak yang
tidak taat sebagai warga Negara!”
(Halaman: 17)

Dari kutipan di atas terlihat jelas gambaran mengenai

permasalahan politik. Banyak orang yang tidak mengamalkan ilmu

kewarganegaraan yang telah didapatnya. Mereka tidak menjadi

warga negara dengan baik dan tidak taat sebagai warga negara.

Pada uraiaan di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi

masalah politik yaitu tidak menjadi warga negara dengan baik.

Sebagai warga negara seharusnya taat dan patuh dengan peraturan

negara.

2) Melakukan Korupsi

Masalah politik yang terjadi yaitu warga negara banyak

melakukan korupsi. Di bawah ini kutipan yang menjelaskan.

Jin Abg 4 : (Menyela) “Hai teman-teman, itu kan karena mereka


melihat para pejabat dan menteri manusia pada korupsi.
Makanya mereka mencontohnya. Bukankah anak-anak
itu akan menjadi durhaka, kalau mereka tidak
mencontoh suri tauladan para sesepuh dan orangtua
yang korupsi itu? hahaha....”
Para Jin : (Tertawa) ”Hahahahaha.....”
Jin Abg 3 : “Untuk itulah, kita juga perlu pelajaran Pendidikan
Kewaraganegaraan Jin! Hal itu tentunya untuk
mengatur moral para generasi muda jin. Agar mereka
tidak seperti manusia yang terdegradasi moral itu.”
(Halaman: 18)

Pada kutipan di atas, Jin Abg 4 mengungkapkan bahwa para

menteri dan pejabat manusia banyak melakukan korupsi. Mereka tidak

menjadi warga negara dengan baik. Padahal ilmu kewarganegaraan itu

penting untuk mengatur moral para generasi bangsa.


105

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah

politik yang terdapat pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo adalah ketidaktaatan menjadi warga negara yang baik. Tidak

diamalkannya ilmu kewarganegaraan, karena ilmu kewarganegaraan

penting untuk generasi muda.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Naskah Drama Jin Abg Karya

Anes Prabu Sadjarwo Di Kelas XI SMA

Pembelajaran sastra bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

siswa mengapresiasi karya sastra. Selain teori yang diajarkan,seorang

guru dapat menerapkan teori sastra yang diajarkan. Dalam pembelajaran

sastra diharapkansiswa dapat memiliki pengalaman membaca,menalar

nilai positif yang terkandung didalamnya serta menerapkan pada

kehidupan sehari-harinya. Pengalaman apresiasi karya sastra dalam

kehidupan nyata akan berpengaruh positif pada kepekaan dan

nalar siswa.Nilai-nilai positif sastra tersebut dapat dibaca kemudian

dipahami dengan membaca karya sastra oleh siswa secara keseluruhan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran sastra diawali dengan

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana pelaksanaan

pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum

2013, pembelajaran sastra mengenai naskah drama terdapat pada kelas

XI semester genap. Berikut ini rencana pelaksanaan pembelajaran aspek

sosiologi sastra dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.
106

a. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang berpedoman pada

silabus kurikulum 2013.Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang

akan dicapai dari proses pembelajaran yang tidak hanya pengetahuan

namun pendidikan karakter siswa.Kompetensi inti yang hendak

dicapai adalah aspek sosiologi sastra dalam naskah drama.

b. Kompetensi Dasar

Pembelajaran sastra unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra

dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.

c. Indikator

Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar secara

lebih mendetail. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi

dasar yang diwujudkan dengan perubahan sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Dalam hal ini, indikator yang ingin dicapai antara lain :

1) Mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, latar

atau setting, alur atau plot, sudut pandang, dan amanat) naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

2) Menganalisis aspek sosiologi sastra dalam naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo.


107

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran mengacu pada indikator yang memuat

aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Siswa dituntut untuk

mengerti bahwa kualitas dirinya diukur dan menjadi terampil. Siswa

diharapkan mengerti unsur pembangun sastra dari sisi intrinsik dalam

naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo. Apabila siswa

telah mengetahui struktur pembangun sastra, diharapkan mereka dapat

menemukan aspek sosiologi sastra dalam naskah drama Jin Abg karya

Anes Prabu Sadjarwo.

e. Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran. Alokasi waktu yang digunakan dalam

penelitian untuk menyampaikan materi sebanyak 4 x 45 menit

pelajaran dikelas. Apabila dalam waktu tersebut tidak mencukupi,

penguasan atau pekerjaan rumah dapat ditempuh untuk membaca

naskah drama.

f. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan rincian dari materi pokok.

Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang

baik yang ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator pencapaian kompetensi. Materi Pembelajaran yang akan

dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik dan aspek


108

sosiologi sastra pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo adalah sebagai berikut.

1. Materi pokok dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah unsur

intrinsik dan aspek sosiologi sastra dalam naskah drama.

2. Materi dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut.

a. Unsur-unsur intrinsik naskah drama dramaJin Abg karya Anes

Prabu Sadjarwo.

b. Aspek sosiologi sastra naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.

g. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan rincian kegiatan dari proses

pembelajaran. Metode yang digunakan oleh tiap-tiap pendidik berbeda

karena dikembangkan sesuai dengan kreativitas pendidik. Metode

pembelajaran yang digunakan secara teratur dan sesuai dengan materi

yang akan disampaikan. Metode hendaknya bersifat membangun

semangat siswa mengikuti pembelajaran sehingga memahami materi

yang disampaikan oleh pendidik

Metode pembelajaran yang digunakan penulis dalam

pembelajaran sastra mengenai aspek sosiologi sastra naskah drama Jin

Abg karya Anes Prabu Sadjarwo adalah Quantum Learning. Pada

Quantum learning menggunakan enam langkah pokok yang dikenal

dengan istilah TANDUR, yaitu tumbuhkan, alami, namai,

demonstrasi, ulangi, dan rayakan.


109

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan yaitu menumbuhkan pemahaman dan minat

siswa terhadap kegemaran menulis dengan memberi wawasan

tentang wacana yang akan ditulis, menyugesti siswa dengan cara

menjelaskan tujuan belajar menulis dan manfaatnya bagi

kehidupan mahasiswa. Guru mampu menumbuhkan pemahaman

dan minat siswa dengan baik.

2) Alami

Alami yaitu siswa mengalami secara langsung sesuai

dengan kegemaran siswa masing-masing seperti menyimak

rekaman atau membaca contoh-contoh teks untuk diidentifikasi

unsur-unsur pembangunannya. Guru menyediakan rekaman atau

contoh teks.

3) Namai

Namai yaitu membicarakan hasil identifikasi unsur-unsur

pembangun dalam diskusi kelompok. Guru dan siswa harus saling

berkerjasama dengan baik.

4) Demonstrasi

Demonstrasi yaitu siswa praktik menulis seperti yang

diinginkan dalam kompetensi dasar mulai dari tahap pemunculan

ide, penyusunan ide menjadi kerangka tulisan, dan

mengembangkan kerangka tulisan menjadi tulisan jadi. Hasil draf


110

tersebut kasar itu didiskusikan dengan teman kelompok untuk

mendapatkan masukan.

5) Ulangi

Ulangi yaitu memperbaiki kembali tulisannya berdasarkan

saran dari teman dan guru sehingga hasil karyanya menjadi

semakin sempurna. Siswa akan mengetahui setiap kesalahan yang

dilakukan.

6) Rayakan

Rayakan yaitu aktivitas siswa dan guru untuk menilai atau

memberi pengakuan hasil kerja siswa melalui lomba atau publikasi

hasil karyanya. Contoh cara merayakan yaitu guru memberikan

hadiah untuk mengapresiasikan hasil karya.

h. Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan sumber materi yang akan

disampaikan kepada siswa.Sumber belajar yang digunakan antara lain;

1. Buku pelajaran bahasa indonesia yang diwajibkan

Buku Bahasa Indonesia yang diwajibkan dari sekolah

sebagai acuan materi pembelajaran agar lebih mendukung dari segi

dan isi manfaat dari buku tersebut.

2. Buku pelengkap

Buku pelengkap sebagai buku acuan materi belajar harus

mendukung dari segi isi dan manfaat dari buku tersebut. Isi buku

tersebut benar-benar mendukung materi yang sedang di pelajari.


111

3. Hasil kerja sastra

Naskah drama sebagai hasil karya sastra sangat baik sebagai

sumber belajar apresiasi sastra. Siswa dapat secara langsung meng-

identifikasi naskah drama secara keseluruhan, baik unsur intrinsik

maupun unsur ekstrinsik. Naskah drama yang dianalisis

diutamakan naskah drama yang mempunyai kadar estetik.

i. Langkah Pembelajaran

Langkah pembelajaran adalah cara tenaga pendidik melaksanakan

proses pembelajaran.

Pertemuan Pertama

1. Kegiatan Awal (15 menit)

a) Guru memberi salam, berdoa bersama dan melakukan absensi

untuk mengawali pembelajaran.

b) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan

dibahas.

c) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian

yang harus dikuasai.

d) Guru bertanya kepada siswa mengenai gambaran umum materi

naskah drama.

2. Kegiatan Inti (60 menit)

Fase “Tumbuhkan”

a) Guru menampilkan profil Anes Prabu Sadjarwo dan karya-

karyanya dengan menggunakan audiovisual.


112

b) Guru menumbuhkan minat siswa dengan cara menyugesti siswa

dengan cara menjelaskan manfaat pembelajaran naskah drama

bagi kehidupan sehari-hari.

c) Guru mempresentasikan materi mengenai naskah drama, unsur

intrinsik, dan aspek sosiologi dengan media powerpoint.

d) Siswa mengamati contoh penggalan unsur intrinsik dalam

naskah drama.

Fase “Alami”

a) Siswa dibagi dalam 4 kelompok.

b) Setiap kelompok dibagikan sinopsis naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo, dan diminta untuk membaca.

c) Siswa menentukan unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo, dengan memberikan

kutipan yang menunjukkan unsur intrinsik.

Fase “Namai”

a) Setiap kelompok menyajikan presentasi yang menarik tentang

hasil pekerjaannya.

b) Perwakilan satu siswa dalam setiap kelompok untuk

mempresentasikan.

c) Guru dan siswa saling bekerja sama dengan baik dalam

mengidentifikasikan hasil pekerjaan, guru menunjukkan hasil

yang benar sehingga semua siswa mengetahui unsur intrinsik


113

yang benar dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.

3. Kegiatan akhir (15 menit)

a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah

berlangsung.

b) Semua kelompok mengumpulkan hasil pekerjaan kelompoknya.

c) Guru memotivasi siswa untuk meneladani karakter positif yang

terdapat di dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo.

d) Siswa menerima tugas individu untuk menentukan aspek

sosiologi sastra yang terdapat dalam naskah drama Jin Abg

karya Anes Prabu Sadjarwo.

e) Berdo‟a bersama dan memberi salam penutup untuk mengakhiri

pembelajaran.

Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal (15 menit)

a) Guru memberi salam, berdoa bersama dan melakukan absensi

untuk mengawali pembelajaran.

b) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi

yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.

c) Guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan yang masih

ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.

2. Kegiatan Inti (60 menit)


114

Fase “Demonstrasi”

Fase keempat dari metode pembelajaran Quantum Learning

adalah “demonstrasi”. Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan

adalah kegiatan demonstrasi untuk setiap siswa dengan cara siswa

mengemukakan pendapatnya di depan teman-teman mengenai hasil

pekerjaan rumah yaitu analisis aspek sosiologi yang terdapat pada

naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo. Jika ada siswa

yang tidak setuju dengan pendapatnya, boleh memberi sanggahan.

Fase “Ulangi”

Fase kelima adalah “ulangi”. Pada fase ini, kegiatan yang

dilakukan adalah siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan

saran teman.

Fase “Rayakan”

Fase terakhir dalam pembelajaran dengan metode Quantum

Learning adalah “rayakan”. Pada fase ini, siswa yang memperoleh

nilai tertinggi memiliki kesempatan untuk membacakan hasil

analisisnya di depan kelas dan analisis tersebut dipajang di dinding

kelas.

3. Kegiatan Akhir

a) Guru menyampaikan simpulan pembelajaran.

b) Guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani sikap

tokoh yang memiliki akhlak mulia yang ada dalam naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo.


115

c) Berdo‟a bersama dan memberi salam penutup untuk mengakhiri

pembelajaran.

j. Evaluasi.

Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur

keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan proses

pembelajaran. Alat evaluasi yang digunakan peneliti yaitu

menggunakan tes esai dan lisan. Hal itu karena tes esai tepat

digunakan untuk menilai proses berpikir sehingga tidak

sembarangan dalam menjawab pertanyaan dan lebih

mengembangkan tingkat kreatifitas siswa mengolah kata-kata.

Selain tes esai, dilakukan pengamatan oleh guru kepada peserta

didik dalam memahami materi yang dipelajari. Tes lisan dilakukan

pada saat kegiatan diskusi dan anggota kelompok menyampaikan

hasil diskusi sementara kelompok lain menanggapi.

Contoh soal evaluasi yang di gunakan dalam analisis aspek

sosiologi sastra dalam naksah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo sebagai berikut:

No. Aspek yang dinilai Skor


1. Jelaskan pengertian naskah drama! 20
Sebutkan unsur intrinsik yang ada di dalam naskah
2. drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo! 40
Sebutkan aspek sosiologi sastra atau persoalan-
persoalan masalah yang terjadi di masyarakat yang
3. 40
ada dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu
Sadjarwo!
BAB V
PENUTUP

Bab ini disajikan simpulan dan saran. Simpulan berisi inti pembahasan

data yang mengacu pada rumusan masalah. Saran berisi manfaat penelitian ini,

yaitu bagi guru, bagi siswa, dan bagi peneliti berikutnya.

A. Simpulan

1. Pada naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo mengandung (a)

tema mayor: pentingnya pendidikan, dan tema minor: masalah mengikuti

aktivitas manusia, masalah keinginan diadakan sekolah, masalah

perbedaan pendapat; (b) tokoh dan penokohan, terdiri dari tokoh utama:

Tetua Jin dan Jimat, tokoh tambahan: Pejabat Jin 1, Pejabat Jin 2, Jin Abg

1, Jin Abg 2, Jin Abg 3; (c) alur berdasarkan urutan waktu yaitu alur maju;

(d) latar meliputi latar tempat: ruang kelas, kerajaan jin, dan tempat rapat;

latar waktu: pagi, siang, dan malam hari; latar suasana: suasana

menegangkan, suasana mengagetkan, suasana keributan, suasana

menyedihkan; (e) sudut pandangnya yaitu orang ketiga serbatahu; (f)

amanat yang terkandung yaitu: dalam mengikuti rapat dan memecahkan

masalah harus dengan kepala dingin janganlah penuh keributan,

manfaatkanlah pendidikan sekolah dengan baik karena dengan pendidikan

sekolah akan menjadi cerdas dan mencerahkan masa depan, amalkanlah

dalam kehidupan sehari-hari ilmu yang telah diajarkan oleh pendidikan

sekolah.

117
118

2. Analisis aspek sosiologi sastra naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo terdapat tujuh aspek yang terkandung, yaitu: (a) aspek

kekerabatan, hubungan baik antara Tetua Jin dengan Jimat dan hubungan

pertemanan antara Jin Abg 1 dengan Jin Abg 3; (b) aspek cinta kasih,

terdiri dari cinta kasih orang tua dengan anak dan cinta kasih lawan jenis;

(c) aspek ekonomi, yaitu perekonomian keluarga menurun dan

meningkatkan perekonomian keluarga; (d) aspek religius, terdiri dari

melanggar perintah agama dan kewajiban menjalankan perintah agama; (e)

aspek moral, yang terkandung yaitu tidak memiliki etika dan rusaknya

moral; (f) aspek pendidikan, meliputi pendidikan sekolah mecerdaskan

siswa-siswanya dan siswa yang tidak memanfaatkan pendidikan sekolah;

(g) aspek politik, terdiri dari banyak orang tidak menjadi warga negara

yang baik, dan melakukan korupsi.

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran naskah drama Jin Abg karya Anes

Prabu Sadjarwo di SMA dilaksanakan dengan menggunakan kompetensi

dasar dan indikator belajar sebagai tujuan pembelajaran. Kompetensi

Dasar dari pembelajaran sastra kelas XI SMA yaitu memahami struktur

dan kaidah teks film/ drama. Naskah Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

dapat dimanfaatkan sebagai bahan apresiasi sastra di SMA, yakni dalam

pembelajaran Kompetensi Dasar menganalisis unsur intrinsik naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo, dengan menganalisis unsur

intrinsik yang terdapat dalam naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu

Sadjarwo siswa juga dapat menganalisis aspek sosiologi sastra yang


119

terdapat di dalamnya. Adapun indikator hasil pembelajarannya adalah

siswa mampu menganalisis unsur intrinsik, aspek sosiologi sastra dan

siswa mampu mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh. Metode

yang digunakan yaitu Quantum Learning menggunakan langkah

TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan

Rayakan). Dalam pembelajaran ini terbagi menjadi dua tahapan yakni

tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Dalam tahapan perencanaan guru

memanfaatkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam tahapan

pelaksanaan, guru sebagai motivator dan fasilitator, sedangkan siswa

sebagai objek pembelajaran. Sumber belajar yang dipakai adalah buku

pelajaran bahasa Indonesia yang diwajibkan, buku pelengkap, naskah

drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo dan buku-buku tentang sastra.

B. Saran

Berdasarkan uraian hasil analisis naskah drama Jin Abg karya Anes

Prabu Sadjarwo, ada beberapa saran yang akan disampaikan penulis. Penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan untuk membantu melaksanakan

pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif kepada siswa.

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan memotivasi siswa untuk membaca

suatu karya sastra, dan memahami isi yang terkandung. Selain itu, siswa

diharapkan mampu mengapresiasikan dan menganalisis suatu karya sastra.


120

3. Bagi peneliti berikutnya, diharapkan mampu memajukan dunia

kesusasteraan. Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan referensi

untuk penelitian berikutnya mengenai kajian sosiologi sastra.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Syahrizal; dkk. 2013. “Kajian Sosiologi Sastra Dan Nilai Pendidikan
Dalam Novel Tuan Guru Karya Salman Faris”. Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, 01 (01), 54-68.
https://www.google.co.id/url?q=https://eprints.uns.ac.id/2406/1/166-304-
1SM.pdf&saU&ved=0ahUKEwj28u1143TAhWBo48KHfZBn4QFggdMA
c&usg=AFQjCNGkFCUGr7BYcuLmerAb6pgUGLQIJQ. Diakses Pada
Tanggal 4 Maret 2017 Pukul 19.20 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.


Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dewojati, Cahyaningrum. 2012. Drama: Sejarah, Teori dan Penerapannya.


Yogyakarta: Javakarsa Media.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,


Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps.

Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi: Teori dan Praktik. Surakarta.

Ismawanti, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Muslimin. 2011. “Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane:


Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”. Universitas Negeri Gorontalo: Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Budaya, 01 (01), 126-145.
https://www.google.co.id/url?q=http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah
/151/MODERNISASI_DALAM_NOVEL_BELENGGU__KARYA_AR
MIJN_PANE_Sebuah_Kajian_Sosiologi_Sastra.pdf&sa=U&ved=0ahUKE
wj28u1143TAhWBo48KHfZBn4QFggPMAA&usg=AFQjCNFFY1laTpB
KCZaSbTL-em2lvUmdBw. Diakses Pada Tanggal 4 Maret 2017 Pukul
19.18 WIB.

Mustofa, Richi. 2015. ”Analisis Sosiologi Sastra Novel Cinta Suci Zahrana Karya
Habiburrahman El Shirazy Dan Skenario Pembelajarannya Di SMA”.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

121
122

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis


Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Nurhayati. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2013. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik Sastra,
dan Penerapanya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa Dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:
C.V. Diponegoro.

Sadjarwo, Prabu Anes. 2012. Jin Abg. Yogyakarta.

Santoso, Agus. 2016. “Aspek Sosiologi Sastra Tokoh Utama Novel Khutbah Di
Bawah Lembah Karya S.Jai Dan Skenario Pembelajarannya Di Kelas XI
SMA”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Setyorini, Nurul. 2014. “Aspek-aspek Stilistika Novel Lalita Karya Ayu Utami”.
Prosiding Seminar Nasional “Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan
Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondila”. Jurnal
Penelitian Bahasa, dan Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 6 (1), 16-27.
http://ejournal.uns.ac.id. Diakses 12 Agustus 2017 Pukul 19.25.

Sudaryanto. 2015. Teori, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Duta Wacana University.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Sugono, dkk. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukirno. 2016. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Waluyo, Herman J. 2012. Kajian Drama: Teori Implementasi. Surakarta:


Cakrawala Media.
LAMPIRAN
Lampiran 1

BIOGRAFI PENGARANG

Anes Prabu Sadjarwo adalah nama pena

dari Anas Prasetya. Lahir di Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) pada 19 Maret 1987. Anak dari

K.H. Achmad Sadjarwo dan Siti Mursilah.

Pendidikannya dari mulai TK hingga bergelar

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ditempuhnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rajin

menulis sastra; drama, cerpen, dan puisi. Pekerjaan saat ini adalah mengajar

Bahasa Indonesia di Sebuah SMP Swasta, mengajar teater di SMK dan Kampus.

Jalan Imogiri Barat Km. 08, Ds. Sorogenen Rt.02 Timbulharjo Sewon Bantul

Yogyakarta 55186. Pengalaman ia bekerja Editor di Penerbit Gress Publishing

Tahun 2009 sampai sekarang, pengajar teater di SMKN 4 Yogyakarta Tahun

2010 sampai dengan sekarang, pendamping proses Teater JAB UAD Tahun

2010 sampai sekarang, pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia SMP di Bantul

Tahun 2010 sampai dengan sekarang.


Lampiran 2

Judul : Jin Abg

Penulis : Anes Prabu Sadjarwo

Tahun : 2012

Tebal halaman : 28 halaman

SINOPSIS

Ini adalah kisah sekelompok anak jin yang bermimpi dan mempunyai

keinginan untuk bersekolah. Para jin iri melihat manusia yang bisa bersekolah.

Namun para jin bingung harus bersekolah dimana. Sebab, di kalangan jin tidak

ada sekolah formal seperti layaknya manusia. Tidak ada gedung sekolah, tidak

ada guru, tidak ada seragam sekolah, dan tidak ada pelajaran matematika, bahasa

indonesia, ipa, atau ips.

Sekelompok jin itu mencoba mengikuti kegiatan bersekolah layaknya

manusia. Akan tetapi aktivitasnya telah diketahui oleh jin mata-mata yang

bernama Jimat. Perbuatan mereka dilaporkan kepada Tetua Jin. Para jin dipanggil

untuk menemui tetua jin. Akan tetapi, justru para jin itu menuntut kepada ketua

jin. Mereka menuntuk untuk diadakannya sekolahan pada pemerintah jin, sebuah

sekolah yang bisa menandingi kehebatan manusia. Sebab selama ini, manusia bisa

pintar karena sekolah. Para generasi jin takut, jika mereka semakin bodoh, mereka

juga takut ditindas oleh bangsa manusia yang semakin cerdas akan

menghancurkan eksistensi dari pada generasi jin.

Tetua Jin sebagai ketua di bangsa jin merasa marah besar dan menolak

keinginan para anak jin untuk diadakan sekolah. Para pejabat jin dan pengawal
pun ikut menolak dengan keinginannya tersebut. Masalah ini menjadi perdebatan

diantara para anak jin dan para lembaga pemerintahan jin. Namun, para anak jin

tetap berjuang untuk keinginannya dikabulkan, karena menurut mereka sekolah

itu penting untung menciptakan generasi bangsa yang berkualitas. Jin Abg 1

dengan sangat berani dia mengungkapkan aspirasinya. Dia juga menjelaskan

manfaat mengikuti sekolah, dan dampak positif diadakan sekolah. Generasi jin

muda yang menginginkan bangsa jin menjadi mahluk yang mencerdaskan segala

bangsa dan ikut dalam memajukan kesejahteraan bangsa jin.

Menurut pemikiran para anak jin, dengan adanya sistem pendidikan seperti

sekolah, mereka akan menjadi cerdas dan berpola pikir maju. Dengan

mengamalkan ilmu dan pelajaran-pelajaran di sekolah dengan baik tentu saja akan

tercipta sosok yang berbudi pekerti baik. Banyak ada pelajaran-pelajaran yang

sangat bermutu dan hebat. Tapi sayangnya, ada beberapa orang tidak bisa

menjalankan ilmu yang didapatkannya dalam kehidupan sehari

hari.Contohnya,ada Pendidikan Kewarganegaraan, tapi itu tidak bisa bersikap

sebagai warga negara yang baik dan banyak yang melakukan tindakan korupsi.

Selanjutnya, pelajaran agama yang sangat penting, ada yang tidak mengamalkan

pendidikan agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan parahnya, banyak yang

melakukan kenakalan remaja,seperti tawuran pelajar, narkoba, dan pergaulan

bebas. Pada sistem pendidikan pelajaran mengenai hukum juga penting, karena

sekarang ini banyak mereka yang tidak menegakkan hukum dengan tegak.

Banyak sekali pelanggaran hukum terjadi dimana-mana.Hukum diperlakukan

semena-mena dan main hukum sendiri seperti tak ada hukum. Oleh karena itu,
pelajaran-pelajaran di sekolah itu sangat penting. Dan sebagai generasi muda

penerus bangsa harus mengamalkan semua ilmu yang didapatkan dengan sebaik

mungkin. Setelah mengetahui mengenai sistem pendidikan dan dampak positif

yang ditimbulkan, akhirnya Tetua Jin sebagai ketua mengabulkan permintaan

diadakannya sistem pendidikan sekolah. Namun ternyata, untuk membangun

sistem pendidikan memerlukan dana besar sedangkan keuangan yang ada sedang

menurun. Tetua Jin meminta untuk semua mencari solusinya, agar keuangan cepat

meningkat. Jin Abg 4 menemukan solusinya, kita semua harus berkerja keras

bergotong royong untuk mencari uang, agar segera terkumpul dengan cepat.
Lampiran 3
KARTU PENCATAT DATA
Data Unsur Intrinsik Dan Aspek Sosiologi Sastra Naskah Drama Jin Abg
Karya Anes Prabu Sadjarwo

Tabel 1
No Unsur Intrinsik Halaman
1. Tema
a. Tema Mayor
Jin Abg 1 : “Baiklah kawan kawan....Tetua Jin yang
kami muliakan dan para staf dan pejabat jin
sekalian. Sungguhpun apa yang akan kami
sampaikan ini adalah atas dasar untuk
memajukan keberlangsungan bangsa jin yang
16
mulia ini. Apa yang kami sampaikan ini
merupakan hasil dari sebuah pemikiran kita,
generasi jin muda yang menginginkan bangsa
jin menjadi mahluk yang mencerdaskan
segala bangsa dan ikut dalam memajukan
kesejahteraan bangsa jin. Untuk itu kami
ingin diadakannya sekolah!”(Halaman: 16)
Jin Abg 8 : “Memang dalam manusia ada pelajaran-
pelajaran yang sangat bermutu dan hebat.
Tapi sayangnya bangsa manusia tidak bisa
menjalankan ilmu yang didapatkannya dalam
kehidupan sehari hari. Contohnya, di
manusia ada Pendidikan Kewarganegaraan,
tapi para anak manusia itu tidak bisa bersikap
seperti dan sebagai warga Negara yang
baik!”(Halaman: 16)
Jin Abg 8 : “Tetapi nantinya sekolah ini akan mendidik
anak jin yang bermartabat, berilmu tinggi
23
demi kemajuan bangsa kita sendiri, Tuan!”
Jin Abg 3 : “Bahkan saya yakin, jika sekolah ini benar
diadakan, kita bisa mengungguli kejayaan
manusia. Saya yakin sekali akan hal itu!”
(Halaman: 23)

b. Tema Minor
1) Masalah Mengikuti Aktivitas Manusia
Jimat : “Ini adalah persoalan anak-anak jin kita 4
yang mengikuti kegiatan dan aktivitas
layaknya manusia, Tuan.”
Pengawal Jin : “Apa?” (Kaget)
(Halaman: 4)
Jimat : “Begini Tetua Jin. Barangkali perbuatan
ini terasa sedikit memalukan bagi bangsa
kita. Akan tetapi sebelum semuanya
terlambat, saya harus mengatakan hal ini
kepada Tetua Jin. Tetua Jin, saya melihat, 6
para generasi makhluk seperti kita
mengikuti kegiatan dan aktivitas seperti
halnya manusia.”(Halaman: 6)
Tetua Jin : “Apa-apaan kalian ini! Ini perbuatan
manusia! Musik yang kalian dengarkan
adalah musik manusia. Gerakan yang 8
kalian tarikan tadi juga gerakan manusia.
Dan lihatlah, pakaian kalian juga pakaian
manusia!”(Halaman: 8)

2) Masalah Keinginan Diadakan Sekolah 15


Jin Abg 1 : “Kalau memang kalian semua pejabat yang
terhormat, maka dengarkanlah aspirasi dan
tuntutan kami!”(Halaman: 15)
Jin Abg 1 : “Baiklah kawan kawan.... Tetua Jin yang
kami muliakan dan para staf dan pejabat jin
sekalian. Sungguhpun apa yang akan kami 16
sampaikan ini adalah atas dasar untuk
memajukan keberlangsungan bangsa jin
yang mulia ini. Apa yang kami sampaikan
ini merupakan hasil dari sebuah pemikiran
kita, generasi jin muda yang menginginkan
bangsa jin menjadi mahluk yang
mencerdaskan segala bangsa dan ikut dalam
memajukan kesejahteraan bangsa jin. Untuk
itu kami ingin diadakannya sekolah!”
Jin Abg 8 : “Ya. Kami menginginkan diadakanya
sekolah di bangsa Jin yang mulia ini!”
(Halaman: 16) 23
3) Masalah Perbedaan Pendapat
Jimat : “Maafkan saya Tetua Jin. Sungguh maafkan
saya. Sebenarnya saya tidak sepakat kalau
bangsa kita diadakan sekolah seperti milik
bangsa manusia itu!”
Jin Abg 1 : (Kesal) “Hei, Bapak Pejabat, mengapa 24
Anda tidak setuju dengan pendapat kami?
Beri kami alasan!”
(Halaman: 23)
Pejabat Jin 1 : “Kita memang boleh saja mengutarakan
pendapat. Asalkan, kita harus mempunyai
alasan yang logis, jelas dan tepat. Semua
keputusan, pada ahirnya harus bisa kita
pikirkan dengan matang-matang. Untuk itu
kepada Jimat, silahkan Anda harus
mengatakan kepada kami alasan yang
benar-benar bisa kami terima!”(Halaman:
24)

2. Tokoh dan Penokohan


a. Tokoh Utama
1) Jimat (Pintar, peduli, dan keras kepala)
Tetua Jin : “Ya, Jimat. Kita memang harus segera
mengambil langkah Jimat. Ini tidak bisa 7
dibiarkan Jimat. Sungguh keterlaluan. Jimat,
apa saranmu?”
Jimat : “Begini, Tetua Jin, kalau menurut pendapat
saya, kita harus segera mengadakan rapat
pertemuan. Semacam KLB, atau rapat pleno
aparatut. Lalu kita panggil anak-anak jin itu
kemari. Kita Tanya mereka itu sebenarnya
apa maunya.”
(Halaman: 7)
Jimat : “Maaf, Tetua Jin. Ini memang persoalan yang 16
sangat penting. Saya takut, jika ini dibiarkan,
bisa-bisa akan menjadi ancaman bagi kita,
Tetua Jin..” (Halaman: 5)
Jin Abg 8 : “Ya. Kami menginginkan diadakanya
sekolah di bangsa Jin yang mulia ini!”
Jimat : (Keras) “Sekolah hanya untuk manusia!”
(Halaman: 16) 23
Jimat : “Maafkan saya Tetua Jin. Sungguh maafkan
saya. Sebenarnya saya tidak sepakat kalau
bangsa kita diadakan sekolah seperti milik
bangsa manusia itu!”
SEMUA JIN KAGET
Jin Abg 1 : (Kesal) “Hei, Bapak Pejabat, mengapa Anda
tidak setuju dengan pendapat kami? Beri
kami alasan!”
Jimat : “Sekolah itu hanya untuk anak-anak 11
manusia,bukan
(Halaman: 23)
2) Tetua Jin (Bijaksana dan tegas)
Tetua Jin : “Ya. Saya mengerti Jimat. Sebagai Tetua Jin
yang menjunjung tinggi demokrasi, saya pun
tidak keberatan dengan usulan Jimat. Dan 8
silahkan pada anak jin semua , kami berikan
kebebasan untuk berpendapat. Sebab,
sebenarnya kami pun tidak terlalu mengerti,
gejala yang terjadi di kalangan anak-anak jin
sekarang ini.” (Halaman: 11)
Tetua Jin : ”Apa yang kalian bicarakan ini? Jaman
memang berubah. Tapi kita harus menjaga- 10
menjaga etika. Kita ini mahluk yang
bermoral. Jangan samakan bangsa kita ini
dengan bangsa manusia yang tidak punya
moral itu!” (Halaman: 8)
Tetua Jin : “Kalian telah mengikuti sekolah layaknya
manusia!” (Marah) (Halaman: 10)
Pejabat Jin 1 : “Dan untuk itulah kalian kami panggil
kesini. Untuk mengkonfirmasikan dan
mengklarifikasi. Sebenarnya apa yang terjadi
dengan kalian ini.”
Tetua Jin : “Sebuah kemunduran terjadi apabila mahluk
kita mengikuti pola hidup bangsa manusia!
Camkan itu!”
(Halaman: 10)

b. Tokoh Tambahan
1) Pejabat Jin 1 (sifat sabar, bijaksana, adil, dan emosional)
Pejabat Jin 1 : “Ini jaman sudah benar-benar edan! Ayo
semuanya duduk. Keadaan sudah 8
sedimikian gawat.” (Pada Tetua Jin). “Maaf
Tetua Jin, saya minta anda untuk sedikit
bersabar. Mereka ini hanyalah anak-anak
Tetua Jin.” (Halaman: 8)
Pejabat Jin 1 : “Kalau begitu Tetua Jin, alangkah lebih
baiknya jika sekarang ini kita menampung
aspirasi mereka terlebih dahulu. Nanti suara 14
aspirasi kalan akan kami sampaikan
disidang besar...” (Halaman: 14)
Jin Abg 3 : “Huuu...ngapusi...” (Bicara pelan dan
ngece)
Pejabat Jin 1 : “Apa katamu? Hai anak muda. Kau ini
bicara apa?”
Jin Abg 3 : “Owh tidak kok... Saya tidak bicara apa-
apa...”
Pejabat Jin 1 : “Jangan seenaknya sendiri anda bicara
pada pejabat!” 10
(Halaman: 14)

2) Pejabat Jin 2 (Bertanggungjawab, sopan, dan suka


mengingatkan) 20
Pejabat Jin 2 : “Dan bagi parlemen jin, ini merupakan
sebuah kabar yang sangat mencengangkan.
Ini harus segera kita sikapi dengan bijak.”
(Halaman: 10)
Pejabat Jin 2 : “Tetua Jin, mohon maaf terlebih dahulu
kalau saya lancang. Ada satu hal yang ingin 8
saya utarakan di forum mulia ini. jika kita
mempunyai sekolah, kita pasti berpikir
tentang guru bukan? Itulah persoalanya,
apa, bagaimana dan siapa yang akan 12
mengajar di sekolah jin nantinya?”
(Halaman: 20)
3) Jin Abg 1 (Sopan, cerdas, berani, dan cekatan)
Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, kalau kedangan kami
membuat Anda marah. Tapi beginilah
kami ini.” (Halaman: 8)
Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, memang beginilah yang 13
kami rasakan saat ini. Manusia memang
semakin lama semakin pintar saja.
Misalnya tentang sekolah. Manusia
mendirikan sekolah, yang fungsinya
adalah mencerdaskan bangsa mereka.
Membuat mereka menjadi pintar.
Sebenarnya kami hanya ingin tahu saja 16
perkembangan mereka Tetua Jin.”
(Halaman: 12)
Jin Abg I : “Maaf Tetua Jin, jujur saja. Kami menjadi
sedikit cerdas ini karena kami mengikuti
sekolah bangsa manusia. Bahkan kami
merasa lebih cerdas dan pintar
dibandingkan manusia yang sekolah hebat
itu.” (Halaman: 13) 14
Jin Abg 1 : “Baiklah kawan kawan...... Tetua Jin yang
kami muliakan dan para staf dan pejabat
jin sekalian. Sungguhpun apa yang akan
kami sampaikan ini adalah atas dasar
untuk memajukan keberlangsungan 13
bangsa jin yang mulia ini. Apa yang kami
sampaikan ini merupakan hasi dari sebuah
pemikiran kita, generasi jin muda yang
menginginkan bangsa jin menjadi mahluk 23
yang mencerdaskan segala bangsa dan
ikut dalam memajukan kesejahteraan
bangsa jin. Untuk itu kami ingin
diadakannya sekolah!” (Halaman: 16)
Jin Abg 1 : “Mohon maaf Tetua Jin. Saya rasa kita-
kita ini harus bergerak secepatnya Tetua 13
Jin. Saya hanya tidak ingin bangsa kita ini
semakin terperosok dan tertinggal jauh.”
(Halaman: 14)
4) Jin Abg 2 (Humoris dan berani)
Jin Abg 2 : “Iya, Tetua, jangan salahkan kami. Kita 21
ini jin modern. Koran jin, kelak, akan
menyebut kita jin megapolitan!
Hahahaha..”(semua tertawa) (Halaman:
13)
Jin Abg 2 : “Ini bukan mencontek, Bung Pejabat! Ini
adalah mengadopsi. Mengapa kita tidak
boleh mengadopsi budaya yang baik bagi
kita? Mengapa?” (Halaman: 23)
5) Jin Abg 3(Sopan, pintar, dan tidak sabar)
Jin Abg 3 : “Mohon maaf kepada Pak Jimat yang saya
hormati. Generasi kami memang sudah
berbeda dengan generasai dahulu. Ya
seperti generasi anda-anda ini. Kalau
bangsa manusia saat ini sudah masuki
jaman metropolitan, seharusnya bangsa
kita sudah diatasnya, yaitu jaman super
megapolitani!” (Halaman: 13)
Jin Abg 3 : “Wah, lama sekali! Ini tidak bisa ditunda-
tunda, Tetua Jin!” (Halaman: 21)
3. Latar/Setting
a. Latar Tempat (Ruang kelas, kerajaan jin, dan tempat rapat
KLB)
“Di panggung, ada kursi-kursi, mirip ruang kelas. Beberapa 3
manusia yang sedang mengikuti pelajaran (boleh juga
sedang ujian semester).” (Halaman: 3)
“Di sebelahnya beberapa anak jin juga mengikuti 4
pelajaran.” (Halaman: 4)
b. Latar Waktu (Pagi hari, siang hari, dan malam hari)
“Di panggung, ada kursi-kursi, mirip ruang kelas. Beberapa 3
manusia yang sedang mengikuti pelajaran (boleh juga
sedang ujian semester). Di sebelahnya beberapa anak jin
juga mengikuti pelajaran.” (Halaman: 3)
Jimat : “Tetua Jin! Tetua Jin!” (Lari mondar mandir
ke segala sisi untuk mencari Tetua Jin)
“Tetua Jin! Tetua Jin!”
Pengawal Jin: (Keluar dari balik pohon) “Ada apa kau
memanggil tetua jin? Apa kau tidak mengerti
ini masih siang hari? Dan kau mustinya tahu,
di waktu siang siang hari bagi manusia, kita 7
ini malam hari…”
(Halaman: 3)
Tetua Jin : “Baiklah, Jimat, jika itu menurutmu yang
terbaik. Malam ini juga kita harus 8
mengadakan KLB! Jimat, panggil anak-anak
Jin itu. Suruh menghardap kemari.
Sampaikan kepada mereka, Tetua Jin ingin
bertemu. Cepat!” (Halaman: 7)
Pejabat Jin 1 : “Mari, kami persilahkan anda sekalian untuk
duduk. Kita akan segera memulai rapat
pertemuan ini.” (Halaman: 8)

c. Latar Suasana (Menegangkan, mengagetkan, keributan, dan


menyedihkan
Jimat : “Maaf, Tuan Pengawal jika kedatanganku ini
sangat mengganggu. Akan tetapi ini bersifat 4
urgent. Saya harus menemui tetua jin, Tuan.”
(Terbata-bata)
Pengawal Jin: “Kau bisa mengatakannya padaku, Jimat.
Nanti akan aku sampaikan kepada tetua jin
jin.”
Jimat : “Tapi masalah ini segera membutuhkan
tindakan Tuan Pengawal. Ini benar-benar
sudah mengkhawatirkan. Saya takut,
permasalahan ini akan berlarut-larut.”
(Halaman: 4) 7
Tetua Jin : “Berhenti!!! Berhenti!!!” (semua yang
menari kalangkabut dan menghentikan
tariannya)“Apa-apaan kalian ini! Ini
perbuatan manusia! Musik yang kalian
dengarkan adalah musik manusia. Gerakan 8
yang kalian tarikan tadi juga gerakan
manusia. Dan lihatlah, pakaian kalian juga
pakaian manusia!” (Halaman: 7)
Pejabat Jin 1 : “Ini jaman sudah benar-benar edan! Ayo
semuanya duduk. Keadaan sudah sedimikian
gawat.” (Pada Tetua Jin). “Maaf Tetua Jin,
saya minta anda untuk sedikit bersabar.
Mereka ini hanyalah anak-anak Tetua Jin.”
(Halaman: 8) 6
Jimat : “Ini adalah persoalan anak-anak jin kita yang
mengikuti kegiatan dan aktivitas layaknya
manusia, Tuan.”
Pengawal Jin: “Apa?” (Kaget)
(Halaman: 8)
Tetua Jin : “Kegiatan apa itu Jimat? Kau semakin
membuatku penasaran, Jimat!” 14
Jimat : “Sekolah, Tetua Jin!”
Tetua Jin : “Sekolah?” (kaget)
(Halaman: 6)
Jin Abg 1 : “Mohon maaf Tetua Jin. Saya rasa kita-kita
ini harus bergerak secepatnya Tetua Jin. Saya
hanya tidak ingin bangsa kita ini semakin
terperosok dan tertinggal jauh.”
Jin Abg : (Koor, dan ribut) “Betul Tetua Jin.. Iya.. Itu 7
harus segera kita rumuskan... Kalau perlu
malam ini!”
Tetua Jin : “Tenang... Tenang.. Tenang.. Kalian ini
jangan ribut. Dari awal saya sudah tegaskan,
kita ini bangsa yang terhormat. Jangan ribut
seperti bangsa manusia. Dikit-dikit ribut.
Dikit-dikit ribut.. Ribut kok dikit-dikit...”
(Halaman: 14)
Tetua Jin : “Ini tidak bisa dibiarkan Jimat. Ini jelas
sebuah kabar yang ironis dan miris.” 27
Jimat : “Sungguh memalukan, Tetua Jin, makhluk
mulia seperti kita ini harus melihat bangsa
manusia. Harus belajar dari bangsa manusia!
Menyedihkan Tetua Jin!”
(Halaman: 7)
Jimat : “Owh.. Maaf Tetua Jin.. Satu hal yang
memang benar-benar membuatku menangis...
Ini adalah sesuatu yang sudah lama saya
inginkan. Barangkali, di bangsa kita sendiri,
hal ini sangat sulit dan jarang sekali kita
temukan. Atau jangan-jangan perasaan
seperti ini sudah punah dikalangan kaum
kita....”
Tetua Jin : “Sudahlah Jimat, katakan!”
Jimat : “Jujur saja, sebenarnya, saya hanya iri satu
hal kepada manusia. Sesuatu yang menurut
saya begitu indah dan mulia. Sesuatu yang
mungkin membuat saya ingin terlahir
kembali didunia ini sebagai manusia...”
Tetua Jin : “Tutup mulutmu Jimat!!!”
Jimat : “Owh..Tetua Jin.. Aku sungguh iri kepada
manusia. Aku sungguh merasakan tidak
adil... Tetua Jin, manusia bisa merasakan
cinta dan kasih sayang...! Tetua Jin, aku ingin
merasakan cinta dan kasih sayang seperti
manusia... Aku ingin merasakan cinta dan
kasih sayang seperti manusia itu...”
(Halaman: 27)
4. Alur/Plot
a. Tahapan penyituasian
“Ini adalah kisah sekelompok anak jin yang bermimpi dan 3
mempunyai keinginan untuk bersekolah. Para jin iri melihat
manusia yang bisa bersekolah. Namun para jin bingung
harus bersekolah dimana. Sebab, di kalangan jin tidak ada
sekolah formal seperti layaknya manusia. Tidak ada gedung
sekolah, tidak ada guru, tidak ada seragam sekolah, dan
tidak ada pelajaran matematika, bahasa indonesia, ipa, atau
ips.” (Halaman: 3)
b. Tahapan pemunculan konflik
“Sekelompok jin itu mencoba mengikuti kegiatan
bersekolah layaknya manusia. Akan tetapi aktivitasnya telah
diketahui oleh jin mata-mata. Perbuatan mereka dilaporkan
kepada tetua jin. Para jin dipanggil untuk menemui tetua
jin.” (Halaman: 3) 3
Jimat : “Tapi masalah ini segera membutuhkan
tindakan Tuan Pengawal. Ini benar-benar
sudah mengkhawatirkan. Saya takut,
permasalahan ini akan berlarut-larut.”
Pengawal Jin: “Memangnya ini soal apa, Jimat?” 4
Jimat : “Ini adalah persoalan anak-anak jin kita yang
mengikuti kegiatan dan aktivitas layaknya
manusia, Tuan.”
Pengawal Jin: “Apa?” (Kaget)
(Halaman: 4)
c. Tahapanpeningkatan konflik
Tetua Jin : “Kegiatan apa itu Jimat? Kau semakin
membuatku penasaran, Jimat!”
6
Jimat : “Sekolah, Tetua Jin!”
Tetua Jin : “Sekolah?” (kaget)
Jimat : “Iya, sekolah, Tetua Jin. Saya meihat dengan
mata kepalaku sendiri, Tetua Jin. Bahkan
mereka sepertinya juga mengikuti apa yang
diajarkan oleh bangsa manusia Tetua Jin.”
Tetua Jin : “Ini tidak bisa dibiarkan Jimat. Ini jelas
sebuah kabar yang ironis dan miris.”
(Halaman: 6)
Tetua Jin : “Berhenti!!! Berhenti!!!” (semua yang
menari kalangkabut dan menghentikan
tariannya)“Apa-apaan kalian ini! Ini
perbuatan manusia! Musik yang kalian
7
dengarkan adalah musik manusia. Gerakan
yang kalian tarikan tadi juga gerakan
manusia. Dan lihatlah, pakaian kalian juga
pakaian manusia!” (Halaman: 7)
Pejabat Jin 1 : “Ini jaman sudah benar-benar edan! Ayo
8
semuanya duduk. Keadaan sudah sedimikian
gawat.” (Pada Tetua Jin). “Maaf Tetua Jin,
saya minta anda untuk sedikit bersabar.
Mereka ini hanyalah anak-anak Tetua Jin.”
(Halaman: 8)
d. Tahapan klimaks
Jin Abg 1 : “Kalau memang kalian semua pejabat yang
terhormat, maka dengarkanlah aspirasi dan
tuntutan kami!”
Pejabat Jin 1 : “Oh, jadi kalian punya tuntutan?”
(Halaman: 15) 15
Jin Abg 8 : “Ya. Kami menginginkan diadakanya
sekolah di bangsa Jin yang mulia ini!”
Jimat : (Keras) “Sekolah hanya untuk manusia!”
Jin Abg 1 : “Tunggu sebentar bapak Pejabat Jin yang
kami hormati. Anda jangan berpikir negatif
dulu. Kami mengerti bahwa sekolah itu milik
bangsa manusia. Akan tetapi bapak pejabat 16
sekalian, sekolah yang kami maksud
bukanlah sekolah seperti milik bangsa
manusia itu.”
(Halaman: 16)
Jimat : Maafkan saya Tetua Jin. Sungguh maafkan
saya. Sebenarnya saya tidak sepakat kalau
bangsa kita diadakan sekolah seperti milik
bangsa manusia itu!”
Jin Abg 1 : (Kesal) “Hei, Bapak Pejabat, mengapa Anda
tidak setuju dengan pendapat kami? Beri 23
kami alasan!”
Jimat : “Sekolah itu hanya untuk anak-anak
manusia,bukan untuk anak muda jin!”
Jin Abg 8 : “Tetapi nantinya sekolah ini akan mendidik
anak jin yang bermartabat, berilmu tinggi
demi kemajuan bangsa kita sendiri, Tuan!”
Jin Abg 3 : “Bahkan saya yakin, jika sekolah ini benar
diadakan, kita bisa mengungguli kejayaan
manusia. Saya yakin sekali akan hal itu!”
(Halaman: 23)
e. Tahapan Penyelesaian
Tetua Jin : “Tenang...!Tenang...!Tenang anak jin
sekalian. Saya sudah mengerti arah
pembicaraan ini. Selanjutnya, saya sepakat
dengan apa yang kalian sampaikan di forum 19
ini. bangsa jin saat ini kalah maju
dibandingkan dengan manusia. Tapi saya
yakin, bangsa jin tidak akan kalah dengan
manusia. Kita harus, dan memang harus
berpikir keras untuk memajukan sumber daya
generasi jin. Bagaimana pendapat kalian?”
(Kepada pejabat).
Pejabat Jin 1 : “Iya Tetua Jin. Apa yang mereka sampaikan
ini memang benar sekali.”
(Halaman: 19)
5. Sudut pandang (Sudut pandang orang ketiga serba tahu)
“Jin mata-mata atau Jimat masuk ke panggung. Ia agak tua dan
bongkok. Lari terbirit-birit ,dan berkeinginan menemui Tetua
Jin.” (Halaman: 4) 4
“Pengawal Jin masuk ke balik pohon beringin untuk
memanggil Tetua Jin. Tak lama berselang, muncullah Tetua
Jin didampingi oleh kedua pengawalnya.” (Halaman: 5)
“Jin Abg saling tatap. Jin Abg 1 yang agak cedas dibandingkan 5
dengan lainnya memberanikan diri untuk tunjuk jari.”
(Halaman: 11)
“Tetua Jin dan Pejabat Jin lainnya merasa heran dengan 13
pemikiran para Jin Abg. Pendapat mereka dirasakan di luar
perkiraan para anggota parlemen.” (Halaman: 13)
6. Amanat
4) Dalam mengikuti rapat dan memecahkan masalah harus
dengan kepala dingin, janganlah penuh keributan.
5) Manfaatkanlah pendidikan sekolah dengan baik, karena
dengan pendidikan sekolah akan menjadi cerdas dan
mencerahkan masa depan.
6) Amalkanlah dalam kehidupan sehari-hari ilmu yang telah
diajarkan oleh pendidikan sekolah.
Kutipan:
Tetua Jin : “Kalian jangan ribut terlebih dahulu. Jangan
ribut! Kita mahluk yang punya aturan. Tidak 9
seperti manusia yang meributkan persoalan
yang belum jelas!” (Halaman: 9) 11
Tetua Jin : “Apalah itu istilahnya, saya ijinkan. Yang
penting jangn ribut, seperti sidang DPR kaum
manusia itu!” (Halaman: 11)
Jin Abg 2 : “Betul Tetua Jin. Meski kelihatan pintar dan
cerdas, sebenarnya bangsa manusia tidak
terlalu cerdas dan bodoh pula. Ada sekolah,
tapi bangsa manusia itu sangat malas untuk 12
bersekolah. Apa yang diajarkan di sekolah itu
menjadi percuma!”
Jin Abg 6 : ”Iya. Mereka justru malah membolos,
mencontek saat ujian, bahkan mengganggap
sekolah itu hanya sebuah formalitas
struktural saja.”
Jin Abg 4 : “Manusia itu sekolah hanya bersenang-senang
dan berfoya-foya. Mereka tidak pernah
memikirkan masa depan. Acuh terhadap cita-
cita.”
(Halaman: 12) 17
Jin Abg 8 : “Memang dalam manusia ada pelajaran-
pelajaran yang sangat bermutu dan hebat.
Tapi sayangnya bangsa manusia tidak bisa
menjalankan ilmu yang didapatkannya dalam
kehidupan sehari hari. Contohnya, di
manusia ada Pendidikan Kewarganegaraan,
tapi para anak manusia itu tidak bisa bersikap 18
seperti dan sebagai warga Negara yang
baik!” (Halaman: 17)
Jin Abg 2 : “Pelajaran agama saya rasa juga penting Tetua
Jin. Lihatlah manusia tidak mengamalkan
pendidikan agamanya dalam kehidupan
sehari-hari. Dan parahnya para generasi
muda manusia itu, lihai dalam melakukan
kenakalan remaja,seperti tawuran pelajar,
narkoba, dan pergaulan bebas!” (Halaman:
18)

Tabel 2
No Aspek Sosiologi Sastra Halaman
1. Aspek Kekerabatan
a. Hubungan Kekerabatan antara Tetua Jin dengan Jimat
Jimat : “Tetua Jin! Tetua Jin!” (Lari mondar mandir
ke segala sisi untuk mencari Tetua Jin)
“Tetua Jin! Tetua Jin!”
4
Jimat : “Maaf, Tuan Pengawal jika kedatanganku ini
sangat mengganggu. Akan tetapi ini bersifat
urgent. Saya harus menemui tetua jin, Tuan.”
(Terbata-bata)
(Halaman: 4)
5
Tetua Jin : “Akkhh… Ada urusan apa Jimat?” (marah)
Jimat : “Maafkan atas kelancangan saya ini. Akan
tetapi ini sangatlah penting, Tetua Jin.”
(Halaman: 5)
b. Hubungan kekerabatan antara Jin Abg 1 dengan Jin Abg 3 16
Jin Abg 1 : “Bagaimana kawan-kawan?”
Jin Abg 3 : (Koor dan Bersahut-sahutan) “Sudahlah
ungkapkan saja... Iya.. Kita harus berani...”
Jin Abg 1: “Baiklah kawan kawan... Tetua Jin yang kami
muliakan dan para staf dan pejabat jin
sekalian. Sungguhpun apa yang akan kami
sampaikan ini adalah atas dasar untuk
memajukan keberlangsungan bangsa jin yang
mulia ini. Apa yang kami sampaikan ini
merupakan hasi dari sebuah pemikiran kita,
generasi jin muda yang menginginkan
bangsa jin menjadi mahluk yang
mencerdaskan segala bangsa dan ikut dalam 19
memajukan kesejahteraan bangsa jin. Untuk
itu kami ingin diadakannya sekolah!”
(Halaman: 16)
Jin Abg 3 : “Dan yang paling parah adalah pelanggaran
hak asasi manusia yang terjadi dimana-
mana. Kita juga harus mempunyai
perlindungam dan penegakan hak asasi jin!
Betul nggak kawan?”
(Halaman: 19)
2. Aspek Cinta Kasih
a. Cinta kasih antara orang tua dan anak
Jimat : “Aku ingin dicintai dan disayangi oleh
26
keluarga, seperti Ayah dan Ibu. Sangat
hangat jika dipelukan Ibu.” (Halaman: 26)
b. Cinta kasih lawan jenis
Jimat : “Owh..Tetua Jin.. Aku sungguh iri kepada
manusia. Aku sungguh merasakan tidak
adil... Tetua Jin, manusia bisa merasakan
27
cinta dan kasih sayang...! Tetua Jin, aku
ingin merasakan cinta dan kasih sayang
seperti manusia... Aku ingin mempunyai istri
dan aku ingin dicintainya...” (Halaman: 27)
3. Aspek Ekonomi
a. Perekonomian Keluarga Menurun
Pejabat Jin 1 : “Ini membutuhkan dana yang sangat besar
Tetua Jin. Tentunya anggaran pengeluaran
20
belanja negara jin akan membengkak!”
Tetua Jin : “Bagiku ini tidaklah masalah. Yang penting
semuanya bisa baik.”
(Halaman: 20)
b. Peningkatkan Perekomian Keluarga
Pejabat Jin 1: “Maaf Tetua Jin. Persoalan dana ini memang
harus kita cari solusinya. Kondisi keuangan
di APBN jin ditahun ini sudah hampir habis,
21
kita harus menunggu ditahun depan.”
(halaman: 21)
4. Aspek Religius
a. Melanggar Perintah Agama
18
Jin Abg 2 : “Pelajaran agama saya rasa juga penting
Tetua Jin. Lihatlah manusia tidak
mengamalkan pendidikan agamanya dalam
kehidupan sehari-hari. Dan parahnya para
generasi muda manusia itu, lihai dalam
melakukan kenakalan remaja,seperti tawuran
pelajar, narkoba, dan pergaulan bebas!”
Jin Abg 4 : “Itu betul saudaraku... Hahah, untung bangsa
kita,jin, tidak ada narkoba ya....”
Jin Abg 2 : “Untuk itu Tetua Jin, pelajaran agama juga
harus diadakan dalam pendidikan jin kita
nanti. Saya tidakrela dan enggan ikhlas,
apabila nantinya generasi jin mengalami
krisis moral seperti generasi muda manusia
itu Tetua Jin.”
(Halaman: 18)
b. Kewajiban Menjalankan Perintah Agama
Jin Abg 3 : “Sebagai generasi muda yang baik selalu
mengamalkan ilmu yang telah didapatnya,
terutama ilmu agama. Jika seseorang
menjalankan semua nilai agama dengan baik, 19
tentu saja dia tidak akan melakukan
perbuatan yang merugikan diri sendiri dan
orang lain.” (Halaman: 19)

5. Aspek Pendidikan
a. Pendidikan Sekolah Mencerdaskan Siswa-Siswanya
Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, memang beginilah yang
kami rasakan saat ini. Manusia memang
semakin lama semakin pintar saja. Misalnya
tentang sekolah. Manusia mendirikan
sekolah, yang fungsinya adalah
mencerdaskan bangsa mereka. Membuat
mereka menjadi pintar. Sebenarnya kami
hanya ingin tahu saja perkembangan mereka
Tetua Jin.”
Jin Abg 2 : “Betul Tetua Jin. Meski kelihatan pintar dan
12
cerdas, sebenarnya bangsa manusia tidak
terlalu cerdas dan bodoh pula. Ada sekolah,
tapi bangsa manusia itu sangat malas untuk
bersekolah. Apa yang diajarkan di sekolah
itu menjadi percuma!”
(Halaman: 12)
Jin Abg 1 : “Maaf Tetua Jin, jujur saja. Kami menjadi
13
sedikit cerdas ini karena kami mengikuti
sekolah bangsa manusia. Bahkan kami
merasa lebih cerdas dan pintar dibandingkan
manusia yang sekolah hebat itu.” (Halaman:
13)
b. Siswa Yang Tidak Memanfaatkan Pendidikan Sekolah
Jin Abg 3 : “Untuk itulah, kita juga perlu pelajaran
Pendidikan Kewaraganegaraan Jin! Hal itu
18
tentunya untuk mengatur moral para generasi
muda jin. Agar mereka tidak seperti manusia
yang terdegradasi moral itu.” (Halaman: 18)
6. Aspek Moral
a. Tidak Memiliki Etika
Tetua Jin : ”Apa yang kalian bicarakan ini? Jaman
memang berubah. Tapi kita harus menjaga-
menjaga etika. Kita ini mahluk yang 8
bermoral. Jangan samakan bangsa kita ini
dengan bangsa manusia yang tidak punya
moral itu!” (Halaman: 8)
b. Rusaknya Moral
Jimat : “Owh,, Apa saja anak muda. Bangsa manusia
bisa melakukan hal yang lebih keji dari kita
semua. Tidak hanya korupsi. Akan tetapi,
bangsa manusia bisa saling bunuh, saling 26
bantai, saling menyayat! Dan tak tanggung-
tanggung, merekapun rela melakukan itu,
bahkan terhadap keluarganya sendiri!”
(Halaman: 26)
7. Aspek Politik
a. Tidak Menjadi Warga Negara Yang Baik
Jin Abg 8 : “Memang dalam manusia ada pelajaran-
pelajaran yang sangat bermutu dan hebat.
Tapi sayangnya bangsa manusia tidak bisa
menjalankan ilmu yang didapatkannya dalam
kehidupan sehari hari. Contohnya, di
manusia ada Pendidikan Kewarganegaraan,
17
tapi para anak manusia itu tidak bisa bersikap
seperti dan sebagai warga Negara yang
baik!”
Jin Abg 5 : “Betul itu Bro, anak manusia itu justru
banyak yang tidak taat sebagai warga
Negara!”
(Halaman: 17)
b. Melakukan Korupsi
Jin Abg 4 : (Menyela) “Hai teman-teman, itu kan karena
mereka melihat para pejabat dan menteri
18
manusia pada korupsi. Makanya mereka
mencontohnya. Bukankah anak-anak itu akan
menjadi durhaka, kalau mereka tidak
mencontoh suri tauladan para sesepuh dan
orangtua yang korupsi itu? hahaha....”
Para Jin : (Tertawa) ”Hahahahaha.....”
Jin Abg 3 : “Untuk itulah, kita juga perlu pelajaran
Pendidikan Kewaraganegaraan Jin! Hal itu
tentunya untuk mengatur moral para generasi
muda jin. Agar mereka tidak seperti manusia
yang terdegradasi moral itu.”
(Halaman: 18)
Lampiran 4
SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
SMA DAN MA (WAJIB)

Kelas : XI
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran/minggu
Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan
melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi
Keterampilan sebagai berikut ini.

Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
3.1 Mengorganisasik Isi Teks Prosedur. Mengidentifikasi
an informasi teks prosedur
berupa dengan
pernyataan- memperhatikan isi,
pernyataan pernyataan umum
umum dan dan langkah-
tahapan-tahapan langkah/ tahapan
dalam teks yang disampaikan
prosedur dalam teks
4.1 Merancang prosedur.
pernyataan Membuat
umum dan rancangan teks
tahapan-tahapan prosedur dengan
dalam teks organisasi yang
prosedur dengan tepat
organisasi yang Mempresentasikan,
tepat secara lisan menanggapi, dan
dan tulis.
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
merevisiteks
prosedur
3.2 Menganalisis Teks Prosedur: Mengidentifikasi
struktur dan struktur; struktur,
kebahasaan teks kebahasaan; kebahasaan, topik,
prosedur isi teks prosedur
konjungsi ;
4.2 Mengembangkan Menyusun teks
teks prosedur jenis kalimat; dan prosedur dengan
dengan verba material dan memerhatikan
memerhatikan verba tingkah laku. struktur dan
hasil analisis kebahasaan yang
terhadap isi, dominan
struktur, dan Mempresentasikan
kebahasaan , menanggapi, dan
merevisi teks
prosedur yang
disusun.
3.3 Mengidentifikasi Teks Eksplanasi: Menganalisis teks
informasi pengertian; eksplanasi dengan
(pengetahuan dan isi; dan memerhatikan isi,
urutan kejadian) urutan kejadian,
kejadian yang
dalam teks hubungan kausalitas,
ekplanasi lisan menunjukkan dan topik.
dan tulis hubungan Menulis kembali
kausalitas. informasi
4.3 Mengkonstruksi (pengetahuan dan
informasi urutan kejadian)
(pengetahuan dan dalam teks
urutan kejadian) eksplanasi secara
dalam teks lisan dan tulis
eksplanasi secara Mempresentasikan,
lisan dan tulis mengomentari, dan
merevisi teks
eksplanasi yang
disusun
3.4 Menganalisis Teks Eksplanasi: Mengidentifikasi
struktur dan Struktur; teks eksplanasi
kebahasaan teks dengan
Kebahasaan; dan
eksplanasi memerhatikan
Konjungsi. istilah, pokok isi,
4.4 Memproduksi referensi, dan
teks eksplanasi pengetahuan dan
secara lisan urutan kejadian yang
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
atautulis dengan menunjukkan
memerhatikan hubungan kausalitas.
struktur dan Menyusun teks
kebahasaan eksplanasi dengan
memerhatikan
struktur dan
kebahasaan.
Mempresentasikan,
memberikan
komentar, dan
merevisi teks
eksplanasi yang
dibuatnya dalam
diskusi kelompok.
3.5 Mengidentifikasi Ceramah: Menentukanunsur-
unsur-unsur unsur-unsur; unsur ceramah, isi
ceramah, informasi, dan
kebahasaan; dan
kebahasan, isi kebahasaan,
informasi berupa isi.
Menulis kerangka
permasalahan teks ceramah
aktual yang sesuai dengan topik
disajikan dalam yang dipilih
ceramah dengan
4.5 Menyusun memerhatikan isi,
bagian-bagian kebahasaan, dan
penting dari topik teks ceramah.
permasalahan Mempresentasikan,
aktual sebagai menanggapi, dan
bahan untuk merevisi kerangka
disajikan dalam teks ceramah yang
ceramah disusun
3.6 Menganalisis isi, Teks ceramah: Menggali isi,
struktur, dan isi; struktur, dan
kebahasaan kebahasaan dalam
struktur;
dalam ceramah. ceramah.
4.6 Mengkonstruksi kebahasaan; dan
Menyusun kembali
ceramah tentang teknik orasi teks ceramah
permasalahan ceramah. dengan
aktual dengan memerhatikan isi,
memerhatikan tujuan, kebahasaan,
aspek kebahasaan tema, dan
dan struktur.
menggunakan Menyampaikanteks
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
struktur yang ceramah yang telah
tepat. dibuat dalam
bentuk lisan
dengan
memperhatikan
teknik cermah
(intonasi, ekspresi,
dan bahasa tubuh)
yang baik dan
sesuai.
Mengomentari dan
memperbaiki
cermah temannya.
3.7 Menemukan Buku pengayaan Menentukan unsur-
butir-butir nonfiksi: unsur penting buku
penting dari satu isi buku; yang dibacanya.
buku pengayaan keunggulan buku; Menyusun laporan
(nonfiksi) yang hasil kerja
kelemahan buku;
dibaca kelompok
4.7 Menyusun dan
dengan
laporan butir- simpulan. mempertimbangka
butir penting dari n nilai-nilai yang
satu buku
terkandung di
pengayaan
(nonfiksi) dalamnya.
Mempresentasikan
dan memberi
tanggapan, dan
merevisihasil kerja
dalam diskusi
kelas.
3.8 Mengidentifikasi Cerpen: Menentukan unsur
nilai-nilai Isi cerpen intrinsik,
kehidupan yang ekstrinsik, dan
Nilai-nilai
terkandung nilai-nilai dalam
dalam kumpulan kehidupan dalam
cerpen serta
cerita pendek cerpen menerapkan nilai-
yang dibaca Unsur intrinsik dan nilai dalam cerpen
4.8 Mendemonstrasik ekstrinsik cerpen ke dalam
an salah satu nilai Kebahasaan cerpen kehidupan sehari-
kehidupan yang hari.
Majas
dipelajari dalam Mempresentasikan
cerita pendek peribahasa dan memperbaiki
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
ungkapan hasil kerja dalam
diskusi kelas.
3.9 Menganalisis Cerpen: Mengidentifikasi
unsur-unsur Unsur-unsur cerpen dengan
pembangun cerita pembangun cerpen memerhatikan
pendek dalam unsur-unsur
Merekonstruksi
buku kumpulan pembangun cerpen
cerita pendek cerpen.
Menyusun kembali
4.9 Mengkonstruksi cerpen dengan
sebuah cerita memerhatikan
pendek dengan unsur-unsur
memerhatikan pembangun cerpen
unsur-unsur Mempresentasikan
pembangun , menanggapi, dan
cerpen. merevisi hasil
kerja dalam
diskusi kelas.
3.10 Menemukan Buku nonfiksi:
butir-butir isi buku pengayaan;
penting dari dua Membuat simpulan
keunggulan buku;
buku pengayaan tentang isi buku
kelemahan buku; nonfiksi yang
(nonfiksi) yang
dibaca dan dibaca.
simpulan. Mempresentasikan
4.10 Mempertunjukka hasil kerja dalam
n kesan pribadi diskusi kelas.
terhadap salah Memberi
satu buku ilmiah tanggapan dan
yang dibaca memperbaiki hasil
dalam bentuk kerja kelompok.
teks eksplanasi
singkat
3.11 Menganalisis Buku Fiksi: Mengidentifikasi
pesan dari satu isi buku fiksi; dan mengomentari
buku fiksi yang bagian-bagian bagian-bagian yang
dibaca. membangun cerita
dalam buku fiksi;
fiksi yang dibaca.
dan
4.11 Menyusun ulasan Menyusun ulasan
terhadap pesan ulasan terhadap buku fiksi yang
dari satu buku buku fiksi. dibaca dengan
fiksi yang dibaca. mengungkapkan
keunggulan dan
kelemahan isi buku
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
fiksi yang dibaca.
Mempresentasikan
,
memberitanggapan
dan memperbaiki
hasil kerja dalam
diskusi kelas.
3.12 Menentukan Proposal: Mengidentifiksi isi
informasi penting informasi dalam tiap-tiap unsur
yang ada dalam proposal; dan proposal.
proposal kegiatan Menyunting
unsur-unsur
atau penelitian proposal yang
yang dibaca proposal.
dibaca dengan cara
4.12 Melengkapi melengkapi
informasi dalam informasi yang
proposal secara kurang lengkap.
lisan supaya lebih Mempresentasikan
efektif hasil kerja dalam
diskusi kelas.
3.13 Menganalisis isi, Proposal: Mengidentifikasi
sistematika, dan isi proposal; isi, sistematika,
kebahasaan sistematika dan kebahasaan
suatu proposal proposal.
proposal; dan
Membuat proposal
unsur kebahasaan
4.13 Merancang berdasarkan unsur-
sebuah proposal proposal. unsur proposal,
karya ilmiah pendahuluan, latar
dengan belakang masalah,
memerhatikan metode,
informasi, tujuan, pelaksanaan
dan esensi karya (tempat, waktu,
ilmiah yang biaya, dan
diperlukan pelaksana) dengan
memperhati-kan
isi dan
kebahasaannya.
Mempresentasikan
,menanggapi, dan
merevisi hasil
kerja dalam
diskusi kelas.
3.14 Mengidentifikasi Karya Ilmiah: Menentukaninform
informasi, tujuan
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
dan esensi sebuah unsur-unsur karya asi, tujuan dan
karya ilmiah ilmiah; esensi sebuah karya
yang dibaca ilmiah yang dibaca.
isi dankebahasaan
4.14 Merancang Merancang karya
dalam karya ilmiah;
informasi, tujuan, ilmiah sesuai
dan esensi yang tujuan dan esensi dengan unsur-unsur
harus disajikan karya ilmiah; dan dan isi karya
dalam karya membuat karya ilmiah.
ilmiah ilmiah. Mempresentasikan
menanggapi, dan
merevisi hasil kerja
dalam diskusi
kelas.
3.15 Menganalisis Karya Ilmiah: Mengumpulkan dan
sistematika dan kebahasaan karya mengidentifikasi
kebahasaan karya ilmiah; data berkenaan
ilmiah dengan informasi
kalimat baku;
yang akan disusun
penggunaan EYD dalam bentuk karya
(penomoran bab, ilmiah.
4.15 Mengonstruksi penulisan judul); Menulis karya
sebuah karya dan ilmiah dengan
ilmiah dengan menyusun karya memerhatikan isi,
memerhatikan isi, ilmiah. sistematika, dan
sistematika, dan kebahasaan.
kebahasaan. Mempresentasikan,
menanggapi,
merevisi,menilaikar
ya ilmiah hasil
kerja dalam diskusi
kelas.
3.16 Membandingkan Resensi: Menentukan
isi berbagai isi dan kebahasaan persamaan dan
resensi untuk dalam resensi; perbedaan isi dan
menemukan sistematika
membuat resensi;
sistematika beberapa resensi.
sebuah resensi unsur-unsur resensi;
Menyusun sebuah
4.16 Menyusun dan resensi buku
sebuah resensi sistematika resensi. dengan
dengan memperhatikan
memerhatikan kelengkapan unsur-
hasil unsurnya.
perbandingan Mempresentasikan,
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
beberapa teks menanggapi, dan
resensi merevisi resensi
hasil kerja dalam
diskusi kelas.
3.17 Menganalisis Resensi: Mengidentifikasi
kebahasaan unsur-unsur kebahasaan resensi
resensi kebahasaan resensi; Mengonstruksi
setidaknya dua dan sebuah resensi dari
karya yang buku kumpulan
berbeda. merekonstruksi
cerpen atau novel.
resensi.
Mempresentasikan
4.17 Mengkonstruksi , menanggapi, dan
sebuah resensi merevisi resensi
dari buku hasil kerja dalam
kumpulan cerita diskusi kelas.
pendek atau
novel yang sudah
dibaca.
3.18 Mengidentifikasi Drama:
alur cerita, babak Alur dalam drama Mendata, alur,
demi babak, dan Babak dalam drama konfliks,
konflik dalam penokohan, dan hal
Konflik dalam
drama yang yang menarik
dibaca atau drama
dalam drama yang
ditonton Penokohan dalam dipentaskan.
4.18 Mempertunjukka drama Memerankan salah
n salah satu satu tokoh dalam
tokoh dalam naskah drama yang
drama yang dibaca sesuai
dibaca atau dengan watak tokoh
ditonton secara tersebut
lisan Memberi
tanggapan, serta
memperbaiki hasil
kerja dalam diskusi
kelas.
3.19 Menganalisis isi Drama: Mengidentifikasi isi
dan kebahasaan Isi dan kebahasaan dan kebahasaan
drama yang drama drama yang dibaca
dibaca atau atau ditonton.
Persiapan
ditonton Merancang
mementaskan
4.19 Mendemonstrasik pementasan dan
an sebuah naskah drama. mendemonstrasikan
Kegiatan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Pembelajaran
drama dengan Pementasan drama drama sebagai seni
memerhatikan isi pertunjukan dengan
dan kebahasaan memperhatikan tata
panggung, kostum,
tata musik, dan
sebagainya.
Memberikan
tanggapan terhadap
pementasan drama
kelompok lain.
3.20 Menganalisis Unsur-unsur novel Mengidentifikasi
pesan dari dua atau kumpulan pesan dari dua buku
buku fiksi (novel puisi. fiksi (novel dan
dan buku buku kumpulan
kumpulan puisi) Ulasan terhadap
puisi) yang dibaca.
yang dibaca novel atau Menyusun ulasan
4.20 Menyusun ulasan kumpulan puisi. terhadap pesan dari
terhadap pesan dua buku fiksi yang
dari dua buku dikaitkan dengan
kumpulan puisi kondisi sekarang.
yang dikaitkan Mempresentasikan,
dengan situasi menanggapi,
kekinian memperbaiki hasil
kerja dalam diskusi
kelas.
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 2 Cilacap

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XI/2

Materi Pokok : Naskah drama

Tema/ topik : Menemukan aspek sosiologi sastra dalam naskah

drama.

Alokasi Waktu : 4X 45 menit

A. Kompetensi Inti

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli, santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta

dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

tehnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan


prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

dan minatnya untuk memecahkanmasalah.

KI 4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkrit

dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara

efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah

keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk

mempersatukan bangsa

2.1 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, responsif dan imajinatif

dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan

impian, misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja dan sosial.

3.1 Memahami struktur dan kaidah teks film/drama baik secara lisan

maupun tulisan.

- Membaca keseluruhan isi cerita dalam naskah drama

- Menemukan unsur intrinsik dan aspek sosiologi dalam naskah

- Menguraikan bentuk aspek sosiologi

4.1 Menginterpretasi makna teks film/drama baik secara lisana maupun

tulisan

- Menulis laporan unsur intrinstik dan kritik sosial dalam naskah.


C. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah membaca naskah dramaJin Abg, peserta didik dapat mengerti

jalan ceritanya.

2. Setelah membaca naskah dramaJin Abg, peserta didik dapat

menemukan unsur intrinsik.

3. Setelah membaca naskah drama Jin Abg, peserta didik dapat

menguraikan bentuk aspek sosiologi dalam naskah.

D. Materi Pembelajaran

1. Menemukan isi naskah drama Jin Abg.

2. Menemukan unsur intrinsik naskah drama Jin Abg.

3. Menemukan aspek sosiologi dalam naskah drama Jin Abg.

E. Metode Pembelajaran

Quantum Learning menggunakan langkah tumbuhkah, alami, namai,

demonstrasi,ulangi, dan rayakan (TANDUR)

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

a. Media

Naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu Sadjarwo

Beragam contoh analisis aspek sosiologi sastra

b. Alat dan Bahan.

Laptop

LCD

Catatan Kecil dan Alat Tulis.

c. Sumber Belajar
Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas XI,

KBBI offline, internet.

Buku pelengkap materi pembelajaran.

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah Pertemuan Pertama


Pembelajaran 1) Kegiatan Awal (15 menit)
e) Guru memberi salam, berdoa bersama
dan melakukan absensi untuk mengawali
pembelajaran.
f) Guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi yang akan dibahas.
g) Guru menyampaikan kompetensi dasar
indikator pencapaian yang harus dikuasai.
h) Guru bertanya kepada siswa mengenai
gambaran umum materi naskah drama.
2) Kegiatan Inti (60 menit)
Fase “Tumbuhkan”
e) Guru menampilkan profil Anes Prabu
Sadjarwo dan karya-karyanya dengan
menggunakan audiovisual.
f) Guru menumbuhkan minat siswa dengan
cara menyugesti siswa dengan cara
menjelaskan manfaat pembelajaran
naskah drama bagi kehidupan sehari-hari.
g) Guru mempresentasikan materi mengenai
naskah drama, unsur intrinsik, dan aspek
sosiologi dengan media powerpoint.
h) Siswa mengamati contoh penggalan unsur
intrinsik dalam naskah drama
Fase “Alami”
d) Siswa membentuk 4 kelompok.
e) Setiap kelompok dibagikan sinopsis
naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu
Sadjarwo, dan diminta untuk membaca.
f) Siswa menentukan unsur intrinsik yang
terdapat dalam naskah drama Jin Abg
karya Anes Prabu Sadjarwo, dengan
memberikan kutipan yang menunjukkan
unsur intrinsik.
Fase “Namai”
d) Setiap kelompok menyajikan presentasi
yang menarik tentang hasil pekerjaannya.
e) Perwakilan satu siswa dalam setiap
kelompok untuk mempresentasikan.
f) Guru dan siswa saling bekerja sama
dengan baik dalam mengidentifikasikan
hasil pekerjaan, guru menunjukkan hasil
yang benar sehingga semua siswa
mengetahui unsur intrinsik yang benar
dalam naskah drama Jin Abg karya Anes
Prabu Sadjarwo.
3) Kegiatan Akhir (15 menit)
f) Siswa dan guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah berlangsung.
g) Semua kelompok mengumpulkan hasil
pekerjaan.
h) Guru memotivasi siswa untuk meneladani
karakter positif yang terdapat pada
naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu
Sadjarwo.
i) Siswa menerima tugas individu untuk
menentukan aspek sosiologi sastra yang
tedapat dalam naskah drama Jin Abg
karya Anes Prabu Sadjarwo.
j) Berdo‟a bersama dan memberi salam
penutup untuk mengakhiri pembelajaran.
Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Awal (15 menit)
d) Guru memberi salam, berdoa bersama
dan melakukan absensi untuk mengawali
pembelajaran.
e) Guru melakukan tanya jawab dengan
siswa mengenai materi yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya.
f) Guru menyampaikan refleksi mengenai
kekurangan yang masih ditemukan di
dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
2) Kegiatan Inti (60 menit)
Fase “Demonstrasi”
Kegiatan demonstrasi untuk setiap siswa
dengan cara siswa mengemukakan
pendapatnya di depan teman-teman
mengenai hasil pekerjaan rumah yaitu
analisis aspek sosiologi yang terdapat pada
naskah drama Jin Abg karya Anes Prabu
Sadjarwo. Jika ada siswa yang tidak setuju
dengan pendapatnya, boleh memberi
sanggahan.
Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki hasil analisisnya sesuai
dengan saran teman
Fase “Rayakan”
Siswa yang memperoleh nilai tertinggi
memiliki kesempatan untuk membacakan
hasil analisisnya di depan kelas dan analisis
tersebut dipajang di dinding kelas.
Kegiatan Akhir (15 menit)
d) Guru menyampaikan simpulan
pembelajaran dan memberi pesan kepada
siswa agar meneladani sikap tokoh yang
memiliki akhlak mulia yang ada dalam
naskah drama Jin Abg
e) Guru memberi pesan kepada siswa agar
meneladani sikap tokoh yang memiliki
akhlak mulia yang ada dalam naskah
drama Jin Abg karya Anes Prabu
Sadjarwo.
f) Berdo‟a bersama dan memberi salam
penutup untuk mengakhiri pembelajaran.

H. Penilaian Hasil Pembelajaran.

Jenis / Teknik Penilaian

Jenis/ Teknik Bentuk Instrumen

Obeservasi Lembar pengamatan sikap dan rubrik

Tes Tulis Tes uraian menemukan unsur intrinstik dan


aspek sosiologi dalam naskah drama
Tes Praktik Menulis teks laporan hasil penelitiannya.
1. Lembar Pengamatan Sikap (Observasi)

Mata Pelajaran :………………………………….

Kelas/ Semester :………………………………….

Tahun Pelajaran :………………………………….

Waktu Pengamatan :…………………………………..

Indikator pengembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli,

responsive, dan santun.

1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukan usaha

sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas.

2. MT (mulai tampak) jika menunjukan sudah ada usaha sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum

konsisten.

3. MB (mulai berkembang) jika menunjukan ada usaha sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai

konsisten

4. MK (membudaya) jika menunjukan adanya usaha sungguh-sungguh

dalam menyelesaikan tugas secara terus menerus dan konsisten.

N Religius Tanggug Peduli Responsi Santun


o jawab fe
Nama siswa
B MMMB MMMB MMMB MMMB MMM
T T B K T T B K T T B K T T B K T T B K
1
2
3
4
5
Keterangan
1 = kurang

2 = sedang

3 = baik

4 = sangat baik

Lembar Penilaian Antar Peserta Didik

Nama peserta didik yang dinilai :…………………………….

Kelompok :…………………………….

Kelas :…………………………….

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1 Kerja sama
2 Inisiatif
3 Kedisiplinan
4 Tanggung jawab

Keterangan
1 : sangat kurang

2 : kurang Nilai

3 : cukup

4 : baik
Lampiran 6

Anda mungkin juga menyukai