Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN KONFLIK DAN NEGOSIASI

”STRATEGI PENANGANAN KONFLIK”

KELOMPOK IV :

Komang Ayu Vikinanda Narensi Sutela (1707522123)

Ghita Aprilia (1707522124)

Yordan Teli (1707522125)

Komang Karisma Devantha (1707522144)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
Strategi Penanganan Konflik
Beragam perbedaan pendapat, tujuan, kepentingan, proses berpikir dan berselisih
paham akan mengarah pada konflik. Konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan baik akan
berdampak pada menurunnya kepercayaan pada organisasi dan menurunnya produktivitas
seorang karyawan.
Dalam organisasi yang sangat menuntut adanya kerjasama tim, konflik yang tidak
tertangani menjadi sinyal kuat akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Munculnya suatu
konflik sehingga manajemen konflik dalam organisasi berperan penting untuk menjaga iklim
kerja yang kondusif dalam organisasi.
Strategi Penanganan konflik ini berperan dalam mengelola konflik untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu masalah. Manajemen konflik
merupakan salah satu cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi perselisihan
antara dirinya dengan orang lain. Sehingga individu tersebut mendapatkan solusi tepat dan
jalan keluar terhadap masalah atau konflik yang dihadapi.
Mengelola konflik perlu menggunakan skala prioritas agar konflik tersebut tidak
menimbulkan kekacauan dalam koordinasi dan integrasi antara fungsi dan divisi dalam
organisasi. Sebagai karyawan atau pemilik usaha, Anda harus bisa menangani konflik
sebelum konflik semakin meningkat dan tidak bisa diperbaiki.

4.1 Strategi Kolaborasi


Berasal dari kata collaborate yang berarti proses dua atau lebih orang atau organisasi
yang bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas ataupun mencapai tujuan. Kolaborasi
dilakukan dengan cara mengintegrasikan ide-ide dari beberapa orang yang menghadapi
konflik. Tujuannya adalah untuk memuaskan semua pihak yang sedang konflik dan juga
menemukan solusi kreatif yang dapat diterima oleh semua orang. Diperlukan diskusi bersama
tentang permasalahan dan mencari solusi terbaik serta diperlukan kejujuran, kepercayaan dan
komitmen dari semua pihak.
Gaya kolaborasi ini adalah cara yang sangat berguna untuk menggabungkan wawasan
dari orang-orang dengan perspektif yang berbeda tentang suatu masalah. Sehingga dapat
menghasilkan sebuah komitmen yang kuat dari masing-masing pihak. Dengan kata lain,
strategi kolaborasi adalah strategi “Saya Menang, Anda Menang” atau “Win Win solution”.
Dalam kolaborasi, kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena keduanya yakin akan tercapainya suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif
sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan
dalam menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok/seseorang
(Bowditch dan Buono, 1994).
Namun dalam menerapkan strategi ini, perlu hati-hati karena tidak semua konflik
dapat diselesaikan dengan strategi ini karena banyak memakan waktu untuk bisa mencapai
kesepakatan dalam menyelesaikan konflik.

4.2 Strategi Akomodasi


Strategi akomodasi (accomodation strategy) digunakan ketika hubungan atau interaksi
dinilai lebih baik daripada hasil negosiasi. Orang yang menggunakan strategi ini mungkin
lebih memilih untuk lebih berfokus dan berkonsentrasi pada intensitas hubungan daripada
hasil dari negosiasi. Alasan kedua, terdapat tujuan di masa depan, sehingga harus menjalin
interaksi yang intens terlebih dahulu agar dapat mewujudkan tujuan tersebut dengan lebih
mudah. Misalnya, dalam hubungan manajer-karyawan, karyawan mungkin ingin membangun
hubungan baik dengan manajer untuk memiliki evaluasi yang baik, kenaikan gaji, atau posisi
yang lebih baik di masa depan . Kelebihan dari penerapan strategi ini yaitu dapat menjalin
hubungan yang intens dengan lawan negosiator. Sedangkan kekurangannya memerlukan
proses yang lama demi mewujudkan tujuan, bahkan tujuan bisa hilang apabila seorang
negosiator memilih untuk menyerah di tengah proses negosiasi yang sedang berlangsung

Tujuan Akomodasi
Tujuan utama dari akomodasi adalah untuk mengurangi atau menyelesaikan masalah yang
terjadi antar individu atau kelompok. Tidak jarang konflik yang terjadi sulit ditangani
sehingga diperlukan adanya pihak ketiga sebagai perantara.
Adapun beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut:
 Meminimalisir terjadinya konflik antar individu atau kelompok yang diakibatkan oleh
adanya perbedaan paham.
 Mencegah potensi terjadinya konflik lebih besar yang bisa mengakibatkan
peperangan.
 Memungkinkan terwujudnya kerjasama antara beberapa kelompok sosial yang hidup
secara terpisah karena perbedaan budaya dan faktor sosial.
 Menyatukan kelompok-kelompok sosial yang berlatar belakang berbeda namun
memiliki tujuan yang sama.

Bentuk-Bentuk Akomodasi
Ada beberapa bentuk akomodasi yang sering dilakukan untuk menyelesaikan pertikaian.
Adapun bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut:
1. Kompromi
Kompromoi adalah bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang berkonflik melakukan
musyawarah untuk mengurangi tuntutannya sehingga konflik dapat diselesaikan dengan lebih
mudah dan segera.
2. Konsiliasi
Konsiliasi adalah bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai melakukan pertemuan
untuk mencari jalan tengah dari masalah yang terjadi sehingga pertikaian dapat diselesaikan.
3. Stalemate
Stalemate adalah bentuk akomodasi dimana salah satu pihak yang bertikai berhenti pada satu
titik tertentu sebagai akibat terjadinya keseimbangan kekuatan pada masing-masing pihak.
4. Coercion
Coercion adalah bentuk akomodasi dimana pelaksanaannya dilakkukan dengan cara paksa.
Umumnya Coercion dilakukan karena salah satu pihak yang bertikai berada pada posisi yang
lebih lemah, atau kekuatannya tidak seimbang.
5. Arbitrasi
Arbitrasi adalah bentuk akomodasi dimana pelaksanaannya menghadirkan pihak ketiga yang
berperan sebagai penengah atau perantara. Pihak ketiga tersebut dipilih atas persetujuan
pihak-pihak yang berselisih sehingga mereka dapat melakukan kompromi.
6. Toleransi
Toleransi adalah bentuk akomodasi yang pada pelaksanaannya mengandalkan asas saling
pengertian antar pihak yang berselisih. Toleransi dilakukan tanpa adanya persetujuan dari
salah satu pihak yang berselisih.
7. Ajudikasi
Ajudikasi adalah bentuk akomodasi dimana pelaksanaannya melalui proses pengadilan untuk
menyelesaikan masalah. Umumnya ajudikasi dilakukan jika pihak-pihak yang berselisih tidak
dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara.

4.3 Strategi Negosiasi Integratif


Negosiasi integratif adalah negosiasi yang dilakukan untuk mencari sebuah
kesepakatan yang menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, perlu
adanya rasa saling mengerti dan memahami apa yang menjadi kepentingan dari semua
pihak. Harvard Business Essentials (2003) memaknai negosiasi integratif sebagai proses
negosiasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengintegrasikan kepentingan-kepentingan
yang dimiliki untuk dapat memperoleh hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.
Ada beberapa ciri yang membedakan negosiasi integratif dengan negosiasi distributif
yang diantaranya adalah sebagai berikut :

 Fokus terhadap persamaan dibandingkan perbedaan


 Mengedepankan kebutuhan dan kepentingan, bukan posisi
 Berkomitmen untuk mempertemukan kebutuhan dan kepentingan dari seluruh
pihak yang terlibat
 Pertukaran informasi dan ide antar negosiator
 Menemukan pilihan-pilihan guna hasil yang saling menguntungkan
 Menggunakan kriteria objektif untuk standar performance negosiasi

Terdapat beberapa proses yang merupakan gambaran singkat dari proses negosiasi
integratif :

1. Creating free flow of information.


Dalam tahap ini diperlukan adanya pertukaran informasi dari dan mengenai semua
pihak yang terlibat negosiasi. Sudah menjadi kewajiban bagi semua pihak untuk mau
menukarkan dan membagi informasi dengan pihak lain mengenai segala hal yang
berkaitan dengan negosiasi.
2. Attempting to understand the other negotiator’s real need and objectives
Diperlukan adanya upaya untuk saling mengerti apa yang menjadi kebutuhan dan
tujuan dari semua pihak dalam tahap ini karena semua pihak pasti memiliki kebutuhan
dan tujuan yang berbeda. Hal ini akan mempermudah adanya pertukaran informasi
dan proses negosiasi.
3. Emphasizing the commonalities between parties and minimizing the difference
Hal ini menunjukkan bahwa negosiasi integrative lebih menitikberatkan pada
penyatuan perbedaan untuk menemukan persamaan yang merupakan kesepakatan dari
semua pihak sehingga semua pihak dapat sama-sama meraih kepentingannya.
Dalam negosiasi integratif, setidaknya terdapat empat langkah yang harus dijalankan
(Lewicki, 2007). Tiga langkah pertama termasuk langkah untuk menciptakan nilai-nilai
negosiasi (creating the value), sedangkan satu langkah yang lain adalah untuk
memperjuangkan nilai (claiming value).

 Langkah pertama adalah identify and define the problem.


Ini adalah langkah dari proses negosiasi integratif yang meliputi pembahasan
dan pengidentifikasian masalah dari semua pihak yang terlibat. Pembahasan
ini bertujuan untuk menyatukan informasi dan permasalahan yang dapat
diterima dan menguntungkan semua pihak. Identifikasi masalah ini harus lepas
dari semua kepentingan pribadi yang tidak berkaitan dengan masalah yang
terjadi agar tercapai solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada.
 Langkah kedua adalah understand the problem fully-identify interests and
needs. Langkah ini mencerminkan kunci utama untuk meraih sukses dalam
menjalankan negosiasi yaitu adanya kemampuan setiap pihak untuk saling
mengerti dan memuaskan kepentingan satu sama lain. Ada beberapa jenis
kepentingan yang sering muncul dalam negosiasi yaitu substantive interest
yang berhubungan dengan isu atau permasalahan inti yang dibahas dalam
negosiasi, process interest yang menggambarkan kepentingan-kepentingan
lain yang muncul dalam memperjuangkan kepentingan utama, relationship
interest dimana pihak-pihak yang terlibat memiliki hubungan kepentingan dan
berniat untuk tidak merusak kepentingan tersebut, dan interest in principle
yang berkaitan dengan prinsip-prinsip tertentu yang memperhatikan nilai dan
norma seperti benar dan salah atau seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan
sehingga dijadikan sebagai suatu pedoman.
 Langkah ketiga adalah generate alternative solutions.
Langkah ini menitikberatkan pada proses pencarian alternatif secara kreatif
demi terciptanya varian pilihan-pilihan solusi yang mungkin dicapai untuk
menyelesaikan masalah. Evaluasi juga perlu dilakukan untuk memilih solusi
yang tepat dari berbagai kemungkinan solusi yang ada.
 Langkah keempat adalah evaluate and select elternatives.

Ini adalah tahap dimana value yang ingin dicapai harus diperjuangkan. Evaluasi terhadap
alternative yang telah digeneralisasi pada proses-proses sebelumnya perlu dilakukan untuk
mencapai implementasi terbaik. Mempersempit cakupan pilihan alternative dan mengevaluasi
berdasarkan kualitas, standar, dan penerimaan adalah contoh langkah yang dapat dilakukan
dalam negosiasi ini. Dalam langkah ini, tidak diperkenankan untuk mementingkan alternative
solusi pribadinya. Para negosiator juga diharapkan mampu peka terhadap intangible influence
dalam memilih alternative. Langkah yang dapat dilakukan adalah membuat subgroup untuk
mengevaluasi alternative yang komplek, meluangkan waktu untuk menenangkan diri,
mengeksplorasi berbagai cara untuk logroll, menjaga keputusan sementara yang telah ada
dengan tetap menyesuaikan dengan kondisi hingga usulan final disepakati, dan
meminimalisir formalitas dan menjaga apa yang telah dibicarakan hingga persetujuan
tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Lewicki, Roy, et al. 2003. Negotiation, fourth edition. New York: Mac-Graw Hill.
Lewicki, Roy J, et al. 2007. (3) Strategy and Tactics of Integrative Negotiation dalam
Essentials of Negotiation (4th edition). New York : McGraw-Hill Companies,Inc.

Anda mungkin juga menyukai