Clinical Relevance: Calot’s Triangle in Laparoscopic Cholecystectomy
The triangle of Calot is of clinical importance during laparoscopic
cholecystectomy (removal of the gall bladder).
In this procedure, the triangle is carefully dissected by the surgeon, and
its contents and borders identified. This allows the surgeon to take into account any anatomical variation and permits safe ligation and division of the cystic duct and cystic artery. Of particular importance is the right hepatic artery – this must be identified by the surgeon prior to ligation of the cystic artery.
If Calot’s triangle cannot be delineated (such as in cases of severe
inflammation), the surgeon may elect to perform a subtotal cholecystectomy, or convert to open surgery.
Relevansi Klinis: Segitiga Calot dalam Kolesistektomi Laparoskopi
Segitiga Calot adalah penting secara klinis selama kolesistektomi
laparoskopi (pengangkatan kandung empedu).
Dalam prosedur ini, segitiga dibedah dengan cermat oleh ahli bedah,
dan isinya serta batas-batasnya diidentifikasi. Hal ini memungkinkan
ahli bedah untuk memperhitungkan variasi anatomi dan
memungkinkan ligasi dan pembagian yang aman dari saluran kistik dan arteri kistik. Yang paling penting adalah arteri hepatik kanan - ini harus
diidentifikasi oleh ahli bedah sebelum dilakukan ligasi arteri kistik.
Jika segitiga Calot tidak dapat digambarkan (seperti dalam kasus
peradangan parah), dokter bedah dapat memilih untuk melakukan
kolesistektomi subtotal, atau mengubahnya menjadi operasi terbuka.
Sekresi Kolesterol oleh Hati dan Pembentukan Batu Empedu Garam Empedu dibentuk di dalam sel – sel hepatik menggunakan kolesterol yang ada di plasma darah. Pada proses sekresi empedu sekitar 1-2 gram kolesterol dipindahkan dari plasma darah ke dalam kantung empedu. Garam empedu dan lesitin dalam empedu bergabung secara fisik dengan kolesterol untuk membentuk misel ultramakroskopis dalam bentuk suatu lautan koloid. Jika empedu sudah menjadi pekat di dalam kantung empedu, garam - garam empedu dan lesitin akan menjadi pekat bersama dengan kolesterol. Pada kondisi abnormal, kolesterol dapat mengendap di dalam kantung empedu dan menyebabkan pembentukan batu empedu kolesterol. Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang di konsumsi, karena sel hepatik menyintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Orang yang melakukan diet tinggi lemak akan mudah mengalami pembentukan batu empedu. Peradangan epitel empedu yang sering kali berasal dari infeksi kronis derajat rendah juga dapat mengubah karakteristik absorpsi mukosa kantung empedu, kadang – kadang memungkinkan absorpsi air dan garam – garam empedu berlebihan tetapi meninggalkan kolesterol di dalam kantung emepdu dalam konsentrasi yang meningkat secara progresif. Lalu, kolesterol akan mulai mengendap, pertama akan membentuk banyak kristal kolesterol kecil pada permukaan mukosa yang mengalami peradangan , tapi berlanjut menjadi batu empedu yang besar.