Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktik umum
berhubungan dengan infeksi salura napas yang terjadi di masyarakat atau di dalam
rumah sakit atau pusat perawatan. Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi
saluran napas bawah akut di parenkim paru. Penumonia dapat terjadi pada orang
normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien
dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar
yang menggangu daya tahan tubuh.

II. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari pneumonia?
b. Apa saja klarifikasi dari pneumonia?
c. Bagaimana patofisiologi dari pneumonia?
d. Bagaimana etiologi pada pneumonia?
e. Apa saja manifestasi klinik pada pneumonia?
f. Bagaimana kasus dari pneumonia?
g. Bagaimana penulisan asuhan keperawatan dari kasus pneumonia?

III. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari pneumonia
b. Mengetahui klasifikasi dari pneumonia
c. Memahami patofisiologi dari pneumoni
d. Mengerti etiologi dari pneumonia
e. Mengetahui manifestasi klinik pada pneumonia
f. Mengerti kasus dari pneumonia
g. Mengetahui penulisan asuhan keperawatan pada kasus pneumonia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pneumonia


Pneuomia atau lebih dikenal dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang
memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru. Pada
pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil diujung saluran
pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan. Secara umum,
pneumonia dapat dirandai dengan gejala-gejala yang meliputi batuk, demam, dan
kesulitan bernapas.
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak-anak tertinggi di dunia.
Badan Kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini memicu 15% dari
seluruh kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun. Pada tahun 2015, terdapatlebih dari
900.000 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia.di Indonesia sendiri pneumonia
diperkirakan telah merenggut 25.000 jiwa balita pada tahun 2013. Semua orang bisa
terserang penyakit ini. Tetapi pneumonia ditemukan dan berpotensi bertambha parah
pada:
1. Bayi dan anak-anak dibawah usia 2 tahun
2. Lansia diatas 65 tahun
3. Perokok
4. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, misalnya mengidap HIV
5. Pengidap penyakit kronik, seperti asma dan PPOK
6. Pasien di rumah sakit yang menggunakan ventilator

Istilah pneumoni mencakup setiapkeadaan radang paru dengan beberapa atau seluruh
alveoli terisi cairan dan sel-sel darah.
2.2 Klasifikasi Pneumonia
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
1. Pneumonia komuniti = pneumonia yang terdapat di masyarakat
2. Pneumonia nosokomial = pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam
dirawat dirumah sakit dan di singkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum
masuk rumah sakit
3. Pneumonia aspirasi. Aspirasi paru adalah masuknya makanan, asam
lambung, air liur, atau benda asing lainnya ke paru-paru yang dapat memicu
infeksi paru.
B. Berdasarkan kuman penyebab
1. Pneumonia bakterial/ tipikal
Kuman mempunyai tendensi menyerang orang yang peka seperti klebsiela
pada alkoholik, staphylococcus pada paska infeksi influensa.
2. Pneumonia atipikal
Disebabkan oleh mycoplasma, legionella dan chlamydia
3. Pneumonia virus
4. Pneumonia jamur
Merupakan infeksi sekunder, predileksi terutama pada pasien dengan daya
tahan lemah.
C. Berdasarkan predileksi infeksi
1. Pneumonia lobaris
 Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua
 Terjadi pada satu lobus atau segmen paru

2
 Kemungkinan sekunder obstruksi bronkus, misal aspirasi benda asing
atau adanya proses keganasan
2. Bronkhopneumonia
 Dapat disebabkan bakteri atau virus
 Sering pada bayi dan orang tua
 Ditandai adanya bercal-bercak infiltrat pada lapang paru
 Tersebar dekat bronkus
 Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
3. Pneumonia interstisiil

D. Berdasarkan tingkat keparahan


1. Pneumonia sangat berat: ditandai dengan kesulitan bernafas dengan stridor
(mengorok), kejang, adanya napas cepat dan penarikan dinding dada ke
dalam, pada anak-anak akan mengi (mengeluarkan bunyi saat menarik
napas), dan sulit menelan makanan dan minuman. Pneumonia sangat berat
harus segera dirujuk baik ke puskesmas atau rumah sakit.
2. Pneumonia berat: ditandai dengan adanya napas cepat tana penarikan
dinding dada ke dalam, pada anak akan mengalami mengi.
3. Pneumonia: ditandai dengan napas cepat tanpa penarikan dinding dada ke
dalam

2.3 patofisiologi pneumonia


A. stadium prodomal
1. alveoli mulai terisi sekret akibat infeksi kuman patogen yang berhasil masuk
2. setelah satu minggu berdatanganlah sel leukosit terutama pmn sampai alveoli menjadi
penuh dan padat.
Pada stadium ini diperhatikan gejala-gejala seperti: anas badan cenderung tinggi, letargi,
nyeri otot, nafsu makan turun, disertai batuk-batuk yang cenderung semakin berat dengan
dahak yang hanya sedikit dan sulit sekali untuk dibatukkan keluar

B. stadium hepatisasi
Proses ini meliputi lobus secara serentak: lobus yang terserang menjadi padat tidak bedanya
dengan hati yang mengalami hepatisasi sehingga, secara akut salah satu lobus tidak dapat
menjalankan fungsi pernapasan (jadi merupakan gangguan restriksi), peningkatan kebutuhan
O2 sampai dengan panas yang tinggi, proses radang mengenai pleura viseralis yang
membungkus lobus tersebut yang akan menimbulkan nyeri setempat, nyeri dada tersebut
menyebabkan ekspansi paru terhambat, ketiga faktor tersebut menyebabkan pasien
mengalami sesak napas, tetapi tidak ada obstruksi bronkus sehingga tidak terdengar
wheezing.

Pada stadium keadaan klinis pasien adalah keadaan pasien nampak semakin parah sehingga
tampak sakit berat, demam 39 C, menggigil, sesak napas, pernapasan cuping hidung, nyeri
dada, batuk semakin parah, thorax yang sakit tampak tertinggal pada pernapasan, fremitus
suara meningkat, perkusi redup, auskultasi: terdengar suara napas bronkhial, terdapat
dehidrasi, dapat meninggal bila tidak mendapat penatalaksanaan yang adekuat.

C. stadium resolusi
Pada stadium ini bila pasien dapat mengatasi infeksi akut ini, maka mulai minggu kedua isi
alveolus akan melunak untuk berubah menjadi dahak dan akan dibatukkan keluar, pasien

3
mulai merasakan badannya agak enak, panas mulai turun, batuk semakin longgar, dahak
mudah dikeluarkan, sesak berkurang, nyeri dada berkurang.

2.4 Etiologi pneumonia


menurut smeltzer dan bare (2002),etiologi pneumonia adalah
a. Bakteri
Bakteri adalah penyebab paling sering pneumonia dimasyarakat dan nosokomial.
Berikut ini adalah bakteri yang menjadi etiologi pneumonia dimasyarakat dan
nosokomial :
 Lokasi sumber masyarakat
Bakterinya adalah streptococcus pneumoniae, mycoplasma pneumoniae,
legionella pneumoniae, chlamydida pneumoniae, anaerob oral (aspirasi), dan
influenza tipe A dan B
 Lokasi sumber nosokomial
Bakterinya adalah basil usus gram negatif (escherichia coli, klabsiella
pneumoniae), pseudomonas aeroginosa, staphylococcus aureus, dan anaerob
oral (aspirasi)
 Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus
yang tersering menyebabkan pneumonia adalah respiratory syncial virus
(RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Berikut ini
adalah virus yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia :
Influenza virus, Adenovirus, Virus respiratory, Syncytial respiratory virus,
Pneumonia virus.
 Mikoplasma
Mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling
umum.mikoplasma merupakan organisme kecil yang dikelilingi oleh membran
berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur
khusus tetapi berbeda dengan virus. Pneumonia mikoplasma sering terjadi
pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.
 Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut dengan pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah pneumocystitis carinii
pneumonia (PCP). Berikut adalah protozoa yang dapat menyebabkan
pneumonia :
Pneumositis karini, Pneumonia pneumosistis, Pneumonia plasma sel.
 Penyebab lain
Penyebab lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah terapi radiasi,
bahan kimia, dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyertai terpai radiasi
untuk kanker payudara dan paru, biasanya 6 minggu atau lebih setelah
pengobatan selesai. Pneumonia kimiawi terjadi setelah mencerna kerosin atau
inhalasi gas yang mengiritasi.
2.5 Manifestasi Klinik Pneumonia
Manifestasi klinik pneumonia sangat bervariasi, berdasarkan tingkat keparahannya.
Keragaman gejala tersebut juga bisa disebabkan oleh perbedaan pada jenis bakteri pemicu
infeksi, usia, dan kondisi kesehatan pengidap. Meski demikian manifestasi klinik yang umum
muncul meliputi :

4
1. Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan batuk yang sering kali produktif,
purelen, dan terjadi sepanjang hari. Bayi mungkin terdengar mendengkur sebagai
upaya untuk memperbaiki aliran udara. Berkeringat dan menggigil
2. Peningkatan frekuensi napas yang bermakna. Frekuensi pernapasan normal dan
abnormal bervariasi sesuai usia, pada bayi dan anak-anak yang masih kecil memiliki
frekuensi napas normal yang lebih cepat dibandingkan anak-anak yang sudh besar dan
orang dewasa
3. Batuk kering atau batuk dengan dahak yang kental berwarna hijau, kunik disertai
darah
4. Napas terengah-engah dan pendek
5. Dyspena, adalah perasaan sesak atau kesulitan bernapas yang dapat disebabkan
penurunan pertukaran gas
6. Rasa sakit pada dada ketika menarik napas dan batuk
7. Nyeri dada akibat iritasi pleura. Nyeri mungkin meluas atau menjalar ke arah
abdomen
8. Hemoptysis, yaitu batuk darah yang dpat terjadi akibat cidera toksin langsung pada
kapiler, atau akibat reaksi inflamasi yang menyebabkan kerusakan kapiler
9. Bunyi crakles, bunyi paruh tambahan ketika jalan napas terbuka tiba-tiba, meruakan
indikasi adanya infeksi jalan napas bawah
10. Bunyi mengi, yaitu bunyi bernada tinggi yang terdengar ketika udara masuk ke
orifisium atau lubang yang sempit, sehingga menyumbat aliran udara
11. Mual dan muntah
12. Diare
13. Kelelahan dan keletihan akibat reaksi inflamasi dan hipoksia, apabila infeksi serius
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakanlah ke dokter. Segera cari
bantuan medis apabila muncul gejala-gejala yang parah, seperti napas terengah-engah,
sakit dada, atau lingling menyerang anda
2.6 Contoh Kasus
Contoh kasus pneumonia
An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya. Menurut cerita
dari ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel,
tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam
sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare
sebanyak 4x, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke
RSSA. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi
sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR: 35x/menit,
pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan
sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan
sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus,
bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen thorax:gambaran multiple
infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV
line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.
A. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : An. S
Usia : 2 tahun
Jenis Kelamin : -
B. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama : batuk pilek, muntah 3x dan diare sebanyak 4x, tidak mau
makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil.

5
2. Lama keluhan : sejak 5 hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : berat
4. Faktor pencetus :
5. Faktor pemberat : sekret tidak bisa dikeluarkan
6. Upaya yang telah dilakukan : di bawa k UGD RSSA
7. Diagnosa medis : Pneumonia
C. Riwayat kesehatan saat ini
Pasien datang ke UGD dengan keluhan batuk pilek, tidak mau makan. Sejak
kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD
RSSA suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x, perut
tampak distended. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien
dalam kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan
dangkal, RR: 10 35x/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah
supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar
mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan sekret tidak bisa dikeluarkan.
Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni,
nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen thorax:gambaran multiple infiltrate
pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV
line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.
D. Riwayat kesehatan terdahulu : tidak ada
E. Pemeriksaan fisik :
1. Keadaan umum : batuk pilek
Kesadaran : sadar penuh
TTV : - TD : - mmHg - Suhu : 39,5 C Nadi : 110 x/menit - RR : 35 x/menit
2. Kepala dan Leher
mulut : sianosis sekitar mulut, dan hidung
hidung : pernafasan cuping hidung
3. Thorak & dada Paru
Inspeksi : nafas cepat dan dangkal
Palpasi : terdapat penggunaan otot bantu pernafasan retraksi otot area
supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleidomastoideus.
Auskultasi : bronkial, ronki basah halus, bronkofoni
Kulit & kuku
Kulit : -
Kuku : -
F. Kesimpulan Pasien mengalami tanda dan gejala Pneumonia.
ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DO : RR = 35 x/menit suara Virus Bakteri Jamur Aspirasi Bersihan jalan nafas tidak
nafas bronkial, ronki basah ↓ efektif Definisi :
halus, bronkofoni Sianosis Saluran nafas bagian bawah Ketidakmampuan untuk
pd mukosa bibir Batuk ↓ membersihkan sekresi atau
produktif Gelisah / rewel Bronchiolus obstruksi dari saluran
DS : nafas cepat ↓ pernafasan untuk
Alveolus mempertahankan kebersihan
↓ jalan nafas.
Peningkatan produksi sekret

Akumulasi sekret

6
Obstruksi jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak
efektif
DO : RR = 35 x/ menit Virus Bakteri Jamur Aspirasi Gangguan pertukaran gas
N = 110x/menit ↓
Pernafasan cuping hidung Saluran nafas bagian bawah
Gelisah Sianosis pada ↓
mukosa bibir Bronchiolus
DS : nafas cepat ↓
Alveolus

Reaksi radang pada bronchus
dan alveolus

Atelektasis

Gangguan difusi

Gangguan pertukaran gas

DO : muntah 3x dan diare Virus Bakteri Jamur Aspirasi Defisit volume cairan
sebanyak 4x ↓
DS : sianosis sekitar mulut, Saluran nafas bagian bawah
dan hidung ↓
Bronchiolus

Alveolus

Stimulasi (hemoreseptor)

Sel point bertambah

Respon menggigil

Reaksi peningkatan panas
tubuh ↓
Hipertermia

Evaporasi

Cairan tubuh berkurang

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih.
2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus.
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak
adekuat, demam.

7
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien menunjukan
Respiratory status : Ventilation,Airway patency
Kriteria Hasil :
Pasien dapat suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal).
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, misal mengi, krekel, rhonki.
R : Mengkaji kemungkinan spasme bronkus yang menyebabkan obstruksi jalan
nafas dan dapat menimbulkan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
R : Takipnea biasanya menunjukkan adanya tanda infeksi akut.
c. Kaji pasien untuk posisi nyaman.
R : Posisi yang nyaman dapat mempermudah dalam pernapasan.
d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea.
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.
R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah
pengeluaran. Penggunaan cairan hangat menurunkan spasme bronkus. Cairan
selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
f. Kolaborasi : memberikan obat sesuai indikasi (bronkodilator, steroid, antitusif,
ekspektoran).
R : obat yang sesuai indikasi membantu mengefektifkan kembali bersihan jalan
nafas.

2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus.


Tujuan : dalam 3 x 24 jam gangguan pertukaran gas pasien teratasi.
Kriteria Hasil :
- Frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)
-Melaporkan penurunan dipsnea
-Menunjukkan perbaikan dalam laju aliran eskspirasi
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas
bibir.
R : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan/atau kronisnya proses
penyakit
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.
R : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan
nafas unttuk menurunkan kolaps jalan nafas, dipsnea dan kerja nafas. 15
c. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
R : sianosis dapat digunakan untuk mengevaluasi beratnya hipoksia.
d. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi
tambahan.
R : Adanya bunyi nafas mengindikasikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret.
8
e. Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi.
R : Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat,
demam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x 24 jam, status keseimbangan
cairan pasien normal
Kriteria hasil :
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
a. Timbang popok/pempers jika diperlukan
R: Mengetahui intake dan output
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
R: Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh pasien
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik),
R: Menjaga pasien dalam keadaan batas normal
d. jika diperlukan Monitor vital sign
R: Menjaga agar kondisi passien tetap stabil dan mengetahui jika terjadi perubahan
status pasien
e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
R: Menjaga pasien dalam pemenuhan nutrisi 16
f. Lakukan terapi IV
R: Mengantikan cairan yang kurang
g. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
R: Cairan yang diberikan supaya menurunkan suhu tubuh pasien
h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
R: Pemenuhan nutrisi dan cairan melalui makanan
Evaluasi :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih
1. Pasien mengatakan tidak sesak
2. Pada saat batuk produksi sputum berkurang
3. Frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)
2. Gangguan pertukaran gas bd perubahan membran alveolar.
1. Tidak dipsnea
2. Tidak ada sianosis
3. Frekuensi nafas normal
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat,
demam.
1. Fluid balance
2. Hydration
3. Nutritional Status : Food and Fluid Intake 17

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar pustaka
Asih retno.2006.Continuing education: Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.Surabaya: Kapita
selekta ilmu kesehatan anak VI Doenges,
Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Somantri,irman.2007.Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba medika The Indonesia society of respirology.2003.Perhimpuan Dokter Paru
Indonesia: Pneumonia Komuniti.

10

Anda mungkin juga menyukai