Bab 1 Dokumentasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Bab 1 Dokumentasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktik umum
berhubungan dengan infeksi salura napas yang terjadi di masyarakat atau di dalam
rumah sakit atau pusat perawatan. Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi
saluran napas bawah akut di parenkim paru. Penumonia dapat terjadi pada orang
normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien
dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar
yang menggangu daya tahan tubuh.
III. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari pneumonia
b. Mengetahui klasifikasi dari pneumonia
c. Memahami patofisiologi dari pneumoni
d. Mengerti etiologi dari pneumonia
e. Mengetahui manifestasi klinik pada pneumonia
f. Mengerti kasus dari pneumonia
g. Mengetahui penulisan asuhan keperawatan pada kasus pneumonia
1
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah pneumoni mencakup setiapkeadaan radang paru dengan beberapa atau seluruh
alveoli terisi cairan dan sel-sel darah.
2.2 Klasifikasi Pneumonia
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
1. Pneumonia komuniti = pneumonia yang terdapat di masyarakat
2. Pneumonia nosokomial = pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam
dirawat dirumah sakit dan di singkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum
masuk rumah sakit
3. Pneumonia aspirasi. Aspirasi paru adalah masuknya makanan, asam
lambung, air liur, atau benda asing lainnya ke paru-paru yang dapat memicu
infeksi paru.
B. Berdasarkan kuman penyebab
1. Pneumonia bakterial/ tipikal
Kuman mempunyai tendensi menyerang orang yang peka seperti klebsiela
pada alkoholik, staphylococcus pada paska infeksi influensa.
2. Pneumonia atipikal
Disebabkan oleh mycoplasma, legionella dan chlamydia
3. Pneumonia virus
4. Pneumonia jamur
Merupakan infeksi sekunder, predileksi terutama pada pasien dengan daya
tahan lemah.
C. Berdasarkan predileksi infeksi
1. Pneumonia lobaris
Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua
Terjadi pada satu lobus atau segmen paru
2
Kemungkinan sekunder obstruksi bronkus, misal aspirasi benda asing
atau adanya proses keganasan
2. Bronkhopneumonia
Dapat disebabkan bakteri atau virus
Sering pada bayi dan orang tua
Ditandai adanya bercal-bercak infiltrat pada lapang paru
Tersebar dekat bronkus
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
3. Pneumonia interstisiil
B. stadium hepatisasi
Proses ini meliputi lobus secara serentak: lobus yang terserang menjadi padat tidak bedanya
dengan hati yang mengalami hepatisasi sehingga, secara akut salah satu lobus tidak dapat
menjalankan fungsi pernapasan (jadi merupakan gangguan restriksi), peningkatan kebutuhan
O2 sampai dengan panas yang tinggi, proses radang mengenai pleura viseralis yang
membungkus lobus tersebut yang akan menimbulkan nyeri setempat, nyeri dada tersebut
menyebabkan ekspansi paru terhambat, ketiga faktor tersebut menyebabkan pasien
mengalami sesak napas, tetapi tidak ada obstruksi bronkus sehingga tidak terdengar
wheezing.
Pada stadium keadaan klinis pasien adalah keadaan pasien nampak semakin parah sehingga
tampak sakit berat, demam 39 C, menggigil, sesak napas, pernapasan cuping hidung, nyeri
dada, batuk semakin parah, thorax yang sakit tampak tertinggal pada pernapasan, fremitus
suara meningkat, perkusi redup, auskultasi: terdengar suara napas bronkhial, terdapat
dehidrasi, dapat meninggal bila tidak mendapat penatalaksanaan yang adekuat.
C. stadium resolusi
Pada stadium ini bila pasien dapat mengatasi infeksi akut ini, maka mulai minggu kedua isi
alveolus akan melunak untuk berubah menjadi dahak dan akan dibatukkan keluar, pasien
3
mulai merasakan badannya agak enak, panas mulai turun, batuk semakin longgar, dahak
mudah dikeluarkan, sesak berkurang, nyeri dada berkurang.
4
1. Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan batuk yang sering kali produktif,
purelen, dan terjadi sepanjang hari. Bayi mungkin terdengar mendengkur sebagai
upaya untuk memperbaiki aliran udara. Berkeringat dan menggigil
2. Peningkatan frekuensi napas yang bermakna. Frekuensi pernapasan normal dan
abnormal bervariasi sesuai usia, pada bayi dan anak-anak yang masih kecil memiliki
frekuensi napas normal yang lebih cepat dibandingkan anak-anak yang sudh besar dan
orang dewasa
3. Batuk kering atau batuk dengan dahak yang kental berwarna hijau, kunik disertai
darah
4. Napas terengah-engah dan pendek
5. Dyspena, adalah perasaan sesak atau kesulitan bernapas yang dapat disebabkan
penurunan pertukaran gas
6. Rasa sakit pada dada ketika menarik napas dan batuk
7. Nyeri dada akibat iritasi pleura. Nyeri mungkin meluas atau menjalar ke arah
abdomen
8. Hemoptysis, yaitu batuk darah yang dpat terjadi akibat cidera toksin langsung pada
kapiler, atau akibat reaksi inflamasi yang menyebabkan kerusakan kapiler
9. Bunyi crakles, bunyi paruh tambahan ketika jalan napas terbuka tiba-tiba, meruakan
indikasi adanya infeksi jalan napas bawah
10. Bunyi mengi, yaitu bunyi bernada tinggi yang terdengar ketika udara masuk ke
orifisium atau lubang yang sempit, sehingga menyumbat aliran udara
11. Mual dan muntah
12. Diare
13. Kelelahan dan keletihan akibat reaksi inflamasi dan hipoksia, apabila infeksi serius
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakanlah ke dokter. Segera cari
bantuan medis apabila muncul gejala-gejala yang parah, seperti napas terengah-engah,
sakit dada, atau lingling menyerang anda
2.6 Contoh Kasus
Contoh kasus pneumonia
An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya. Menurut cerita
dari ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel,
tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam
sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare
sebanyak 4x, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke
RSSA. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi
sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR: 35x/menit,
pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan
sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan
sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus,
bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen thorax:gambaran multiple
infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV
line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.
A. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : An. S
Usia : 2 tahun
Jenis Kelamin : -
B. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama : batuk pilek, muntah 3x dan diare sebanyak 4x, tidak mau
makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil.
5
2. Lama keluhan : sejak 5 hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : berat
4. Faktor pencetus :
5. Faktor pemberat : sekret tidak bisa dikeluarkan
6. Upaya yang telah dilakukan : di bawa k UGD RSSA
7. Diagnosa medis : Pneumonia
C. Riwayat kesehatan saat ini
Pasien datang ke UGD dengan keluhan batuk pilek, tidak mau makan. Sejak
kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD
RSSA suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x, perut
tampak distended. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien
dalam kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan
dangkal, RR: 10 35x/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah
supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar
mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan sekret tidak bisa dikeluarkan.
Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni,
nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen thorax:gambaran multiple infiltrate
pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV
line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.
D. Riwayat kesehatan terdahulu : tidak ada
E. Pemeriksaan fisik :
1. Keadaan umum : batuk pilek
Kesadaran : sadar penuh
TTV : - TD : - mmHg - Suhu : 39,5 C Nadi : 110 x/menit - RR : 35 x/menit
2. Kepala dan Leher
mulut : sianosis sekitar mulut, dan hidung
hidung : pernafasan cuping hidung
3. Thorak & dada Paru
Inspeksi : nafas cepat dan dangkal
Palpasi : terdapat penggunaan otot bantu pernafasan retraksi otot area
supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleidomastoideus.
Auskultasi : bronkial, ronki basah halus, bronkofoni
Kulit & kuku
Kulit : -
Kuku : -
F. Kesimpulan Pasien mengalami tanda dan gejala Pneumonia.
ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DO : RR = 35 x/menit suara Virus Bakteri Jamur Aspirasi Bersihan jalan nafas tidak
nafas bronkial, ronki basah ↓ efektif Definisi :
halus, bronkofoni Sianosis Saluran nafas bagian bawah Ketidakmampuan untuk
pd mukosa bibir Batuk ↓ membersihkan sekresi atau
produktif Gelisah / rewel Bronchiolus obstruksi dari saluran
DS : nafas cepat ↓ pernafasan untuk
Alveolus mempertahankan kebersihan
↓ jalan nafas.
Peningkatan produksi sekret
↓
Akumulasi sekret
↓
6
Obstruksi jalan nafas
↓
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
DO : RR = 35 x/ menit Virus Bakteri Jamur Aspirasi Gangguan pertukaran gas
N = 110x/menit ↓
Pernafasan cuping hidung Saluran nafas bagian bawah
Gelisah Sianosis pada ↓
mukosa bibir Bronchiolus
DS : nafas cepat ↓
Alveolus
↓
Reaksi radang pada bronchus
dan alveolus
↓
Atelektasis
↓
Gangguan difusi
↓
Gangguan pertukaran gas
DO : muntah 3x dan diare Virus Bakteri Jamur Aspirasi Defisit volume cairan
sebanyak 4x ↓
DS : sianosis sekitar mulut, Saluran nafas bagian bawah
dan hidung ↓
Bronchiolus
↓
Alveolus
↓
Stimulasi (hemoreseptor)
↓
Sel point bertambah
↓
Respon menggigil
↓
Reaksi peningkatan panas
tubuh ↓
Hipertermia
↓
Evaporasi
↓
Cairan tubuh berkurang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih.
2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus.
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak
adekuat, demam.
7
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien menunjukan
Respiratory status : Ventilation,Airway patency
Kriteria Hasil :
Pasien dapat suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal).
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, misal mengi, krekel, rhonki.
R : Mengkaji kemungkinan spasme bronkus yang menyebabkan obstruksi jalan
nafas dan dapat menimbulkan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
R : Takipnea biasanya menunjukkan adanya tanda infeksi akut.
c. Kaji pasien untuk posisi nyaman.
R : Posisi yang nyaman dapat mempermudah dalam pernapasan.
d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea.
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.
R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah
pengeluaran. Penggunaan cairan hangat menurunkan spasme bronkus. Cairan
selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
f. Kolaborasi : memberikan obat sesuai indikasi (bronkodilator, steroid, antitusif,
ekspektoran).
R : obat yang sesuai indikasi membantu mengefektifkan kembali bersihan jalan
nafas.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar pustaka
Asih retno.2006.Continuing education: Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.Surabaya: Kapita
selekta ilmu kesehatan anak VI Doenges,
Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Somantri,irman.2007.Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba medika The Indonesia society of respirology.2003.Perhimpuan Dokter Paru
Indonesia: Pneumonia Komuniti.
10