Anda di halaman 1dari 5

Sumberdaya Mineral dan Energy

Keberadaan Energi dan Sumberdaya Mineral


Sejak semula manusia telah mengenal pentingnya penggunaan energi dan mineral;
penggunaan ini telah berkembang secara luar biasa bersamaan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan industri. Ketersediaan energi merupakan komponen dasar
yang sangat penting dalam pengembangan peradaban tata kehidupan manusia.

Dalam perkembangan teknologi, terutama bagi industri dan transportasi, pemakaian


energi berubah dan berkembang pesat, dari energi tradisional seperti kayu beralih
menjadi sumber energi seperti batubara, minyak dan gas bumi, terutama sejak
terjadinya revolusi industri pada abad 19. Kemudian pada awal abad 20 dan
memasuki abad 21, manusia mulai mengembangkan alternatif energi lainnya seperti
tenaga air, angin, panas bumi, biomassa, nuklir dan tenaga surya. Sementara itu
mulai muncul pendapat

Keberadaan endapan mineral maupun akumulasi hidrokarbon dalam dunia industri


sebenarnya tidak hanya dibatasi oleh kondisi geologi saja melainkan lebih banyak
dikendalikan oleh ketersediaan teknologi dan kemungkinan cara penambangannya
dimana hal tersebut akan sangat mempengaruhi biaya produksi yang dalam
pemasarannya harga produksi diatur oleh ketersediaan dan tingkat permintaan
pasar. Seperti diketahui bersama bahwa beberapa unsur kimia merupakan
komponen penyusun kerak bumi, terutama pada batuan beku dalam kuantitas yang
bervariasi.

Skinner (1976) menyatakan bahwa terdapat 12 unsur kimia utama pada kerak bumi
(O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg, Ti, H, Mn, P). Proses-proses geologi akan
memungkinkan terjadi pengkonsentrasian beberapa unsur tadi dalam kadar tertentu
yang memungkinkan untuk ditambang.

Besarnya kandungan unsur dalam batuan inilah yang kemudian akan menentukan
nilai keekonomian dari endapan mineral tersebut. Hal ini berarti bahwa kondisi
perekonomian yang akan mengatur suatu konsentrasi dari mineral maupun
hidrokarbon dapat dikatakan sebagai endapan yang ekonomis atau tidak. Sebagai
contoh, pada rahun 1970, sebuah perusahaan tambang bernama Alcomin,
mengumumkan penemuan endapan bijih alumunium dalam jumlah yang besar di
daerah Kalimantan Barat, yang mana ditemukan dalam bentuk tanah laterit, tetapi
untuk mengolah menjadi alumunium diperlukan biaya untuk memenuhi energi yang
dibutuhkan dalam proses ekstraksi. Sementara itu, sebagai akibat embargo minyak
Arab pada tahun 1973, harga minyak melesat hingga USD 30/barel, dan hal ini
sangat mempengaruhi terhadap harga energi secara umum. Akibat biaya ekstraksi
alumunium dari bijihnya sangat bergantung pada harga energi, maka
penambangannya menjadi tidak ekonomis untuk saat itu.

Sumberdaya Mineral dan Energi_1


Selama bertahun-tahun para ahli geologi, teknik pertambangan dan ekonomi telah
menggunakan istilah untuk eksplorasi mineral reserve dan resource. Perbedaan
antara resource dan reserve didasarkan pada faktor ekonomi dan geologi yang
berlangsung (Geological survey,1975);
 Resource : konsentrasi yang terjadi secara alami,berbentuk padat, cair atau
berupa gas di alam atau di kerak bumi dan dapat diekstraksi secara
ekonomis pada suatu komoditi yang potensial.
 Reserve : adalah bagian resource yang telah diidentifikasi, dimana
mineralnya dapat digunakan atau komoditas energi yang secara ekonomi
dan ekstraksi pada waktu yang ditentukan.

Di sisi lain, batuan yang mengandung mineral-mineral logam dapat dikembalikan


statusnya sebagai endapan ekonomis dengan melakukan pengembangan teknologi,
dan didukung oleh kondisi ekonomi yang menguntungkan sesuai dengan
permintaan pasar tehadap logam tersebut. Secara umum, keberadaan dan kuantitas
dari endapan mineral ekonomi sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

 Geologi
 Teknologi (penambangan dan metalurgi)
 Ekonomi (harga pasar)

Kebutuhan Manusia Akan Energi dan Sumberdaya Mineral


Suatu sumberdaya yang tidak terbatas dapat mendukung penduduk yang tidak
terbatas pula jumlahnya, namun kenyataannya tidaklah demikian. Bumi serta
sumberdayanya memiliki sifat yang terbatas sedangkan jumlah penduduk secara
cepat bertambah. Jumlah penduduk bertambah dua kali (dari satu menjadi dua
miliun) dari tahun 1830 sampai 1930. Pada tahun 1970 jumlah tersebut bertambah
dua kali lagi dan demikian juga sekali lagi pada tahun 2000. Apabila data
pertumbuhan penduduk tersebut dibandingkan dengan kebutuhan akan energi dan
mineral setiap penduduk, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk jangka
panjang ketersediaan sumberdaya alam tidak akan mampu menandingi
pertumbuhan penduduk yang eksponensial tersebut.

Secara garis besar, suatu taraf kehidupan manusia dapat dirumuskan menjadi:

L=RxExI
P

Dimana: L = taraf kehidupan


R = konsumsi sumberdaya seperti metal, non-metal, air , dan
sebagainya
E = konsumsi energi
I = pemakaian secara terarah, termasuk teknis, sosial, ekonomi,
politik
P = jumlah manusia yang terlibat di dalam sistem

Sumberdaya Mineral dan Energi_ 2


Hubungan ini menunjukkan secara jelas bahwa bertambahnya taraf kehidupan
harus ditunjang dengan efisiensi pemakaian; sedangkan bertambahnya nilai P akan
menyebabkan turunnya taraf kehidupan manusia. Kondisi yang lebih buruk lagi
adalah jika R dan E berkurang sementara P bertambah dan I tidak bisa bertambah
cukup cepat untuk menandinginya. Salah satu cara untuk mencegah kondisi yang
lebih buruk ini adalah dengan melakukan metoda konservasi, perencanaan, dan
pengembangan teknologi maupun cara ilmiah yang baru.

Pada awal abad 19, Malthus meramalkan akhir dunia sebagai pertumbuhan
penduduk yang eksponensial sementara sumberdaya, terutama sumberdaya yang
terbatas, akan habis, dan planet bumi tidak dapat menyeimbangkan pertumbuhan
populasi tersebut. Meadows et al (1972) dalam laporannya untuk Club of Rome,
menyatakan bahwa pertumbuhan populasi penduduk, produksi industri,
penggunaan pupuk, dan penggunaan bahan-bahan alami meningkat secara
eksponensial, dan peningkatan tersebut tidak mungkin lagi diimbangi dengan
cadangan yang ada.

Pendapat yang berbeda tentang ketersediaan energi dan sumberdaya mineral


disampaikan oleh penganut Cornucopian, bahwa mineral dan sumberdaya energi
fosil sangat melimpah dan tidak akan habis meskipun terjadi peningkatan konsumsi
sejalan dengan pertumbuhan populasi dan penipisan cadangan yang tidak dapat
disangkali. Pada saat mempelajari endapan porfiri tembaga, Lasky (1950)
mempublikasikan suatu gambar yang menunjukkan bagaiman kadar minimum bijih
tembaga cenderung menurun secara konstan dari >3% pada awal revolusi industri
menjadi <0,5 %, pada saat yang sama cadangan atau sumberdaya meningkat
secara eksponensial. Penurunan kadar minimum (cut-off grade) dapat diakibatkan
oleh peningkatan permintaan tembaga. Sejak penemuan penggunaan listrik oleh
Thomas Alfa Edison dan penemuan telegraf dan telepon oleh Bell, terjadi
permintaan yang sangat besar untuk kabel tembaga, dan geologis berusaha untuk
menemukan cadangan yang lebih banyak untuk meningkatkan suplai.

Lacey (1973), menyatakan bahwa kadar mineral tergantung pada nilai ekonomis
dan teknologi ekstraksi. Dimana dari diagram Lacey menunjukkan
bahwa semakin rendah kadar suatu mineral maka cadangannya
semakin besar.

Energi dan Sumberdaya Mineral serta Dampaknya terhadap Lingkungan


Sejalan dengan isu lingkungan global bahwa telah terjadi peningkatan kandungan
gas (efek rumah-kaca) dalam atmosfir akibat pemakaian energi hidrokarbon yang
terus meningkat dalam perindustrian, transportasi, maupun rumah tangga. Menurut
pakar lingkungan hidup, efek dari penggunaan sumber energi tersebut
dikhawatirkan dapat menimbulkan perubahan iklim serta mengakibatkan terjadinya
efek pemanasan global. Menyadari hal tersebut, mulai maraklah kampanye
pengurangan penggunaan energi hidrokarbon; sejalan dengan itu mulai dicari
berbagai alternatif sumber energi lainnya.

Namun demikian, haruslah juga dipertimbangkan bahwa sebenarnya sektor


pertanian maupun pengelolaan hutan-hutan industri justru meninggalkan dampak

Sumberdaya Mineral dan Energi_3


yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan penambangan, dan mungkin
memiliki dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan yang lebih besar apabila
diperhitungkan dengan penggunaan pupuk dan pestisida pada lahan pertanian
maupun hutan.

Apabila kita lihat dari sisi industri pertambangan, maka suatu pilihan untuk
melindungi perubahan bumi dengan melakukan pelarangan terhadap kegiatan
pertambangan merupakan sesuatu yang tidak realistis; tetapi hal ini akan lebih tepat
apabila dilakukan telaah yang lebih dalam terhadap semua sisi kegiatan industri.
Industri mineral merupakan penyokong dalam tiga hal utama yang saling
berhubungan, yaitu perekonomian, lingkungan, dan kehidupan sosial.

Kesimpulan
Mineral dan sumberdaya energi fosil mungkin memiliki jumlah yang terbatas, akan
tetapi besar cadangannya mungkin lebih melimpah dibandingkan cadangan yang
diperkirakan pada masa kini.

Sumberdaya yang masih terkandung di bumi (resource) maupun yang telah


teridentifikasi (reserve) baik untuk mineral maupun hidrokarbon sangat dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian dan teknologi yang sejalan dengan perkembangan
sains, dan teknologi; eksplorasi konsentrasi metal dan hidrokarbon dalam kerak
bumi yang saat ini belum diketahui atau belum bernilai ekonomis untuk ditambang
bisa menjadi suatu sumberdaya potensial di masa yang akan datang.

Suatu keterbatasan terhadap besarnya reserve ataupun resource dari endapan


mineral maupun akumulasi hidrokarbon adalah dibatasi oleh pemikiran manusia
pada masa kini. Perkiraan cadangan mineral maupun minyak bumi sangat
bergantung pada pengetahuan geologi dan perhitungan kuantitas sumberdaya yang
terkandung akan berarti untuk satu perioda waktu tertentu; dan akan berubah
sejalan dengan waktu.

Sebagai suatu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep-konsep baru


tentang endapan mineral maupun akumulasi hidrokarbon terus dikembangkan,
teknologi baru dalam eksplorasi dan ekstraksi pertambangan akan dikembangkan
dan cadangan baru akan selalu ditemukan.

Pustaka :

Edwards, J.D., August 1997, Crude Oil and Alternate Energy Production Forecast for
the Twenty-First Century: The End of the Hydrocarbon Era, AAPG Bulletin,
vol. 81, no. 8, p.1292-1305.
Kleinberg, R.L., Brewer, P.G., May-June 2001, Probing Gas Hydrate Deposits,
American Scientist, vol. 89, p. 244-251.
Koesoemadinata, R.P., January 2002, Natural Resources Management : The
problem of Nonrenewable Resources, Proceedings of Symposium on Natural
Resources and Management, p. 1-10.

Sumberdaya Mineral dan Energi_4


McCabe, P.J., November 1998, Energy Resources-Cornucopia or Empty Barell?,
AAPG Bulletin, vol. 82, no. 11, p. 2110-2134.
Skinner, B.J., May-June 1976, A Second Iron Age Ahead?, American Scientist, vol.
64, p. 258-269.

Sumberdaya Mineral dan Energi_5

Anda mungkin juga menyukai