Anda di halaman 1dari 3

Jawaban:

1. Menurut akuntansi sebagaimana disebutkan pada PSAK No. 17, penyusutan dimulai pada
bulan takwin dimana aktiva tetap yang bersangkutan mulai digunakan. Pembebanan
akuntansi berdasarkan bulan penuh. Jika dalam bulan bersangkutan jumlah hari kurang
dari 15 hari dibulatkan ke bawah (diabaikan) dan jika lebih dari 15 hari dibulatkan
menjadi satu bulan penuh.
Sedangkan menurut peraturan perpajakan, pada dasarnya penyusutan dimulai pada bulan
dilakukan pengeluaran, kecuali harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan
dimulai pada tahun selesainya pengerjaan harta tersebut (Pasal 11 ayat (3) UU
No.36/2008). Namun berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal pajak, saat mulai
penyusutan dapat dilakukan pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada tahun harta tersebut mulai menghasilkan
(Pasal 11 ayat (4) UU No.36/2008). Sesuai dengan Undang-undang, saat mulai
menghasilkan dikaitkan dengan saat mulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat
diterima atau diperolehnya penghasilan.

2. Terdapat beberapa metode dalam perhitungan depresiasi, sebagai berikut :

a) Metode garis lurus (straight-line, SL)


b) Metode declining balance (DB)
c) Metode sum-of-the-years-digits (SYD)
d) Metode Declining Balance dengan Peralihan ke Garis Lurus
e) Metode Unit Produksi
Tetapi di dalam 5 metode perhitungan depresiasi yang sering digunakan adalah metode garis
lurus karena metode ini paling mudah diaplikasikan.

Contoh:
Pada awal bulan Januari 2008 dibeli aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp
100.000.000.

Berdasarkan estimasi manejemen, aktiva ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5
tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000 pada akhir tahun kelima. Berapa beban
penyusutan periodiknya ?

Jawab :

=19.000.000 / tahun
Akhir Akumulasi
Beban Penyusutan Nilai Buku Akhir
Tahun Penyusutan

2008 19.000.000 19.000.000 100.000.000

2009 19.000.000 38.000.000 81.000.000

2010 19.000.000 57.000.000 62.000.000

2011 19.000.000 76.000.000 43.000.000

2012 19.000.000 95.000.000 5.000.000

3. Amortisasi dalam Undang-undang Pajak diatur dalam Pasal 11A Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008, yang menyebutkan bahwa amortisasi dilakukakn terhadap pengeluaran
untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan.
4. Aset tetap dalam pajak digolongkan menjadi dua jenis yakni harta berwujud bukan
bangunan dan harta berwujud berupa bangunan.

a. Harta Berwujud Berupa Bangunan


Harta berwujud berupa bangunan dibagi atas dua jenis yakni yang permanen dengan
masa manfaat 20 tahun dan tidak permanen. Bangunan tidak permanen ini masa
manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
b. Harta Berwujud Bukan Bangunan
 Kelompok 1 merupakan aset yang memiliki masa manfaat 4 tahun
 Kelompok 2 ialah asset dengan masa manfaat 8 tahun
 Kelompok 3 adalah harta berwujud dengan masa manfaat 16 tahun
 Kelompok 4 ialah harta berwujud dengan masa manfaat 20 tahun.
c. Contoh dan Perhitungan Penyusutan Menurut Pajak
Selanjutnya terdapat tabel perhitungan yang bisa anda cermati perbedaan antara tarif
penyusutan garis lurus dengan saldo menurut berdasarkan pajak sebagai berikut:

Harta Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

Bukan
Bangunan
Kelompok 4 tahun 25 % 50 %
1
Kelompok 8 tahun 12.5 % 25 %
2
Kelompok 16 tahun 6.25 % 12.5 %
3
Kelompok 20 tahun 5% 10 %

Bangunan

Permanen 20 tahun 5%

Tidak 10 tahun 10 %
Permanen

Sebenarnya dengan besarnya beban penyusutan yang anda tanggung maka dapat
menekan laba dalam laporan keuangan fiskal. Hal ini menguntungkan anda untuk
menekan biaya pajak yang harus dibayarkan. Bagi perusahaan yang peredaran brutonya
lebih dari Rp. 4.800.000.000 setahun akan dikenakan tarif progresif. Dimana besaran
pajak tergantung dari laba yang anda hasilkan sehingga semakin besar laba yang anda
hasilkan akan semakin besar pula pajak penghasilan badan yang akan anda tanggung.

5. Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak guna bangunan, hak guna usaha,
hak pakai, muhibah (goodwill), hak pengusahaan hutan, hak di bidang penambangan
minyak dan gas bumi dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, maka nilai sisa buku harta atau hak-
hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian
merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut.

Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagai bantuan, sumbangan,
zakat, hibah dan/atau warisan yang diakui berdasarkan perundang-undangan perpajakan,
yang berupa harta tak berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

Anda mungkin juga menyukai