Kelompok 5 :
1
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk bagi pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab 1
Pendahuluan.....................................................................................1
1.1 Kasus................................................................................................1
2.1 Ranah
Medis.....................................................................................2
Bab
III(Penutup).......................................................................................15
3.2
Saran..............................................................................................15
Daftar
Pustaka..........................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kasus
Fatimah dan Ali adalah pasangan muda. Fatimah tengah mengandung 3 bulan.
mereka baru saja pindah ke salah satu kota besar, karena Ali mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik disana.
4
5
BAB II
ISI
Rumusan-rumusan disiplin untuk para dokter itu mula pertama dikenal sebagai
“Sumpah Hippocrates”. Sumpah Hippocrates itu mengandung 6 buah nasehat atau
peringatan yaitu :
Setiap nasihat dan peringatan tersebut diatas adalah dasar dari pada susila
kedokteran dewasa ini.
6
Pada kode etik kedokteran terdapat point-point pada tiap-tiap babnya yaitu antara lain;
kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap pasien, kewajiban dokter terhadap team
sejawat, dan kewajiban dokter terhadap diri sendiri.
Dalam kode etik kedokteran ( Islamic code of medical Etyhics), yang merupakan
hasil dari First international conferenceon Islamic Medicine yang diselenggarakan pada 6-10
Rabi’al awwal 1401 M di Kuwait dan selajutnya disepakati sebagai kode etik kedokteran
islam, dirumuskan beberapa karakteristik yang semestinya dimiliki oelh dokter muslim
(tenaga kesehatan umumnya). Isi kode etik kedokteran islam tersebut terdiri atas dua belas
pasal. Rinciannya disebutkan : Pertama, definisi profesi kedokteran. Kedua, ciri-ciri para
dokter. Ketiga, hubungan dokter dengan dokter. Keempat, hubungan dokter dengan pasien.
Kelima, rahasia profesi. Keenam, peranan dokter di masa perang. Ketujuh, taggung jawab
dan pertanggungjawaban. Kedelapan, kesucian jiwa manusia. Kesembilan, dokter dan
masyarakat. Kesepuluh, dokter dan kemajuan biomedis modern. Kesebelas, pendidikan
kedokteran. Keduabelas, sumpah dokter.
Melihat bagaimana besarnya amal dan pengabdian yang diberikan oleh dokter dan
tenaa para medik, maka islam menganjurkan beberapa sifat-sifat yang harus dipunyai antara
lain :
1. Beriman
Sebab tanpa iman segala amal saleh sebagai dokter dan tenaga para medis akan
hilang sia-sia dimata Allah. (Q.S Al ashr : 1-3)
3. penyantun
Artinya ikut merasakan penderitaan orang lain dan Karena itu suka menolong orang
lain dalam kesukaran. (Q.S Al-baqarah : 263)
4. Peramah
Bergaul dengan tidak kaku dan menyenangkan. (Q.S Ali Imran : 159)
7
5. Sabar
6. Tenang
Tidak gugup betapa pun keadaan gawat. (Dalam sabda Rasulullah : “Tetaplah kamu
bersikap tenang” riwayat At thabrani dan Bhaiqi)
7. Teliti
8. Tegas
Di dalam literatur lain, terdapat karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang
tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah menurut Ja’far Khadim Yamani, ilmu
kedokteran dapat dikatan islami, mempersyaratkan dengan 9 karakteristik, yaitu : pertama,
dokter harus mesngobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan Al-Qur’an. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau dicampur
dengan unsure haram. Ketiga, dalam pengobatan tidak boleh mengakibatkan mencacatkan
tubuh pasien, kecuali sudah tidak ada alternative lain. Keempat, pengobatannya tidak
berbau takhayyul, khurafat, atau bid’ah. Kelima, hanya dilakukan oleh tenaga medis yang
,menguasai di bidang medis. Keenam, dokter memiliki sikap-sikap terpuji, tidak pemilik rasa
8
iri, riya, tkabbur, senang merendahkan orang lain, serta sikap hina lainnya. Ketujuh, harus
berpenampilan rapid an bersih. Kedelapan, lembaga-lembaga pelayanan kesehatan mesti
bersikap simpatik. Kesembilan, menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambing-
lambang non-islami.
Disamping itu menurut Dr. Zuhair Ahmad al- Sibai dan Dr. Muhammad ‘ali al-Ba
dalam karyanya Al-Thabib, Adabu wa Fiqhuh (dokter, Etika, dan Fiqih Kedokteran), antara
lain dikemukan bahawa dokter muslim harus berkeyakinan atas kehormatan profesi ,
menjernihkan nafsu,lebih mendalami ilmu yang dikuasai, menggunaka metode ilmiah dalam
berfikir, kasih sayang,benar dan jujur, rendah hati, bersahaja dan mawas diri.
Bahwa profesi kedokteran adalah salah satu profesi yang sangat mulia tapi
tergantung dengan dua syarat, yaitu :
Disamping itu, dokter selalu menjadi tumpuan pasien, keluarga, masyarakat , bahkan
bangsa. Mengingat kedudukan profesi kedokteran tersebut, seharusnya dalam menjalankan
profesinya tidak hanya berfikir tentang materi tetapi lebih kepada pengabdian dan
perbaikan umat. Keyakinan akan kehormatan profesi tersebut merupakan motivator untuk
memelihara akhlak yang baik dalam hubungannya dengan masyarakat.
Dalam hadist nabi disebutkan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban sepanjang
hidup. Sebagaimana diketahui bahwa ilmu pengetahuan iytu dari hari ke hari selalu
mengalami perkembangan. Karena itu, agar setiap dokter tidak ketinggalan informasi dan
9
ilmu pengetahuan dan lebih mendalami bidang profesinya, maka dituntut untuk selalu
belajar. Dalam islam sangat ditekankan dalam mengamalkan segala sesuatu agar dilakukan
secara professional dan penuh ketelitian.
Bagi dokter muslim diharuskan dalam berfikir menggunakan metode ilmiah sesuai dengan
kaidah logika ilmiah sebagaimana terjabar dalam disiplin ilmu kedokteran modern. Ajaran
islam sangat menekankan agar berfikir atau merenung terhadap berbagai sebab, tujuannya
agar mendapat keyakinan yang benar.
Rasa cinta kasih adalah cahaya yang timbul dari hati yang terdalam, dia akan dapat
menyinari orang lain, alam semesta dan segala sesuatu. Cahaya itu kemudian memantul
kepada dirinya sendirinya dan melimpah kepadanya kejernihan, kerelaan, dan kemantapan.
Benar dan jujur bagi seorang dokter yang selalu berkomunikasi dengan masyarakat
merupakan keharusan agar mendapat kepercayaan dari pasien dan masyarakat. Yang
dimaksud dengan benar dan jujur disini adalah sifat yang komprehensif mempunyai banyak
makna, termasuk menepati janji dan menunaikan amanah. Al-qur’an sangat menekankan
sikap benar dan jujur, diantaranya terdapat dalam firman Allah SWT ( Q.S At-taubat : 119)
Setiap orang, terutama orang yang melayani kepentingan umum termasuk dokter
dituntut bersifat rendah hati. Sifat yang sering membuat seseorang dijauhi dalam pergaulan
biasanya karena kesombongan dan keangkuhan. Kesombongan dan keangkuhan biasanya
lahir karena ada perasaan, ilmu, atau pengaruhnya. Ajaran islam sangat mengecam
10
perbuatan angkuh dan sombong. Disisi lain dijelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat
ornag yang merendahkan diri (tawadhu).
Dokter termasuk orang yang banyak berurusan dengan masalah manusia dan
kemanusiaan. Kehidupan seseorang termasuk dokter sangat ditentukan oleh kualitas
hubungan dengan masyarakat itu. Ajaran islam sangat menganjurkan untuk berperilaku adil
dan berkeseimbangan dalam berbagai urusan, tidak berkelebihan atau over acting
dalam gaya hidup, khususnya dalam masalah tarif praktek,dan bayaran seghingga
mengurangi dan menodaiprinsip-prinsip yang mesti dijunjung tinggi sebagai pelayan
masyarakat.
I. Mawas Diri
Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung jawab menyangkut nyawa dan
keselamatan seseorang. Mereka sering menjadi sasaran tuduhan, itu dsebabkan adanya
anggapan masyarakat yang menganggap bahwa mereka adalah ornag yang paling
mengetahui rahasia kehidupan dan kematian. Dengan senantiasa mawas diri, seorang
dokter muslim akan sadar atas segala kekurangannya sehingga di masa mendatang akan
memperbaikinya, juga akan terhindar dari berbagai sifat tercela lain seperti sombong, riya,
angkuh, dan lainnya.
Dokter muslim juga harus ikhlas dalam menjalankan pekerjaannya, semua dilakukan
sebagai ibadah untuk mencari ridha Allah. Berbuat ikhlas sangat dituntut dalam islam,
sebagai mana dinyatakan dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Bayyinat:5).
Dokter muslim juga dituntut penyantun, ikut merasakan penderitaan orang lain
sehingga berkeinginan untuk menolongnya. Dokter muslim juga dituntut ramah, bergaul
dengan luwes, dan menyenangkan. Juga dituntuk bersikap sabar, tidak emosional dan lekas
marah, tenang penyantun, ramah, sebagaimana dianjurkan dalam ayat Al-Qur’an (Q.S ali
imran: 159)
11
Dokter muslim juga dituntut bersikap tenang, tidak gugup dalam menghadapi
segawat apapun.
ت
َالال َْح ْم ُو ال َْم ْو ُـ
َ تال َْح ْم َو ق َ ال َر ُج ٌل ِم ْن ال ْأَن ْ َص ِار يَا َر ُس
َ ْولالل َّ ِه أَف ََرأَي َ َعل َى ال ِن ّ َسا ِء َفق
َ ول
َ الد ُخ
ُّ ِإيَّاك ُْم َو
“Berhati-hatilah kalian dari menjumpai para wanita,” maka seorang sahabat dari
Anshar bertanya,”Bagaimana pendapat engkau tentang saudara ipar, wahai
Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Saudara ipar adalah maut (petaka).” [HR Bukhari
dan Muslim].
12
Di antara keindahan syariat Islam, yaitu ditetapkannya larangan mengumbar
aurat dan perintah untuk menjaga pandangan mata kepada obyek yang tidak
diperbolehkan, lantaran perbuatan itu hanya akan mencelakakan diri dan
agamanya.
Larangan melihat aurat, tidak hanya untuk yang berlawan jenis, akan tetapi
Islam pun menetapkan larangan melihat aurat sesama jenis, baik antara lelaki
dengan lelaki lainnya, maupun antara sesama wanita.
“Dari ‘Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi
13
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang lelaki melihat kepada
aurat lelaki (yang lain), dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita
(yang lain)”. [HR Muslim]
“Tertusuknya kepala salah seorang di antara kalian dengan jarum besi, (itu) lebih
baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. [3]
Demikian sekilas prinsip pergaulan dengan lawan jenis yang telah ditetapkan
Islam. Tujuannya, ialah demi kebaikan yang sebesar-besarnya.
14
keadaan genting, semisal persalinan ataupun jika harus melakukan pembedahan.
Lajnah Dâ-imah juga menfatwakan, bila seorang wanita mudah menemukan dokter
wanita yang cakap menangani penyakitnya, ia tidak boleh membuka aurat atau
berobat ke seorang dokter lelaki. Kalau tidak memungkinkan maka ia boleh
melakukannya.[5]
15
penting untuk diketahui dan sekaligus menyulitkan. Akan tetapi, ketika Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah memberi karunia ketakwaan dan ilmu kepada seorang
wanita, maka ia harus bersikap hati-hati untuk dirinya, benar-benar memperhatikan
masalah ini, dan tidak menyepelekan. Seorang wanita memiliki kewajiban untuk
mencari dokter wanita terlebih dahulu. Bila mendapatkannya, alhamdulillah, dan ia
pun tidak membutuhkan bantuan dokter lelaki.[6]
16
Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Bâz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian
tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan
menyangkut aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita –umpamanya-
maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini
lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.
17
aurat wanita kepada pria ketika dibutuhkan tidak masalah, selama terpenuhi dua
syarat, yaitu aman dari fitnah, dan tidak disertai khalwat (berduaan dengan lawan
jenis yang bukan mahramnya). Akan tetapi, berobat kepada dokter wanita yang
beragama Nasrani dan amanah, tetap lebih utama daripada ke doker muslim
meskipun lelaki, karena aspek persamaan”.
Penjelasan tambahan Syaikh al-‘Utsaimin di atas, juga dipilih oleh para ulama
yang tergabung dalam Lajnah Daimah. Dalam fatwanya yang bernomor 16748,
Lajnah Dâ-imah memfatwakan, wanitalah yang menangani (pasien) wanita, baik ia
seorang muslimah maupun bukan. Seorang lelaki yang bukan mahram, tidak boleh
menangani wanita, kecuali dalam kondisi darurat. Yaitu bila memang tidak
ditemukan dokter wanita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa dalam kondisi darurat diperbolekan
bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan medis kepada pasiennya yang berbeda
jenis kelamin jika itu benar-benar akan mendatangkan banyak kemaslahatan bagi pasien
dengan syarat-syarat yang telah diatur pula misalnya pasien yang tetap ditemani oleh
keluarganya saat pemeriksaan ataupun hanya memeriksa bagian tubuh pasien yang perlu-
perlu saja. Tenaga kesehatan pun harus dituntut untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan
kode etik yang telah dibuat oleh institusi terkait dan mereka juga harus memiliki sikap dan
jiwa yang sesuai dengan syariat islam agar dapat mencerminkan diri sebagai tenaga
kesehatan yang islami pula.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/2883-jika-wanita-muslimah-berobat-ke-dokter- lelaki.html
http://lhiezainternisti.blogspot.com/2009/12/pandangan-islam-dalam pelayanan.html
20