Anda di halaman 1dari 54

PENILAIAN AUTENTIK

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Assessment Pembelajaran
Dosen Pengampu : DR. Esti Setiawati

Disusun oleh :

Sahid Budi K 16144600006


Siti Badingatussholikah 16144600012
Yudi Kusuma P 16144600021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, karunia dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini berjudul
“Penilaian Autentik”, guna memenuhi tugas mata kuliah Assessment Pembelajaran.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
DR. Esti Setiawati selaku dosen pengampu mata kuliah Assessment Pembelajaran
yang telah memberikan kami bimbingan serta kepercayaan untuk menyusun makalah
ini.Kemudian terima kasih juga kepada orang tua kami yang senantiasa dan tanpa
henti-hentinya memberikan dukungan kepada kami.Serta terima kasih kepada teman-
teman yang sedikit banyak memberikan bantuan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna begitu pula dengan
makalah ini yang jauh dari kesempurnaan, karena kempurnaan itu hanya milik Tuhan
Yang Maha Sempurna.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki tulisan kami.
Besar harapan penulis, semoga makalah ini sedikit banyak dapat bermanfaat
khususnya bagi kami selaku penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 1 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................iii
A. Latar Belakang .........................................................................iii
B. Rumusan Masalah ....................................................................iv
C. Tujuan ......................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................1
A. Penilaian Autentik ....................................................................1
B. Penilaian Kognitif ....................................................................4
C. Penilaian Afektif ......................................................................17
D. Penilaian Psikomotorik ............................................................34
E. Skala Pengukuran ..................................................................... 45
BAB III PENUTUP ..............................................................................48
A. Kesimpulan ..............................................................................48
B. Saran dan Kritik .......................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................50

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya jaman, menuntut dunia pendidikan untuk tidak
tertinggal dengan perkembangan-perkembangan yang ada.Salah satu yang terlihat
dengan jelas adalah perubahan-perubahan kurikulum pendidikan yang ada.Dengan
berubahnya kurikulum, maka tidak menutup kemungkinan perubahan-perubahan
pada aspek-aspek pendidikan.
Dalam perubahan kurikulum yang ada, orang yang akan merasakan perubahan
secara jelas adalah guru atau pendidik. Dimana guru atau pendidik adalah orang yang
secara langsung mempergunakan kurikulum tersebut. Dan salah satu aspek
pendidikan yang jelas mengalami perubahan adalah sistematika atau cara dalam
penilaian pembelajaran. Dengan berubahnya kurikulum tingkat satuan pendidikan
menjadi kurikulum 2013, menuntut pendidik atau guru untuk dapat menyesuaikan
diri dengan segala sistematika pendidikan yang ada, termasuk didalamnya tata cara
dalam penilaian pembelajaran.
Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan penilaian pembelajaran dititik
beratkan pada satu aspek atau ranah kompetensi yaitu ranah kompetensi kognitif atau
pengetahuan.Kemudian setelah berubah dengan kurikulum 2013, sistematika
penilaian berubah dengan menyeimbangkan ketiga ranah kompetensi yang ada yaitu
ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotorik.
Salah satu teknik penilaian yang digunakan atau yang familiar dengan
kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Maka dalam pembahasan ini kita akan
menggali apa yang disebut dengan penilaian autentik dan apa yang tercakup
didalamnya.

iii
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas bisa kita ambil beberapa rumusan masalah anatara
lain sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsep dasar dari penilaian autentik ?
2. Apakah penilaian sikap atau afektif itu ?
3. Apakah penilaian pengetahuan atau kognitif ?
4. Apakah penilaian keterampilan atau psikomotorik ?
5. Apakah skala pengukuran itu ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas diharapkan mahasiswa sebagai seorang calon
pendidik mampu :
1. Mengetahui konsep dasar dari penilaian autentik.
2. Memahami yang dimaksud dengan penilaian sikap atau afektif.
3. Memahami yang dimaksud dengan penilaian pengetahuan atau
kognitif.
4. Memahami yang dimaksud dengan penilaian keterampilan atau
psikomotorik.
5. Mengetahui skala penilaian dan jenis-jenisnya.

iv
BAB III
PEMBAHASAN

A. Konsep Penilaian Autentik


Sebelum kita memahami apa itu penilaian autentik, terlebih dahulu kita pahami
dahulu apa itu penilaian. Menurut Anthony penilaian adalah sebuah proses yang
ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan
kebijakan pendidikan, meode atau instrument pendidikan lainnya oleh suatu badan,
lembaga, organisasi atau institusi resmiyang menyelenggarakan suatu aktivitas
tertentu (dalam Hamzah dan Satria, 2012). Disisi lain Kusnandar (2013), menjelaskan
secara singkat bahwa penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Jadi, secara garis besarnya
penilaian merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran yang berguna
untuk mengetahui tingkat perkembangan belajar siswa dan sebagai dasar dalam
perbaikan penyelenggaraan pembelajaran.
Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada
apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument
penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di standar
kompetensi (SK) atau kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (Kusnandar, 2013).
Dalam penilaian autentik yang diaplikasikan pada kurikulum 2013, hal-hal yang
mendasar adalah penilaian dilakukan dengan melakukan pengamatan baik pada
proses belajar maupun hasil belajar. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yaitu
KTSP, yang melakukan penilaian pada hasil belajar saja.Dalam penilaian autentik,
ketiga ranah kompetensi pendidikan yaitu afektif, kognitif dan psikomoorik
diseimbangkan.

1
Menurut Kusnandar (2013), penilaian autentik memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu kinerja dan hasil atau
produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengmpul data penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta
didik, bukan keluasannya (kuantitas).
Kemudian Kusnandar (2013), juga mengungkapkan beberapa karakteristik
penilaian autentik, anatara lain sebagai berikut :
1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, artinya penilaian autentik
dapat dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau
beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi
terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester
(sumatif).
2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya
penilaian autentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
yang menekankan aspek keterampilan (skil) dan kinerja (performance),
bukan hanya mengukur kompetensi yang fakta (hafalan dan ingatan).
3. Berkesinambungan dan terintegrasi. Dalam melakukan penilaian autentik
harus secara berkesinambungan (terus menerus) dan merupakan satu
kesatuan utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik.
4. Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang
dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik.

2
Dalam menggunakan penilaian autentik memiliki beberapa manfaat, menurut
Diane Hart (dalam www.renee.web.id) manfaat penggunaan penilaian autentik dalam
pembelajaran antara lain :
1. Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat mengurangi
rasa cemas, takut mendapatkan nilai jelek yang dapat mengganggu harga
dirinya.
2. Penilaian autentik berhasil digunakan dengan siswa dari berbagai latar
belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik.
3. Tugas yang digunakan dalam penilaian autentik lebih menarik dan
mencerminkan kehidupan sehari-hari siswa.
4. Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang.
5. Penilaian autentik mempromosikan pendekatan yang berpusat pada siswa
untuk mengajar.
6. Guru memegang peran lebih besar dalam proses penilaian selain melalui
program pengujian tradisional. keterlibatan ini lebih mungkin untuk
memastikan proses evaluasi mencerminkan tujuan dan sasaran program.
7. Penilaian autentik menyediakan informasi yang berharga kepada guru pada
kemajuan siswa serta keberhasilan instruksi.
8. Orang tua akan lebih mudah memahami penilaian autentik dari persentil
abstrak, perangkingan, dan  pengukuran  lain tes standar.
9. Penilaian autentik baru untuk kebanyakan siswa. Mereka mungkin curiga
pada awalnya, tahun pengkondisian dengan paper tes,, mencari jawaban
yang benar tunggal, tidak mudah dibatalkan.
10. Penilaian autentik memerlukan cara baru untuk merasakan bahwa dia
sedang belajar dan dievaluasi.
11. Peran guru juga berubah. Tugas khusus, baik dalam bentuk pekerjaan
maupun dalam bentuk pengasaan pengetahuan dan keterampilan haru  harus
diidentifikasi secara jelas di awal.

3
12. Dengan cara itu maka siswa dapat memulai sesuatu yang berbaik skala kecil
dan dari awal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, penggunaan penilaian autentik bukan
hanya menilai hasil atau produk belajar siswa saja, melainkan penilaian autentik
menilai tiga ranah kompetensi sekaligus yaitu, ranah afektif, ranah kognitif dan
psikomotorik. Afektif dengan melakukan pengamatan sikap peserta didik pada saat
mengikuti proses pembelajaran, kognitif capaian atau tingkat perkembangan
pemahaman peserta didik pada materi yang disampaikan dan psikomotorik dari unjuk
kerja peserta didik.
Berikut ini teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan dalam tiap ranah
kompetensi (Sunarti dan selly, 2014) :
Kompetensi Teknik Proses Hasil
Observasi V v
Penilaian Diri v
SIKAP Penilaian antar
v
teman
Jurnal V
Tes tertulis v
PENGETAHUAN Tes lisan v
Penugasan V v
Unjuk kerja V v
KETERAMPILAN Proyek V v
Portofolio V v

B. Penilaian Kognitif
Dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari pengetahuan atau kognitif, serta
untuk mengukur atau mengetahui tingkat perkembangan penguasaan peserta didik
tentang pengetahuan-pengetahuan atau materi-materi yang disampaikan oleh
pendidik. Sehingga, diperlukan penilaian akan perkembangan pengetahuan anak atau
disebut juga dengan penilaian kognitif. Kusnandar (2013), mengemukakan bahwa
penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek

4
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Berikut ini 6 ranah Bloom yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
pengembangan penilaian dalam ranah kognitif (Sunarti dan Selly, 2014) :
No Jenis Hasil
Indicator Penilaian Cara Penilaian
. Belajar
Pengetahuan Dapat menyebutkan/menunjukan Pertanyaan/tugas/tes
1.
lagi
2. Pemahaman Dapat menjelaskan/mendefinisikan Pertanyaan/tugas/tes
Penerapan Dapat memberi Tugas/permasalahan/tes
3.
contoh/memecahkan masalah
4. Analisis Dapat menguraikan/mengklarifikasi Tugas/analisis masalah
Sintesis Dapat menyimpulkan Tugas/permasalahan
5.
kembali/menggeneralisasi
Evaluasi Dapat Tugas/permasalahan
6. menginterpretasi/memberikan
pertimbangan/penilaian

Dalam kompetensi kognitif terdapat beberapa jenjang (Kusnandar, 2013),


anatara lain :
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan sesorang untuk mengingat-
ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-
rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat.Dengan demikian, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai aspek.
3. Penerapan (application)

5
Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi
yang baru dan konkret. Atau dapat juga dikatakan bahwa penerapan adalah
menggunakan suatu pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Analisis (analysis)
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil
dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau factor-faktor
yang satu dengan factor-faktor yang lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma
menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide.Evaluasi juga dapat diartikan
dengan mempertimbangkan dan memilih benar salah, baik buruk, bermanfaat
dan tidak bermanfaat.
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk melakukan penilaian
kompetensi kognitif (Kusnandar, 2013), antara lain sebagai berikut :
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dimana siswa dalam memberikan jawaban
atau respon tidak selalu dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam
bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain
sebagainya.

6
Berikut ini beberapa bentuk tes tertulis :
a) Pilihan ganda
Soal atau tes dengan bentuk pilihan ganda adalah suatu soal yang
jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang
sudah disediakan.
Contoh Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu: pertama tanpaada
koreksi terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan
koreksi terhadap jawaban tebakan.
Berikut ini kaidah-kaidah menyusun soal tes pilihan ganda dilihat dari
beberapa aspek (Sunarti dan Selly, 2014) :
 Kaidah penyusunan soal pilihan ganda :
Dari aspek materi :
- Butir soal sesuai indicator
- Batasan pertanyaan jawaban yang diharapkan jelas
- Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
- Materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang , jenis sekolah dan
tingkat kelas
Dari aspek konstruksi :
- Pokok soal dirumuskan secara jelas
- Rumusan soal dan jawaban dirumuskan secara tegas
- Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah pada jawaban yang
benar
- Pokok soal tidak mengandung pernyataan negative
- Bila dipaksa menggunakan kata negative, maka harus digaris
bawahi atau dicetak lain
- Pilihan jawaban homogen
- Wacana,table,gambar benar-benar berfungsi

7
Dari aspek bahasa :
- Rumusan kalimat komunikatif
- Kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Menggunakan bahasa yang umum
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyinggung
perasaan siswa
 Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan adalah satu
untuk tiap butir jawaban yang benar, sehingga jumlah skor yang
diperoleh peserta didik adalah banyaknya butir yang dijawab benar.
B
Skor = x 100
N
B = banyaknya butir yang dijawab benar
N = banyaknya butir soal
b) Isian
Tes tertulis bentuk isian adalah suatu bentuk tes dimana butir soal
merupakan suatu butir kalimat dimana bagian-bagian tertentu yang
dianggap penting dikosongkan dan belum sempurna, sehingga peserta
didik diminta untuk mengisinya (melengkapinya) dengan benar.
Berikut ini kaidah-kaidah menyusun soal tes isian/melengkapi dilihat
dari beberapa aspek (Sunarti dan Selly, 2014) :
 Kaidah penyusunan soal isian/melengkapi :
Dari aspek materi :
- Butir soal sesuai indicator
- Batasan pertanyaan jawaban yang diharapkan jelas
- Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
- Materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang , jenis sekolah dan
tingkat kelas
Dari aspek konstruksi :

8
- Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (belum lengkap)
yang hanya memerlukan tambahan kata yang merupakan jawaban
- Butir soal tidak tergantung pada butir soal sebelumnya
Dari aspek bahasa :
- Rumusan kalimat komunikatif
- Kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Menggunakan bahasa yang umum
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyinggung
perasaan siswa
 Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah sebagai
berikut:
S
Skor = [(B- )/N] x 100
P−1
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
S = banyaknya butir soal yang dijawab salah
P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N = banyaknya butir soal
Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.

c) Jawaban singkat
Tes tertulis bentuk jawaban singkat adalah suatu tes tertulis dimana
guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang memerlukan
jawaban secara singkat.
Makanan sapi adalah…
Sebaiknya rumuskan jawabannya lebih dahulu baru kemudian menulis
pertanyaannya. Petunjuk ini sesuai dengan sifat item tipe jawaban
melengkapi yang memang memusat pada jawaban yang diinginkan.

9
Dengan menulis pertanyaan sambil memperhatikan jawaban yang kita
kehendaki maka dapat dijaga bahwa hanya akan ada satu jawaban yang
layak diberikan terhadap item.
Gunakan pertanyaan langsung, kecuali bilamana model kalimat tak
selesai akan memungkinkan jawaban yang lebih jelas
(https://arifinmuslim.wordpress.com/).
d) Benar salah
Tes tertulis dalam bentuk benar salah adalah suatu bentuk tes tertulis
dimana soalnya berupa pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan, yakni benar atau salah.Tugas peserta didik adalah
memilih atau menentukan pernyataan dalam soal tersebut benar atau
salah.
Berikut ini kaidah-kaidah menyusun soal tes benar-salah dilihat dari
beberapa aspek (Sunarti dan Selly, 2014) :
 Kaidah penyusunan soal bentuk benar-salah
Dari aspek materi :
- Butir soal sesuai indicator
- Batasan pertanyaan jawaban yang diharapkan jelas
- Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
- Materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang , jenis sekolah
dan tingkat kelas
Dari aspek konstruksi :
- Menghindari pernyataan dalam bentuk kalimat negative
- Menghindari pernyataan yang setengah-setengah
- Banyak butir soal yang benar harus seimbang dengan butir soal
salah
- Menghindari pernyataan kutipan
- Butir soal tidak bergantung pada soal sebelumnya

10
Dari aspek bahasa :
- Rumusan kalimat komunikatif
- Kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Menggunakan bahasa yang umum
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyinggung
perasaan siswa
 Contoh soal (https://arifinmuslim.wordpress.com)

1. B — S       Gaya adalah sesuatu yang mengubah bentuk


benda.
2. B — S       25% dari 44 adalah kurang dari 12
3. B — S       UUD 1945 telah diamandemen sebanyak 4
kali
4. B — S       UUD 1945 tidak boleh dirubah substansinya.
Cara Mengolah Skor Tes Tipe Benar-Salah
 Sistem Denda
Rumus skor dengan sistem denda adalah :
Sk = B – S
Dengan ketentuan :
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B   = jumlah jawaban yang benar
S    – jumlah jawaban yang salah
Contoh :
Jumlah soal tes = 100 butir soal. Ahmad dapat menjawab dengan
betul sejumlah 70 butir soal, jawaban yang salah berjumlah 25 butir
soal dan 5 butir soal tidak dikerjakan. Maka skor untuk Ahmad
adalah :
            70 – 25 = 45

11
Kelebihan system denda akan mengurangi kemungkinan peserta tes
untuk berspekulasi (untung-untungan) dalam menjawab soal tes,
namun kelemahannya ada kemungkinan seorang peserta memperoleh
skor negatif.
e) Menjodohkan
Tes tertulis dengan bentuk menjodohkan merupakan tes tertulis yang
terdiri dari dua macam kolom parallel, tiap kolom berisi pernyataan
dimana salah satu menempati posisi sebagai pertanyaan dan yang
satunya sebagai jawaban, kemudian peserta didik diminta untuk
menjodohkan kesesuaian antara dua pernyataan tersebut.
Berikut ini kaidah-kaidah menyusun soal tes menjodohkan dilihat dari
beberapa aspek (Sunarti dan Selly, 2014) :
 Kaidah penyusunan soal menjodohkan :
Dari aspek materi :
- Butir soal sesuai indicator
- Batasan pertanyaan jawaban yang diharapkan jelas
- Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
- Materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang , jenis sekolah dan
tingkat kelas

Dari aspek konstruksi :


- Butir-butir soal yang akan dipasangkan jangan terlalu banyak
- Jumlah pasangan harus lebih banyak dari jumlah yang akan
diberi pasangan
- Soal-soal yang akan diberi pasangan harus homogen
Dari aspek bahasa :
- Rumusan kalimat komunikatif
- Kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

12
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Menggunakan bahasa yang umum
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyinggung
perasaan siswa
 Contoh Sistem penjodohan tidak sempurna
(https://herielibeau.wordpress.com/)  :
Petunjuk : Pilihlah kata atau pernyataan dari deretan kata atau pernyataan itu
pada lajur B yang sesuai atau berhubungan dengan salah satu kata atau
pernyataan yang terdapat pada lajur A. 

Kunci Jawaban :
1. f
2. f
3. e
4. b
5. c
f) Uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mengingat, memahami dan mengorganisasikan gagasannya

13
atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk urain tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
Berikut ini beberapa kaidah-kaidah penyusunan soal tes uraian dilihat
dari beberapa aspek (Sunarti dan Selly, 2014) :
 Kaidah penulisan butir soal tes uraian
Dari aspek materi :
- Butir soal sesuai indicator
- Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas
- Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
- Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah
dan tingkat kelas
Dari aspek konstruksi :
- Ada petunjuk yang jelas cara pengerjaan soal
- Ada pedoman penskoran
- Table, kasus, diagram, grafik, atau sejenisnya bermakna
- Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya

Dari aspek bahasa :


- Rumusan kalimat komunikatif
- Kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Menggunakan kata/bahasa yang umum
- Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan siswa

14
 Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian Objektif
(https://www.unpak.ac.id/)
Indikator: peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan
mengubah satuan ukurannya.
Pedoman penskoran uraian objektif
Langkah Kunci Jawaban Skor
1. Isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2. = 150 cm x 80cm x 75 cm 1
3. = 900.000 cm3 1
Isi bak mandi dalam liter:
4. 900.000 1
liter
1000
5. = 900 liter 1
Skor Maksimum 5

Butir soal: sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150
cm, lebar 80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa liter-kah isi bak mandi
tersebut (untuk menjawabnya, tuliskan langkah-langkahnya).
Berikut ini beberapa cara atau teknik penskoran tes objektif (Sunarti dan
Selly, 2014) :
a) Tanpa menggunakan rumus tebakan
Melalui cara ini angka diperoleh melalui menghitung jumlah jawaban
yang benar.
b) Menggunakan rumus tebakan
- Benar – salah
A = ∑B -∑S

- Pilihan ganda
∑S
A = ∑B-
n−1
- Menjodohkan, isian dan jawaban singkat
A = ∑B
Keterangan :
A = angka yang diperoleh
B = jumlah jawaban betul
S = jumlah jawaban salah
n = jumlah pilihab jawaban

15
2. Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang dipergunakan untuk mengukur tingkat pencapain
kompetensi, terutama kognitif dimana guru memberikan pertanyaan langsung
kepada peserta didik secara verbal (bahasa lisan) dan ditanggapi oleh peserta
didik secara langsung dan secara verbal (bahasa lisan) juga.
 Contoh penilaian tes lisan (https://www.unpak.ac.id/)
Pertanyaan untuk Tes Lisan
1. Bentuknya tetap adalah sifat dari benda …
2. Selalu mengalir merupakan sifat dari benda …
3. Perubahan dari benda padat ke cair disebut …
4. Perubahan benda dari cair ke padat disebut ….
No Aspek yang dinilai Skor Maksimal

1 Lafal 5

2 Keberanian 5

3 Pilihan kata 5

4 Kecepatan menjawab 5

TOTAL 20

NILAI AKHIR =  Jumlah Skor Perolehan Peserta Didik  x 100


                                        Jumlah Skor Maksimum
3. Penugasan atau proyek
Pengembangan pedoman penskoran penugasan harus memperhatikan hal-
hal berikut (Sunarti dan Selly, 2014):
a) Mengacu domain yang dikembangkan
b) Mengacu pada jenis tugas
c) Mengdentifikasi aspek tugas yang akan diskor dari ranah yang
dikembangkan

16
d) Menentukan model skala yang akan dipakai, yaitu ceklist atau rating
scale
e) Membuat rubric pedoman penskoran dan dilengkapi kategori
kebeerhasilan tugas
Dapat disimpulkan bahwa dalam penilaian kognitif memiliki beberapa jenjang
atau tingkatan yang saling berkaitan sejalan dengan berkembangnya daya berpikir
peserta didik. Sehingga dalam pemilihan dan penggunaan teknik penilaian ranah
kognitif harus memperhatikan perkembangan cara berpikir peserta didik dan tingkat
kesukaran materi ajar.

C. Penilaian Afektif
Sikap merupakan suatu perwujudan dari perilaku seseorang, baik berupa sikap
baik maupun sikap buruk. Kemudian Kusnandar (2013), mengungkapkan bahwa
sikap bermula dari perasaan (suka maupun tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek, sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap
seseorang bukanlah hal yang konsisten atau ajeg, sikap seseorang bisa berubah
sewaktu-waktu dengan berbagai factor, seperti keadaan atau lingkungan tempat
tinggal, orang-orang yang ada disekelilingnya dan lain sebagainya.

Ada beberapa indicator-indikator penilaian ranah afektif berdasarkan 5


tingkatan bloom yang dapat dijadikan landasan dalam pengembangan penilaian dalam
ranah afektif (Sunarti dan Selly, 2014) :
Jenis hasil
No Indicator-inidikator Cara penilaian
belajar
1. Penerimaan Bersikap menerima, menyetujui atau Kuesioner/wawancara
materi sebaliknya
2. Partisipasi Bersedia Observasi/jurnal

17
terlibat/patisipasi/memanfaatkan atau
sebaliknya
3. Penilaian Memandang Kuesioner/wawancara
sikap penting/mempercayai/bernilai/indah/
harmonis dan sebaliknya
4. Organisasi Mengakui/mempercayai/meyakini/at Kuesioner/wawancara
au sebaliknya
5. Pembentuka Melambangkan/membiasakan/menjel Kuesioner/wawancara
n pola makan dalam pribadi dan perilaku
sehari-hari

Dalam penilaian autentik terdapat penilaian dalam ranah afektif atau sikap,
yaitu penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau
memperhatikan (receiving atau attending), merespon atau menanggapi (responding),
menilai atau menghargai (valuing), mengorganisasi atau mengelola (organization),
dan berkarakter (Kusnandar, 2013).
1. Kemampuan menerima
Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan atau stimulus dari luar yang dating kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dan lain sebagainya. Kemampuan menerima atau
memperhatikan terlihat dari kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
objek. Atau dengan kata lain seseorang dikatakan memiliki kemampuan
menerima saat dia memiliki rasa untuk memberikan focus perhatiannya
terhadap suatu hal yang sedang berada dihadapannya. Dalam hal ini tugas
pendidik bukan sebagai orang yang memerintah, melainkan memberikan atau
menunjukan jalan kepada peserta didik untuk membentuk kemampuan
menerimanya sendiri.
2. Kemampuan merespon

18
Kemampuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya.Kemampuan merespon juga dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk menunjukan perhatian yang aktif, kemampuan
melakukan sesuatu dan kemampuan menanggapi.Kemampuan merespon ini
merupakan pengembangan dari kemampuan menerima, dimana peserta didik
tidak hanya memperhatikan atau melihat, melainkan peserta didik melihat atau
menerima kemudian memberikan tanggapan terhadap sesuatu, baik itu
berwujud perbuatan maupun lisan.
3. Kemampuan menilai
Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasa akan memberikan kerugian atau penyesalan. Hasil
belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil
agar nilai dikenal secara jelas. Atau bisa dikatakan kemampuan menilai adalah
dimana peserta didik memiliki kemauan untuk memberikan label atau
penghargaan terhadap suatu hal, dan peserta didik memiliki kemauan atau tekad
untuk berusaha menjalankan apa yang telah ia beri label atau penghargaan
tersebut dengan maksimal.

4. Kemampuan mengatur atau mengorganisasi


Kemampuan mengatur atau mengorganisasi artinya kemampuan
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal,
yang membawa pada perbaikan umum. Dalam hal ini mengatur atau
mengorganisasi ialah besangkutan dengan nilai, dimana peserta didik mampu
mengorganisasikan atau mengatur satu nilai dengan nilai yang lain guna
memantapkan pemerolehan nilai yang telah dimilikinya.
5. Kemampuan berkarakter

19
Kemampuan berkarakter atau menghayati adalah kemampuan memadukan
semua system nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.Dalam hal ini, seseorang dapat dikatakan
memiliki kemampuan berkarakter apabila seseorang tersebut sudah mampu
menerapkan system-sistem nilai yang dia miliki dalam kehidupan sehari-
harinya.
Kemudian dalam bukunya yang berjudul Penilian Autentik, Kusnandar (2013)
mengungkapkan beberapa objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
antara lain sebagai berikut :
1. Sikap terhadap materi pembelajaran
Peserta didik harus memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran,
dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang
minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi dan lebih mudah dalam
menerima materi pelajaran yang disampaikan.
2. Sikap terhadap guru atau pendidik
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru atau pendidik,
peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru atau pendidik akan
cenderung mengabaikan hal-hal yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian,
peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan sukar dalam
menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
3. Sikap terhadap proses pembelajaran
Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaranyang berlangsung, proses pembelajaran disini mencakup strategi
pembelajaran, metode, suasana dan teknik pembelajaran. Proses pembelajaran
yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar bagi peserta didik, sehingga peserta didik lebih mudah dalam menerima
materi yang disampaikan oleh guru.
4. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan
dengan suatu materi pelajaran

20
Dalam hal ini penilaian akan sikap peserta didik dilihat dari respon atau
menanggapi suatu persoalan yang ada didalam suatu materi pelajaran. Sebagai
contoh peserta didik menerima materi lingkungan hidup, dimana materi
dikaitkan dengan lingkungan yang ada disekitarnya, maka akan menimbulkan
berbagai respon yang berbeda-beda dan alas an yang berbeda-bed pula.
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan
dengan mata pelajaran
Sebagai contoh saat pendidikan kewarganegaraan, sikap yang diajarkan
dari pendidikan kewarganegaraan adalah sikap untuk mencintai tanah air,
menghargai jasa pahlawan dan lain sebagainya.
Setelah diungkapkan beberapa objek sikap peserta didik yang bisa dinilai oleh
guru atau pendidik, berikut ini beberapa cara melakukan penilaian sikap yang bisa
diterapkan (Kusnandar, 2013), antara lain sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang
berisi sejumlah indicator perilaku atau aspek yang diamati. Dalam proses
pembelajaran, penggunaan penilaian sikap melalui pengamatan atau observasi
juga dapat digunakan untuk melihat sikap atau respon peserta didik terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Segala sesuatunya tidak ada yang luput dari kelemahan dan juga memiliki
kelebihannya masing-masing.Begitu juga dengan penilaian sikap dengan
pengamatan atau observasi yang memiliki kelemahan dan kelebihannya sendiri.
a) Kelebihan penilaian sikap dengan observasi
- Data yang diperoleh relative objektif, karena melalui pengamatan
secara langsung dari guru.

21
- Hubungan guru dan peserta didik lebih dekat, karena dalam penilaian
sikap dengan pengamatan tentu guru harus berinteraksi dengan peserta
didik.
- Guru memiliki keleluasaan dalam menentukan aspek-aspek apa yang
akan diamati dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat
mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan
kompetensi sikap.
b) Kelemahan penilaian sikap dengan observasi
- Pencatatan data sangat tergantung kecermatan dan daya ingat observer
(guru)
- Kemungkinan bisa terjadi kekeliruan dalam pencatatan data
- Memerlukan kecermatan dan keterampilan dari guru
 Contoh lembar observasi sikap siswa dalam diskusi kelompok
(https://www.unpak.ac.id/)
Kategori
Keterangan
No Aspek yang Dinilai
B C K

1 Kepatuhan terhadap aturan dalam B= Balk


V
diskusi
C= Cukup

2 Memberikan ide, usul dan saran dalam K= Kurang


V
Kelompok

3 Mengikuti diskusi dengan semangat


atau antusias V

4 Menyimak atau memerhatikan ketika V


teman lain sedang menyampaikan
presentasi atau pendapat

22
5 Menghargai pendapat atau usul yang
disampaikan teman lain atau kelompok
lain
V

6 Tanggung jawab dalam kelompok


V

7 Kerja sama dalam kelompok


V

8 Kesantunan dalam menyampaikan


pendapat V

9 Cara menyanggah atau menanggapi


pendapat teman lain V

V
10 Penerimaan terhadap hasil diskusi

 Penilaian sikap dengan menggunakan kuesioner


Berikut ini contoh kuesioner penilaian sikap (Sunarti dan Selly, 2014) :
No Indicator Pertanyaan/pernyataan skala
1. Belajar PKn Saya senang belajar PKn
2. Mengerjakan Saya senang mengerjakan
tugas PKn tugas PKn

23
3. Berinteraksi Saya bertanya pada guru
dengan guru tentang pelajaran PKn
PKn
4. Membaca buku Saya senang membaca buku
pelajaran PKn PKn
Skala dalam rubric kuesioner :
Sikap keterangan

Percaya diri
Bertanggung jawab

Bersikap santun

kompetitif
Saling menghargai
No Nama Siswa

1.
2.
Keterangan :
1 = sangat kurang
2 = kurang konsisten
3 = mulai konsisten
4 = konsisten
5 = selalu konsisten

2. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi sikap. Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian
dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan
status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari.
Dalam penggunaan teknik penilaian sikap dengan penilaian diri juga
memiliki beberpa kelebihan dan kekurangan antara lain sebagai berikut :

24
a) Kelebihan penilaian sikap dengan penilaian diri
- Guru mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik
- Peserta didik mampu merefleksikan mata pelajaran pelajaran yang
sudah disampaikan
- Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya
- Memberikan motivasi diri peserta didik dalam hal penilaian kegiatan
peserta didik
- Peserta didik lebih aktif dalam berpartisipasi dalam proses
pembelajaran
b) Kekurangan penilaian sikap dengan penilaian diri
- Cenderung subjektif
- Data mungkin pengisiannya tidak jujur
- Dapat terjadi kemungkinan peserta didik menilai dengan skor tinggi
- Membutuhkan persiapan dan alat ukur yang cermat
- Hasilnya kurang akurat

 Contoh Kuesioner penilaian diri (Sunarti dan Selly, 2014) :

No Indikator Pertanyaan/pernyataan skala

1. PKn adalah pelajaran Mata pelajaran PKn mudah saya


yang paling mudah pahami
dipahami

25
2. Melakukan diskusi Saya mengalami kesulitan saat
melakukan diskusi dengan teman-
teman

3. presentasi Saya mampu mempresentasikan


materi PKn hasil diskusi

 Contoh Format Penilaian Diri Peserta Didik (https://www.unpak.ac.id/)


Nama sekolah :
Mata pelajaran :
Nama :
Kelas :
Pernyataan
Alternatif

Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Ya Tidak


Tuhan YME agar mendapat ridho-Nya dalam belajar

Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh

Saya optimis bisa meraih prestasi

Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita

Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan


masyarakat

Saya suka membahas masalah sastra, dan perkembangan


bahasa

26
Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku

Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan

Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa


dan Negara

Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan


bertanggung jawab

Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA


maka diberi skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria
penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0 - 5 dikategorikan tidak positif;
6 - 10 kurang positif; 11 - 15 positif dan 16 - 20 sangat positif.

 Contoh Format Penilaian Diri Kompetensi Sikap (https://www.unpak.ac.id/)

Dilakukan
No. Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya pamit pada orang tua sebelum
berangkat sekoiah V

27
2 Saya patuh kalau disuruh orang tua
membersihkan tempat tidur V

3 Saya mengucapkan salam ketika bertemu


dengan guru
V

4 Saya berbicara dengan orang tua


menggunakan bahasa yang sopan V

5 Saya tidak pernah bertengkar dengan


adik/kakak V

6 Saya belajar di rumah dengan adik/kakak


dengan tertib V

7 Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru


dengan baik V

8 Saya berbicara dengan guru menggunakan


bahasa yang sopan V

9 Saya bermain dengan adik/kakak dengan


rukun V

10 Kalau ada masalah dengan adik/kakak


diselesaikan dengan baik V

11 Saya belajar di rumah menunggu disuruh


orang tua V

28
12 Saya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di
sekolah V

Keterangan :
- Bila menjawab ya pada pernyataan positif maka skornya 1 dan
menjawab tidak skornya 0
- Bila menjawab ya pada pernyataan negatif maka skornya 0 dan menjawab
tidak skornya 1
3. Penilaian antar peserta didik
Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap, dengan cara
meminta peserta didik untuk menilai satu sama lain. Penilaian antar peserta
didik meuntut keobjektifan dan tanggung jawab, sehingga data yang diperoleh
akurat.
Adapun beberapa kelebihan dan kelemahan penggunaan penilaian antar
peserta didik antara lain sebagai berikut :
a) Kelebihan penilaian sikap dengan penilaian antar peserta didik
-Melatih peserta didik untuk berlaku bjektif
- Melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan dan kecermatan
dalam melakukan penilaian terhadap suatu objek
- Melatih rasa tanggung jawab peserta didik
b) Kelemahan penilaian sikap dengan penilaian antar peserta didik
- Data yang diperoleh harus diverifikasi oleh guru
- Diperlukan petunjuk yang jelas dan rinci tentang penggunaan
instrument penilaian supaya tidak terjadi salh tafsir
- Peserta didik perlu menyediakan waktu khusus untuk melaksanakan
penilaian antar peserta didik
 Contoh penggunaan angket dalam penilaian antar peserta didik
(Sunarti dan Selly, 2014) :

29
No Aspek Mata pelajaran Jenjang/kelas
1. Mematuhi tata tertib sekolah PPKn SD/I
2. Kebiasaan berteman tanpa
membedakan suku dan PPKn SD/I
bangsa

4. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik didalam dan diluar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.Catatan-catatan hasil pengamatan
sebaiknya dibuat secara tertulis dan dijadikan dokumen bagi guru untuk
melakukan pembinaan dan bimbingan.
Berikut ini kelebihan dan kekurangan penggunaan jurnal sebagai teknik
penilaian sikap peserta didik :
a) Kelebihan penilaian sikap dengan jurnal
- Dapat memantau perkembangan kompetensi sikap peserta didik
secara periodik atau berkala
- Data yang terkumpul dapat dijadikan sebagai bahan pembinaan
- Membantu guru untuk mengenal lebih detail kondisi peserta didik
- Relative lebih objektif
- Peserta didik merasa mendapat perhatian dari guru
b) Kekurangan penilaian sikap dengan jurnal
- Menambah beban guru
- Membutuhkan kecermatan dari guru
- Catatan-catatan tersebut harus ditindak lanjuti oleh guru
 Contoh penilaian sikap dengan menggunakan jurnal (Sunarti dan
Selly, 2014) :
Kejadian (positif dan Tindak
No Hari/Tanggal Nama Siswa
negatif) lanjut
1. Jum’at, 14 Anggi Terlambat satu Diberi

30
Maret 2014 minggu pembinaan
mengumpulkan tugas
2. Senin, 17 Membaca puisi Diberi
Maret 2014 Sofi dengan penuh apresiasi
penghayatan

5. Wawancara
Wawancara merupakan teknik penilaian sikap dengan cara guru
melakukan wawancara terhadap peserta didik menggunakan pedoman atau
panduan wawancara yang berkaitan dengan sikap tertentu yang ingin digali dari
peserta didik. Dalam wawancara sebaiknya tidak mengganggu proses belajar
mengajar dan kegiatan peserta didik dalam belajar, sehingga guru harus berhati-
hati dan mengetahu waktu yang tepat dalam melakukan wawancara.
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan wawancara
sebagai teknik penilaian sikap peserta didik :
a) Kelebihan penilaian sikap dengan wawancara
- Guru dapat berinteraksi langsung dengan peserta didik, sehingga
informasi yng didapat berasal langsung dari peserta didik
- Guru dapat menggali data atau informasi lebih lanjut karena data yang
diperoleh berasal dari peserta didik langsumg
- Menunjukan kedekatan emosional antara guru dan peserta didik
b) Kekurangan penilaian sikap dengan wawancara
- Jika dilakukan secara kaku, maka peserta didik tidak akan mau
mengungkapkan perasaannya secara terbuka
- Membutuhkan waktu khusus
- Kurang bisa menjangkau keseluruhan peserta didik dalam satu kelas
karena mebutuhkan waktu yang banyak
 Contoh rubrik wawancara (https://www.unpak.ac.id/)

31
Tujuan             : Memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa
dirumah
Bentuk             :
Responden      :. 
Nama siswa     : Dimas Hidayatullah 
Kelas               :
Jenis kelamin   : Laki-laki
Pertanyaan      :
1) Apakah Dimas mengalami kesulitan memahami petunjuk baik
arahan dari guru atau petunjuk dari dalam LKS?
2) Pada saat mengalami kesulitan apakah Dimas berusaha betanya
kepada teman lain atau kepada guru ?
3) Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan Dimas agar dapat
memahami materi pelajaran?
4) Apakah Dimas mempunyai buku paket atau referensi yang
berhubungan dengan materi yang sedang dibahas?
5) Apakah Dimas selalu mengerjakan tugas-tugas dari guru ?
6) Apakah materi pelajaran dirasakan Dimas ada manfaatnya dalam
kehidupannya kelak ?
7) Apakah Dimas di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar
dengan teman yang lain?
8) Apakah menurut Dimas lingkungan di sekolah (di dalam dan di
luar kelas) kondusif untuk belajar?
9) Apakah orang tua siswa di rumah menyuruh untuk belajar?
10) Apakah Dimas mempunyai keinginan untuk keluar dari
kesulitan yang dihadapinya ?
 Rubrik yang dapat digunakan:
Skor 1-5

32
Skor Kriteria
Jawaban dari semua pertanyaan menunjukkan
1 bahwa siswa tidak berminat belajar di sekolah
maupun di rumah
Jawaban dari siswa menunjukkan bahwa siswa
3 hanya berminat belajar di sekolah atau di
rumah saja
Jawaban dari semua pertanyaan menunjukkan
5 bahwa siswa sangat berminat belajar di
sekolah maupun di rumah

Dapat kita simpulkan bahwa dalam penilaian sikap atau ranah afektif peserta
didik, ada beberapa tingkatan objek.Yaitu kemampuan menerima, kemampuan
merespon, kemampuan menilai, kemampuan mengorganisasikan dan kemampuan
berkarakter. Sehingga sebagai seorang guru harus mengetahui dan memahami
sampai tahap apakah peserta didik menguasai ranah-ranah sikap yang ada, guna
memberikan bimbingan dan pembinaan yang sesuai.

D. Penilaian Psikomotorik
Sebelum kita membahas tentang penilaian keterampitan atau psikomotorik,
terlebih dahulu kita bahas tentang keterampilan atau psikomotorik.Keterampilan atau
psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan, atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Kusnandar,
2013).Atau bisa juga dikatakan bahwa keterampilan atau psikomotorik adalah salah
satu kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan atau merealisasikan suatu
pengetahuan baru setelah seseorang mengikuti proses atau kegiatan tertentu.
Dengan demikian penilaian keterampilan atau psikomotorik adalah suatu
penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk mengetahui tingkat
perkembangan pencapaian kompetensi psikomotorik atau keterampilan peserta

33
didik.Kemudian menurut Kusnandar (2013), penilaian kompetensi keterampilan atau
psikomotorik adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi dan naturalisasi.
Ada tujuh jenis perilaku yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan pengembangan penilaian dalam ranah psikomotorik atau keterampilan
(Sunarti dan Selly, 2014) :
No Jenis hasil belajar Indicator Cara penilaian
1. Persepsi Dapat menyiapkan Tugas/observasi/tindakan
diri
2. Kesiapan Dapat menirukan Tugas/observasi/tindakan

No Jenis hasil belajar Indicator Cara penilaian


3. Gerakan terbiming Dapat berpegang pada Tugas/observasi
pola
4. Gerakan terbiasa Menjadi lincah dan Tugas/observasi
lancer
5. Gerakan kompleks Dapat mengatur Tugas/observasi
kembali
6. Penyesuaian Dapat menciptakan Tugas/observasi
pola Tugas/observasi
7. Kreativitas Menjadi kreatif dan Tugas/observasi
cekatan

Kemudian Kusnandar (2013), menambahkan bahwa kompetensi psikomotorik


berhubungan dengan kompetensi kognitif atau pengetahuan. Dimana ketika seseorang
menguasai pengetahuan tentang sesuatu itu berarti dia tahu tentang keilmuan tertentu,
dan saat dia menguasai kompetensi psikomotorik atau keterampilan dia mampu atau
bisa melakukan tentang keilmuan tertentu.
Dari pengertian penilaian kompetensi keterampilan yang diungkapkan
Kusnandar diatas terdapat beberapa cakupan atau ruang lingkup dalam penilaian

34
kompetensi keterampilan, yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi dan
naturalisasi.
Berikut ini penjelasan akan cakupan atau ranah kompetensi penilaian
keterampilan tersebut menurut Kusnandar (2013) :
1. Imitasi
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan
sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikannya. Bisa dikatakan imitasi
adalah kemampuan meniru suatu kegiatan atau aktivitas yang telah dilihat
dengan tata cara yang sama dengan yang ia lihat.
2. Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang
belum pernah dilihat, tetapi berdasarkan pedoman atau petunjuk-petunjuk saja.
Dengan kata lain manipulasi merupakan kemampuan melakukan suatu kegiatan
atau aktivitas tanpa permodelan atau contoh dengan hanya mengacu pada
pedoman-pedoman atau petunjuk saja.
3. Presisi
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-
kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang
tepat.Setelah menguasai kemampuan imitasi dan manipulasi, presisi merupakan
pengembangan dari kedua kemampuan tersebut dimana siswa mampu
melakukan kegiatan atau aktivitas sesuai dengan petunjuk dan mampu
mengontrol atau menentukan arah dan tujuan dari kegiatan tersebut.
4. Artikulasi
Kemampuan pada tingkat artikulasi merupakan kemampuan melakukan
kegiatan secara kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu
yang utuh. Kemampuan artikulasi setingkat lebih tinggi dari kemampuan presisi
dimana siswa mampu melakukan kegiatan secara tepat serta
mengkolaborasikannya dengan kegiatan yang lain.
5. Naturalisasi

35
Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan secara refleks, yaitu kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga
efektifitas kerja tinggi. Pada tingkat kemampuan ini seorang siswa mampu
melakukan suatu pekerjaan tanpa menunggu permodelan maupun petunjuk dan
mampu mengkolaborasikan kegiatan satu dengan yang lain secara tepat dan
secara cepat.
Setelah kita mengetahui pengertian dari penilaian kompetensi keterampilan atau
psikomorik serta cakupan atau ranah-ranah yang ada didalamnya, kita akan
membahas beberapa teknik penilaian keterampilan yang bisa digunakan. Menurut
Kusnandar (2013), ada 3 teknik penilaian keterampilan yaitu kinerja, proyek dan
penilaian portofolio.

1. Kinerja
Penilaian dengan bentuk kinerja atau unjuk kerja adalah penilaian
tindakan atau tes praktek yang secara efektif dapat digunakan untuk
kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku
atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik . Penilaian
dala bentuk kinerja ini menuntut peserta didik untuk melakukan suatu kegiatan
secara nyata, sehingga guru atau pendidik dapat secara langsung mengamati
tingkat pencapaian kompetensi keterampilan peserta didik.
Meskipun penggunaan penilaian keterampilan melalui unjuk kerja terlihat
begitu objektif, namun tetap saja memiliki kekurangan. Berikut ini beberapa
kelebihan dan kekurangan penggunaan unjuk kerja sebagai penilaian
keterampilan :
a) Kelebihan penilaian keterampilan dengan unjuk kerja
- Dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan
- Dapat digunakan untuk mencocokan kesesuaian antara pengetahuan
tentang teori dengan keterampilan didalam praktik

36
- Dalam pelaksanaan tidak ada peluang peserta didik untuk mencontek
- Guru dapat mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik masing-
masing peserta didik
- Memotivasi peserta didik untuk aktif
b) Kekurangan penilaian keterampilan dengan unjuk kerja
- Tidak semua mata pelajaran dapat dilakukan penilaian keterampilan
dengan teknik ini
- Nilai bergantung pada hasil kerja
- Jika umlah peserta didiknya banyak guru kesulitan untuk melakukan
penilaian
- Membutuhkan waktu yang banyak
- Peserta didik yang kurang mampu akan merasa minder
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat,
praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/ deklamasi (https://www.unpak.ac.id/).
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(check list), skala penilaian (rating scale). Daftar cek (check list) digunakan
untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator
atau subindikator yang muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan
(https://www.unpak.ac.id/).
 Berikut ini salah satu contoh instrument penilaian ranah psikomotorik
menggunakan check list (Sunarti dan Selly, 2014) :
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Berdiri tegak
2. Memandang kearah hadirin
3. Mimik/ekspresi wajah baik
4. Intonasi

37
5. Penyampaian gagasan jelas

Skor perolehan
Nilai = x 100
skor maksimal

Skala penilaian (rating scale), digunakan untuk menggambarkan suatu


nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. (Arikunto,
2012 : 41). Misalnya: 4 = siswa selalu melakukan, 3 = kadang-kadang, 2 =
jarang, 1 = tidak pernah.

 Contoh Penilaian Kinerja menggunakan rating scale


(https://www.unpak.ac.id/)
Petunjuk : Beri lingkaran pada angka yang sesuai untuk setiap
kemampuan yang teramati pada waktu anak berpidato:
1. apabila tidak pernah
2. apabila jarang
3. apabila kadang-kadang
4. apabila siswa selalu melakukan
Kriteria evaluasi 1 2 3 4
Jenis kegiatan
Kecermatan melakukan pengukuran jarak
Kecermatan mengukur sudut elevasi
Kecermatan menggambar sketsa hasil
pengamatan
Kecermatan melakukan perhitungan
 Table penilaian (Sunarti dan Selly, 2014) :
Nilai
Aspek yang dinilai
4 3 2 1
1. Kesesuaian isi 40 32 24 16
2. Kelengkapan isi 30 24 18 12
3. Ketepatan penulisan kalimat 30 24 18 12
100 80 60 40

38
 Berikut ini beberapa kaidah-kaidah penyusunan tes unjuk kerja (Sunarti dan
Selly, 2014) :
Dari aspek materi :
- Soal harus sesuai dengan indicator
- Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai
- Materi sesuai dengan kompetensi
- Materi yang ditanyakan sesuai dengn jenjang, jenis sekolah dan tingkat
kelas
Dari aspek konstruksi :
- Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
perbuatan/praktek
- Ada petunjuk yang jelas
- Grafik,peta,gambar,table disajikan secara jelas dan terbaca
Dari aspek bahasa :
- Rumusan kalimat komunikatif
- Kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Menggunakan kata/bahasa yang umum
- Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan siswa
2. Proyek
Penilaian kompetensi keterampilan melalu proyek merupakan kegiatan
penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi :pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian dan penyajian data yang harus diselesaikan peserta didik
(individu/kelompok) dalam jangka waktu tertentu. Dalam penilaian proyek
dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan dari peserta didik
secara jelas.

39
Dengan penggunaan teknik ini guru atau pendidik menilai kompetensi
peserta didik melalui data-data atau hasil-hasil proyek serta cara penyampaian
hasil proyek kepada guru atau orang lain. Menurut Kusnandar (2013), ada
beberapa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan teknik ini antara lain
sebagai berikut :
a) Kelebihan penilaian keterampilan dengan proyek
- Peserta didik lebih bebas mengeluarkan ide
- Banyak kesempatan untuk berkreasi
- Mendidik pesert didik untuk mandiri dan bertanggung jawab
- Meringankan guru dalam pemberian materi pelajaran
b) Kekurangan penilaian keterampilan dengan proyek
- Kegiatan atau peserta didik tidak terpantau guru
- Didominasi oleh peserta didik yang pandai/mampu bekerja
- Hasil yang dicapai kurang maksimal karena sering menunda
pekerjaan
- Hasil kurang objektif
 Format Penskoran Tugas Proyek dengan menggunakan rating scale
(https://www.unpak.ac.id/)
Aspek Kriteria dan Skor

PERSIAPAN 3 2 1

40
Jika memuat Jika memuat Jika memuat

tujuan, topik, tujuan, topik, tujuan, topik,

alasan, tempat alasan, tempat alasan, tempat

penelitian, penelitian, penelitian,

responden, daftar responden, daftar responden, daftar

pertanyaan pertanyaan pertanyaan tidak

dengan lengkap. kurang lengkap. Lengkap

PENGUMPULAN 3 2 1
DATA

Jika pertanyaan

Jika daftar tidak terlaksana

Jika daftar pertanyaan dapat semua dan data

pertanyaan dapat dilaksanakan tidak tercatat

dilaksanakan semua, tetapi dengan rapi.


semua dan data data tidak
tercatat dengan tercatat dengan
rapi dan lengkap. rapi dan lengkap.

PENGOLAHAN 3 2 1
DATA

Jika pembahasan Jika pembahasan Jika sekedar


data sesuai data kurang melaporkan hasil
tujuan penelitian menggambarkan penelitian tanpa

41
membahas data

1
3 2

PELAPORAN Jika sistematika Jika sistematika Jika penulisan


TERTULIS penulisan benar, penulisan benar, kurang
memuat saran, memuat saran, sistematis,
Bahasa namun bahasa bahasa kurang
komunikatif. Kurang komunikatif,
komunikatif kurang memuat
saran

 Contoh instrument penilaian proyek dengan check list (Sunarti dan Selly,
2014)
Kategori
No Aspek
Baik Tidak baik
1. Persiapan :
a. Perumusan tema
b. Pengumpulan materi/informasi
2. Pelaksanaan :
a. Kerincian analisis data
b. Ketepatan penarikan kesimpulan
3. Presentasi laporan :
a. Sistematika laporan diskusi
b. Penampilan dalam presentasi

3. Portofolio
Penilaian keterampilan dengan portofolio merupakan penilaian
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.

42
Kemudian menurut Genesee dan Upshur (1997), mengungkapkan bahwa
portofolio adalah sekumpulan pekerjaan peserta didik yang dapat menunjukan
kepada mereka (orang lain) atas usaha, kemajuan dan pencapaian mereka dalam
mata pelajaran tertentu (dalam Kusnandar, 2013). Dengan kata lain penggunaan
portofolio guna melakukan penilaian kompetensi keterampilan peserta didik
ialah dengan mengumpulkan data-data atau segala bentuk capaian peserta didik
dalam satu periode, kemudian guru melakukan penilaian dengan data-data
yang.
Menurut Kusnandar (2013), ada beberapa kelebihan dan kekurangan
pengguanaan portofolio sebagai penilaian kompetensi keterampilan anatara lain
sebagai berikut :
a) Kelebihan penilaian keterampilan dengan portofolio
- Guru dapat mengetahui perkembangan peserta didik secara individual
- Peserta didik tidak perlu menunggu peserta didik lain untuk
menyelesaikan kompetensi dasaer yang sudah ditentukan
- Memotivasi peserta didik untuk kerja mandiri
b) Kekurangan penilaian keterampilan dengan portofolio
- Membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan penilaian
- Sulit dilaksanakan pada kelas besar
- Tidak semua guru mampu melakukan
- Kurangnya tempat penyimpanan data-data peserta didik
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan portofolio
dalam penggunaan penilaian (Sunarti dan Selly, 2014) antara lain :
a) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
b) Saling percaya antara guru dan peserta didik
c) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik

43
d) Milik bersama antara guru dan peserta didik
e) Kepuasan, dimana hal ini menjadikan dorongan bagi peserta didik
untuk meningkatkan kinerjanya
f) Kesesuaian, hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g) Penilaian proses dan hasil/produk
h) Penilaian dan pembelajaran

 Contoh Format Penilaian Portofolio


Nama siswa :
Mata Pelajaran :
Kelas/semester :
Jenis Tandatangan
No Hari/tanggal KI/KD Nilai Keterangan
tugas Siswa Guru
1.
2.
3.

Sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwa penilaian kompetensi


keterampilan mencakup beberapa ranah, yaitu imitasi (meniru), manipulasi
(mengikuti perintah atau petunjuk), presisi (tepat), artikulasi (pengorganisasian) dan
naturalisasi (spontan).Sehingga sebagai pendidik harus mampu memperhatikan dan
memahami karakteristik pencapaian kemampuan pada ranah atau tingkatan tertentu.

E. Skala Pengukuran
Skala penilaian adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menetukan panjang atau pedeknya internal yang ada dalam alat ukur (Sunarti dan
Selly, 2014). Dalam penilaian pembelajaran pun juga memerlukan skala sebagai
acuan atau alat ukur akan suatu penilaian yang diterapkan. Kemudian ada beberapa
skala pengukuran yang dapat digunakan dalam penilaian, sebagian sudah tercakup

44
dalam pembahasan diatas. Berikut beberapa skala pengukuran yang digunakan dalam
penilaian pembelajaran (Sunarti dan Selly, 2014) :
1. Skala Linkert
Skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang fenomena social dengan rentang atau
kontinum dari yang sangat positif hingga sangat negative. Dalam penggunaan
skala ini yang paling penting adalah dalam merumuskan indicator-indikator dari
variable yang akan diukur.
 Contoh penggunaan skala linkert :
Skala linkert dapat menggunakan kata-kata berikut :
1) Sangat setuju (skor 4)
2) Setuju (skor 3)
3) Tidak setuju (skor 2)
4) Sangat tidak setuju (skor 1)

1) Sangat positif (skor 4)


2) Positif (skor 3)
3) Negative (skor 2)
4) Sangat negative (skor 1)

1) Selalu (skor 4)
2) Sering (skor 3)
3) Kadang-kadang (skor 2)
4) Tidak pernah (skor 1)

1) Sangat baik (skor 4)


2) Baik (skor 3)
3) Tidak baik (skor 2)

45
4) Sangat tidak baik (skor 1)
2. Skala Guttman
Skala pengukuran Guttman adalah skala pengukuran dengan jawaban
tegas, yaitu ”ya” atau “tidak”, “positif” atau “negatif”, “pernah” atau “tidak
pernah” dan lain sebagainya.

3. Skala Beda Semantik


Skala beda semantic ini digunakan untuk mengukur sikap. Bentuk
instrument bukan pilihan ganda maupun check list ,tetapi tersusun dalam satu
garis kontinum yang jawabannya berada pada rentangan diantara kedua kata
atau ideyang berlawanan, sehingga berupa skala perbedaan semantic.
 Contoh penggunaan skala beda semantic :
Berilah tanda “X” pada titik-titik yang tersedia sesuai dengan sikap anda
terhadap pelajaran PKn !
Menarik … … … … … Membosankan
Menguntungkan … … … … … Merugikan
Bermanfaat … … … … … Mubazir
Mengasyikan … … … … … Mengesakan
Menyenangkan … … … … … Menyusahkan
Ringan … … … … … Berat
menantang … … … … … menjenuhkan

Misalnya jika siswa mengisi seperti berikut :


Skala skor 5 4 3 2 1
Menarik … X … … … Membosankan
Hal ini berarti siswa tersebut memperoleh skor 4, kemudian untuk skor
total merupakan hasil penjumlahan setiap skor pasangan afektif.
4. Rating Scale
Berbeda dengan ketiga skala pengukuran diatas yang memperoleh hasil
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Rating scale, memperoleh data
mentah berupa angka dan ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

46
 Contoh format rating scale :
No Pernyataan Interval jawaban
1. Materi PKn 4 3 2 1
2. Metode dalam pembelajaran PKn 4 3 2 1

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam penggunaan
penilaian autentik sudah ada sejak menggunakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan.Namun dalam prakteknya, penggunaan penilaian autentik belum bisa
berjalan.Kemudian setelah menggunakan kurikulum 2013, penilaian autentik sudah
mulai diterapkan dan menjadi perhatian yang lebih.
1. Peniaian autentik
Penilaian autentik adalah penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh
guru atau pendidik saat proses pembelajaran berlangsung, dengan
menyeimbangkan tiga ranah kompetensi pendidikan secara seimbang yaitu
kompetensi afektif, kompetensi kognitif dan kompetensi psikomotorik.
2. Penilaian afektif
Penilaian afektif atau sikap adalah penilaian pembelajaran yang dilakukan
oleh guru atau pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi
peserta didik yang berhubungan dengan sikap peserta didik selama mengikuti
proses pembelajaran berlangsung.
3. Penilaian kognitif
Penilaian kognitif atau pengetahuan ialah penilaian pembelajaran yang
dilakukan oleh guru atau pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan pengetahuan atau
keilmuan, yang dicapai peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

47
4. Penilaian psikomotorik
Penilaian psikomotorik atau penilaian keterampilan merupakan penilaian
yang dilakukan guru atau pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan keterampilan atau skill
peserta didik akan suatu ilmu tertentu selama mengikuti proses pembelajaran.
Sehingga dalam penggunaan penilaian autentik yang diterapkan dalam
kurikulum 2013, guru atau pendidik harus mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan dari penilaian yang hanya berfokus pada pencapaian kompetensi kognitif
saja dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan menjadi penilaian yang
menyeimbangkan ketiga ranah kompetensi sekaligus dalam kurikulum 2013.

B. Saran dan Kritik


Sebagai seorang pendidik harus mampu mengikuti perkembangan dan
perubahan-perubahan yang ada.Sebagai salah satu bentuk dedikasi dan pengabdian
dalam dunia pendidikan, serta membangun sikap profesionalisme sebagai suatu
pekerjaan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Kusnandar. 2013. PENILAIAN AUTENTIK (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta : Rajawali Pers.
Hamzah dan Satria. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Sunarti dan Selly. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Andi Offset
www.renee.web.id/manfaat-penilaian-autentik.html. Online : diakses pada tanggal 21
Maret 2018 pukul 20.00
https://www.unpak.ac.id/plpg/Bahan_Penilaian_Autentik_plpg_2015.pdf. online :
diakses pada tanggal 22 Maret 2018 pukul 01.15
https://herielibeau.wordpress.com/2011/01/27/bentuk-bentuk-tes/. Online : diakses
pada tanggal 22 Maret 2018 pukul 23.45
https://arifinmuslim.wordpress.com/2014/02/22/tes-objektif/

49

Anda mungkin juga menyukai