Seperti kasus dalam makalah ini, kasus Angelina Sondakh yang menjadi
tersangka Kasus Suap Wisma Atlet SEA Games yang melibatkan sejumlah
politikus Indonesia lainnya. Ini merupakan sedikit gambaran bahwasanya
perkorupsian di Indonesia masih sangat membudidaya dan belum mampu
diberantas hingga akar-akarnya. Dalam hal ini kita akan membahas putusan
perkara kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Terdakwa angelina
sondakh.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
Dalam makalah ini saya mencoba menghadirkan satu contoh kasus yaitu
kasus yang dialami oleh Angelina Patricia Pingkan Sondakh atau yang lebih
dikenal dengan Angelina Sondakh. Motivasi Angelina Sondakh melakukan korupsi
yaitu kesempatan ada, yaitu adanya proyek Wisma Atlet SEA Games Palembang
dan Kemendikbud yang melibatkan dirinya atau status kekuasaannya dalam
pengambilan keputusan dan menjalankan proyek tersebut. Selain itu kondisi
keluarga yang sedang bersedih atas kepergian suaminya dan dia menjadi orang tua
tunggal ketiga anaknya, tentu ini menyangkut ekonomi keluarga. Lingkungan kerja
juga mempengaruhi Angelina dalam melakukan korupsi ini.
Kasus korupsi ini termasuk jenis korupsi menurut Piers Beirne dan James
Messerschmidt, yaitu “Political Kickbacksadalah kegiatan korupsi yang berkaitan
dengan sistem kontrak pekerjaan borongan antara pejabat pelaksana atau pejabat
terkait dengan pengusaha yang memberikan kesempatan atau peluang untuk
mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak.” Karena didalam kasus
disebutkan bahwa “Direktur PT Duta Graha Indah(DGI), Mhuhammad El Idrus
dan seorang penghubung bernama Mindo Rosalinda Manulang (Rosa).
Menyerahkan uang suap dalam bentuk 3 lembar cek senilai Rp.3,2 miliar kepada
Wafid muharam, Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga (Seskemenpora),
yang juga langsung ikut ditangkap di kantornya. Suap tersebut merupakan uang
balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek Wisma Atlet SEA
Games di Palembang, Sumatera Selatan. Kasus ini menyeret nama Muhammad
Nazarudin, karena Rosa sebagai bawahan Nazar di PT Anak Negeri, bahkan Rosa
pernah menjabat Direktur Pemasaran perusahaan yang dibentuk oleh mantan
Bendahara Partai Demokrat itu. Nazarudin dan Rosa juga kemudian menyeret
nama Angie sebagai salah satu tersangka, lantaran disebut menerima uang darinya
terkait proyek pembangunan wisma Atlet SEA Games di Palembang. PT Anak
Negeri mengeluarkan Rp.10 miliar melalui Angie. Sebanyak Rp.5 miliar untuk
Angie, Rp.5 miliar sisanya tidak diketahui, namun diduga digunakan sebagai
pelicin ke Badan Anggaran DPR agar anggaran segera turun.” Dan untuk tipe
korupsinya, menurut saya kasus ini mengarah kepada tipe korupsi menurut Vito
Tanzi, “Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders
information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.”
Menurut saya, Angie adalah orang dalam, karena pada saat itu ia menjabat sebagai
anggota Badan Anggaran DPR. Ia pasti berperan dalam kasus korupsi ini, karena ia
menerima uang atas balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek
Wisma Atlet SEA Games dan sebagian uang tersebut diduga digunakan sebagai
pelicin ke Badan Anggaran DPR agar anggaran tersebut segera turun.
d. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
terdapat identitas lengkap terpidana, yaitu:
- Nama: ANGELINA PATRICIA PINGKAN SONDAKH
- Tempat lahir: Armidale, New South Wales (Australia)
- Umur/tanggal lahir: 34 tahun/29 Desember 1977
- Jenis kelamin: Perempuan
- Kebangsaan: Indonesia
- Tempat tinggal: Jalan Taman Cilandak II Blok E2/14, Cilandak
Barat, Jakarta Selatan.
- Agama: Islam
- Pekerjaan: Anggota DPR-RI
e. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di
sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa,
di dalam dakwaan, terhadap Terdakwa, Angelina Sondakh telah di
berikan dakwaan dan unsur-unsur dari delik yang dilakukannya yang
disusun secara terperinci oleh Jaksa Penuntut Umum sesuai dengan
fakta dan disertai dasar hokum yang menjadi dasar penentuan
kesalahan dari terdakwa, yaitu:
a. Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 huruf a jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP
atau:
b. Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1) huruf a jo. Pasal 18 UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1)
KUHP
atau:
c. Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 11 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No.
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.
Pasal 64 ayat (1) KUHP.
m. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus dan nama panitera;
Terdapat hari dan tanggal putusan, nama kaim yang memutus dan
panitera, namun tidak dihadiri oleh Penuntut Umum.
“Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa tanggal 29 Desember 2015 oleh Dr. H.M.
Syarifuddin, S.H.,M.H. Ketua Kamar Pengawasan Mahkamah
Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, Dr. H. Andi Samsan Nganro, S.H.,M.H. Hakim Agung
sebagai Anggota dan H. Syamsul Rakan Chaniago, S.H.,M.H. Hakim
Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi pada Mahkamah Agung sebagai
Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada
hari dan tanggal itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
Anggota tersebut, dan dibantu oleh A. Bondan, S.H., M.H. Panitera
Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon Peninjauan
Kembali/Terpidana dan Penuntut Umum pada Komisi
Pemberantasan Korupsi.”