Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

1.1   LATAR BELAKANG

Korupsi di Indonesia telah menjamur di berbagai segi kehidupan. Dari


Instansi tingkat desa, kota, hingga pemerintahan, bisa di bilang korupsi sudah
membudaya di Indonesia. Tetapi usaha untuk memberantas korupsi memang bukan
suatu yang sia-sia. Penyelesaian korupsi masih tebang pilih dan pelaksanaan
hukumnya masih belum maksimal. Masih banyak korupsi yang berkeliaran di
Indonesia, dan masih sangat pintar para korupsi untuk mengelabui menyuap agar
kasus tersebut tak segera muncul dipermukaan.

Seperti kasus dalam makalah ini, kasus Angelina Sondakh yang menjadi
tersangka Kasus Suap Wisma Atlet SEA Games yang melibatkan sejumlah
politikus Indonesia lainnya. Ini merupakan sedikit gambaran bahwasanya
perkorupsian di Indonesia masih sangat membudidaya dan belum mampu
diberantas hingga akar-akarnya. Dalam hal ini kita akan membahas putusan
perkara kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Terdakwa angelina
sondakh.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah putusan perkara dalam kasus angelina sondakh sudah memenuhi


Pasal 197 KUHAP?
2. Apakah putusan tersebut tepat? Jelaskan!

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apakah putusan tersebut sudah memenuhi PASAL 197


KUHAP
2. Untuk mengetahui apakah putusan tersebut tepat
  PEMBAHASAN
KRONOLOGIS KASUS KORUPSI

Dalam makalah ini saya mencoba menghadirkan satu contoh kasus yaitu
kasus yang dialami oleh Angelina Patricia Pingkan Sondakh atau yang lebih
dikenal dengan Angelina Sondakh. Motivasi Angelina Sondakh melakukan korupsi
yaitu kesempatan ada, yaitu adanya proyek Wisma Atlet SEA Games Palembang
dan Kemendikbud yang melibatkan dirinya atau status kekuasaannya dalam
pengambilan keputusan dan menjalankan proyek tersebut. Selain itu kondisi
keluarga yang sedang bersedih atas kepergian suaminya dan dia menjadi orang tua
tunggal ketiga anaknya, tentu ini menyangkut ekonomi keluarga. Lingkungan kerja
juga mempengaruhi Angelina dalam melakukan korupsi ini.

Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman 12 Tahun penjara terhadap


Angelina Patricia Pinkan Sondakh dalam kasus korupsi di Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan serta Kementrian Pemuda dan Olahraga. Ketua Majelis Kasasi
Artidjo Alkostar mengatakan terdakwa dalam pengadilan tingkat pertama dan
tingkat banding hanya dikenakan pasal 11 UU Tipikor, sedangkan Majelis Kasasi
menerapkan pasal 12 A UU Tipikor. Terdakwa ini aktif meminta fee kepada
Mindo Rosalina Manulang sebesar 7 persen dari nilai proyek dan disepakati 5
persen. Dan harusnya sudah diberikan ke terdakwa 50 persen pada saat
pembahasan anggaran dan 50 persen setelah Dipa turun. Dalam putusan kasasi ini
majelis juga mewajibkan Angelina Sondakh mengembalikan uang
suap Rp.12,58 miliar ditambah 2,350 juta dolar AS yang sudah diterimanya, jika
tidak dibayar maka harus diganti dengan kurungan selama 5 tahun.

Dalam pertimbangannya, Artidjo mengungkapkan bahwa terdakwa aktif


memprakarsai pertemuan untuk memperkenalkan Mindo kepada sekretaris Dirjen
Pendidikan Tinggi Kemendiknas Haris Iskandar dalam rangka mempermudah
upaya penggiringan anggaran di Kemdiknas. Terdakwa ikut mengajukan program
usulan kegiatan di sejumlah Perguruan Tinggi, itu sifatnya aktif. Dia beberapa kali
memanggil Haris Iskandar dan Dadang Sugiarto dari Kemdiknas ke kantor DPR
dan terdakwa minta memprioritaskan pemberian alokasi anggaran terhadap PT,
jelas Artidjo. Angelina Sondakh sebelumnya hanya divonis 4,5 tahun penjara oleh
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menguatkan vonis dari
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat.

Mantan politikus Partai Demokrat telah dinyatakan secara sah terbukti


melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut dengan menerima hadiah atau
janji terkait dengan jabatannya dengan terbukti melanggar Pasal 11 Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi junto Pasal 64 ayat 1 KUHP. Atas
putusannya /ini, KPK mengajukan kasasi karena tidak sesuai dengan tuntutannya
yang meminta agar Angie dihukum 12 tahun penjara ditambah denda Rp.500juta
subsider enam bulan kurungan.

ANALISIS KASUS KORUPSI

Kami akan menganalisis kasus korupsi Angelina Sondakh. Kasus korupsi


yang melibatkan Angelina Sondakh ini termasuk pengertian korupsi
menurut Wertheim, “yang menggunakan pengertian yang lebih spesifik.
Menurutnya, seorang pejabat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi, adalah
apabila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan memengaruhinya agar
mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.
Kadang-kadang pengertian ini juga mencakup perbuata menawarkan hadiah, atau
bentuk balas jasa yang lain.”

Kasus korupsi ini termasuk jenis korupsi menurut Piers Beirne dan James
Messerschmidt, yaitu “Political Kickbacksadalah kegiatan korupsi yang berkaitan
dengan sistem kontrak pekerjaan borongan antara pejabat pelaksana atau pejabat
terkait dengan pengusaha yang memberikan kesempatan atau peluang untuk
mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak.” Karena didalam kasus
disebutkan bahwa “Direktur PT Duta Graha Indah(DGI), Mhuhammad El Idrus
dan seorang penghubung bernama Mindo Rosalinda Manulang (Rosa).
Menyerahkan uang suap dalam bentuk 3 lembar cek senilai Rp.3,2 miliar kepada
Wafid muharam, Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga (Seskemenpora),
yang juga langsung ikut ditangkap di kantornya. Suap tersebut merupakan uang
balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek Wisma Atlet SEA
Games di Palembang, Sumatera Selatan. Kasus ini menyeret nama Muhammad
Nazarudin, karena Rosa sebagai bawahan Nazar di PT Anak Negeri, bahkan Rosa
pernah menjabat Direktur Pemasaran perusahaan yang dibentuk oleh mantan
Bendahara Partai Demokrat itu. Nazarudin dan Rosa juga kemudian menyeret
nama Angie sebagai salah satu tersangka, lantaran disebut menerima uang darinya
terkait proyek pembangunan wisma Atlet SEA Games di Palembang. PT Anak
Negeri mengeluarkan Rp.10 miliar melalui Angie. Sebanyak Rp.5 miliar untuk
Angie, Rp.5 miliar sisanya tidak diketahui, namun diduga digunakan sebagai
pelicin ke Badan Anggaran DPR agar anggaran segera turun.” Dan untuk tipe
korupsinya, menurut saya kasus ini mengarah kepada tipe korupsi menurut Vito
Tanzi, “Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders
information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.”
Menurut saya, Angie adalah orang dalam, karena pada saat itu ia menjabat sebagai
anggota Badan Anggaran DPR. Ia pasti berperan dalam kasus korupsi ini, karena ia
menerima uang atas balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek
Wisma Atlet SEA Games dan sebagian uang tersebut diduga digunakan sebagai
pelicin ke Badan Anggaran DPR agar anggaran tersebut segera turun.

2.1   ANALISIS PUTUSAN PIDANA MENURUT PASAL 197 KUHAP


Pasal 197 KUHAP
 
(1)Surat putusan pemidanaan memuat:
 

a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : “DEMI KEADILAN


BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”;
 Di dalam Putusan Nomor 107PK/PID.SUS/2015, terdapat irah-irah
putusan di kepala putusan tersebut, yaitu “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
 terdapat identitas lengkap terpidana, yaitu:
- Nama: ANGELINA PATRICIA PINGKAN SONDAKH
- Tempat lahir: Armidale, New South Wales (Australia)
- Umur/tanggal lahir: 34 tahun/29 Desember 1977
- Jenis kelamin: Perempuan
- Kebangsaan: Indonesia
- Tempat tinggal: Jalan Taman Cilandak II Blok E2/14, Cilandak
Barat, Jakarta Selatan.
- Agama: Islam
- Pekerjaan: Anggota DPR-RI

c. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : “DEMI KEADILAN


BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”;
 Di dalam Putusan Nomor 107PK/PID.SUS/2015, terdapat irah-irah
putusan di kepala putusan tersebut, yaitu “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

d. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
 terdapat identitas lengkap terpidana, yaitu:
- Nama: ANGELINA PATRICIA PINGKAN SONDAKH
- Tempat lahir: Armidale, New South Wales (Australia)
- Umur/tanggal lahir: 34 tahun/29 Desember 1977
- Jenis kelamin: Perempuan
- Kebangsaan: Indonesia
- Tempat tinggal: Jalan Taman Cilandak II Blok E2/14, Cilandak
Barat, Jakarta Selatan.
- Agama: Islam
- Pekerjaan: Anggota DPR-RI
e. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di
sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa,
 di dalam dakwaan, terhadap Terdakwa, Angelina Sondakh telah di
berikan dakwaan dan unsur-unsur dari delik yang dilakukannya yang
disusun secara terperinci oleh Jaksa Penuntut Umum sesuai dengan
fakta dan disertai dasar hokum yang menjadi dasar penentuan
kesalahan dari terdakwa, yaitu:
a. Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 huruf a jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP
atau:
b. Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1) huruf a jo. Pasal 18 UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1)
KUHP
atau:
c. Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 11 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No.
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.
Pasal 64 ayat (1) KUHP.

f. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;

 Di dalam putusan, terdapat pembacaan yuntutan oleh Penuntut Umum


pada Komisi Pemberantasan Korupsi pada tanggal 20 Desember 2012
yang isinya adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa ANGELINA PATRICIA
PINGKAN SONDAKH telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menuut hukum bersalah melakukan tindak
pidana korupsi sebagaimana diatur dalam….
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ANGELINA
PATRICIA PINGKAN SONDAKH berupa pidana
penjara selama….
3. Menjatuhkan pidana tambahan membayar uang
pengganti sejumlah….
4. Menyatakan barang bukti….
5. Menetapkan agar Terdakwa ANGELINA PATRICIA
PINGKAN SONDAKH membayar biaya perkara
sebesar….
g. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan
atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan terdakwa;
 dasar daripada pemidanaan dalam Putusan Nomor
107PK/PID.SUS/2015 adalah
1. Pasal 12 huruf a jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.
Pasal 64 ayat (1) KUHP
atau:
2. Pasal 5 ayat (2) jo. Pasal 5 ayat (1) huruf a jo. Pasal 18
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP
atau:
3. Pasal 11 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat
(1) KUHP.

h. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali


perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
 Pada akhir putusan, diberitahukan hari dan tanggal diadakannya
musyawarah majelis hakim, sebagai berikut:
“Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa tanggal 29 Desember 2015 oleh Dr. H.M.
Syarifudin S.H., M.H. Ketua Kamar Pengawasan Mahkamah
Agung….”

i. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua


unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
 Di dalam Putusan Nomor 107PK/PID.SUS/2015, terdapat kalimat:
MENGADILI SENDIRI:
1. Menyatakan Terdakwa ANGELINA PATRICIA
PINGKAN SONDAKH terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“KORUPSI SECARA BERLANJUT”
2. Menghukum Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama….
3. Menghukum pula Terdakwa untuk membayar uang
pengganti sebesar….
4. Menetapkan masa penahanan yang telah djalani
Terdakwa dikurangkan….
5. Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan;
6. Menetapkan barang bukti berupa….;

j. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan


menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang
bukti;
 biaya perkara dalam upaya hokum Peninjauan kembali dibbankan
kepada Pemohon PK/Peninjauan Kembali, sebagai berikut:
“Membebankan kepada Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana
tersebut untuk membayar biaya perkara pada semua tingkat peradilan
dan pada pemeriksaan peninjauan kembali sebesar Rp. 2500,00 (dua
ribu lima ratus rupiah)

k. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di


mana Ietaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap
palsu;
 - (tidak terdpat surat palsu dalam perkara ini)

l. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau


dibebaskan;
 Di dalam putusan tersebut terdapat putusan yang berbunyi:
MENGADILI
Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon
Peninjauan Kembali/Terpidana : ANGELINA PATRICIA PINGKAN
SONDAKH tersebut ; Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI
Nomor 1616K/PID.SUS/2013 tanggal 20 November 2013 ;
MENGADILI KEMBALI

1.Menyatakan Terpidana ANGELINA PATRICIA PINGKAN


SONDAKH terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana ”KORUPSI SECARA BERLANJUT” ;

2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terpidana dengan


pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda sebesar
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), dengan ketentuan apabila
pidana denda tersebut tidak dibayar, maka kepada Terpidana
dikenakan pidana pengganti berupa pidana kurungan selama 6 (enam
bulan);

3.Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terpidana untuk membayar


uang pengganti sebesar Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus
juta rupiah) dan US $1.200.000 (satu juta dua ratus ribu Dollar
Amerika Serikat), apabila Terpidana tidak membayar uang pengganti
tersebut paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan ini
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka harta bendanya dapat
disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti
tersebut, dan apabila harta benda Terpidana tidak mencukupi untuk
membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan pidana
penjara selama 1 (satu) tahun

m. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus dan nama panitera;

 Terdapat hari dan tanggal putusan, nama kaim yang memutus dan
panitera, namun tidak dihadiri oleh Penuntut Umum.
“Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa tanggal 29 Desember 2015 oleh Dr. H.M.
Syarifuddin, S.H.,M.H. Ketua Kamar Pengawasan Mahkamah
Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, Dr. H. Andi Samsan Nganro, S.H.,M.H. Hakim Agung
sebagai Anggota dan H. Syamsul Rakan Chaniago, S.H.,M.H. Hakim
Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi pada Mahkamah Agung sebagai
Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada
hari dan tanggal itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
Anggota tersebut, dan dibantu oleh A. Bondan, S.H., M.H. Panitera
Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon Peninjauan
Kembali/Terpidana dan Penuntut Umum pada Komisi
Pemberantasan Korupsi.”

2.2     ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAHAGUNG


NO.1027/PK/PID.SUS/2015 TERHADAP PENINJAUAN KEMBALI

Dalam putusan nya, Mahkamah Agung Menjatuhkan


pidana kepada Terpidana dengan pidana penjara
selama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda sebesar
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), dengan
ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar,
maka kepada Terpidana dikenakan pidana pengganti
berupa pidana kurungan selama 6 (enam bulan).
Mengenai hal tersebut kami setuju atas putusan yang
diputus oleh Mahkamah agung, karna dalam putusan
pengadilan tindak pidana korupsi di Pengadilan Negri,
terpidana Angelia Particia Pinkan Sondakh hanya 4
tahun 6 bulan penjara dengan denda 250 juta subside
kurungan 6 bulan, hal tersebut jauh lebih ringan dari
tuntutan jaksa penuntut umum, karna sejatinya hakim
hanya memakai pasal 11 undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 64
ayat 1 KUHP. Padahal sejatinya terpidana jelas-jelas
melanggar pasal 12 undang-undang pemberantasan
tindak pidana korupsi, karna status terpidana
melakukan korupsi adalah pejat public/anggota DPR.
Dan seharusnya ada perampasan benda yang di
gunakan atau di peroleh dari korupsi sesuai dengan
pasal 18 undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi. Sehingga kami setuju dengan apa yang di
putus oleh MA, karna kami anggap sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dalam sisi yuridis dan
juga sesuai dari sisi sosiologis maupun filosopis.
Karna korupsi di Indonesia merupakan hal yang harus
di berantas, dan juga hal yang harus di hukum se
berat-berat nya.

TUGAS DIKLAT KEMAHIRAN HUKUM


PIDANA
“ANALISIS PUTUSAN PIDANA”
RAYSA DEWI ADILLA (3015210304)
………….
……………
……………..

Anda mungkin juga menyukai