Anda di halaman 1dari 19

ASMA BRONCHIAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gadar

Dosen pembimbing : Ns.Nurul Hidayah,MS

Disusun oeh :

1. Shifa Alya N. F (17.0601.0036)


2. Rahmah Isnain (17.0601.0037)
3. Firda Sari (17.0601.0038)
4. Firdaus G. A (17.0601.0039)
5. Winda T F (17.0601.0040)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang asma broncial.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan keperawatan ini
dapat memberikan manfaat maupun menjadi refrensi bagi pembaca.

Magelang, 30 April 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHUUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................2

A. Pengertian..................................................................................................2

B. Macam/ tipe...............................................................................................2

C. Etiologi......................................................................................................2

D. Manifestasi klinis......................................................................................4

E. Patofisiologi...............................................................................................5

F. Pathway.........................................................................................................5

G. Komplikasi................................................................................................5

H. Penatalaksanaan.........................................................................................6

I. Konsep dasar askep.......................................................................................9

BAB III KESIMPULAN........................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I PENDAHUUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial  dengan ciri


bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Bronkiektasis
merupakan dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus permanen. Bronkiektasis
bukan merupakan penyakit tunggal,muncul karena berbagai penyebab dan
merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai diding bronkial, baik
secara langsung maupun tidak yang dapat mengganggu sistem pertahanan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar kita dapat mengerti tentang konsep dasar Asma Bronchial.
2. Tujuan khusus
Agar kita dapat mengerti tentang konsep dasar Asma Bronchialdan asuhan
keperawatanya.

1
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible
dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah baik secara spontan
maupun hasil dari pengobatan ( The American Troracic Sosiety)
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit
asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju
maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga
berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup
tinggi.
Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai  penelitian asma
merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis
asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-
jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis
sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat. Penyakit asma merupakan
kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 4 – 5%  populasi
penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma bronkial
terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh
kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum
usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat  predisposisi laki-laki :
perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun. Asma
merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu
tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki
urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan  bersama-sama dengan bronkitis kronik
dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai

2
penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995,
prevalensi asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk, dibandingkan
bronkitis kronik 11  per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2 per 1.000
penduduk. Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun
dapat disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para
Dokter tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 %
anak-anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini.
Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota. Karena
banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di Negara kita
Indonesia maka kami dari kelompok mencoba membahas mengenai asma yang
terjadi pada anak ini, sehingga orang tua dapat mengetahui bagaimana
pencegahan dan penatalaksanaan bagi anak yang terserang asma

C. Macam/ tipe
Menurut GINA ( Global Inisiatif for Asma ) dan Heru Sundaru, 2000 adalah:
1. Asma Intermitten
Gejala klinis: kambuhan < 1- 2x seminggu, gejala asma pada malam hari <
2x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktifitas tidur
2. Asma Persisten Ringan
Gejala Klinis: kambuhan 1 – 2x seminggu tetapi < 1x /hari, gejala asma
malam hari > 2x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktifitas tidur.
3. Asma Persisten Ringan
Gejala klinis: setiap hari sesak napas atau kambuh, gejala asma malam hari
> 1x seminggu, eksaserbasi dapat mengganggu aktifitas tidur.
4. Asma Persisten Berat
Gjala klinis: kambuhan sering, gejala sesak terus – menerus atau continue,
gejala sesak malam hari sering, aktifitas fisik terbatas karena asma.

D. Etiologi
1. Ekstrinsik (alergik)

3
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktorpencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat- obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik. Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
4. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
5. Faktor presipitasi
a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi) ·
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan,
logam dan jam tangan)
b. Perubahan cuaca

4
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena   jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

E. Manifestasi klinis
Pada anak yang rentan, inflaimasi di saluran napas ini dapat menyebabkan
timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk,
khususnya pada malam hari atau pada dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi
yang sebagian besar bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan
pengobatan.

5
Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila klien terpapar factor
pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
1. Dispnea parah denganekspirasi memanjang
2. Wheezing
3. Dahak produktif, kental dan sulit keluar
4. Penggunaan otot bantu napas
5. Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus
6. Hiperkapnia
7. Anoreaksia
8. Diaporesis

F. Patofisiologi
Alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan
Ig E yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini
disebut sel mast tersentisisasi.
Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, maka allergen tersen
mengeluarkan sel pada sel mast tersentisisasi yang kemudian mengalami
degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediater seperti histamine, leukotrin
dan factor pengaktifasi platelet, bradikinin, dll. Mediator ini menyebabkan
permeabilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mucus, dan
kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persyarapan simpatis.

6
G. Pathway
Pencetus

Bronkhokontriksi,edema mukosa
Sekresi <<<
Bersihan Jalan

Obstruksi jalan napas Nafas Tidak


Efektif

Ventilasi tak seragam

Ateletaksis Ventilasi, hiperinflasi paru

Tak padu padan

Penurunan sufaktan hipoventilasi alveolar gangguan compliance

Vase konstruksi peningkatan PCO2 peningkatan kerja

Pulmonal penurunan pO2 nafas

Asidosis takikardia

Gangguan Ansietas
Pertukaran Gas

7
H. Komplikasi
Potensial Komplikasi
1. Edema pulmoner
2. Gagal pernapasan
3. Status asmatikus
4. Pneumonia

I. Penatalaksanaan
1. Anamnesa
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk
berdahak yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit
alergi yang lain.
d. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita
lebih nyaman dalam posisi duduk.
b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
c. Paru : Inspeksi (dinding torak tampak mengembang, diafragma
terdorong ke bawah), Auskultasi (terdengar wheezing (mengi),
ekspirasi memanjang), Perkusi (hipersonor), Palpasi (Vokal Fremitus
kanan=kiri).
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin didapat peningkatan eosinofil dan IgE
b. Sputum didapat adanya eosinofil, spiral crushman, kristal charcot
Leyden.
c. Foto toraks dapat normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan,
adanya penyakit lain
d. Faal paru (spirometri /peak flow meter) menilai berat obstruksi,
reversibilitas, variabilitas

8
e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis
3. Terapi Farmakologik
Hindari faktor pencetus seperti infeks isaluran nafas atas alergiudaradingin,
dan faktor psikis gunakan obat local seperti aminofilin atau
kortikosteroidinhalasi atau oral pada serangan asma ringan..
Pengontrolan infeksi dilakukan dengan pemberian obat anti microbial,
berdasarkan hasil uji  sensitivitas kultur organisme  dari sputum. Klien
mungkinakan diberikan obat antibiotic selama  bertahun-tahun dengan tipe
antibiotic yang berbeda sesuai dengan perubahan dalam interval.
4. Terapi Medis
Ada 4 tujuan utama dari penatalaksanaan medis pada klien bronkiektasi
yaitu sebagai berikut:
a. Menemukan dan menghilangkan masalah yang mendasari
b. Memperbaiki kebersihan secret trakeobronkial
c. Mengendalikan infeksi, khususnya pada masa eksaserbasi akut
d. Memulihkan obstruksi aliran udara pernapasan.

Postural drainase merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan,


dikarenakan drainase pada area bronkiektasis dilakukan dengan
menggunakan gaya gravitasi.Bronkodilator dapat diberikan kepada orang
yang juga mengalami penyakit jalan nafas obstruktif.

5. Anamnesa
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk
berdahak yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit
alergi yang lain.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita
lebih nyaman dalam posisi duduk.
b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.

9
c. Paru : Inspeksi (dinding torak tampak mengembang, diafragma
terdorong ke bawah), Auskultasi (terdengar wheezing (mengi), ekspirasi
memanjang), Perkusi (hipersonor), Palpasi (Vokal Fremitus kanan=kiri).
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin didapat peningkatan eosinofil dan IgE
b. Sputum didapat adanya eosinofil, spiral crushman, kristal charcot
Leyden.
c. Foto toraks dapat normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan,
adanya penyakit lain
d. Faal paru (spirometri /peak flow meter) menilai berat obstruksi,
reversibilitas, variabilitas
e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis
8. Terapi Farmakologik
Hindari faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas alergi udara dingin,
dan faktor pesikis gunakan obat local seperti amino filinat au kortikosteroid
inhalasi atau oral pada serangan asma ringan
Pengontrolan infeksi dilakukan dengan pemberian obat anti microbial,
berdasarkan hasil uji  sensitivitas kultur organisme  dari sputum. Klien
mungkin akan diberikan obat antibiotic selama  bertahun-tahun dengan tipe
antibiotic yang berbeda sesuai dengan perubahan dalam interval.
9. Terapi Medis
Ada 4 tujuan utama dari penatalaksanaan medis pada klien bronkiektasi
yaitu sebagai berikut:
1. Menemukan dan menghilangkan masalah yang mendasari
2. Memperbaiki kebersihan secret trakeobronkial
3. Mengendalikan infeksi, khususnya pada masa eksaserbasiakut
4. Memulihkan obstruksi aliran udara pernapasan.

Postural drainase merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan,


dikarenakan drainase pada area bronkiektasis dilakukan dengan
menggunakan gaya gravitasi. Bronkodilator dapat diberikan kepada orang
yang juga mengalami penyakit jalan nafas obstruktif.

10
J. Konsep dasar askep
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan yang lalu:
1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya
2) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
3) Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Aktivitas
1) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
2) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
Aktivitas sehari-hari.
3) Tidur dalam posisi duduk tinggi.
c. Pernapasan
1) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
2) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat
tidur.
3) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
4) Adanya bunyi napas mengi.
5) Adanya batuk berulang.
d. Sirkulasi
1) Adanya peningkatan tekanan darah
2) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
3) Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
4) Kemerahan atau berkeringat.
e. Integritas ego
1) Ansietas

11
2) Ketakutan
3) Peka rangsangan
4) Gelisah
f. Asupan nutrisi
1) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
2) Penurunan berat badan karena anoreksia.
g. Hubungan social
1) Keterbatasan mobilitas fisik
2) Susah bicara atau bicara terbata-bata
3) Adanya ketergantungan pada orang lain.

12
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif  b/d bronkospasme.
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru 
selama serangan akut 
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunita
Diagnosa 4: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi

3. Intervensi keperawatan
a. Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkospasme
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.
2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
3) Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan,
penggunaan obat bantu.
4) Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh:
meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat
tidur
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap
dll.
6) Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari
sesuai toleransi jantung memberikan air hangat.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan
indikasi bronkodilator
b. Dx 2. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru 
selama serangan akut 
Tujuan: pola nafas efektif
Kriteria hasil:
1) Sesak berkurang atau hilang
2) RR 18-24x/menit
3) Tidak ada retraksi otot pernapasan
4) Intervensi:

13
a) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan :
dispnea, penggunaan otot-otot pernapasan
b) Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam arteri
c) Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk
memaksimalkan ekspansi dada
d) Berikan terapi oksigen sesuai pesanan
c. Dx. Kep 3: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunita
1) Awasi suhu.
2) Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan
untuk pewarnaan gram, kultur/sensitifitas (kolaborasi)
d. Dx. Kep 4: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
Intervensi:
1) Jelaskan tentang penyakit individu.
2) Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang
tidak diinginkan.
3) Tunjukkan teknik penggunaan inhaler.

14
BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif


intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.

 Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan
asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen,
perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang
berat).

15
DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, Budhi , 2009. Diagnosis dan penatalaksanaan asma. Jakarta .


Departemen pulmonologi dan ilmu kedokteran respiratori FKUI

GINA (Global intiative for asma).2014 . Level of Asma control

Notoatmojo,s.2014.Metodologi penelitian Kesehatan,rineka cipta: Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai