1
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar dan Muhammad bin As-
Shabah keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Aziz bin Abu
Hazim telah menceritakan kepadaku Ayahku dari 'Umarah bin Hazm dari
‘Abdullah bin 'Amr, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bagaimana keadaan kalian dengan zaman yang hampir tiba, disaat manusia
dipisah dan dipilah-pilah, lalu yang tersisa hanyalah orang-orang yang hina di
antara manusia? Mereka telah merusak dan mencampur aduk amanat dan
perjanjian mereka, maka mereka saling berselisih, dan beginilah keadaan mereka”
–beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam menjalin jari-jarinya- mereka bertanya,
"Bagaimana keadaan kami wahai Rasulullah jika keadaannya seperti itu?" beliau
menjawab: "Peganglah dengan erat apa yang kalian ketahui dan tinggalkan apa
yang kalian ingkari, terimalah dari orang-orang tertentu di antara kalian dan
tinggalkanlah urusan orang awam dari kalian.”
Syarah Hadits:
Takhrij dan Penjelasan Mufradat
Hadits ini shahih menurut Syaikh Albani.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Daud dalam Sunan (no: 4342 &
4343), an-Nasaiy dalam al-Kubra (no: 9962). al-Bukhariy dalam Jami’us Shahih
(no: 480).
يُغ َْربَ ُلberarti menyaring; memisah-misah; mengembara; atau membunuh.
اس ِفي ِهُ َّ يُغ َْربَ ُل النmaksudnya (masa) orang-orang (generasi) terbaik atau pilihan
pergi dan yang tersisa adalah orang-orang yang terburuk dan hina.
Istinbat hadits
Apa yang disampaikan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di
atas merupakan kejadian yang gaib, lantaran beliau menuturkan peristiwa
yang akan terjadi kelak. Maka ini merupakan bagian dari ilmu gaib yang
harus dibenarkan apa adanya karena berasal dari Nabi. Begitu juga
kebanyakan hadits-hadits selanjutnya dalam bab ini.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan metode pertanyaan dalam
menyampaikan berita yang besar untuk mendapat perhatian yang lebih
berkesan kepada orang yang dikenakan pertanyaan. Sebagaimana dalam
hadits di atas, sampai-sampai para sahabat merasa cemas jikalau peristiwa
itu terjadi pada mereka. Metode ini juga digunakan banyak dalam hadits-
hadits pada bab lain dalam pembahasan fitnah ini.
Secara sunatullah, generasi yang datang kemudian, senantiasa menurun
kualitasnya atau kebaikannya dibanding generasi sebelumnya. Bahkan
dalam hadits dlaif disebutkan, “segalanya akan terus berkurang kecuali
kejelekan, ia malah akan terus bertambah.” (riwayat Ahmad dan ath-
Thabraniy. Dikutip dari Maj’ma az-Zawaaid, al-Haitsamiy, kitab al-fitan,
bab: berkurangnya kebaikan).
Upaya antisipatif dalam mencegah fitnah salah satunya, ialah dengan
berpegang teguh kepada suatu yang diketahui sebagai kebenaran (haqqan)
dan meninggalkan apa yang diingkari sebagai kebenaran. Lalu terimalah
urusan yang hanya berkenaan dengan orang-orang tertentu seperti
2
keluarga, pelayan, atau urusan yang memperbaiki keadaan-keadaan
tertentu bagi diri kalian sendiri. Serta tinggalkanlah urusan orang-orang
kebanyakan (awam). (‘Aunul Ma’bud syarah hadits no: 4342). Dalam
riwayat Abu Daud, terdapat tambahan, yaitu “tinggallah di rumah kalian,
dan kuasailah lisan kalian.”
3
masuklah rumahmu." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana jika rumahku
di masuki (mereka)? Beliau menjawab: "Jika kamu disilaukan oleh kilauan
pedang, maka lemparlah ujung selendangmu di mukamu (menutup wajah),
sehingga ia akan menanggung dosanya dan dosamu, dan ia termasuk dari
penghuni Neraka."
Syarah hadits:
Takhrij
Dari jalur ini, hadits di atas dlaif, lantaran majhul-nya Musya’ats bin Tharif.
Demikian dalam Sunan Ibn Majah yang ditahqiq syaikh al-Arnauth. Sedangkan
bila dari jalur Abu 'Imran al-Jauni dari ‘Abdullah bin Shamit, tanpa menyebut al-
Musya’ats. Inilah sanad yang shahih, sebagaimana diriwayatkan Ahmad bin
Hanbal, dalam Musnad, hadits no: 21325.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, Musnad (no.21325),
Abu Daud, Sunan Abu Daud (no. 4261), Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban (no.
5960).
Adapun mengenai al-Musya’ats bin Tharif, beliau adalah seorang Qadhi di
Hirrah, terkadang ia juga dipangil Munba’its bin Tharif. Beliau termasuk thabaqah
ke-6, menurut Ibnu Hajar ia maqbul, sedang ad-Dzahabiy mentsiqahkannya.
Meskipun ia hanya meriwayatkan satu hadits, yakni hadits di atas. Wallahu ‘alam.
Hadits ini shahih menurut Syaikh Albaniy.
Istinbat hadits
Akan ada satu masa di mana banyak sekali yang mati, sehingga
menyebabkan harga sebuah rumah bisa ditebus dengan seorang pelayan
saja, saking murahnya lantaran banyak rumah yang tidak dihuni lagi
karena sedikitnya jumlah penduduk. Ada juga yang menyebutkan bahwa
makna al-washiif ialah pemakaman atau kuburan. Sehingga maksudnya
menjadi, tingginya kebutuhan kepada pemakaman yang berdampak
meningkatnya upah penggali yang senilai dengan harga seorang pelayan.
Atau jumlah orang yang menguburkan akan lebih sedikit dari orang yang
dikuburkan. Menurut as-Suyuthiy, isyarat terhadap peristiwa tersebut,
pernah terjadi pada masa khalifah ‘Umar radliallahu ‘anhu ketika terjadi
Tha’un ‘Amwaas (semacam wabah) di negeri Syam yang mengakibatkan
meninggalnya semua orang dalam satu kabilah.
Hijaarah az-Zait berlimbah darah, menurut as-Suyuthiy isyarat terhadap
peristiwa ini juga sudah terjadi dalam peristiwa al-Harrah (pembebasan)
ketika penduduk madinah membatalkan perjanjian (bai’at), yakni Yazid,
dan ia mengirim pasukan dengan jumlah yang besar (‘askaran ‘adzhiman),
namun tatkala pasukannya tengah menuju Mekkah ia meninggal di Syam.
(syarah sunan ibn majah lis suyuthiy). Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqiy
juga berpendapat peristiwa ini terjadi pada masa Yazid. (Sunan Ibn Majah,
tahqiq: Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqiy). Demikian juga menurut at-
Turbasytiy. (‘Aunul Ma’bud syarah sunan abi daud: juz 11, hal. 230)
ُ ْال َح ْق ِب َم ْن أَ ْنتَ ِم ْنهdalam riwayat lain ُ عليك ِب َم ْن أ َ ْنتَ ِم ْنه-yakni Abu Daud-
maksudnya ialah al-Imam (pemimpin), yakni ikutilah atau berpeganglah
4
kepada pemimpinmu yang engkau berbai’at kepadanya. (‘Aunul Ma’bud,
juz 11. Hal: 230)
Maksud dari (الخ... َ )إِ ْن َخشِيتkuatkan dirimu, jika kamu mampu itu yang
dituntut. Jika tidak, kilauan dan kilatan pedang mengalahkanmu, maka
tutuplah wajahmu sehingga ia membunuhmu.
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini shahih menurut Syaikh Albani.
5
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad bin Hanbal, Musnad (no. 19636,
19717). Ada juga yang meriwayatkan hadits ini dengan redaksi yang berbeda di
antaranya, Al-Bukhariy, shahih bukhariy (no.7062, 7064, dan 7066), Muslim,
shahih muslim (no. 2672), At-Tirmidziy, Sunan at-Tirmidziy (no. 2200).
Istinbath Hadits
( )هباء من النَّاسialah seorang yang rendah. Al-habaa’ secara asal ialah apa
yang terangkat dari bawah telapak kaki kuda dan sesuatu yang berdebu
yang terlihat ketika ada sorotan cahaya matahari, maka dari itulah
diserupakan dengannya. (syarah as-Suyuthiy)
Pada hari itu tidak ada orang berakal (ulama) dan orang yang
menggantikannya, kedudukannya setara dengan debu/orang yang terburuk
di antara manusia ()الحثالة من الناس.
Syarah Hadits:
Takhrij
Menurut Syaikh Albani hadits ini hasan shahih.
Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidziy, Sunan at-Tirmidziy (no. 2203) dan
Ahmad bin Hanbal, Musnad (no. 20670).
Istinbat Hadits
6
Abu Muslim telah mengadakan sumpah dengan Nabi (dalam kamus َع ِهد َ
َ
إِل ْي ِهberarti mewasiatkan), dan pedang kayu itu adalah kinayah untuk
mencegah atau meninggalkan perang. (syarah as-Suyuthiy atas Sunan Ibni
Majah dan Tuhfatul Ahwadziy)
Syarah Hadits:
Takhrij
Menurut Syaikh Albani hadits ini shahih.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Daud, Sunan Abi Daud (no. 4259),
dan at-Tirmidziy, sunan at-tirmidziy (no.2204).
Istinbat hadits
Maksud (َي آدَ َم
ْ ) َك َخي ِْر ا ْبنialah bahwasannya bersabar terhadap kematian pada
kondisi tersebut lebih baik dari pada melakukan pergerakan, atas dasar
pergerakan itu malah akan menambah-nambah fitnah dan masalah yang
semakin rumit. Fuad ‘Abdul Baqiy serta as-Suyuthiy menyinggung dalam
syarahnya yang menyebutkan bahwa yang dimaksud seperti putra Adam
yang baik ialah seperti Habil yang dibunuh oleh Qabil.
Catatan: Mayoritas mengambil hadits ini sebagaimana dzhahir hadits.
7
َ فَإِذَا َكان،ف ْ ون فِتْنَةٌ َوفُ ْرقَةٌ َو
ٌ اختِ ََل ُ ست َ ُك َ ِإنَّ َها:َ قَال،سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َّ سو َل
َ َِّللا ُ ِإ َّن َر:َفَقَال
ِ َحتَّى ت َأْتِ َيكَ يَد ٌ خ، َس فِي بَ ْيتِك
أ َ ْو،ٌَاطئ َة ْ ث ُ َّم اجْ ِل، فَاض ِْر ْبهُ َحتَّى يَ ْنقَ ِط َع،س ْيفِكَ أ ُ ُحدًاَ ِت ب ِ ْ َكذَلِكَ فَأ
.ٌاض َية
ِ ََمنِيَّةٌ ق
سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ َِّللاَّ سو ُل ُ ت َوفَعَ ْلتُ َما قَا َل َر ْ َفَقَ ْد َوقَع
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan
kepada kami Yazid bin Harun dari Hammad bin Salamah dari Tsabit atau Ali bin
Zaid bin Jad'an -Abu Bakr ragu- dari Abu Burdah dia berkata, "Saya menemui
Muhammad bin Maslamah, lalu ia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya akan terjadi fitnah, perpecahan dan
perselisihan. Jika demikian keadaannya, maka datangilah Uhud dengan
pedangmu, kemudian tebaslah sehingga terbelah, lalu duduklah (tetaplah) di
rumahmu sampai datang tangan yang jahat atau kematian tiba.”
Fitnah telah terjadi dan telah kukerjakan apa yang dikatakan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.
Syarah hadits:
Takhrij
Menurut Syaikh Albani hadits ini shahih. Demikian pula menurut
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqiy, “dalam az-Zawa’id isnad ini shahih”.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad bin Hanbal, Musnad (no. 16029,
17979).
Istinbat hadits
ِ ) َحتَّى ت َأْتِيَكَ َيدٌ خsehingga seorang mu’min mati terbunuh secara
Maksud (ٌَاطئَة
dzhalim, atau mati (tak terbunuh) tapi memang karena sudah datang
ketentuan dan takdirnya.
Bab 11: Idza Iltaqaa al-Muslimaani bisaifihima (Jika dua orang muslim bertemu
dengan pedang mereka)
Hadits no: 3963
ع ْن أَن َِس ب ِْنَ ،ب ٍ ص َه ْي
ُ يز ب ِْن ِ ع ْب ِد ْالعَ ِز َ ع ْن ُ ب ُْن
َ ،س َحي ٍْم ُارك َ َ َحدَّثَنَا ُمب:َس ِعي ٍد قَال ُ َحدَّثَنَا
َ س َو ْيدُ ب ُْن
ِإ ََّل َكانَ ْالقَاتِ ُل، َما ِم ْن ُم ْس ِل َمي ِْن ْالتَقَ َيا ِبأ َ ْسيَافِ ِه َما:َقَال ،سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ِ ع ِن النَّ ِبي َ ، ٍَمالِك
.ارِ ََّو ْال َم ْقتُو ُل فِي الن
Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id telah menceritakan kepada
kami Mubarak bin Suhaim dari ‘Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah dari dua orang
muslim yang saling bertemu dengan pedangnya, kecuali pembunuh dan yang
terbunuh (akan berada) di neraka."
Syarah hadits:
Takhrij
Menurut Syaikh Albani hadits ini shahih.
8
Namun dalam sanad hadits ini ada Mubarak bin Suhaim, Ibnu ‘Abdil Barr
berkata tentangnya, “telah disepakati bahwi ia dlaif matruk.” Dalam Sunan Ibni
Majah yang ditahqiq al-Arnauth, disebutkan hadits ini isnadnya dlaif jiddan.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-‘Uqailiy, adl-Dlu’afaa al-Kabir.
Istinbat hadits
Pembunuh dan yang dibunuh (berada) di neraka maksudnya, menurut
Imam An-Nawawiy ialah bisa jadi pembunuhan tersebut dilatar belakangi
oleh ‘ashabiyah (fanatisme golongan) atau yang lainnya yang membuat
mereka berdua layak masuk neraka. Wallahu’alam
Syarah hadits:
Takhrij
Menurut Syaikh Albani hadits ini shahih.
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqiy menyebutkan, dalam az-Zawaid isnadnya
shahih, rijal-nya tsiqah-tsiqah.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad bin Hanbal, Musnad (no. 19676).
al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (no. 7083), Shahih Muslim (no. 14/2888), Abu
Daud, Sunan Abi Daud (no. 4268), An-Nasa’iy, sunan an-Nasa’iy (no. 4118).
Istinbat hadits
Yang disebut pembunuh dalam hadits ini ialah orang yang memang
bermaksud membunuh, dengan adanya usaha dalam melakukannya. Dan
ini sudah bukan sekedar perkara niat hati semata. Demikian pula yang
dibunuh, ia juga dijamin dengan neraka karena memiliki keinginan yang
sama untuk membunuh. Wallahu’alam
9
ِ ع ْن ِر ْب ِعي َ ،ور ٍ صُ ع ْن َم ْن َ ،ُش ْعبَة
ُ َحدَّثَنَا:َ َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ب ُْن َج ْعفَ ٍر قَال:َار قَال َّ ََحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ب ُْن ب
ٍ ش
ان َح َم َل أ َ َحدُ ُه َماِ إِذَا ْال ُم ْس ِل َم:َ قَال،سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ِ ع ِن النَّبِي َ ،َ ع ْن أَبِي بَ ْك َرة
َ ،اش ٍ ب ِْن ِح َر
. دَخ َََل َج ِميعًا،ُاحبَه ِ صَ فَإِذَا قَت َ َل أ َ َحدُ ُه َما،ف َج َهنَّ َم
ِ علَى ُج ُرَ فَ ُه َما،علَى أ َ ِخي ِه الس ََِل َح َ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Manshur dari Rib'i bin Hirasy dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Jika dua orang muslim dan salah seorang dari
keduanya menghunuskan pedang kepada saudaranya, maka keduanya berada di
tepi neraka Jahannam, apabila salah seorang membunuh temannya maka
keduanya akan masuk ke neraka."
Syarah hadits:
Takhrij
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad, Musnad (no. 20424), Muslim,
Shahih Muslim (no. 16/2888/7184), An-Nasa’iy, Sunan an-Nasa’iy (no. 4116,
4117), Abu Daud Ath-Thayalisiy, Musnad Abi Daud ath-Thayalisiy (no. 925),
Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibni Abi Syaibah (no.37385).
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Istinbat Hadits
Makna hadits ini menguatkan hadits yang sebelumnya, yakni bahwa
diantara dua orang muslim yang bertikai dengan menghunus pedang atau
senjata, maka bagi keduanya ada ancaman neraka. Lantaran ketika
keduanya bertemu dalam pertikaian (boleh jadi) muncul keinginan untuk
melindungi diri masing-masing atau ada kepentingan tertentu yang
membuat masing-masing dari keduanya memiliki hasrat untuk membunuh.
wallahu’alam.
Syarah hadits:
Takhrij
Syaikh Albaniy menilai hadits ini dlaif.
Dalam Sunan Ibni Majah yang ditahqiq al-Arnauth disebutkan sanad hadits
ini dlaif lantaran ada rawi Syahr bin Hausyab yang dlaif. Sedangkan Muhammad
10
Fuad ‘Abdul Baqiy menyebutkan, dalam az-Zawa’id isnad hadits ini Hasan.
Wallahu’alam
Ibnu Majah menyendiri dalam meriwayatkan hadits ini, sebagaimana
disebutkan dalam catatan kaki Sunan Ibni Majah yang disyarah as-Sindiy. Akan
tetapi dalam Sunan Ibni majah yang ditahqiq al-Arnauth disebutkan, hadits ini
juga diriwayatkan oleh Ath-Thabraniy, Mu’jam al-Kabir (no. 7559), dan al-
Qadla’iy, Musnad asy-Syihab (no. 1125).
Syarah hadits:
Takhrij
Syaikh Albaniy menilai hadits ini dlaif.
Dalam Sunan Ibni majah yang ditahqiq al-Arnauth disebutkan hadits ini
dlaif lantaran ada rawi bernama Laits yang dlaif, ia adalah Ibnu Abi Sulaim. Juga
ada rawi yang tidak dikenal yaitu Ziyad Saimin Kusy. Dalam Tahdzibul Kamal,
disebutkan ia adalah Ziyad al-A’jam atau Saimin Kusy. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-
‘Asqalaniy menilainya maqbul. Bahkan namanya tercatat dalam Siyar ‘Alam an-
Nubala karya adz-Dzahabiy. Wallahu’alam.
Syarah hadits:
Takhrij
Syaikh Albaniy menilai hadits ini dlaif sekali (dlaif jiddan).
11
Muhammad ‘Abdul Baqiy menjelaskan dalam az-Zawa’id pada sanad hadits
ini ada Muhammad bin ‘Abdurrahman seorang rawi yang dlaif. Dan ayahnya
tidak pernah mendengar hadits dari Ibnu ‘Umar. Dalam Sunan Ibni majah yang
ditahqiq al-Arnauth menambahkan Muhammad bin al-Harits juga seorang rawi
yang dlaif.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Nu’am bin Hammad, Kitab al-Fitan (no.
351).
Syarah hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 15852), At-
Tirmidziy, Sunan at-Tirmidziy (no. 2319), Ibnu Hibban, Shahih Ibni Hibban (no.
280).
12
Istinbat hadits
Imam At-Tirmidziy juga meriwayatkan hadits ini, dan ia menaruh hadits
ini dalam bab: sedikit berucap. Ini menunjukkan bahwa seseorang dituntut
supaya menjaga lisan hanya untuk mengatakan yang Allah ridlai, dan
menjauhi apa yang akan mendatangkan murka Allah karena apa yang
diucapkan dengan menyedikitkan ucapan dan mengusahakan ketika
berucap pada waktu dan tempat yang tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan.
Dalam menjaga upaya lisan, barangkali ada baiknya bila bercermin kepada
sebuah kisah bahwa suatu ketika ‘Abdullah bin Mubarak bersua dengan
seorang wanita yang 20 tahun hidupnya hanya berucap dengan al-Qur’an,
lantaran takut salah bicara. Wallahu’alam
Syarah hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqiy menyebutkan, dalam az-Zawa’id pada
sanadnya ada Muhammad bin Ishaq seorang rawi yang mudalas.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 7215, 7958, 8658,
10895, 10900), dan At-Tirmidziy, Sunan at-Tirmidziy (no. 2314).
Istinbat hadits
Seseorang harus berhati-hati dengan ucapannya apalagi dalam kondisi
fitnah, lantaran bila ada ucapan yang jatuh kepada dosa, meskipun ia tidak
merasa itu dosa maka ia tetap mendapat vonis neraka, yakni selama 70
tahun.
Imam at-Tirmidziy memasukkan hadits ini dalam bab: tentang orang yang
mengeluarkan kata-kata untuk membuat orang-orang tertawa. Maka
berhati-hatilah dalam melakukan lelucon bisa jadi karena lelucon yang
diucapkannya ia malah jatuh kepada dosa. Wallahu’alam
13
Hadits no: 3971
،َ ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ ،ٍصا ِلح َ ع ْن أَبِي َ ،ين ٍ ص ِ ع ْن أ َ ِبي َح
َ ،ص ِ َحدَّثَنَا أَبُو ْاْلَحْ َو:ََحدَّثَنَا أَبُو َب ْك ٍر قَال
فَ ْليَقُ ْل َخي ًْرا أ َ ْو،اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر
َّ َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن ِب:سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َّ سو ُل
َ َِّللا ُ قَا َل َر:َقَال
.ت ْ ِليَ ْس ُك
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr telah menceritakan kepada kami Abu
Al-Ahwash dari Abu Al-Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari Akhir, hendaknya berkata baik atau hendaklah diam."
Syarah hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (no. 6018,
6136, 6138, 6475), Muslim, Shahih Muslim (no. 47/74, 75), Abu Daud, Sunan Abi
Daud (no. 5154), dan At-Tirmidziy, Sunan At-Tirmidziy (no. 2500).
Istinbat hadits
Berkata baik, mencakup kepada manfaat dunia, agama, dan yang lainnya.
Seseorang sebaiknya berfikir terlebih dahulu sebelum berucap, jika ia
sudah tahu bahwa ucapannya tidak akan berakibat buruk atau tidak
mengarah kepada yang haram atau makruh maka ia boleh untuk berucap,
namun bila ucapannya mubah maka lebih baik ia memilih
diam.wallahhu’alam
Syarah hadits:
Takhrij
Syaikh Albaniy menilai shahih hadits ini.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 15418, 15419), At-
Tirmidziy, Sunan at-Tirmidziy (no. 2410), ad-Darimiy, Sunan Ad-Darimiy (no.
2753) dan Ibnu Hibban, Shahih Ibni Hibban (no. 5699, 5700).
14
Istinbat hadits
Seorang yang menjadikan Allah sebagai Rabb-nya, lalu ia beristiqamah
telah hidup dengan prinsip yang benar. Istiqamah merupakan sebuah
tujuan dan batas yang dituju setiap hamba untuk membersihkan hatinya,
amalnya, dan aqidahnya dari buruknya kebid’ahan dan kesesatan. Imam
Ahmad mengungkapkan, tidak akan istiqamah keimanan seorang hamba
sehingga hatinya istiqamah, dan tidak akan bisa istiqamah hati bila lisan
tidak mampu istiqamah. Maka seseorang yang ingin meraih derajat
istiqamah harus mampu menguasai terlebih dahulu hati dan lisannya.
Wallahu’alam.
15
urusan? Itu adalah jihad." Kemudian beliau bersabda: "Maukah aku beritahukan
kepadamu tentang orang yang memiliki semua itu?" aku menjawab, "Tentu."
Beliau lalu memegang lidahnya dan bersabda: "Kamu harus menahan ini dari
dirimu." Aku berkata, "Wahai Nabi Allah, apakah kami akan diproses dengan apa
yang kami ucapkan ini?" Beliau bersabda: "Sungguh keterlaluan kamu wahai
Mu'adz, tidaklah muka-muka manusia disungkurkan ke dalam api neraka
melainkan karena hasil perbuatan lidah-lidah mereka!"
Syarah hadits:
Takhrij
Hadits ini shahih menurut Syaikh Albaniy.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad, Musnad (no. 22068), An-Nasa’iy,
sunan al-Kubra (no. 11330).
Istinbat hadits
Amalan utama yang dapat memasukkan seorang hamba ke surga ialah
menegakkan tauhid dan tidak syirik, shalat, zakat, shaum di bulan
Ramadlan, dan Haji. Lalu Nabi shalallahu’alaihi wa sallam menambahkan
jawaban dari yang ditanyakan, dengan menyebutkan pintu-pintu kebaikan,
yaitu shaum sebagai perisai, shadaqah sebagai kaffarat bagi kesalahan, dan
shalat malam ketika waktu nyamannya untuk tidur. Lalu Nabi
menyebutkan kepada Mu’adz puncak segala urusan, yaitu Jihad. Semua
yang disebutkan barusan adalah yang dapat memasukkan seorang hamba
ke surga. Dan terkahir Nabi mewanti-wanti kepada Mu’adz untuk
menjaga lisan, lantaran banyaknya yang masuk neraka karena lisan
mereka. Oleh karena itu, dengan menjaga lisan, dapat menjauhkan seorang
hamba dari neraka. Wallahu’alam
Syarah hadits:
Takhrij
Hadits ini dinilai dlaif oleh Syaikh Albaniy.
16
Hadits ini diriwayatkan pula oleh at-Tirmidziy, sunan at-Tirmidziy (no.
2412).
Syarah hadits:
Takhrij
Syaikh Albaniy menilai shahih hadits ini.
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqiy menyebutkan, dalam az-Zawaid isnadnya
shahih, rijal-nya tsiqah-tsiqah. Abu Asy-Sya'tsa` ialah Sulaiman bin al-Aswad.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (no. 7178),
Ahmad, Musnad (no. 5829).
Istinbat hadits
Hadits ini menerangkan keadaan sekelompok orang yang berucap berdasar
hawa nafsunya. Mereka mengatakan hal berupa pujian atau sanjungan atau
kata-kata yang baik -dalam shahih bukhariy hadits ini berada dalam bab
“mengenai apa yang dimakruhkan dari memuji sulthan”- kepada pejabat
atau penguasa, namun di lain tempat mereka mengatakan hal yang berbeda
dengan yang mereka ucapkan sebelumnya. Dan perbuatan semacam itu
merupakan perbuatan nifaq. Wallahu’alam
17
menunjukkan) keislaman seorang adalah meninggalkan apa yang tidak memberi
arti (penting/manfaat) bagi dirinya."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh At-Tirmidziy, sunan at-Tirmidziy (no.
2317), Ibnu Hibban, Shahih Ibni Hibban (no. 229), Ath-Thabraniy, al-Mu’jam al-
Ausath (no. 359, 2881).
Ibnu ‘Abdil Barr berkata, rawinya tsiqah-tsiqah.
Istinbat hadits
Hadits ini adalah seperempat Islam, demikian menurut Abu Daud.
Sedangkan menurut Ibnu Hajar, hadits ini separuh (nisf) dari Islam
lantaran (hadits ini menganjurkan secara tersirat) mengosongkan diri dari
hal yang tidak bermanfaat dan meninggalkan yang tidak bermanfaat
tersebut. Ibnu Shalah mengutip dari Ibnu Abi Zaid, yakni Adab terhimpun
dan terjaga dalam empat cabang, yakni hadits ini, lalu hadits syaikhan,
“tidak beriman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri.”, lalu hadits syaikhan lagi, “barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir berucaplah yang baik atau diam.”,
lalu hadits al-Bukhariy, bahwasannya seorang laki-laki berkata, “wahai
Rasulullah, berilah aku wasiat.” Maka Rasulullah Bersabda, “janganlah
engkau marah”, lalu berliau mengulangnya sekali lagi, beliau bersabda,
“janganlah engkau marah!”.
18
gunung atau pedalaman lembah dari lembah-lembah ini sambil mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan menyembah Rabb-nya sampai ajal menjemput, dan
tidaklah ia menjadi manusia melainkan dalam kebaikan."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Muslim, shahih muslim (no. 125/1889), An-Nasa’iy,
Sunan al-Kubra (no. 8779, 11213).
Istinbat hadits
Dalam hadits ini disebutkan macam kehidupan yang terbaik, yang
kadarnya hanya Allah yang Tahu kondisi kehidupan tersebut. Yang
pertama, seorang laki-laki yang senantiasa siap menghadapi musuh dan
berjihad di jalan Allah, dan ia selalu mengharapkan menjadi syahid.
Kedua, seorang yang mengasingkan diri dan senantiasa menjaga
ibadahnya dan agamanya sampai ia ajalnya tiba.
Imam As-Suyuthiy mengatakan, “kesimpulan hadits ini ialah dorongan
untuk berjihad kepada musuh agama, berjihad terhadap diri sendiri dan
syaithan, serta berpaling dari menikmati kelezatan.”
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 11125, 11322, 11535, 11838),
Al-Bukhariy, shahih bukhariy (no. 2786, 6494), Muslim, shahih muslim (no.
122/1888, 123/1888), Abu Daud, sunan Abi Daud (no. 2485), At-Tirmidziy,
sunan at-tirmidziy (no. 1660), an-Nasa’iy, sunan an-Nasa’iy (no. 3105).
19
Istinbat hadits
Hadits ini dan hadits sebelumnya memiliki kemiripan, yakni membahas
dua hal, yang pertama perkara jihad, dan yang kedua perkara pengasingan
diri. Dalam Fathul Bariy diterangkan, bahwasannya pengasingan diri yang
merupakan asal adalah dalam kondisi terjadi fitnah, bukan dalam keadaan
yang biasa-biasa, sebagaimana dipertegas dengan hadits dari Abu
Hurairah, bahwasannya ada seorang laki-laki yang lewat diperbukitan, dan
disana ada mata air yang tawar, lalu ia takjub lalu ia berucap, “sekiranya
aku ber’uzlah”, lantas ia meminta izin kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam, maka beliau bersabda, “jangan lakukan (hal tersebut) karena
tempat salah seorang diantara kalian fi sabilillah (berjuang dijalan Allah)
lebih utama dari shalatnya di rumahnya selama 70 tahun.”
Dari isyarat dua hadits di atas, bolehlah kita memahami bahwasannya ada
dua pilihan ketika terjadi fitnah, pertama berjihad, dan yang kedua
mengasingkan diri. Wallahu’alam.
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
20
Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhariy, shahih bukhariy (no.3606, 7084),
Muslim, shahih muslim (no. 51/1847).
Istinbat hadits
Kelak akan ada para da’i (penyeru) yang mengajak kepada perbuatan yang
diharamkan, sehingga ajakan mereka adalah ajakan kepada neraka. Dan
ciri-ciri mereka dalam hadits ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang
‘Arab. Dalam fathul bariy dikutip sebuah riwayat dari Abu al-Aswad yang
menyebutkan mereka adalah orang-orang yang hatinya adalah hati syetan
dalam tubuh manusia.
Ber’uzlah sampai harus mengigit akar pohon, ada yang mengatakan itu
sebuah kinayah bahwa saking harusnya berpegang teguh kepada jama’ah
muslimin dan pemimpinnya meskipun durhaka (maksiat). Sementara al-
Baidlawiy berpendapat, maknanya ialah jika tidak ada lagi di atas
permukaan bumi ini seorang khalifah (pemimpin) maka wajib untuk
beruzlah dan bersabar menanggung kerasnya zaman. dan menggigit akar
pohon merupakan kinayah dari kesulitan yang berlipat ganda atau bisa
juga maksudnya (al-luzum) sebagaimana adanya, yakni benar-benar
menggigit akar pohon. Wallahu’alam.
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhariy, shahih bukhariy (no.19, 3300, 3600,
6495, 7088), Abu Daud, sunan abi daud (no. 4267), An-Nasa’iy, sunan an-
Nasa’iy (no. 5036).
Istinbat hadits
Imam al-Bukhariy meletakkan hadits ini dalam kitab iman, bab minad din
al-firar minal fitan (termasuk dari agama (diin) lari (menjauh/menghindar)
dari fitnah), bolehlah kalau dipahami bahwa sifat fitnah itu semakin
21
didekati dan terlibat di dalamnya akan semakin rumit dan besar, sehingga
muncul bahwa hal yang terbaik yang dapat dilakukan untuk mengadapi
fitnah adalah dengan menjauhinya. Pemahaman ini juga didasari dari
hadits-hadits yang tersimpan dalam kitab al-fitan yang cenderung
menganjurkan dalam menghadapi fitnah, untuk diam di rumah atau
mengasingkan diri. Namun dalam hadits-hadits sebelumnya ada juga opsi
untuk berjihad. Wallahu’alam
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh An-Nasa’iy, sunan al-kubra (no. 7979), Abu Daud,
sunan abi daud (no. 4246).
Istinbat hadits
Hadits ini sebagaimana hadits sebelumnya no. 3979, yakni mengabarkan
supaya hidup dengan mengasingkan diri.. Lantaran keadaan sudah tidak
memungkinkan untuk hidup berdampingan atau bersosial dengan yang
lain, ketika fitnah telah merajalela dan bertebarannya para penyeru yang
mengajak orang-orang ke neraka. Wallahu’alam
22
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 8928), ad-Darimiy, sunan ad-
Darimiy (no. 2823), al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (no. 6133), Muslim, Shahih
muslim (no. 63/2998), Abu Daud, Sunan Abi Daud (no. 4862), Ibnu Hibban,
Shahih Ibni Hibban (no. 663), al-Baihaqiy, sunan al-Kubra (no. 20418).
Istinbat hadits
Hadits ini merupakan khabar, namun maknanya adalah perintah (amr),
yakni hendaklah seorang mu’min tidak terjerumus ke dalam lubang yang
sama untuk kedua kalinya. Dari hadits ini terdapat isyarat, bahwasannya
seorang mu’min mestilah waspada dan berfikir dahulu dalam mengambil
tindakan, tidak lalai dan ceroboh. Himbauan Nabi ini, dijelaskan dengan
panjang lebar dalam syarah-syarah haditsnya, namun pada intinya hadits
ini menuntut seorang mu’min untuk cerdas dan bijak, tidak tergesa-gesa
dan ceroboh dalam bertindak, baik dalam urusan dunia, apalagi utamanya
urusan agama. Wallahu’alam.
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Istinbat hadits
Hadits no. 3983 ini dan hadits 3982 sebelumnya redaksi matannya sama
persis, yang berbeda adalah sanadnya. Boleh jadi Ibnu Majah menyimpan
hadits ini dalam bab yang sama untuk menjadi syahid bagi hadits
sebelumnya, atau menunjukkan bahwa hadits ini memiliki jalur lain dari
sahabat yang berbeda yakni, Ibnu ‘Umar. Para mukharij yang menyimpan
hadits ini dalam kitabnya, masing-masing menggunakan jalur dari Abu
Hurairah, Sa’id al-Musayyab, lalu az-Zuhriy, dan seterusnya.
Yang menjadi pertanyaan cukup membuat penasaran ialah alasan Ibnu
Majah menyimpan hadits ini dalam bab ‘uzlah, lantaran secara tersurat
hadits ini tidak seperti hadits-hadits sebelumnya dalam bab ‘uzlah, yang
23
mudah dimengerti peletakkannya dalam bab ini, sedangkan dua hadits ini,
barang kali kiranya perlu pemahaman yang berbeda untuk mengerti alasan
peletakkannya dalam bab ini. Wallahu’alam.
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 18374), ad-Darimiy, sunan as-
darimiy (no. 2573), al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (no.52), Muslim, Shahih
Muslim (no. 107/1599).
Istinbat hadits
Para ulama sepakat terhadap besarnya penaruh hadits ini dan banyaknya
faidah yang terkandung di dalamnya. selain itu, hadits ini adalah salah satu
yang menjadi pokok dari (ajaran) Islam. Sekelompok ulama mengatakan
24
hadits ini adalah sepertiga dari Islam, bersama dua hadits lainnya yaitu
ِ ” ْاْل َ ْع َما ُل ِبdan “ُ” ِم ْن ُحس ِْن ِإس ََْل ِم المرء تركه ماَل َي ْعنِيه. Abu Daud as-
“النيَّ ِة
Sikhtiyaniy menuturkan, “pokok dari (Islam) ialah empat hadits. Tiga
hadits yang di atas, dan hadits “” ََل يُؤْ ِمنُ أ َ َحد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ ِْل َ ِخي ِه َما ي ُِحبُّ ِل َن ْف ِس ِه
atau ada juga yang mengatakan hadits “ َّللاُ وازهد مافي أَ ْيدِي َّ َاز َه ْد فِي الدُّ ْنيَا ي ُِحبُّك
ْ
ُ َّاس ي ُِحبُّكَ الن
اس ِ َّ”الن. Ulama mengatakan, alasan besarnya pengaruh dari hadits
ini ialah hadits ini memberitahukan berkenaan dengan hal-hal yang baik
dari makanan, minuman, pakaian dan yang lainnya (yang terkandung
dalam redaksi yang halal itu jelas), dan kepantasan untuk meninggalkan
perkara syubhat karena ini menjadi alasan dalam menjaga agama dan
kehormatan.
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bariy mengutarakan bahwasannya
makna syubhat itu ada empat. Pertama, ta’arudlu adillah (pertentangan
dalil-dalil), syubhat ini menimpa kepada sebagian kecil manusia yang
dapat mengetahui syubhat yakni mereka yang disebut mujtahid. Akan
tetapi terkadang syubhat pun muncul kepada mereka ketika dihadapkan
kepada kasus sulitnya men-tarjih salah satu di antara dua dalil. Kedua,
Ikhtilaf ulama yang terjadi karena adanya makna pertama (adanya dalil-
dalil yang bertentangan). Ketiga, yang dimaksud dengan syubhat ialah
makruh. Keempat, yang dimaksud dengan syubhat ialah mubah.
Dalam hadits ini diisyaratkan bahwa hati adalah pengontrol raga. Keadaan
raga bagaimana pun tergantung kepada keadaan hati. Dendan begitu,
fungsi raga yang cenderung kepada amal atau perbuatan akan dipengaruhi
oleh hati, hati akan dipengaruhi oleh input yang dalam hal ini kaitannya
dengan perkara halal dan haram. Hati akan terjaga dengan yang halal dan
bagaimana hati rusak dengan yang haram. Serta menjauhi perkara syubhat
adalah slah satu upaya menjaga hati dari perkara yang dapat merusaknya.
Bila seseorang banyak mengkonsumsi yang halal maka ia akan baik dan
maslahat. Namun jika ia banyak dirasuki yang haram, maka ia akan rusak
dan berakibat buruk. Oleh karena itulah, barangkali para ulama terdahulu
sangat menjaga apa yang masuk den dalam perut mereka, dan apa yang
mereka kenakan. Dikhawatirkan itu sesuatu yang haram atau syubhat.
Sebagaimana terjadi pada Imam Hanafi, dan Imam al-Bukhariy.
Wallahu’alam.
Syarah Hadits:
25
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Abu Daud Ath-Thayalisiy, Musnad Abi Daud ath-
Thayalisiy (no. 974), Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibni Abi Syaibah (no. 37299),
Ahmad Musnad (no. 20311), Muslim, shahih muslim (no. 130/2948), At-
Tirmidziy, sunan at-tirmidziy (no. 2201), Ibnu Hibban, Shahih Ibni Hibban (no.
5957).
Istinbat hadits
Kedudukan ibadah dalam kondisi yang berat ketika terjadi kekacauan
dalam setiap urusan manusia, sepadan dengan melakukan hijrah. Imam
An-Nawawi berkomentar meningkatnya keutamaan ibadah ialah lantaran
dalam (kondisi tersebut) manusia (semakin) lalai dan lengah terhadap
ibadah, mereka lebih banyak mengurusi kesibukannya dan tidak
meluangkan waktu sama sekali untuk melaksanakannya kecuali hanya
sedikit orang saja. Wallahu’alam.
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Muslim, shahih Muslim (no. 232/145), Abu
‘Awaanah, Mustakhraj Abi ‘Awaanah (no. 298), ath-Thahawiy, Syarah Musykil
al-Atsar (no. 690).
26
Malik dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Sesungguhnya Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali
dalam keadaan asing, maka berbahagialah bagi orang-orang yang terasing."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Hasan Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibni Abi Syaibah (no.
34367), Ahmad Musnad (no. 9054) keduanya dengan redaksi () ِإ َّن الدِينَ َبدَأ َ غ َِريبًا,
At-Tirmidziy, Sunan at-Tirmidziy (no. 2629), Abu Ya’la al-Maushiliy, Musnad
Abi Ya’la al-Maushiliy (no. 6190), Ath-Thabraniy, Mu’jam al-Ausath (no. 1925).
Syarah Hadits:
Takhrij
Menurut Syaikh Albaniy Hadits ini shahih tanpa ()قال قيل.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibni Abi
Syaibah (no. 260, 34366), Ahmad Musnad (no. 3784), ad-Darimiy, sunan ad-
darimiy (no. 2797),
Istinbat hadits
Hadits 3986, 3987, dan 3988 memiliki kesamaan makna meski redaksinya
sedikit berbeda. Maksud islam muncul pada masa awal dalam keadaan
asing bagi yang lain, lantaran mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan
apa yang dianut orang-orang jahiliyyah yang syirik dan ini akan terulang
di akhir zaman ketika manusia telah fasad dan nampaknya berbagai fitnah
(huru-hara). Atau bisa juga lantaran jumlah pengikut Islam pada masa
awal hanya sedikit, dan keadaan tersebut akan terulang kelak di masa
akhir, Islam akan kembali dianut oleh sedikit orang. Lalu orang-orang
Islam yang asing ini digembirakan dengan ungkapan “berbahagialah
orang-orang yang asing”,al-Imam as-Suyuthiy menuturkan hal itu ialah
surga bagi orang-orang asing dari kaum muslimin di masa awal dan akhir
27
karena kesabaran mereka menahan gangguan kaum kafir dengan jumlah
mereka yang minoritas sambil menggenggam Islam dengan kuat dan rekat.
Maksud orang-orang asing ialah yang memisahkan diri dari kelompoknya
(kabilahnya) ialah mereka yang mengadakan perbaikan ketika orang-orang
mengadakan kerusakan setelah zaman kenabian dalam koridor sunnah,
yakni mereka mengamalkannya lantas mereka menampakkannya dalam
kadar kemampuan mereka maka orang-orang ini bagi kaumnya adalah
orang-orang yang terpisah dan terbuang seperti orang asing.
Bab 16: man turjaa lahu as-salaamatu min al-fitani (orang yang diharap selamat
dari fitnah-fitnah)
Hadits no: 3989
سى ب ِْن َ ع ْن ِعي َ ،َ أ َ ْخبَ َرنِي اب ُْن لَ ِهيعَة:َب قَال ٍ َّللاِ ب ُْن َو ْه
َّ ُع ْبد َ َحدَّثَنَا:ََحدَّثَنَا َح ْر َملَةُ ب ُْن يَحْ يَى قَال
أَنَّهُ خ ََر َج َي ْو ًما ِإلَى َم ْس ِج ِد،ب ِ َطا َّ ع َم َر ب ِْن ْالخ
ُ ع ْنَ ،ع ْن أَبِي ِه َ ،ع ْن زَ ْي ِد ب ِْن أ َ ْسلَ َمَ ،الرحْ َم ِن َّ ع ْب ِد
َ
َّسل َم َ
َ عل ْي ِه َوَ ُصلى هللا َّ َ ِ فَ َو َجدَ ُمعَاذَ بْنَ َجبَ ٍل قَا ِعدًا ِع ْندَ قَب ِْر النَّبِي،سل َم َّ َ
َ عل ْي ِه َو َ ُصلى هللاَّ َ َِّللاَّ سو ِل ُ َر
ُس ِم ْعتَ ،سلَّ َم َ علَ ْي ِه َو َ ُصلَّى هللا َ َِّللاَّ سو ِل ُ س ِم ْعتُهُ ِم ْن َر
َ َي ٌء ْ يُ ْب ِكينِي ش:َ َما يُ ْبكِيكَ ؟ قَال:َيَ ْب ِكي؟ فَقَال
ْ فَقَد،عادَى ِ ََّّللِ َو ِليًّا َ َو ِإ َّن َم ْن، ٌاء ِش ْرك ِ َالري
ِ ِير َ ِإ َّن يَس:ُ يَقُول،سلَّ َم َ علَ ْي ِه َو َ ُصلَّى هللا َّ سو َل
َ َِّللا ُ َر
َوإِ ْن، الَّذِينَ إِذَا غَابُوا لَ ْم يُ ْفتَقَدُوا،ار ْاْلَتْ ِقيَا َء ْاْل َ ْخ ِفيَا َء َ َّللاَ ي ُِحبُّ ْاْلَب َْر
َّ إِ َّن،اربَ ِةَ َّللاَ بِ ْال ُم َح
َّ َارز َ َب
ْ غب َْرا َء ُم
.ظ ِل َم ٍة َ َي ْخ ُر ُجونَ ِم ْن ُك ِل،صابِي ُح ْال ُهدَى َ َولَ ْم يُ ْع َرفُوا قُلُوبُ ُه ْم َم،ع ْوا َ ْض ُروا لَ ْم يُد َ َح
Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepada
kami ‘Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku Ibnu Lahi'ah dari Isa bin
‘Abdurrahman dari Zaid bin Aslam dari Aslam dari Umar bin Khattab, bahwa
suatu ketika dia keluar menuju masjid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu
berjumpa dengan Mu'adz bin Jabal yang sedang duduk di sisi Kuburan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam sambil menangis. Maka ia pun bertanya, "Apa yang
membuatmu manangis?" Mu'adz menjawab, "Aku menangis karena sesuatu yang
aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya riya' yang kecil
sudah terhitung syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi wali Allah maka
dia telah menantang bertarung dengan Allah. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang
apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka
mereka tidak dikenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul
dari setiap tanah yang gelap."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini dlaif menurut Syaikh Albaniy
Diriwayatkan pula oleh Ath-Thahawiy, Syarah Musykil al-Atsar (no. 1798),
Al-Hakim, Mustadrak ‘ala Shahihain (no. 4, 7933).
28
، َحدَّثَنَا زَ ْيدُ ب ُْن أ َ ْسلَ َم:َي َقال ِ ع ْبدُ ْال َع ِز
ُّ يز ب ُْن ُم َح َّم ٍد الد ََّر َاو ْر ِد َ َحدَّثَنَا:َار َقال َ َحدَّثَنَا ِهشَا ُم ب ُْن
ٍ ع َّم
ُ ََل ت َ َكادُ ت َِجد،ٍاس َكإِبِ ٍل ِمائَة ُ َّ الن:سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو َ ُصلَّى هللاَ َِّللاَّ سو ُل ُ قَا َل َر:َ قَال،ع َم َرُ َّللاِ ب ِْن َ ع ْن
َّ ع ْب ِد َ
.ًاحلَة
ِ فِي َها َر
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar telah menceritakan kepada
kami ‘Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawardiy telah menceritakan kepada
kami Zaid bin Aslam dari ‘Abdullah bin ‘Umar dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Manusia ibarat seratus ekor unta, yang
darinya nyaris tidak didapatkan (seekor pun yang layak dijadikan)
kendaraan/tunggangan."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh oleh Abu Daud Ath-Thayalisiy, Musnad Abi Daud
ath-Thayalisiy (no. 2026), Ahmad, Musnad (no. 4516, 5029, 5387, 5619, 5882,
6030, 6044, 6049, 6237), al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (no. 6498), Muslim,
Shahih Muslim (no. 232/2547), at-Tirmidziy, sunan at-Tirmidziy (no. 2872), Ibnu
Hibban, Shahih ibni Hibban (no 5797, 6172).
Istinbat hadits
Maksud hadits ini dalam syarah as-Sindiy, bahwasannya kaum mu’min
yang terpilih di antara manusia yang keberadaannya begitu mulia, seperti
unta pilihan yang kuat dimuati dan mampu bepergian yang keberadaannya
begitu langka.
Al-Azhariy menuturkan, tunggangan yang layak menurut orang ‘Arab
ialah unta yang berasal dari keturunan yang baik (يب ُ ) ْال َج َم ُل ال َّن ِج. Sehingga
ada yang berpendapat, bahwa makna hadits ini ialah bahwasannya
manusia itu sama, tidaklah seorang pun diutamakan karena nasabnya,
bahkan mereka diumpamakan dengan seratus ekor unta (yang tak ada yang
layak dijadikan tunggangan). Ibnu Qutaibah berpendapat lain, menurutnya
makna hadits ini ialah bahwasannya seorang yang zuhud dari dunia, yang
benar-benar sempurna kezuhudannya dari dunia dan pengharapannya akan
akhirat sangatlah sedikit sekali, seperti sedikitnya unta yang layak menjadi
tunggangan. (syarah Muslim oleh an-Nawawiy)
Berkata al-Khathabiy: makna hadits ini ialah manusia itu sama dalam
ahkamud diin (hukum agama) tak ada yang diutamakan, apakah itu yang
mulia atau yang tidak, apakah itu (derajat) yang tinggi atau rendah, seperti
seekor seratus unta yan tidak layak untuk dijadikan tunggangan. (Quutul
Mughtadziy, syarah as-Suyuthiy atas at-Tirmidziy)
29
ع ْن أَبِي َ َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ب ُْن:َ َحدَّثَنَا ُمحْ َّمدُ ب ُْن ِب ْش ٍر قَال:َش ْيبَةَ قَال
َ ،ع ْم ٍرو َ َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر ب ُْن أَبِي
َ ُت ْاليَ ُهود
علَى إِحْ دَى ِ َ تَفَ َّرق:سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ َِّللاَّ سو ُل ُ قَا َل َر:َ قَال،َ ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ ،َسلَ َمةَ
.ًس ْبعِينَ فِ ْرقَة ٍ علَى ث َ ََل
َ ث َو ُ
َ َوت َ ْفت َِر ُق أ َّمتِي،ًس ْبعِينَ فِ ْرقَة
َ َو
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang-orang Yahudi akan terpecah
menjadi tujuh puluh satu golongan dan ummatku akan terpecah menajadi tujuh
puluh tiga golongan."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Hasan Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Musnad (no. 8396), Ibnu Abi ‘Ashim, as-
َ )أ َ ِو اثْ َنتَي ِْن َو.
Sunnah (no. 67) keduanya dengan tambahan (ًس ْبعِينَ فِ ْرقَة
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabraniy, Mu’jam al-Kabir (no. 129), Musnad
Syamiyyin (no. 988).
30
Hadits no: 3993
َ ،ُ َحدَّثَنَا قَت َادَة:َع ْم ٍرو قَال
ع ْن َ َحدَّثَنَا أَبُو:َ َحدَّثَنَا ْال َو ِليدُ ب ُْن ُم ْس ِل ٍم قَال:َار قَال َ َحدَّثَنَا ِهشَا ُم ب ُْن
ٍ ع َّم
علَى َ ت ْ َ " ِإ َّن بَنِي ِإس َْرائِي َل ا ْفت َ َرق:سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ َِّللا َّ سو ُل ُ قَا َل َر:َ قَال، ٍأَن َِس ب ِْن َمالِك
ِ ِإ ََّل َو،ار
ً احدَة ِ َّ ُكلُّ َها فِي الن،ًس ْبعِينَ فِ ْرقَة
َ علَى ثِ ْنتَي ِْن َو
َ ست َ ْفت َِر ُقَ َوإِ َّن أ ُ َّمتِي،ًس ْبعِينَ فِ ْرقَة
َ إِحْ دَى َو
." ُعةَ ْال َج َما:ِي
َ َوه
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar telah menceritakan kepada
kami Al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Abu 'Amr telah
menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas bin Malik dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Bani Israil akan terpecah
menjadi tujuh puluh golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh
dua golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu Al-
Jama'ah."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Musnad (no. 12479), Ibnu al-Muqri’,
Mu’jam Ibnil Muqri’ (no. 411).
Istinbat hadits
Hadits no. 3991, 3992, dan 3993 memiliki kesamaan makna meski
matannya kemudian ada perbedaan baik dari redaksi atau berupa
tambahan.
Makna terpecah ialah dalam urusan ushul (hal yang pokok) yaitu seperti
urusan aqidah, bukan furu (bukan yang pokok) seperti ‘amaliyah.
Demikian dalam hasyiyah as-Sindiy.
Maksud umat Islam terpecah menjadi 73 firqah, 72 akan masuk ke neraka,
dan satu yang tersisa akan menjadi penghuni surga. Ada khilaf dalam
permasalahan ini, yakni yan berkenaan dengan kelanggengan mereka di
neraka, lantaran kaum mu’minin tidak langgeng di neraka, jika mereka
masuk ke dalamnya lantaran dosa atau kemakshiatan. Namun, yang
dimaksud hadits ini boleh jadi mereka menjadi penghuni neraka karena
konteks terjadi perpecahan yakni terjadi perbedaan dalam urusan aqidah,
sehingga umat Islam yang 72 firqah tersebut dikategorikan telah
melenceng dalam hal yang ushul dan jatuh pada kesyirikan. Sehingga
mereka layak menjadi penghuni neraka karena hal tersebut. Wallahu’alam.
Maksud dari al-Jama’ah ialah kelompok atau golongan yang sesuai dengan
madzhab atau kelompok para sahabat dalam aqidah yang mereka pegang
teguh. Dalam hadits at-Tirmidziy dikemukakan padanan dari al-Jama’ah
ialah “”ما أنا عليه و أصحابي.
31
يَا: قَالُوا، ب لَدَخ َْلت ُ ْم فِي ِه َ َحتَّى لَ ْو دَ َخلُوا فِي جُحْ ِر، َو ِشب ًْرا ِب ِشب ٍْر،ٍعا ِبذ َِراع
ٍ ض ً َوذ َِرا،ٍِببَاع
. فَ َم ْن إِذًا:َارى؟ قَالَ صَ َّ َوالن،َُّللاِ ْاليَ ُهود
َّ سو َل
ُ َر
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan
kepada kami Yazid bin Harun dari Muhammad bin 'Amr dari Abu Salamah dari
Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh, kalian akan mengikuti jalan (cara hidup) orang-orang sebelum kalian
sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta dan sejengkal demi sejengkal, sehingga
sekiranya mereka masuk ke lubang biawak, sungguh kalian juga akan mengikuti
mereka." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka orang-orang
Yahudi dan Nahsrani?" beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka."
Syarah hadits:
Takhrij
Hadits ini Hasan Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibni Abi Syaibah (no.
37376), Ahmad, Musnad (no. 8340, 9819, 10827), al-Bukhariy, Shahih Bukhariy
(no.7320), al-Hakim, Mustadrak ‘ala Shahihain (no. 106).
Istinbat hadits
Dalam Fathul Bariy dikutip penuturan ‘Iyadl mengenai pernyataan dalam
hadits (يق َودُ ُخو ُل ْالجُحْ ِر َّ ع َو
ُ الط ِر ُ الشب ُْر َوالذ َِرا
ِ ), yang maksudnya ialah tamtsil
atau perumpamaan bagi iqtidaa’ urusan meniru dan mengikuti Yahudi dan
Nashrani dalam setiap hal yang dilarang dan dikecam oleh Syari’at.
32
menanyakan, "Apakah mungkin kebaikan akan mendatangkan keburukan?"
Beliau bersabda: "Sesungguhnya kebaikan itu tidak mendatangkan kecuali
kebaikan, namun apakah ia (harta) merupakan kebaikan? Sungguh, setiap sesuatu
yang ditumbuhkan musim semi akan mati dengan sia-sia, atau mendekati
kematian, kecuali pemakan tumbuhan (vegetarian/herbivora), ia terus saja makan
hingga apabila lambungnya telah melebar, maka ia akan menghadap matahari
sambil mengeluarkan kotorannya dan kencing. Setelah itu ia kembali makan lagi.
Maka barangsiapa mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar akan diberkahi,
dan barangsiapa mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar maka
perumpamaannya ibarat orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh Abu Daud Ath-Thayalisiy, Musnad Abi daud Ath-
Thayalisiy (no.2294), Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibni Abi Syaibah (no. 34381),
Ahmad, Musnad (no. 11035, 11157, 11865), al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (no.
1465, 2842, 6427), Muslim, Shahih Muslim (no. 121, 122, 123/1052), an-Nasa’iy,
Sunan an-Nasa’iy (no. 2581).
Istinbat hadits
Yang diisyaratkan dengan kebaikan ( )الخيرialah harta. Hadits ini
menerangkan bahwasannya sabda Nabi yang dipermulaan “Tidak! Demi
Allah, tidak ada yang aku khawatirkan atas kalian wahai manusia, kecuali
gemerlapnya dunia yang Allah keluarkan.” Menitik tekankan zahratud
dunya (keindahan, gemerlap, kesenangan dunia) menjadi hal yang perlu
diwaspadai. Dalam Fathul Bariy disebutkan zahratud dunya merupakan
keni’matan dari Allah, maka apakah keni’matan ini akan memalingkan
kepada keburukan? Oleh karena itulah, ada yan menanyakan apakah
kebaikan (harta/bagian dari zahratud dunya) bisa mendatangkan kejelekan.
Lantas Nabi memberikan jawaban yang begitu bijaknya, “tidaklah
kebaikan itu mendatangkan melainkan kebaikan pula, namun apakah ia
(harta) kebaikan?” lalu beliau melanjutkan jawabannya dengan lebih bijak
lagi, “...barangsiapa mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar akan
diberkahi, dan barangsiapa mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak
benar maka perumpamaannya ibarat orang yang makan dan tidak pernah
merasa kenyang." Maka harta bisa menjadi kebaikan tatkala ia diperoleh
dengan benar, dalam Fathul Bariy ada penjelasan tambahan yaitu (serta)
dibelanjakan (dikeluarkan) dengan benar. Wallahu ‘alam.
33
َ ث ُ َّم ت َ ْن، َ أ َ ْو نَحْ َو ذَلِك، َغضُون
ط ِلقُونَ فِي َ ث ُ َّم تَتَبَا، َ ث ُ َّم تَتَدَابَ ُرون، َسدُون َ ث ُ َّم تَت َ َحا، َسون
ُ َغي َْر ذَلِكَ تَتَنَافَ
.ض ٍ ب بَ ْع ِ علَى ِرقَا َ ض ُه ْم َ فَتَجْ عَلُونَ بَ ْع، َاج ِرين ِ ين ْال ُم َه
ِ سا ِك َ َم
Telah menceritakan kepada kami 'Amr bin Sawwad Al-Mishri telah mengabarkan
kepadaku ‘Abdullah bin Wahb telah memberitakan kepada kami 'Amr bin Al-
Harits bahwa Bakr bin Sawadah telah menceritakan kepadanya, bahwa Yazid bin
Rabah menceritakan kepadanya dari ‘Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Apabila
dibukakan untuk kalian perbendaharaan Persia dan Romawi, maka kalian akan
menjadi kaum seperti apa?" Abdurrahman bin 'Auf menjawab, "Kami akan
mengatakan sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada kami." Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ataukah kalian akan menjadi selain itu?
Yaitu kalian saling berlomba-lomba (bersaing), saling hasud (dengki), saling
memutuskan (hubungan/taqaatu’), saling membenci atau yang seperti itu
(lainnya). kemudian kalian pergi ke tempat tinggal para Muhajirin, maka sebagian
kalian memukul leher sebagian yang lain (berperang)."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh Muslim, Shahih Muslim (no. 7/2962), Ibnu Hibban,
Shahih Ibni Hibban (no. 6688), ath-Thabraniy, Mu’jam al-Kabir (no 132).
Istinbat hadits
Salah satu fitnah bagi kaum muslim ialah ketika harta melimpah, pintu-
pintunya dibukakan lebar-lebar sebagaimana dibukakannya
perbendaharaan Persia dan Romawi dalam redaksi hadits di atas. Lalu
setelah itu, bisa terjadi kemungkinan paling buruk yakni bisa jadi kaum
muslim menjadi saling bersaing yaitu berlomba-lomba dan tidak senang
bila ia didahului oleh yang lainnya (inilah derajat pertama dari hasud),
saling dengki (hasud) yaitu mengharapkan seorang yang mendapat nikmat
supaya kehilangan nikmatnya tersebut, saling memutuskan (hubungan),
terkadang rasa kasih masih tersisa namun juga kadang tidak tersisa sama,
saling benci dan yang lainnya. Wallahu’alam.
34
َّللاِ َما ْالفَ ْق َر أ َ ْخشَى ُ َ َوأ َ ِملُوا َما ي، أ َ ْبش ُِروا:ََّللاِ قَال
َّ فَ َو،س ُّر ُك ْم َّ سو َل ُ يَا َر، أ َ َج ْل: قَالُوا،ِمنَ ْالبَحْ َري ِْن؟
ُ َ فَتَنَاف،علَى َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم
سوهَا َ ت َ َك َما بُ ِس،علَ ْي ُك ْم
ْ ط َ س
َ ط الدُّ ْنيَا َ علَ ْي ُك ْم أ َ ْن ت ُ ْب
َ َولَ ِكنِي أ َ ْخشَى،علَ ْي ُك ْم َ
. فَت ُ ْه ِل َك ُك ْم َك َما أ َ ْهلَ َكتْ ُه ْم،سوهَا
ُ ََك َما تَنَاف
Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abdul A'la Al-Mishri telah
mengabarkan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu
Syihab dari 'Urwah bin az-Zubair bahwa al-Miswar bin Al-Mahramah
mengabarkan kepadanya dari 'Amru bin 'Auf seorang sekutu Bani 'Amir bin Lu'ay
dan termasuk dari salah seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Badr
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutus Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah ke
negeri Bahrain untuk mengambil jizyah (pajak) ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah membuat perdamaian dengan penduduk Bahrain dan
mengangkat al-A'la bin al-Hadlrami sebagai penguasanya. Lalu Abu 'Ubaidah
pulang dengan membawa harta benda dari Bahrain, ketika kaum Anshar
mendengar kembalinya Abu 'Ubaidah mereka tengah mengerjakan shalat shubuh
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika beliau selesai shalat,
beliau beranjak pergi, mereka pun mencegahnya sehingga beliau tersenyum
melihat tingkah laku mereka. Lalu beliau bersabda: "Aku kira kalian telah
mendengar Abu 'Ubaidah telah kembali dengan membawa sesuatu dari Bahrain?"
para sahabat menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Berilah
kabar gembira dan carilah apa yang dapat membuat kalian gembira. Demi Allah,
bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan terhadapa diri kalian, akan tetapi
yang aku khawatirkan terhadap diri kalian adalah dibentangkannya kemudahan
dunia pada diri kalian sebagaimana dibentangkannya kepada orang-orang sebelum
kalian, lalu kalian saling berlomba untuk mendapatkannya sebagaimana mereka
berlomba, sehingga harta tersebut akan membinasakan kalian sebagaimana juga
membinasakan mereka."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini Shahih menurut Syaikh Albaniy.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Musnad (no. 17234), al-Bukhary, Shahih
Bukhariy (no. 3158, 4015, 6425), Muslim, Shahih Muslim (no. 6/2961), at-
Tirmidziy, Sunan at-Tirmidziy (no. 2462).
Istinbat hadits
Dalam Fathul Bariy disebutkan bahwasannya resiko antara faqir dan kaya
itu lebih berbahaya kaya, lantaran resiko bahaya yang muncul dari
kefaqiran ialah urusan duniawi, sedangkan resiko bahaya (madlarat)
kekayaan ialah urusannya kepada agama.
35
َ َ ع بَ ْعدِي فِتْنَةً أ
ض َّر ُ َ َما أَد:سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َّ سو ُل
َ َِّللا َ ُ ع ْن أ
ُ قَا َل َر:َ قَال،ٍسا َمةَ ب ِْن زَ ْيد َ ،ِالنَّ ْهدِي
.اء
ِ س
َ ِ ِمنَ الن،الر َجا ِلِ علَى َ
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal As-Shawaf telah menceritakan
kepada kami ‘Abdul Warits bin Sa'id dari Sulaiman At-Taimi. Tahwil (dalam jalur
lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami 'Amr bin Rafi' telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Mubarak dari Sulaiman At-Taimi
dari Abu ‘Utsman An Nahdi dari Usamah bin Zaid dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah
yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada wanita."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini shahih menurut syaikh Albaniy.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhariy, shahih al-Bukhariy (no.
5096), Muslim, shahih muslim (no. 97/2740, 98/2741), At-Tirmidziy, sunan at-
Tirmidziy (no. 2780), Ahmad, Musnad (no. 21746, 21829).
Istinbat hadits
Fitnah wanita sebagaimana disebutkan Rasulullah merupakan fitnah yang
besar dan berbahaya. Hal ini diisyaratkan dalam ayat “zuyyina linnasi
hubbus syahawati minan nisaa’i” diawali dengan penyebutan wanita
menunjukkan isyarat bahwa wanita adalah yang asal (pokok) dari sisanya
yang lain. Sebagian ahli hikmah berkata, wanita itu jelek seluruhnya, dan
sejelek-jelek yang ada padanya ialah sifat tidak pernah cukup.
Syarah Hadits:
Takhrij
Syaikh Albaniy menilai hadits ini sangat dlaif (dlaif jiddan)
Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, Mustadrak ‘alas shahihain (no. 2672,
8679).
36
، َعان َ ي ب ُْن زَ ْي ِد ْب ِن ُج ْدُّ ع ِل َ َحدَّثَنَا:َ َحدَّثَنَا َح َّمادُ ب ُْن زَ ْي ٍد قَال:َي قَال ُّ ِسى اللَّ ْيث
َ ان ب ُْن ُموُ َحدَّثَنَا ِع ْم َر
:َام َخ ِطيبًا فَ َكانَ فِي َما قَال َ َ ق:سلَّ َم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َّ سو َل
َ َِّللا ُ أ َ َّن َر،ٍس ِعيد َ ع ْن أَبِيَ ،َ ع ْن أَبِي نَض َْرة َ
َواتَّقُوا، أ َ ََل فَاتَّقُوا الدُّ ْن َيا، َْف ت َ ْع َملُونَ َاظ ٌر َكي َّ َو ِإ َّن،ٌَض َرة ٌ ُح ْل َوة
ِ فَن،َّللاَ ُم ْست َْخ ِلفُ ُك ْم فِي َها ِ ِإ َّن الدُّ ْن َيا خ
.سا َءَ ِالن
Telah menceritakan kepada kami 'Imran bin Musa Al-Laitsi telah menceritakan
kepada kami Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami Ali bin Zaid bin
Jud'an dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkhutbah, dan di antara isi khutbahnya adalah: 'Sesungguhnya dunia
adalah lahan yang hijau dan manis, dan Allah menyerahkannya kepada kalian, lalu
Allah akan melihat apa yang kalian kerjakan. Ketahuilah, berhati-hatilah kalian
dari (keindahan) dunia dan wanita."
Syarah Hadits:
Takhrij
Syaikh Albaniy menilai hadits ini dlaif.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Musnad (no. 11143, 11169, 11426, 11587,
11796), Muslim, shahih muslim (no. 99/2742), At-Tirmidziy, sunan at-Tirmidziy
(no. 2191), an-Nasa’iy, sunan al-Kubra (no. 9224), Ibnu Hibban, Shahih Ibni
Hibban (no. 3221).
Dalam Sunan Ibni Majah yang ditahqiq al-Arnauth, disebutkan hadits
shahih, hanya saja sanad yang ini dlaif lantaran terdapat rawi yang dlaif yaitu Ali
bin Zaid bin Jud'an.
Istinbat hadits
Bagaimanapun gelap dan pahitnya kehidupan dunia, namun tetap manusia
betah dan nyaman tinggal di dalamnya, karena esensinya kehidupan dunia
ialah lahan yang hijau dan manis sebagaimana disebutkan hadits ini.
Namun ditengah itu semua manusia harus ingat akan tanggung jawab dan
kewajiban yang Allah serahkan kepada manusia sebagai khalifah di
dalamnya. Dan tetaplah berhati-hati terhadap dunia ini serta berhati-hatilah
terhadap wanita. Wallahu’alam.
37
menampakkan perhiasannya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun
bersabda: "Wahai manusia sekalian, laranglah isteri-isteri kalian mengenakan
perhiasan dan memakai minyak wangi di masjid, sesungguhnya Bani Israil tidak
dilaknat kecuali karena wanita mereka memakai perhiasan dan mengenakan
minyak wangi dalam masjid-masjid."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini dlaif menurut Syaikh Albaniy.
Dalam sanadnya ada Musa bin ‘Ubaidah, ia seorang rawi yang dlaif.
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Albaniy.
Dalam Sunan Ibni Majah yang ditahqiq al-Arnauth, disebutkan dalam sanad
hadits ini ada ‘Ashim bin ‘Ubaidillah, ia seorang rawi yang dlaif.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 7356, 8773, 9727,
9938), Abu Daud, Sunan Abi Daud (no. 4174).
Istinbat hadits
Seorang wanita sebaiknya tidak memaki wewangian ketika hendak ke
masjid atau secara umum keluar rumah. Lantaran baunya dikhawatirkan
akan menarik perhatian lelaki untuk memandangnya dan dengan
pandangan dikhawatirkan akan membangkitkan syahwat. Wallahu’alam
38
َّ سو َل
َِّللا ُ َو َما لَنَا يَا َر:ٌت ْام َرأَة ٌ ِم ْن ُه َّن َج ْزلَة ِ َ فَقَال،ار ِ َّ فَإِنِي َرأ َ ْيت ُ ُك َّن أ َ ْكث َ َر أ َ ْه ِل الن،ار ِ َِمنَ ِاَل ْستِ ْغف
بَ َِين أ َ ْغل
ٍ ع ْق ٍل َود َ ت ِ صا َ ِ َما َرأَيْتُ ِم ْن نَاق،ِير َ َوت َ ْكفُ ْرنَ ْالعَش، َ ت ُ ْكثِ ْرنَ اللَّ ْعن:َار؟ قَال ِ َّأ َ ْكث َ َر أ َ ْه ِل الن
ُ ش َهادَة َ َ ف:ان ْال َع ْق ِل
ِ ص َ "أ َ َّما نُ ْق:َِين؟ قَال ِ ان ْال َع ْق ِل َوالد ُ صَ َّللاِ َو َما نُ ْق
َّ سو َل ُ َيا َر:ت ْ َ قَال،ب ِم ْن ُك َّنٍ ُِلذِي ل
َوت ُ ْف ِط ُر فِي،ص ِلي َ ُ ي َما ت ُ َوت َْم ُك،ان ْالعَ ْق ِل
َ ث اللَّيَا ِل ِ ص َ فَ َهذَا ِم ْن نُ ْق،ش َهادَة َ َر ُج ٍل َ ْام َرأَتَي ِْن ت َ ْع ِد ُل
."ِينِ ان الد ِ ص َ فَ َهذَا ِم ْن نُ ْق، َضان َ َر َم
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah memberitakan
kepada kami Al-Laits bin Sa'd dari Ibnu Al-Had dari ‘Abdullah bin Dinar dari
‘Abdullah bin ‘Umar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau
bersabda: "Wahai para wanita, perbanyaklah sedekah dan istighfar, sungguh saya
melihat kebanyakan kalian adalah penghuni neraka." Lalu seorang wanita
berbadan gemuk dari mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa kami yang
paling banyak masuk ke dalam neraka?" Beliau menjawab: "Kalian banyak
melaknat dan mengkhianati perlakuan suami, saya tidak pernah melihat makhluk
berakal yang akal dan agamanya kurang selain kalian." Wanita tersebut kembali
bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang di maksud dengan kekurangan akal dan
agama?" beliau menjawab: "Adapun akalnya kurang disebabkan karena kesaksian
dua orang wanita sama dengan kesaksian seorang laki-laki, ini termasuk dari
kekurangan akal. Kalian berdiam beberapa hati tidak shalat dan berbuka di bulan
Ramadlan adalah bukti kurangnya agama kalian."
Syarah Hadits:
Takhrij
Hadits ini shahih menurut Syaikh Albaniy.
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad, Musnad (no. 5343), Muslim,
shahih muslim (no. 79/ 132), Abu Daud, sunan abi Daud (no. 4679).
Istinbat hadits
Imam An-Nawawi menuturkan, hadits ini menganjurkan supaya
menasihati wanita, dan mengingatkan mereka kepada akhirat serta hukum-
hukum Islam, yang diantaranya memberikan haq mereka untuk
disedekahkan. Dan hal ini bila tidak dilakukan dengan benar bisa
mengakibatkan kemafsadatan dan menimbulkan kekhawatiran kepada
pemberi nasihat dan yang diberi nasihat serta orang lain.
Wanita memiliki dua kelemahan atau kekurangan yang menjadi bawaan
mereka, yakni akal dan agama. Oleh karenanya, mereka harus bisa
mengolah sisi lain yakni perasaan yang dominan dalam diri mereka dari
pada akal dengan baik, dan memperbanyak ibadah sunat untuk menutupi
ibadah wajib yang tertinggal. Wallahu’alam.
39