Anda di halaman 1dari 128

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR
SKALA LINGKUNGAN

POS 2.4

PROGRAM
KOTA TANPA KUMUH
(KOTAKU)
TAHUN 2018








PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)













Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii
DAFTAR SINGKATAN iv
A. PENGERTIAN 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN 1
C. SASARAN 1
D. RUANG LINGKUP 1
E. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN 1
F. JENIS-JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN 5
G. PERAN PELAKU 7
H. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS 10
1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis 11
2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis 13
I. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI 34
1. Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi 35
2. Tahap Pelaksanaan Konstruksi 42
J. TAHAP KEBERLANJUTAN 58
K. LAMPIRAN 61

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan iii
DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BDI : Bantuan Dana Investasi, dulu disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BOP : Biaya Operasional Pelaksanaan
DED : Detailed Engineering Design
FHO : Final Hand Over/ Penyerahan Akhir Pekerjaan (setelah masa
pemeliharaan berakhir)
KK : Kepala Keluarga
KME : Konsultan Manajemen Evaluasi
KMP : Konsultan Manajemen Pusat
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
LPJ : Laporan Pertanggungjawaban
LSM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
M&E : Monitoring and Evaluation
O&P : Operasional dan Pemeliharaan
OJT : On Job Training
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
PHO : Provisional Hand Over / Serah Terima Pertama Pekerjaan
PJM : Perencanaan Jangka Menengah
PKP : Perumahan dan Kawasan Permukiman
PKP2B : Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan
PLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Pokja PKP : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PS : Pemetaan Swadaya
PT : Perguruan Tinggi
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RDTRK : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
RKP-KP : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

iv Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
RKTL : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut
RP2KP-KP :Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
RPD : Rencana Penggunaan Dana
RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan prioritas Permukiman
RPLP : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
RPK : Refleksi Perkara Kritis
RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga
RTH : Ruang Terbuka Hijau
RTPLP : Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
Satker : Satuan kerja
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SK : Surat Keputusan
SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan
SPK : Surat Perintah Kerja
SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
SPPDL : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
ToT : Training of Trainer
TAPP : Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif
TPA : Tempat Pemrosesan Akhir (Sampah)
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
TPPI : Tim Perencana dan Pelaksana Infrastruktur
TPS : Tempat Penampungan Sementara
ULP : Unit Layanan Pengadaan
UP : Unit Pengelola
UPK : Unit Pengelola Keuangan
UPL : Unit Pengelola Lingkungan
UPP : Urban Poverty Program

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan v
A. PENGERTIAN
Infrastruktur Skala Lingkungan adalah infrastruktur tersier yang diusulkan, direncanakan dan
dilaksanakan langsung oleh masyarakat secara swakelola melalui Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM)/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) ditingkat Kelurahan/Desa.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari penyusunan buku ini adalah sebagai pegangan pelaku dalam penyelenggaraan
infrastruktur skala lingkungan.

Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam perencanaan (DED), pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan permukiman
guna memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan persyaratan kegiatan
infrastruktur skala lingkungan yang telah ditetapkan program.

C. SASARAN
Sasaran disusunnya POS penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan ini, antara lain :

1. Tersedianya landasan konsepsi penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan;


2. Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan; dan
3. Tercapainya standar baku mutu dari produk penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
yang dihasilkan.

D. RUANG LINGKUP
Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan infrastruktur,
tahapan perencanaan teknis kegiatan infrastruktur, tahapan pelaksanaan konstruksi/fisik dan
pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur sebagai upaya pencegahan maupun
peningkatan kualitas permukiman kumuh skala komunitas.

E. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN


1. Ketentuan Umum

a) Kegiatan pembangunan Infrastruktur Skala Lingkungan secara substansi bermakna untuk


pembangunan permukiman yang lebih baik, khususnya dalam pelaksanaan dan
pengelolaan kegiatan sarana, prasarana dan utilitas umum (fisik). Sehingga hasil dari
pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat,
aman, serasi, teratur, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal;
b) Setiap kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan yang direncanakan dan dibangun harus
benar-benar menjadi prioritas utama bagi penataan permukiman yang langsung dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat setempat;
c) Implementasi pembangunan Infrastruktur Skala Lingkungan harus difokuskan pada lokasi
permukiman kumuh prioritas sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 1
d) Setiap kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan umur konstruksi sekurang-kurangnya selama 5 tahun;
e) Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala Kelompok, maka calon pemanfaat dapat
mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan fisik.
Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala publik/umum, maka BKM/LKM dapat
membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang bertanggungjawab
langsung kepada BKM/LKM dan dalam melaksanakan lingkup kerjanya, KSM/Panitia akan
dikelola oleh unit pengelola kegiatan lingkungan (UPL);
f) Setiap kegiatan sarana dan prasarana yang direncanakan dan dibangun harus memenuhi
persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan, peraturan yang berlaku, memberikan
manfaat bagi semua (universal accsess) dan merupakan prioritas hasil perencanaan
masyarakat/pemda yang tertuang dalam dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) dan atau Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan/Desa;
g) Setiap kegiatan infrastruktur yang akan direncanakan dan dibangun harus memenuhi
penyaringan kelayakan lingkungan. Untuk usulan kegiatan infrastruktur yang memerlukan
UKL/UPL maka hanya dapat dibangun setelah dokumen UKL/UPL selesai dan telah
mendapat persetujuan pihak-pihak terkait sesuai peraturan yang berlaku. Penyusunan
UKL/UPL merupakan tanggungjawab pemerintah kab/kota. Untuk kegiatan yang tidak
memerlukan UKL/UPL maka wajib memenuhi kriteria seleksi yang ditetapkan dalam
ketentuan pengamanan dampak lingkungan dan sosial yang ditetapkan dalam Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial program KOTAKU dalam bentuk
SPPL/SOP atau mengacu pada dokumen ESMF;
2. Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan
a) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang dibangun;
b) Jenis kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun adalah infrastruktur yang
secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni,
utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan kriteria kumuh;
c) Untuk jenis infrastruktur yang terintegrasi dengan infrastruktur skala kota seperti jaringan
Jalan, Drainase, Sanitasi/Air Limbah, Persampahan, Air Bersih Perpipaan maka harus
direncanakan dan dibangun dengan memperhatikan keterpaduan fungsi dan pelayanan
bangunan sesuai dengan rencana infrastruktur skala kota;
d) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas utama
bagi penataan kawasan permukiman, memberikan dampak nyata terhadap perbaikan
lingkungan permukiman yang ditata dan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
setempat;
e) Penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan infrastruktur telah disediakan oleh
masyarakat atau pemerintah kab/kota;

2 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
f) Tidak bertentangan dengan kegiatan yang dilarang oleh program, tidak menimbulkan
Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;
g) Tidak mempunyai masalah teknis yang berat dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat
dalam kurun waktu yang ditetetapkan sesuai ketentuan program;
h) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah, pemerintah daerah,
swasta atau program lain;

i) Untuk menjamin keterpaduan pembangunan kegiatan infrastruktur, maka bagi kegiatan


yang memerlukan dukungan (prasarana/sarana atau tenaga bantuan teknis) dari
pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan maka hanya dapat
disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti antara masyarakat (BKM/LKM) dengan
pihak yang akan memberikan dukungan tersebut;
j) Secara khusus, kriteria seleksi infrastruktur skala lingkungan meliputi:
a. Sistem Jaringan tersier atau non jaringan yang memberikan pelayanan skala
lingkungan/rumah tangga;
b. Status Lahan Jelas & Sesuai Peruntukan RTRW;

c. Dapat dikerjakan dalam 1 Tahun Anggaran;


d. Memberikan dampak besar untuk penguarangan luas kumuh pada lokasi delineasi
Kumuh/dalam wilayah Kelurahan/Desa sasaran;
e. Potensi Dampak Lingkungan & Sosial Penting ditangani;
f. Pekerjaan Konstruksi dapat dilakukan secara swakelol masyarakat setempat.


Secara garis besar alur penetapan kegiatan infrastruktur skala lingkungan digambarkan pada
gambar dibawah ini :





Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 3
Proses Memorandum Program

Deliniasi, Baseline, Profil Kumuh & SK Walikota/Bupati

Consolidated
Dokumen RP2KPKP Dokumen RPLP


Prioritas Kegiatan
Infrastruktur Skala Kota/
Prioritas Kegiatan
Infrastruktur Skala
Kawasan (Primer/
Lingkungan (Tersier)
Sekunder)

Cek terhadap
Kewenangan Cek terhadap
Penanganan & Pembiayaan :
Pembiayaan : 1. Pusat
1. Pusat 2. Provinsi
2. Provinsi 3. Kab/Kota
3. Kab/Kota

Penetapan Kegiatan Penetapan Kegiatan
Infrastruktur Skala Kota Infrastruktur Skala
yang akan dibiayai loan Lingkungan yang akan
NSUP dengan cara dibiayai Loan NSUP
Kontraktual dengan cara Swakelola

Hasil penetapan ini sebagai dasar dalam mengalokasikan dalam DIPA (Tahun N-1)

3. Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan

a) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan teknologi


sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan sendiri oleh
masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari luar wilayah setempat;
b) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat sesuai
kualifikasi yang diperlukan;

c) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar


teknis/spesifikasi teknis;
d) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana harus
menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta harus
mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (aman terhadap bencana);
e) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang (tidak terlampau mahal atau dibawah
perkiraan biaya wajar);
f) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi teknis
terkait, seperti Pekerjaan Umum sehingga bangunan dapat menjamin Keselamatan
(Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat berfungsi optimal serta
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat (sosial);
g) Dalam penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan diperlukan inovasi dan kreatifitas
yang dapat memberikan nilai tambah estetika sesuai dengan kondisi lokasi/lingkungan
prasarana dan budaya setempat;

4 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
F. JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
Jenis kegiatan infrastruktur yang dibangun melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah
infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak
huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan Aspek 7+1 Kekumuhan.
Implementasi penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan harus terintegrasi dengan
infrastruktur skala kota/jaringan infra kota dan difokuskan pada lokasi permukiman kumuh
prioritas, sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas.
Sebagai wujud tanggungjawab bersama, pemerintah pusat melalui program KOTAKU mengalokasi
sebagian kecil dari kebutuhan dana investasi upaya pencegahan maupun peningkatan kualitas
permukiman kumuh. Untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan dana investasi diharapkan dapat
disediakan oleh pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya.

Pembangunan infrastruktur skala lingkungan umunya memerlukan perencanaan yang lebih


sederhana, biaya yang tidak terlalu besar, teknologi sederhana, resiko kecil dan biaya
pemeliharaan yang kecil sehingga memungkinkan untuk laksanakan secara partisipatif dan
swakelola oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh Fasilitator kelurahan/desa.
Pembangunan/rehabilitasi infrastruktur skala lingkungan perlu memperhatikan pembangunan
infrastruktur skala kota, sehingga terjadi konektifitas antara kegiatan skala lingkungan dengan
sistem kotanya.
Tabel F.1: Jenis Sarana Prasarana

NO INDIKATOR/ASPEK JENIS SARANA PRASARANA

Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) *) :


1 Kondisi Bangunan Hunian
• Rumah Tunggal
• Rumah Deret
• Rumah Kopel
§ Jalan Aspal/Hotmix (min.lebar perkerasan 1,5m)
2 Jalan Lingkungan
§ Jalan Paving Blok/Beton (min.lebar perkerasan 1,5m)
§ Jalan Sirtu/Makadam/Telford (min.lebar perkerasan
1,5m)
§ Jembatan (min.lebar perkerasan 1,5m)
§ Pedestrian
§ Bangunan Pelengkap jalan seperti Gorong-gorong,
Penahan Longsor, sal. samping jalan, dll
§ Saluran terbuka
3 Saluran Air Hujan (Drainase
§ Saluran tertutup
Lingkungan)
§ Sumur Resapan/Biopori
§ Pompa Air/Pintu Air/Pengendali Banjir
§ Normalisasi Saluran

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 5
NO INDIKATOR/ASPEK JENIS SARANA PRASARANA

Bangunan pelengkap:
• Pertemuan saluran
• Bangunan terjunan
• Jembatan/Talang
§ Jamban Komunal
4 Pembuangan Air Limbah
§ MCK Komunal
§ Septictank Komunal
§ Jaringan Perpipaan Air Limbah R.Tangga
§ System Pengolahan Air Limbah Setempat/Terpusat
§ Sumur Gali Terlindung/Pompa/Bor skala Komunal
5 Penyediaan Air Minum
§ Hidran/Kran Umum skala Komunal
§ Penampung Air Hujan skala Komunal
§ Jaringan Air Bersih Perpipaan
§ Penangkap Mata Air Terlindung
§ Instalasi Pengolahan Air Sederhana skala Komunal
§ Penyediaan sambungan rumah (SR) dari PDAM atau
swasta *)
§ Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) pada
6 Pengelolaan Persampahan
skala lingkungan
§ Tempat Penampungan Sementara (TPS)
§ Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R)
§ Gerobak/Motor Sampah
§ Penyediaan Pasokan Air (Bak/Kolam penampungan air,
7 Pengamanan Bahaya
Sumur Dalam/Hidran)
Kebakaran
§ Motor pemadam kebakaran
§ Alat Pemadam Api Ringan (APAR) *)
§ Ruang Terbuka Hijau (RTH)**)
8 Ruang Terbuka Publik
§ Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) seperti prasarana
olahraga, sarana bermain, dll**)
§ Taman/tempat main, Luas 250 m2-9000 m2**)`
Keterangan : *) Didanai dari sumber dana kemitraan (non BDI NSUP)
**) Dapat didanai dari BDI maksimum 10 % dari total nilai BDI kegiatan KSM yang
tertuang dalam SPPDL.
Jenis Sarana Prasarana yang tidak tercantum dalam tabel F.1. didanai dari sumber dana
kemitraan (Non BDI NSUP), contoh : Pengadaan Tong Sampah

Seluruh usulan kegiatan harus merupakan kegiatan prioritas berdasarkan hasil perencanaan
masyarakat yang tertuang dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)
Kelurahan/Desa.

6 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
G. PERAN PELAKU
Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman perlu didukung oleh
berbagai pihak seperti BKM, UPL, serta masyarakat penerima manfaat langsung yaitu warga
miskin/MBR dan warga sekitar. Sedangkan KSM/Panitia sebagai pelaksana pembangunanpun akan
didukung peran sertanya oleh Fasilitator Kelurahan. Berikut ini penjelasan peran-peran pelaku
pembangunan;

1. Peran BKM
a). Menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pelaksanaan kegiatan dengan PPK
satker PIP Kabupaten/kota;
b). Membentuk TIPP yang akan mendukung tugas-tugas UPL dalam kegiatan perencanaan;
c). Membentuk/menetapkan KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur;
d). Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan KSM/Panitia
pelaksana kegiatan Lingkungan;
e). Mewujudkan infrastruktur yang menjadi tanggungjawabnya dengan kualitas baik sesuai
persyaratan dan standar teknis infrastruktur yang ditetapkan, tepat waktu, tepat biaya dan
tertib administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPK;
f). Melaksanakan pencairan dana kepada KSM/Panitia Pelaksana Fisik;
g). Melakukan serahterima hasil pekerjaan fisik hasil kegiatan BKM kepada PPK;
h). Memfasilitasi Serahterima Pengelolaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur yang
telah dibangunnya dari Pemda/Pemerintah Desa/Kel kepada KPP;
i). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan,
termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas pelanggaran
pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPD-L;
j). Melakukan pembinaan kepada KPP untuk peningkatan kinerja pengelolaan operasi dan
pemeliharaan infrastruktur diwilayahnya.

2. Peran UPL
a). Mengkoordinir TIPP dalam proses penyusunan perencanaan teknis;
b). Memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan pengamanan dampak sosial dan lingkungan
terkait pelaksanaan infrastruktur;
c). Memastikan seluruh produk perencanaan teknis sesuai persyaratan yang ditetapkan dan
selesai tepat waktu;
d). Memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), termasuk
penyusunan Rencana dan pelaksanaan kegiatannya;
e). Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi semua
KSM/Panitia;
f). Bersama Faskel/Askot Infra memfasilitasi kegiatan Coaching atau On The Job Training
(OJT) kepada TIPP dan KSM/Panitia;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 7
g). Memfasilitasi dan memverifikasi administrasi pencairan dana kepada KSM/Panitia
pelaksana fisik (RPD, LPD, BA Pembayaran);
h). Merekomendasi dan memfasilitasi pencairan dana kepada KSM/Panitia;
i). Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia
termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi maupun administrasi kegiatan;
j). Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk mengevaluasi
kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya percepatan penyelesaiaan
kegiatan lapangan;
k). Bersama Faskel Teknik dan KSM/Panitia melakukan Opname pekerjaan dilapangan;
l). Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan KSM/Panitia
(Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk photo2 dokumentasi);
m). Memfasilitasi dan merekomendasikan perubahan (amandemen) SPPD-L akibat adanya
perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada);
n). Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan Infrastruktur
kepada BKM;
o). Memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis (tepat mutu), dapat
diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi;
p). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan Verifikasi Kelayakan proposal
KSM/Panitia (termasuk membuat Berita Acara Verifikasi);
q). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur, pihak proyek (Tim PPK) dan pihak
KSM/Panitia melakukan Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat BAP2-nya);
r). Memfasilitasi penyepakatan rencana dan terealisasinya swadaya masyarakat;
s). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan,
termasuk merekomendasikan sanksi/peringatan atas pelanggaran pemanfaatan dana dan
atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPDL;
t). Memfasilitasi KPP untuk peningkatan kinerja pengelolaan operasi dan pemeliharaan
infrastruktur diwilayahnya.
3. Peran TIPP
Peran utama TIPP adalah membantu UPL dalam pelaksanaan perencanaan teknis, sehingga
tugas-tugas TIPP adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:
a). Bersama UPL Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai
dengan kriteria seleksi prioritas kegiatan yang telah ditetapkan;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan, safeguards sosial dan lingkungan lokasi proyek
infrastruktur dan perijinan-perijinan pembangunan yang diperlukan;
c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan melakukan konsultasi untuk
verifikasi kelayakannya pada Pokaj/SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah setempat;
d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
dengan berbagai pihak terkait;
e). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P (termasuk penyusunan Rencana
Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);

8 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
f). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan
infrastruktur;
g). Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal dan pengorganisasian pelaksanaannya bagi
KSM/Panitia dan
h). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia.
4. Peran KSM/PANITIA

a). Mengelola kegiatan infrastruktur yang menjadi tanggunjawabnya secara transparan dan
dapat dipertanggung jawabkan;
b). Mengikuti coaching/OJT yang dilaksanakan UPL/faskel baik terkait teknis infrastruktur,
administrasi maupun pembukuan keuangan KSM/Panitia;
c). Menyusun Proposal Kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh BKM;
d). Menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan Bahan/Alat, Rencana Tenaga Kerja, Tim
Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci kepada UPL sebelum dilaksanakan MP2K;
e). Membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat diketahui oleh masyarakat
umum;
f). Membangun prasarana dengan kualitas baik (memenuhi spesifikasi Teknis Bangunan),
tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPPDL;
g). Melaksanakan pengamanan dampak sosial dan lingkungan selama pembangunan
infrastruktur;
h). Menyediakan Tenaga Pelaksana Lapangan yang memahami pekerjaan fisik (minimal
kualifikasi Mandor) dilokasi pekerjaan selama proses pembangunan;
i). Membuat seluruh administrasi proyek yang dipersyaratkan, termasuk photo-photo,
laporan kemajuan dan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan mengarsipkannya;
j). Menyediakan tenaga kerja, bahan, alat sesuai kualitas yang dipersyaratkan, melakukan
penggantian atau perbaikan bagian prasarana yang diperintahkan oleh konsultan/UPL;
k). Memenuhi seluruh swadaya yang diusulkan dalam proposal kegiatan dengan tetap
menjamin kualitas sesuai persyaratan yang ditetapkan;
l). Mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan kegiatan dan
m). Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat pelaksanaan
kegiatannya.
5. Peran KPP
Pengelola O&P/KPP bertindak selaku penggerak utama kegiatan atau penanggungjawab O&P.
Secara umum perannya adalah :
a). Terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik infrastruktur melalui
KSM/Panitia atau bersama Kader Teknis membantu UPL dalam Pengendalian Pelaksanaan
konstruksi yang dilakukan oleh KSM/Panitia;
b). Membangun peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan pemeliharaan
prasarana secara bersama sama;
c). Menyusun rencana pemanfaatan prasarana;
d). Menyusun rencana pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan prasarana;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 9
e). Mengorganisasikan kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan
pembangunan prasarana;
f). Melaksanakan Rencana Kerja O dan P;
g). Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang
menjadi tanggungjawabnya dan
h). Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah kelurahan/desa, Dinas/Instansi
tingkat kota/kab. terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan peroleh
pembiayaan pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana.
6. Peran Relawan/Kader Teknis

Kader Teknis adalah relawan yang mempunyai pemahaman dan keterampilan teknis terkait
pelaksanaan infrastruktur, seperti mandor/tukang bangunan, STM Bangunan, dll. Peran utama
Kader Teknis adalah membantu UPL dalam pelaksanaan pengelolaan pelaksanaan fisik yang
dibangun oleh KSM/Panitia, sehingga tugas-tugas Kader Teknis adalah tugas yang juga
dijalankan UPL meliputi:
a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan kriteria
prioritas yang telah ditetapkan;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan
pembangunan yang diperlukan;
c). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai pihak
terkait;
d). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P/KPP (termasuk penyusunan
Rencana Kerja dan Kesepakatan Bersama);
e). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan
infrastruktur;
f). Membantu UPL memfasilitasi penyusunan proposal dan pengorganisasian pelaksanaannya
bagi KSM/Panitia dan
g). Membantu UPL dalam pengawasan/pengendalian kualitas konstruksi, waktu, biaya,
kemajuan dan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia.

H. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS


Pelaksanaan perencanaan teknis dalam mekanisme kegiatan skala lingkungan KOTAKU
merupakan kegiatan lanjutan dari tahapan perecanaan penyusunan Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP). Perencanaan Teknis adalah penyusunan DED dari prioritas
rencana tahunan RPLP itu sendiri.
Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan
Perencanaan Teknis dan Pelaksanaan Perencanaan teknis.

Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis tersebut dijelaskan seperti pada


gambar gambar 1. Diagram alir Perencanaan Teknis kegiatan Infrastruktur. Secara rinci
pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:

10 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis
Sebagai dasar pelaksanaan DED adalah tersusunnya dokumen RPLP, khususnya Program Prioritas
Tahunan. Dari Program Prioritas Tahunan tersebut diperoleh data/informasi kegiatan
infrastruktur yang akan disusun DEDnya.

a) Coaching/Penguatan TIPP
UPL bersama fasilitator bidang Teknik memfasilitasi dan menyelenggarakan
coaching/penguatan bagi anggota TIPP, terutama terkait pengorganisasian dan peningkatan
pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas perencanaan teknis yang menjadi
tanggungjawabnya. Seluruh proses penyusunan DED disupervisi oleh Fasilitator bidang
Teknik/Askot Bidang Teknik;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 11
















12

Gambar 1, DIAGRAM ALIR TAHAP PERENCANAAN TEKNIS INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN



PERSIAPAN PERENCANAAN TEKNIS

L K M / T I P P


RPLP/
RTPLP/NUAP

Desain/ Gambar VERIFIKASI
Peta Lokasi, Site
KELAYAKAN
Plan, Gbr Teknik DOKUMEN
Teknis
Spesifikasi Teknis PERENCANAAN
Sarana dan
COACHING / dan
Prasarana
Pengelolaan POS O & P
KONSOLIDASI

TIPP
Lingkungan
dan Dampak Penyusunan ”Contoh
Bentuk Proposal Pemaketan
Pengorganisa
Sosial Pekerjaan
sian dan Rembug Rencana Anggaran KSM” Pelaksanaan
(Safeguards) Harga Satuan KSM
Kesepakatan Biaya Pekerjaan Pekerjaan
Teknis Upah/Bahan/
Kegiatan Alat Harga

SURVEY iNVESTIGASI

Rencana Jadwal PEMBENTUKAN
KSM/PANITIA

Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
12 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan
2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis
a) Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial
Kegiatan pembangunan oleh Program KOTAKU dilaksanakan dengan mengikuti prinsip
prinsip pembangunan berkelanjutan, termasuk pertimbangan lingkungan, sosial, budaya,
dan ekonomi, sebagaimana telah diatur dalam undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
Mengingat sifat dan skala kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman yang
dilaksanakan Program KOTAKU, berpotensi akan menimbulkan dampak pada lingkungan
dan dampak sosial yang merugikan maka dalam tahapan penyelenggaraan kegiatan
memerlukan upaya pengelolaan dampak untuk mitigasi dampak negatif dan memastikan
kelayakan kegiatan yang direncanakan. Upaya pemastian tersebut sebagai bagian dari
penyaringan awal penetapan prioritas kegiatan infrastruktur untuk dilaksanakan.
Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah daerah sejak awal penyiapan
kegiatan pembangunan infrastruktur.
Persyaratan, prosedur dan peraturan mengenai pengelolaan lingkungan, pengelolaan
benda cagar budaya, pengadaan tanah dan pemukiman kembali serta penanganan
Masyarakat Hukum Adat (MHA) pada semua tahapan kegiatan, mulai dari persiapan
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, monitoring & evaluasi mengacu pada “Buku
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial Program KOTAKU”.
Setelah seluruh ketentuan pengamanan lingkungan dan dampak sosial terpenuhi,
kemudian baru dapat dilaksanakan pembangunan infrastruktur tersebut.

b) Survey dan Investigasi


(1) Survey Teknis

Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka terlebih dahulu harus dilakukan
Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi
kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis
data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun,
seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah (keras/lunak),
keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan lahan, perkerasan,
penghijauan, dll.
Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan
desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.
Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh
karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu
dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :

(a). Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 13
(b). Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan
digunakan;
(c). Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti :
patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;
Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya TIPP/relawan
dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat berlangsung lebih efektif.
Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus
dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan pihak
Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan rintangan. Selain
itu beberapa hal yang harus disurvey adalah:

(2) Lokasi Titik Awal dan Akhir


Pada kegiatan survey teknis ini, selain memastikan lokasi kegiatan juga menentukan titik
awal kegiatan dan titik akhir kegiatan, sekaligus membuat dokumentasi/photo awal (0%)
pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang
didokumentasikan/dipotret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur
yang akan dibangun, misalnya untuk jalan/drainase/perpipaan air limbah/air bersih
perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau
tempat lain yang dianggap penting), sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan,
air bersih non perpipaan, dll, cukup diambil dari sisi yang berbeda yaitu sisi depan,
samping atau belakang. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah
pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi dasar pengambilan gambar
pada saat pelaksanaan konstruksi kondisi 25%,50%,75% dan 100%.

Perlu menjadi perhatian agar pemilihan lokasi kegiatan harus memberikan


kemudahan akses dalam pemanfaatan infrastruktur bagi semua pengguna
(Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

(3) Kondisi Lahan (Struktur Tanah)
Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-parikel primer tanah (pasir, debu,
liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda
dalam ukuran dan bentuknya, Jenis tanah dan kondisi tanah yang terdapat pada suatu
wilayah memengaruhi perencanaan infrastruktur. Setiap wilayah memiliki jenis dan
kondisi tanah yang berbeda. Perbedaan ini turut memengaruhi pergerakan serta
stabilitas tanah. Sebab, semakin padat tanah, maka semakin tahan pula bangunan
diatasnya. Sebaliknya bila jenis tanahnya memiliki sifat rapuh, maka tanah akan mudah
bergerak.
Dengan mengetahui kondisi struktur lahan yang ada, maka perencanaan infrastruktur
akan menyesuaikan kondisi struktur lahan yang ada.

14 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
(4) Kondisi eksisting Infrastruktur yang ada
Dalam melaksanakan survey teknis ini, juga dilakukan survey kondisi infrastruktur yang
ada, apakah kondisi rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat, bisa juga dari
fungsinya, apakah masih berfungsi dengan baik, kurang berfungsi atau bahkan sudah
tidak berfungsi, atau bahkan kondisi yang ada masih alami, seperti jalan tanah, sehingga
akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat.
Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga
kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang
akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal yang
berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga kerja
setempat.

(5) Harga Satuan Upah/Bahan/Alat


Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan maka
harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan harus merupakan hasil
survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat. Hasil survey
tersebut selanjutnya dipilih harga terendah dan disepakati bersama melalui rembug
warga.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan dari hasil survey
Harga satuan Bahan/Alat, antara lain :

(a). Ukuran satuan, Harga Bahan dari pemasok harus dinyatakan sesuai dengan satuan
pengukuran bahan/alat untuk RAB. Apabila dijumpai bahan yang harganya belum
sesuai maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya pasir, yang dijual oleh pemasok
per mobil angkutannya maka diperhitungkan dengan cara : Harga 1 m3 pasir sama
dengan harga 1 mobil tersebut dibagi dengan volume/isi bak mobil (panjang (m) x
lebar (m) x tinggi (m)). Ukuran bak mobil penuh (sesuai harga pemasok) harus
ditanyakan/dicek langsung pada toko pemasok tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
setiap toko/pemasok menggunakan mobil yang ukuran baknya berbeda-beda dan
harganya juga mungkin berbeda.

(b). Harga satuan bahan/alat harus merupakan harga sampai dilokasi proyek, apabila
dijumpai harga yang dinyatakan oleh toko tidak termasuk transport sampai dilokasi
proyek maka harga satuan tersebut harus disesuaikan. Hal ini dapat dihitung
dengan menjumlahkan harga satuan (yang dinyatakan oleh toko tanpa diantar)
ditambah biaya/ongkos tarnsportasi material tersebut sampai dilokasi pekerjaan.
Secara sederhana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut:

HARGA SATUAN Harga Satuan Bahan/Alat yang Biaya Satuan
BAHAN/ALAT
=
dinyatakan oleh Toko/pemasok
+ Transportasi
(Rp) tanpa diantar (Harga Satuan Dasar) Bahan/Alat sampai
dilokasi

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 15
Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah harga
satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga diketahui
jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama yang ditemui.
Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga. Khusus upah, selain
informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat menggunakan sumber informasi
yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait atau Upah Minimum Regional
(UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk
dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan harga nantinya.

(6) Rembug ”Kesepakatan Harga” Hasil Survey


Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah dilaksanakan sebelumnya, harus
disepakati bersama oleh warga melalui Rembug atau Musyawarah warga.

Sasaran kegiatan adalah untuk menyepakati besarnya nilai harga satuan tiap jenis
tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
Adapun Indikator keluarannya adalah Kesepakatan harga upah/bahan/alat dibuat dalam
Berita Acara Kesepakatan dan ada Daftar Hadir Peserta Rembug;
Beberapa Ketentuan Penetapan Harga Satuan yang harus diperhatikan :

(a). Harga Upah Tenaga Kerja, paling tinggi sama dengan upah standar yang ditetapkan
oleh Instansi Pemerintah Setempat atau UMR yang berlaku untuk wilayah
bersangkutan.

(b). Bahan/Alat, pada prinsipnya dipilih bahan yang berkualitas baik sesuai spesifikasi
teknis, dengan harga yang termurah/terendah diantara minimal 3 Toko/Pemasok
setempat yang di Survey;

(c). Harga Satuan Dasar Bahan/Alat yang dipilih harus sudah merupakan harga sampai
dilokasi proyek (termasuk ongkos angkut bila ada);

(d). Sebagai pembanding Harga Satuan hasil survey, maka digunakan Harga satuan
Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah setempat. Apabila
terdapat Harga Satuan Bahan/Alat Terpilih lebih besar dari Harga Satuan
Kabupaten/Kota maka Harga Satuan Terpilih tersebut harus di Justifikasi/ada
perincian alasannya yang realistis.

(e). Apabila dalam 1 (satu) kelurahan/desa terdapat lebih dari 1 (satu)


kegiatan/prasarana maka harga satuan dasar (bahan/upah/alat) yang digunakan
haruslah satu/tidak berbeda-beda. Dalam hal berbeda karena tingkat kesulitan
akses kelokasi kegiatan maka harus dibuat justifikasi yang disepakati bersama.

c) Pembuatan Desain, Gambar-Gambar Dan Spesifikasi Teknis


Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya mutu/manfaat
bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang

16 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan seperti apa yang
diinginkannya dari bangunan tersebut.

Membuat Desain, Spesifikasi dan Gambar-gambar perencanaan teknik, secara sederhana


dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan
agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk
kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya.
Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang
mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya diawali dari
proses Desain/perancangan, Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis, kemudian diuraikan
juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan volumenya), RAB (jenis
pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Pekerjaan seperti SPPD-L. Kemudian pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua
dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman
mewujudkan mutu bangunan.

Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih merupakan
sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka dokumen-dokumen
tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir proyek, sebagai media
komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang berkepentingan, khususnya bagi
semua orang yang membutuhkan bangunan tersebut dan yang akan melaksanakan
pembangunanannya sehingga memperoleh pemahaman yang sama tentang wujud tujuan
itu (tidak hanya ada dalam bayangan sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan
saja).
Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan
persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah:
(1). Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang
menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan
kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);
(2). Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis bangunan
tersebut;
(3). Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu), termasuk
bila kondisi tanah dasar jelek;

(4). Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat sesuai
kebutuhan;
(5). Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti tebal
plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal
plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½ bata/Batako, dll, sesuai
persyaratan teknis bangunan;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 17
(6). Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman,
lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan
(bila ada);
(7). Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan
belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;

(8). Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran campuran 1


semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton campuran 1 semen : 2
pasir : 3 kerikil, pasangan bata/Batako camp 1sm : 5psr dll, sesuai persyaratan teknis
bangunan;
(9). Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai kayu kelas
II, atap seng/genteng beton, dll.

(a). Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat
dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih
alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan
desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan
yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan yang
dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat
perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu konstruksi guna
menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan dalam
Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.

Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu
pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat atau instansi teknis terkait lainnya.

Perlu menjadi perhatian agar pemilihan rancangan konstruksi:

Ø Harus memastikan terpenuhinya seluruh persyaratan kelengkapan komponen
bangunan untuk menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk
kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya, termasuk akses jalan
keluar/masuk bangunan. Khusus konstruksi Jalan Beton minimal
menggunakan campuran 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil atau diupayakan
menggunakan paving blok/sejenisnya dengan kualitas memenuhi persyaratan

teknis.
Ø Harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatannya bagi semua
pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

(b). Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai
persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan
pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan
dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis besarnya berisi :
uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran,

18 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti,
Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).

(c). Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis


ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar-gambar
tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu prasarana
tersebut.
Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu:
§ Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan
dibangun;
§ Gambar Site Plan, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir
pekerjaan dan menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat.
§ Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok
(panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).
§ Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang
terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.
§ Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah
(memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran
tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga
dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran
yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap genteng
beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-bagian struktur yang
dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar
potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan balok/kolom,
detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela, dll.
§ Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau
sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.
§ Skala Gambar dapat ditetukan sebagai berikut:

NO SKALA PERUNTUKAN GAMBAR


1. Skala Kecil 1:1000 Gambar situasi, Gambar
1: 500 Rancana tapak, Gambar
1: 400 peta, Gambar denah,
1: 200 Gambar bloc plan, Gambar
1: 100 tampak/potongan;
2. Skala Besar 1: 50 Gambar detail; Detail
1: 20 Arsitektur, detail struktur,
1: 10 Detail M&E
1: 5
1: 2
1:1

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 19
Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus
diverifikasi kelayakannya oleh fasilitator Teknik/askot infrastruktur dan Disetujui
oleh Tim Teknis dari OPD terkait dan PPK. Hasil Verifikasi ini sekurang-kurangnya
harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga
untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 7 aspek kumuh, rencana
teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin
keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak
menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta
mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).

Tabel Daftar Acuan Standar Teknis

NO JENIS STANDAR TEKNIS ACUAN

1 Rencana Induk Kawasan SNI 02-2406-1991 dan Pt T-15-2002-C untuk kawasan


yang pertumbuhannya normal dan satuan luas daerah
tidak terlampau luas (<200 ha)

sesuai AB-K/RESK/TC/001/98
2 Studi Kelayakan Kawasan

3 Standar teknis penanganan SNI 03-1737-1989, SNI 03-2853-1995, SNI 03-2446-


jalan kawasan 1991, SNI 03.6967-2003, SNI 03-1773-2004, RSNI T-14-
2004, Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana
Jalan dan Jembatan, Puslitbang PU Tahun 1996, SK SNI T-
04-1990-F

SNI 06-2409-2002, SNI 03-2453-2002, SNI 03-6966-2003,


4 Standar teknis penyediaan
Permen PU No.12/2014 (Lampiran III),
prasarana drainase

SNI 03-2916-1992, SNI S-20-1990-03, SNI 03-6419-2000,


5 Standar teknis bidang sarana
SNI 06-4829-2005 AB-K/RE-RT/TC/026/98 dan
air minum
ABK/OP/ST/004/98, SNI.03-3981-1992, Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air minum atau
perubahannya
SNI 03-2398-2002, SNI 03-2399-1991, SNI. 03-3982-1992,
6 Standar teknis bidang
SNI 03-2399-2002, PTT-19-2000-C dan PTS -09-2000-C,
pengelolaan Air Limbah
Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air
Limbah, PU, 2006

7 Standar teknis bidang SNI 19-3964-1994 dan SNI 033242-1994 dan SNI 19-
Pengelolaan sampah kawasan 3983-1995 sesuai PTS 06-2000-C dan PTS 07-2000-C

009/T/BT/1995
8 Standar teknis bidang RTH
“Tata Cara Pemeliharaan
Tanaman Lenskap Jalan”

20 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Tabel Daftar Acuan Standar Teknis

NO JENIS STANDAR TEKNIS ACUAN

9 Pedoman Analisis Harga Permen PUPR No 28/PRT/M/ 2016


satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum

10 Standard dan Pedoman Permen PU No.14/PRT/M/2013 tentang perubahan


Pengadaan Pekerjaan Permen PU No. 7/PRT/M/2011
Konstruksi dan Jasa
Konsultansi untuk penyusunan
RKS/Spesifikasi Teknis

§ Semen: SNI 15-2530-1991 dan SNI 15-2531-1991


11 Ketentuan Bahan Bangunan
§ Pasir: SNI 03-6861-2002
§ Kerikil: Kerikil untuk beton berukuran 2-3 cm, bersih,
keras, padat dan tidak berpori
§ Besi Beton: SNI 03-6861-2002
§ Mutu beton dengan campuran 1 pc: 2 ps: 3 krl
§ Air: Air yang dipergunakan untuk harus bersih, tidak
mengandung minyak, tidak asam, tidak basa, tidak
mengandung garam dan bahan organik lainnya.
§ Batu bata merah: Batu bata merah yang
dipergunakan minimum kelas 25kg/cm²
§ Spesifikasi pipa PVC mengikuti standar SNI 03-6419-
2000 tentang Spesifikasi Pipa PVC bertekanan
berdiameter 110-315 mm untuk Air Bersih dan SK
SNI S-20-1990-2003 tentang Spesifikasi Pipa PVC
untuk Air Minum.
§ SNI 06-4829-2005 tentang Pipa Polietilena Untuk Air
Minum;
§ Standar BS 1387-67 untuk pipa baja kelas medium.
§ Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C
200 atau SNI-07- 0822-1989 atau SII 2527-90 atau JIS
G 3452 dan JIS G 3457.
§ Standar untuk pipa ductile menggunakan standar
dari ISO 2531 dan BS 4772.

d) Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi
yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu
sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan
tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaan dan Urutan
pelaksanaannya.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 21
(1) Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi
Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur, minimal
gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan dibangun tersebut, termasuk
spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan
apa saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.
Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis pekerjaan,
satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya,
dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti
dalam pelaksanaannya.
Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh untuk
Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :

NO ITEM PEKERJAAN SATUAN


1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan M2
2. Penimbunan Badan Jalan M3
3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu) M3
4. Galian Tanah Parit M3
5. Pekerjaan Beton M3
6. Pekerjaan Ps. Batu Kali M3

Catatan :
(a). Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar dalam
penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup aktivitas
didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan
kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan
Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan, memasang
patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja, melaksanakan
penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar, membuang tanah bekas
galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut maka dalam daftar Hasil
Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk
pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada
pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih pembiayaan).

(b). Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat di kegiatan program


sebelumnya, banyak dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan
lapangan dalam daftar kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh
karena itu pada tahap identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan
dilakukan secara lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat.
Terkait dengan pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi
melalui gotong-royong.

22 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
(c). Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor
proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan
pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi
keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara
khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan
sumberdaya dimasyarakat setempat).

(2) Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan


Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang
harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang diperlukan
adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana (untuk mengetahui
dimensi/ukuran pekerjaan).
Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :

(a). Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata lain
bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai cara
perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya:
§ Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi
(m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan;
Berbeda dengan
§ Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3) =
panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.

(b). Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang direncanakan
(sesuai ukuran pada gambar).
Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta dapat
dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :
(a). Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuran-
ukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);

(b). Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka
sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan pada
daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan dapat
dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut:




Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 23
Tabel I.5.b : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan

No Uraian Pekerjaan Satuan Sketsa dan Perhitungan Volume


1. Lapis Pondasi Bawah M3 T= 20cm 100
Kelas C (Sirtu) L= 2,5m

P (panjang)= 200m

Vol. = P x L x T
= 200 x 2,5 x 0,2
= 100
Dst.

Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan biaya
dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus cukup teliti,
sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.

(3) Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.


Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya (langkah
2 diatas), buatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang menggambarkan/memuat
volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan kegiatan (proyek).
Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti tabel / formulir berikut:

Volume/
No Uraian Pekerjaan Satuan
Kuantitas
1
2
3
dst..

Cara Pengerjaan Formulir :


ü No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;
ü Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan
ü Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan
ü Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan

(4) Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan


Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara bagaimana
setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi apa yang
akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan menggunakan tenaga
kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi dari keduanya. Hasil
kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

24 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang ketersediaan
tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi lokasi pekerjaan,
seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan cara manual atau
mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya dari dan ke lokasi
pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan berat/besar. Selain itu juga
harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume pekerjaan yang harus dibuat dengan
metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang tersedia sehingga pemilihan metode kerja
ini betul-betul dapat mendorong upaya pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat
diselesaikan dalam waktu yang tersedia.
Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana masyarakat
memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan, karena didalam
penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau peralatan. Sehingga hal ini
diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung volume kebutuhan tiap
pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah dipilihnya metode kerja tiap
pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan
setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap
pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan peralatan berat (seperti mesin gilas) maka
harus mengacu pada analisa untuk pekerjaan Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila
menggunakan tenaga kerja maka cukup dengan analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan
untuk pekerjaan bangunan.
Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program ini maka diprioritaskan
pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat sesuai
kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian kualitas pekerjaan yang
baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang meskipun dapat dilakukan secara
manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin kualitas yang baik maka pekerjaan tersebut
harus menggunakan peralatan atau tenaga terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan
perkerasan jalan, pengelasan gelagar besi jembatan, dll.

(5) Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi


Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur.
Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat
berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah selain
pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja yang
dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat).
Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan
infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan :
q Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 25
q Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?

Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak terurut (salah) dan terurut
(benar) pada Pembuatan Saluran Drainase berikut :

KEGIATAN TIDAK TERURUT KEGIATAN TERURUT

1) Pembersihan Lapangan 1) Pembersihan Lapangan


2) Pemasangan Bouwplank 2) Pemasangan Bouwplank
3) Urugan Pasir dasar saluran 3) Galian Tanah
4) Galian Tanah 4) Urugan Pasir dasar saluran
5) Urugan kembali bekas galian 5) Pasangan Batu Kali
6) Pasangan Batu Kali 6) Urugan kembali bekas galian
7) Meratakan dan pemadatan urugan 7) Meratakan dan pemadatan urugan
8) Plesteran dan acian 8) Plesteran dan acian

Contoh: Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan Pasangan
Batu Kali dilaksanakan setelah selesai “Kegiatan Memasang Pasir Urug didasar saluran” dan
selanjutnya diikuti oleh “Kegiatan Urugan/Timbunan kembali tanah bekas galian”, dst.

e) Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang menggambarkan
rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya memberikan
gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua jenis kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur.

Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena :


(1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya;
(2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan;
(3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan prasarana
dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya bangunan/prasarana
yang akan dibuat;
(4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang diajukan
dalam proposal pelaksanaan kegiatan;
Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :

(1) Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;


(2) Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;
(3) Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi); dan

26 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
(4) Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis
kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan prosen
(%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu kegiatan maka
makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa berupa nilai biaya
atau waktunya.
Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat sederhana
dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart). Prinsipnya kegiatan yang
akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu.
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :

(1) Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;


(2) Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut.
(3) Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);
(4) Tentukan/perkirakan ”lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga durasi)”.
Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;
(5) Tentukan Bobot masing-masing jenis kegiatan; dan
(6) Gambarkan ”waktu pelaksanaan” dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan balok
pada skala waktu.

Tabel I.6.f : Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan



f) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


(1) Perhitungan Reancana Anggaran Biaya
RAB yang disusun pada saat perencanaan teknis ini pada dasarnya merupakan perkiraan
berdasarkan perhitungan teknik (Engineering Estimate/EE) yang akan menjadi acuan bagi
BKM untuk mengalokasikan sumber dana yang diperoleh dan sebagai pedoman pada

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 27
saat pelaksanaan verifikasi usulan biaya pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur.

Hasil penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada tahap ini adalah:

(a). Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek/sub-proyek;

(b). Untuk mengetahui jumlah kuantitas/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat
yang diperlukan;
Secara umum komponen biaya yang diperhitungkan dalam RAB disini adalah kompenen
Tenaga Kerja, Bahan, Alat dan Administrasi yang diperlukan termasuk komponen pajak
(PPN) dan tidak boleh ada biaya overhead/Keuntungan. Komponen PPN ditanggung
pemerintah atau tidak dipungut.

Untuk menyusun RAB maka harus diketahui data/informasi hasil identifikasi keseluruhan
jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan Volume/Kuantitasnya, Metode/Cara
Pelaksanaan pekerjaaan, besarnya harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan
dipergunakan. Metode kerja disini lebih kepada apakah pekerjaan dilakukan secara padat
karya (menggunakan tenaga manusia) atau dengan menggunakan peralatan (mesin).
Kemudian sesuai metodekerja yang dipilih dilakukan perhitungan Analisa Harga satuan
pekerjaan untuk setiap item pekerjaan.
Metode perhitungan biaya pekerjaan dilakukan dengan cara: Menghitung/menganalisa
Harga Satuan setiap jenis pekerjaan kemudian dikalikan dengan Volume pekerjaannya.
Dasar perhitungan RAB pekerjaan, secara sederhana dapat digunakan rumus berikut:

RAB = VOLUME x HARGA SATUAN

Selanjutnya jumlah biaya keseluruhan pekerjaan diperoleh dengan cara menjumlahkan


keseluruhan biaya setiap item pekerjaan yang tercakup dalam lingkup proyek/sub proyek.

Acuan penyusunan RAB adalah Permen PUPR No 28 Tahun 2016 tentang

Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum.

Catatan:
(a). Perbedaannya dengan RAB pelaksanaan yang dibuat oleh KSM/Panitia terletak pada
kontribusi swadaya masyarakat dimana pada RAB yang dibuat oleh UPL/TIPP pada
tahap ini belum mengintegrasikan atau mengalokasikan kontribusi swadaya
masyarakat. Kontribusi swadaya masyarakat nantinya baru diperhitungkan pada
proposal pelaksanaan KSM/Panitia sesuai dengan kesepakatannya.

28 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
(b). Komponen kegiatan administrasi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan proyek/sub
proyek, disini hanya mencakup kegiatan administrasi minimal yang harus
dibuat/dilakukan oleh KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi, yaitu mencakup
komponen :
(1) Pembuatan Papan Nama Proyek;
(2) Pembuatan administrasi Harian Mingguan, Backupdata opname pekerjaan
KSM/Panitia, As-built drawing (gambar jadi pekerjaan);
(3) Pembuatan Laporan Kegiatan KSM/Panitia (Kemajuan Dwi-Mingguan, Bulanan
dan Pertanggungjawaban/Akhir);
(4) Photo copy (seperti dokumen proposal, laporan, administrasi, dll);
(5) Pengadaan ATK yang diperlukan;
(6) Dokumentasi/photo-photo kegiatan (0%, 25%,50%, 75%,100%);
(7) Materai secukupnya;
(8) Pengujian Kualitas yang dipersyartkan dalam pekerjaan, seperti Beton, Air
Minum, dll. Khusus Air Minum (1 sampel/contoh benda uji), hanya untuk
infrastruktur Air Minum yang sumber airnya bukan berasal dari air hujan, PDAM
atau perusahaan air minum lainnya.

(c). Besarnya volume kebutuhan untuk tiap komponen administrasi tersebut pada
dasarnya dihitung sesuai kebutuhan lapangan. Dalam hal volume setiap komponen
tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka dapat digunakan volume 1 (satu)
dengan satuan ”Lumpsum” (Ls), kecuali untuk pengujian kualitas air minum, yaitu 1
(satu) sampel/contoh benda uji. Sedangkan besarnya harga satuan setiap komponen
disesuaikan dengan hasil survey setempat;

(d). Biaya administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat didorong untuk dipenuhi dari dana
swadaya masyarakat. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan sumber
dana program. Stimulan dana administrasi kegiatan bagi setiap KSM/Panitia dengan
batasan, sebagai berikut :
§ Pagu maksimum Rp. 500.000 untuk total Nilai Pekerjaan sampai dengan Rp. 100
Juta;
§ Pagu maksimum Rp. 750.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 100 Juta;
§ Pagu tersebut tidak termasuk harga satuan untuk Pengujian Kualitas, (Pengujian
Kualitas diperhitungkan sesuai harga setempat).
(2) Perhitungan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat Pekerjaan/Proyek
Sebagai dasar perhitungan Volume Kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan peralatan yang
akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan infrastruktur
adalah Kuantitas/Volume tiap item Pekerjaan dan Analisa Harga satuan Pekerjaan yang
digunakan. Adapun prosesnya dapat dilakukan sebagai berikut:

(a). Perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Cara


pelaksanaannya adalah :

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 29
§ Berdasarkan data Analisa Harga satuan Pekerjaan yang digunakan, maka setiap
item pekerjaan perlu diidentifikasi semua jenis/macam dari :

ü Tenaga Kerja yang diperlukan, misalnya Mandor/ketua kelompok, Tukang,


Pekerja;
ü Material/bahan yang dibutuhkan, misalnya pasir, semen, besi, dll;
ü Peralatan Kerja yang dibutuhkan, misalnya beton molen, mesin gilas, dll.
Untuk alat seperti cangkul, linggis, ember dapat dikelompokan menjadi satu
set alat dan biasa disebut alat bantu;

§ Kemudian dari Analisa Harga satuan Pekerjaan harus diketahui besarnya


kebutuhan dasar untuk menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan
tersebut atau biasa disebut koefisien dari setiap jenis/macam Tenaga Kerja,
Material/bahan, Peralatan Kerja.
§ Berdasarkan Data Analisa Harga Satuan dan Volume setiap item pekerjaan yang
ada, lakukan perhitungan kebutuhan setiap macam komponen Tenaga Kerja,
setiap macam Bahan dan setiap macam peralatan yang digunakan untuk semua
jenis/item kegiatan selesai.
Prinsip dasar perhitungan Volume kebutuhan ini adalah : koefisien tiap jenis kebutuhan
dikali volume tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian maka kebutuhan untuk masing-
masing jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan, Alat, dapat dihitung dengan rumus umum
berikut :

Volume TK = Koefisien TK x Volume Pekerjaan

Volume Bahan Koefisien Bahan x Volume Pekerjaan
=

Volume Alat = Koefisien Alat x Volume Pekerjaan

(b). Buat Rekapitulasi Kebutuhan total untuk setiap macam dari komponen Tenaga kerja,
bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek.
Prinsip perhitungannya adalah Jumlah total masing-masing kebutuhan tiap
jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan Alat yang dibutuhkan pada tiap jenis
pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh jenis pekerjaan yang ada. Untuk memudahkan
proses perhitungan maka dapat dibuat tabel bantu seperti berikut:



30 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Tabel I.7.b : Perhitungan Rekapitulasi Kebutuhan Bahan, Alat/Tenaga Kerja

Vol. Kebutuhan T. Kerja Volume Kebutuhan Bahan Vol. Kebutuhan Alat

Mandor

Tukang

Tukang

Pekerja

Bt. Kali

Bt Bata

Semen

Kerikil

Molen
Mesin
Dst….

Dst….
Bantu
Beton

Gilas
Pasir

Alat
Ka.
No Uraian Pekerjaan


(HOK) (HOK) (HOK) (HOK) (Zak) (M3) (M3) (M3) (Buah) (…..) (Jam) (Jam) (Set) (….)
1
2
dst


Total

Cara Pengerjaan Formulir :

ü No : Diisi Nomor urut pekerjaan;


ü Uraian Pekerjaan : Diisi nama tiap jenis pekerjaan;
ü Kolom Volume Kebutuhan Tenaga Kerja (Mandor/Ka. Tukang, Tukang,Pekerja) diisi
nilai volume/jumlah masing-masing sesuai jenis pekerjaannya;
ü Kolom Volume Kebutuhan Bahan dan Volume Kebutuhan Alat, prinsip pengisiannya
sama dengan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja
ü Baris Total pada setiap kolom kebutuhan: Diisi hasil penjumlahan Volume kebutuhan
dari kegiatan pertama (baris teratas) sampai kegiatan terakhir (baris terbawah);
Hasil perhitungan kebutuhan tersebut akan menjadi acuan dalam verifikasi kelayakan
usulan biaya kegiatan KSM/Panitia.

g) Penyusunan Dokumen Contoh Bentuk Proposal Pelaksanaan Kegiatan Ksm/Panitia


Contoh Bentuk Proposal disini merupakan dokumen yang berisi contoh blanko/formulir
proposal pelaksanaan kegiatan yang akan diisi/dibuat oleh KSM/Panitia untuk menjadi
pelaksana kegiatan infrastruktur.
UPL/TIPP menyusun Contoh Bentuk Proposal dan menjadi acuan yang akan diikuti oleh
KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan.

Contoh bentuk proposal tersebut agar dibuat sesederhana mungkin sehingga


KSM/Panitia mudah memahami dan membuat. Selain itu juga harus disusun sedemikian
rupa sehingga memberikan kerangka penyusunan/pelaksanaan yang sistematis. Adapun
cakupan substansi muatan proposal pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia, sekurang-
kurangnya mencakup :

(1) Uraian Singkat Usulan Kegiatan,


(2) Daftar Calon Tenaga Kerja yang telah disurvey;
(3) Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 31
(4) Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah disurvey;
(5) Daftar Kuantitas Pekerjaan sesuai yang telah disusun dalam perencanaan teknis;
(6) Perhitungan RAB Pelaksanaan, mengacu pada Daftar Kebutuhan Tenaga
Kerja/Bahan/Alat sesuai RAB Pelaksanaan yang telah disusun dalam perencanaan
teknis;
(7) Jadwal Pelaksanaan;
(8) Rencana Pengadaan;
(9) Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan.
Pada dokumen ini juga dicantumkan tatacara pengisian dan tatacara verifikasi
kelayakannya.
Sebagai referensi untuk penyusunan Contoh bentuk proposal ini dapat mengacu pada
contoh outline proposal kegiatan sebagaimana terlampir.

h) Verifikasi Kelayakan Dokumen Perencanaan Teknis


Setelah dokumen perencanaan teknis selesai maka dilakukan verifikasi/pemeriksaan
kelayakannya. Verifikasi ini dilakukan sekurang-kurangnya untuk:

(1) Menjamin hasil perencanaan teknis kegiatan infrastruktur telah memenuhi


persyaratan standar teknis/kriteria desain yang ditetapkan oleh PU dan memberikan
jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga untuk
meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 7+1 aspek kumuh, rencana
teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin
keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak
menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta
mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).

(2) Memastikan bahwa biaya pekerjaan optimum dan tidak kekurangan atau kelebihan;
(3) Memastikan bahwa rancangan kegiatan infrastruktur dapat dibangun oleh
masyarakat dan jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dalam kurun 1
tahun anggaran;
Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat
berasal dari UPL/TIPP, Tim Teknis Pemda (bila ada) dan fasilitator teknik. Kegiatan ini agar
dapat dikoordinasikan dengan PPK sehingga proses verifikasi ini diharapkan dapat
sekaligus melibatkan Tim PPK sebagai bagian dari proses pemeriksaan hasil pekerjaan
sebelum dilakukan serah terima hasil kepada PPK.

i) Produk Hasil Perencanaan Teknis


Hasil kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan oleh UPL/TIPP, sekurang-kurangnya
berupa produk :
(1) Dokumen Pengelolaan Lingkuangan dan Dampak Soaial kegiatan infrastruktur,
termasuk perijinan terkait pelaksanaan pembangunan yang diperlukan (bila ada);

32 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
(2) Dokumen Desain/Gambar (Detail Engineering Design), Spesifikasi Teknik dan
Panduan Teknis Operasi dan Pemeliharaan Prasarana;
(3) Daftar Kuantitas Pekerjaan;
(4) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(5) RAB Pekerjaan dan Daftar Kebutuhan Tenaga kerja, Bahan dan Alat yang diperlukan
berikut Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) Hasil Survey sekurang-kurang
dari 3 toko/pemasok setempat;
(6) Dokumen Contoh Bentuk Proposal bagi KSM/Panitia, termasuk contoh bentuk Surat
Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia;

j) Pemaketan Pekerjaan
Pemaketan pekerjaan disini merupakan penentuan/pengelompokan pekerjaan-pekerjaan
yang akan dilaksanakan melalui KSM/Panitia Pelaksana Pembangunan. Ketentuan
Pemaketan pekerjaan yang perlu diikuti :

(1) Setiap Paket Pekerjaan harus dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah
ditetapkan;
(2) Paket pekerjaan KSM dapat terdiri dari beberapa proyek/sub proyek (beberapa jenis
kegiatan);
(3) Tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem infrastruktur, kualitas dan
kemampuan teknis kelompok masyarakat;
(4) Tidak diperkenankan memecah proyek/sub proyek untuk dikerjakan oleh lebih dari
satu KSM;
(5) Memaksimalkan penggunaan material dan tenaga kerja lokal yang berkualitas dan
perluasan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat;
(6) Pemaketan pekerjaan ini harus disepakati bersama oleh masyarakat (BKM/LKM
dengan KSM).
Hasil dari pemaketan pekerjaan adalah ditetapkan paket-paket pekerjaan untuk setiap
KSM/Panitai mencakup nama kegiatan, lokasi, besarnya Volume dan Biaya.

k) Pembentukan/Pengembangan KSM/Panitia
Setelah ditetapkan paket-paket pekerjaan kemudian dilakukan
pembentukn/pengembangan KSM/Panitia selaku pelaksana kegiatan fisik/konstruksi.
Untuk pelaksanaan kegiatan yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat dapat
mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Dan
untuk kegiatan yang berskala publik, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih
Panitia selaku pelaksana kegiatan.
KSM/Panitia ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh sejak lama atau
baru dibentuk atau dikembangkan/revitalisasi karena adanya kesamaan kepentingan dan
kebutuhan dalam kelompok tersebut. Dan bukanlah organisasi yang dibentuk karena
mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan/proyek.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 33
Proses pembentukan/pengembangan KSM/Panitia dilakukan melalui serangkaian rembug
KSM/Panitia dengan difasilitasi oleh UPL/TIPP. Hal-hal yang perlu ditetapkan adalah
Nama KSM/Panitia, Alamat Sekretariat, Nama Ketua, Susunan Pengurus (Nama dan
Jabatan) dan anggota-anggotanya serta aturan main yang akan digunakan bersama.

I. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Setelah semua dokumen perencanaan (DED dan Proposal Kegiatan KSM) disusun, tim organisasi
pelaksana telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan memahami tugas dan
tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan konstruksi.

Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan sesuai


dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) dalam kurun
waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat bermanfaat secara
berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :

1. Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang


berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin
keselamatan (keamanan/kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang menggunakannya)
dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat dan pelestarian
lingkungan (Tepat Mutu);
2. Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang
ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);
3. Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan (Tepat
Biaya) dan
4. Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib Administrasi
dan Keuangan proyek).
Kegiatan tahapan pelaksanaan fisik ini pada garis besarnya dibagi atas 2 tahapan yaitu (a). tahap
persiapan pelaksanaan konstruksi dan (b). tahap pelaksanaan konstruksi itu sendiri.

Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan
gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen Surat Perjanjian
Kerjasama (SPK) antara PPK bersama BKM/LKM dapat dilakukan pekerjaan tambah
kurang, dengan mengacu pada proses dan mekanisme pekerjaan tambah kurang
(terlampir pada lampiran POS ini)
Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar 2.
Diagram alir Pelaksanaan Fisik. Dan secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan
sebagai berikut:

34 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
a) Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
(1) Penandatanganan SPK BKM dengan PPK
BKM melakukan penandatanganan Kerja Sama (SPK) dengan PPK Satker PIP
Kabupaten/Kota selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan pembangunan
infrastruktur skala lingkungan.

(2) Penyiapan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)


Hampir semua sarana prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan
karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana
rehabilitasi dari sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk
pemeliharaan dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana
tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat dari adanya pembangunan
prasarana tersebut tidak optimal dan belum berkelanjutan. Atau walaupun dapat
dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi terbatas (kurang dari
umur yang direncanakan). Selain itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi kurang
terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.
Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program KOTAKU dengan
entry poin pemberdaayan masyarakat, mengupayakan langkah antisipasi melalui
pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan,
yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi,
mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis
pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan dibangun. Selanjutnya pada
tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan
pembangunan prasarananya.

Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap


perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan
muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan prasarana
yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan
dan lestari.
Selain itu, waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pengelola ini dilakukan sejak
awal persiapan pelaksanaan kegiatan. Jadi tidak dibentuk setelah pekerjaan fisik selesai.
Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan “kesadaran dan rasa tanggungjawab”
bagi masyarakat untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya
sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Selain itu
juga diharapkan agar Tim Pengelola yang dipilih sejak awal dapat terlibat langsung
dalam pelaksanaan pembangunan fisik/konstruksi sehingga setelah pekerjaan selesai
masyarakat/tim pengelola sudah siap melaksanakan pemeliharaan.
Penyiapan KPP sebagai organisasi Pengelola Pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana
disini mencakup kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 35
orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan
Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan.

Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu ditanamkan kesadaran kepada masyarakat


bahwa pemeliharaan prasarana dan sarana harus dilakukan oleh semua warga
pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan pemeliharaan.

36 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU



















Gambar H.3.a. DIAGRAM ALIR TAHAP PELAKSANAAN FISIK/KONSTRUKSI SKALA LINGKUNGAN

PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PELAKSANAAN KONSTRUKSI/FISIK PEMANFAATAN dan


PEMELIHARAAN

SPK
BKM dengan
PPK Prov


PENYIAPAN Musy.
KPP PENANDA Persiapan
TANGANAN Pelaks.
KONTRAK / Konstruksi SERAHTERIMA
SPPDL (MP2K) HASIL
Rembug PEKERJAAN DARI
COACHING
Pengadaan BKM KE PPK
KSM/Panitia
Pengorganisasi
an dan Teknis
Penyusunan Coaching Supervisi
Proposal Pelaksana Pelaksanaan
(Teknis, Konstruksi dan
Admin, Rapat2 Evaluasi
Keuangan)
L K M / T I P P
Penyusunan
KSM/PANITIA
Proposal dan
Penyampaian Mobilisasi
ke BKM (T. Kerja,

Bahan,
Alat)
Pencairan Dana
Praktek Kerja Lapangan
(OJT)
Pelaksanaan Konstruksi,
Pengamanan Dampak,
Laporan Kemajuan,

Administrasi/Pembukuan
Photo (0%, 25%,50%,
75%,100%)

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 35

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 37
Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan (1). pembentukan
Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab
pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan
pemeliharaan ini dapat dilihat pada Buku POS Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana KOTAKU.

(3) Coaching/Penguatan KSM/Panitia


KSM/Panitia yang akan menjadi Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur
selanjutnya di coaching oleh UPL/TIPP dengan difasilitasi oleh Fasilitator teknik/askot
infrastruktur dan Tim Teknis Pemda.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi
tanggungjawabnya.
Pada forum ini juga dilakukan dialog penjelasan terhadap data-data paket pekerjan
yang akan dilaksanakan oleh KSM/Panitia;

(4) Penyusunan Proposal Pelaksanaan Kegiatan KSM/PANITIA


Setelah KSM/Panitia memperoleh coaching/penjelasan tentang substansi dan cara
penyusunan proposal kegiatan maka selanjutnya dapat menyusun proposal
pelaksanaan kegiatannya sesuai dokumen contoh bentuk proposal yang disiapkan BKM.
Sebagai acuan dalam penyusunan Proposal ini adalah dokumen DED hasil kegiatan
perencanaan teknis yang telah disusun oleh BKM sebelumnya. Beberapa dari dokumen
tersebut disediakan copy satu set oleh BKM untuk diberikan kepada KSM/Panitia yang
akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu :
(a). Dokumen Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial (Safeguards)
(b). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis;
(c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya;
(d). Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(e). Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi;
(f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut dan
Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai acuan/referensi;
(g). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia
(h). Contoh Bentuk Proposal KSM/Panitia
Sangat penting bagi KSM/Panitia untuk mempelajari dan memahami dokumen-
dokumen tersebut karena merupakan acuan yang akan diikuti. Meskipun demikian
KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan agar hasil perencanaan teknis pekerjaan
tersebut dapat dilaksanakan dilapangan, terutama beberapa produk berikut:
§ KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan gambar teknis terutama untuk dicocokan
dengan situasi lapangan dilokasi pekerjaan, apakah sesuai atau ada perbedaan,

38 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
termasuk apakah telah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kondisi sosial-
budaya warga penggunanya.

§ Spesifikasi teknis, khususnya spesifikasi bahan/Alat, apakah jenis bahan/alat yang


dipersyaratkan mudah diperoleh/didatangkan kelokasi pekerjaan. Terbuka peluang
bagi KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif teknologi/bahan konstruksi yang
kualitasnya setara namun lebih murah/mudah didapatkan/didatangkan kelokasi
pekerjaan.
§ Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial: Daftar Kegiatan terlarang pada
dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dihindari oleh KSM/Panitia
karena ketentuan-ketentuan tersebut memiliki dampak negatif atas lingkungan dan
sosial masyarakat. Sedangkan hasil Study Dampak Lingkungan (bila ada) atau Daftar
Uji Identifikasi Dampak Lingkungan pada dasarnya mencakup upaya-upaya yang
diperlukan/akan dilakukan untuk mengantisipasi potensi/sumber dampak
Lingkungan (dan Sosial) yang dapat terjadi akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan dioperasikannya bangunan tersebut. Butir-butir ketentuan
sebagaimana telah ditetapkan dalam Daftar Kegiatan Terlarang dan Hasil Uji
Identifikasi Dampak tersebut harus benar-benar dipahami dan menjadi patokan
untuk dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan oleh KSM/Panitia. Terutama
upaya-upaya penanganan dampak/mitigasi yang telah ditetapkan, KSM/Panitia harus
mengeceknya dengan teliti, bilamana terdapat kegiatan penanganan yang sifatnya
bangunan fisik (seperti gorong-gorong, drainase, penahan longsor, dll) apakah telah
diperhitungkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, karena pelaksanaan hal ini juga
akan memerlukan pembiayaan.

§ KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan Lingkup pekerjaan dan perhitungan


kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, apakah
telah sesuai dengan kondisi lapangan dan gambar teknis yang ada atau ada
perbedaan.
§ Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan mungkin masih bersifat
garis besar kegiatan saja dan belum rinci. Dari Jadwal Induk ini, KSM/Panitia
menyusun jadwal pelaksanaan kegiatannya yang lebih rinci berdasarkan
ketersediaan sumber daya yang dimilki, dan dapat dicapai dilapangan.

§ Contoh Bentuk Proposal merupakan acuan dokumen proposal pelaksanaan kegiatan


yang disusun oleh KSM/Panitia. KSM/Panitia tinggal mengisi atau membuat seperti
formulir tersebut. Oleh karena menjadi acuan, maka KSM/Panitia harus benar-benar
memahami substansinya dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk menyusun dokumen proposal pelaksanaan kegiatannya.
§ Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat berikut Data Hasil Kesepakatan Harga
Satuan Upah/Bahan/Alat dan Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 39
dipergunakan. Data tersebut sifatnya merupakan referensi bagi KSM/Panitia untuk
menyusun RAB pelaksanaan pekerjaannya.

Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan teknis
maka hal ini harus dikonsultasikan kepada BKM/UPL karena akan berpengaruh pada
kuantitas/kualitas pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
Setelah Proposal KSM/Panitia selesai disusun selanjutnya disampaikan kepada BKM
untuk dilakukan verifikasi kelayakannya.

(5) Verifikasi Kelayakan Proposal KSM/Panitia


Setelah proposal pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh KSM/Panitia kepada BKM
maka selanjutnya dilakukan verifikasi. Verifikasi ini merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk memeriksa dan menilai kebenaran/kelayakan dari dokumen proposal
pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat oleh KSM/Panitia. Pendekatan pelaksanaannya
adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat berasal dari UPL, TIPP, Tim
Teknis Pemda (bila diperlukan) dan Konsultan Pendamping.
Tatacara verifikasi mengacu pada tatacara yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Contoh Proposal yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis sebelumnya.

(6) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)


SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan
KSM/Panitia dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sesuai
ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.
Bentuk SPPD-L ini mengacu pada “Contoh Bentuk SPPD-L” yang ditetapkan oleh UPL/
TIPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis.

Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis pengamanan


dampak lingkungan dan sosial dan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (yang telah terisi
KSM/Panitia) merupakan lampiran yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama
Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L).
Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik
BKM/UPL maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.

(7) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)


MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka Persiapan
Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini
diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum
dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara kegiatan MP2K ini
adalah UPL/TIPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia yang akan melaksanakan
kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya.

40 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapan-
persiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasan-
penjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi
dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga pihak
KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami baik
teknis maupun administrasi kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :
ü Adanya Rencana dan Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang siap
dilaksanakan;
ü Adanya Calon Tenaga Kerja yang siap dimobilisasi;
ü Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia yang siap
melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya;
ü Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
ü Meningkatnya pemahaman KSM/Panitia untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan
secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak
bertentangan dengan ketentuan Program;

(8) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia


Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL dan Tim Fasilitator tentang
teknik-teknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi pencatatan atau
pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan dilakukan KSM/Panitia selama
pelaksanaan konstruksi.
Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia
sehingga tidak menemui kesulitan dalam melaksanakan kegiatan konstruksi secara
benar, sesuai persyarata teknis yang ditentukan.
Proses coaching/pelatihan KSM/Panitia ini diharapkan akan berlanjut pada kegiatan
“Praktek Kerja dilapangan/On the Job Trainning (OJT)” pada pelaksanaan kegiatan
konstruksi dilapangan.

(9) Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kegiatan


Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM/Panitia harus membuat dan memasang papan
nama kegiatan/proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan nama ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan serta wajib
terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung.

Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini sekurang-kurangnya
mencakup : Wilayah administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan dan kabupaten);
Nama BKM kelurahan sasaran; Jenis/Nama Kegiatan; Volume Kegiatan; Biaya Kegiatan
(APBN, Swadaya dan Total); Waktu pelaksanaan; Lokasi kegiatan; Nama KSM/Panitia
Pelaksana Pekerjaan; Nomor Tilpon Pengaduan dan Website Kotaku

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 41
b) Tahap Pelaksanaan Konstruksi
(1) Pencairan Dana
Pencairan dana kegiatan infrastruktur dari BKM kepada KSM/Panitia dilakukan melalui
rekening KSM/Panitia secara tiga tahap/termin, yaitu :
(a). Pencairan tahap/termin pertama
Setelah ditandatanganinya SPPD-L, KSM/Panitia dapat mengajukan pembayaran uang
muka kepada BKM sebagai pembayaran tahap pertama sebesar 60% dari nilai SPPD-L.
Persyaratan untuk penarikan uang muka, yaitu :
§ SPPD-L
§ Rekening Buku Tabungan KSM/Panitia (untuk kegiatan yang nilai BDI lebih besar
Rp. 30 juta)
§ Berita Acara Penarikan Tahap Pertama;
§ Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap Pertama
(b). Pencairan Tahap/termin Kedua
KSM/PANITIA dapat mengajukan pembayaran tahap kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-
L setelah pekerjaan fisik mencapai kemajuan fisik sekurang-kurangnya sebesar 50 %
dan pemanfaatan dana tahap pertama sekurang-kurangnya telah dimanfaatkan 90%.

Persyaratan untuk pengajuan tahap kedua adalah :


§ Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
§ Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Pertama;
§ Berita Acara Pembayaran Termin Kedua;
§ Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Kedua.
(c). Pencairan tahap/termin ketiga

Angsuran tahap ketiga sebesar 10% dari SPPD-L diajukan setelah prestasi fisik pekerjaan
mencapai minimal 85% dan pemanfaatan dana tahap kedua sekurang-kurangnya telah
dimanfaatkan 90%.
Persyaratan untuk pengajuan tahap ketiga, yaitu :
§ Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
§ Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Kedua;
§ Berita Acara Pembayaran Termin Ketiga;
§ Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Ketiga.
§ Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik.

(2) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat


KSM/Panitia segera melakukan mobilisasi tenaga kerja/bahan/alat ke lokasi pekerjaan
sesuai jadwal yang telah disepakati dalam MP2K.

42 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Berkaitan dengan mobilisasi ini, proyek telah menetapkan tatacara pengadaan
barang/jasa yang harus diikuti. Tatacara pengadaan ini lebih jauh diuraikan secara rinci
pada buku Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Pelaksana Pekerjaan.

(3) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan (bila ada)


Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa adalah forum musyawarah pengadaan
terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran, untuk menetapkan siapa pihak ketiga
yang akan menjadi mitra kerja KSM/Panitia dalam rangka Pengadaan Barang/Jasa yang
dibutuhkan. Jadi Forum ini hanya dilakukan pada setiap ada kegiatan Pengadaan
terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran.
Penyelenggaraan Forum Musyawarah Pengadaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
adanya transparanasi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan, khususnya dalam
pemanfaatan dana pada kegiatan pengadaan bahan/alat, bagi KSM/Panitia pelaksana
kegiatan.
Mekanisme pelaksanaan forum ini pada dasarnya merupakan mekanisme pelaksanaan
secara sekaligus dari rangkaian acara : Pemasukan, Pembukaan, Evaluasi Penawaran
dan Penetapan Pemenang pada proses pengadaan terbatas/ pemilihan langsung
dengan penawaran. Sedangkan peserta yang diundang adalah calon pemasok/toko dan
anggota KSM/PANITIA terkait, wakil BKM, wakil UPL/TIPP, Kepala Desa/Lurah, Tomas
setempat dan Tim Konsultan.

(4) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan


OJT/Trial, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil
meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-
betul dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi persyaratan teknis, karena contoh
akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti oleh masyarakat.
Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM/Panitia, difasilitasi/dibimbing oleh
fasilitator teknik dan anggota TIPP/Tim Teknis Pemda yang memahami bidang Teknik
konstruksi atau pihak ketiga mitra masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan
konstruksi tersebut. Fokus utamanya lebih kepada memberikan keterampilan bagi
tenaga kerja bagaimana cara pengerjaan yang benar/ketelitian dari suatu pekerjaan,
misalnya bagaimana cara melaksanakan membuat campuran beton, bagaimana cara
pengangkutan atau pemasangannya, bagaimana cara pemadatan, bagaimana cara
penyambungan besi/beton, dll.

Pendekatan pelaksanaannya adalah :


(a). Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan dilapangan. Artinya
OJT ini mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan dilapangan sehingga tidak
memerlukan biaya khusus untuk pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang
diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan tenaga kerja atau bahan yang
sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 43
(b).Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan
pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT tadi, dapat
langsung diikuti oleh masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan
tersebut. Setelah OJT ini, hasil pekerjaan harus dinilai kembali apakah sudah
benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika belum maka OJT ini harus
diulangi hingga benar-benar menghasilkan pekerjaan yang memenuhi standar
teknis yang dipersyaratkan.
(c). Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak perlu
dilakukan untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada pekerjaan
tertentu yang dianggap paling menentukan kualitas dan atau kurang dipahami oleh
pelaksana lapangan/tenaga kerja.

On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan


konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama pelaksanaan
kegiatan konstruksi.

Sistem trial terdiri dari tiga langkah :


§ Contoh dibuat bersama konsultan fasilitator teknik/askot infrastruktur/Dinas terkait.
Orang yang ikut membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja, Kader
Teknis/UPL, Pelaksana Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain.
Konsultan ikut bekerja dan memberi instruksi kepada mereka.
§ Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan contoh
diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter), kualitas dinilai oleh
fasilitator teknik/askot infrastruktur. Jika kualitas masih kurang baik maka harus
dilatih lagi dan diperiksa lagi.

§ Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.


Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan. Misalnya
trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial jalan didaerah
sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk bagian yang sangat
kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.
Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan MCK
maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.
Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling
menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan
praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton, pengangkutan dan
pemadatan beton dilapangan, dll.

Setelah OJT dilaksanakan, Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur memberikan


persetujuan kepada KSM/Panitia untuk melaksanakan pekerjaan fisik.

44 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi
Pelaksanaan Konstruksi adalah serangkaian pelaksanaan pekerjaan pembangunan/fisik
untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan, termasuk juga kegiatan-kegiatan
penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat konstruksi yang telah
direncanakan.
Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai:
(a). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan kualitas yang
dipersyaratkan/ telah direncanakan;
(b). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan yang
dipersyaratkan/ telah direncanakan;
(c). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan yang
dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan:
(a). Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan jenis-
jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
(b). Volume dari setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dihasilkan sesuai dengan
volume setiap jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
(c). Jumlah waktu penyelesaiaan pekerjaan/proyek sesuai jadwal pelaksanaan yang
telah direncanakan;
(d). Jumlah Biaya/dana yang termanfaatkan pada keseluruhan pelaksanaan pekerjaan,
minimal sesuai biaya pelaksanaan yang telah direncanakan;
(e). Bahan-bahan bangunan yang dipergunakan memenuhi persyaratan bahan dari
setiap pekerjaan yang telah direncanakan;
(f). Cara pelaksanaan setiap pekerjaan dilapangan memenuhi persyaratan cara kerja
yang telah direncanakan;
(g). Penggunaan tenaga kerja/peralatan berat dalam pelaksanaan pekerjaan yang
memenuhi persyaratan kualitas pekerjaan;
(h). Progres pekerjaan telah mencapai 100% (selesai) sesuai jadwal pelaksanaan yang
telah direncanakan;

Langkah-langkah pelaksanaan :
Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan konstruksi yang telah disusun pada tahap
perencanaan teknis sebelumnya (Proposal Pelaksanaan) yang telah menetapkan :
Lingkup Kegiatan Konstruksi (jenis-jenis pekerjaan, dan batasan-batasannya seperti
volume, persyaratan teknisnya), Urut-urutan pelaksanaannya, Rencana Biaya pekerjaan
dan Jadwal Pelaksanaannya, kemudian telah pula ditetapkan struktur organisasi
pelaksana, orang-orang yang akan bertanggungjawab didalam organisasi telah dipilih
dan dilatih/dibimbing sehingga memahami tugas dan tanggunjawabnya masing-masing,
maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan konstruksi dari
bangunan yang ingin diwujudkan (Gambar).

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 45
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara sistematis/berurutan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dari bangunan tersebut sebagaimana telah ditetapkan.
Dari urut-urutan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan, maka
setelah mendatangkan tenaga kerja/bahan/alat (sesuai dengan kualitas yang
dipersyaratkan) dilokasi pekerjaan, selanjutnya dapat dilakukan pelaksanaan teknis dari
setiap jenis pekerjaan konstruksi, yang garis besarnya meliputi:
§ Menyiapkan Papan informasi kegiatan infrastruktur skala lingkungan dengan ukuran
dan contoh sebagai berikut:






§ Menyiapkan lokasi pekerjaan (penyiapan lapangan), seperti pembersihan,
penentuan elevasi/patok ukur, bouwplak, dll;
§ Melaksanakan tindakan pengamanan, keselamatan tenaga kerja dan masyarakat
disekitar lokasi pekerjaan;
§ Melaksanakan semua aktivitas-aktivitas dari lingkup pekerjaan sesuai kualitas yang
dipersyaratkan (spesifikasi/persyaratan teknisnya) sampai keseluruhan volume
pekerjaan yang direncanakan terpenuhi. Persyaratan kualitas dari setiap jenis
pekerjaan konstruksi mengacu pada Gambar-gambar teknis, spesifikasi teknis atau
petunjuk-petunjuk teknis pembangunan sarana dan prasarana.

§ Pelaksanaan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan tersebut dilakukan


sesuai jadwal yang telah ditentukan.

46 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Pelaksanaan pada hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, memotivasi dan
mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat (Mampu
dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta terkendali
sehingga tujuan (terwujudnya bangunan sesuai standar mutunya) dapat dicapai sebaik-
baiknya. Dalam hal ini maka peranan pendampingan yang dilakukan adalah
Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa Yang diInginkan
(Tugas/kegiatan yang mereka lakukan). Yang pada dasarnya melaksanakan fungsi/tugas-
tugas:

ü Mengkomunikasikan, sampaikanlah kebutuhan informasi penting yang diperlukan


terkait dengan tugas-tugas atau informasi organisasi yang ingin dilakukan/dicapai
berkaitan dengan pekerjaan, agar mereka bekerja lebih efektif dan dengan kepuasan
kerja yang tinggi, jadikan ada saling percaya dan pengertian atas
tugas/tanggungjawab diantara kita dan mereka, kemaslah informasi dalam bahasa
yang mudah dimengerti mereka, dengarkan keluhan mereka;

ü Mempengaruhi/Menggerakkan/Memotivasi (Mendorong, Mengajak, Melibatkan,


Mendukung) agar mereka terus mau belajar melaksanakan tugas-tugasnya sehingga
meningkatkan kemampuaannya;

ü Koordinasikan kegiatan-kegiatan mereka agar berjalan secara terpadu (integrasi) dan


selaras (sinkronisasi) sehingga terbangun kerjasama tim menjadi satu tim organisasi
yang tangguh dan kompak;
ü Membantu, Mengerjakan bersama secara langsung sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai persyaratannya sekaligus terjadi transfer pengetahuan, keahlian,
dan sikap kepada setiap individu dalam meningkatkan kemampuannya;

(6) Supervisi kegiatan Konstruksi


Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk
menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Dengan demikian maka Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup
kegiatan/tindakan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai standar
konstruksi/rencana yang telah ditetapkan, kemudian mengadakan
pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran kegiatan tersebut dan
membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai dengan standar/rencananya
untuk mengetahui apakah ada penyimpangan (evaluasi).
Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau
spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas, dimensi/ukuran, kualitas,
cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya
atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan disini
dapat merupakan hasil yang sesuai atau lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 47
dan penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah
ditetapkan (merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).

Sasaran pengawasan pekerjaan konstruksi adalah untuk melihat apakah terjadi


penyimpangan negatif dari standar teknis atau rencana yang telah ditetapkan, seperti
apakah kualitas bahan yang dipergunakan kurang, apakah volume atau ukuran/dimensi
pekerjaan kurang atau apakah cara pengerjaan salah, atau apakah waktu pelaksanaan
pekerjaan terlambat, dll, yang bisa berakibat pada kualitas dan kuantitas bangunan yang
hendak dibangun tidak terpenuhi sesuai standar teknis/rencana awalnya.

Sedangkan tujuannya adalah agar dilakukan tindakan perbaikan atau penyelesaiaan


(pengendalian) bilamana ditemukan adanya kesalahan atau kukurangan dari pekerjaan
yang sedang dilaksanakan sehingga tujuan untuk mewujudkan bangunan/infrastruktur
yang berkualitas baik (kuat) dan dapat berfungsi/dimanfaatkan lebih lama dapat
tercapai dengan baik.
Pengawasan secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari hasil
yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti bentuk/ukuran
konstruksi yang dibuat dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar kerja,
ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang tidak
sesuai atau tidak memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang
merugikan/menghambat kelancaran pekerjaan di lapangan.
Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap
semua aspek kegiatan, namun demikian dalam proses pengawasan ini dapat difokuskan
pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut :
(a). Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu disupervisi
antara lain, adalah :

§ Jenis dan volume tiap pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan gambar rencana, apakah sesuai dengan
kondisi pada saat supervisi;
§ Kondisi lokasi, apakah sesuai dengan perencanaan/gambar atau ada perubahan;
§ Apakah secara keseluruhan bangunan dapat berfungsi/bermanfaat;
§ Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak
lingkungan sudah dilaksanakan;

(b). Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

§ Apakah sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan


pada sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana;
§ Apakah kualitas hasil pekerjaan sudah sesuai rencana/baik;
§ Apakah kelengkapan bangunan sudah cukup atau kurang untuk keamanan dan
atau kenyamanan pemakai;
§ Apakah metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar;

48 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
§ Apakah telah dilakukan koordinasi pelaksanaan dengan pihak/instansi/dinas
terkait setempat, seperti:
ü Sumur dalam/Bor harus koordinasi dengan dinas pertambangan atau
perindustrian dan geologi setempat,
ü Prasarana Pendidikan harus berkoordinasi dengan dinas Pendidikan
setempat;
ü Prasarana kesehatan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat;
ü Prasarana persampahan dengan dinas kebersihan kota/terkait.
§ Khusus air bersih yang sumber airnya bukan dari Air PDAM/Sejenis, Air Hujan,
apakah telah dilakukan pengujian kualitas Air bersih;
(c). Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
§ Apakah Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadual yang
telah direncanakan.
§ Apabila terjadi keterlambatan dan/atau percepatan waktu pelaksanaan
pekerjaan maka harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut
terhadap jadual kerja sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam SPPD-L
atau perubahannya (bila ada)
§ Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai jadual,
maka konsultan memberikan justifikasi/pertimbangan teknis kepada UPL/BKM
untuk : memperpanjang jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan
pekerjaan/pemutusan kontrak (bila perlu).
(d).Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah:
§ Apakah tidak terjadi pembelanjaan atau penggunaan dana yang berlebihan
pada suatu kegiatan sehingga dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat
diselesaikan secara keseluruhan;
§ Apakah tidak terjadi penyelewengan dana;
§ Apakah proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;
§ Apakah dilaksanakan pembukuan Keuangan dengan baik;
§ Apakah aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.
(e). Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :

§ Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan sesuai
kondisi lapangan/yang sebenarnya;
§ Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik,
Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan
kegiatan konstruksi oleh pihak UPL bersama Fasilitator/Konsultan (khusus bidang
Teknik) dan tentunya juga oleh KSM (Tim Pelaksana Lapangan/Mandor) secara
internal sebagai fungsi yang melekat pada tugas/tanggungjawabnya. Termasuk hasil

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 49
monitoring partisipatif yang dilakukan oleh warga masyarakat sebagai masukan
dalam proses pengawasan.

Konsultan bidang Teknik1 bertanggunjawab terhadap capaian kualitas sehingga dapat


menolak hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis yang telah
ditetapkan dalam kontrak SPPDL.

(7) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%


Pengamanan dampak lingkungan adalah pelaksanaan seluruh kegiatan penanganan
dampak lingkungan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Untuk jenis kegiatan
pengamanan yang bersifat/terkait teknis konstruksi pada dasarnya dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi (menjadi bagian dari pekerjaan konstruksi
bangunan, misalnya gorong-gorong) sedangkan kegiatan yang bersifat non teknis
seperti O dan P dilakukan sejak awal tahap pelaksanaan konstruksi.
Pemantauan Dampak Lingkungan disini adalah merupakan pengawasan atas hasil
pelaksanaan rencana tindakan penanganan dampak/mitigasi. Apakah telah selesai
dikerjakan sesuai rencana atau belum selesai. Oleh karena itu kegiatan pemantauan ini
juga pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanaan
Supervisi/Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi.
Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Dampak ini dilakukan pada tahap pelaksanaan
Konstruksi/pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan instrumen pemantauan
berupa Ceklist/Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan yang telah dibuat
sebelumnya, yaitu :

(a). Kira-kira pada pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat
peluang untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan kelapangan
dimana daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah semua tindakan
yang telah direncanakan telah dilakukan sesuai rencana atau belum.

(b). Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama (checklist
tadi) dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna memastikan
bahwa semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan telah dilaksanakan.
Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh Pelaksana sendiri maupun
oleh Tim Konsultan dan UPL dilapangan.

(8) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan


Rapat evaluasi ini pada prinsipnya merupakan bagian dari proses
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan untuk
periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu (mendesak).
Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dapat dilakukan sendiri (internal)
KSM/Panitia atau dilaksanakan bagi semua KSM/Panitia oleh UPL sebagai upaya

1
Secara berjenjang oleh Faskel Teknik, Askot Infra Kota, TA Infra OC/OSP

50 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
koordinasi dan evaluasi untuk mengevaluasi sejauhmana kemajuan pelaksanaan
kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah yang muncul.

Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk membagi/memberikan
informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga untuk melaksanakan evaluasi
(menilai laporan atau hasil temuan dalam pengawasan) dan merumuskan tindakan-
tindakan yang perlu diambil apabila hasil pengawasan menunjukan adanya
penyimpangan yang berarti dari rencana semula atau terdapat permasalahan-
permasalahan yang mengganggu kelancaran kegiatan. Sehingga dengan adanya rapat-
rapat rutin ini maka diharapkan semua permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan
secara bersama-sama, terjadi koordinasi kerja yang baik antar semua unsur pelaksana
yang pada gilirannya akan membawa kelancaran pelaksanaan kegiatan dilapangan
sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan.
Sasaran evaluasi ini adalah untuk mendeteksi apakah hasil kerja sesuai dengan rencana
yang telah dibuat, dan untuk menggali masalah-masalah yang menjadi penghambat
dalam pelaksanaan kerja dan mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Sebagai ukuran
keluran kegiatan dapat dilihat dari adanya catatan/notulen hasil rapat dan daftar
peserta yang hadir.

Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :

(a). Apakah Volume pekerjaan (kemajuan progres pelaksanaan) yang telah dicapai
sesuai dengan yang direncanakan?

(b). Apakah Kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan/direncanakan;


(c). Apakah Waktu pelaksanaan masih sesuai dengan rencana;
(d). Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini
sesuai atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume dari
hasil pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Volume yang masih
harus dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;
(e). Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai
dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai
dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya dari hasil pembayaran
Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang masih harus
dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana yang Belum
dicairkan).
(f). Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya?
(g). Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan?
(h). Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak
lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 51
Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat
memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung jawab
untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan akan
dilakukan tindakan tersebut.
Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan Hasil Rapat
Mingguan dan diarsipkan dengan baik.

(9) Membuat Administrasi dan Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan


Administrasi adalah proses pencatatan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak
Pelaksana Pekerjaan. Pencatatan dilakukan pada formulir – formulir yang telah
disediakan dan tinggal mengisikan hal-hal yang terjadi, dilaksanakan, dan diperlukan
dalam formulir tersebut.
Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan adalah untuk mendokumentasikan
atau merekam seluruh kegiatan pelaksana dilapangan.
Pencatatan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau segera dilakukan
setelah suatu pekerjaan selesai. Jadi tidak perlu menunggu sampai beberapa lama
untuk mencatat suatu kejadian kegiatan, sebab kalau pencatatan ditunda-tunda, maka
kemungkinan besar akan terjadi kesalahan-kesalalahan yang timbul karena lupa.
Dengan pencatatan yang tertib dan kemudian menghimpun atau mengarsipkannya
maka akan dapat digambarkan kembali proses-proses yang telah dilalui dan dilakukan
oleh pihak pelaksana pekerjaan, sehingga apabila pada suatu saat dibutuhkan dapat
dibuka kembali.
Sasaran dilaksanakannya administrasi ini adalah untuk :

(a). Keterbukaan; dengan adanya pencatatan atas setiap kegiatan, dan hasil
pencatatan tersebut dapat diketahui oleh semua pihak, maka akan sangat kecil
sekali kemungkinan untuk menyembunyikan sesuatu, sebab semua kejadian sudah
tercatat dalam formulir administrasi.

(b). Menghindari pertentangan; konflik dalam suatu organisasi biasanya terjadi karena
adanya kesalahpahaman, sedangkan salah paham terjadi karena adanya perbedaan
informasi di antara pihak-pihak yang berselisih tersebut. Perbedaan informasi
tersebut dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan adanya
pencatatan/administrasi yang benar dan lengkap.

(c). Alat monitoring; dokumen administrasi Pelaksana adalah dokumen yang terbuka
dalam arti siapapun pihak yang terlibat dalam kegiatan yang sedang berjalan,
berhak untuk mengetahui setiap kejadian ataupun kesepakatan yang telah dibuat
bersama.

(d). Bahan penyusunan laporan; selama pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik,


Pelaksana harus menyusun beberapa laporan secara bertahap sesuai dengan

52 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
kesepakatan yang telah dibuat serta berdasarkan perkembangan pelaksanaan
pekerjaan. Apabila pencatatan administrasi Pelaksana dilakukan secara disiplin dan
tertib, maka hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan. Sebagai
data – data yang mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan di lapangan,
termasuk mutu pekerjaan.

Ukuran keluaran yang ingin dihasilkan :


§ Diketahuinya Personil dari Pelaksana Pekerjaan yang melaksanakan
pengandministrasian pelaksanaan kegiatan/keuangan.
§ Tempat Penyimpanan/pengarsipan administrasi yang dibuat, memudahkan bagi
setiap orang untuk memperoleh/mengetahuinya;
§ Jumlah administrasi setiap kegiatan yang dibuat secara benar dan lengkap
sesuai bentuk-bentuk administrasi/formulir yang telah direncanakan;
§ Ketepatan waktu pembuatan administrasi kegiatan sesuai dengan waktu
pelaksanaan setiap kegiatan dilapangan;

Bentuk-bentuk formulir administrasi dan pelaporan untuk tahap


konstruksi/pembangunan sarana dan prasarana yang dibuat oleh KSM/Panitia,
sekurang-kurangnya mencakup :

1). Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :


a. Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja, merupakan formulir harian (dibuat
setiap hari) untuk mencatat kehadiran Tenaga Kerja yang ikut
melaksanakan pekerjaan konstruksi (Mandor, Tukang, Pekerja)
dilapangan
b. Daftar Harian Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir untuk
mencatat penerimaan bahan/alat yang diperoleh melalui swadaya
masyarakat dan yang diperoleh dari pemasok/toko.
c. Nota Penerimaan Bahan/Alat;
2). Daftar Mingguan Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
Administrasi Mingguan ini dapat dibuat untuk periode pelaksanaan kegiatan
per minggu atau sesuai periode mingguan yang ditetapkan, yang mencakup :
a. Daftar Hadir Mingguan Tenaga Kerja dari Swadaya, merupakan Formulir
Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya
(Mandor, Tukang, Pekerja) yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksi. Sumber datanya adalah dari data-data Formulir Daftar Hadir
Harian TK Swadaya dan BDI yang telah dibuat sebelumnya.

b.Daftar Hadir Mingguan dan Pembayaran Upah Tenaga Kerja Dana Investasi,
merupakan Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja
untuk pekerjaan konstruksi dan Perhitungan Pembayaran Upah yang
diperoleh/dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja. Sumber

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 53
datanya dari data-data Formulir Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja yang
telah dibuat. Formulir ini juga sangat diperlukan untuk memastikan
besarnya pembayaran upah yang harus diterima oleh setiap tenaga kerja
dari dalam satu kurun waktu atau periode mingguan. Data ini selanjutnya
dipergunakan sebagai surat bukti untuk proses pembukuan Ongkos
tenaga kerja.
c. Daftar Mingguan Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir
Rekapitulasi pencatatan Penerimaan Harian bahan/alat yang diberikan
melalui swadaya masyarakat dan yang dari pemasok/toko.
d. Daftar Mingguan/Dwi-Mingguan Opname Pekerjaan, merupakan Formulir
pencatatan hasil pengukuran/perhitungan dari Volume tiap jenis kegiatan
yang dihasilkan selama periode satu minggu. Formulir ini dibuat oleh
Pelaksana pada setiap akhir minggu.
3). Laporan Kegiatan yang mencakup :

a. Laporan Kemajuan Kegiatan


Laporan Kemajuan merupakan formulir laporan tentang kemajuan kegiatan
yang telah dicapai/dihasilkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk jangka waktu
tertentu dalam masa pelaksanaan pekerjaan (periode pelaporan sesuai
dengan yang telah ditetapkan).
Formulir ini pada dasarnya merupakan rekapitulasi dari formulir Daftar
Harian/Mingguan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka
sumber data utama untuk pengisian formulir ini adalah data-data dari
rekapitulasi daftar harian/mingguan sebelumnya.

b. Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Kegiatan


Laporan Akhir atau Pertanggungjawaban Kegiatan Pelaksana Pekerjaan
merupakan laporan yang dibuat KSM/Panitia setelah pekerjaan selesai
(setelah dibuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan/BAP2, termasuk telah
dilakukan perbaikan pekerjaan bila ada). Laporan ini sekaligus menjadi laporan
kemajuan terakhir pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya Laporan Akhir
KSM/Panitia ini disampaikan kepada BKM (UPL).
Tatacara pembuatan, berikut contoh formulir administrasi KSM/Panitia ini
sebagaimana terlampir
4). Dokumentasi (photo-photo) Kegiatan
Untuk dokumentasi (Photo-photo) pelaksanaan kegiatan, pada tahap ini
KSM/Panitia cukup membuat photo kondisi : 25%,50%, 75%, 100%.
Photo kondisi 50%, yaitu potret kondisi atau keadaan pertengahan
pelaksanaan pekerjaan (kira-kira pada progres mencapai 50%) dan photo

54 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
kondisi 100% adalah potret kondisi keadaan akhir setelah pekerjaan selesai
100% pada lokasi dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang
diambil/potret minimal sama dengan titik lokasi pengambilan potret kondisi
nol (0%) sebelumnya. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah
pengambilan gambar kondisi 50% dan 100% ini harus sama dengan titik dan
arah pengambilan gambar kondisi awal (0%) sebelumnya.
Bersama dengan photo kondisi nol/awal kegiatan, dokumentasi 25%,50%,
75%, 100% ini menjadi bahan laporan akhir KSM/Panitia kepada BKM/LKM.

(10) Pemeriksaan/Sertifikasi Pekerjaan


Sertifikasi atau pemeriksaan/penilaian kelayakan hasil kegiatan yang dimaksudkan disini
adalah pemeriksaan akhir hasil pekerjaan dilapangan.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu upaya yang diperlukan untuk memenuhi
terwujudnya pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas memenuhi seluruh
persyaratan yang ditetapkan dalam Kontrak. baik maka pada tahap pelaksanaan
pembangunan fisik perlu dilakukan sertifikasi. Selain itu, pemeriksaan ini juga dilakukan
sebagai bagian dari proses serah terima hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK.
Sasaran/keluaran yang diharapkan dari sertifikasi adalah agar kualitas hasil pelaksanaan
pembangunan infrastruktur dapat tercapai sesuai dengan ketentuan/standar yang di
persyaratkan/direncanakan sehingga dapat diterima oleh pihak pemberi pekerjaan
(PPK).

Ukuran pencapaian keluaran:


(a). Terbentuknya Tim Sertifikasi Pekerjaan yang melibatkan unsur PPK, BKM, Tim
Teknis Pemda dan Konsultan (Askot Infra/Fasilitator Teknik)
(b). Kemajuan kegiatan sertifikasi telah mencapai 100% (selesai);
(c). Diketahuinya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari kegiatan
infrastruktur yang telah dibangun sesuai hasil pemeriksaan lapangan;
(d). Dibuat/adanya Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2) sesuai Rekomendasi
hasil pemeriksaan dilapangan;
Sertifikasi infrastruktur, antara lain mencakup aspek :

(a). Capaian Kualitas Proses dan Pemanfaatan, dengan indikatornya, antaralain:


§ Kelengkapan komponen/bagian-bagian infrastruktur yang dibangun dapat
memberikan keamanan/keselamatan bagi pemanfaat?
§ Infrastruktur yang dibangun aman dan mudah diakses oleh pemanfaat?
§ Infrastruktur yang dibangun dapat menjamin kesehatan bagi pemanfaat?
§ Upaya penanganan dampak (lingkungan dan sosial) telah dilaksanakan dengan
baik/terpenuhi (tidak menimbulkan dampak signifikan atas lingkungan/sosial)?
§ Infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga?

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 55
(b).Capaian kesesuaian volume dan kualitas pekerjaan, dengan indikatornya berupa
kesesuaian realisasi volume dan kualitas setiap jenis pekerjaan dengan volume
yang direncanakan dan spesifikasi teknisnya. Bila ditemukan ada cacat atau
kekurangan maka harus dicatat untuk diberikan solusinya.
(c). Capaian pemanfaatan dana, dengan indikatornya berupa kesesuaian realisasi
pemanfaatan swadaya masyarakat dan dana APBN dengan rencana pembiayaan
yang telah ditetapkan. Apakah telah sesuai rencana atau tidak.
Proses sertifikasi dilakukan langsung di lapangan oleh Tim Sertifikasi, dimana Tim
Sertifikasi ini dibentuk terlebih dahulu oleh pihak PPK bersama BKM/UPL.
Adapun mekanismenya secara diagram dapat dilihat pada gambar 1. yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Alir Mekanisme Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur



Hasil Pembangunan
dan Administrasi


Permintaan Sertifikasi
ke PPK (Oleh BKM)


Pemeriksaan
Oleh
TIM SERTIFIKASI

Serahterima
Pekerjaan
Selesa
Penyusunan LPJ kepada PPK
i Laya (BA
B A P 2 BKM
k Serahterima
)

Belum Selesai/
Layak dgn Penyempurnaan

(a). Berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan dari Pelaksana Kegiatan yang


menunjukan bahwa pekerjaan telah mencapai 100%, maka Pelaksana Kegiatan
wajib mengajukan surat permohonan untuk dilakukan Sertifikasi hasil pekerjaan
kepada BKM/UPL. Berdasarkan hal tersebut BKM mengajukan permohonan kepada
PPK, ditembuskan kepada fasilitator teknik/askot infrastruktur;

(b). Tim Sertifikasi melakukan pemeriksaan dan penilaian atas semua aspek
sertifikasi. Hasil Penilaian masing-masing aspek sertifikasi disepakati bersama-sama
oleh Tim Sertifikasi;

56 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
(c). Setelah seluruh pemeriksaan aspek selesai, maka dilanjutkan dengan
membuat kesimpulan dan rekomendasi. Adapun alternatif bentuk kesimpulan dan
rekomendasi, yaitu :
§ Pekerjaan dinyatakan Layak/Selesai (berkualitas baik dan bermanfaat);
Apabila pekerjaan dinyatakan layak/selesai maka dilanjutkan dengan
Serahterima hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK selaku pemberi pekerjaan
dan dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima.
§ Pekerjaan dinyatakan Belum Selesai/Layak dengan Penyempurnaan;
Apabila pekerjaan dinyatakan belum selesai maka tindaklanjutnya adalah
Pelaksana Kegiatan harus melakukan perbaikan/penyempurnaan
sebagaimana catatan/rekomendasi pemeriksaan. Hasil pemeriksaan harus
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2). Tim Sertifikasi
juga menyepakati batas waktu penyempurnaan yang akan dilakukan
KSM/Panitia. Penyempurnaan ini harus dievaluasi kembali oleh Tim
Sertifikasi, dan setelah hasil perbaikan/penyempurnaan dinyatakan diterima
baru dapat dilanjutkan dengan Serahterima hasil pekerjaan kepada PPK
selaku pemberi pekerjaan.
§ Pekerjaan dinyatakan Tidak Layak
Apabila pekerjaan telah selesai dan disertifikasi, tetapi bangunan tidak dapat
dioperasikan/dimanfaatkan (tidak cukup hanya sekedar penyempurnaan),
maka dinyatakan Tidak Layak. Dalam hal demikian maka tindaklanjutnya
perlu dilakukan kesepakatan bersama masyarakat dan melibatkan pihak-
pihak terkait, seperti BKM, pemerintah kelurahan/desa dan Pemda untuk
mencari solusi agar bangunan dapat dioperasikan dan bermanfaat bagi
masyarakat.

(d). Seluruh hasil Sertifikasi ini diarsipkan oleh PPK, BKM/UPL dan fasilitator
teknik/askot infrastruktur.
§ Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2).
BAP2 dibuat bersama-sama antara Tim Sertifikasi dengan Pelaksana
Pekerjaan setelah melakukan pemeriksaan/Sertifikasi pekerjaan dilapangan.
Jadi syarat BAP2 dibuat adalah apabila telah dilakukan pemeriksaan
pekerjaan bersama-sama.

(11) Serah Terima Prasarana Kepada Pemerintah Kelurahan/Desa


Setelah serahterima hasil pekerjaan BKM kepada PPK selesai maka dilanjutkan dengan
serahterima hasil pekerjaan infrastruktur kepada Pemerintah Kelurahan kemudian
pemerintah kelurahan/desa mengelola kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan
infrastruktur melalui Kelompok Pemanfaat Pemeliharaan (KPP).

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 57
Proses penyerahan tersebut agar melibatkan pemerintah kab/kota pemerintah
Kelurahan/Desa setempat bersama BKM/LKM.

Dengan proses serah terima ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen bagi
pemerintah kelurahan/desa bersama warga untuk melaksanakan pemeliharaan dan
bagi pemerintah daerah untuk secara terus-menerus memberikan dukungan dan
pembinaan secara berkesinambungan sehingga prasarana dapat bermanfaat secara
terus-menerus bagi masyarakat.

J. TAHAP KEBERLANJUTAN
Tahap keberlanjutan pembangunan infrastruktur atau pasca konstruksi adalah merupakan
tahap pelaksanaan operasi/pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana yang telah
dibangun, termasuk pengembangan yang diperlukan.
Pemanfaatan/Operasi dan Pemeliharaan (O dan P) adalah serangkaian kegiatan terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana yang
telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.
1. Kegiatan Operasional Dan Pemeliharaan
Dalam rangka pelestarian dan keberlanjutan hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang
telah dilaksanakan maka perlu adanya pemanfaatan dan pemeliharaan yang optimal oleh
masyarakat.
Pembangunan melalui program KOTAKU dengan entry poin pemberdaayan masyarakat
mengupayakan pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap
perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka
hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis
pelaksanaan dan memutuskan sendiri infrastruktur yang akan dibangun. Selanjutnya pada
tahap pelaksanaan, masyarakat dan melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan
pembangunannya.
Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan infrastruktur (tahap
perencanaan)” dan “rasa memiliki infrastruktur (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul
“kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara infrastruktur yang telah
dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari.
Dengan pertimbangan bahwa Fasilitator teknik/askot infrastruktur tidak dapat secara terus
menerus memberinkan pendampingan secara teknis selama tahap pemanfaatan dan
pemeliharaan ini maka pemerintah kab/kota selaku pembina masyarakat perlu secara
intensif memfasilitasi kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan.

58 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Kegiatan pada tahap ini mencakup:

a) Pengorganisasian

Kegiatan pengeorganisasian ini mencakup:

(1) Pembentukan organisasi


Pembentukan organisasi pengelola pemanfaatan dan pemeliharaan dilakukan oleh KPP.
Kelompok ini dapat dibentuk dengan menggunakan organisasi kemasyarakatan yang
sudah ada atau dengan membentuk organisasi baru dilengkapi dengan susunan
kepengurusan.

(2) Penyusunan Program Kerja


Untuk melaksanakan kegiatan maka organisasi KPP perlu menyusun program kerja
pemanfaatan dan pemeliharaan. Program kerja ini meliputi Aturan organisasi dan
rencana kerja yang disepakati bersama oleh masyarakat.

b) Operasional dan pemeliharaan


Kegiatan pemanfaatan dan Pemeliharaan ini pada dasarnya mengandung 2 (dua) unsur
kegiatan utama yaitu:

• Pemanfaatan/pengoperasian yang berarti penggunaan prasarana harus sesuai dengan


fungsi utama prasarananya;

• Pemeliharaan yang berarti kegiatan yang dilakukan baik rutin maupun berkala harus tetap
menjaga prasarana yang telah dibangun dapat berfungsi dengan baik.
Kedua hal tersebut saling terkait, dimana pengoperasian secara benar akan mencegah
terjadinya kerusakan dini dan agar fungsi/manfaat prasarana dapat berkelanjutan maka
pemanfaatan prasarana harus dibarengi dengan pemeliharaannya.
Uraian selengkapnya tentang Operasi dan Pemeliharaan dapat dilihat pada Buku POS
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur.

c) Pengembangan Infrastruktur
Kegiatan pengembangan infrastruktur merupakan lanjutan dari kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan. Dari hasil pemanfaatan dan pemeliharaan dapat dilakukan pengembangan
infrastruktur yang telah ada baik dari segi kualitas maupun kuantitatsnya guna memberikan
pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat.


Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 59

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 61



PROPOSAL
KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN

CAKUPAN ISI :
F-1 USULAN KEGIATAN

F-2 PERNYATAAN KONTRIBUSI LAHAN


F-5 UJI IDENTIFIKASI DAMPAK
TK-1 DAFTAR CALON TENAGA KERJA
RAB-2 DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN
F-3 KESEPAKATAN SWADAYA
RAB-4 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
RAB-1 KESEPAKATAN HARGA
F-6 JADWAL PELAKSANAAN
F-Gbr GAMBAR
F-7 DAFTAR RENCANA PENGADAAN
F-Photo PHOTO
F-8 TIM PELAKSANA
F-4 LIST NEGATIF

62 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
FORM - 1
DATA USULAN KEGIATAN
Kota/Kabupaten :

Kecamatan :

Kelurahan/Desa :

Nama BKM :

Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org)


KSM/Panitia : L P Miskin Jumlah

Paket Kegiatan :

1. ............................................................ Meter/Unit *)
Jenis Kegiatan dan
: 2. ............................................................ Meter/Unit *)
Volume
3. Dst

Alasan Pembangunan Upaya menyelesaikan permasalahan kekumuhan, khususnya pada Kriteria


:
Prasarana Kekumuhan : ....................................................................... **)


Kawasan Kumuh : ……………................................

Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................


Kelurahan/Desa : ……………................................

Luas Delineasi Kaw. Kumuh Outcome Pelayanan Kegiatan


Outcome Kegiatan :
....................... Ha ....................... Ha/KK ***)


Jumlah : ........... KRT Jumlah :............ Jiwa Jumlah:
Penerima
: ........... KK ........ Jiwa (P) ......... KK MBR
Manfaat****)
.........KK Miskin ........ Jiwa (L) ......... Jiwa MBR

Gotong Semi Gotong Kerjasama Pihak
Metode Konstruksi : Royong Royong Ketiga

Status
:
Tanah/Lokasi Kegiatan

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 63
Keterangan :
Tanda : *) Satuan Kegiatan Pilih Salah Satu
Tanda : **) Diisi Kriteria Kumuh yang menjadi alasan diusulankannya kegiatan (dapat lebih dari satu
Kriteria Kekumuhan)
Tanda : ***) Outcome/Pelayanan Kegiatan dapat berupa Luas Pelayanan (Ha) atau jumlah KK yang
terlayani sesuai satuan pengukuran Kriteria dalam Metode Perhitungan outcome
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh.
Tanda :****) Lampirkan Daftar Penerima Manfaat Kegiatan Infrastruktur (Form-9)












































64 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
FORM - 2
2
PERNYATAAN HIBAH / IJIN PAKAI / IJIN DILALUI / GANTI RUGI*)

Yang bertanda tangan dibawah ini , Saya:


Nama : .................................................
No. KTP : .......................................................
Pekerjaan : ...................................................
Alamat : Jl. ..................................................... RT/RW/Dusun ...................................
Kel /Desa ....................................................................................... , Kab./Kota ...........................................
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah, Nomor: .............................
Tanggal ...................................dari Notaris/PPAT/Instansi lain yang Sah. Dengan ini menyatakan
bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk : Hibah/Ijin Pakai/Dilewati selama..............tahun
Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan : ................................................., untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ................................... di Lokasi
...........................oleh KSM :....................................................
Volume
Alamat
Bentuk Kontribusi & Satuan Sketsa Peta Lokasi
Asset
Asset

Cantumkan :
1. Tanah/Lahan
1. Batas dan status kepemilikan kanan,
kiri, depan dan belakang tanah warga
2. Tanaman Produktif 2. Bagian atau seluruh lahan milik warga disertai
ukuran luas

3. Asset lainnya (sebutkan) 3. Jalan sekitar lahan untuk identifikasi lokasi
4. Batas bagian tanah yang akan diberikan

Syarat/Bentuk Kontribusi Yang disepakat dengan Pemilik :

Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
........................................................201.....
Yang Menerima Yang Memberikan
Lurah/Ka Desa (Pemilik Lahan)

Meterai Rp.6000
(................................)
(................................)

Mengetahui :
No Nama Jabatan Tandatangan

1 BKM/LKM

2 Ketua KSM

3 Ketua RT/RW

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 65


66 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU

FORM -3
BERITA ACARA
HASIL KESEPAKATAN SWADAYA MASYARAKAT

Pada hari ini...................., .tanggal..........., bulan....................., tahun ...... bertempat di


...................................., Kelurahan/Desa .............................. , telah dilaksanakan Rembug
Kesepakatan Swadaya Masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan:..........................................
.............................................................................., oleh KSM : .....................................................
Atas nama warga masyarakat penerima manfaat kegiatan, disepakati bahwa jika usulan kegiatan
KSM tersebut, disetujui oleh Badan Keswadayaan Masyarakat, kami sepakat dan dan sanggup untuk
memberikan swadaya sebagai berikut:
Jenis Jenis
Volume Sat. Volume Sat.
Swadaya Swadaya
1. Tenaga Kerja : 3. Peralatan:
a. Mandor HOK a. Truk/Mobil
b. Kepala Tukang HOK Pengangkut
c. Tukang HOK b. Mesin Gilas
d. Pekerja HOK
Juml. Laki-laki (L) Org 4. Administrasi
Juml. Perempuan (P) Org
2. Bahan : 5. Dana/Uang Tunai Rp.
a. Batu Kali M3
b. Semen Zak 6. Tanah/ Tanaman :
c. Kerikil M3 a. Tanah M2
d. Pasir M3 b. Tanaman
Btg
e. Benang/Ember/ Produktif
Linggis/Cangkul,dll c. Asset Lainnya
Dst
7. Konsumsi

Daftar Rincian Nama-nama dan bentuk Swadaya terlampir.
Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
.....................,.....................20....

Mengetahui, Dibuat,

BKM/UPL, Lurah/Ka. Desa Ketua
KSM/Panitia

( ............................................... ) ( ......................................... ) ( ...................................... )

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 67
Atas nama warga masyarakat ,

No Nama Jabatan Alamat Tanda Tangan


1. Ketua RT
2. Ketua RW

68 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 69
GAMBAR RENCANA KEGIATAN KSM SESUAI GAMBAR DED SEBELUMNYA

PROGRAM
KOTA TANPA KUMUH
(KOTAKU)

Meliputi:
KABUPATEN :
1. Gambar site plan
2. Gambar Tampak

3. Gambar Potongan Memanjang dan Melintang
KECAMATAN :
4. Gambar Detail



KELURAHAN :



KSM : …………………



Nama Pekerjaan :




Digambar Oleh :
KSM


……………………….

Diperiksa dan Disetujui
Oleh :
Faskel Teknik/Askot Infra




………………………..

Diketahui dan Disetujui
Oleh :
Askot Infrastruktur



………………………….


70 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU

FORM – PHOTO 0%

DOKUMENTASI KEGIATAN INFRASTRUKTUR











































Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 71
PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIF LIST)
FORM - 4
Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untuk dibiayai oleh dana BDI
KOTAKU ?
No BUTIR / ITEM YA TIDAK
1. Pembangunan atau Rahabilitasi gedung Kantor Pemerintah atau kantor BKM
Pembangunan atau Rahabilitasi Rumah Ibadah, termasuk infrastruktur lainnya yang secara
2.
langsung berada didalam lokasi rumah ibadah;
3. Pembebasan Lahan;
Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, sumbangan politik,
4.
dll);
5. Kegiatan Militer atau semi-militer (pembelian/perdagangan senjata dan sejenisnya);
6. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti :
v Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi seperti :
Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove),
Kawasan Resapan Air, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian
Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi
Situs Purbakala, lokasi peninggalan sejarah;
v Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; .
v Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair dan gas
kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan-kegiatn yang telah direview dan diberikan
sertifikat oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol polusi air dan udara.
v Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan-bahan limbah berbahaya, termasuk pestisida
dan herbisida, dan produk terkait lainnya;
v Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk tembakau
atau produk yang mengandung tembakau.
v Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon;
v Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang berbahaya
(termasuk kategori limbah berbahaya- B3);
v Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan, pengadaan kayu dan peralatan perkayuan.
Pengadaan Kayu diatas 3M3 per kegiatan harus memiliki SKSHH/FAKO
v Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan;
v Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem persampahan kota
yang sudah ada;
v Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang telah ada atau drainase
tanpa pembuangan akhir;.
v Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan oleh
masyarakat;
7 v Berdampak negatif terhadap penduduk asli;
Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga Bank;
8 v Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal;
Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang
berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak
ketiga lainnya;
9 Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan
kemanusiaan serta tidak sejalan dengan Visi, Misi, Tujuan dan nilai-nilai KOTAKU
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM



(..............................) (...............................) (..............................)

72 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
FORM - 5

DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN



Hasil uji identifikasi dampak negatif terhadap lingkungan yang mencakup uraian jenis potensi
dampak dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya sebagaimana diuraikan pada tabel berikut.
Kemudian kami akan melakukan pemantauan atas pelaksanaan pengamanan tersebut, pada saat
perkembangan kegiatan kira-kira mencapai kemajuan 50% dan 100% guna memastikan bahwa
seluruh pengamanan dampak telah kami lakukan.

PEMANTAUAN
POTENSI SUMBER DAMPAK UPAYA PENANGGULANGAN /
NO PENYELESAIAN
NEGATIF POTENSI
50% 100%



...........................,..............201...
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM


(.................................)
(..................................) (...................................)

(Lihat Referensi Daftar Uji Dampak Lingkungan-Lampiran 4)


Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 73
RAB - 2
DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN

KABUPATEN : .......................................
KECAMATAN : ........................................ JENIS KEGIATAN : ....................................
KEL/DESA : ........................................ VOLUME : ....................................
KSM/PANITIA : ........................................ LOKASI : ....................................

NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME






...........................,..............201...
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM


(.................................) (..................................) (...................................)

74 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 75

76 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU

FORM - 7

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 77

STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN FORM -8
(KSM/Panitia)


KSM/PANITIA
Ketu
a

Sekretaris





BENDAHARA PELAKSANA LOGISTIK


LAPANGAN



Ketua Regu Kerja/ Ketua Regu Kerja/

Mandor Mandor



MASYARAKAT


SUSUNAN TIM PELAKSANA KSM/PANITIA :

No N A M A P O S I S I
1. Ketua/Penanggungjawab
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Pelaksana Lapangan
5. Logistik/Pengadaan
6. Ketua Regu Kerja (Mandor)
7. Ketua Regu Kerja (Mandor)
Dst
Ctatan :Susunan Tim Pelaksana Lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi Lapangan/SDM KSM

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM



(………………………..) (………………………..) (………………………..)

78 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
FORM -9

DAFTAR PENERIMA MANFAAT KEGIATAN INFRASTRUKTUR



NAMA KEGIATAN :……………………………………………….
VOLUME : ……………………………………………….
LOKASI RT/RW : ……………………………………………….
ID
ALAMAT JML JIWA
KEPALA JML JML JML
(RW/RT/ NAMA KEPALA JML PEREMPUA
No RUMAH JIWA KK JIWA
LINGKUNGAN/ RUMAH TANGGA KK N
TANGGA TOTAL MBR MBR
DUSUN)
(KRT) (*)

(*) : ID Kepala Rumah Tangga (KRT) sesuai Data Baseline 100-0-100





Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM



(………………………..) (………………………..) (………………………..)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 79
REFERENSI DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN

POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA


No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU


1 Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan trase/jalur jalan atau bangunan ke
Galian/Timbunan Tanah diarea tempat lain yang lebih aman
lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin
kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus
sungai/pantai
2 Jembatan mengganggu lalu lintas
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
perahu
3 Jembatan/T.Perahu merubah Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah
arah/aliran sungai
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus
sungai/pantai
4 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
5 Meningkatnya erosi pada saluran Dasar saluran diperlandai
pinggir/samping Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub
drainase)
Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar
saluran, seperti beton, aspal, dll.
6 Jalan tanah meningkatkan debu Permukaan jalan dipadatkan
Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan
berbutir kasar (kerikil/sirtu)
7 Jalan menutup/memotong aliran
Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase
air alamiah/drainase
8 Saluran samping/drainase terjadi Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau
pendangkalan/ sedimentasi beton
Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau
saluran kota yang ada (terintegrasi)
9 Jalan baru akan menebang banyak Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih
pohon-pohon aman
10 Tidak ada pembuangan akhir /ada Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
genangan air dari (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
drainase/Gorong-gorong Drainase kota;

80 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
No
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

11 Bangunan tidak nyaman/aman Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang
tajam
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau
badan jalan
Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu
masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)
Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong
(kiri+kanan)
12 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan
pemeliharaan

POTENSI/SUMBER DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA


No
PENANGGULANGAN/MITIGASI
Dibuat tembok pengaman pada gorong-
gorong (kiri+kanan) PRASARANA AIR BERSIH
1 Galian Sumur (sumur dangkal) longsor Dibuat turap penahan tanah
Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
2 Galian sumur dalam/bor bisa
memunculkan bahan2 tambang Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/
yang bisa berbahaya, seperti instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;
minyak,gas
3 Kualitas air sumur bercampur
Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum
mineral/bahan2 berbahaya bagi
dimanfaatkan
kesehatan
4 Sumur Gali Terlindung
Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton
(sumur dangkal) longsor
5 Sumur terlalu dekat dengan Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter
MCK/WC
6 Air Sumur tercampur air Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi
permukaan/Air Rembesan Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir
7 Mata Air tercampur air permukaan Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air
masuk
Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau
8 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
pemeliharaan

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 81
POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA

NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA MCK, JAMBAN, PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAHTANGGA


1 Tidak ada pipa pembuangan air Dibuat pipa pembuangan sampai ketempat
limbah domestik (MCK, Jamban, pembuangan atau drainase yang ada (untuk grey water)
Air Cucian Dapur,dsb)
Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban (untuk
black water).
2 Pipa air limbah dipermukaan tanah Tanam pipa air limbah dari kakus keseptictank
yang sangat rawan thd sinar matahari,
terinjak, dan kenakalan manusia Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk
septicktank
3 Bangunan MCK, Jamban, Pembuangan
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
air limbah, tidak sesuai standar teknis
ketentuan standar teknis bangunan
4 Septicktank/Resapan MCK/WC Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur
terlalu dekat dengan Sumur. minimal 11 meter
5 Jenis bangunan Septicktank tidak Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya
sesuai jenis tanah resap tanah
6 Tidak ada pembuangan akhir (grey Dibuat pembuangan sampai ketempat pembuangan akhir
water) dari saluran MCK, WC, saluran (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Limbah Rumah Tangga/ada genangan Drainase kota;
air
7 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan
pemeliharaan



POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN


1. Resiko Longsor akibat Kegiatan Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang
Galian/Timbunan Tanah diarea lebih aman
lereng/tebing Batasi pemindahan tanah hanya pada musin
kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran

82 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA

NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

2 Meningkatnya erosi pada tebing


Tampingan diperlanda

Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan


Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3 Saluran terjadi Dasar saluran diperlandai
pendangkalan/sedimentasi akibat
Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
erosi dari dinding sal.
Tanah/Tebing Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat
pembuangan
4 Tidak ada pembuangan akhir Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
drainase/ada genangan air (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Drainase Kota;
5 Bangunan Drainase Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
standar teknis ketentuan standar teknis bangunan
6 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
Pemeliharaan



POTENSI/SUMBER DAMPAK ALTERNATIF UPAYA
NEGATIF PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA PERSAMPAHAN

1 Bangunan Sampah Tiidak sesuai Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
standar teknis ketentuan standar teknis bangunan
2 Tidak ada Pembuangan Sampah dari TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan kota;
TPS
3 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan
Persampahan pemeliharaan












Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 83
FORM – V.1

LEMBAR
VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN
PENILAIAN
KELAYAKAN CATATAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI
(PENYEMPURNAAN)
YA TIDAK
A ASPEK ORGANISASI
1 Adakah pengurus, anggota, serta aturan organisasi
yang jelas ?
2 Apakah jumlah anggota organisasi KSM dari
perempuan, minimal 30% ?
3 Apakah KSM telah Mendaftar pada BKM/LKM dan
dinyatakan layak ?
4 Apakah Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana
& Prasarana?
5 Adakah kontribusi Swadaya masyarakat ?

B ASPEK MANAJEMEN, TEKNIS KEGIATAN


1 Apakah Kegiatan Infrastruktur yang diusulkan sesuai
prioritas dalam dokumen RPLP ?
2 Apakah rencana lahan lokasi Bangunan telah
dibebaskan (tidak akan ada dampak sosial)?
3 Adakah calon tenaga kerja yang akan terlibat ?

4 Adakah BA Kesepakatan Harga Hasil Survey (minimal


3 toko setempat) ?
5 Adakah Gambar Rencana (DED) Infrastruktur ? ,

6 Adakah dokumentasi/photo kondisi awal (0%) ?

7 Apakah rencana Bangunan tidak bertentangan


dengan Daftar Kegiatan Terlarang ?
8 Apakah rencana Bangunan tidak berpotensi
menimbulkan Dampak Negatif (merusak) Lingkungan?
9 Adakah Daftar Kuantitas Pekerjaan?

10 Adakah Perhitungan RAB (Swadaya & BDI) ?

11 Adakah Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ?

12 Adakah Rencana Pengadaan Kegiatan ?

13 Adakah Struktur Organisasi/Susunan Tim


Pelaksanaan Kegiatan ?
14 Apakah rencana Bangunan layak secara teknis? (Kesesuaian spesifikasi dengan standar
teknis, Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat, dan Keamanan /kenyamanan
Pemakai).
1. Apakah Lokasi Yang Dipilih sesuai dengan Jenis
Infrastruktur yang direncanakan ?

84 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
PENILAIAN
KELAYAKAN CATATAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI
2. Apakah Desain/Spesifikasi & kualitas bahan (PENYEMPURNAAN)
utama yang direncanakan baik/kuat (sesuai
persyaratan stándar teknis bangunan) ?

PENILAIAN
KELAYA KAN CATATAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI
(PENYEMPURNAAN)
YA TIDAK
3. Apakah bangunan utama dan
pelengkapdari prasarana sudah direncanakan
(minimal untuk menjamin keamanan bagi
pemakai atau agar usia pemakaian prasarana lebih
4. Apakah desain sudah
lama) ? memperhatikan
kebiasaan
5. lokal?
Apakah KSM Mampu mengerjakan sendiri
Prasarana tersebut? (Untuk pekerjaan pemadatan
perkerasan (Kerikil/Sirtu, Telfor, Makadam)agar diupayakan menggunakan mesin gilas/pemadat);
6. Apakah desain sudah mempertimbangkan
pencapaian manfaat dari prasarana
(setelah bangunan selesai dapat langsung
bermanfaat), khususnya prasarana seperti Air
Bersih, Drainase, dll;
7. Dan lain2 persyaratan/standar teknis yang dianggap
prinsip pada bangunan tersebut;


JUSTIFIKASI KELAYAKAN

No Nama Yang Memverifikasi Rekomendasi Hasil Verifikasi*) Tandatangan


1 BKM/LKM
1. LAYAK

2. LAYAK DENGAN PENYEMPURNAAN
(.....................................) 3. TIDAK LAYAK
2 Fasilitator Teknik


(....................................)
3 Askot/TA Infrastruktur OSP


(.......................................)

*) Coret Yang Tidak Sesuai

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 85
FORM – V.2
BERITA ACARA
HASIL VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN

Pada hari ini ………………….tanggal………………..bulan……………………..tahun……………………... telah


dilaksanakan verifikasi kelayakan proposal usulan kegiatan KSM/Panitia sebagaimana yang telah
ditetapkan berdasarkan permasalahan kekumuhan.
Berdasarkan kesepakatan hasil verifikasi maka dinyatakan bahwa kegiatan berikut :

Rekomendasi
No Uraian Kegiatan Kelayakan
1. Nama pekerjaan
2. Lokasi

3. Volume
4. Nilai Kegiatan LAYAK untuk dilaksanakan
sesuai ketentuan Program
a. BDI : Rp ............................................................ KOTAKU
b. Swadaya : Rp ...........................................................

d. Total (a+b) : Rp ...........................................................
5. Nama KSM/Panitia

Secara lengkap hasil verifikasi terlampir (Formulir Verifikasi Form V.1).
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

......................,Tgl. . ................... 20.......

Tim Verifikasi : Pengusul :
Faskel Teknik U P L, Ketua PANITIA



(.................................) (..................................) (.................................)


Askot Infra



(......................................)



86 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU

Mengetahui/Saksi-saksi :

No Nama Jabatan Tandatangan

1 Lurah/Kades 1
2 Ketua RW 2
3 Ketua RT 3
4 Tokoh Mas/Mewakili 4





































Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 87
SURAT PERJANJIAN PEMANFAATAN DANA LINGKUNGAN (SPPD-L)
PROGRAM KOTAKU - (NSUP)


Proyek : Program KOTAKU-NSUP Tahun Anggaran 201...1)
Paket Perjanjian Kerja :NamaPekerjaan/Kegiatan ................................................................2)
Nomor SPPD-L :..........................................................................................................3)

Berdasarkan:
Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara BKM/LKM dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker
PIP Kota ................................... 4), Nomor: .......................................tanggal ................................. 5)

Kami yang bertandatangan dibawah ini:

6)
I. Nama :.........................................
7)
Jabatan : Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ....................
8)
Desa/Kelurahan :................................, Kecamatan,........................Kabupaten/Kota
.............................Provinsi..................................
Alamat : ......................................9)
Berdasarkan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dan disyahkan/dicatatkan di
Notaris............................ , tanggal........................................... 10)
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
II.
Nama : ..................................11)

Jabatan : Ketua KSM*) .....................................12)


Alamat : ...................................................................... 13)

Desa/Kelurahan ................................ , Kecamatan .............................. , Kabupaten/Kota ........................
Provinsi .............................. 14)
Berdasarkan Hasil Musyawarah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan
disyahkan/dicatatkan pada buku register BKM tentang KSM dengan No. Induk................15),
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Maka dengan ini disetujui oleh dan diantara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tersebut, hal-hal
sebagai berikut:

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KEDUA harus melaksanakan, menyelesaikan, memperbaiki Pekerjaan,yaitu:
Nama Paket/Jenis Pekerjaan: ....................................................................................................... 16)
Lokasi: ............................................................................................................................ 17)

88 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
PASAL 2
DOKUMEN PERJANJIAN KERJA
Dokumen Perjanjian Kerja sebagaimana ditentukan dibawah ini harus dibaca serta merupakan bagian
dari Perjanjian Kerja ini, yaitu:
(1) Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)
(2) Persyaratan Umum Perjanjian sebagaimana terlampir
(3) Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana
(4) Dokumen Usulan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (termasuk catatan/perubahan hasil
verifikasinya) :
(i) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
(ii) Struktur Organisasi dan Usulan Tim Pelaksana Kegiatan KSM
(iii) Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan & Kuantitas Pekerjaan
(iv) Daftar Usulan Tenaga Kerja
(v) Gambar Rencana
(vi) Adendum, bila ada

PASAL 3
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Sesuai dengan SPPD-L dan lampirannya ini, jangka waktu penyelesaian pekerjaan dihitung
sejak Tanggal Mulai Kerja, adalah ........................18) (............................19) hari kalender kerja).

3.2. Perjanjian Kerja tersebut berlaku sejak tanggal penanda-tanganan oleh kedua belah pihak yang
bersangkutan. Surat Perjanjian ini juga sekaligus sebagai Surat Perintah Mulai Kerja.

PASAL 4
JUMLAH NILAI PERJANJIAN KERJA
Jumlah Nilai Perjanjian Kerja untuk pekerjaan yang tertuang didalam Pasal (1) SPPD-L ini,
sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Anggaran Biaya pada dokumen Usulan Proposal
Pelaksanaan Kegiatan PIHAK KEDUA bersangkutan, sebesar:
20)
Rp.........................(...........................Rupiah) tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN
5.1. PIHAK KEDUA menerima dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 1, berdasarkan uraian pekerjaan, persyaratan serta gambar-gambar
kerja dan ketentuan lain yang terdapat dalam SPPD-L ini.
5.2. PIHAK KEDUA berkewajiban:
(1). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaan dengan penuh ketelitian
dan kesungguhan, serta menyediakan tenaga teknis pelaksana lapangan (atau
mandor), tenaga kerja, bahan-bahan bangunan, peralatan kerja, pengangkutan ke
atau dari lapangan dan di dalam atau disekitar pekerjaan, serta melaksanakan segala

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 89
sesuatu baik yang bersifat permanen maupun bersifat sementara yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan, penyelesaian, dan perbaikan pekerjaan.
(2). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki seluruh pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam perjanjian ini sampai diterima baik oleh
Konsultan Manajemen Wilayah, kecuali apabila menurut hukum ataupun secara fisik tidak
mungkin dilakukan.
(3). Menyediakan dan memenuhi seluruh kontribusi swadaya berupa uang dan natura atau
lainnya, dalam jumlah dan waktu sesuai yang tercantum pada usulan proposal kegiatan
KSM sebelumnya;
(4). Melakukan pembongkaran dan atau perbaikan atas kekurangan pekerjaan yang telah
dilaksanakan atas biaya sendiri/swadaya sesuai rekomendasi hasil sertifikasi atau sesuai
perintah yang disampaikan oleh KMW.
(5). Membuat papan nama pekerjaan dilokasi pekerjaan;
(6). Membuat administrasi dan laporan kemajuan pekerjaan secara berkala maupun laporan
akhir pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan keuangan dengan dilampiri photo-
photo kegiatan.
(7). Dalam hal terdapat kelebihan sisa dana nilai perjanjian dan PIHAK KEDUAtidak bersedia
ataupun secara fisik tidak mungkin melakukan pekerjaan tambah untuk memanfaatkan
kembali sisa dana tersebut maka PIHAK KEDUA wajib mengembalikannya kepada PIHAK
PERTAMA.
5.3. PIHAK PERTAMA berkewajiban:
(1). Membayar kepada PIHAK KEDUA atas pelaksanaan, penyelesaian, perbaikan pekerjaan
pada waktu dan dengan cara yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini.
(2). Memantau dan memberikan bimbingan keterampilan kepada PIHAK KEDUA agar mutu
konstruksi dan administrasi hasil pekerjaan dapat tercapai. Pelaksanaan hal ini selanjutnya
secara harian akan dijalankan oleh Unit Pengelola Lingkungan (UPL).
5.4 Tanggungjawab kedua belah pihak dijelasakan secara lebih rinci pada persyaratan
umum perjanjian ini dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini.

PASAL 6
TAHAP PENCAIRAN
6.1. Pelaksanaan pencairan pekerjaan tersebut dalam pasal (1) Surat Perjanjian ini akan
dilaksanakandalam 3 (tiga) tahap melalui Bank PIHAK KEDUA oleh PIHAK PERTAMA;
6.2. Tahap Pertama sebesar 60% dari nilai SPPD-L diberikan sebagai uang muka setelah
penandatanganan dokumen SPPD-L tanpa harus ada jaminan/Bank Garansi. PIHAK PERTAMA
mengajukan surat permintaan pembayaran dengan melampirkan Rekening Buku Tabungan
KSM (untuk nilai SPPD-L diatas Rp. 30 juta); Rencana Kerja dan Rencana Penggunaan Dana
(RPD);
6.3. Tahap Kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan telah
mencapai minimum sebesar 50 % dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana (LPD)
dan Laporan Mingguan/Bulanan terakhir.

90 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
6.4. Tahap Ketiga sebesar 10 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan
telah mencapai minimum sebesar 85% dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana
(LPD), Laporan Mingguan/Bulanan terakhir dan Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan
Seluruh Kegiatan Fisik.

PASAL 7
SANKSI
7.1. Berdasarkan hasil penilaian Konsultan Manajemen Wilayah dan atau PJOK, apabila PIHAK
KEDUA terbukti melakukan penyimpangan terhadap ketentuan teknis atau ditemukan adanya
penyalahgunaan dana maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan sanksi kepada PIHAK KEDUA
berupa penghentian sementara pencairan dana dan atau pemutusan perjanjian dan atau
pengembalian dana dan atau sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
7.2. Bentuk-bentuk sanksi tersebut sebagaimana diuraikan secara rinci pada Persyaratan
Umum Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan.

PASAL 8
PENYELESAIAN PEKERJAAN
8.1. Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97%, PIHAK KEDUA berhak
mengajukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan Konsultan untuk
melakukan Sertifikasi Pekerjaan.
8.2. Hasil Sertifikasi Pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh kedua
belah pihak dan Tim KMW ini dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan (BAP2).

PASAL 9
PEMELIHARAAN HASIL PEKERJAAN
PIHAK KEDUA sepakat dan berjanji untuk memelihara hasil pekerjaan atau sarana dan
prasarana yang telah dibangun melalui swadaya masyarakat dengan sebaik-baiknya.

PASAL 10
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEUR)
10.1 Selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari dari hari terjadinya keadaan memaksa, Para
Pihakharus saling berkonsultasi untuk memperoleh kesepakatan mengenai tindakan tepat apa
yang harus dilakukan dalam keadaan itu.
10.2 Yang dimaksud “Keadaan Memaksa” (“Force Majeure”) adalah sebagai suatu kejadian
yangtidakdapat dihindari dan diluar kemampuan salah satu pihak, yang menyebabkan salah
satu pihak tersebut tidak mungkin melaksanakan tanggungjawabnya, atau tidak dapat
melaksanakan tugasnya; Keadaan seperti itu termasuk, tapi tidak terbatas pada, perang,
huru-hara, epidemi, gempa bumi, badai, banjir atau akibat dari kondisi alam lainnya,
pemogokan masal (kecuali apabila dalam hal pemogokan, larangan bekerja atau gangguan
industri tersebut, Kedua belah pihak atau salah satu pihak memiliki kemampuan untuk
mencegah terjadinya Keadaan Memaksa), penyitaan atau tindakan lain oleh pemerintah.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 91
10.3 Keadaan memaksa tidak termasuk (i) kejadian yang disebabkan oleh kelalaian atau
tindakandisengaja dari salah satu pihak. (ii) kejadian dimana salah satu pihak dapat
menduga hal-hal sebagai berikut: (A) Pada saat itu sudah bisa mempertimbangkan
konsekuensi dari adanya SPPD-L, (B) menghindari atau mengatasi kendala dalam
pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam proyek.
10.4 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya keadaan
memaksa tidak dapat dikenai sanksi.

PASAL 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
11.1 Para Pihak yang akan mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan setiap perselisihan
yang timbul, atau perselisihan yang berhubungan dengan pasal-pasal dalam SPPD-L ini atau
perselisihan yang timbul karena penafsiran atas SPPD-L ini.
11.2 Jika ada perselisihan yang timbul diantara para pihak dalam SPPD-L ini yang tidak dapat
diselesaikan secara musyawarah, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak dapat
menyelesaikan melalui ketentuan hukum yang berlaku.

PASAL 12
PENUTUP
Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) ini dianggap sah setelah ditandatangani
oleh kedua belah pihak pada tanggal, bulan, dan tahun tersebut dibawah, dan dibuat dalam rangkap
3 (tiga), terdiri dari 2 (dua) lembar asli dan bermaterai secukupnya dan 1 (satu) lembar asli tanpa
materai, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

.....................................,..................201..... 21)

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA

KOORDINATOR BKM/LKM................... 22) KETUA KSM.......................... 24)

Materai

6000

(........................................) 23) (.....................................) 25)

92 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
MENGETAHUI KONSULTAN MANAJEMEN WILAYAH (KMW)/KORKOT

(..............................................) 26)

KETERANGAN :
1) = Tahun Anggaran Pelaksanaan Paket Pekerjaan
2) = Nama Pekerjaan/Paket Pekerjaan yang akan dilaksanakan
3) = Nomor Perjanjian Kerja
4) = Nama Kab/Kota Lokasi Kegiatan
5) = Nomor dan Tanggal SPK
6) = Nama Koordinator BKM bersangkutan
7) = Nama BKM bersangkutan
8) = Nama Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kab/Kota dan Provinsi Lokasi Kegiatan
9) = Alamat BKM/LKM
10) = Nomor dan Tanggal Pengesahan Notaris dari BKM
11) = Nama Ketua KSM
12) = Nama KSM
13) = Alamat Sekretariat KSM
14) = Lokasi Kegiatan/Prasarana Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota
15) = Nomor Induk/Registari KSM yang tercatat dibuku Registrasi BKM
16) = Nama Paket Pekerjaan/Kegiatan KSM
17) = Lokasi Kegiatan/Prasarana RT/RW/Dusun
18) = Tanggal Mulai Kerja yang sama dengan tanggal penandatangan perjanjian ini
19) = Jumlah hari kalender pelaksanaan pekerjaan
20) = Jumlah Nilai BDI dalam angka dan huruf
21) = Tempat dan Tanggal Perjanjian dibuat
22) = Nama BKM/LKM
23) = Nama Koordinator BKM/LKM
24) = Nama KSM
25) = Nama Ketua KSM
26) = Nama Yang Mewakili KMW (Korkot)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 93
LEMBAR SERTIFIKASI INFRASTRUKTUR

Kota/Kabupaten : …………………………….. Nama KSM : ………………………………………..


Kecamatan : …………………………….. Jenis Kegiatan : ………………………………………..
Kelurahan/Desa : …………………………….. Volume : ………………………Meter/Unit*)
Progres Fisik : ……………………… %

PENILAIAN
No BUTIR SERTIFIKASI CATATAN
YA TIDAK
A. CAPAIAN KUALITAS PROSES &PEMANFAATAN

1 Apakah KSM/Panitia sudah memperoleh pelatihan /coaching


mengenai cara perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan
pemeliharaan?
2 Apakah kelayakan Teknik Kegiatan KSM/Panitia telah diverifikasi
dan disetujui oleh Korkot/KMW?
Apakah KSM/Panitia melakukan pemeriksaan terhadap
3
kesesuaian bahan yang diterima dengan spesifikasi teknik/contoh
yang disetujui konsultan (Fasilitator Teknik)?
4 Apakah pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga kerja/ tukang yang
memahami cara melakukan pekerjaan?

Apakah kelengkapan Bangunan yang dibuat dapat memberikan
5
keamanan/kenyamanan bagi pemakai?

6
Apakah bangunan dapat berfungsi dengan baik dan bermanfaat?

Apakah prosedur penanganan dampak telah dilaksanakan dengan


7
baik /terpenuhi? (Jawaban pertanyaan ini berdasarkan hasil ceklist
pengamanan dampak/Form 5, Proposal)

8 Apakah ada Surat Pernyataan Kesanggupan


Pemanfaatan & Pemeliharaan Prasarana dari Panitia?

9 Apakah telah dibentuk dan disepakati Organisasi / Kelompok


Pemanfaatan & Pemeliharaan (KPP) Kegiatan?

10 Apakah telah dibuat dan disepakati Rencana Kerja


Pemeliharaan Kegiatan?
Berilahtanda (V) pada Kolom ”Ya/Tidak” yang sesuai

94 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Pro
B. CAPAIAN KESESUAIAN VOLUME & KUALITAS PEKERJAAN

CACAT &
KESESUAIAN
No URAIAN KEGIATAN VOLUME KEKURANGAN REKOMENDASI PERBAIKAN


1
2
3
4
5
Dst

C. PEMANFAATAN DANA BDI & CAPAIAN SWADAYA MASYARAKAT


a. Nilai BDI SPPD-L s.d perubahan terakhir (bila ada) : R p ......................................
b. J u m l a h d a n a SPPD-L yang telah terserap dari BKM/LKM : Rp.......................................
c. S i s a d a n a SPPD-L (a-b) : Rp. .....................................
d. J u m l a h Nilai Target Swadaya : Rp. .....................................
e. Jumlah Nilai Realisasi Swadaya : Rp. ....................................
f. Prosen Realisasi Swadaya terhadap total nilai Kegiatan (dx100/e) : ....... %
Kesimpulan & Rekomendasi:
Demikian hasil Sertifikasi ini dibuat dalam keadaan yang sebenarnya dan apabila dikemudian hari
ditemukan ada ketidak sesuaian maka bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi
sesuai ketentuan yang ada.

.......................................,………..................... 201....

TIM SERITIFIKASI:


No Nama Jabatan/Posisi Tanda Tangan
1 Unsur Satker PIP
2 Unsur Konsultan
3 Unsur BKM/LKM
4 Unsur KSM
5
Unsur Pemerintah Desa/Kel
Catatan : Lampirkan Copy Ceklist Daftar Uji Identifikasi Lingkungan yang telah terisi



Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 95
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PEKERJAAN (BAP2)
Nomor : …………………………………………..


Pada hari ini ………………tanggal ………………bulan……………tahun ……….telah dilaksanakan Sertifikasi /
Pemeriksaan Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur :
Nama Pekerjaan : ...............................................................
Volume : ...............................................................
Lokasi RT/RW : ...............................................................
Nama KSM : ...............................................................
Nomor SPPD-L : ...............................................................

Berdasarkan surat permohonan sertifikasi dari KSM/Pelaksana Kegiatan Nomor: ………………. telah
dilaksanakan pemeriksaan lapangan yang dilakukan bersama-sama oleh UPL, KSM, unsur konsultan
(Askot Infra/Faskel Teknik*) dan unsur dari PPK Satker PIP Kota/Kabupaten, dengan hasil yang
disepakati sbb:
1. LKM bersama Pemerintah Kelurahan/Desa (sudah / belum*) membentuk Kelompok Pemanfaat
dan Pemelihara sebagai Pengelola Operasi & Pemeliharaan (O&P) dan disertai Rencana Kerja
pemeliharaan;
2. Status Penyelesaian Fisik Pekerjaan yang telah dicapai, adalah *) :
Realisasi fisik seluruh pekerjaan telah mencapai 100 %;
Realisasi fisik seluruh pekerjaan telah selesai 100%, namun masih perlu dilakukan
penyempurnaan pada beberapa pekerjaan berikut :

No Uraian Pekerjaan Pekerjaan yang perlu disempurnakan

dst…

Penyempurnaan pekerjaan tersebut diatas akan diselesaikan oleh Pelaksana Kegiatan selambat
lambatnya tanggal …………………………... atau sebelum dilaksanakan Laporan Pertanggungjawaban
KSM/Pelaksana Kegiatan.
3. Status pencairan dana pada saat pemeriksaan sebagai berikut :
a) Nilai dana ( Nilai sesuai Kontrak/SPPD-L) : Rp. ……............……..…....
b) Jumlah dana yang telah diserap dari LKM : Rp. …………........…..….....

c) Sisa dana (a-b) : Rp. .......……..……..….......

96 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Pro
4. Capaian atas kemanfaatan/fungsi infrastruktur yang dibangun terhadap tujuan awalnya*) :
Tercapai Tidak Tercapai
5. Capaian akhir kualitas infrastruktur *)

Layak Layak dengan penyempurnaan

Demikian Berita Acara ini kami buat rangkap 3 (tiga) dalam keadaan sehat dan tanpa ada unsur
paksaan dari pihak manapun, untuk dipergunakan seperlunya dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

Tim Seritifikasi :
No Nama Jabatan/Posisi Tanda Tangan
1

Keterangan :
*) pilih yang sesuai
Lampirkan Copy Formulir Sertifikasi yang telah terisi






















Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 97
SURAT PERNYATAAN PENYELESAIAN PEKERJAAN (SP3)
Program KOTAKU - NSUP

Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : …………………………………………………
Jabatan : Koordinator Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) ……………………………….
Alamat : Kelurahan/Desa …………………….., Kec………………………Kab/Kota ……………………..
2. Nama : ………………………………………………..
Jabatan : Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) …………………………………………….
Alamat : Kelurahan/Desa …………………….. Kec. ………………………Kab/Kota ………………………..
Dengan ini secara bersama-sama menyatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan Bantuan Dana Investasi
(BDI) NSUP Tahun Anggaran ……………… yang dilaksanakan oleh KSM tersebut, telah mencapai
kemajuan fisik dan keuangan 100 % sebagaimana dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2)
dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) KSM.
Dengan selesainya pelaksanaan kegiatan tersebut maka selanjutnya tanggungjawab pengoperasian
dan pemeliharaan sarana dan prasarana berada di bawah Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
(KPP) yang dibentuk oleh Pemerintah Kelurahan/Desa bersama LKM.

……………………………….,……………201…
Yang Membuat Pernyataan,

KSM ............... BKM/LKM............

(_______________________) (____________________)
Ketua Koordinator

Diketahui/Disetujui

( ______________________ )
Askot Infra/Senior Fasilitator



98 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Pro








































Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 99
100
3. REALISASI PENGGUNAAN DANA BDI & SWADAYA
DARI DANA BDI KOTAKU DARI SWADAYA TOTAL
REALISASI BIAYA REALISASI BIAYA REALISASI
% BIAYA S.D
s.d TOTAL s.d
URAIAN KOMPONEN TOTAL RENCANA BIAYA s.d Dwi Dwi s.d RENC. Dwi s.d % DWI
Dwi Dwi
Ming Ming Dwi BIAYA Ming Dwi s.d Dwi MINGGU
Minggu Ming
Lalu ini Minggu Ini Minggu Ini Minggu Ini

Ini Lalu INI


Ini
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)+(4) (6)=(5/2)x100 (7) (8) (9) (10)=(0)+(9) (11)=(10/7)x100 (12)=(5)+(10)

A. TENAGA KERJA
B. BAHAN/MATERIAL
C. ALAT
D. ADMINISTRASI
E. TANAH/TANAMAN
F. DANA TUNAI
G. KONSUMSI
H. SUMBER DANA LAIN2*)
TOTAL
*) Dapat Berupa Sumbangan Pihak Ketiga atau Dana APBD







Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU

100 POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan


4. PENGGUNAAN TENAGA KERJA

REALISASI TENAGA KERJA TOTAL
DARI DANA BDI KOTAKU DARI SWADAYA

TARGET TOTAL REALISASI


No URAIAN TENAGA KERJA
HOK s.d Dwi Dwi Minggu s.d Dwi s.d Dwi Minggu Dwi Minggu s.d Dwi BIAYA S.D DWI
Minggu Lalu Ini Minggu Ini Lalu Ini Minggu Ini MINGGU INI

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10=(6)+(9)
1 KEP.KLP/MANDOR (HOK)
2 TUKANG (HOK)
3 PEKERJA (HOK)
JUMLAH HOK
.................
5 Jumlah Laki2 (Kumulatif) ........................ Orang ........................ Orang
Orang
.................
6 Jumlah Perempuan (Kumulatif) ........................ Orang ........................ Orang
Orang
.................
JUMLAH TENAGA KERJA (L+P) ........................ Orang ........................ Orang
Orang
.................
7 JUMLAH TENAGA KERJA (MISKIN) ........................ Orang ........................ Orang
Orang
Catatan : Format ini merupakan bagian untuk pencairan Dana BDI tahap II dan Tahap III, dibuat sesuai jumlah KSM prasarana yang telah menerima dana
BDI tahap sebelumnya








Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 101

POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala lingkungan 101


FORM - 1

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KSM


A. DATA USULAN KEGIATAN

Kota/Kabupaten :

Kecamatan :

Kelurahan/Desa :

Nama BKM :

Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org)

KSM/Panitia : L P Miskin Jumlah



Paket Kegiatan : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan



1. ........................................................................... Meter/Unit *)
Jenis dan Volume
: 2. ........................................................................... Meter/Unit *)
Kegiatan
3. Dst.


Alasan Pembangunan
: Upaya menyelesaikan permasalahan kekumuhan, khususnya pada Kriteria
Prasarana
Kekumuhan : ....................................................................... **)

Kawasan Kumuh : ……………................................
Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................
Kelurahan/Desa : ……………................................

Luas Delineasi Kaw. Kumuh Awal Outcome Pelayanan Kegiatan


Outcome Kegiatan :
....................... Ha ....................... Ha/Meter/KK ***)


Jumlah :............ KK
Penerima Manfaat****) : ........... Jiwa ........ Jiwa (L) ......... Jiwa (P)
........... MBR ........ MBR (L) ......... MBR (P)

Gotong Semi Gotong Kerjasama Pihak
Metode Konstruksi : Royong Royong Ketiga

Status
:
Tanah/Lokasi Kegiatan

102 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Keterangan :
Tanda : *) Satuan Kegiatan Pilih Salah Satu Meter atau Unit
Tanda : **) Diisi Kriteria Kumuh yang menjadi alasan diusulankannya kegiatan (dapat lebih dari satu
Kriteria Kekumuhan)
Tanda : ***) Outcome/Pelayanan Kegiatan dapat berupa Luas Pelayanan (Ha) atau jumlah KK yang
terlayani sesuai satuan pengukuran Kriteria dalam Metode Perhitungan outcome
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh.
Tanda :****) Lampirkan Daftar Penerima Manfaat Kegiatan Infrastruktur (Form-9)

B. LAMPIRAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) KSM BERISI :
1. Buku Bank,

2. Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap 1 (60 %), tahap 2 (30 %) dan tahap 3 (10%).
3. Buku Kas,
4. Bukti-Bukti Transaksi/Pembayaran,
5. Laporan Penggunaan Dana (LPD) tahap 1 (60 %), tahap 2 (30 %) dan tahap 3 (10%).
6. Daftar Hadir/Absen Pekerja,
7. Laporan Kemajuan Pekerjaan

8. Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Anggaran Biaya


9. Berita Acara Perubahan Pekerjaan dan Lampiran RAB Perubahan (Jika Ada Perubahan
Pekerjaan),

10. Foto Dokumentasi Progres Fisik : 0 %, 25 %, 50 %, 75 %, 100 %


11. Gambar As Built Drawings / Gambar Terlaksana
12. Lembar Sertifikasi dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2)
13. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan (SP3)
14. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dari LKM/BKM kepada PPK Satker PIP Kab/Kota

15. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dari PPK Satker PIP Kab/Kota kepada Pemerintah
kelurahan/Desa
16. Data lain yang mendukung LPJ KSM







Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 103
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA

Nama KSM :


Desa :


Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 0%

Nama KSM :

Desa :


Jenis Prasarana :


Titik : 1
Kondisi : 25%


Nama KSM :


Desa :


Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 50%

Nama KSM :


Desa :


Jenis Prasarana :


Titik : 1
Kondisi : 75%


Nama KSM :


Desa :

Jenis Prasarana :

Titik : 1
Kondisi : 100%

(Dibuat masing-Masing untuk tiap jenis paket pekerjaan)

Halaman berikutnya diisi dengan Laporan Pembukuan Keuangan dan Bukti/Kuitansi Belanja KSM (Asli)

104 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD)
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)- NSUP

Kab/Kota :..................................... Termin/Tahap: .................................


Kecamatan :..................................... Jenis Kegiatan : .................................
Kelurahan/Desa :..................................... Volume : .................................
KSM :..................................... Lokasi : .................................

Satuan Harga Satuan


No Uraian RPD Volume Total Harga (Rp)
(meter/unit) (Rp)
A UPAH
1
2
3
B BAHAN
1
2
3
dst
C ALAT
1
2
3
dst
D ADMINISTRASI
1
2

Jumlah

..........................,..............20...
Diperiksa UPL Dibuat Oleh
KSM:...................................

(.......................................) (..........................................)
Ketua KSM
Diverifikasi dan Disetujui Oleh,
Fasilitator Teknik


Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 105
LAPORAN PENGGUNAAN DANA (LPD)
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)- NSUP

Kab/Kota :..................................... Termin/Tahap: .................................


Kecamatan :..................................... Jenis Kegiatan : .................................
Kelurahan/Desa :..................................... Volume : .................................
KSM :..................................... Lokasi : .................................

Satuan Harga Satuan


No Uraian LPD Volume Total Harga (Rp)
(meter/unit) (Rp)
A UPAH
1
2
3
B BAHAN
1
2
3
dst
C ALAT
1
2
3
dst
D ADMINISTRASI
1
2

Jumlah

..........................,..............20...
Diperiksa UPL Dibuat Oleh
KSM:...................................

(.......................................) (..........................................)
Ketua KSM
Diverifikasi dan Disetujui Oleh,
Fasilitator Teknik


106 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
BERITA ACARA
SERAH TERIMA PENGELOLAAN HASIL PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
(BA-STPHPI)
Nomor : ......../PPK/BA-STPHPI/2018


Pada hari ini.....................tanggal.......................bulan................tahun...........................................
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama : ………………………………………….…………
Jabatan : PPK Satker PIP Kota/Kabupaten …..............………………,
Alamat : ………………………………………………………………………..
Yang selanjutnya disebut PIHAK KESATU
2. Nama : ………………………………………….…………
Jabatan : Lurah/Kepala Desa, Kelurahan/Desa................................*)
Kecamatan .............................., Kota/Kabupaten................
Alamat : ………………………………………………………………………..
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA dalam kedudukannya di atas menyatakan hal-hal sebagai berikut :
(1) PIHAK KESATU telah menyerahkan kepada PIHAK KEDUA, berupa hasil kegiatan pemanfaatan BDI
program KOTAKU-NSUP Tahun Anggara ……….. sebagaimana terlampir untuk dikelola,
dimanfaatkan dan dipelihara secara berkelanjutan oleh PIHAK KEDUA;
(2) PIHAK KEDUA telah menerima dari PIHAK KESATU, berupa hasil pekerjaan sebagaimana terlampir
untuk dikelola, dimanfaatkan dan dipelihara secara berkelanjutan oleh PIHAK KEDUA;
(3) PIHAK KEDUA membentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) untuk mengelola
pemanfaatan dan pemeliharaan dengan dukungan dana swadaya masyarakat, pemerintah
desa/kelurahan dan atau sumber lainnya.
Demikian Berita Acara Serah Terima Pengelolaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA,
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Lurah/Kepala Desa
Satker PIP Kota/Kab. ..........……….



( ……………....................……….... ) ( ……………..................……….... )
NIP. NIP.

*) Coret yang tidak perlu

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 107

Contoh Format

DAFTAR SARANA & PRASARANA HASIL PAMANFAATAN BDI KOTAKU-NSUP
Tahun Anggaran 2018

Kabupaten/Kota : ........................................................
Kecamatan : ........................................................
Kelurahan/Desa : ........................................................

Jenis Sarana Satuan Lokasi Kondisi
No Nama KSM Volume
Prasarana*) (m/unit) (RT/RW) Bangunan
1 Melati Jalan Paving Block meter 750 RT001-RW002 Baik
Drainase Lingkungan meter 650 RT001-RW002 Baik
MCK komunal unit 10 RT001-RW002 Baik
2 Maju Jaya Drainase Lingkungan meter 350 RT003-RW002 Baik
MCK komunal unit 8 RT003-RW002 Baik
Sumur Gali Terlindung unit 10 RT003-RW002 Baik
3 Dst.... Dst....

*) Jenis Sarana Prasarana : Sesuai dengan realisasi hasil pekerjaan KSM dalam 1 (satu)
kelurhan/desa.

Diperiksa dan Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,
Senior Fasilitator/SF BKM/LKM …………………….



( ……………....................……….... ) ( ……………..................……….... )

Diketahui Oleh,
Korkot/Askot Infrastruktur



( ……………....................……….... )




108 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU


PROSES DAN MEKANISME PEKERJAAN TAMBAH KURANG
KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar
dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen Surat Perjanjian Kerjasama (SPK),
PPK bersama BKM/LKM dapat melakukan perubahan kontrak/SPK yang meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau
d. Mengubah jadwal pelaksanaan
Adapun proses Pekerjaan Tambah Kurang dapat dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. KSM/Panitia mengajukan permohonan pekerjaan tambah kurang kepada BKM/LKM dengan
melampirkan :
a. Surat permohonan / usulan perubahan pekerjaan tambah kurang
b. Kajian Teknis pekerjaan tambah kurang
c. Gambar rencana awal dan gambar perubahannya
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pekerjaan Tambah Kurang
e. Rekapitulasi RAB awal dan Rekapitulasi RAB Perubahan
2. BKM/LKM mengajukan permohonan / usulan perubahan pekerjaan tambah kurang kepada
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Satuan Kerja (Satker) Kab./Kota, dengan melampirkan :
a. Surat permohonan / usulan perubahan pekerjaan tambah kurang
b. Kajian Teknis pekerjaan tambah kurang
c. Gambar rencana awal dan gambar perubahannya
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pekerjaan Tambah Kurang
e. Rekapitulasi RAB awal dan Rekapitulasi RAB Perubahan
3. Selanjutnya PPK menugaskan tim korkot untuk melakukan penelitian/pemeriksaan usulan
pekerjaan tambah kurang yang diajukan oleh BKM/LKM.
4. Korkot membuat laporan hasil pemeriksaan pekerjaan tambah kurang beserta lampiran item
pekerjaan yang diusulkan BKM/LKM.
5. PPK mengeluarkan surat persetujuan pekerjaan tambah kurang, kepada BKM/LKM
6. Lampiran kontrak Pekerjaan Tambah Kurang

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 109


Form 1

…………………,…………….. 2018

Nomor : Kepada :
Sifat : - Yth. BKM/LKM……………………….
Lampiran : -
Perihal : Permohonan Perubahan Di
Pekerjaan ……………………………..

Sehubungan dengan pelaksanaan Kegiatan ……………………………………….


(Judul Kegiatan) yang berdasarkan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana
Lingkungan (SPPDL) No……………………… Tgl ………………………. Terdapat perubahan
pekerjaan yang disebabkan oleh ……………………………, maka terjadi perubahan
pekerjaan sebagai berikut :

1. ………………

2. ……………..

Dengan ini kami mohon agar perubahan ini dapat disetujui demi
tercapainya kelancaran proses pembangunan.

Demikian disampaikan atas perhatiaannya diucapkan terima kasih.

KSM……………………………..

Ketua

............................

110 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Form 2
KOP BKM/LKM

……………………..,…………………2018

Nomor : Kepada :

Sifat : - Yth. Pejabat Pembuat Komitmen

Lampiran : - Satuan Kerja (Satker)

Perihal : Permohonan Perubahan Di


Pekerjaan ........................

Sehubungan telah berlangsungnya pelaksanaan kegiatan …………………


(judul kegiatan) yang dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama
(SPK) No………….. tgl …………., dengan ini kami selaku BKM/LKM (pelaksana)
mengajukan perubahan pekerjaan tambah kurang yang disebabkan
oleh……………………., sebagai berikut :
1. ………………

2. ……………..

Demikian permohonan ini kami sampaikan agar dapat disetujui demi


kelancaran proses pembangunan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

BKM/LKM…………………………

Koordinator

..........................

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 111
Form 3
KOP

………………………………,……………………2018

Nomor : Kepada :

Sifat : - Yth. Koordinator Kota / Askot mandiri

Lampiran : - Di

Perihal : Penelitian Pengalihan ..........................


Pekerjaan

Berdasarkan Permohonan Pekerjaan Tambah Kurang dari BKM/LKM


......... No. ............ tanggal, …………………. pada pekerjaan Pembangunan
................ yang dilaksanakan KSM/Panitia………………………….terdapat
pekerjaan yang harus dialihkan ke pekerjaan lain, maka kami minta pada
Saudara untuk melakukan pemeriksan dan menghitung Pekerjaan Tambah
Kurang yang diajukan oleh BKM/LKM tersebut diatas.

Demikian kami sampaikan atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Pejabat Pembuat Komitmen,


Satuan Kerja (Satker) Kab/Kota…………………

...........................

NIP. ………………….

112 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Form 4
KOP

………………………..,………………………2018

Nomor : Kepada :
Sifat : - Yth. Pejabat Pembuat Komitmen
Satuan Kerja (Satker)
Lampiran : -
Di
Perihal : Laporan Pemeriksaan
...........................
Pekerjaan Tambah Kurang

Berdasarkan surat dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


No……………………tgl……………...perihal Pemeriksaan Pekerjaan Tambah Kurang,
setelah mengadakan peninjauan dan perhitungan pekerjaan Bersama
BKM/LKM……………………, Kami selaku Koordinator Kota / Askot Mandiri
melaporkan hasil penelitian Pekerjaan Tambah Kurang pada Pekerjaan
…………………(Judul Kegiatan) lokasi ……………… sebagaimana terlampir.

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Koordinator Kota /Askot mandiri


Kab/Kota……………………………………

..........................

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 113
Lamp. Form 4

Lampiran Laporan Pekerjaan Tambah Kurang BKM/LKM………………………

No………………tgl…………………

Justifikasi Teknis : (contoh)

Pekerjaan tambah kurang terjadi disebabkan ……………………………………………..…… oleh kerena itu dengan
mempertimbangkan kaidah struktur maka : …………………………………………………………………………………..………
…………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Uraian Pekerjaan Tambah Kurang : (Contoh)

Pekerjaan Tambah Pekerjaan Kurang

Uraian Harga Uraian Harga


No. vol Jumlah Harga No. vol Jumlah Harga
pekerjaan Satuan (Rp) pekerjaan Satuan (Rp)
1 1

2 2

TOTAL 15.500.000,00 TOTAL 15.500.000,00

Diperiksa
Korkot/Askot mandiri Dibuat Oleh:
Kota/Kab………………….. BKM/LKM……………………….
Koordinator

...................................................... ..................................................

114 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Form 5

BERITA ACARA PEMERIKSAAN PEKERJAAN TAMBAH KURANG

PEKERJAAN :................................. Nomor :....................................


Tanggal :....................................
LOKASI :.................................
Lampiran : Rincian Tambah Kurang

Pada hari ini .............., tanggal ............... bulan ............tahun Dua Ribu Delapan Belas, yang
bertanda tangan di bawah ini telah melakukan penelitian/pemeriksaan pekerjaan tambah kurang, yang
diajukan oleh BKM/LKM....................................... untuk:
Kegiatan : .........................................
Lokasi Kegiatan : ………………………..…..
Nomor SPK : ........................................
Nilai Kegiatan : Rp...................................

Berdasarkan Surat Permohonan dari BKM/LKM........................No. surat .......................... tanggal


.................... perihal Permohonan Pekerjaan Tambah Kurang, dengan rincian sebagai berikut :
Contoh:
Pekerjaan Tambah Pekerjaan Kurang

Uraian Harga Jumlah Harga Uraian Harga Jumlah Harga


No. vol No. vol
pekerjaan Satuan (Rp) pekerjaan Satuan (Rp)
1 1

2 2

TOTAL 15.500.000,00 TOTAL 15.500.000,00

Demikian Berita Acara ini dibuat dalam rangkap 6 (enam) dengan tidak mengurangi nilai
kontrak/SPK dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat Oleh: Diperiksa


BKM/LKM…………………… Korkot/Askot mandiri
Kota/Kab…………………..

................................................... ......................................................

Mengetahui/Menyetujui,
Pejabat Pembauat Komitmen
Satuan Kerja (Satker) Kab/Kota…………………

.....................................................
NIP.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 115
Form 6
KOP DINAS / SKPD

………………………,………………………….2018

Nomor : Kepada :

Sifat : - Yth. BKM/LKM ……………………………..

Lampiran : - Di

Perihal : Pekerjaan Tambah Kurang ………………………….

Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah Kurang No………….


tanggal ……………. maka setelah diadakan penelitian terhadap hasil perhitungan
Pekerjaan Tambah Kurang kami menyetujui untuk diadakan pelaksanaan
Pekerjaan Tambah Kurang tersebut, untuk itu kepada pihak Pelaksana agar
segera melaksanakan pekerjaan tersebut.

Demikian disampaikan untuk ditindaklanjuti.

Pejabat Pembuat Komitmen,


Satuan Kerja (Satker) Kab/Kota…………………

..........................

NIP. ………………………..

116 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
Form 7

BERITA ACARA KESEPATAKAN PERUBAHAN PEKERJAAN TAMBAH KURANG


Nama Kegiatan ..........................................
Nomor : ....................................................................

TAHUN ANGGARAN 2018

Pada hari ini, ................. tanggal ...................... bulan ........................... tahun Dua Ribu Delapan Belas kami yang
bertanda tangan :

1. Nama : ...........................................................................................................
Jabatan : PPK Satuan Kerja (Satker) Kab/Kota…………………………………..

Alamat : Jl. .......................................................................................................


Dalam hal ini betindak atas nama Pemerintah Kabupaten/Kota.............................. ,yang selanjutnya disebut
sebagai...................................................................PIHAK PERTAMA

2. Nama : ...........................................................................................................
Jabatan : Koordinator BKM/LKM.......................................................................

Alamat : ............................................................................................................
Dalam hal ini betindak atas nama BKM/LKM......................................................., yang selanjutnya disebut
sebagai.........................................................................PIHAK KEDUA

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan Perubahan Pekerjaan Tambah Kurang pada
kegiatan .......................................berdasarkan :
1. Surat Permohonan dari BKM/LKM...................... Nomor:........................................
tanggal .............................. Perihal Permohonan Pekerjaan Tambah Kurang
2. Surat dari Korkot/Askot Mandiri Nomor :............................. tanggal .................................
3. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah Kurang No. .................................... tanggal
..............................................
4. Nilai biaya kegiatan total sesuai Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) tidak berubah.
5. Rincian pekerjaan tambah kurang sebagai berikut :


Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 117

Pekerjaan Tambah Pekerjaan Kurang

Uraian Harga Jumlah Harga Uraian Harga Jumlah Harga


No. vol Satuan No. vol Satuan
pekerjaan (Rp) pekerjaan (Rp)
1 1
2 2

TOTAL 15.500.000,00 TOTAL 15.500.000,00

Penutup
1. Lampiran Kontrak Perubahan Pekerjaan Tambah Kurang ini merupakan kelengkapan
yang tidak terpisahkan dari Kontrak Kerja Konstruksi
2. Surat Lampiran Kontrak Perubahan Pekerjaan Tambah Kurang ini ditandatangani kedua
belah pihak pada tanggal tersebut di atas dan dibuatkan dalam 4 (empat) rangkap
bermaterai cukup.
3. Jika terdapat hal-hal yang belum diatur dalam dalam berita acara kesepakatan ini,
dapat ditambahkan dan sisepakati bersama.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


BKM/LKM………………………. Pejabat Pembuat Komitmen
Koordinator Satuan Kerja (Satker) Kab/Kota…………………

………………………………….. .......................................................

NIP………………………

118 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan | Program KOTAKU
kotaku.pu.go.id

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM dan PERUMAHAN RAKYAT


Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110

Anda mungkin juga menyukai