LINGKUP KEGIATAN :
Pengelolaan lingkungan, pengelolaan benda cagar
budaya, pengadaan tanah dan pemukiman kembali,
Best Practice
INFRASTRUKTUR DRAINASE SALURAN
TERTUTUP
0% 50 %
100 %
INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN T P S
0% 50 %
100 %
INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN GEROBAK MOTOR
SAMPAH
PRASASTI
INFRASTRUKTUR PENGAMAN KEBAKARANHIDRAN
KEBAKARAN
0% 50 %
Bad Practice
Safeguard
Pengadaan tanah yang terbatas
Jamban umum
dibangun di daerah
sempit di sebelah gang.
26
Dampak fisik pembangunan lingkungan
Bangunan rumah tanpa struktur kolom dan Jalan tidak dilengkapi dengan drainase ditambah pemadatan
balok yang saling mengikat sangat rawan yang kurang sempurna, sehingga mempengaruhi tanah dasar
roboh oleh gempa atau pergerakan sejenis. dan terjadi penurunan (bergelombang).
Kerangka Jembatan
menghambat aliran air
KETENTUAN PELAKSANAAN
A. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
1.Program KOTAKU tidak akan mendanai
kegiatan seperti yang didefinisikan dalam
Daftar Kegiatan Dilarang (Negatif List)
yang akan berdampak signifikan atau
menciptakan dampak yang tidak dapat
dipulihkan.
2.Program KOTAKU ini tidak akan mendanai
kegiatan yang mengakibatkan perubahan
habitat alami yang signifikan, menyebabkan
penurunan kualitas habitat alami yang kritis,
tidak konsisten dengan Rencana Tata Ruang
Nasional dan Daerah dan kegiatan yang
B. PENGELOLAAN BENDA CAGAR BUDAYA
1. Program KOTAKU sebagai salah satu program
pemerintah, mendukung upaya pelestarian cagar
budaya. Ketika ada indikasi dampak negatif terhadap
cagar budaya, maka masyarakat sebagai pelaku
program mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk
menghindari atau mengurangi dampak tersebut.
2. Upaya pelestarian benda cagar budaya (BCB) adalah
kegiatan untuk mempertahankan wujud secara fisik
yang meliputi bentuk, ukuran, warna, dan fungsinya
sehingga mendekati pada keadaan semula.
3. Pembangunan di kawasan lindung (termasuk
kawasan cagar budaya) merupakan salah satu daftar
negatif yang tidak diperbolehkan dalam Program
KOTAKU. Di dalam kawasan cagar budaya tidak
C. PENGADAAN TANAH dan PERMUKIMAN KEMBALI
1. Setiap Warga Terkena Proyek berhak menerima kompensasi atas
hilangnya tanah mereka dan semua aset yang melekat padanya,
terlepas dari status hak atas tanah.
2. Setiap Warga Terkena Proyek yang mengalami kerugian pendapatan
dan sumber mata pencaharian yang berhak menerima bantuan untuk
memulihkan pendapatan dan mata pencaharian mereka, dan diberikan
bantuan selama masa transisi untuk memulihkan kondisi hidup
mereka.
3. Warga Terkena Proyek harus diberikan pilihan untuk kompensasi
sehingga dapat meminimalkan kerugian dan memberikan kesempatan
yang lebih besar untuk Warga Terkena Proyek untuk dapat segera
memulihkan pendapatan dan mata pencaharian mereka.
4. Kompensasi untuk aset termasuk tanah ditentukan berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh Jasa Independen Penilai Aset yang
bersertifikat..
5. Jika Warga Terkena Proyek setiap memutuskan untuk menyumbangkan
tanah mereka secara sukarela atau memberikan izin untuk
penggunaan atau izin untuk dilalui ke Kegiatan Proyek, harus
memenuhi kriteria sebagaimana ditentukan dalam POB.
6. Jika Warga Terkena Proyek perlu direlokasi, baik secara permanen atau
D. Masyarakat Hukum Adat (MHA)
1.Program KOTAKU harus memberikan informasi
seluas-luasnya kepada MHA tentang rencana
kegiatan tersebut lebih awal sebelum tahap
perencanaan kegiatan, sehingga kegiatan
yang diusulkan mendapatkan dukungan
penuh dari MHA.
2.Dalam setiap tahapan kegiatan Program
KOTAKU (persiapan, perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta
keberlanjutan) pelaku/pendamping kegiatan
harus melakukan konsultasi dengan MHA
secara partisipatif berdasarkan kebiasaan dan
E. PENGELOLAAN RESIKO BENCANA
1. Pengelolaan risiko bencana dalam konteks pengurangan
risiko bencana adalah mengurangi kerentanan dan
meningkatkan kapasitas yang diterapkan untuk semua
kegiatan di bawah Program KOTAKU .
2. Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana didalam
perencanaan kegiatan merupakan persyaratan penting
untuk program pengelolaan risiko bencana yang efektif
dan berkelanjutan.
3. Identifikasi adanya risiko bencana tinggi dengan
kemungkinan terjadinya tinggi, harus ada langkah-langkah
lebih maju yang perlu diambil, yaitu perumusan Rencana
Kontinjensi dan SOP untuk penanganan risiko/bahaya di
daerah masing-masing. Pedoman pengelolaan risiko
bencana bisa merujuk ke Perka BNPB No.24 tahun 2010,
Petunjuk Teknis PRBBK - PNPM Perkotaan (untuk tingkat
F. PENGELOLAAN KAYU
1. Program KOTAKU akan meminimalkan penggunaan kayu
dalam pembangunan infrastruktur. Dimana pengadaan kayu
mutlak diperlukan, maka program akan:
a) Melaksanakan peningkatan kesadaran kepada masyarakat
untuk menggunakan kayu legal, memiliki FAKO (Faktur
Angkutan Kayu Olahan) atau surat resmi setara SKSHH
(Surat Keterangan ahnya Hasil Hutan);
b) Pada situasi tertentu, diperkenankan menggunakan kayu
yang berasal dari tanah penduduk sendiri sebagai bagian
dari swadaya, atau dengan melakukan ganti rugi sesuai
kesepakatan masyarakat dan dilengkapi dengan surat
keterangan dari Kepala Desa/Lurah tentang asal-usul kayu
yang digunakan.
c) Memantau pembelian kayu dengan FAKO;
2. Pelatihan dan peningkatan kesadaran mengenai isu legalitas
kayu sehingga fasilitator kompeten dalam membantu
DAFTAR KEGIATAN DILARANG (NEGATIF LIST) KOTAKU
1. Kegiatan infrastruktur yang berkaitan dengan politik praktis
(kampanye, demonstrasi, dll);
2. Kegiatan untuk Pembebasan lahan;
3. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor
BKM/LKM;
4. Kegiatan yang berlokasi di dalam kawasan lindung kecuali
secara sudah ada persetujuan tertulis dari instansi
pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan
dan atau perlindungan yang ada didaerah. Kegiatan yang
tidak dapat dilaksanakan di lokasi tersebut :
a) Taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, kebun
raya, hutan konservasi, hutan lindung dan daerah aliran
sungai;
b) Cagar budaya nasional, tradisional/ bangunan
keagamaan;
c) Taman laut, garis pantai dan sistem gundukan pasir,
6. Pengadaan yang berbahaya, seperti:
a) Pengadaan produk apapun yang mengandung asbes;
dan
b) Pengadaan pestisida atau herbisida;
7. Kegiatan Destruktif, seperti:
a) Pertambangan atau penggalian karang hidup;
b) Pembangunan jalan menuju kawasan yang dilindungi
(hutan lindung, cagar alam);
c) Pembangunan sumber daya air pada sungai-sungai, yang
masuk atau keluar dari negara-negara lain; dan
d) Pengubahan aliran sungai.
8. Reklamasi tanah yang lebih besar dari 50 hektar (ha); dan
9. Konstruksi penampungan atau penyimpanan air kapasitas
lebih besar dari 10.000 m3.
TAHAPAN SAFEGUARD
LINGK. & SOS.
Identifikasi
Persiapan &
Penyaringan Penyusunan instrumen
Penentuan jenis instrument safeguards
ALUR SAFEGUARD
LINGKUNGAN & SOSIAL
TAHAPAN Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan
Sosial program KOTAKU dibagi dalam 3 tahap :
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Keberlanjutan
. Pada sesi ini difokuskan pada Tahap Perencanaan yang
mencakup :
a. Penyusunan Perencanaan
b. Penyusunan DED dan RKS
. Penjelasan tahap-tahap pelaksanaan dan form-form
instrumen yang dibutuhkan dijabarkan dalam Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak
Sosial Program KOTAKU
1. TAHAP PENYUSUNAN PeRENCANAAN
1. Penyaringan Kegiatan, berdasarkan :
a. Aspek lingkungan :
. Tidak masuk dalam daftar negatif list
. Mengidentifikasi dan evaluasi dampak lingkungan
. Mengidentifikasi dan evaluasi dampak kepada kawasan/benda
cagar budaya
. Mengidentifikasi dan evaluasi potensi risiko bencana
b. Aspek Sosial :
. Mengidentifikasi dan evaluasi pengadaan tanah dan
permukiman kembali
. Mengidentifikasi dan evaluasi potensi dampak terhadap MHA
2. Menyusun Dokumen/instrumen Pengelolaan Lingkungan Dan Sosial
(sesuai kategori penyaringan) :
a. Aspek lingkungan :
. UKL-UPL atau SPPL (Permen PU No. 10 tahun 2008 atau
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota terkait)
. Rencana pengelolaan Benda Cagar Budaya
. Rencana pengelolaan Risiko/Mitigasi Bencana
b. Aspek Sosial :
.. Rencana pengadaan tanah ( Hibah, Ijin dilalui, Ijin Pakai, LARAF
2. TAHAP Penyusunan DED dan
RKS
1. Penyusunan DED:
a. Mengakomodir rencana/desain kegiatan sesuai ketentuan dan
rekomendasi pengelolaan dampak lingkungan dan sosial
b. Memitigasi potensi dampak negatif sub proyek.
c. Penganggaran untuk pelaksanaan konstruksi dan rekomendasi
pengelolaan dampak lingkungan dan sosial
d. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja
(SMK3) :
.. Identifikasi bahaya, dan menilai risiko K3 (lampiran 1 Permen PU No. 05
thn 2014) :
a) Potensi bahaya tinggi, apabila mempekerjakan tenaga kerja paling
sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak diatas Rp. 100 Milyar
b) Potensi bahaya rendah, apabila mempekerjakan tenaga kerja kurang
dari 100 orang dan/atau nilai kontrak dibawah Rp. 100 Milyar
.. Pengendalian dalam pemilihan material, metode pelaksanaan
konstruksi dan rancangan O&P .
2. Penyusunan RKS :
Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/jasa memuat :
a. Kesanggupan melaksanakan rekomendasi pengelolaan dampak
lingkungan dan sosial.
b. Persyaratan K3 merupakan ketentuan persyaratan teknis
c. Pada potensi bahaya tinggi Ketentuan tentang kriteria evaluasi RK3K
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN DAMPAK
SOSIAL
KEGIATAN PROGRAM KOTAKU
Ketentuan Tkt.
No. Kegiatan Tkt Kota
Pelaksanan Masyarakat
I. ASPEK LINGKUNGAN
1 Batasan Fisik :
Permen LH No. Tidak
- AMDAL Tidak direkomendasi
11/2006 direkomendasi
Permen PU
Sesuai Peraturan Tidak
- UKL-UPL No.10/2008, Permen
Gub/ Wali/Bupati direkomendasi
LH No. 13/2010
Permen LH No.
- SPPL/SOP Direkomendasi Direkomendasi
13/2010
2 Benda/Kawasan Cagar Budaya :
PP No. 16/2004
- Pengelolaan Benda/kawasan
Permen PUPR No. Direkomendasi Direkomendasi
Cagar Budaya
1/2015
Potensi Risiko Bencana
3
(tinggi/sedang) :
IRBI dari BNPB/BPBD
- Pengelolaan Risiko Bencana Perka BNPB No. Direkomendasi direkomendasi
24/2010
4 Pengadaan Kayu :
Irmansyah
087877878765