A. Ekstraksi
Kulit batang jarak merah (J. gossypifolia) sebanyak 3,00 kg diekstraksi secara
maserasi menggunakan pelarut metanol pada suhu kamar. Dari 3,00 kg serbuk kasar
sampel diperoleh ektrak metanol total sebanyak 300,00 g. Ekstrak metanol total diambil
sebanyak 15,00 g kemudian dipartisi dengan pelarut n-heksan dan etilasetat dengan
menggunakan corong pisah, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
(C) dan ekstrak metanol total (T) kemudian dianalisis dengan KLT untuk menentukan
fraksi yang akan dikerjakan lebih lanjut. Jumlah noda pada plat KLT menunjukkan
senyawa yang terdapat pada masing-masing fraksi. Hasil analisis dengan KLT ketiga
25
Pada proses maserasi digunakan metanol karena metanol merupakan pelarut
universal sehingga dapat mengekstrak senyawa baik yang bersifat polar, semipolar
maupun nonpolar. Maserasi dilakukan sebanyak tiga kali dengan @ 24 jam agar
heksan merupakan pelarut nonpolar sehingga senyawa yang bersifat nonpolar akan
yang bersifat polar akan terdistribusi pada metanol, masing-masing pelarut akan terpisah
berdasarkan berat jenisnya. Tiga fraksi dihasilkan dari proses partisi kemudian ketiga
ditimbang untuk menentukan berat masing-masing (Tabel 1). Dengan jumlah fraksi
metanol yang lebih banyak memungkinkan untuk dipisahkan dan dimurnikan lebih
lanjut.
yang terdapat di dalam sampel yang biasa dilakukan dengan menggunakan kromatografi
lapis tipis maupun kromatografi kolom. Pemisahan senyawa pada fraksi metanol
dilakukan agar senyawa-senyawa yang terkandung dalam fraksi dapat terpisah dengan
26
Fraksi C (9,13 g) dimurnikan lebih lanjut dengan fraksinasi menggunakan
heksan:etilasetat dengan variasi perbandingan [6:4 (2 kali), 5:5 (6 kali), 4:6 (4 kali), 3:7
(2 kali), 0:10 (2 kali)] dan metanol (2 kali). Fraksinasi dengan KKV menghasilkan 18
fraksi. Fraksi-fraksi hasil KKV I dianalisis dengan KLT menggunakan eluen campuran
n-heksan:etilasetat (5:5). Hasil analisis KLT 18 fraksi KKV I dapat dilihat pada Gambar
5.
Pola kromatogram fraksi-fraksi hasil KKV I yang terlihat pada Gambar 5 memiliki pola
kromatogram yang hampir sama dan diperkirakan mengandung senyawa yang sama.
diperoleh tiga fraksi gabungan yaitu Fa, Fb dan Fc. Hasil penggabungan 18 fraksi KKV
senyawa yang akan diisolasi lebih lanjut dengan menggunakan eluen campuran n-
27
Senyawa
Target
menunjukan pola kromatogram senyawa target yang akan difraksinasi lebih lanjut
heksan:etilasetat [4:6 (4 kali), 3:7 (4 kali), 2:8 (2 kali), 0:10 (2 kali)] dan metanol (2
dengan eluen campuran n-heksan:etilasetat (4:6). Hasil analisis KLT 14 fraksi KKV II
Berdasarkan pola kromatogram pada Gambar 7, maka dari 14 fraksi yang memiliki pola
kromatogram yang hampir sama digabung sehingga diperoleh tiga fraksi yaitu C 1, C2
dan C3. Pada kromatogram fraksi 5, 6, 7, dan 8 menampakkan noda yang mulai tunggal
28
sehingga dilakukan penggabungan (fraksi C2). Hasil gabungan 14 fraksi KKV II dapat
fraksi C1 dan C3. Fraksi C2 dikerjakan lebih lanjut dengan fraksinasi menggunakan KKV
dengan eluen campuran n-heksan:etilasetat [6:4 (2 kali), 5:5 (6 kali), 4:6 (4 kali), 3:7 (2
kali), 0:10 (2 kali)] dan metanol (2 kali). Fraksinasi menghasilkan 18 fraksi, fraksi-fraksi
heksan:etilasetat (5:5) untuk melihat pemisahan senyawa. Hasil analisis KLT 18 fraksi
yang memiliki pola kromatogram yang sama dan diperoleh tiga fraksi yaitu C21, C22 dan
C23. Pada Gambar 8, terlihat kromatogram yang dihasilkan pada fraksi 10-15
mengandung senyawa target. Hasil gabungan 18 fraksi KKV III dapat dilihat pada Tabel
4.
29
Tabel 4. Hasil gabungan fraksi KKV III
No Fraksi Hasil KKV III Fraksi Gabungan
1 1–9 FC21
2 10 – 15 FC22
3 16 – 18 FC23
Fraksi C22 (0,24 g) yang mengandung senyawa target difraksinasi lebih lanjut.
kali)] dan campuran eluen n-heksan:etilasetat [5:5 (4 kali), 3:7 (2 kali), 0:10 (2 kali)] dan
Pada Gambar 9, kromatogram senyawa target fraksi 4-14 terlihat pola kromatogram
tunggal yang mengindikasikan senyawa telah murni. Hasil fraksinasi pada KKV IV yang
memiliki pola kromatogram yang sama digabung sehingga menghasilkan lima fraksi
yaitu B21, B22, B23, B24 dan B25. Hasil gabungan 16 fraksi KKV IV dapat dilihat
dalam Tabel 5.
30
Tiga fraksi yang diduga telah murni yaitu fraksi B22, fraksi B23 dan fraksi B24
heksan:etilasetat (5:5). Kromatogram hasil analisis KLT dapat dilihat dalam Gambar 10.
Kromatogram pada Gambar 10, terlihat fraksi B22 memperlihatkan kromatogram yang
tidak tunggal mengindikasikan bahwa senyawa tersebut belum murni. Berbeda dengan
kromatogram yang ditunjukkan fraksi B23 dan B24 yang memperlihatkan kromatogram
tunggal senyawa target pada KLT, sehingga fraksi B23 dan B24 dianalisis
(1:9). Kromatogram analisis kemurnian senyawa target dengan berbagai sistem eluen
31
Berdasarkan hasil analisis KLT pada Gambar 1, dengan berbagai sistem eluen, fraksi
B22 dan B23 tetap menunjukkan kromatogram tunggal yang berarti isolat senyawa telah
murni. Kemudian kedua fraksi digabung, dipekatkan dan ditimbang beratnya. Isolat
dalam bentuk amorf berwarna hijau, diperoleh isolat seberat 0,12 g. Isolat yang telah
C. Identifikasi Senyawa
Jenis gugus fungsi pada senyawa isolat dapat ditentukan melalui analisis data
12 di bawah ini.
Csp3-H
-OH Csp2-H
C=C aromatik C-O
bilangan gelombang 3383 cm-1 sebagai vibrasi ulur O-H, dan vibrasi ulur C-O pada
daerah 1245 cm-1. Munculnya serapan pada daerah 1627 cm -1, 1522 cm-1 dan daerah
1469 cm-1 merupakan ciri khas untuk suatu sistem aromatik. Daerah 868 cm -1 untuk
daerah benzena tersubtitusi. Daerah 3252 cm-1 dan 2933 cm-1 merupakan serapan dari
32
Csp2–H dan Csp3–H. Sesuai data FT-IR tersebut maka dapat diketahui bahwa senyawa
isolat mempunyai gugus hidroksil (-OH), cincin aromatik, alkana (Csp3–H ) dan gugus
eter (C-O).
(1H dan 13
C-NMR teknik DEPT). Data sinyal NMR-1D senyawa isolat dapat dilihat
karbon yang mewakili 15 atom karbon karena terdapat dua karbon yang saling berimpit
yaitu pada sinyal dengan geseran kimia 146,3 ppm. Dengan teknik DEPT diketahui
sinyal-sinyal atom karbon tersebut terdiri dari tujuh karbon metin pada δC 120,1; 116,2;
115,3; 96,3; 95,6; 82,9 dan 68,9 ppm, satu karbon metilen pada δC 28,6 ppm serta tujuh
33
karbon kuartener pada δC 157,9; 157,7; 156,9; 146,3; 146,3; 132,3 dan 100,9 ppm. Tidak
Data sinyal 1H-NMR (Tabel 6) menunjukkan adanya sembilan sinyal proton yang
mewakili empat belas proton. Dua sinyal proton aromatik berkopling orto pada δH 6,76
dan δH 6,72 ppm, dan dua pasang sinyal proton aromatik berkopling meta (δH 6,84; 6,72;
5,93 dan 5,86 ppm). Berdasarkan data tersebut senyawa isolat memiliki rumus molekul
34
C15H14O6 dan DBE (Double Bond Equivalence) 9. Dua belas atom karbon aromatik
mengindikasikan dua cincin benzena (8 DBE), dan satu DBE berasal dari karbon siklik.
menggunakan NMR-2D (HMQC, HMBC, dan H–H COSY). HMQC digunakan untuk
35
Gambar 15. Sinyal HMQC senyawa isolat
B
A
36
Gambar 16. Struktur yang mungkin untuk senyawa isolat
37
No. C δC (ppm) No. H δH (ΣH, mult., J dalam Hz) HMBC
2 82,9 2 4,57 (1H, d, 7,35) C-4, C-3, C-2', C-6', C-1',
C-9
3 68,9 3 3,98 (1H, m) -
4 28,6 4a 2,51 (1H, q, 8,55, 16,5) C-3, C-2, C-10, C-9, C-5
4b 2,85 (1H, dd, 5,5, 16,5) C-3, C-2, C-10, C-9, C-5
5 157,7 - - -
6 96,3 6 5,93 (1H, d, 2,45) C-6, C8, C-10, C-5, C-7
7 157,9 - - -
8 95,6 8 5,86 (1H, d, 2,45) C-6, C8, C-10, C-5, C-7
9 156,9 - - -
10 100,9 - - -
1' 132,3 - - -
2' 115,3 2' 6,84 (1H, d, 1,85) C-2, C-6', C-3', C-4'
3' 146,3 - - -
4' 146,3 - - -
5' 116,2 5' 6,76 (1H, d, 8,55) C-1', C-3', C-4'
6' 120,1 6' 6,72 (1H, dd, 8,55, 1,85) C-2, C-2', C-5', C-4'
karbon tetangga, memperlihatkan korelasi jarak jauh (dua sampai tiga ikatan) antara
sinyal proton pada δH 4,57 ppm dengan sinyal karbon pada δC 28,6 ppm (C-4), 68,9 ppm
(C-3), 115,3 ppm (C-2'), 120,1 ppm (C-6'), 132,3 ppm (C-1'), 156,9 ppm (C-9). Korelasi
HMBC tersebut membuktikan bahwa posisi gugus metin-alkil (H-2) pada δH 4,57 diapit
satu unit 5,7-dihidroksifenil (cincin A) dan satu unit 3',4'-dihidroksifenil (cincin B) yang
tersubtitusi pada C-2. Identitas sinyal karbon δC 100,9 ppm (C-10) ditetapkan oleh
korelasi HMBC yang berasal dari sinyal proton δH 28,6 ppm (H-4a, H-4b), 96,3 ppm (C-
6) dan 95,6 ppm (C-8). Berdasarkan analisis spektrum HMBC tersebut, senyawa isolat
38
Gambar 18. HMBC pada senyawa isolat
menunjukkan hubungan konfigurasi relatif antarunit proton tetangga. Data sinyal H–H
Data H–H COSY berupa interaksi antara H-2 dan H-3 yang saling bertetangga
dan memiliki pola ruang yang sama yaitu pada posisi cis dengan tetapan kopling H-2
39
7,35 Hz. Dengan demikian, secara struktural dapat disimpulkan senyawa isolat yang
Keterangan :
Kuning (hidrogen)
Merah (oksigen)
Biru (karbon)
catechin yang telah dilaporkan (Benavides et al., 2006) dan (Meulenbeld et al., 1999).
40
Tabel 9. Data perbandingan NMR-1D senyawa isolat dan pustaka
No. δC (ppm) No. δH (ΣH, mult., J dalam Hz)
C 13 13a H 13 13b 13a
2 82,9 81,04 2 4,57 (1H, d, 7,35) 4,57 (d, 7,5) 4.58 (1H, d)
3 68,9 66,37 3 3,98 (1H, m) 3,99 (m) 3.92 (1H, m)
4 28,6 27,87 4a 2,51 (1H, q, 8,55, 16,5) 2,52 (dd, 8,1, 16,1) 2,45 (1H, dd)
4b 2,85 (1H, dd, 5,5, 16,5) 2,86 (dd, 5,3, 16,1) 2,75 (1H,dd)
5 157,7 156,23 - - - -
6 96,3 95,19 6 5,93 (1H, d, 2,45) 5,94 (bs) 5,98 (1H, d)
7 157,9 156,51 - - - -
8 95,6 93,93 8 5,86 (1H, d, 2,45) 5,87 (bs) 5,79 (1H, d)
9 156,9 155,42 - - - -
10 100,9 99,13 - - - -
1' 132,3 130,67 - - - -
2' 115,3 114,57 2' 6,84 (1H, d, 1,85) 6,85 (d, 2,0) 6,82 (1H, d)
3' 146,3 144,89 - - - -
4' 146,3 144,89 - - - -
5' 116,2 115,16 5' 6,76 (1H, d, 8,55) 6,77 (d, 8,0) 6,78 (1H, d)
6' 120,1 118,50 6' 6,72 (1H, dd, 8,55, 1,85) 6,73 (dd, 8,0, 2,0) 6,69 (1H, dd)
a
Meulenbeld et al., 1999, bBenavides, et al., 2006
jamur dan kapang. Berikut adalah gambar hasil uji aktivitas terhadap mikroba.
E. Coli Acetobacter
Keterangan :
Tidak terbentuk
daerah zona hambat
S.Aereus
Streptococcus
Daerah
Zona
hambat
Keterangan :
A. niger Tidak terbentuk
daerah zona hambat
42
Hasil pengukuran daerah zona bening pada uji aktivitas terhadap mikroba dapat
Dari hasil analisis terhadap mikroba di atas, terlihat bahwa senyawa catechin
Acetobacter sp. Eschericia coli dan Staphylococcus aureus, jamur Rhizopus sp. dan
kapang Aspergillus niger, tetapi dapat menghambat pertumbuhan Penicillium sp. (putih)
dan Penicillium sp. (abu-abu) masing-masing dengan zona hambat sebesar 0,33 cm.
43