Anda di halaman 1dari 9

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN BANTUAN

HIDUP DASAR PADA PASIEN HENTI JANTUNG DI RUANG


INTENSIVE CARE RUMAH SAKIT DI JAKARTA

Aam Citrida Pramita¹ dan Riri Maria2

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder
Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424
2. Departemen Keperawatan Medikal Bedah (KMB) FIK UI, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder
Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424

E-mail: aam_citrida@yahoo.co.id

Abstrak
Henti jantung adalah manifestasi umum yang paling fatal dari penyakit kardiovaskular dan menempati peringkat
pertama dari penyebab kematian di seluruh dunia. Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan bekal mendasar untuk
menyelamatkan jiwa seseorang ketika terjadi henti jantung. Pengetahuan yang tepat tentang pemberian BHD sangat
diperlukan bagi semua perawat untuk dapat mengidenfikasi serta memberikan pertolongan kepada pasien-pasien
yang mengalami henti jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang
pemberian bantuan hidup dasar pada pasien henti jantung. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian
deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan cara total sampling yaitu berjumlah 48 perawat yang
bekerja di ruang Intensive Care. Dari hasil uji statistik univariat didapatkan bahwa pengetahuan perawat tentang
pemberian Bantuan Hidup Dasar pada pasien henti jantung di ruang Intensive Care yaitu sebanyak 24 perawat (50
%) memiliki pengetahuan yang baik dan sebanyak 24 perawat (50 %) memiliki pengetahuan yang kurang.

Kata kunci:
Henti jantung, bantuan hidup dasar, resusitasi jantung paru

Abstract
Cardiac arrest is the most common fatal manifestation of cardiovascular disease and is ranked first of the cause of
death worldwide. Basic Life Support (BLS) is a fundamental provision to save lives in the event of cardiac arrest.
Proper knowledge about the provision of BLS is necessary for all nurses to identify and provide right intervention to
patients who suffered cardiac arrest. This study aimed to describe nurses' knowledge regarding the provision of
basic life support in patients with cardiac arrest. The design of this study used a descriptive research design.. The
sampling technique used the total sampling which amounted to 48 nurses working in Intensive Care Unit. From the
results of univariate statistical tests showed that nurse’s knowledge about the provision of basic life support for
cardiac arrest patients in the Intensive Care Unit as many as 24 nurses (50%) had good knowledge and as many as
24 nurses (50%) had less knowledge.

Keywords:
Cardiac arrest, basic life support, cardiopulmonary resuscitation

Pendahuluan dari penyakit kardiovaskular dan


Henti jantung didefinisikan sebagai menempati peringkat pertama dari penyebab
berhentinya aktivitas mekanik jantung yang kematian di seluruh dunia. Di Amerika
ditandai oleh tidak adanya tanda-tanda Utara, sekitar 350.000 orang setiap tahun
sirkulasi (Nichol, 2008). Henti jantung menjalani resusitasi jantung paru karena
adalah manifestasi umum yang paling fatal henti jantung tiba-tiba. Sekitar 25% kejadian

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


2

henti jantung disebabkan oleh aritmia mengalami henti jantung dan kemudian
ventikel. Seperti, ventrikel fibrilasi (VF) mengaktivasi sistem tanggap darurat,
atau ventrikel takikardia (VT), sedangkan melakukan resusitasi jantung paru, dan
sisanya dapat dikaitkan dengan perubahan mempersiapkan defibrilator pada saat
irama jantung lainnya seperti asistol dan dibutuhkan (AHA, 2010).
pulseless electrical activity (PEA) (Parrillo,
2014). Penelitian di Nepal yang dilakukan tahun
2012 mengenai pengetahuan dan sikap
Berdasarkan data statistik WHO tahun 2012, tenaga kesehatan profesional tentang
penyebab dari kematian mendadak di pemberian bantuan hidup dasar didapatkan
seluruh dunia sangat bervariasi (Sawyer, bahwa partisipan pelatihan memiliki
2012). Menurut WHO, 17,5 juta (30%) dari pengetahuan yang kurang tentang tindakan
58 juta kematian di dunia, disebabkan oleh Resusitasi Jantung Paru yang benar.
penyakit jantung dan pembuluh darah pada Meskipun 52% dari peserta menjawab >7
tahun 2005. Dari seluruh angka tersebut, dari 15 pertanyaan, hanya 7,4% (n = 9) dari
penyebab kematian antara lain disebabkan mereka yang bisa menjawab 75%
oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk), pertanyaan yang benar. Dalam penelitian
stroke (5,7 juta penduduk), dan selebihnya ini, hanya satu pertanyaan yang dijawab
disebabkan oleh penyakit jantung dan secara benar oleh 96,7% dari total seluruh
pembuluh darah (4,2 juta penduduk) peserta, sedangkan 11 pertanyaan dijawab
(Riskesdas, 2007). Di Eropa dan Amerika dijawab secara benar oleh <50% dari
Serikat, penyakit jantung adalah penyebab mereka. Dapat dikatakan bahwa pelatihan
utama yang mengakibatkan henti jantung BHD secara signifikan mempengaruhi
pada orang dewasa (Lundbye, 2012). pengetahuan peserta. Peserta yang telah
menerima beberapa pelatihan BHD dalam
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan waktu kurun waktu 5 tahun belakangan ini,
bekal mendasar untuk menyelamatkan jiwa memperoleh skor rata-rata tertinggi dari 8,62
seseorang ketika terjadi henti jantung. Aspek ± 2,49, sedangkan mereka yang
fundamental dalam pemberian bantuan mendapatkan pelatihan >5 tahun yang lalu
hidup dasar diantaranya adalah kemampuan dan tanpa pelatihan memperoleh skor rata-
mengidentifikasi korban yang tiba-tiba

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


3

rata 5,54 ± 2,38 dan 6,1 ± 2,29 masing- mengenai kedalaman kompresi pada saat
masing (Roshana, 2012). melakukan Resusitasi Jantung Paru, hanya 1
(10 %) perawat yang mampu menjawab
Kualitas pendidikan penolong dan frekuensi pertanyaan secara benar sesuai dengan
pelatihan merupakan faktor penting dalam panduan BLS yang dikeluarkan AHA
meningkatkan efektivitas resusitasi. Idealnya (2010). Dan sisa 9 (90%) perawat tidak
interval pelatihan ulang tidak harus dibatasi mampu menjawab secara benar. Keadaan ini
sampai 2 tahun. Frekuensi pelatihan ulang merupakan fenomena yang bisa menjadi
yang lebih sering, sangat dibutuhkan untuk indikasi bahwa pengetahuan perawat tentang
mengasah keterampilan. Tindakan resusitasi BHD belum merata dan masih minim.
pada dasarnya dilakukan tidak hanya oleh
satu orang penolong saja, melainkan Metode
membutuhkan kerjasama tim. Karena itu Desain penelitian yang digunakan adalah
setiap penolong harus mampu bekerja sama desain penelitian deskriptif yaitu suatu
untuk meminimalkan kesalahan khususnya metode penelitian yang dilakukan dengan
dampak kesalahan pada saat melakukan tujuan untuk membuat gambaran atau
kompresi dada. Kerjasama tim serta deskripsi tentang suatu keadaan secara
kemampuan kepemimpinan menjadi sangat objektif. Metode ini digunakan untuk
penting, terutama untuk penolong ACLS dan menjawab permasalahan yang sedang
PALS. Program resusitasi berbasis rumah dihadapi pada situasi saat ini (Notoatmojo,
sakit harus sistematis untuk memonitor 2010). Melalui metode ini, peneliti ingin
indikasi terjadinya henti jantung. Siklus mengetahui gambaran pengetahuan perawat
pemberian bantuan hidup dasar, interpretasi tentang pemberian bantuan hidup dasar pada
masalah, umpan balik, serta kualitas pasien henti jantung di Ruang Intensive
penolong sangat dibutuhkan untuk Care Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
mengoptimalkan perawatan dan tindakan Putih. Pengambilan sampel dilakukan
resusitasi yang tepat (AHA, 2010). dengan cara total sampling yaitu
menyebarkan kuisioner kepada seluruh
Dari hasil wawancara dengan 10 perawat perawat di Ruang ICU, ICCU dan HCU.
yang bekerja di berbagai unit kerja di
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


4

Hasil Berdasarkan tabel 2. Diketahui pada variabel


Karakteristik Responden Lama Kerja bahwa mean 3,33. Median 4,00.
1. Karakteristik responden (Tingkat Standard deviasi 1,136. Nilai maksimum 4
Pendidikan dan Pelatihan BHD) dan nilai minimum 1. Sedangkan pada
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut variabel Waktu Pelatihan diketahui bahwa
Karakteristik Responden di Ruang
Intensive Care RS. Islam Jakarta mean 2,38. Median 2,00. Standard deviasi
Cempaka Putih tahun 2014
1,331. Nilai maksimum 4 dan nilai
Variabel Jumlah Persentase
minimum 1.
Pendidikan
DIII Keperawatan 46 95,8%
S1 Keperawatan 2 4,2%
Total 48 100% Analisa Univariat
Pada penelitian ini, peneliti meneliti
Berdasarkan tabel 1. diperoleh responden
gambaran pengetahuan perawat tentang
terbanyak memiliki pendidikan Diploma III
pemberian bantuan hidup dasar pada pasien
keperawatan sebanyak 46 orang (95,8%) dan
henti jantung di ruang Intensive Care RS.
Pendidikan Sarjana Keperawatan sebanyak 2
Islam Jakarta Cempaka Putih.
orang (4,2%).
Jumlah sampel penelitian ini terdiri dari 48
responden perawat di Ruang Intensive Care.
Diketahui dari total 48 responden perawat
didapatkan bahwa semua perawat (100%)
1. Gambaran pengetahuan perawat tentang
pernah mengikuti pelatihan pemberian
Bantuan Hidup Dasar
bantuan hidup dasar. Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Pengetahuan Perawat tentang Pemberian
Bantuan Hidup Dasar pada Pasien Henti
2. Karakteristik Responden (Lama Kerja Jantung

dan Waktu Pelatihan Pengetahuan Jumlah Persentase


Baik 24 50%
Tabel 2. Distribusi Menurut Karakteristik
Kurang 24 50%
Responden di Ruang Intensive Care RS.
Total 48 100%
Islam Jakarta Cempaka Putih tahun 2014

Variabel Mean Median St. Max Min


Deviasi Berdasarkan tabel 3. diketahui bahwa dari
Lama 3,33 4,00 1,136 4 1
48 responden perawat, sebanyak 24 orang
Kerja
Waktu 2,38 2,00 1,331 4 1 (50%) berpengetahuan baik, dan 24 orang
Pelatihan
(50%) berpengetahuan kurang.

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


5

2. Gambaran pengetahuan perawat Berdasarkan tabel 5. terlihat bahwa


menurut tingkat pendidikan. responden yang berpengetahuan baik adalah
Tabel 4. Distribusi Gambaran yang masa kerjanya >5 tahun yaitu sebanyak
Pengetahuan Perawat menurut
pendidikan di ruang Intensive Care RS. 20 orang (83,3%).
Islam Jakarta Cempaka Putih tahun 2014

Pendidikan Kategori Pengetahuan Total %


4. Gambaran pengetahuan perawat
Baik % Kurang %
DIII 22 91.7 24 100 46 95.8 menurut pelatihan.
Keperawatan % % %
S1 2 8.3 0 0% 2 4.2 Seluruh responden sebanyak 48 perawat
Keperawatan % %
Total 24 100 24 100 48 100 (100%) pernah mengikuti pelatihan
% % %
bantuan hidup dasar. Responden yang
memiliki pengetahuan baik dan buruk
Berdasarkan tabel 4. terlihat bahwa
berjumlah sama yaitu sebanyak 24
responden yang berpengetahuan baik terdiri
orang.
dari DIII Keperawatan sebanyak 22 orang
(91,7%) dan S1 Keperawatan sebanyak 2
5. Gambaran pengetahuan perawat
orang (8,3%). Sedangkan responden yang
menurut waktu pelatihan.
berpengetahuan kurang terdapat pada
Tabel 6. Distribusi Gambaran
perawat yang berpendidikan DIII Pengetahuan Perawat Menurut Waktu
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar di ruang
Keperawatan sebanyak 24 orang (100%). Intensive Care RS. Islam Jakarta
Cempaka Putih tahun 2014

3. Gambaran pengetahuan perawat Waktu Kategori Pengetahuan Total %


Pelatihan Baik % Kurang %
menurut lama kerja. < 2 6 25.0% 13 54.2% 19 39.6
tahun %
Tabel 5. Distribusi Gambaran
≥ 2 18 75.0% 11 45.8% 29 60.4
Pengetahuan Perawat menurut Lama
tahun %
Kerja di ruang Intensive Care RS.
Islam Jakarta Cempaka Putih Total 24 100% 24 100% 48 100%
tahun 2014

Lama Kategori Pengetahuan Tot % Berdasarkan tabel 6. terlihat bahwa


Kerja Baik % Kurang % al
responden yang berpengetahuan baik adalah
<1 0 0% 7 29.2% 7 14.6
tahun % yang mengikuti pelatihan ≥2 tahun yang lalu
1-3 2 8.3% 2 8.3% 4 8.3%
tahun yaitu sebanyak 18 orang (75,0%).
3-5 2 8.3% 1 4.2% 3 6.2%
tahun Sedangkan responden yang berpengetahuan
>5 20 83.3 14 58.3% 34 70.8
tahun % % kurang adalah yang mengikuti pelatihan <2
Total 24 100% 24 100% 48 100%

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


6

tahun yang lalu yaitu sebanyak 13 orang pengalaman kerja sebagai perawat di Ruang
(54,2%). Intensive Care yaitu >5 tahun sebanyak 34
orang (70,8%), lalu urutan kedua
Pembahasan pengalaman kerja perawat <1 tahun
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 7 orang (14,6 %), lalu urutan
responden terbanyak memiliki pendidikan ketiga pengalaman kerja perawat 1 – 3 tahun
diploma 3 keperawatan sebanyak 46 orang sebanyak 4 orang (8,3 %), dan yang terakhir
(95,8%) dan pendidikan Sarjana adalah pengalaman kerja 3 – 5 tahun
keperawatan yaitu sebanyak 2 orang (4,2 sebanyak 3 orang (6,3 %). Sebagian besar
%). Dengan demikian jumlah tingkat perawat yang bekerja di Ruang Intensive
pendidikan responden lebih banyak Care Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Diploma III dibandingkan dengan Putih memiliki masa kerja lebih dari 5
pendidikan Sarjana Keperawatan. tahun.

Menurut Martin (2002), yang senada dengan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa Inayatullah (2014) yang bertujuan untuk
perawat perlu memiliki pengetahuan, mengetahui hubungan antara tingkat
keterampilan dan pengalaman untuk pendidikan dengan tingkat pengetahuan
memberikan intervensi yang sesuai dan tepat perawat tentang asuhan keperawatan dengan
waktu. Semakin tinggi pendidikan pedoman NANDA, NIC dan NOC diketahui
seseorang, semakin mudah orang tersebut bahwa masa kerja yang mempunyai
menerima informasi, dan semakin banyak prosentase terbanyak adalah responden
pula pengetahuan yang didapat mengenai dengan masa kerja kurang dari 3 tahun yaitu
kesehatan. Pengetahuan sangat erat berjumlah 32 orang. Dan masa kerja yang
kaitannya dengan pendidikan. Maka cukup lama antara 7-13 tahun hanya sedikit
seseorang yang memiliki pendidikan lebih jika dijumlahkan, yaitu hanya 8 orang
tinggi diharapkan akan semakin luas pula responden. Semakin lama perawat bekerja
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). semakin banyak kasus yang ditanganinya
sehingga semakin meningkat
Berdasarkan hasil analisis univariat terlihat pengalamannya, sebaliknya semakin singkat
bahwa mayoritas responden memiliki orang bekerja maka semakin sedikit kasus

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


7

yang ditanganinya. Pengalaman kerja adalah lebih baik dibandingkan tenaga


banyak memberikan keahlian dan kesehatan yang tidak terlatih (Roshana,
keterampilan kerja (Sastrohadiwiryo, 2002). 2012).
Menurut peneliti masa kerja berpengaruh
terhadap pengetahuan dan pengalaman Berdasarkan hasil analisis univariat terlihat
klinik dari seorang perawat. bahwa perawat yang menjadi responden
yang pernah mengikuti pelatihan Bantuan
Berdasarkan hasil pelatihan diketahui dari Hidup Dasar <2tahun sebanyak 19 orang
total 48 responden perawat yang didapatkan, (39,6%). Dan urutan kedua adalah perawat
seluruh perawat (100%) di Ruang Intensive yang mengikuti pelatihan ≥2 tahun yang lalu
Care yaitu Ruang ICU, ICCU dan HCU sebanyak 29 orang (60,4%). Melalui data ini
sudah pernah mengikuti pelatihan Bantuan diketahui bahwa semua perawat yang
Hidup Dasar. bekerja di Ruang Intensive Care yaitu ruang
ICU, ICCU dan HCU Rumah Sakit Islam
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Jakarta Cempaka Putih pernah mengikuti
Roshana (2012) yang bertujuan untuk pelatihan Bantuan Hidup Dasar. Dan hampir
mengetahui pengetahuan dan sikap dokter sebagian perawat mengikuti pelatihan dalam
serta paramedis tentang pemberian Bantuan kurun waktu lebih dari 2 tahun yang lalu.
Hidup Dasar didapatkan kesimpulan bahwa
Pelatihan RJP secara signifikan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
mempengaruhi pengetahuan peserta Roshana (2012) yang bertujuan untuk
mengenai pemberian Bantuan Hidup Dasar. mengetahui pengetahuan dan sikap dokter
Mereka yang telah mendapatkan beberapa serta paramedis tentang pemberian Bantuan
pelatihan RJP dalam kurun waktu 5 tahun Hidup Dasar didapatkan kesimpulan bahwa
memperoleh skor tertinggi 8.62 ± 2.49, Rerata skor pengetahuan secara signifikan
sedangkan mereka yang mendapatkan berbeda dalam kategori staf yang berbeda
pelatihan > 5 tahun yang lalu dan tanpa (vs dokter gigi/staf fakultas, P<0,001; dokter
pelatihan memperoleh skor rata-rata masing- gigi/staf fakultas vs cleaning services, P<
masing 5.54 ± 2.38 dan 6.1 ± 2.29. Dari 0,001; dokter gigi/staf fakultas vs perawat,
hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa P=0,007). Ini berarti skor pengetahuan yang
pengetahuan tenaga kesehatan yang terlatih signifikan lebih tinggi pada mereka yang

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


8

telah mengikuti pelatihan BHD dalam waktu pelatihan Bantuan Hidup Dasar secara
5 tahun belakangan dibandingkan dengan berkala sangat dibutuhkan oleh perawat
mereka yang mengikuti pelatihan lebih dari untuk meningkatkan pengetahuan serta
5 tahun yang lalu dan mereka yang tidak keterampilan dalam memberikan intervensi
memiliki pelatihan sama sekali (tidak ada yang tepat bagi pasien yang mengalami
pelatihan vs pelatihan <5 tahun, P<0,001; henti jantung.
pelatihan <5 tahun vs Pelatihan >5 tahun P
=0,001). Peserta yang mengikuti pelatihan Referensi
BHD secara teratur memiliki skor median Aziz, A., (2005). Pengaruh Pelatihan Dokumentasi
signifikan lebih tinggi daripada mereka yang Asuhan Keperawatan Terhadap Motivasi dan
Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum
jarang mengikuti atau tidak pernah Daerah Undata Palu. Tesis. Yogyakarta :
Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
mengikuti pelatihan BHD sama sekali (P =
AHA, (2010). Guideline for Cardiopulmonary
<0.001) (Roshana, 2012). Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Dallas, USA: AHA.

Kesimpulan Alkatiri, J. (2007). Resusitasi Jantung Paru: Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta:
Gambaran karakteristik responden terdiri EGC.

dari karakteristik pendidikan responden Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian. Jakarta:


Bina Aksara.
terbanyak 46 orang berpendidikan diploma
Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner
III keperawatan. Pengalaman kerja dengan Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian
responden terbanyak yaitu >5 tahun Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

sebanyak 34 orang dan yang sudah Brown, T.B. (2006). Relationship Between
Knowledge of Cardiopulmonary Resuscitation
mendapatkan pelatihan tentang Bantuan Guidelines and Performance. USA: AJCC.

Hidup Dasar sebanyak 48 orang dan Burret, B. (2004). The Use of Basic Life Support
Skills by Hospital Staff. RUSA: AJCC.
kebanyakan responden mendapatkan
pelatihan dalam kurun waktu >2 tahun yang Dahlan S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
lalu sebanyak 29 orang. Gambaran
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
pengetahuan responden terdiri dari 48 Jakarta: Pusat Bahasa.

responden perawat, sebagian yaitu sebanyak Diklat, AGD. (2010). Diklat Ambulans Gawat
Darurat 118. Jakarta: Dinkes.
24 orang berpengetahuan baik, dan
sebagian lagi yaitu sebanyak 24 orang Inayatullah, I. (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
berpengetahuan kurang. Dengan demikian, Tentang Asuhan Keperawatan Dengan
Pedoman NANDA NOC dan NIC di Rumah

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014


9

Sakit Umum Daerah Ajibarang. Purwokerto: Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku
Universitas Jendral Soedirman. Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Josipovic, P. (2008). Basic Life Support Knowledge Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian
of Undergraduate Nursing and Chiropractic Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Students. Victoria: RMIT University.
Parrillo, J.E. (2014). Critical Care Medicine 4th
Kelana, K.D. (2011). Metodologi penelitian Edition; Principles of Diagnosis and Management in
keperawatan: Panduan melaksanakan dan Adult. New Jersey: Elsevier Saunders.
menerapkan hasil penelitian. Jakarta: CV. Roshana, S. (2012). Basic Life Support: Knowledge
Trans Info Media. and Attitude of Medical and Paramedical
Professionals. Nepal: World J Emerg Med.
Kemenkes. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Roger, V.L. (2011). Heart disease and stroke
Kesehatan Kemenkes. statistics – 2011 update: a report from the
American Heart Association. Circulation.
Llagas, M.I. (2008). The Effect of Health Education 2011;123(4):e18–209. USA: Journals of AHA.
on Basic Life Support And Bandaging on the
Knowledge and Skill of Barangay Health Sastrohadiwiryo, S. (2002). Manajemen Tenaga
Workers in Sergio Osmena Zamboanga Del Kerja Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Norte. Zamboanga: Associate Dean for
Research Ateneo de Zamboanga University. Sawyer et al. (2012). Therapeutic Hypothermia After
Cardiac Arrest Clinical Application and
Lundbye, J.B et al. (2012). Therapeutic Hypothermia Management. New York: Springer.
After Cardiac Arrest Clinical Application and
Management. New York: Springer. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Martin, C. (2002). The Theory of Critical Thinking of
Nursing. Nursing Education perspectives. New
York: Springer.

Nichol, G. (2008). Regional variation in out-of-


hospital cardiac arrest incidence and outcome.
JAMA: 300(12):1423–31.

Pengetahuan perawat tentang..., Aam Citrida Pramita, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai