Jurnalll BHD
Jurnalll BHD
1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder
Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424
2. Departemen Keperawatan Medikal Bedah (KMB) FIK UI, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder
Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424
E-mail: aam_citrida@yahoo.co.id
Abstrak
Henti jantung adalah manifestasi umum yang paling fatal dari penyakit kardiovaskular dan menempati peringkat
pertama dari penyebab kematian di seluruh dunia. Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan bekal mendasar untuk
menyelamatkan jiwa seseorang ketika terjadi henti jantung. Pengetahuan yang tepat tentang pemberian BHD sangat
diperlukan bagi semua perawat untuk dapat mengidenfikasi serta memberikan pertolongan kepada pasien-pasien
yang mengalami henti jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang
pemberian bantuan hidup dasar pada pasien henti jantung. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian
deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan cara total sampling yaitu berjumlah 48 perawat yang
bekerja di ruang Intensive Care. Dari hasil uji statistik univariat didapatkan bahwa pengetahuan perawat tentang
pemberian Bantuan Hidup Dasar pada pasien henti jantung di ruang Intensive Care yaitu sebanyak 24 perawat (50
%) memiliki pengetahuan yang baik dan sebanyak 24 perawat (50 %) memiliki pengetahuan yang kurang.
Kata kunci:
Henti jantung, bantuan hidup dasar, resusitasi jantung paru
Abstract
Cardiac arrest is the most common fatal manifestation of cardiovascular disease and is ranked first of the cause of
death worldwide. Basic Life Support (BLS) is a fundamental provision to save lives in the event of cardiac arrest.
Proper knowledge about the provision of BLS is necessary for all nurses to identify and provide right intervention to
patients who suffered cardiac arrest. This study aimed to describe nurses' knowledge regarding the provision of
basic life support in patients with cardiac arrest. The design of this study used a descriptive research design.. The
sampling technique used the total sampling which amounted to 48 nurses working in Intensive Care Unit. From the
results of univariate statistical tests showed that nurse’s knowledge about the provision of basic life support for
cardiac arrest patients in the Intensive Care Unit as many as 24 nurses (50%) had good knowledge and as many as
24 nurses (50%) had less knowledge.
Keywords:
Cardiac arrest, basic life support, cardiopulmonary resuscitation
henti jantung disebabkan oleh aritmia mengalami henti jantung dan kemudian
ventikel. Seperti, ventrikel fibrilasi (VF) mengaktivasi sistem tanggap darurat,
atau ventrikel takikardia (VT), sedangkan melakukan resusitasi jantung paru, dan
sisanya dapat dikaitkan dengan perubahan mempersiapkan defibrilator pada saat
irama jantung lainnya seperti asistol dan dibutuhkan (AHA, 2010).
pulseless electrical activity (PEA) (Parrillo,
2014). Penelitian di Nepal yang dilakukan tahun
2012 mengenai pengetahuan dan sikap
Berdasarkan data statistik WHO tahun 2012, tenaga kesehatan profesional tentang
penyebab dari kematian mendadak di pemberian bantuan hidup dasar didapatkan
seluruh dunia sangat bervariasi (Sawyer, bahwa partisipan pelatihan memiliki
2012). Menurut WHO, 17,5 juta (30%) dari pengetahuan yang kurang tentang tindakan
58 juta kematian di dunia, disebabkan oleh Resusitasi Jantung Paru yang benar.
penyakit jantung dan pembuluh darah pada Meskipun 52% dari peserta menjawab >7
tahun 2005. Dari seluruh angka tersebut, dari 15 pertanyaan, hanya 7,4% (n = 9) dari
penyebab kematian antara lain disebabkan mereka yang bisa menjawab 75%
oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk), pertanyaan yang benar. Dalam penelitian
stroke (5,7 juta penduduk), dan selebihnya ini, hanya satu pertanyaan yang dijawab
disebabkan oleh penyakit jantung dan secara benar oleh 96,7% dari total seluruh
pembuluh darah (4,2 juta penduduk) peserta, sedangkan 11 pertanyaan dijawab
(Riskesdas, 2007). Di Eropa dan Amerika dijawab secara benar oleh <50% dari
Serikat, penyakit jantung adalah penyebab mereka. Dapat dikatakan bahwa pelatihan
utama yang mengakibatkan henti jantung BHD secara signifikan mempengaruhi
pada orang dewasa (Lundbye, 2012). pengetahuan peserta. Peserta yang telah
menerima beberapa pelatihan BHD dalam
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan waktu kurun waktu 5 tahun belakangan ini,
bekal mendasar untuk menyelamatkan jiwa memperoleh skor rata-rata tertinggi dari 8,62
seseorang ketika terjadi henti jantung. Aspek ± 2,49, sedangkan mereka yang
fundamental dalam pemberian bantuan mendapatkan pelatihan >5 tahun yang lalu
hidup dasar diantaranya adalah kemampuan dan tanpa pelatihan memperoleh skor rata-
mengidentifikasi korban yang tiba-tiba
rata 5,54 ± 2,38 dan 6,1 ± 2,29 masing- mengenai kedalaman kompresi pada saat
masing (Roshana, 2012). melakukan Resusitasi Jantung Paru, hanya 1
(10 %) perawat yang mampu menjawab
Kualitas pendidikan penolong dan frekuensi pertanyaan secara benar sesuai dengan
pelatihan merupakan faktor penting dalam panduan BLS yang dikeluarkan AHA
meningkatkan efektivitas resusitasi. Idealnya (2010). Dan sisa 9 (90%) perawat tidak
interval pelatihan ulang tidak harus dibatasi mampu menjawab secara benar. Keadaan ini
sampai 2 tahun. Frekuensi pelatihan ulang merupakan fenomena yang bisa menjadi
yang lebih sering, sangat dibutuhkan untuk indikasi bahwa pengetahuan perawat tentang
mengasah keterampilan. Tindakan resusitasi BHD belum merata dan masih minim.
pada dasarnya dilakukan tidak hanya oleh
satu orang penolong saja, melainkan Metode
membutuhkan kerjasama tim. Karena itu Desain penelitian yang digunakan adalah
setiap penolong harus mampu bekerja sama desain penelitian deskriptif yaitu suatu
untuk meminimalkan kesalahan khususnya metode penelitian yang dilakukan dengan
dampak kesalahan pada saat melakukan tujuan untuk membuat gambaran atau
kompresi dada. Kerjasama tim serta deskripsi tentang suatu keadaan secara
kemampuan kepemimpinan menjadi sangat objektif. Metode ini digunakan untuk
penting, terutama untuk penolong ACLS dan menjawab permasalahan yang sedang
PALS. Program resusitasi berbasis rumah dihadapi pada situasi saat ini (Notoatmojo,
sakit harus sistematis untuk memonitor 2010). Melalui metode ini, peneliti ingin
indikasi terjadinya henti jantung. Siklus mengetahui gambaran pengetahuan perawat
pemberian bantuan hidup dasar, interpretasi tentang pemberian bantuan hidup dasar pada
masalah, umpan balik, serta kualitas pasien henti jantung di Ruang Intensive
penolong sangat dibutuhkan untuk Care Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
mengoptimalkan perawatan dan tindakan Putih. Pengambilan sampel dilakukan
resusitasi yang tepat (AHA, 2010). dengan cara total sampling yaitu
menyebarkan kuisioner kepada seluruh
Dari hasil wawancara dengan 10 perawat perawat di Ruang ICU, ICCU dan HCU.
yang bekerja di berbagai unit kerja di
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta
tahun yang lalu yaitu sebanyak 13 orang pengalaman kerja sebagai perawat di Ruang
(54,2%). Intensive Care yaitu >5 tahun sebanyak 34
orang (70,8%), lalu urutan kedua
Pembahasan pengalaman kerja perawat <1 tahun
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 7 orang (14,6 %), lalu urutan
responden terbanyak memiliki pendidikan ketiga pengalaman kerja perawat 1 – 3 tahun
diploma 3 keperawatan sebanyak 46 orang sebanyak 4 orang (8,3 %), dan yang terakhir
(95,8%) dan pendidikan Sarjana adalah pengalaman kerja 3 – 5 tahun
keperawatan yaitu sebanyak 2 orang (4,2 sebanyak 3 orang (6,3 %). Sebagian besar
%). Dengan demikian jumlah tingkat perawat yang bekerja di Ruang Intensive
pendidikan responden lebih banyak Care Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Diploma III dibandingkan dengan Putih memiliki masa kerja lebih dari 5
pendidikan Sarjana Keperawatan. tahun.
Menurut Martin (2002), yang senada dengan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa Inayatullah (2014) yang bertujuan untuk
perawat perlu memiliki pengetahuan, mengetahui hubungan antara tingkat
keterampilan dan pengalaman untuk pendidikan dengan tingkat pengetahuan
memberikan intervensi yang sesuai dan tepat perawat tentang asuhan keperawatan dengan
waktu. Semakin tinggi pendidikan pedoman NANDA, NIC dan NOC diketahui
seseorang, semakin mudah orang tersebut bahwa masa kerja yang mempunyai
menerima informasi, dan semakin banyak prosentase terbanyak adalah responden
pula pengetahuan yang didapat mengenai dengan masa kerja kurang dari 3 tahun yaitu
kesehatan. Pengetahuan sangat erat berjumlah 32 orang. Dan masa kerja yang
kaitannya dengan pendidikan. Maka cukup lama antara 7-13 tahun hanya sedikit
seseorang yang memiliki pendidikan lebih jika dijumlahkan, yaitu hanya 8 orang
tinggi diharapkan akan semakin luas pula responden. Semakin lama perawat bekerja
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). semakin banyak kasus yang ditanganinya
sehingga semakin meningkat
Berdasarkan hasil analisis univariat terlihat pengalamannya, sebaliknya semakin singkat
bahwa mayoritas responden memiliki orang bekerja maka semakin sedikit kasus
telah mengikuti pelatihan BHD dalam waktu pelatihan Bantuan Hidup Dasar secara
5 tahun belakangan dibandingkan dengan berkala sangat dibutuhkan oleh perawat
mereka yang mengikuti pelatihan lebih dari untuk meningkatkan pengetahuan serta
5 tahun yang lalu dan mereka yang tidak keterampilan dalam memberikan intervensi
memiliki pelatihan sama sekali (tidak ada yang tepat bagi pasien yang mengalami
pelatihan vs pelatihan <5 tahun, P<0,001; henti jantung.
pelatihan <5 tahun vs Pelatihan >5 tahun P
=0,001). Peserta yang mengikuti pelatihan Referensi
BHD secara teratur memiliki skor median Aziz, A., (2005). Pengaruh Pelatihan Dokumentasi
signifikan lebih tinggi daripada mereka yang Asuhan Keperawatan Terhadap Motivasi dan
Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum
jarang mengikuti atau tidak pernah Daerah Undata Palu. Tesis. Yogyakarta :
Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
mengikuti pelatihan BHD sama sekali (P =
AHA, (2010). Guideline for Cardiopulmonary
<0.001) (Roshana, 2012). Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Dallas, USA: AHA.
sebanyak 34 orang dan yang sudah Brown, T.B. (2006). Relationship Between
Knowledge of Cardiopulmonary Resuscitation
mendapatkan pelatihan tentang Bantuan Guidelines and Performance. USA: AJCC.
Hidup Dasar sebanyak 48 orang dan Burret, B. (2004). The Use of Basic Life Support
Skills by Hospital Staff. RUSA: AJCC.
kebanyakan responden mendapatkan
pelatihan dalam kurun waktu >2 tahun yang Dahlan S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
lalu sebanyak 29 orang. Gambaran
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
pengetahuan responden terdiri dari 48 Jakarta: Pusat Bahasa.
responden perawat, sebagian yaitu sebanyak Diklat, AGD. (2010). Diklat Ambulans Gawat
Darurat 118. Jakarta: Dinkes.
24 orang berpengetahuan baik, dan
sebagian lagi yaitu sebanyak 24 orang Inayatullah, I. (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Pengetahuan Perawat
berpengetahuan kurang. Dengan demikian, Tentang Asuhan Keperawatan Dengan
Pedoman NANDA NOC dan NIC di Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang. Purwokerto: Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku
Universitas Jendral Soedirman. Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Josipovic, P. (2008). Basic Life Support Knowledge Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian
of Undergraduate Nursing and Chiropractic Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Students. Victoria: RMIT University.
Parrillo, J.E. (2014). Critical Care Medicine 4th
Kelana, K.D. (2011). Metodologi penelitian Edition; Principles of Diagnosis and Management in
keperawatan: Panduan melaksanakan dan Adult. New Jersey: Elsevier Saunders.
menerapkan hasil penelitian. Jakarta: CV. Roshana, S. (2012). Basic Life Support: Knowledge
Trans Info Media. and Attitude of Medical and Paramedical
Professionals. Nepal: World J Emerg Med.
Kemenkes. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Roger, V.L. (2011). Heart disease and stroke
Kesehatan Kemenkes. statistics – 2011 update: a report from the
American Heart Association. Circulation.
Llagas, M.I. (2008). The Effect of Health Education 2011;123(4):e18–209. USA: Journals of AHA.
on Basic Life Support And Bandaging on the
Knowledge and Skill of Barangay Health Sastrohadiwiryo, S. (2002). Manajemen Tenaga
Workers in Sergio Osmena Zamboanga Del Kerja Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Norte. Zamboanga: Associate Dean for
Research Ateneo de Zamboanga University. Sawyer et al. (2012). Therapeutic Hypothermia After
Cardiac Arrest Clinical Application and
Lundbye, J.B et al. (2012). Therapeutic Hypothermia Management. New York: Springer.
After Cardiac Arrest Clinical Application and
Management. New York: Springer. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Martin, C. (2002). The Theory of Critical Thinking of
Nursing. Nursing Education perspectives. New
York: Springer.