Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani,
2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi
yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan
kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya
peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
B. ETIOLOGI

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan
CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau


infeksi intrauterine meliputi :
a. Stenosis aquaductus sylvi
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Syndrom Dandy-Walker
d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a. Infeksi : Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis
dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
b. Neoplasma : Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya
suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan : Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono :

1. Sebab-sebab Prenatal

Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas


terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah
lahir. Seabb-sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan
sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien
banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan
sebagai hidrosefalus idiopatik.

2. Sebab-sebab Postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor
serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor
lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di daerah
mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn
kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor
berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur,
cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan
hidrosefalus akibat dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang
terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan karena keikutsertaan
adanya kerusakan jaringan otak
d.  Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase
vena pada basis krani, trombosis jugularis.

Sedangkan hidrosefalus pada dewasa, dapat disebabkan oleh karena


perdarahan subaraknoid (selaput yang paling dalam), trauma kepala, infeksi
(toxoplasmosis, citomegalovirus, staphylococcus aureus, stapphylococcus
epidermidis), tumor, pembedahan bagian belakang dari tengkorak atau otak
kecil, idiopatik (tak diketahui sebabnya), dan kongenital. sumbatan gangguan
penumpukan cairan otak yang disebabkan oleh riwayat perdarahan di bawah
selaput otak (subaraknoid). Setelah perdarahan, terjadi perlengketan di selaput
otak. Hal itu yang menyebabkan gangguan penyerapan cairan otak. Selain itu
penyebab tersering lainnya adalah tumor otak dan infeksi (Eko Prasetyo,
2004).

C. Manifestasi klinis
1. Pembesaran kepala.
2. Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala, oedema
papil.
3. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang supraorbital.
4. Gangguan keasadaran, kejang.
5. Gangguan sensorik.
6. Penurunan dan hilangnya kemampuan akrivitas.
7. Perubahan pupil dilatasi.
8. Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus menurun).
9. Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi,/
hipotermi).
10. Penurunan kemampuan berpikir.
Hidrosefalus pada dewasa gejalanya antara lain sakit kepala, kesadaran
menurun, kejang, kelemahan saraf, inkontinensia urin (sulit menahan buang
air kecil), mencong mulut, nyeri kepala diikuti gejala muntah, dan gangguan
penglihatan. Bahkan bila hidrosefalus dewasa tidak segera diatasi bisa sampai
menyebabkan kebutaan. Bila pasien hidrosefalus sudah buta tidak bisa
mengembalikan penglihatannya lagi dan bila kesadaran penderita hidrosefalus
menurun bisa meninggal (Eko Prasetyo, 2004).
D. PATOFISIOLOGI
CSS dibentuk di dalam system ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus
koroideus. Masing-masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus
koroideus, yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian
tengahnya mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan
dibentuk melalui sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkonroid, tetapi
aspek pembentukan cairan ini masih belum diketahui sebelumnya.
Sistem ventrikel terdiri atas sepasang ventrikel lateral, masing-masing
dihubungkan oleh akuaduktus Sylvii ke ventrikel keempat tunggal yang terletak di
garis tengah dan memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen Luschka di
sebelah lateral  dan sebuah foramen magendie di tengah. Lubang-lubang ini
berjalan menuju ke sebuah system yang saling berhubungan dan ruang
subaraknoid yang mengalami pembesaran fokal dan disebut sisterna.
Sisterna pada fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid diatas
konveksitas serebrum melalui jalur yang melintasi tentorium. Ruang subaraknoid
spinalis berhubungan dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna
basalis.
Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga
kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang
subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat
terjadinya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik.
Sebagian besar penyerapan CSS terjadi melalui vilus araknoidalis dan masuk
kedalam saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga diserap melintasi lapisan
ependim system ventrikel dan di ruang subaraknoid spinalis.
Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang 25
% nya terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar
20 mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai
empat kali sehari.
E. PATHWAY

Kelainan Infeks Neoplasma Perdarahan


kongenital i

Radang hydorcephalus Fibrosis

jaringan leptomeningns
Obstruksi salah
satu tempat Obstruksi tempat Obtruksi oleh
pembentukan pembentukan/penyerapan perdarahan
ventrikel III/IV
Jumlah cairan
Peningkatan
Hydrocephalus dalam ruang sub
jumlah cairan
nonkomunikas
serebrospinal

Pembesaran relatif Peningkatan Tindakan


kepala TIK pembedahan

Kesulita Terpasang shunt


Herniasi falk serebri Penekanan pada
n
saraf optikus
Kerusaka Kompresi Adanya port de
Penekana
n batang otak papiledema entry dan benda
n total
mobilitas asing masuk
Risiko
Gangguan Depresi saraf Disfungsi persepsi
infeksi
integritas kardiovaskular dan visual spasial
Respon
kulit pernapasan
Gangguan inflamasi

persepsi sensori hipertemi

Penurunan Otak semakin tertekan Kerusakan fungsi

kesadaran kognitif dan

Koping keluarga tidak efektif Hipotalamus semakin psikomotroik


Defisit perawatan
tertekan
diri

Pembuluh darah kejang Mual muntah Saraf pusat semakin


tertekan tertekan

Aliran darah Risiko cedera Penurunan BB Kesadaran Sakit


menurun menurun kepala

Perfusi jaringan Kebutuhan nutrisi Penuruna Nyeri akut


serebral tidak kurang dari n
efektif kebutuhan tubuh kesadara
F. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abs
es otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian

G. Pemeriksaan penunjang
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, yaitu :
1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya


pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.
2. Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan
ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar
1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua
garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.Tetapi jika hidrosefalus
telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan
bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat
sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki
fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran
dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih
besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal
dari daerah sumbatan.
Gambar 1 . CT Scan hidrosefalus
7. MRI Kepala
MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail
dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

Gambar 2 . MRI hidrosefalus


H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar
keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas
fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan
Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi
sewaktu lahir.
2.  Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada
umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid
dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol.
Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang
memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa
pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3.  Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat
absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan
pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang
disebut :
a.  Ventrikulo Peritorial Shunt
b.  Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian
pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan
(misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan
biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal
dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan
raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh
untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi,
obstruksi, atau dislokasi.
4.  Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) Mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan,
pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a.  Inspeksi :
o Anak dapat melihat keatas atau tidak.
o Pembesaran kepala.
o Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b.   Palpasi
o Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
o Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c.   Pemeriksaan Mata
o Akomodasi.
o Gerakan bola mata.
o Luas lapang pandang
o Konvergensi.
o Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas.
o Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
o Peningkatan sistole tekanan darah.
o Penurunan nadi / Bradicardia.
o Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
o Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
o Opthalmoscopy : Edema Pupil.
o CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan
nalisisi komputer.-
o Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
5. Diagnosa
1. Perfusi jaringan tidak efektif: serebral b.d peningkatan tekanan
intrakranial, hipervolemia.
2. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pusat persepsi sensori.
3. Kerusakan intregritas kulit b.d penurunan mobilitas fisik, defisiensi
sirkulasi.
4. Resiko defisit volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia.
5. Perubahan proses keluarga b.d perubahan status kesehatan anggota
keluarga.
6. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit, perawatan, komplikasi
b.d kurang informasi.
6. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATA
NO
N/ MASALAH NOC NIC
KOLABORASI
1. Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1. Kaji status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda
tidak efektif: 3 x 24 jam diharapkan perfusi jaringan serebral peningkatan tekana intrakranial, terutama GCS.
serebral b.d efektif dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda vital:TD, nadi, respirasi, suhu, minimal tiap
peningkatan 1. Terpeliharanya status neurologis. 15 menit sampai keadaan pasien stabil.
tekanan 2. Tanda vital stabil. 3. Monitor tingkat kesadaran, sikap reflek, fungsi motorik, sensorik
intrakranial, tiap 1-2 jam.
hipervolemia. 4. Naikkan kepala dengan sudut 15-450, tanpa bantal (tidak
hiperekstensi atau fleksi) dan posisi netral (posisi kepala sampai
lumbal ada dalam garis lurus).
5. Anjurkan anak dan orang tua untuk mengurangi aktivitas yang
dapat menaikkan tekanan intrakranial atau intraabdominal, misal:
mengejan saat BAB, menarik nafas, membalikkan badan, batuk.
6. Monitor tanda kenaikan tekanan intrakranial, misalnya: iritabilitas,
tangis, sakit kepala, mual muntah.
7. Monitor intake output cairan setiap hari.

2. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


1. Kaji tingkat kesadaran dan respon.
sensori b.d 3x 24 jam, diharapkan persepsi sensori 2. Ukur vital sign, status neurologis.
gangguan pusat meningkat, dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial seperti
persepsi sensori. 1. Tanda vital normal, Orientasi baik, GCS lebih iritabilitas, tangis melengking, sakit kepala, mual muntah.
dari 13, Tekanan intrakranial <10 mmHg. 4. Ukur lingkar kepala dengan meteran/ midline.
2. Refleks fisiologis (+). Refleks patologis (-). 5. Lakukan terapi auditori dan stimuli taktil.

3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pressure Management


intregritas kulit b.d 3x 24 jam, diharapkan kerusakan intregitas kulit 1. Monitor kondisi fontanella mayor tiap 4 jam.
penurunan dapat teratasi, dengan kriteria hasil: 2. Ubah posisi tiap 2 jam, pertimbangkan perubahan posisi kepala
mobilitas fisik,
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan tiap 1 jam.
defisiensi sirkulasi. (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
3. Gunakan lotion atau minyak dan lindungi posisi daerah kepala dari
pigmentasi) penekanan.
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Letakkan kepala pada bantal karet atau gunakan water bed jika
3. Perfusi jaringan baik perlu.
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses 5. Gunakan penggantian alat tenun dari bahan yang lembut.
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera 6. Stimuli daerah kepala setiap perubahan posisi.
berulang 7. Pertahankan nutrisi sesuai program terapi.
5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan 8. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
kelembaban kulit dan perawatan alami
4. Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor intake output makanan dan cairan.
volume cairan b.d 3x 24 jam, diharapkan tidak terjadi deficit 2. Ukur dan observasi tanda vital.
mual, muntah, volume cairan, dengan kriteria hasil: 3. Catat jumlah, frekuensi dan karakter muntah.
anoreksia. 1. Hidrasi adekuat, Turgor kulit baik, Membran 4. Timbang BB tiap hari.
mukosa lembab, Tanda vital normal. 5. Kaji tanda-tanda dehidrasi.
2. Urin output 0,5-1 cc/ kgBB/ jam.
5. Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Beri kesempatan pada keluarga atau orang tua untuk
keluarga b.d 3x 24 jam, diharapkan perubahan proses mendiskusikan masalah.
perubahan status keluarga dapat efektif, dengan kriteria hasil: 2. Beri dorongan sikap penerimaan terhadap anak (misal dipeluk,
kesehatan anggota1. Keluarga partisipasi dalam perawatan dan berbicara dan menyenangkan anak).
keluarga. pengobatan. 3. Bantu orang tua untuk ikut merawat anaknya, libatkan orang tua
2. Keluarga memberikan sentuhan, perasaan senang sebanyak mungkin.
dan bicara pada anaknya. 4. Jelaskan setiap prosedur perawatan dan pengobatan.
3. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku 5. Dorong sikap positif dari orang tua, beri penjelasan tentang sifat
negatif dan cara mengatasinya. negatif.
6. Diskusikan sikap yang mengindikasikan frustasi, ajarkan cara
menyelesaikan masalah dengan strategi koping yang baru.
7. Hubungi konsultan jika perlu.

6. Kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan, kehadiran perawat
pengetahuan orang 3x 24 jam, diharapkan pengetahuan keluarga diperlukan bila ada informasi oleh team kesehatan lain untuk
tua tentang tentang penyakit efektif, dengan kriteria hasil: memperkuat penjelasan.
penyakit, 1. Ungkapkan pengertian rencana perawatan. 2. Beri dorongan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan
perawatan, Menerima kenyataan terhadap anaknya. dan harapan dan partisipasi dalam perawatan anaknya dengan
komplikasi b.d
2. Demonstrasikan perawatan yang diperlukan. perasaan yang menyenangkan.
kurang informasi. 3. Mengetahui tanda infeksi dan peningkatan 3. Bantu orang tua untuk dapat menerima kenyataan tentang
tekanan intrakranial. perubahan dan perkembangan anaknya.
4. Menjelaskan pengobatan yang diberikan, minum 4. Yakinkan orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang dan
obat sesuai rencana dan mengerti efek samping. keamanan.
5. Demonstrasikan perawatan yang diperlukan (bagaimana mengecek
fungsi shunt, posisi anak), berikan kesempatan untuk mengulang.
6. Beri penjelasan tentang pengobatan.
7. Berikan dafatar nomor telepon team kesehatan untuk dapat
digunakan bila muncul masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Hartatik, S. 2014. Laporan Pendahuluan Hidrosepalus, (online),


(http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-
hidrosefalus.html#.V8K_dzUlmqk), di akses pada minggu 28 agustus 2016
Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby

Meidian, JM. (2006). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus, (online),


(http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html), di akses
pada tanggal 28 Agustus 20126

Nanda. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis & NANDA.


Jogjakarta: Mediaction

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses


penyakit,Jakarta;EGC.

Saharso. 2008. Hydrocephalus, (online), (http://www.pediatrik.com/isi03.php?


page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-
sykj201.htm), di akses pada tanggal 28 Agustus 20126

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol,


2005 ; 247 : 5-14

Anda mungkin juga menyukai