Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran

serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali

sehari dengan atau tanpa lendir darah (Aziz, 2014). Diare dapat juga

didefenisikan suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

gerak lebih dari biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Eva

Meliana, 2015).

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Semua

kelompok usia dapat di serang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan

kematian yang tinggi terutama pada bayi dan anak balita. Di negara

berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kesakitan diare

pertahun tapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kesakitan diare

pertahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare

(Soebagyo, 2015).

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tinggi angka

kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada

balita.Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung

meningkat. Angka kesakitan diare pada tahun 2015 yaitu 423 per 1.000

1
penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian

277 (CFR 2,52 %). Di Indonesia di laporkan terdapat sampai 2 kesakitan

diare per tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan

kesakitan diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian

sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan

oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari

18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440 balita,

dan kesakitan diare pada balita yaitu 1,3 episode kesakitan diare per tahun

(Soebagyo,2015).

Pada tahun 2011 di Kabupaten Lombok Tengah terdapat 13.639

kasus diare atau sebesar 90,9 % dari jumlah kasus yang ditangani untuk

semua golongan umur dan 3.788 terjadi pada golongan balita dan 3 balita

yang meninggal akibat diare. Di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2018

terdapat 2.293 kasus diare pada balita atau sebesar 15,7 %.

Berikut adalah hasil survey angka kesakitan akibat diare di wilayah

kerja puskesmas penujak :

No Desa Tahun Jumlah Persentase (%)


1 Batujai 2019 42 34,4
2 Setanggor 24 19,7
3 Tanak Rarang) 32 26,2
4 Bonder 24 19,7
Total 122 100
Tabel 1.1 : Hasil survei angka kesakitan diare di wilayah kerja Puskesmas Penujak

Berdasarkan penelitian sebelumya yang telah dilakukan diketahui

bahwa salah satu faktor yang ditengarai berkontribusi terhadap tinggginya

penyakit diare dengan berbagai tingkatan/gradasinya adalah belum

optimalnya pengetahuan tentang diare, sehingga banyak kasus diare yang

2
terjadi.Sebenarnya disebabkan karena kurang memadainya pengetahuan

orang tua/keluarga balita.Tentang tindakan-tindakan, apa saja yang

menurunkan insiden diare, sehingga diharapkan dengan pengetahuan

tersebut orang tua/keluarga dapat mengambil keputusan untuk

meminimalisir resiko-resiko atau hal-hal yang menyebabkan diare.

Ada hubungan negatif antara kejadian diare dengan tingkat

pendidikan ibu dan indeks kekayaan kuantil.Semakin tinggi pendidikan ibu

dan semakin tinggi indeks kekayaan kuantil rumah tangga, semakin rendah

prevalensi diare dan sumber air minum serta fasilitas kaakus.Terlihat bahwa

presentasi diare lebih rendah pada anak yang tinggal dirumah dengan

fasilitas kakus sendiri. Seperti yang tinggal dirumah tanpa akses air bersih,

yaitu yang memakai fasilitas kakus di sungai/kolam/danau, (Buletin jendela

data dan informasi kesehatan : situasi diare di Indonesia 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di

Desa Batu Jai pada tanggal 20 Agustus 2019 terhadap orang tua bayi yang

pernah terkena diare didapatkan hasil dari 20 responden bahwa ada 12 orang

yang tahu tentang pencegahan diare pada balita dan dari 20 responden ada

15 orang yang memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan penyakit diare

pada balita.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan penyakit

diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Penujak, Kabupaten Lombok

tengah.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan

pengetahuan dan sikap keluarga dengan penyakit diare pada balita ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga

dengan penyakit diare pada balita

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pencegahan

penyakit diare pada balita

2. Mengidentifikasi sikap keluarga tentang penyakit diare pada

balita

3. Mengidentifikasi pencegahan penyakit diare pada balita

4. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan keluarga dengan

pencegahan penyakit diare pada balita

5. Menganalisis hubungan sikap keluarga dengan pencegahan

penyakit diare pada balita

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan

dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan

keadaan yang ada dimasyarakat.

4
1.4.2 Bagi Keluarga

Untuk menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit

diare serta memberi informasi tentang pentingnya pencegahan diare

terhadap penurunan penyakit diare pada balita.

1.4.3 Bagi Puskesmas

Sebagai masukan tentang efektifnya keluarga balita dalam

melaksanakan pencegahan diare, sebagai masukan dalam menyusun

kegiatan untuk mencegah penyakit diare.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dipergunakan sebagai acuan atau studi banding dalam

penelitan mahasiswa selanjutnya tentang hubungan pengetahuan dan

sikap keluarga dengan penyakit diare pada balita.

1.5 Keaslian Penelitian

Judul Variabel Metode Hasil Perbedaan Persama


penelitian penelitian an
Hubungan Variabel Jenis penelitian Penelitian 1. Judul
tingkat indevenden: ini adalah membuktikan 2. Variabel
pengetahuan pengetahuan tentang kuantitatif bahwa tingkat 3. Metode
ibu tentang diare korelasional pengetahuan ibu penelitian
diare dengan Variabel devenden: dengan tentang diare 4. Tempat
perilaku perilaku pencegahan pendekatan sebagian besar penelitian
pencegahan diare cross sectional berada dalam
diare pada kategori cukup
balita (54,1%) dan
perilaku
pencegahan diare
dalam kategori
positif (77%)
Gambaran Variabel Jenis penelitian Penelitian 1. Judul Variabel
tingkat indevenden: ini adalah membuktikan 2. Metode
pengetahuan pengetahuan dan deskriftik bahwa pengetahuan penelitian
dan sikap ibu sikap (Azizalimul ibu terhadap angka 3. Tempat
terhadap Variabel devenden: 2007) kejadian diare pada penelitian
kejadian diare kejadian diare anak masih rendah,
(Asnidar 2015) hal ini terlihat pada
hasil kuesioner 80
responden terhadap
38 responden
(47%) yang

5
menjawab dengan
hasil kurang
Hubungan Variabel Jenis penelitian Penelitian 1. Judul
tugas indevenden: yang dilakukan membuktikan 2. Variabel
kesehatan 1. Kemampuan yaitu Analitik bahwa mayoritas 3. Metode
keluarga mengenal dengan responden penelitian
dengan masalah pendekatan memiliki 4. Tempat
pencegahan kesehatan cross sectional kemampuan penelitian
diare 2. Kemampuan (Notoatmodjo,2 mengenal masalah
membuat 008) kesehatan terhadap
keputusan pencegahan diare
tindakan dalam keluarga
kesehatan masih sudah
3. Kemampuan lumayan baik yaitu
member sebanyak 62 orang
perawatan pada (63,9%),
anggota selebihnya
keluarga yang berkategori kurang
sakit sebanyak 35 orang
4. Kemampuan (36,1%)
mempertahanka
n suasana
lingkungan
rumah yang
sehat
5. Kemampuan
menggunakan
fasilitas
kesehatan yang
ada di
masyarakat
6. Variabel
devenden:
pencegahan
diare

Gambar 1.1 : Keaslian penelitian

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahun

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi

setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmodjo, 2003).Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari

pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku bersifat langgeng

(Notoatmodjo, 2003). Terbentuknya perilaku baru pada orang

dewasa dimulai dari domain kognitif, subjek terlebih dahulu

mengetahui stimulus berupa materi atau obyek luarnya sehingga

menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan yang dicakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Knowledge)

Tahu sebagai tingkatan yang paling rendah diartikan

sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

7
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Dengan kata

lain harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

mengunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen dalam

suatu struktur organisasi yang masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan ini dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

8
5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan domain di atas (Notoatmodjo,2009).

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2009), cara untuk memperoleh

pengetahuan ada 2 yaitu :

1. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

a. Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya

kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya

peradaban.Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi

9
persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan

dengan coba-coba saja.

Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering

dipergunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak

mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah

yang dihadapi.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin

pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan

pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam

penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain

menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang

mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap

bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

d. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini

10
manusia telah mempu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya.

2. Cara Modern atau Cara Ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini

disebut metode penelitian ilmiah.

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2009), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat

memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-

nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.

11
3. Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental).

Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikategorikan

menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini

terjadi akibat pematangan fungsi organ.Pada aspek psikologis

atau mental tarap berpikir seseorang semakin matang dandewasa.

4. Minat

Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu.Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha

untuk dilupakan oleh seseorang. Namun, jika pengalaman

terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis

akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap

positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan lingkungan seseorang

Mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

12
kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk

menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh

dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh

pengetahuan baru.

2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dengan dipersentasikan tetapi berupa prosentasi lalu

ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil prosentase 76-100%

2. Cukup : Hasil prosentase 56-75%

3. Kurang : Hasil prosentase < 56%

2.2 Konsep Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,

2009). Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung dan

memihak (favorable) pada objek tersebut (Berkowitz, 1972 dalam

Azwar, 2003).

13
Sikap merupakan suatu pola perilaku tendensi atau kesiapan

antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi yang terkondisikan

(La Pirre,1934 dalam Azwar, 2003). Sikap mencakup kompnen-

komponen keteraturan dalam perasaan (afektif), pemikiran

(kognitif), dan predisposisi tindakan (konatif) seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Scord dan Backman, 1964

dalam Azwar, 2003).

2.2.2 Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap adalah:

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya

dengan obyeknya. (Azwar, 2010)

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu. (Azwar, 2010)

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap

itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

d. Obyek sikap itu merupakan suatau hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

14
sifat alamiah yang yang membedakan sikap dan kecakapan-

kecakapan atau pengetahyan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2.2.3 Tingkatan Sikap

a. Menerima (receiving)

menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatau

indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatau

indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling

tinggi.

2.2.4 Fungsi Sikap

Sikap mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a. Fungsi instrument atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat.

Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan.Orang

mamandang sejauah mana obyek sikap dapat digunakan

15
sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan.

b. Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk

mempertahankan ego atau akunya.

c. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi

individu untuk mengeksperasikan nilai yang ada pada dirinya.

d. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan

pengalaman-pengalamannya.Ini berarti bila seseorang

mempunyai sikap tertentu terhadap suatau obyek, menunjukkan

tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang

bersangkutan. (Notoatmodjo,2010).

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar,2013)

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap

apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap

penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberikan corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya.

16
d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komusikasi lainnya, berita yang seharusnya factual

disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap

konsumennya

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Setiadi,2008). Keluarga adalah dua atau tiga individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain. Dan didalam peranannya masing-masing,

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan

(Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).

2.3.2 Stuktur keluarga

Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-

macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi da mana hubungan itu

17
disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

sedarah istri

d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar

bagi Pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi

bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.3.3 Fungsi Keluarga

Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi

yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:

a. Fungsi Biologis

1) Untuk meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologis

1) Memberikan kasih saying dan rasa aman

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

1) Membina sosial pada anak

2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

18
perkembangan anak

3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

di masa yag akan dating, misalnya pendidikan anak-anak,

jaminan hari tua dan sebagainya

e. Fungsi Keluarga

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimiliki

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya

2.3.4 Tugas Kesehatan Menurut Friedman (2010)

a. Mengenal masalah kesehatan

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat

e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas

kesehatan masyarakat

19
2.3.5 Peran Keluarga

Dalam (Setiadi,2008), perana keluarga menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan

dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan

yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak,

berperan sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan

pemberi rasa aman, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan

b. Penana ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga

c. Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial

sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial

dan spiritual.

2.4 Konsep Diare

2.4.1 Pengertian Diare

Diare adalah suatu kondidi dimana seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam

sehari. ( Diare Depkes RI 2011).

20
Menurut Ngastiyah (2005), diare adalah keadaan frekuensi

buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali

sehari pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau

dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Diare adalah

penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari

biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsisten tinja (menjadi

cair), dengan tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007).

Sedangkan Menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai

buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan

darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer

(Pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua

kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak- anak dan orang

dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi

terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir dkk,2006).

2.4.2 Klasifikasi

Menurut (Octa dkk, 2014) , jenis diare dibagi menjadi empat

yaitu :

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat akut adalah dehidrasi,

sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi

penderita diare.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan yang cepat,

kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

21
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan

berat badan dan gangguan metobolisme.

4. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare

(diare akut dan persisten)

2.4.3 Etiologi

Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain :

1. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab

utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya

menyerang antara lain:

a. Infeksi oleh bakteri: Escherichia colin, Salmonella thyposa,

Vibrio cholerae(kolera),dan serangan bakteri lainya yang

jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas.

b. Infeksi basil(disentri),

c. Infeksi virus :Rotarivirus

d. Infeksi parasit oleh cacing (Ascarislumbricoides),

e. Infeksi jamur (Candidaalbicans).

f. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan

radang tenggorokan,dan

g. Keracunan makanan

2. Faktor malabsorpsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi

karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi

22
kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat

menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, dan sakit di daerah perut.Sedangkan malabsorpsi

lemak,terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut

triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak

menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.Jika tidak ada lipase

dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena

lemak tidak terserap dengan baik.

3. Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan

yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah

(sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh

lebih mudah mengakibatkan diare pada anak dan balita

4. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak

dapat menyebabkan diare kronis.Tetapi jarang terjadi pada balita,

umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

2.4.4 Manifestasi Klinis

Awalnya anak mulai cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul

diare.Tinja makin cair, mungkin mengandung darah/lender, warna

tinja menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu dan anus

sekitarnya lecet, gejala muntah terjadi sebelum atau sesudah

diare.Jika banyak kehilangan air dan elektrolit terjadi gejala

23
dehidrasi, berat badan menurun, ubun-ubun bayi besar dan cekung,

tonus dan turgor kulit kurang, selaput lendir mulut dan bibir kering.

(Adam, 2013).

No Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat


Gejala Ringan Sedang
1. Keadaan Sadar, gelisah, Gelisah, Mengantuk,
umum haus mengantuk lemas, anggota
gerak dingin,
berkeringat,
kebiruan,
mungkin koma,
tidak sadar
2. Denyut nadi Normal Cepat dan Cepat, haus,
kurang dari lemah 120- kadang-kadang
120/menit 140/ menit tak teraba,
kurang dari
140/menit
3. Pernafasan Normal Dalam, Dalam dan
mungkin Cepat
Cepat
4. Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Besar
5. Kelopak Normal Cekung Sangat cekung
Mata
6. Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7. Selaput Lembab Kering Sangat kering
Lender
8. Elastisitas Pada Lambat Sangat lambat
kulit pencubitan (lebih dari 2
kulit secara detik)
elastic
kembali
secara normal
9. Air seni Normal Berkurang Tidak kencing
warnanya
Tua
Tabel 2.1 Penentuan Derajat Dehidrasi WHO (Sumber : Adam 2013 )

24
2.4.5 Penyebab Diare

Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya

ditularkan melalui jalur fecal-oral, terutama karena (Eva Meliana,

2012):

1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan

sapihan) atau air.

2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.

3. Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan

kuman enteropatogen perut

4. Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).

5. Air tercemar olehtinja.

6. Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak

higienis).

7. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.

8. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.

9. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu

dini, susu botol, pemberian ASI yang diselang-seling dengan

susu botol pada 4-6 bulanpertama).

2.4.6 Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer, dkk. (2000) penatalaksanaan diare adalah

sebagai berikut :

1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa

melihat etiologinya.

Tujuan terapi dehidrasi untuk mengoreksi kekurangan

25
cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian

mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi

rumatan).

Jumlah cairan yang di beri harus sama dengan jumlah

cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah (previous

water losse = PWL) di tambah dengan banyaknya cairan yang

hilang melalui keringat, urin dan pernapasan (normal water

losses = NWL) dan ditambah dengan banyaknya cairan yang

hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung

(concomitant water losses= CWL). Jumlah ini tergantung pada

derajat dehidrasi.Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi

serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur.

2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare

untuk menghindari efek buruk pada status gizi

3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin,

tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare

berat dan diare dengan panas, kecuali pada:

a. Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan

amoebiasis

b. Suspek kolera dengan dehidrasi berat

c. Diare persisten

4. Obat-obat anti diare meliputi anti motilitas (misalnya: loperamid,

difenoksilat, kodein, opium), adsorben (misalnya, norit kaolin,

attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpomazin.

26
Tidak satupun obat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata

untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang

membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh di berikan pada anak

<5tahun.

2.4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diare

Faktor-faktor yang mempengaruhi diare antara lain (Eva

Meliana, 2012):

1. Faktor Gizi

Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh

status gizi penderita.Pada penelitian yang cermat insiden diare

pada anak bergizi kurang ternyata saran dengan anak yang

gizinya baik.Namun anak yang gizinya menderita diare lebih

berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih

berat.Juga diare pada anak bergizi kurang berlangsung lebih

lama, sebagian karena penyembuhan dan perbaikan kerusakan

usus akibat infeksi lebih lambat terjadi pada anak yang gizinya

kurang.

Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran

setan. Diare mendorong anak ke arah gizi kurang, dan gizi

kurang mendorong anak ke arah diare yang lebih berat. Bila

lingkaran ini tidak diputus pada waktunya mungkin dapat amat

berat atau karena infeksi lain menimbulkan kematian, karena

diare yang misalnya penemonia.

2. Faktor Kepadatan Penduduk

27
Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan

terjadinya penularan diare. Kelompok usia di bawah lima tahun

merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita diare.

Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dengan kejadian

diare pada anak balita yang tinggal bersama ibu dan jumlah

anggota keluarga banyak mempunyai hubungan yang bermakna.

Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter

persegi atau lebih untuk tiap orang, didapati kejadian diare anak

balita 10,3 % di kota dan 9,7 % di desa. Sedangkan kepadatan

kurang dari 10 meter persegi tiap orang 11,8 % dan 13,5%.

Rumah tinggal merupakan kebutuhan pokok disamping

sandang dan pangan.Demi kenyamanan tinggal di rumah maka

seharusnya rumah memenuhi kebutuhan kondisi tempat tinggal

yang sehat.Rumah yang sehat dengan memenuhi tata ruang yang

memenuhi syarat dapat menghindari terjadinya dan menularnya

penyakit.Kepadatan hunian adalah satu unsur kenyamanan

tinggal di rumah, perlu dipikirkan dan diupayakan 10 meter

persegi atau lebih tiap orang, mengingat kepadatan hunian

termasuk faktor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap

kejadian diare anak balita. Dalam analisis ini hampir 60,% anak

balita tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter

persegi tiap orang. Anilisis faktor ini menunjukkan anak-anak

balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10

meter persegi tiap orang mempunyai resiko menderita diare 1,37

28
kali dibanding anak balita yang tinggal di rumah dengan

kepadatan 10 meter persegi atau lebih tiap orang. Resiko ini

meningkat menjadi 1,85 setelah kepadatan hunian berinteraksi

dengan faktor sosial demografi dan lingkungan yang lain.

3. Faktor Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat

mempengaruhi tingkat partisipasi aktif dalam melaksanakan

upaya pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya meningkatkan

fasilitas kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat.Hal ini

merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di

masyarakat.Selain itu masyarakat yang berpenghasilan rendah

pada umumnya mempunyai keadaan sanitasi dan hygiene

perorangan yang buruk.

4. Faktor Prilaku Masyarakat

Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan adalah

bagian terpenting dalam penularan kuman diare, mengubah

kebiasaan tertentu seperti mencuci tangan dapat memutuskan

penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah

buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan atau makan,

telah dibuktikan mempunyai dampak dalam penyakit diare dan

harus menjadi sasaran utama dalam pendidikan kebersihan,

Sebagai contoh rotavirus dapat terdeteksi dalam air mencuci

tangan dari 79 % perawat pasien yang datang dan dirawat di

sebuah rumah sakit di Banglades karena diare. Penurunan 14-48

29
% kejadian diare dapat diharapkan sebagai hasil pendidikan

tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.

Kebiasaan adat istiadat dapat mempengaruhi kesehatan

individu. Oleh sebab itu faktor kebiasaan merupakan faktor yang

penting dalam penyebaran terjadinya penyakit diare antara lain

penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak saniter.

Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu

dini, susu botol 4-6 bulan pertama) serta kebersihan perorangan.

5. Faktor Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan

dalam mempengaruhi penyakit diare di masyarakat.Keadaan

kesehatan lingkungan yang berkaitan erat dengan diare adalah

pengadaan air bersih dan penggunaan jamban keluarga.

Penggunaan jamban yang benar dapat mengurangi resiko

diare lebih baik dari pada perbaikan sumber air, walaupun

dampak yang paling tinggi dapat diharapkan dari gabungan

kebersihan dan perbaikan sumber air.Hasil penelitian dampak

proyek sumber air dan kebersihan 28 negara menunjukkan

penurunan angka kesakitan diare 22-27 % dan penurunan angka

kematian diare 21-30%.

6. Faktor Musim

Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim.Pada

daerah yang bermusim tropis, diare oleh bakteri cenderung

terjadi lebih sering pada musim panas.Sedangkan diare oleh virus

30
terutama oleh rotavirus cenderung terjadi sepanjang tahun

dengan peningkatan kekerapan sepanjang bulan musim

kemarau.Sedangkan diare oleh bakteri cenderung memuncak

pada musimhujan.

2.4.8 Penanganan Diare

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan

diare adalah masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi).

Dehidrasi ini bila tidak segera diatasi dapat membawa bahaya

terutama bagi anak-anak dan balita.Bagi penderita diare ringan

diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu

dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting

dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh adalah pemberian

makanan kembali (refeedig) sebab selama diare pemasukan makanan

akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan

kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan

peningkatan metabolisme selama sakit (Adam,2013).

2.4.9 Pencegahan Diare

Menurut Umiati (2010), penyakit diare dapat dicegah melalui

promosi kesehatan antara lain :

1. Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu)

2. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendampingASI

3. Penggunaan air bersih yang cukup

4. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudahmakan

5. Penggunaan jamban yang benar

31
6. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan

bayi yang benar

7. Memberikan imunisasi campak

2.5 Balita

2.5.1 Pengertian Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1

tahun dimana umur 5bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir

pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan

mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/

tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir

(Soetjiningsih,2005).

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata

bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program

kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi

sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas

Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak

yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode

tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini

pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2004).

32
2.6 Kerangka Teori

Faktor mempengaruhi
Faktor mempengaruhi sikap
tingkat pengetahuan
1. Pengalaman pribadi
1. Pendidikan 2. Pengaruh orang yang
2. Pekerjaan dianggap penting
3. Usia 3. Pengaruh kebudayaan
4. Minat 4. Media massa
Pengetahuan
5. Pengalaman seseorang
6. Kebudayaan
lingkungan
7. Informasi Sikap Keluarga

Penyebab diare
Diare pada balita Klasifikasi :
1. Faktor infeksi
1. Akut
2. Factor malabsorpsi
2. Kronis
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
(umiati, 2010)

Pencegahan
1. Peningkatan ASI
Penanganan
2. Cuci tangan
1. Dehidrasi
3. Imunisasi campak Penatalaksanaan 2. refreding
1. Makanan ditingkatkan
2. Antibiotic dan anti
parasit
3. Obat-obatan anti diare

Gambar 2.1 : Kerangka teori Eva Meliana (2012), Umiati (2010), Adam
(2013)

33
BAB 3

KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, HIPOTESIS DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan memberikan

gambaran (visualisasi) hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap

konsep lainnya, atau antara variabel satu dengan variabel lainnya dari

masalah yang ingin diteliti (Nursalam, 2013).

Variabel Indevenden Variabel Devenden

Pengetahuan Keluarga
Penyakit Diare Pada
Balita
Sikap Keluarga

Keterangan

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak di teliti

Gambar 3.1 : Kerangka konsep

3.2 Variabel penelitian

3.2.1 Variabel Independen

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu

pengetahuan keluarga dan sikap keluarga.

34
3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu

penyakit diare

3.3 Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan penyakit

diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Penujak, Kabupaten Lombok

tengah

35
3.4 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Parameter Skal Hasil Ukur


o Operasional Ukur a
1 Independen: Pengetahuan Kuesioner Keluarga mengetahui Ordinal Skoring
. Pengetahuan adalah tingkat : 1. Jawaban
Keluarga pemahaman 1. Pengertian benar
keluarga tentang penyakit diare skor 1
penyakit diare 2. Klasifikasi diare 2. Jawaban
3. Penyebab penyakit salah diberi
diare skor 0
4. Tanda dan gejala
penyakit diare 1. Baik
5. Penatalaksaaan 2. Cukup
diare 3. Kurang
6. Pencegahan diare
7. Cara penularan
penyakit diare

Baik : jika skor 76-


100%

Cukup : jika skor 56-


75%

Kurang : jika skor ≤


56%

2 Sikap Merupakan Kuesioner Reaksi ibu terhadap Ordinal Skala likert


. Keluarga kesiapan atau pencegahan diare yaitu untuk
kesediaan yang mendukung pertanyaan
bertindak dan (favorable) maupun favorable
bukan merupakan perasaan tidak dengan nilai
pelaksanaan motif mendukung atau
tertentu tidak memihak 4= sangat
(unfavorable) setuju
3= setuju
Baik : jika skor 2= tidak
diperoleh ≥ 62, 5% setuju
1= sangat
Kurang baik jika tidak setuju
skor < 62,5%
Unaforable
4= sangat
tidak setuju
3= tidaksetuju
2= setuju
1= sangat
setuju

1. Baik
2. Kurang
Baik

3 Dependen: Diareadalahsuatu Dari hasil 1. Buang air besar Nomin 1. Diare akut

36
. Penyakit keadaandimanater pemeriksa lebih dari 3-4 kali al 2. Diare Kronik
diare jadibuang air anpihakpu perhari.
besarcairataumen skesmas 2. Tinja berbentuk
cretdenganfrekue cair dengan atau
nsilebihdari 3 tanpa disertai
kalisehari lendir.

Diare akut : Diare


yang berlangsung
secara mendadak
kurang dari 14 hari
disertai muntah
sebelum dan sesudah
BAB tetapi tidak
disertai dengan
demam, dan
kehilangan berat
badan
Diare kronik : Diare
yang berlanjut
sampai dua minggu
atau lebih.

Gambar 3.1 : Kerangka konsep

37
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian dengan

metode observasional analitik. Penelitian dirancang dengan pendekatan

cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana

dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2009). Dalam

penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan penyakit diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Penujak, Kabupaten Lombok tengah

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Penujak, Kabupaten Lombok tengah

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian di laksanakan pada bulan September 2019

4.3 Populasi, Sampel dan Kriteria Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya(Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh balita di

Batujai yang menderita diare yang pernah berkunjung di wilayah

38
kerja Puskesmas Penujak pada tahun 2019 dari bulan Januari – Juni

di Wilayah Kerja Pukesmas Penujak sebanyak 42 keluarga dengan

penyakit diare pada balita.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Teknik

pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan Total Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 42 keluarga yang memiliki balita dengan penyakit diare.

4.3.3 Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a. Keluarga yang mempunyai Balita yang menderita diare yang

sudah pernah berkunjung di wilayah kerja Puskesmas

Penujak, Kabupaten Lombok tengah

b. Keluarga Balita sebagai responden bisa baca dan tulis.

c. Keluarga Balita bersedia menjadi responden

2. Kriteria ekslusi

a. Keluarga Balita yang tidak bisa baca dantulis.

b. Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden.

4.4 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada

kepada tempat penelitian dalam hal ini kepala Puskesmas Penujak,

39
Kabupaten Lombok Tengah.

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek antara

lain menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya

ancaman terhadap responden. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti

melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi :

4.4.1 Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Kepada responden dijelaskan

tentang manfaat dan resiko penelitian yang mungkin muncul. Bila

subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan

tetap menghormati hak-hak subjek.

4.4.2 Anomity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

4.4.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya

melaporkan data tertentu sebagai hasil penelitian

4.5 Instrument penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

4.5.1 Kuesioner

Kuisioner merupakan alat ukur berupa angket dengan

beberapa pertanyaan.Alat ukur ini digunakan bila responden

jumlahnya besar dan bisa membaca, selain itu pertanyaan -

pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner mampu menggali hal-hal

40
yang bersifat rahasia.

1. Blue print kuesioner pengetahuan tentang diare menggunakan

kuesioner yang terdiri dari:

N Pertanyaan Soal No.


o
1 Pengertian diare 1
2 Klasifikasi diare 2
3 Penyebab diare 3, 4
4 Tanda dan gejala diare 5,
5 Penatalaksanaan daire 6, 10
6 Penularan daire 8
7 Pencegahan diare 7, 9
Total pertanyaan 10
Tabel 4.1 : blue print kesioner pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dalam penelitian ini adalah

1. Bila jawaban benar akan mendapat nilai 1 dan jawaban salah

akan mendapat nilai 0.

2. Mennetukan nilai

Nilai = (jumlah jawaban benar/jumlah seluruh soal) X 100

3. Menentukan criteria responden sesuai dengan nilai atau hasil

yang dijumlahkan

Baik : skor 76-100

Cukup : skor 56-75

Kurang : skor < 56

2. Blue print kuesioner sikap keluarga keluarga tentang diare

N Pertanyaan Soal No.


o
1 Sikap favorable 1, 2. 3. 8, 9, 11, 12
2 Sikap unfavorable 4, 5, 6, 7, 10
Total pertanyaan 12
Tabel 4.2 : Blue print Sikap keluarga

Pada penelitian ini, pengukuran sikap menggunakan skala

likert alternative jawaban memiliki bobot sebagai berikut :

41
1. Skor pernyataan positif (+) / Favorable

a. Sangat setuju (4)

b. Setuju (3)

c. Tidak setuju (2)

d. Sangat tidak setuju (1)

2. Skor pertanyaan negative (-) / Unfavorable

a. Sangat tidak setuju (4)

b. Tidak setuju (3)

c. Setuju (2)

d. Sangat setuju (1)

Untuk menghitung masing-masing indicator

ditransformasikan dalam bentuk persentase skor dengan cara

sebagai berikut :

1. Menentukan skor jawaban dengan ketentuan untuk item

positif dan negative mempunyai skor berbeda

2. Menjumlah seluruh sector dalam setiap variable yang

diperoleh setiap responden

a.Persentase skor maksimum = (Nilai tertinggi : jumlah

kategori) x 100%

= 4/4 x 100% = 100%

b. Persentase skor minimum = (Nilai terendah : jumlah

kategori) x 100%

= 1/4 x 100% = 25%

c.Range = presentase skor maksiman – persentase skor

42
minimal

= 100% - 25% = 75%

d. Kategori = 2

e.Interval = Range : Kategori

= 75% : 3 = 37,5%

f. Skor standar 100% - 37,5% = 62,5%

Sehingga criteria objektifnya :

1. Baik : Jika persentase total jawaban responden

memiliki nilai ≥ 62,5%

2. Kurang Baik jika persentase total jawaban responden

memiliki nilai ≤ 62,5%.

Menentukan interval kelas = 100/jumlah skor

= 100/4 = 25

(Interval jarak dari terendah 0% hingga tertinggi 100%)

3. Membuat tabel data sesuai kategori

Berdasarkan interval kelas yang telah ditentukan, maka

kategori dapat disusun sebagai berikut :

Intrval Kategori
76% - 100% Sangat setuju
51% - 75% Setuju
26% - 50% Tidak setuju
0% - 25% Sangat tidak setuju
Tabel 4.3 : Kriteria interpretasi skor berdasarkan interval

4. Setelah mengetahui perolehan skor dari masing-masing

indicator kemudian menghitung rata-rata dari indicator untuk

mengetahui dengan cara : (total skor jawaban responden : (skor

tertinggi likert x jumlah responden) x 100 )

43
4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Data Primer

Data primer adalah yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan alat pengukuran atau alat pengambilan data,

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono

dan Mekar Dwi Anggraeni, 2013).

Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengisian

kuisioner terhadap responden dengan menggunakan kuisioner yang

telah tersedia untuk mendapatkan informasi penderita diare di

wilayah kerja Puskesmas Penujak, Kabupaten Lombok Tengah

4.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber lain

(Bustami, 2011). Menurut Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni

(2013), data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek peneliti. Data sekunder

diperoleh dari Puskesmas Penujak, Kabupaten Lombok Tengah

4.7 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut (Supardi dan Rustika, 2013).

4.7.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing meliputi kelengkapan

pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi dari setiap jawaban.

44
4.7.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.Pemberian kode ini

sangat penting bila pengola han dan analisis data menggunakan

komputer.Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

4.7.3 Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi.

4.7.4 Cleaning Data

Cleaning Data adalah kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.Kesalahan mungkin

terjadi pada saat mengentrydata ke computer.

4.8 Analisa Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah

4.8.1 Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis untuk memperoleh

gambaran secara apa adanya tingkat pengetahuan tentang penyakit

diare pada balita. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi yang disertai bentuk persentase.Penilaian terhadap masing-

masing responden diperoleh dari persentase skor atau perolehan dari

45
jawaban setiap responden yang diperoleh

Kemudian dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik bila skor atau nilai 76-100%

2. Cukup bila skor atau nilai 56-75%

3. Kurang bila skor atau nilai ≤55%

4.8.2 Analisis Bivariat

Dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas dan

variable terikat dengan uji statistik chi square (χ2) untuk mengetahi

hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas

dengan variabel terikat. Uji chi square dilakukan dengan

mengunakan bantuan perangkat lunak berbentuk komputer dengan

tingkat signifikan p>0,05 (taraf kepercayaan 95%).

46

Anda mungkin juga menyukai