DISUSUN
OLEH:
KELAS: 2 EGD
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................5
BAB 2.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Definisi Sampah................................................................................................6
2.2 Jenis-Jenis Sampah..........................................................................................6
2.3 Cara Menanggulangi sampah dengan Baik...................................................7
2.4 Definisi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)..............................11
2.5 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)....................11
2.6 Proses Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).....................12
2.6.1 Proses Pembakaran.....................................................................................13
2.6.2 proses Konversi Thermal ..........................................................................14
2.6.3 Proses Konversi Biologis.............................................................................17
2.7 Dampak dari Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)......20
2.7.1 Dampak Positif............................................................................................20
2.7.2 Dampak Negatif...........................................................................................20
BAB 3.....................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
ii
KATA PEGANTAR
Penulis
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah tentang pembangkit listrik
tenaga sampah adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari sampah ?
2. Apa saja jenis-jenis sampah?
3. Bagaimana proses konversi sampah menjadi energi listrik?
4. Bagaimana cara penanggulangan sampah-sampah agar dapat tertanggulangi
dengan baik?
5. Apa yang dimaksud dengan pembangkit listrik tenaga sampah ?
6. Bagaimana proses kerja dari pembangkit listrik tenaga sampah ?
7. Apa saja dampak dari adanya pembangkit listrik tenaga sampah ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah tentang pembangkit listrik tenaga
sampah antara lain :
1. Untuk mengetahui defenisi dari sampah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sampah
3. Untuk mengetahui proses konversi sampah menjadi energi listrik
4. Untuk mengetahui cara penanggulangan sampah-sampah agar dapat
tertanggulangi dengan baik
5. Untuk mengetahui defenisi dari pembangkit listrik tenaga sampah
6. Untuk mengetahui proses kerja dari pembangkit listrik tenaga sampah
7. Untuk mengetahui dampak dari adanya pembangkit listrik tenaga sampah
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Sampah
Menurut encolink pada tahun 1996, sampah adalah bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum
memiliki nilai ekonomis. Sedangkan dalam kamus istilah lingkungan 1994
sampah adalah bahan yangbtidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa ata utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat
dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung. Pandangan masyarakat umum akan sampah adalah bahan
yang tidak berguna dan harus disingkirkan dari lingkungan rumah mereka dan
sedikit diantara mereka yang menyadari nilai ekonomis dari sampah yang
sekiranya masih dapat dimanfaatkan kembali.
2.2 Jenis-Jenis Sampah
a. Sampah Berdasarkan Sumbernya:
1. Sampah Alam
Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar dan
mengalami proses daur ulang alami. Seperti halnya daun-daun kering di hutan
yang terurai menjadi tanah. Di kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat
menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah Manusia
Sampah manusia merupakan istilah yang digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urine.
3. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh pengguna barang.
Dengan kata lain, sampah konsumsi adalah sampah yang dibuang ke tempat
sampah.
4. Sampah B3 (Limbah Radioaktif)
6
Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) atau limbah radioaktif adalah
sampah yang berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia karena beracun,
terinfeksi virus, ataupun mengandung unsur radioaktif berbahaya. sampah
jenis ini, umumnya dipisah dari sampah jenis lain dan diproses secara khusus
dan terpisah dan khusus.
b. Sampah Berdasarkan Sifatnya
1. Sampah Organik
Sampah organik yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup
(material biologis) yang dapat membusuk dan terurai (degradable), misalnya
sisa makanan, dedaunan kering, buah dan sayuran.
2. Sampah Anorganik
Sampah jenis ini berasal dari bahan baku non biologis dan sulit terurai
(undergradable), sehingga seringkali menumpuk di lingkungan. Sampah
anorganik atau disebut juga sampah kering sulit diuraikan secara alamiah,
sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut. Misalnya plastik dalam bentuk
botol, kantong, dsb, kertas, styrofoam, dll.
c. Sampah berdasarkan bentuknya :
1. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan sampah rumah tangga yang padat
yang dapat berupa sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain.
2. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
2.3 Cara Menanggulangi Sampah dengan Baik
1. Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang,
pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil
kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode
baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.
7
2. Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktifitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum, kaleng
baja makanan/minuman, botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa
di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut
jenis bahannya.
3. Pengolahan biologis
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi
pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengomposan adalah
Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah
organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan
di kantong khusus untuk di komposkan.
4. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan
panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah
dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada
suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di
wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah
8
menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa
selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan
gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan.
5. Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang ditinggalkan, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yang
didesain dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang
higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan,
diantaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya (di Bandung kandungan gas methan
ini meledak dan melongsorkan gunung sampah).
6. Pembakaran
Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah.
Pembakaran dan pengelolaan sampah lain yang melibatkan temperatur tinggi
biasa disebut “Perlakuan panas”. Proses pembakaran merubah sampah menjadi
panas, gas, uap dan abu.
Pembakaran dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar. Hal
ini dapat dilakukan untuk sampah padat, cair maupun gas. Pembakaran dikenal
9
sebagai cara yang praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya,
contohnya sampah medis (sampah biologis). Pembakaran adalah metode yang
kontroversial karena menghasilkan polusi udara.
10
pakai, buang).
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang,
namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga
yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan
lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak
bisa didegradasi secara alami.
2.4 Defenisi Dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Pada dasarnya, PLTSa adalah PLTU berbahan bakar sampah sehingga pada
prinsip kerjanya tidaklah jauh berbeda jika dibandingkan dengan prinsip kerja
PLTU pada umumnya. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung dengan
tiga tahapan, yaitu:
11
Gambar proses konversi energi pada PLTAs
1. Boiler
Boiler berfungsi sebagai pengubah bahan bakar menjadi uap panas yang akan
digunakan untuk memutar turbin
2. Turbin Uap
Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh
uap menjadi energi putar (energi mekanik). Poros turbin dihubungkan dengan
poros generator sehingga ketika turbin berputar generator juga akan ikut berputar.
3. Kondensor
4. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi
listrik.
12
3. Proses Konversi Biologis
13
turbin akan kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk dipanaskan, dan
seterusnya.
4) Pemanfaatan Abu Sisa Pembakaran
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang
dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula
sebelum dibakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako
atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan
bahan bangunan.
5) Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros.
6) Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan ke rumah-rumah atau ke
pabrik.
14
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan
tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur
tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi
molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar,
larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.
15
bisa juga untuk menghasilkan energi berbahan bahan bakar gratis juga bisa
menghemat devisa.
1. Sampah diturunkan kadar airnya dengan cara ditiriskan di dalam ruang hampa
dara selama kurang lebih lima hari.
2. Setelah kadar air tersisa ±45% sampah akan dimasukkan ke dalam tungku
pembakaran untuk dibakar pada suhu 850 oC - 900oC. Panas dari hasil
pembakaran ini akan memanaskan boiler dan mengubah air dalam boiler
menjadi uap.
3. Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan
berputar. Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin
berputar generator juga akan berputar.
4. Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga listrik yang nantinya akan
disalurkan ke jaringan listrik milik PLN sementara uap yang melewati turbin
akan kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk dipanaskan,
demikian seterusnya.
16
dengan kapasitas daya 21 MW. Jumlah ini sama dengan kebutuhan rata-rata 57
ribu rumah tangga per tahun.
Teknologi ini pun mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 165.404
ton ekuivalen CO2 yang sama dengan emisi dari penggunaan 30.294 mobil bila
dibandingkan energi dari PLTU batu bara.
Pembangunan diestimasi membutuhkan lahan seluas 14 hektar, dengan biaya
awal sekitar Rp 332 miliar dan biaya operasional tahunan Rp 74 miliar.
Kapan Bisa Balik Modal Investasi Listrik dari pembakaran Sampah ?
Bila listrik yang dihasilkan dijual ke PLN dengan tarif Rp 787,20 per kWh
(diadaptasi dari nilai tarif pembelian listrik oleh PLN dari PLTU batu bara yang
sedang dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk.) maka setelah tahun ke- 4
pembangunan akan balik modal dan memiliki IRR (Internal Rate of Return)
sebesar 31%. Hal ini menunjukkan manfaat yang sangat besar pula dari segi
ekonomi.
Tujuan suatu sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah
tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis dengan dampak
lingkungan yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah
diperlukan adanya informasi tentang karakteristik sampah, karakter teknis
teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan, implikasi
lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan, dan perekonomian
2.6.3 Proses Konversi Biologis
Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik
(biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa
(sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas
menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat
digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat
digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane
yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.
17
Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah.
Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam
tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi
dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah
dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak
didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-
badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunyai
permeabilitas yang rendah. Aktifias mikroba dalam landfill menghasilkan gas
CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane
(pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar
450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah
sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan
pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan
pompa desentralisasi.
Pada tahun 2002 di Jepang, telah dicanangkan “biomass strategi total jepang”
18
sebagai kebijakan negara. Sebagai salah satu teknologi pemanfaatan biomas
sumber daya alam dapat diperbaharui yang dikembangkan di bawah moto bendera
ini, dikenal teknologi fermentasi gas metana. Sampah dapur serta air seni, serta isi
septic tank diolah dengan fermentasi gas metana dan diambil biomassnya untuk
menghasilkan listrik, lebih lanjut panas yang ditimbulkan juga turut dimanfaatkan.
Sedangkan residunya dapat digunakan untuk pembuatan kompos. Karena sampah
dapur mengandung air 70-80% sebelum dibakar. Kandungan air tersebut perlu
diuapkan. Disini dengan pembagian berdasarkan sumber penghasil sampah dapur
serta fermentasi gas metana, dapat dihasilkan sumber energi baru dan ditingkatkan
efisiensi termal secara total. Pemanfaatan Gas dari Sampah untuk Pembangkit
Listrik dengan teknologi fermentasi metana dilakukan dengan dengan metode
sanitary landfill yaitu, memanfaatkan gas yang dihasilkan dari sampah (gas
sanitary landfill/LFG).
Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan dari proses dekomposisi dari
timbunan sampah yang terdiri dari unsur 50% metana (CH4), 50% karbon
dioksida (CO2) dan <1% non-methane organic compound (NMOCs). LFG harus
dikontrol dan dikelola dengan baik karena lanjut beliau, jika hal tersebut tidak
dilakukan dapat menimbulkan smog (kabut gas beracun), pemanasan global dan
kemungkinan terjadi ledakan gas, sistem sanitary landfill dilakukan dengan cara
memasukkan sampah kedalam lubang selanjutnya diratakan dan dipadatkan
kemudian ditutup dengan tanah yang gembur demikian seterusnya hingga
membentuk lapisan-lapisan.
Untuk memanfatkan gas yang sudah terbentuk, proses selanjutnya adalah
memasang pipa-pipa penyalur untuk mengeluarkan gas. Gas selanjutnya dialirkan
menuju tabung pemurnian sebelum pada akhirnya dialirkan ke generator untuk
memutar turbin. Dalam penerapan sistem sanitary landfill yang perlu diperhatikan
adalah, luas area harus mencukupi, tanah untuk penutup harus gembur, permukaan
tanah harus dalam dan agar ekonomis lokasi harus dekat dengan sampah sehingga
biaya transportasi untuk mengangkut tanah tidak terlalu tinggi.
19
2.7.1 Dampak Positif
1. Sebagai solusi untuk mengatasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil
seperti BBM dan batubara yang ketersediannya semakin terbatas dan menipis.
2. Pemanfaatan sampah yang efektif sebagai sumber energi alternatif
terbarukan.
3. Membantu Pemerintah mengatasi permasalahan sampah terutama di kota-kota
besar.
4. Mengatasi permasalahan Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang terbatas.
5. Menambah pasokan cadangan energi listrik di Indonesia.
2.7.2 Dampak Negatif
1. Berkurangnya lapangan kerja bagi warga yang menggantungkan hidupnya
dari sampah yang ada di TPA.
2. Adanya polusi udara yaitu bau tak sedap di sekitar PLTSa di lokasi
penampungan sampah sebelum diproses.
3. Adanya senyawa organik berbahaya berupa Dioxin yang merupkan hasil
sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran.
4. Adanya residu atau abu bawah (bottom ash) dan abu terbang (fly ash) yang
termasuk limbah B3.
BAB 3
20
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makah tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa) adalah sebagai berikut :
1. Sampah merupakan bahan/material sisa yang terbauang atau tidak terpakai lagi
dari segala aktivitas manusia dan tidak memiliki nilai ekonomis lagi
2. Penanggulangan sampah dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 4R
yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali), Recycle (mendaur
ulang) dan Replace (mengganti).
3. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah adalah sebuah fasilitas pembangkitan
listrik yang menggunakan sampah sebagai bahan bakarnya. Sampah atau gas
methan sampah dibakar menghasilkan panas yang memanaskan uap pada
boiler steam supercritical.
4.Proses kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu proses pembakaran dan teknologi fermentasi
methane
4. Dampak positif dari adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
adalah mengalirkan listrik dengan kekuatan yang cukup besar. Selain itu,
PLTSa juga mempunyai sisi negative yaitu dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan di sekitar area PLTSa tersebut.
3.2 Saran
Dalam penerapannya, harus diperhatikan upaya pengolahan limbah yang
dihasilkan selama proses pengubahan sampah menjadi energi listrik.
DAFTAR PUSTAKA
21
https://www.academia.edu/10090980/Makalah_Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sam
pah diakses pada 3 Juli 2019
http://abr26-k1m14.blogspot.com/2011/04/pltsa-pembangkit-listrik-tenaga-
sampah.html diakses pada 3 Juli 2019
https://dokumen.tips/documents/pembangkit-listrik-tenaga-sampah-
566d9a083f6e8.html diakses pada 5 Juli 2019
https://www.academia.edu/11101387/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sampah
diakses pada 6 Juli 2019
https://pembangkitlistriktenagasampah.wordpress.com/2016/09/07/pembangkit-
listrik-tenaga-sampah-pltsa/ diakses pada 6 Juli 2019
https://www.academia.edu/30596302/Pemanfaatan_Sampah_Menjadi_Energi_Lis
trik diakses pada 6 juli 2019
22