Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEKNIK TENAGA LISTRIK

(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH)

DISUSUN
OLEH:

NAMA : INDA NUR’AINI

KELAS: 2 EGD

JURUSAN TEKNIK DOSEN PEMBIMBING : Ir. ALI NURDIN, M.T.


KIMIA
PROGRAM STUDI DIV
TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................5

BAB 2.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Definisi Sampah................................................................................................6
2.2 Jenis-Jenis Sampah..........................................................................................6
2.3 Cara Menanggulangi sampah dengan Baik...................................................7
2.4 Definisi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)..............................11
2.5 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)....................11
2.6 Proses Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).....................12
2.6.1 Proses Pembakaran.....................................................................................13
2.6.2 proses Konversi Thermal ..........................................................................14
2.6.3 Proses Konversi Biologis.............................................................................17
2.7 Dampak dari Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)......20
2.7.1 Dampak Positif............................................................................................20
2.7.2 Dampak Negatif...........................................................................................20

BAB 3.....................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

ii
KATA PEGANTAR

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas Ridho dan Hidayah yang diberikan-Nya sehingga Penulisan Makalah
yang berjudul “Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)” dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini merupakan penulisan yang dilakukan dalam rangka
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Teknik Tenaga Listrik.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Serta
infomasi dari (situs internet) yang berhubungan dengan materi. Penulis harap,
dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Menyadari bahwa Penulisan makalah ini sangat sederhana dan masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu penulis dengan senang hati mengharapkan kepada
semua pihak khususnya Dosen yang bersangkutan untuk memberikan saran dan
kritikan yang konstruktif dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, sehingga Penulisan
makalah ini dapat terselesaikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Palembang, Juli 2019

Penulis

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah adalah problem yang akan selalu menghantui selama kita masih
tinggal di atas bumi ini. Semakin banyak jumlah penduduk suatu wilayah,
semakin banyak pula tingkat konsumsi akan barang/material yang digunakan
sehari-hari. Seiring dengan peningkatan konsumsi, maka volume sampah yang
dihasilkan setiap harinya juga akan bertambah. Sedangkan beberapa Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah umumnya memiliki keterbatasan baik lahan
maupun daya tampung. Apalagi dengan kondisi rawan longsor pada musim
penghujan.
Sampah telah menjadi suatu masalah baru yang menyedot banyak perhatian
karena banyaknya jumlah sampah yang setiap hari kita hasilkan baik dari rumah
tangga ataupun dari limbah pabrik tidak diimbangi dengan pengolahan sampah
yang terpadu sehingga membuat sampah menggunung. Hal ini telah banyak
menimbulkan akibat mulai dari pemandangan yang tidak indah dipandang mata,
pencemaran sungai. Bau yang menyekat dari tumpukan sampah-sampah hingga
banjir yang terjadi tiap tahun.
Ternyata bila sampah ini dapat dikelola dengan baik tidak hanya lingkungan
kita yang bersih dan sehat bahkan sampah dapat mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Hal ini dapat dialkukan dengan penerapan teknologi yang dapat mereduksi
sampah dengan cara-cara yang efisien, efektif dan berkesinambungan atau jangka
panjang (substain). Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hal
tersebut adalah dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa). Selain dapat mengurangi volume sampah yang tertumpuk di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah yang kemudian dapat menimbulkan bahaya
yang tak terduga, panas yang dihasilkan dapat dijadikan sumber energi.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, karena setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume
sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang
kita gunakan sehari-hari. Sehari setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900
gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah
anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh
pada volume sampah.
Sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain
adalah sampah-sampah yang di buang ke tempat sampah walaupun masih jauh
lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri, tetapi merupakan sampah yang selalu menjadi bahan
pemikiran bagi manusia.
Tujuan dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi.
Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu
proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan
panas.

4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah tentang pembangkit listrik
tenaga sampah adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari sampah ?
2. Apa saja jenis-jenis sampah?
3. Bagaimana proses konversi sampah menjadi energi listrik?
4. Bagaimana cara penanggulangan sampah-sampah agar dapat tertanggulangi
dengan baik?
5. Apa yang dimaksud dengan pembangkit listrik tenaga sampah ?
6. Bagaimana proses kerja dari pembangkit listrik tenaga sampah ?
7. Apa saja dampak dari adanya pembangkit listrik tenaga sampah ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah tentang pembangkit listrik tenaga
sampah antara lain :
1. Untuk mengetahui defenisi dari sampah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sampah
3. Untuk mengetahui proses konversi sampah menjadi energi listrik
4. Untuk mengetahui cara penanggulangan sampah-sampah agar dapat
tertanggulangi dengan baik
5. Untuk mengetahui defenisi dari pembangkit listrik tenaga sampah
6. Untuk mengetahui proses kerja dari pembangkit listrik tenaga sampah
7. Untuk mengetahui dampak dari adanya pembangkit listrik tenaga sampah

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Sampah
Menurut encolink pada tahun 1996, sampah adalah bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum
memiliki nilai ekonomis. Sedangkan dalam kamus istilah lingkungan 1994
sampah adalah bahan yangbtidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa ata utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat
dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung. Pandangan masyarakat umum akan sampah adalah bahan
yang tidak berguna dan harus disingkirkan dari lingkungan rumah mereka dan
sedikit diantara mereka yang menyadari nilai ekonomis dari sampah yang
sekiranya masih dapat dimanfaatkan kembali.
2.2 Jenis-Jenis Sampah
a. Sampah Berdasarkan Sumbernya:
1. Sampah Alam
Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar dan
mengalami proses daur ulang alami. Seperti halnya daun-daun kering di hutan
yang terurai menjadi tanah. Di kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat
menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah Manusia
Sampah manusia merupakan istilah yang digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urine.
3. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh pengguna barang.
Dengan kata lain, sampah konsumsi adalah sampah yang dibuang ke tempat
sampah.
4. Sampah B3 (Limbah Radioaktif)

6
Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) atau limbah radioaktif adalah
sampah yang berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia karena beracun,
terinfeksi virus, ataupun mengandung unsur radioaktif berbahaya. sampah
jenis ini, umumnya dipisah dari sampah jenis lain dan diproses secara khusus
dan terpisah dan khusus.
b. Sampah Berdasarkan Sifatnya
1. Sampah Organik
Sampah organik yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup
(material biologis) yang dapat membusuk dan terurai (degradable), misalnya
sisa makanan, dedaunan kering, buah dan sayuran.
2. Sampah Anorganik
Sampah jenis ini berasal dari bahan baku non biologis dan sulit terurai
(undergradable), sehingga seringkali menumpuk di lingkungan. Sampah
anorganik atau disebut juga sampah kering sulit diuraikan secara alamiah,
sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut. Misalnya plastik dalam bentuk
botol, kantong, dsb, kertas, styrofoam, dll.
c. Sampah berdasarkan bentuknya :
1. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan sampah rumah tangga yang padat
yang dapat berupa sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain.
2. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
2.3 Cara Menanggulangi Sampah dengan Baik

1. Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang,
pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil
kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode
baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.

7
2. Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktifitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum, kaleng
baja makanan/minuman, botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa
di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut
jenis bahannya.

3. Pengolahan biologis
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi
pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengomposan adalah
Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah
organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan
di kantong khusus untuk di komposkan.

4. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan
panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah
dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada
suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di
wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah

8
menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa
selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan
gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan.

5. Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang ditinggalkan, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yang
didesain dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang
higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan,
diantaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya (di Bandung kandungan gas methan
ini meledak dan melongsorkan gunung sampah).

Karakter desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah


metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis
plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan
kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk
mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari
tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

6. Pembakaran
Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah.
Pembakaran dan pengelolaan sampah lain yang melibatkan temperatur tinggi
biasa disebut “Perlakuan panas”. Proses pembakaran merubah sampah menjadi
panas, gas, uap dan abu.
Pembakaran dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar. Hal
ini dapat dilakukan untuk sampah padat, cair maupun gas. Pembakaran dikenal

9
sebagai cara yang praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya,
contohnya sampah medis (sampah biologis). Pembakaran adalah metode yang
kontroversial karena menghasilkan polusi udara.

Pembakaran biasa dilakukan di negara seperti Jepang dimana tanah begitu


terbatas, karena fasilitas ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.
Sampah menjadi energi (Waste-to-energy=WtE) atau energi dari sampah (energy-
from-waste = EfW) adalah terminologi untuk menjelaskan sampah yang dibakar
dalam tungku dan boiler guna menghasilkan panas/uap/listrik. Pembakaran pada
alat kremasi tidaklah selalu sempurna, ada keluhan adanya polusi mikro dari emisi
gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat dioxin yang
kemungkinan dihasilkan di dalam pembakaran dan mencemari lingkungan sekitar
pembakaran. Dilain pihak, pengkremasian seperti ini dianggap positif karena
menghasilkan listrik, contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa Gede Bage di
sekitar kota Bandung.

8. Metode penghindaran dan pengurangan


Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat
sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan “pengurangan sampah”. Metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki
barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contohnya pengurangan bobot kaleng minuman).
Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian dalam
menanggulangi sampah misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R (WALHI, 2004)
yaitu:
1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali

10
pakai, buang).
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang,
namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga
yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan
lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak
bisa didegradasi secara alami.
2.4 Defenisi Dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah adalah sebuah fasilitas pembangkitan


listrik yang menggunakan sampah sebagai bahan bakarnya. Sampah atau gas
methan sampah dibakar menghasilkan panas yang memanaskan uap pada boiler
steam supercritical. Uap kompresi tinggi kemudian menggerakkan turbin uap dan
flywheel yang tersambung pada generator dinamo dengan perantara gear transmisi
atau transmisi otomatis sehingga menghasilkan listrik. Daya yang dihasilkan pada
pembangkit ini bervariasi antara 500 KW sampai 10 MW.

2.5 Prinsip Kerja PLTSa

Pada dasarnya, PLTSa adalah PLTU berbahan bakar sampah sehingga pada
prinsip kerjanya tidaklah jauh berbeda jika dibandingkan dengan prinsip kerja
PLTU pada umumnya. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung dengan
tiga tahapan, yaitu:

1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi panas

2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik di alam

3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

11
Gambar proses konversi energi pada PLTAs

Bagian-bagian utama pada PLTU terdiri dari:

1. Boiler

Boiler berfungsi sebagai pengubah bahan bakar menjadi uap panas yang akan
digunakan untuk memutar turbin

2. Turbin Uap

Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh
uap menjadi energi putar (energi mekanik). Poros turbin dihubungkan dengan
poros generator sehingga ketika turbin berputar generator juga akan ikut berputar.

3. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap dari turbin yang sebelumya


telah digunaknan untuk memutar turbin.

4. Generator

Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi
listrik.

2.6 Proses Kerja Dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa )

Proses Kerja PLTsa terdapat tiga macam yaitu:


1. Proses Pembakaran
2. Proses Konversi Thermal

12
3. Proses Konversi Biologis

2.6.1 Proses Pembakaran

Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa


(Pembangkit Listrik Tenaga sampah) adalah sebagai berikut :
1) Pemilahan Sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat didaur ulang. Sisa
sampah yang datang akan diturunkan kadar airnya dengan jalan ditiriskan dalam
bunker selama 5 hari.
2) Pembakaran Sampah
Setelah kadar air berkurang tinggal 45%, sampah akan dimasukkan ke dalam
tungku pembakaran. Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran
yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu
pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas
1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai
dengan standar baku mutu emisi gas buang.
3) Penghasil Panas
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan
untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar
turbin. Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin berputar
generator juga akan berputar. Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga
listrik yang akan disalurkan ke jaringan listrik milik PLN. Uap yang melewati

13
turbin akan kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk dipanaskan, dan
seterusnya.
4) Pemanfaatan Abu Sisa Pembakaran
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang
dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula
sebelum dibakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako
atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan
bahan bangunan.
5) Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros.
6) Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan ke rumah-rumah atau ke
pabrik.

2.6.2 Proses Konversi Thermal


Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi,
pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-
bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi
oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara
sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi
menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun
sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi
oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa pada gas produk.
Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit,
multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.

14
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan
tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur
tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi
molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar,
larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.

Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi


gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna
pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa,
proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar
4000 kJ/Nm3.

Pembangkit listrik tenaga sampah yang banyak digunakan saat ini


menggunakan proses insenerasi. Sampah dibongkar dari truk pengakut sampah
dan diumpankan ke inserator. Didalam inserator sampah dibakar. Panas yang
dihasilkan dari hasil pembakaran digunakan untuk merubah air menjadi uap
bertekanan tinggi. Uap dari boiler langsung ke turbin. Sisa pembakaran seperti
debu diproses lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan (truk mengangkut
sisa proses pembakaran). Teknologi pengolahan sampah ini memang lebih
menguntungkan dari pembangkit listrik lainnya. Sebagai ilustrasi : 100.000 ton
sampah sebanding dengan 10.000 ton batu bara. Selain mengatasi masalah polusi

15
bisa juga untuk menghasilkan energi berbahan bahan bakar gratis juga bisa
menghemat devisa.

Proses kerjanya adalah sebagai berikut;

1. Sampah diturunkan kadar airnya dengan cara ditiriskan di dalam ruang hampa
dara selama kurang lebih lima hari.

2. Setelah kadar air tersisa ±45% sampah akan dimasukkan ke dalam tungku
pembakaran untuk dibakar pada suhu 850 oC - 900oC. Panas dari hasil
pembakaran ini akan memanaskan boiler dan mengubah air dalam boiler
menjadi uap.

3. Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan
berputar. Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin
berputar generator juga akan berputar.

4. Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga listrik yang nantinya akan
disalurkan ke jaringan listrik milik PLN sementara uap yang melewati turbin
akan kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk dipanaskan,
demikian seterusnya.

Pemanfaatan sampah untuk tenaga listrik di beberapa negara :


Di Amerika Serikat, sekitar 2.500 MW listrik dihasilkan setiap tahunnya dari
35 juta ton sampah (17% dari total sampah yang dihasilkan). Lebih dari 80%
volume sampah di Denmark dan 60% di Jepang juga diproses di fasilitas WTE.
Akibat pola pikir ini pemerintah maupun masyarakat mau menangani sampah
secara maksimal.
Cara kerja ini mirip dengan sistem thermal biasa (PLTU) hanya saja sumber
panas diganti dari pembakaran bahan bakar fosil menjadi dari pembakaran
sampah. Dengan kapasitas penerimaan 740 ton sampah per hari atau sepertiga dari
sampah yang dihasilkan di Kabupaten Bandung, sebuah PLTS (Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah) dapat menghasilkan listrik sebesar 168.977 MWh/tahun

16
dengan kapasitas daya 21 MW. Jumlah ini sama dengan kebutuhan rata-rata 57
ribu rumah tangga per tahun.
Teknologi ini pun mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 165.404
ton ekuivalen CO2 yang sama dengan emisi dari penggunaan 30.294 mobil bila
dibandingkan energi dari PLTU batu bara.
Pembangunan diestimasi membutuhkan lahan seluas 14 hektar, dengan biaya
awal sekitar Rp 332 miliar dan biaya operasional tahunan Rp 74 miliar.
Kapan Bisa Balik Modal Investasi Listrik dari pembakaran Sampah ?
Bila listrik yang dihasilkan dijual ke PLN dengan tarif Rp 787,20 per kWh
(diadaptasi dari nilai tarif pembelian listrik oleh PLN dari PLTU batu bara yang
sedang dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk.) maka setelah tahun ke- 4
pembangunan akan balik modal dan memiliki IRR (Internal Rate of Return)
sebesar 31%. Hal ini menunjukkan manfaat yang sangat besar pula dari segi
ekonomi.
Tujuan suatu sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah
tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis dengan dampak
lingkungan yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah
diperlukan adanya informasi tentang karakteristik sampah, karakter teknis
teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan, implikasi
lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan, dan perekonomian
2.6.3 Proses Konversi Biologis
Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik
(biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa
(sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas
menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat
digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat
digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane
yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.

17
Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah.
Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam
tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi
dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah
dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak
didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-
badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunyai
permeabilitas yang rendah. Aktifias mikroba dalam landfill menghasilkan gas
CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane
(pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar
450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah
sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan
pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan
pompa desentralisasi.
Pada tahun 2002 di Jepang, telah dicanangkan “biomass strategi total jepang”

18
sebagai kebijakan negara. Sebagai salah satu teknologi pemanfaatan biomas
sumber daya alam dapat diperbaharui yang dikembangkan di bawah moto bendera
ini, dikenal teknologi fermentasi gas metana. Sampah dapur serta air seni, serta isi
septic tank diolah dengan fermentasi gas metana dan diambil biomassnya untuk
menghasilkan listrik, lebih lanjut panas yang ditimbulkan juga turut dimanfaatkan.
Sedangkan residunya dapat digunakan untuk pembuatan kompos. Karena sampah
dapur mengandung air 70-80% sebelum dibakar. Kandungan air tersebut perlu
diuapkan. Disini dengan pembagian berdasarkan sumber penghasil sampah dapur
serta fermentasi gas metana, dapat dihasilkan sumber energi baru dan ditingkatkan
efisiensi termal secara total. Pemanfaatan Gas dari Sampah untuk Pembangkit
Listrik dengan teknologi fermentasi metana dilakukan dengan dengan metode
sanitary landfill yaitu, memanfaatkan gas yang dihasilkan dari sampah (gas
sanitary landfill/LFG).
Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan dari proses dekomposisi dari
timbunan sampah yang terdiri dari unsur 50% metana (CH4), 50% karbon
dioksida (CO2) dan <1% non-methane organic compound (NMOCs). LFG harus
dikontrol dan dikelola dengan baik karena lanjut beliau, jika hal tersebut tidak
dilakukan dapat menimbulkan smog (kabut gas beracun), pemanasan global dan
kemungkinan terjadi ledakan gas, sistem sanitary landfill dilakukan dengan cara
memasukkan sampah kedalam lubang selanjutnya diratakan dan dipadatkan
kemudian ditutup dengan tanah yang gembur demikian seterusnya hingga
membentuk lapisan-lapisan.
Untuk memanfatkan gas yang sudah terbentuk, proses selanjutnya adalah
memasang pipa-pipa penyalur untuk mengeluarkan gas. Gas selanjutnya dialirkan
menuju tabung pemurnian sebelum pada akhirnya dialirkan ke generator untuk
memutar turbin. Dalam penerapan sistem sanitary landfill yang perlu diperhatikan
adalah, luas area harus mencukupi, tanah untuk penutup harus gembur, permukaan
tanah harus dalam dan agar ekonomis lokasi harus dekat dengan sampah sehingga
biaya transportasi untuk mengangkut tanah tidak terlalu tinggi.

2.7 Dampak dari Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

19
2.7.1 Dampak Positif
1. Sebagai solusi untuk mengatasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil
seperti BBM dan batubara yang ketersediannya semakin terbatas dan menipis.
2. Pemanfaatan sampah yang efektif sebagai sumber energi alternatif
terbarukan.
3. Membantu Pemerintah mengatasi permasalahan sampah terutama di kota-kota
besar.
4. Mengatasi permasalahan Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang terbatas.
5. Menambah pasokan cadangan energi listrik di Indonesia.
2.7.2 Dampak Negatif
1. Berkurangnya lapangan kerja bagi warga yang menggantungkan hidupnya
dari sampah yang ada di TPA.
2. Adanya polusi udara yaitu bau tak sedap di sekitar PLTSa di lokasi
penampungan sampah sebelum diproses.
3. Adanya senyawa organik berbahaya berupa Dioxin yang merupkan hasil
sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran.
4. Adanya residu atau abu bawah (bottom ash) dan abu terbang (fly ash) yang
termasuk limbah B3.

BAB 3

20
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makah tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa) adalah sebagai berikut :
1. Sampah merupakan bahan/material sisa yang terbauang atau tidak terpakai lagi
dari segala aktivitas manusia dan tidak memiliki nilai ekonomis lagi
2. Penanggulangan sampah dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 4R
yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali), Recycle (mendaur
ulang) dan Replace (mengganti).
3. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah adalah sebuah fasilitas pembangkitan
listrik yang menggunakan sampah sebagai bahan bakarnya. Sampah atau gas
methan sampah dibakar menghasilkan panas yang memanaskan uap pada
boiler steam supercritical.
4.Proses kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu proses pembakaran dan teknologi fermentasi
methane
4. Dampak positif dari adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
adalah mengalirkan listrik dengan kekuatan yang cukup besar. Selain itu,
PLTSa juga mempunyai sisi negative yaitu dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan di sekitar area PLTSa tersebut.

3.2 Saran
Dalam penerapannya, harus diperhatikan upaya pengolahan limbah yang
dihasilkan selama proses pengubahan sampah menjadi energi listrik.

DAFTAR PUSTAKA

21
https://www.academia.edu/10090980/Makalah_Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sam
pah diakses pada 3 Juli 2019
http://abr26-k1m14.blogspot.com/2011/04/pltsa-pembangkit-listrik-tenaga-
sampah.html diakses pada 3 Juli 2019
https://dokumen.tips/documents/pembangkit-listrik-tenaga-sampah-
566d9a083f6e8.html diakses pada 5 Juli 2019
https://www.academia.edu/11101387/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sampah
diakses pada 6 Juli 2019
https://pembangkitlistriktenagasampah.wordpress.com/2016/09/07/pembangkit-
listrik-tenaga-sampah-pltsa/ diakses pada 6 Juli 2019
https://www.academia.edu/30596302/Pemanfaatan_Sampah_Menjadi_Energi_Lis
trik diakses pada 6 juli 2019

22

Anda mungkin juga menyukai