Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AKHIR MODUL 3

PENGORGANISASIAN INFORMASI DALAM INGATAN MANUSIA


Disusun Sebagai Tugas Akhir Modul Pembelajaran Dalam Jaringan Program Profesi Guru
Dalam Jabatan

Oleh :
SEYHAN
NIM. 19120152310426
NUPTK. 3836770671130012

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


PENDIDIKAN PROFESI GURU
PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal
yang dijadikan bahan belajar.
Dengan bermunculnya teori – teori yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang
sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut.
tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap
teori belajar juga terdapat kritikan – kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini,
penulis akan mengkaji salah teori belajar pengolahan informasi.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teori pengolahan informasi ?
2. Apa yang dimaksud sistem memori manusia ?
3. Bagaimanakah komponen belajar ?
4. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan memahami:
1. Pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia
2. Model pembelajaran pemrosesan informasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori pengolahan informasi


Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang
mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki
sutu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori
pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama
melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat
kemampuan memori seorang individu. Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan
salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi
kognitif tetap tidak jelas.
Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas
pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara
belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi. Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Model belajar pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan
melalui skema yang dikutip berikut ini, model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut
model kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu: 1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory
register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory ; 2) Working
memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini
berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya
dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak ; 3) Long-term memory, yang
secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi
yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang
tersimpan di dalamnya.
2.2 Sistem memori manusia
Konsepsi lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya
tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah koleksi potongan-
potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling berkaitan. Berdasar penjelasan-
penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa memori itu adalah sebuah wadah yang berisi
data-data, dimana data-data tersebut belum tentu saling berkaitan.
Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit
untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser, 1967. Ada
juga yang mengatakan memori adalah merupan gudang yang pasif, tetapi merupakan suatu yang
aktif memilih data penginderaan mana yang akan di olahnya, mengubah data data menjadi
informasi yang bermakna dan menyimpan infotmasi itu untuk digunakan di waktu kemudian. Hal ini
berarti memori juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap,
mengolah dan menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem
yang rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat
interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di
dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur
memori yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi ke
sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan
diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam ingatan
selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan
diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca
indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar pada apa yang
dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru dan
telah dinyatakan dua orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang
disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau
keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan pengideraan. Alasanya, seperti sudah
dipaparkan tadi, pencatatan pengideraan hanya dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama
tidak lebih dari satu detik saja.
2. Penyimpanan Jangka Pendek (working memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang
tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang
siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka
pendek adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang.
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa
adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat
penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses
pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari
para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan, di
samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudah seharusnya
mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam
seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak
ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi suara
dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang
patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya.
Namun hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari
dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya
selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
3. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari
memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi
yang ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi.
Jelaslah bahwa penyimpanan jangka panjang adalah penyimpanan jangka pendek yang mendapat
pengulangan. Kata lainnya kata lainnya penyimpanan jangka panjang tidak akan terbentuk tanpa
adanya pengulangan.
Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses
pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan
sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam
jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada
siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain
pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar
suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
·         Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah
daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para
siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat
ditulis menjadi 17–08–1945.
·         Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-
hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25
akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1,
4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
·  
2.3 Komponen belajar
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu:
1. mengarahkan perhatian ke stimulus
2. mengkode stimulus
3. penyimpanan dan pemanggilan informasi.

1. Perhatian ke stimulus
Pengolahan sistem informasi dalam memori manusia diawali ketika isyarat fisik diterima
pencatat sensori melalui indera (visual, audio maupun kenestik ). Isyarat fisik ini disimpan
sebenta di sebut ikon dan memori audio disebut peniru bunyi (echo). Jenis retensi isyarat yang
ke tiga disebut taktil atau haptik, untuk retensi ini belum banyak penelitian yang di lakukan.
Peranan perhatian ada dua peran perhatian dalam sistem pengolahan informasi yaitu:
1) pengolahan informasi secara otomatik, peran perhatian terhadaap hal-hal yang sudah
sedemikian luasnya sehingga berlangsung tanpa kendali secara sadar dan tidak
memerlukan perhatian khusus. Misalnya pengenalan pola-pola yang sudah diketahui
seperti pola perkalian 1 x 10. B)
2) peranan perhatian untuk mengolah informasi yang memerlukan usaha sadar yang
dilakukan secara terkosentrasi, yaitu untuk mengenal informasi yang diperlukan untuk pola-
pola yang belum diketahui (baru)

2. Mengkode stimulus
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai
memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka di perlukan pengkodean yaitu mengubah
stimulus sehingga dapat di simpan sehingga pada waktu lain dapat dimunculkan kembali
dengan mudah. Ada dua cara pengkodean yaitu: gladi pelihara atau gladi primer dan gladi
elaboratif. Pengulangan terhadap informasi yang ingin diingat ini adalah salah satu contoh
gladi pelihara. Kebalikannya gladi elaboratif adalah mengubah melalui berbagai cara yaitu:
a) diganti dengan lambang lain (subsitusi)
b) dilengkapi dengan informasi tambahan untuk memudahkan mengingatnya.
Contoh mengenai hal tersebut seperti pada hal di bawah ini: Mengasosiasikan pohon
korma (informasi baru) dengan pohon korma sawit (informasi lama) ini adalah contoh gladi
elaboratif.

3. Penyimpanan dan retrival


Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam memori jangka
panjang untuk dapat di ingat kembali sewaktu-waktu diperlukan. Untuk proses ini sangat
bergantung bagai mana informasi itu disimpan dan bagaimana hubungan informasi itu dengan
informasi sebelumnya dari memori jangka panjang. Gladi pelihara dan gladi elaboratif ke duanya
dapat membantu individu dalam mengingat informasi dalam waktu yang akan datang. Sistem
mnemonik adalah cara untuk memudahkan kembali meliputi: akronim, catatan, kartu
pengisyaratan, titian ingatan, penggunaan kata-kata frase untuk mengingat not-not yang terletak
pada garis-garis paranada dan seterusnya.

2.4 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar


Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa meemori manusia
itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi
suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari. Komponen
belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di
atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus, pengkodean
stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen dasar
tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah, a) Membimbing untuk menerima
stimulus; b) Memperlancar pengkodean ; dan c) Memperlancar penyimpanan dan retrieval.
Melihat dari komponen tersebut sudah pasti ketiganya merupakan suatu satu kesatuan yang harus
dilakukan secara berutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan di dapat atau hasil
belajar dari peserta didik itu sendiri.
1. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus
Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan diperhatikannya,
ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia memiliki suatu aplikasi filterasi terhadap
stimulus-stimulus yang di perhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan
dengan memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain,
a) Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik akan
memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan dipilih. Jadi
dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada stimulus yang telah ditentukan,
b) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan awal stimulus
melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di
simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean
ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan dengan informasi lama yang sudah
tertanam dalam memori manusia.
Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah dengan memudahkan peserta didik dalam
menerima informasi yang cermat dan lengkap. Atau dengan ungkapan lain apakah informasi yang
diberikan itu diterima di dalam memori kinirja peserta didik. Untuk memudahkan penerimaan
informasi untuk tujuan behavioral dapat dilakukan dengan organise muka (advance organize),
yaitu merupakan konsep-konsep paying bagi bahan baru. Melalui hal ini juga dapat di gunakan
sebagai jembatan antara kognitif lama dan struktur kognitif yang akan diperoleh, sehingga melalui
advance organizer dapat memperlancar proses mengkode pada peserta didik. Membahas
mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan (mayer: 19979) yaitu:
a. Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan logis dalam
materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah bagaimana membuat hubungan
yang singkron/ masuk akal antara informasi yang di miliki peserta didik dengan informasi yang
akan di peroleh saat proses belajar.
b. Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan informasi yang
baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam hal ini dapat diartikan
juga bahwa melalui organizer ini, peserta didik akan dibantu untuk memahami informasi yang
sama sekali belum dikenal dan belum ada pada informasi yang sudah dimilikinya.

2. memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka
panjang. proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna
memudahkan dan mengingat kembali di waktu kemudian mengenai informasi tersebut. Ada dua
rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan
pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau
kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik.
Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk
kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang.
Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang
dapat berupa judul paragraf atau kata-kata yang berhubungan.

3. memperlancar penyimpanan dan retrival


Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan
kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa: irama
bunyi,sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan
pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis
pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besardalam proses
mengingat kembali terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia. Menanggapi
penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam melaksanakan
penelusuran, yaitu:
·         Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari dalam
ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian terhadap
informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di munculkan.
·         Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di dalamnya,
sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi yang di pakai
dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan
proses penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan eksklusif
ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan atau di munculkan
kembali dapat didapatkan oleh individu.
BAB III
SIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa kesimpulan
antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu
dari lingkungan.
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term
Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke stimulus,
Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

3.2 Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini. Dan demi perbaikan makalah kami
selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun. Demikianlah hasil
karya tulis kami yang terangkim dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Karwono dan Heni Mularsih.2010.Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber


Belajar.Ciputat:Penerbit Cerdas Jaya
2.  Muhibbin Syah.2001. Psikologi belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
3.   Rasyad, A. 2003. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press

Anda mungkin juga menyukai