Kunjun
Waktu Tujuan
gan
1 6-8 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
jam 2. Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk
post bila perdarahan berlanjut.
partu 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
m keluarga bagaimana mencegah perdarahan karena atonia
uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus
post berkontraksi, fundus di bawah pusat, tak ada perdarahan
partu abnormal, tak ada bau.
m 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
3 2 Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
mingg
u post
partu
m
4 6 1. Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang
mingg dialami pada ibu maupun pada bayinya.
u post 2. Menberikan konseling untuk KB
partu
m
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis
yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran
jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh
ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih
kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
o Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Berat Diameter Bekas
Involusi TFU Keadaan Cervix
Uterus Melekat Plasenta
Setelah plasenta lahir Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
8 minggu Normal 30 gr
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
e.Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan; Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang
ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan: nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus
atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus
C. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-
obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan
biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
Pemeriksaan Diagnostik Hasil:
o Kondisi uterus: palpasi fundus, o Kontraksi miometrium, tingkat involusi
kontraksi, TFU. uteri.
o Jumlah perdarahan: inspeksi
perineum, laserasi, hematoma. o Bentuk insisi, edema.
o Pengeluaran lochea.
o Kandung kemih: distensi bladder. o Rubra, serosa dan alba.
o Hematuri, proteinuria, acetonuria 24
o Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam jam pertama 380C.
pertama setelah partus, TD dan Nadi o Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
terhadap penyimpangan menurun 20 mmHg, bradikardi: 50-70
cardiovaskuler. x/mnt.
D. KONSEP DASAR TEORI MIOMA UTERI
1. Pengertian
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding
uterus, beberapa istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma, miofibroma,
laiomioma, fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma merupakan tumor uterus
yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas umur 35 tahun (Wim de Jong, dalam
Nurarif, 2015)
2. Berdasarkan letaknya mioma uteri dapat diklasifikasikan dibagi menjadi
1) Mioma Submukosum : dibawah endometrium dan menonjol dalam kavum
uteri.
2) Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut miometrium
3) Mioma Subserosum : mioma yang tumbuh kearah luar dan menonjol pada
permukaan uterus.
3. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada
kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di
samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth
hormone.
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan
dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan
hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B
hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada miometrium normal.
2) Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode
ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama
kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
Estrogen. Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang
diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
a. Umur : Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35
b. Paritas : Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan
infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik : Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian
tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
d. Fungsi ovarium : Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik
dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor
dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor
yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma
daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan
mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan
komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi.
b. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
nekrosis dan peradangan.
c. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, hidroureter,
poliuri.
d. Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma submukosum.
e. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba
5. Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium
normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian
estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur.
Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi
pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan
juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf
degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri.
6. Komplikasi
Pertumbuhan lemiosarkoma. Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama
beberapa tahun tidak membesar, sekonyong - konyong menjadi besar apabila
kalauhal itu terjadi sesudah menopause
Torsi (putaran tangkai ) Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum
mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan
mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan
tampak gambaran klinik dari abdomenakut
Nekrosis dan Infeksi Pada mioma subserosum yang menjadi polip, ujung
tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari
vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis
dan infeksi sekunder.
7. Pemeriksaan penunjang
a) Tes laboratorium Hitung darah lengkap dan asupan darah : leukositosis dapat
disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar
hemoglobin dan hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.
b) Tes kehamilan terhadap chorietic gonadotropin
c) Ultrasonografi Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat
membantu.
d) Pielogram intravena Dapat mebantu dalam evaluasi diagnostic.
e) Pap smear serviks Untuk menyingkap neoplasma serviks sebelum histerektomi
8. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
Umumnya pasien mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan. Hal ini
terutama untuk pasien yang tidak ada keluhan atau mendekati menopause.
Mioma uteri dengan ukuran tidak lebih dari usia kehamilan tiga bulan akan
mengecil sendii pada menopause, namun perlu pengawasan yang ketat akan
terjadinya degenerasi benigna atau maligna. Tindakan konservatif terutama
dilakukan untuk wanita yang masih mempunyai anak dan ukuran mioma
masih kecil. Tindakan konservatif tidak dilakukan bila terdapat gejala-gejala
yang merupakan indikasi pembedahan atau radiasi seperti nyeri abdomen atau
pelvic distorsio abdomen karena tumor-tumor besar dan pertumbuhan tumor
yang cepat.
b. pengobatan penunjang
Khusus sebagai penunjang pengobatan bagi pasien dengan anemia karena
hiperminore dapat diberikan ferum, tranfusi darah, diet kaya protein, kalsium.
c. Pembedahan
Pada pasien mioma uteri dapat dilakukan tindakan pembedahan antara lain
miomektomi dan histerektomi.
Miomektomi
Yaitu operasi pengambilan sarang mioma saja tanpa pengnngkatan
uterus. Tindakan ini dapat dilakukan pada mioma submukosa yang
bertangkai atau jka fungsi uterus masih ingin dipertahankan karena
keinginan mempunyai anak, maka kemungkinan akan terjadi
kehamilan 30-50 % setelah dilakukan miomektomi untuk
menyelamatkan fetus. Miomektomi bisa kambuh lagi 15-30 % untuk
dilakukan miomektomi yang kedua.
Histerektomi.
Sekitar 25-35 % pasien mioma uteri masih memerlukan histerektomi.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan utyerus yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilakukan lewat
abdomen maupun vagina. Pada histerektomi lewat vagiona ini jarang
dilakukan Karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak
ada perlekatan dengan sekitar uterus. Macam-macam histerektomi
abdomen antara lain:
Histerektomi subtotalis Operasi yang mengangkat rahim atau uterus
saja.
Histerektomi totalis Operasi yang mengangkat
Histerektomi totalis dengan salpingo oforektomi bilateral Operasi
yang mengangkat rahim, leher rahim, saluran telur, indung telur,
bagian hulu vagina, ligament, kelenjar getah bening dan jaringan
lemah dari dalam rongga pinggul. Histerektomi totalis biasanya
dilakukan dengan alas an mencegah timbulnya karsinoma servik uteri.
E. KONSEP DASAR SECTIO CAESARIA
1. Definisi
Sectio caesario adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat dalam
keadaan utuh serta berart janin diatas 500 gram.
2. Jenis-Jenis Sectio Caesario
a. Sectio caesario transperitonealis profunda
Dilakukan insisi di segmen bawah uterus, insisi pada bawah rahim bisa dengan
teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak
Bahaya peritonitinis tidak besar
Bagian uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karen pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
b. Sectio caesario klasik atau sectio caesario kopural
Dibuat pada bagian korpus uteri. pembedahan ini yang agak mudah dilakukan
hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesario
transperitonealis profunda.
c. Sectio caesario ekstra peritoneal
Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi perporal akan tetapi dengan
kemajuan pengobatan terhadap infeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi dilakukan
d. Sectio caesario hysteroetomi
Setelah sectio caesario dilakukan hysteroetomi dengan indikasi plasenta accrete,
mioma uteri, infeski uteri berat.
3. Etiologi
a. CPD (chepalo pelvik dispropotion)
Adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengnanukuran lingkar kepala
janin yang menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal.
b. PEB (Pre-eklamsi berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi.
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian.
c. KPD (ketuban pecah dini)
Merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu
satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
aterm 37 minggu.
d. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelaahiran
kembar meiliki resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran
satu bayi sebelum itu bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan laihr yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan letak janin
Kelainan pada letak kepala : letak kepala tengadah, presentasi muka,
presentasi hadi
Letak sungsang
4. Komplikasi
a. Infeksi puperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi
menjadi:
Ringan dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
Sedang dengan suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehhidrasi
dan perut sedikit kembung
Berat, peritonitis, sepsis
b. Perdarahan
c. Luka kandung kemih
d. Kurang kuatnya pada dinding uterus
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG) untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang
b. Pemindaian CT-scan
c. MRI
d. Pemindaian positron emission tomography
e. Uji laboratorium : fungsi lumbal, hitung darah lengkap, elektrolit, skrining toksik,
dai serum dan urin, AGD, kadar kalium darah
6. Pendidikan Kesehatan
a. Pembalutan dan perawatan awal
b. Diet
c. Mobilisasi
d. Menjaga kebersihan genitalia
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelmain, alamat, suku/bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk.
b. Keluhan utama : nyeri
c. Riwayar penyakit sekarang : riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan
cairan ketuban yang keluar pervaginam secara apsontan kemudiantidak diikuti
taanda- tanda persalinan
d. Riwayat penyakit dahulu : penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, TBC, DM, hipertensi, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus
e. Riwayat kesehatan keluarga : adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, TBC, DM, hipertensi, hepatitis
f. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya
Pola aktivitas
Pada pasien post partum klien dapat melaukan aktivitas seprti biasanya
terbatas pada aktivitas ringan tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri
Pola eliminasi
Pada pasien post parrtum sering terjadi adanya perasaan/susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan terjadinya udema dari trigona
Istitahat dan tidur
Karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah proses
persalainan
Pola hubungan dan peran
Peran pasien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain
Pola penanggulangan stres
Biasanya sering melawan dan merasa stres
Pola sensori dan kognitif
Merasakan nyeri pada abdomen akibat luka jahitan dan nyeri diperut
akibat involusi uteri. pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
g. Pemeriksaan fisik
Kepala : bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah ada benjolan
Leher : apakah ada pembengkakan tiroid
Mata : terkadang adanya pembengkakan kelopak mata dan konjungtiva,
kadang pucat karena proses persalinan yang mengalami perdarahan
Telinga dan hidung : bentuknya dan kebersihannya
Dada : terdapat pembesaran payudara
Genitalia : pengeluarandarah bercampur lendir, pengeluaran air ketuban
Anus : terkadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
Ekstremitas : pemeriksaan edema untuk melihat kelainan karena
pembesaran uterus
TTV : apabila terjadi peradarahan pada post partum, tekanan darah
turun, nadi cepat, pernapasan meningkat, suhu tubuh turun
2. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d agens cedera fisik (luka post operasi) ditandai dengan
mengekspresikan nyeri secara verbal, tampak gelisah, meringis, memegang area
nyeri
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum ditandai dengan merasa letih dan
lemah
c. Risiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (prosedur
invasif)
d. Risiko syok hipovolemik b.d pembedahan
3. Rencana Tindakan
a. Nyeri akut Nanda 2018-2020 hal 445
Defenisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan actual atau potensial.
Batasan karakteristik;
Bukti nyeri yang menggunakan standar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya.
Diaforesis atau berkeringat
Ekspresi wajah nyeri (misalnya mata kurang bercahaya, meringis,
gerakan mata terpencar atau tetap pada satu focus)
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
Instrumen nyeri
Mengekpresikan perilaku gelisah
Ekspresi wajah nyeri
Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas
Faktor yang berhubungan; Agens cedera fisik (luka post operasi)
NOC Hal 645; Kontrol nyeri ; tindakan pribadi untuk mengotrol nyeri
kriteria Hasil
Mengenali kapan nyeri terjadi
Menggambarkan faktor nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
Menggunakan analgesic yang direkomendasikan
Melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC Hal 198 Manajemen Nyeri; pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi, lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas dan faktor pencetus.
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak bisa berkomunikasi secara efektif.
Pastikan perawatan analgetik pada pasien dilakukan dengan pemantauan ketat
Gali pengetahuan pasien tentang nyeri
Berikan informasi mengenai nyeri
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat
9. Evaluasi
Evaluasi terhadapat masalah nyeri akut secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam;
Mampu megenali kapan terjadi nyeri
Mampu mengontrol nyeri tanpa analgetik
Pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri semakin bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati dan Wulandari, (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia
Press.
Ari, Sulistyawati, Esty Nugraheny.2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakata:Salemba Medika
Indriyani, D (2013). Aplikasi Konsep Dan Teori Perawatan Maternitas Postpartum Dengan
Kematian Janin. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Manuaba, dkk (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Buku
Kedokteran.
Maritalia, Dewi (2014). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
NANDA (2018-2020) Diagnosa Keperawatan Defenisi Dan Klasifikasi 2018-2020.Buku
Kedokteran:ECG
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi 11.Jakarta:EGC