Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam


rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dalam hal ini,
pelayanan apoteker merupakan salah satunya. Tentu saja pelayanan yang
dimaksud adalah pelayanan yang baik dan bermutu yang bukan berorientasi pada
drug oriented melainkan berubah menjadi patient oriented. Pelayanan yang
bermutu selain dapat mengurangi terjadinya risiko medication error juga dapat
memenuhi kebutuhan serta tuntutan masyarakat, sehingga masyarakat akan
memberikan persepsi yang baik terhadap apotek dan apotekernya.
Apoteker merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi
bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian, yang dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kemanusian, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, bagi
pengembangan pribadi warga negara Republik Indonesia, untuk mewujudkan
manusia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Pancasila dalam fungsinya
sebagai dasar negara merupakan kaidah hukum yang mengatur negara Republik
Indonesia, termasuk didalamnya adalah profesi apoteker. Pancasila dalam
kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan
profesi apoteker sebagai warga profesi apoteker Indonesia. Dalam melaksanakan
peran dan fungsinya, apoteker sebagai profesi senantiasa berusaha mewujudkan
nilai-nilai pancasila dalam setiap pharmaceutical care yang dilakukannya.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan profesi apoteker terhadapnya adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta. Dengan nilai ini menyatakan profesi apoteker merupakan profesi yang
religius bukan profesi yang ateis. Nilai ketuhanan juga memiliki arti adanya
pengakuan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan
beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antar umat

1
beragama. Dalam melakukan asuhan keperawatan, apoteker mengakui keyakinan
dan kepercayaan pasien, dan apoteker berkewajiban membantu pasien dalam
pelayanan tanpa membedakan dalam perbedaan agama.
Nilai Kemanusian Yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran sikap
dan perilaku apoteker harus sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama
atas dasar tuntunan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimna
mestinya. Dalam menjalankan peranannya apoteker akan berhadapan dengan
pasien yang berasal dari berbagai budaya, sosial ekonomi, dan pendidikan. Dalam
hal ini apoteker berusaha memperlakukan siapapun pasien yang dihadapi dengan
profesional tanpa mengurangi kualitas pelayanan sedikitpun.
Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha kearah bersatu dalam
profesionalisasi apoteker untuk membina rasa nasionalisme dalam profesi
apoteker Indonesia.
Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan mengandung makna bahwa dalam melakukan
asuhan keperawatan apoteker harus berkolaborasi dengan sejawat profesi lainnya
maupun pasien dan keluarga pasiennya.
Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung makna
sebagai dasar tercapainya kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan:
1. Bagaimana peran nilai-nilai pancasila dalam pembentukan dan perbaikan
moral pada apoteker?
2. Bagaimana tindakan apoteker dalam mengimplementasikan Pancasila dalam
pelayanan kefarmasian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran nilai-nilai Pancasila dalam
pembentukan dan perbaikan moral apoteker
2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui apoteker dalam menjalankan
praktek kefarmasian.

2
3. Mengetahui sejauh mana peran nilai-nilai Pancasila dalam pembentukan dan
perbaikan moral apoteker.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila ialah sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar falsafah
negara (dasar filsafat negara atau philosophische grondslag) dari negara, ideologi
negara (staatsidee). Dalam hal tersebut Pancasila dipergunakan sebagai dasar
untuk mengatur pemerintahan negara. Dengan kata lain pancasila digunakan
sebagai dasar untuk mengatur seluruh penyelenggaraan negara.
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila merupakan
sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara
Republik Indonesia berserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta
pemerintahan negara. Sebagai dasar negara. Sebagai sumber hukum Negara
Indonesia Pancasila mempunyai fungsi :
1. Asas kerohanian tertib hukum Indonesia
2. Suasana kebatinan (geistlichenhinterground) dari UUD
3. Cita-cita hukum bagi hukum dasar negara
4. Pandangan hidup bangsa Indonesia
5. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, yang berarti pancasila lahir
bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia serta berada dalam cirri khas
Indonesia dalam sikap mental ataupun tingkah lakunya sehingga dapat
membedakan dengan bangsa lain
7. Perjanjian luhur berarti Pancasila telah disepakati secara rasional sebagai
dasar Negara tanggal 18 Agustus 1945 melalui siding PPKI
8. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
Makna Dari Pancasila
 Nilai-nilai pada pancasila dasarnya ialah nilai filsafat yang sifatnya mendasar

4
 Pancasila sebagai dasar negara yang mengandung makna bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau menjadi pedoman bagi
penyeleggaraan bernegara.
 Nilai dasar pancasila ialah bersifar abstrak , normatif serta nilai itu menjadi
motivator kegiatan dalam penyelaggaraan bernegara.

2.2 Peran Nilai-nilai Pancasila Dalam Pembentukan dan Perbaikan Moral


Apoteker
Dalam kehidupan bermasyarkat diperlukan penerapan dari nilai-nilai yang
terkandung di dalam pancasila. Begitu pula dalam menjalankan profesi sebagai
seorang apoteker. Secara etimologi istilah pancasila berasal bahasa Sansekerta.
Menurut Prof.Mr. H. Muhammad Yamin istilah pancasila memiliki dua macam
arti, yaitu :
 Panca Syila yang berarti lima dasar atau lima alas atau lima sendi
 Panca Syila yang berarti lima aturan tingkah laku yang baik atau lima aturan
tingkah laku yang penting
Pancasila bersifat simbolik universal yang maksudnya adalah nilai-nilai
pancasila bersifat umum dan dapat diterapkan di berbagai bidang kehidupan.
Begitu pula dalam bidang profesi apoteker. Apoteker adalah seseorang yang
mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek,
rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan
bidang kefarmasian. Apoteker sebagai salah satu profesi yang dituntut untuk
mampu berinteraksi dengan masyarakat diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai
pancasila dalam menjalankan profesinya.
Tanggungjawab apoteker dalam pelayanan farmasi nonklinik berupa
pelayanan produk, yaitu berupa perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, dan distribusi obat-obatan yang dibutuhkan di rumah sakit,
sedangkan pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan yang dilakukan secara
langsung dan memerlukan interaksi dalam pelaksanannya baik dengan pasien
maupun dokter dan perawat, antara lain pelayanan obat atas pesanan dokter,

5
pendistribusian obat dan produk farmasi pada pasien dan perawat, serta pelayanan
konseling dan informasi obat.
Menurut PP 51 tahun 2009 Apoteker mempunyai peran dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagian pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu
2. Sebagai penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu apotek, di
instalasi farmasi ruumah sakit (IFRS), puskesmas, klinik, obat atau praktek
bersama
Selain itu terjadinya pergeseran pelayanan dari drug oriented menjadi patient
oriented dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga
menghasilkan outcome terapi yang baik. Outcome terapi pasien dengan peran
apoteker yang optimal meliputi:
1. Sisi humanistic meliputi kualitas hidup dan kepuasan
2. Sisi klinik meliputi kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis,
penyembuhan penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala yang dialami
pasien, menghambat atau memperlambat proses penyakit, dan mencegah
kemungkinan meunculnya penyakit
3. Sisi ekonomis yaitu pengurangan biaya kesehatan yang langsung dan non-
langsung
Dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker menemui berbagai kendala
seperti :
1. Dari awal kuliah sampai jadi lulusan apoteker, seorang apoteker kalah
pamornya daripada dokter menyebabkan mental apoteker menajdi lemah
ketika terju kedunia kerja
2. Saat bekerja dengan gaji standar yang tidak berpaut jauh dengan AA (Asisten
Apoteker) yang notabene setara dengan lulusan SMA. Ini menunjukkan
rendahnya nilai tawar profesi apoteker dengan tanggungjawabnya yang berat
mengenai keselamatan jiwa seseorang karena sangat erat hubunganya dengan
obat yang notaben racun bagi tubuh

6
3. Kurangnya pemahaman seorang apoteker mengenai profesinya
4. Profesi apoteker kurang dipercayai oelh masyarakat
5. Pasien nyaman dengan pelayanan dari dokter dan tenaga kesehatan lain
dibanding dengan pelayanan dari apoteker ketika mereka akan
mengkonsultasi obat
6. Pasien tidak mengenal profesi apoteker karena kontribusi untuk masyarakat
luas masih kurang
Berdasarkan hal diatas seorang apoteker harus senantiasa menjalankan
profesinya sesuai kompetensi apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusian dalam melaksankan kewajibannya
(kode etik apoteker pasal 3). Berdasarkan kode etik tersebut berarti apoteker harus
mampu menerapkan sila kedua pancasila yaitu Kemanusian Yang Adil dan
Beradab. Sila tersebut mengandung arti apoteker harus sesuai dengan nilai-nilai
moral dalam hidup bersama atas dasar tuntunan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Selain berpegang teguh pada kemanusian seorang apoteker wajib menjalankan
nilai-nilai yang disebut eight star of pharmacist demi terciptanya harmonisasi
antara dunia farmasi dengan masyarakat. Eight star of pharmacist adalah suatu
nilai-nilai yang harus dimiliki sebagai seorang farmasis untuk bisa memberikan
pelayanan dan kontribusi yang baik dalam pekerjaan maupun kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Delapan bintang tersebut meliputi :
1. Leader : Seorang farmasi harus punya jiwa kepimpinan yang kuat, baik
memimpin diri sendiri atau orang lain dan bertanggung jawab dalam semua
hal yang menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat.
2. Decision maker : Seorang farmasis harus berpondasikan kecocokan,
kemanjuran, aman dan harga yang efektif serta memainkan peran dalam
penyusunan kebijaksanaan obat-obatan
3. Communicator : Seorang farmasis harus bisa menjelaskan informasi
kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat serta berpengetahuan dan percaya
diri ketika berinteraksi dengan tenaga kesehatan

7
4. Long Life Learner : Seorang farmasis harus belajar bagaimana menjaga ilmu
pengetahuan dan keterampilan mereka tetap up to date.
5. Teacher : Seorang farmasis tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang
lainnya, tapi juga memberi peluang pada parktisi lainnyauntuk memperoleh
pengetahuan dan menyesuaikan keterampilan yang telah dimilikinya
6. Care Giver : Seorang farmasis mampu menjelaskan gaya hidup sehat,
simptom penyakit serta pelayanannya harus dengan mutu yang tinggi
7. Manager : Seorang farmasis harus bisa mengelola dan mengatur segala
sumber daya (SDM, fisik dan keuangan) dan informasi secara efektif serta
tanggung jawab yang lebih besar untuk bertukar informasi tentang obat dan
produk yang berhubungan dengan obat serta kualitasnya.
8. Researcher : Seorang farmasis harus bisa menggunakan sesuatu berdasarkan
bukti (ilmiah, praktek farmasi, sistem kesehatan) yang efektif dalam
memberikan nasehat pada pengguna obat secara rasional dalam tim-tim
pelayanan kesehatan.
Dengan mengaplikasikan pancasila dan melaksanakan eight star of
pharmacist dalam menjalankan profesinya seorang apoteker akan dapat
menetapkan philosophy pharmaceutical care yaitu bertanggungjawab dalam
menentukan terapi obat dengan tujuan mendapatkan hasil nyata yang dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Seperti masalh dalam dunia farmasi maupun
apoteker yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan menerapkan nilai-nilai
pancasila. Sebagai contoh yaitu masalah tentang pelayanan apoteker yang bekerja
di apotek bisa dikatakan kurang optimal. Hal ini disebabkan ada beberapa
apoteker yang menyalahgunakan profesinya untuk memiliki lebih dari satu
apotek. Menurut peraturan yang berlaku dalam PP No.51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, seharusnya apoteker hanya bisa memiliki satu apotek. Hal
tersebut berdampak pada pelayanan masyarakat yang kurang optimal. Masyarakat
seharusnya dapat berkonsultasi langsung dengan seorang apoteker, namun jika
satu orang apoteker memiliki dua apotek bearti kurang efektif. Seorang apoteker
seharusnya mampu melihat dari sisi kemanusia, moral, serta hati naruni yang

8
dimilikinya.
Penerapan sila-sila Pancasila dalam profesi Apoteker
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
b. Apoteker dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sadar,
murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan
kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan.
c. Apoteker yang jujur dan tekun dalam tugas.
d. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
a. Memberikan pelayanan yang adil tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit dan sebagainya sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
b. Apoteker memberikan informasi dengan jujur dan memperlihatkan sikap
empati yaitu turut merasakan apa yang dialami oleh pasien.
c. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif pasien
dengan memberikan waktu untuk mendengarkan semua keluhan dan
perasaan pasien.
d. Apoteker harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki
wawasan yang luas.
e. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
f. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3. Persatuan Indonesia

9
a. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
b. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada
kepentingan pribadi.
c. Apoteker harus menjalin hubungan baik terhadap sesama Apoteker lain,
dan tenaga kesehatan lainnya, serta pasien dan agar tidak terjadi konflik
yang menimbulkan perpecahan.
d. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
e. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
a. Apoteker hendaknya membiasakan diri menahan pembicaraan tentang
hal-hal pasien dengan orang yang tak mempunyai hal dalam hal itu.
b. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
c. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
d. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan antara hak
dan kewajiban terhadap semua pasien.
b. Antara hak dan kewajibannya perlu diseimbangkan. Lebih mementingkan
keselamatan pasien tapi tidak mengabaikan keselamatan Apoteker itu
sendiri.
c. Apoteker mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,
konsisten serta tepat dalam bertindak.

10
d. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
e. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
f. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
g. Menghormati hak orang lain.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
i. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
j. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan social.

Dengan demikian sangat erat hubungannya antara hati nurani seorang farmasi
dalam menjalankan profesinya karena menyangkut orang banyak. Hati nurani
tersebut dapat tumbuh dengan sehat jika dilandasi dengan iman yang kuat. Hal ini
juga sesuai dengan penerapan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah memiliki
hati nurani yang berlandaskan iman, maka akan tercipta seorang apoteker yang
mampu menghadapi segala masalah yang akan dihadapi dan mampu berkontribusi
untuk masyarakat. Dengan kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, berarti juga
turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sesuai dengan tujuan
utama bangsa dan tercantum dalam sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

11
BAB IV

KESIMPULAN

Peran nilai-nilai pancasila dalam pembentukan dan perbaikan moral apoteker


berdasarkan kode etik apoteker pasal 3, apoteker harus mampu menerapkan sila
kedua pancasila yaitu kemanusian yang adil dan beradab. Sila tersebut mengandung
arti kesadran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama
atas dasar tuntunan hati seorang farmasis yang berkaitan erat dalam menjalankan
profesinya karena menyangkut orang banyak. Hati nurani dapat tumbuh dengan sehat
jika dilandasi dengan iman yang kuat. Hal ini sesuai dengan penetapan sila pertama
yaitu ketuhanan yang maha esa. Dengan kemajuan di bidang pelayanan kesehatan
berarti turut meningkatkan kesejahteraan masyarakt yang sesuai dengan tujuan utama
bangsa dan tercantum dalam sila kelima yaitu keadilan sosial bagi selruh rakyat
indonesia.
Dalam menjalankan profesi sebagai perawat, memberikan pelayanan yang terbaik
untuk pasien merupakan sebuah kewajiban. Bukan semata-mata hanya karena uang.
Ketulusan melayani tanpa membeda-bedakan satu sama lain merupakan salah satu
implementasi dari sila yang terkandung dalam pancasila.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. www. Dokumen.tips/documen/optimalisasi peran apoteker dalam pelayanan


kesehatan masyarakat.html, akses tanggal 30-3-2016 jam 13.00

2. www.slideshare.net/pjj.kemenkes/penerapan-pancasila-dalam-profesi-
apoteker, akses tanggal 30-3-2016 jam 13.30

3. http://scribd.com/2013/11/makalah-penerapan-sila-pancasila-dalam.html,
akses tanggal 03-04-2016 jam 07.00

13

Anda mungkin juga menyukai