BAB I
STATUS PASIEN
1.4 Keluhan Utama : Pasien datang dengan jantung berdebar sejak ±1 bulan
sebelum datang ke puskesmas.
sepanjang hari. Keluhan tersebut tidak disertai dengan nyeri dada, namun
pasien mengeluh tangan sering gemetaran, mudah berkeringat sehingga
pasien lebih suka berada di ruangan ber AC, sulit tidur dan menjadi lebih
mudah marah.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya lemas, mual dan
muntah sejak 1 minggu yang lalu. Lemas dirasakan sepanjang hari,
terutama setelah melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci. Setiap
setelah makan, pasien mengeluh mual dan muntah. Dimana muntahannya
berisi makanan yang dimakan pasien dengan frekuensi 3 kali dalam sehari.
Disamping itu, nafsu makan pasien meningkat, tetapi berat badannya
dirasakan terus menurun. Adanya diare atau konstipasi disangkal. BAK
dalam batas normal. BAB dalam batas normal.
Jantung
Abdomen :
Inspeksi Datar, massa (-), jaringan parut (-), petekie (-)
Palpasi Nyeri tekan epigastrium (+), turgor baik, defans muscular
(-), hepatomegali (-), splenomegali
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Ekstremitas
4
Darah Rutin
Darah Rutin
WBC : 9,7 PLT : 191
RBC : 5,18 HGB : 12,5
EKG
Axis : normal
Gelombang P : variable
Tidak ada Q patologis
Gelombang QRS normal
Gelombang U (-)
1.10 Pemeriksaan Penunjang Anjuran
1.13 Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien
disebabkan respon imunitas tubuh dimana dapat sembuh dengan terapi
yang diberikan namun dapat kambuh tergantung respon imunitas dan
faktor stress.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga imunitas tubuh pasien
dengan cukup beristirahat dan makan makanan bergizi.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan diri,
lingkungan sekitar, serta cuci tangan pakai sabun.
b. Preventif
Hindari stress berlebih
Olahraga teratur
6
Diet seimbang
c. Kuratif
Non Farmakologi
Tirah baring yang cukup
Hindari aktivitas berat dan stress
Makan makanan bergizi
Farmakologi :
Propiltiourasil 3x100 mg (p.o)
Bisoprolol 1x5 mg (p.o)
Omeprazole 1x20 mg (p.o)
d. Rehabilitatif
Menaati nasihat dokter dan patuh mengkonsumsi obat.
Jika keluhan tidak membaik atau justru timbul penyulit timbul bintik
kemerahan pada kulit atau perdarahan dan timbul sesak, segera akses
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat: Alamat:
7
Pro : BAB II
Umur : Pro :
TINJAUAN PUSTAKA
BB : Umur :
Alamat:
2.1 DEFINISI BB :
Alamat:
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif.
8
2.2 ETIOLOGI
Lebih dari 90% hipertiroid adalah akibat penyakit Graves dan nodul tiroid
toksik6.
Tabel 1. Penyebab hipertiroidisme
Tipe Penyakit
Biasa Penyakit Graves
Nodul tiroid toksis: multinodular dan mononodular toksis
Tiroiditis: de Quervain’s dan silent
Tidak Hipertiroidisme neonatal
Hipertiroidisme faktisius
biasa
Sekresi TSH yang tidak tepat oleh hipofisis: tumor,
nontumor (sindrom resistensi hormone tiroid)
Yodium eksogen
Jarang Metastase kanker tiroid
Koriokarsinoma dan mola hidatidosa
Struma ovarii
Karsinoma testicular embrional
Pilyostotic fibrous dysplasia (Sindrom Mc-Cune-Albright)
2.3 FISIOLOGI
Thyroid-stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis
anteroir, adalah regulator fisiologis terpenting bagi sekresi hormon tiroid.
Hampir semua langkah dalam pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid
dirangsang oleh TSH8.
Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggung jawab untuk
mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH,
tiroid mengalami atrofi (ukurannya mengecil) dan sekresi hormonnya
berkurang. Sebaliknya, kelenjar ini mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran
setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai
respon terhadap stimulasi TSH yang berlebihan.
10
2.4 PATOGENESIS
Rendah resistensi
hormon
tiroid
Gambar 1. Algoritma diagnosis diferensial hipertiroid.
12
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid,
atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
13
Indeks Wayne
Gejala Yang Baru Timbul Dan Atau Bertambah
No Nilai
Berat
1 Sesak saat kerja +1
2 Berdebar +2
3 Kelelahan +2
4 Suka udara panas -5
5 Suka udara dingin +5
6 Keringat berlebihan +3
7 Gugup +2
8 Nafsu makan naik +3
9 Nafsu makan turun -3
10 Berat badan naik -3
14
Hyperkinesis Present +4
Absent 0
Fine finger tremor Present +7
Absent 0
Pulse rate > 90/min +16
80-90 > min +8
< 80/min 0
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormone
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
a. Obat antitiroid.
Digunakan dengan indikasi :
1) Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi
yang menetap,pada pasien muda dengan struma ringan sampai
sedang dan tirotoksikosis.
2) Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang
mendapat yodium radioaktif.
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.
5) Pasien dengan krisis tiroid.
Obat diberi dalam dosis besar pada permulaan sampai eutiroidisme
lalu diberikan dosis rendah untuk mempertahankan eutiroidisme.
hormone di
jaringan dan sifat
imunologis
c. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.
Indikasi operasi adalah:
1) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat
antitiroid dosis besar.
2) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons
terhadap obat antitiroid.
3) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima
yodium radioaktif.
4) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik.
5) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau
lebih.
1. Riwayat penyakit.
2. Pemeriksaan mata secara sistematis dan teliti, dapat dilakukan dengan
penyinaran oblik, slit lamp, funduskopi, tonometri, eksoftalmometer,
dimana normal penonjolan mata sekitar 12-20 mm. Selain itu dapat
pula dilakukan tes lapangan pandang dan pemeriksaan visus. Protrusi
dari mata merupakan gejala klinik yang penting dari penyakit mata.
Eksoftalmometer Hertel adalah sebuah alat yang telah diterima secara
umum untuk menilai kuantitas proptosis.
Eksoftalmometer adalah alat yang dipegang tangan dengan dua alat
pengukur yang identik (masing-masing untuk mata satu), yang
dihubungkan dengan balok horizontal. Jarak antara kedua alat itu dapat
diubah dengan menggeser saling mendekat atau saling menjauh, dan
masing-masing memiliki takik yang pas menahan tepian orbita lateral
yang sesuai. Bila terpasang tepat, satu set cermin yang terpasang akan
memantulkan bayangan samping masing-masing mata di sisi sebuah skala
pengukur, terbagi dalam milimeter. Jarak dari kornea ke tepian orbita
20
Kelas Tanda
0 Tidak ada gejala atau tanda
1 Hanya tanda, yang mencakup retraksi kelopak mata atas, dengan atau
tanpa lid lag atau proptosis sampai 22 mm. Tidak ada gejala
2 Keterlibatan jaringan lunak
3 Proptosis > 22 mm
4 Keterlibatan otot ekstraokuler
5 Keterlibatan kornea
6 Kehilangan penglihatan akibat keterlibatan saraf optikus
Derajat keparahan tiroid oftalmopati.
Pada kasus toksikosis pilih angka tertinggi, > 45 highly suggestive, 25-44
suggestive of impending storm, di bawah 25 kemungkinan kecil.
Pengobatan harus segera diberikan, kalau mungkin dirawat dibangsal
dengan kontrol baik.
Umum. Diberikan cairan untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit (NaCL
dan cairan lain) dan kalori (glukosa), vitamin, oksigen, kalau perlu obat
sedasi, kompres es.
Mengoreksi hipertiroidisme dengan cepat:
a. Memblok sintesis hormon baru : PTU dosis besar (loading dose
600-1000 mg) diikuti dosis 200 mg PTU tiap 4 jam dengan dosis
sehari total 1000-1500 mg),
b. Memblok keluarnya cikal bakal hormon dengan solusio lugol (10
tetes setiap 6-8 jam) atau SSKI (larutan kalium yodium jenuh, 5
tetes setiap 6 jam). Apabila ada, berikan endoyodin (NaI) IV, kalau
tidak solusio lugol/SSKI tidak memadai,
c. Menghambat konversi perifer dari T4 T3 dengan propanolol,
ipodat, penghambat beta dan/atau kortikosteroid.
Pemberian hidrokortison dosis stres (100 mg tiap 8 jam atau
deksametason 2 mg tiap 6 jam). Rasional pemberiannya ialah karena
defisiensi steroid relatif akibat hipermetabolisme dan menghambat
konversi perifer T4.
Untuk antipiretik digunakan asetaminofen, jangan aspirin (aspirin akan
melepas ikatan protein-hormon tiroid, hingga free-hormon meningkat).
Apabila dibutuhkan, propanolol dapat digunakan, sebab disamping
mengurangi takikardia juga menghambat konversi T4 T3 di perifer.
Dosis 20-40 mg tiap 6 jam.
Mengobati faktor pencetus (misalnya infeksi). Respon pasien (klinis
dan membaiknya kesadaran) umumnya terlihat dalam 24 jam, meskipun
ada yang berlanjut hingga seminggu.
Tabel. Kriteria diagnostik untuk krisis tiroid (Burch-Wartofsky,1993).
>104,0 30 >140 25
Efek pada susunan saraf pusat Gagal jantung
Tidak ada 0 Tidak ada 0
Ringan (agitasi) 10 Ringan (edema kaki) 5
Sedang (delirium, psikosis, letargi berat) 20 Sedang (ronki basah) 10
Berat (koma, kejang) 30 Berat (edema paru) 15
Disfungsi Gastrointestinal-Hepar Fibrilasi atrium
Tidak ada 0 Tidak ada 0
Ringa (diare, nausea/muntah, nyeri perut) 10 Ada 10
Berat (ikterus tanpa sebab yang jelas) 20 Riwayat pencetus
Negatif 0
Positif 10
BAB III
ANALISIS KASUS
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN