Oleh:
Onrizal
Sejarah Kawasan
Pulau Rambut merupakan salah satu pulau dari 108 pulau yang
menyusun Kepulauan Seribu yang terletak di Teluk Jakarta. Secara geografis,
pulau ini berada di antara 106,5 o 41’ 30” BT dan 5,5 o 57’ LS. Sedangkan
1
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24
diusulkan dan direkomendasikan agar status Pulau Rambut dari cagar alam
diubah menjadi suaka margasatwa.
Menyambut rekomendasi tersebut dan juga dalam rangka
tertanggal 7 Mei 1999 memutuskan untuk merubah status Pulau Rambut dari
cagar alam menjadi suaka margasatwa dengan luas 90 ha yang terdiri atas
sekitar 45 ha daratan dan 45 ha perairan.
2
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24
3
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24
kecil, kuntul kerbau dan cangak abu. Hutan payau sekunder (Ceriops-
Xylocarpus-Scyphiphora) dihuni oleh cangak merah, kuntul besar, kuntul kecil,
kuntul sedang dan kowak maling.
4
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24
25.00
20.00
Luas (Ha)
15.00
10.00
5.00
0.00 Coral +
Hutan Hutan Hutan
mangrove pantai pasir
ekoton Laguna
1989 22.87 18.97 1.56 0.87 5.80
1996 20.96 19.73 1.82 0.83 2.37
2002 17.07 16.56 2.50 0.78 3.80
5
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24
sampah, dan (2) mati setelah siklus keluar masuknya air pasang surut terus-
6
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24
lain adalah: (a) pembuatan pemecah ombak (water break), (b) pembersihan
sampah di lantai hutan dan pengendalian pencemaran sampah, (c)
pengendalian pencemaran minyak, (4) pembuatan saluran inlet air pasang ke
kawasan, dan (5) penanaman, serta (6) pemeliharaan tegakan yang sudah ada.
Pembuatan tanggul pemecah ombak berguna untuk mengatasi abrasi
secara buatan, karena tegakan hutan yang saat ini dalam kondisi rusak secara
alami sudah tidak mampu mengatasi abrasi. Selain itu, dengan pembuatan
water break, anakan yang ditanam tidak terbawa oleh arus pasang surut.
Pembersihan sampah di lantai hutan dan pengendalian pencemaran sampah
dan minyak ditujukan agar pertumbuhan anakan, baik yang ditanam maupun
alami dapat tumbuh dengan baik.
Pengendalian pencemaran minyak dapat dilakukan dengan beberapa
cara, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Secara fisik, limbah minyak
antara lain dapat disedot dengan memblokir areal tumpahan minyak (oil spill).
Cara ini selain cepat juga tidak mempunyai dampak negatif terhadap
lingkungan sekitarnya, tetapi pengadaan alatnya memerlukan biaya yang
tinggi. Secara kimia, limbah minyak bumi dapat ditanggulangi dengan
dispersant, dimana minyak bumi akan diikat oleh dispersant tersebut sehingga
turun dan mengendap ke bawah permukaan laut. Endapan tersebut akan
terakumulasi dan tidak mudah terurai sehingga membahayakan biota dasar
laut. Alternatif penanggulangan secara biologi adalah dengan bioremediasi.
Bioremediasi merupakan penanggulangan yang ramah lingkungan, efektif,
efisien dan ekonomis.
Pembuatan saluran inlet air pasang ke kawasan bertujuan agar mangrove
mendapat pasokan hara, menjaga keseimbangan salinitas substrat, dan pasokan
oksigen ke lantai hutan. Seiring dengan berbagai upaya di atas, upaya yang
tidak kalah pentingnya adalah penanaman pada areal yang sudah terbuka dan
pemeliharaan tegakan yang ada.
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan mampu (1) memperbaiki
dan mengatasi berbagai permasalahan yang saat ini terjadi di dalam kawasan
7
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24
Pulau Rambu, dan (2) dapat bermanfaat jangka panjang dan berkelanjutan
untuk menunjang pengelolaan kawasan sehingga kawasan Pulau Rambut
Pustaka
8
Onrizal. 2004. Buletin Konservasi Alam 4 (1): 21-24