Anda di halaman 1dari 12

/^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ ΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁

EFEKTIFITAS PERMAINAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL


DIBANDINGKAN NEUROFEEDBACK TERHADAP PENURUNAN
DERAJAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA DI
RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Sumarni DW1, Mahar Agusno2, Santi Yuliani3


1,2BagianIlmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada/Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta
3Dokter Pendidik Klinis Fakultas Kedokteran UGM di RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang
Korespondensi: bu_sumarnidw@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat, dengan


kekambuhan berulang. Pasien seringkali mengalami gejala depresi. Perasaan
putus asa akan kondisi penyakitnya yang tidak kunjung sembuh membuat pasien
terpuruk dan kehilangan keyakinan terhadap masa depannya. Konsumsi obat
terus menerus yang menimbulkan rasa bosan dan menurunkan tingkat
kepatuhan sangat mengganggu proses kesembuhan pada pasien skizofrenia.
Banyaknya jumlah obat yang harus mereka konsumsi, akan memperberat
depresi, berisiko melakukan tindakan bunuh diri. Terapi permainan kearifan
budaya lokal dan neurofeedback merupakan salah satu tatalaksana
nonfarmakoterapi yang dapat digunakan terhadap depresi pada pasien pasca
skizofrenia.
Tujuan: Untuk menganalisis efektifitas terapi permainan kearifan budaya
lokal dibandingkan neurofeedback terhadap penurunan derajat depresi pada
pasien depresi pasca skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Bahan dan Cara: Jenis penelitian eksperimental semu dengan rancangan
pretest dan post test control design. Subyek penelitian adalah pasien depresi pasca
skizofrenia di RSJ Prof.Dr. Soerojo Magelang
Alat penelitian yang dipergunakan adalah: (1) peralatan permainan kearifan
budaya lokal; (2) alat elektromedik neurofeedback; (3) Beck Depression Inventory
(BDI); (4) kuesioner sosio-demografi. Responden dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
kelompok yang diberi perlakuan permainan kearifan budaya lokal, kelompok yang
diberi neurofeedback, kelompok yang diberi permainan kearifan budaya lokal dan
neurofeedback, dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Efektifitas
perlakuan diukur melalui pembandingan data derajat depresi sebelum perlakuan
dengan data derajat depresi setelah perlakuan. Teknik analisis statistik yang
dipergunakan adalah F-test dan F2-test, dengan D = 5%.
Hasil: Terjadi penurunan skor depresi yang signifikan pada kelompok
responden yang diberi perlakuan permainan kearifan budaya lokal (-61,6%; Fh =
336,135; p < 0,01), neurofeedback (-64,8%; Fh = 265,283; p < 0,01), gabungan
permainan kearifan budaya lokal dan neurofeedback (-74,5%; Fh = 397,093; p <
0,01), maupun pada kelompok kontrol (-47,4%; Fh = 106,333; p < 0,01).
Kesimpulan: Pemberian permainan kearifan budaya lokal dan
neurofeedbak merupakan metode yang efektif untuk menurunkan derajat depresi
pada pasien depresi pasca skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.

Kata Kunci: permainan kearifan budaya lokal, neurofeedback, depresi


pasca skizofrenia, derajat depresi.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana ϭϱϯ


΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁ /^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ

EFFECTIVENESS OF WISDOM GAME CULTURE LOCAL DECREASE


COMPARED TO THE DEGREE OF DEPRESSION NEUROFEEDBACK
SCHIZOPHRENIA PATIENTS DEPRESSION POST MENTAL HOSPITAL
PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Sumarni DW1, Mahar Agusno2, Santi Yuliani3


1,2PsychiatricDepartment of Medical Faculty of Gadjah Mada University
Yogyakarta / Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta
3Clincal Lecture of Medical Faculty of Gadjah Mada University at Prof. Dr.

Soerojo Psychiatric Hospital Magelang


Correspondence: bu_sumarnidw@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Schizophrenia is a severe mental disorder, with repeated


recurrences. Patients often experience symptoms of depression. Feelings of despair
will be conditions that do not heal the disease makes the patient collapsed and lost
faith in the future. Continuous consumption of drugs that cause boredom and reduce
the level of compliance is very disturbing the healing process in patients with
schizophrenia. A large number of drugs that should they consume, will aggravate
depression, committed suicide risk. Play therapy and neurofeedback cultural
wisdom is one of the management of nonfarmakoterapi that can be used against
depression in patients with post schizophrenia.
Objective: To analyze the effectiveness of play therapy local wisdom than
neurofeedback to decrease the degree of depression in patients with postpartum
depression schizophrenia in RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Materials and Methods: This type of quasi-experimental research with pretest and
post test control design. Subjects were patients with postpartum depression
schizophrenia in RSJ Prof.Dr. Soerojo Magelang.
Research tools used are: (1) local cultural wisdom game equipment; (2) tool
elektromedik neurofeedback; (3) Beck Depression Inventory (BDI); (4) The socio-
demographic questionnaire. Respondents were divided into 4 groups: group treated
the game of local wisdom, the group given neurofeedback, the group given the game
of local wisdom and neurofeedback, and a control group that was not treated.
Effectiveness of the treatment was measured by comparing the data the degree of
depression prior to treatment with the data the degree of depression after treatment.
Statistical analysis technique used is the F-test and F2-test, with D = 5%.
Results: There was a significant decrease in depression scores in the group
of respondents who treated the game of local wisdom (-61.6%; Fh = 336.135; p
<0.01), neurofeedback (-64.8%; Fh = 265.283; p < 0.01), a combination of cultural
wisdom games and neurofeedback (-74.5%; Fh = 397.093; p <0.01), as well as in
the control group (-47.4%; Fh = 106.333, p <0.01).
Conclusion: The provision of games of local wisdom and neurofeedbak is an
effective method to reduce the degree of depression in patients with postpartum
depression schizophrenia in RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.

Keywords: the game of local wisdom, neurofeedback, postpartum depression


schizophrenia, the degree of depression.

154
ϭϱϰ Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana
/^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ ΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁

PENDAHULUAN pasca skizofrenia didapatkan sebesar


62,5% di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Skizofrenia membawa beban
Soerojo Magelang.5
psikologis yang berat bagi
Mengingat besarnya pasien
penderitanya, tidak mengherankan
depresi pasca skizofrenia di Magelang
jika muncul reaksi kekecewaan pada
menjadi jelas bahwa penanganan
penderita terhadap kondisi penyakit
komprehensif terhadap pasien depresi
skizofrenia yang diderita.Perasaan
pasca skizofrenia merupakan
rendah diri, merasa terkucilkan, dan
kebutuhan yang urgen. Pengobatan
tidak bisa berfungsi sebagaimana
yang tepat pada kondisi depresi pasca
semestinya, membuat penderita
skizofrenia bisa membantu
skizofrenia putus asa dan mengalami
memulihkan kembali kepercayaan diri
kondisi depresi. Sedih dan putus asa,
dan mengembalikan pasien pada
karena mengetahui sakit yang
kondisi yang stabil dan mandiri.
dideritanya tidak akan sembuh,
Pemberian tambahan obat-obatan
perasaan tertekan harus meminum
farmakologis memang bisa
obat seumur hidup, serta kehilangan
membantu, tetapi tentu saja
hak-haknya di mata hukum. Bila
konsekuensi rasa bosan akan obat
kondisi tersebut berlangsung terus
yang terus dikonsumsi dan jumlah
dan tidak mendapatkaan penanganan
yang semakin banyak, akan memicu
yang tepat, akan berujung pada
rasa sedih pada pasien.
kemungkinan terjadinya bunuh diri.1
Pemberian terapi non
Depresi pada skizofrenia
farmakologis, seperti psikoterapi dan
memperlihatkan adanya gambaran
terapi elektromedik, bisa menjadi
disforik pada setiap individu seperti
pilihan dalam penatalaksanaan
sedang mengalami suatu kejadian
depresi pasca skizofrenia7. Terapi non
stress, tidak bisa konsentrasi,
farmakologis lainnya yang dapat
mengisolasi diri terhadap keluarga
diimplementasikan untuk
dan lingkungan, perasaan yang kuat
menurunkan derajat depresi pada
dalam anhedonia (apatis dan
pasien pasca skizofrenia adalah
sedikitnya ketertarikan dalam segala
permainan kearifan budaya lokal dan
hal) dan mood depresif, selain itu
neurofeedback. Hasil penelitian
adanya keluhan dalam insomnia,
menunjukkan bahwa permainan
sedikitnya nafsu makan atau libido,
kearifan budaya lokal dapat
dan menurunnya fungsi
menuurunkan derajat depresi,
psikomotor.2,3,4
gangguan kualitas tidur, dan
Depresi merupakan faktor
gangguan interaksi sosial pada lansia
risiko yang terkait kematian karena
di hunian sementara Gondang,
bunuh diri pada skizofrenia,
Cangkringan8, Sleman. Penelitian
mengingat bahwa 10% dari pasien
menyatakan bahwa neurofeedback
dengan skizofrenia mengakhiri hidup
dapat mengubah kondisi alfa asimetri
mereka sendiri. Pasien yang bunuh
yang abnormal pada kondisi depresi.
diri lebih mungkin memiliki riwayat
Neurofeedback dapat efektif
episode depresi dan memiliki gejala
mengobati depresi. 9,10
depresi dipamerkan di kontak terakhir
Penelitian ini dilaksanakan
mereka. Bunuh diri di skizofrenia
dengan tujuan utamamengetahui
tampaknya berkorelasi lebih dengan
efektivitas pemberian permainan
keputusasaan dan aspek psikologis
kearifan budaya lokal dan
depresi dibandingkan dengan fitur
neurofeedback terhadap penurunan
vegetatif. Depresi juga berkaitan
derajat depresi pada pasien depresi
dengan mencoba bunuh diri. Hasil
pasca skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
penelitian menyatakan bahwa depresi
Prof. Dr. Soerojo, Magelang, dan

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana ϭϱϱ


΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁ /^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ

secara khusus penelitian ini kelompok responden kontrol


bertujuan untuk: (a) Menganalisis (disingkat KR-K).
pengaruh permainan kearifan budaya Populasi penelitian adalah
lokal terhadap penurunan derajat seluruh pasien depresi pasca
depresi pada pasien depresi pasca skizofrenia yang ada di Rumah Sakit
skizofrenia; (b) Menganalisis pengaruh Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.
neurofeedback terhadap penurunan Sedangkan, subjek penelitian adalah
derajat depresi pada pasien depresi pasien depresi pasca skizofrenia yang
pasca skizofrenia; (c) Menganalisis ada di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
pengaruh permainan kearifan budaya Soerojo Magelang yang memenuhi
lokal dan neurofeedback terhadap kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
penurunan derajat depresi pada berikut: (a) Kriteria inklusi adalah:
pasien depresi pasca skizofrenia; pasien depresi pasca skizofrenia; (b)
melalui analisis perbandingan derajat Kriteria eksklusi adalah (Pasien
depresi antara sebelum pemberian dengan komorbiditas fisik (hipertensi,
perlakuan dengan derajat depresi diabetes, anemia, infeksi, gangguan
setelah pemberian perlakuan pada jantung, epilepsi, parkinson, post
pasien depresi pasca skizofrenia di stroke); Pasien yang mengkonsumsi
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo, mood stabilizer; Pasien yang
Magelang. mengkonsumsi anti depresan; Pasien
yang sedang dalam kontrak
BAHAN DAN CARA PENELITIAN psikoterapi; Pasien yang
mendapatkan terapi ECT)
Penelitian ini akan
Dalam penelitian ini,
dilaksanakan dalam jenis penelitian
digunakan alat-alat penelitian
eksperimental semu dengan
meliputi: (a) Alat neurofeedback; (b)
menggunakan rancangan pre-test and
Instrumen depresi (Beck Depression
post-test control design. Untuk
Inventory); (c) Modul permainan
mempertajam hasil kuantitatif
kearifan budaya local; (d) Kostum,
dilakukan pendekatan kualitatif.
peralatan permainan, dan peralatan
Responden dibagi menjadi 4
audio untuk memperdengarkan atau
kelompok responden (KR), yakni: (a)
memainkan bunyi gamelan atau
Kelompok responden yang diberi
musik tradisional; (e) Pedoman
perlakuan berupa permainan berbasis
wawancara mendalam.
budaya lokal yang dikemas dalam
Pelaksanaan penelitian
bentuk tarian (PT), untuk selanjutnya
dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof.
disebut sebagai kelompok responden
Dr. Soerojo Magelang pada bulan
PT (disingkat KR-PT); (b) Kelompok
Juni-Oktober 2015. Data primer
responden yang diberi perlakuan
diperoleh melalui wawancara,
berupa neurofeedback (NF), untuk
pemeriksaan depresi, dan observasi
selanjutnya disebut sebagai kelompok
langsung di tempat penelitian.
responden NF (disingkat KR-NF); (c)
Sedangkan data sekunder diperoleh
Kelompok responden yang diberi
melalui cuplikan data yang dimiliki
perlakuan berupa permainan berbasis
oleh rekam medis Rumah Sakit Jiwa
budaya lokal yang dikemas
Prof. Dr. Soerojo Magelang, maupun
dalambentuk tarian (PT) dan
sumber pustaka lainnya.
neurofeedback (NF), untuk
Wawancara dilakukan dengan
selanjutnya disebut sebagai kelompok
metode wawancara terstruktur dan
responden PT+NF (disingkat KR-
wawancara mendalam (indepth
PT+NF); (d) Kelompok responden yang
interview), terutama untuk
tidak diberi perlakuan PT maupun NF,
melakukan pendalaman dan
untuk selanjutnya disebut sebagai
pengujian integritas atau kesakihan
156
ϭϱϲ Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana
/^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ ΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁

data dari responden. Pengumpulan rata-rata, dilakukan menggunakan


data dilakukan 2 kali, yaitu sebelum metode anova atau F-test, dengan
diberikan perlakuan/perlakuan bagi menggunakan tingkat kemaknaan
KR-PT, KR-NF, dan KR-PT+NF (data (D) = 5%.
awal) dan sesudah diberikannya
perlakuan/perlakuan bagi KR-PT, KR- HASIL
NF, dan KR-PT+NF (data akhir).
Responden penelitian ini adalah
Wawancara dan pengukuran
100 orang pasien depresi pasca
derajat depresi dilakukan oleh Dr.
skizofrenia dari bangsal Dworowati
Dra. Sumarni DW., M.Kes dan dr.
dan bangsal Kresno Rumah Sakit Jiwa
Mahar Agusno, Sp.KJ(K) beserta 3
(RSJ) Prof. Dr. Soerojo Magelang.
orang dokter spesialis kedokteran jiwa
Responden dibagi menjadi 4 kelompok
dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
sama besar, masing-masing terdiri
Soerojo Magelang, dan dibantu oleh 6
dari 25 orang responden. Semua
orang perawat. Neurofeedback
respoden memperoleh pengananan
dilakukan oleh dr. Santi Yuliani,
farmakoterapi sesuai prosedur dari
M.Sc., Sp.KJ., seorang dokter
RSJ Prof. Dr. Soerojo, namun setiap
spesialis jiwa dari Rumah Sakit Jiwa
kelompok responden memperoleh
Prof. Dr. Soerojo Magelang, dibantu
perlakuan non farmakoterapi yang
oleh 2 orang perawat elektromedik.
berbeda-beda.
Pemberian permainan kearifan
Kelompok responden pertama
budaya lokal dilakukan oleh Dr. Dra.
diberi perlakuan berupa permainan
Sumarni DW., M.Kes dibantu oleh 3
kearifan budaya lokal yang dikemas
dokter spesialis jiwa dari Rumah Sakit
dalam tarian, selanjutnya disebut
Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang, dan
Kelompok Responden PT (disingkat
dibantu oleh 6 orang perawat bagian
KR-PT). Kelompok responden kedua
rehabilitasi medik.
diberi perlakuan berupa
Pemberian perlakuan berupa
neurofeedback, selanjutnya disebut
permainan kearifan budaya lokal yang
Kelompok Responden NF (disingkat
dikemas dalam bentuk tarian bagi KR-
KR-NF). Kelompok responden ketiga
PT, sebanyak 2 kali dalam 2 minggu.
diberi perlakuan berupa gabungan
Pemberian perlakuan berupa
antara permainan kearifan budaya
neurofeedback bagi KR-NF sebanyak 2
lokal dan pelatihan neurofeedbcak,
kali dalam 2 minggu. Pemberian
selanjutnya disebut Kelompok
perlakuan berupa permainan kearifan
Responden PT+NF (disingkat KR-
budaya lokal yang dikemas dalam
PT+NF). Kelompok responden
bentuk tarian sebanyak 2 kali dalam
keempat sebagai kelompok kontrol
2 minggu dan neurofeedback
tidak diberi perlakuan permainan
sebanyak 2 kali dalam 2 minggu, pada
kearifan budaya lokal maupun
KR-PT+NF.
pelatihan neurofeedbcak, selanjutnya
Uji kemaknaan terhadap
disebut Kelompok Responden K
perbedaan variasi nilai antar variabel
(disingkat KR-K).
atau perbedaan lebih dari dua nilai

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana ϭϱϳ


΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁ /^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ

1. Karakteristik Responden


Tabel 1. Karakteristik Responden
F % F % F % F %
Usia
20-29 9 36 6 24 7 28 10 40
30-39 12 48 16 64 13 52 14 56
• 40 4 16 3 12 5 20 1 4
Jenis Kelamin
Laki-Laki 16 64 16 64 13 52 15 60
Perempuan 9 36 9 36 12 48 10 40
Status kawin
Belum Kawin 5 20 2 8 1 4 5 20
Kawin 19 76 20 80 21 84 16 64
Janda/Duda 1 4 3 12 3 12 4 16
Sumber: Data primer, 2015

Sebagian besar responden pada perlakuan/perlakuan kepada lebih


semua kelompok, berusia 30-39 dari 1 kelompok responden, harus
tahun dengan rata-rata proporsi 55%. dipenuhi syarat homogenitas
Rasio antara banyaknya responden responden yaitu bahwa kondisi awal
laki-laki dibanding responden variabel yang akan diukur dan
perempuan, berkisar 3 : 2. Rata-rata dianalisis, harus tidak berbeda secara
poporsi responden berstatus kawin signifikan antar kelompok responden.
sebesar 76%, sementara rata-rata Dalam penelitian ini, variabel yang
proporsi responden berstatus janda akan diukur dan dianalisis adalah
atau duda sebesar 11%. derajat depresi responden dengan
proxy skor depresi yang diukur
2. Skor Depresi Sebelum Pemberian dengan instrumen Beck Depression
Perlakuan Inventory.
Dalam penelitian eksperimen
semu dengan pemberian

Tabel 2. Rata-rata Skor Depresi Semua Kelompok Responden Sebelum Pemberian


Perlakuan Kepada KR-PT, KR-NF, dan KR-PT+NF
KR-PT KR-NF KR- KR-K Analisis Statistik
Variabel
PT+NF Fh p
34,32 34,72 35,16 34,28 0,1340 0,9395
Rata-rata
Skor Depresi
Sumber: Data primer, 2015

Hasil analisis statistik dengan 3. Perubahan Skor Depresi antara


teknik anova menunjukkan tidak ada Sebelum Pemberian Perlakuan
perbedaan yang signifikan pada rata- (Skor Awal) dan Sesudah
rata skor depresi antar kelompok Pemberian Perlakuan (Skor
responden (Fh = 0,1340; p = 0,9395 > Akhir) pada Kelompok
0,05). Dengan demikian, persyaratan Responden yang Diberi
homogenitas responden dalam Permainan dalam Tarian (KR-PT)
penelitian ini telah terpenuhi. Setelah pemberian perlakuan
berupa permainan kearifan budaya
158
ϭϱϴ Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana
/^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ ΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁

lokal yang dikemas dalam bentuk 34,32 sebelum pemberian perlakuan,


tarian pada kelompok responden PT menjadi 13,08 setelah pemberian
(KR-PT), terjadi penurunan skor perlakuan, atau mengalami
depresi yang signifikan (Fh = 336,135; penurunan sebesar 61,6%.
p = 2,564E-23 < 0,05). Rata-rata skor
depresi pada KR-PT berkurang dari

Tabel 3. Perubahan Rata-rata Skor Depresi pada Kelompok Responden PT Antara


Sebelum dengan Sesudah Pemberian Perlakuan
Sebelum Sesudah Analisis Statistik
Variabel Perubahan
Perlakuan Perlakuan Fh p
Rata-rata 34,32 13,08 -61,6% 2,564E-23
336,135
Skor Depresi
Sumber: Data primer, 2015

4. Perubahan Skor Depresi antara Sebelum Pemberian Perlakuan (Skor Awal)
dan Sesudah Pemberian Perlakuan (Skor Akhir) pada Kelompok Responden
yang Diberi Pelatihan Neurofeedback (KR-NF)
Tabel 4. Perubahan Rata-rata Skor Depresi pada Kelompok Responden NF Antara
Sebelum dengan Sesudah Pemberian Perlakuan
Sebelum Sesudah Analisis Statistik
Variabel Perubahan
Perlakuan Perlakuan Fh p
Rata-rata 34,72 12,20 -64,8% 3,475E-21
265,283
Skor Depresi
Sumber: Data primer, 2015

Pemberian perlakuan berupa Responden yang Diberi


pelatihan neurofeedback pada Permainan dalam Tarian dan
kelompok responden NF (KR-NF), Pelatihan Neurofeedback (KR-
telah menurunkan rata-rata skor PT+NF)
depresi secara signifikan (Fh = Rata-rata skor depresi pada
265,283; p = 3,475E-21 < 0,05). Rata- kelompok responden PT+NF (KR-
rata skor depresi pada KR-NF PT+NF) mengalami penurunan yang
berkurang sebesar 64,8% yaitu dari signifikan (Fh = 397,093; p = 7,409E-
34,72 sebelum pemberian perlakuan, 25 < 0,05) setelah diberi perlakuan
menjadi 12,20 setelah pemberian permainan kearifan budaya lokal yang
perlakuan. dikemas dalam tarian dan pelatihan
neurofeedback. Rata-rata skor depresi
5. Perubahan Skor Depresi antara pada KR-PT+NF berkurang dari 35,16
Sebelum Pemberian Perlakuan sebelum pemberian perlakuan,
(Skor Awal) dan Sesudah menjadi 8,84 setelah pemberian
Pemberian Perlakuan (Skor perlakuan atau mengalami
Akhir) pada Kelompok penurunan sebesar 74,5%.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana ϭϱϵ


΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁ /^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ

Tabel 5. Perubahan Rata-rata Skor Depresi pada Kelompok Responden NF Antara


Sebelum dengan Sesudah Pemberian Perlakuan
Sebelum Sesudah Aanalisis Statistik
Variabel Perubahan
Perlakuan Perlakuan Fh p
Rata-rata 34,72 12,20 -64,8% 3,475E-21
265,283
Skor Depresi
Sumber: Data primer, 2015

6. Perubahan Skor Depresi dari Skor Awal ke Skor Akhir Kelompok
Responden Kontrol (KR-K)
Tabel 6. Perubahan Rata-rata Skor Depresi pada Kelompok Responden NF Antara
Skor Awal dengan Skor Akhir
Skor Analisis Statistik
Variabel Skor Awal Perubahan
Akhir Fh p
Rata-rata 9,1835E-
Skor 34,28 18,20 -47,4% 106,330 14
Depresi
Sumber: Data primer, 2015

Rata-rata skor depresi pada kelompok signifikan (Fh = 106,330; p = 9,185E-


responden kontrol (KR-K) yang 14 < 0,05), meskipun penurunannya
menerima penanganan farmakoterapi tidak sebesar penurunan pada KR-PT,
dan tidak memperoleh perlakuan KR-NF, dan KR-PT+NF. Rata-rata skor
berupa permaian kearifan budaya depresi pada KR-K berkurang sebesar
lokal yang dikemas dalam tarian 47,4% yakni dari skor awal sebesar
maupun pelatihan neurofeedback, 34,28 menjadi skor akhir sebesar
juga mengalami penurunan yang 18,82.

7. Perbandingan Penurunan Skor Depresi dari Sebelum Pemberian Perlakuan


(Skor Awal) ke Sesudah Pemberian Perlakuan (Skor Akhir) Antar Kelompok
Responden
Tabel 7. Perbedaan Rata-Rata Skor Depresi antara Sebelum Perlakuan dan
Sesudah Perlakuan Berdasarkan Kelompok Permianan, Kelompok
Neurofeedback, Kelompok Gabungan Permainan Kearifan Budaya Lokal dan
Neurofeedback.
Analisa Statistik
Fh p
Permainan
0,02
Kearifan 34,3 13,1 61,6 2,249
6
Budaya Lokal
Neuro
34,7 12,2 64,8 3,588 0,01
feedback
Permainan
kearifan
budaya lokal 35,2 8,8 74,5 4,817 0,01
dan Neurofeed
back
Sumber: Data Primer, 2015

160
ϭϲϬ Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana
/^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ ΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁

Ada perbedaan rata-rata skor kearifan budaya lokal ada perbedaan


depresi yang signifikan antara yang signifikan p<0,084 (p<0,10)
sebelum dan sesudah perlakuan pada dengan F=4,87 p<0,01. Berdasarkan
semua kelompok pada kelompok- perbedaan perlakuan yang paling
kelompok permainan kearifan budaya efektif dapat menurunkan skor
lokal ada perbedaan yang signifikan depresi urutan pertama adalah
dengan F=2,249 p<0,026; pada perlakuan gabungan permainan
kelompok neurofeedback signifikan kearifan budaya lokal dan
F=3,588 dengan p<0,01; kelompok neurofeedback, kedua adalah
gabungan neurofeedback ada neurofeedback, ketiga adalah
perbedaan yang dan permainan permainan kearifan budaya lokal.

8. Perubahan Skor Depresi antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada
Masing-Masing Kelompok
Tabel 8. Perubahan Rata-Rata Skor Depresi antara Sebelum dan Sesudah
Perlakuan pada Masing-Masing Kelompok
Analisa Statistik
Perlakuan Perubahan
Fh p
Permainan Kearifan Budaya
-61,6
Lokal
Neurofeedback -64,8 36,578 6,604E-16
Permainan Kearifan Budaya
-74,5
Lokal dan Neurofeedback
Kontrol -47,4
Sumber: Data Primer, 2015

Hasil analisa statsitik bahwa kegiatan menari dalam


menunjukkan ada perubahan yang permainan kearifan budaya lokal
signifikan (Fh=36,578; p=6,604E-16 dapat meningkatkan interaksi sosial,
<0,001); antara masing-masing fungsi kognitif dan dapat
kelompok perlakuan terhadap menurunkan depresi pada lansia.
penurunan skor depresi. Dalam permainan dan tarian
kearifan budaya lokal dapat
PEMBAHASAN meningkatkan aktivitas fisik. Aktifitas
Pemberian permainan kearifan fisik dapat meningkatkan suhu
budaya lokal yang dikemas dalam tubuh, meningkatkan relaksasi,
tarian berpengaruh efektif terhadap meningkatkan aliran darah ke otak
penurunan derajat depresi pada dan efisiensi dari neurotransmiter,
pasien depresi pasca Skizoferenia di kemampuan interaksi sosial dan
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Hasil harga diri11. Aktifitas fisik dapat
ini dikarenakan permainan kearifan meningkatkan endorphine12,
budaya lokal yang dikemas dalam Norephineprine dan growth
tarian diiringi degan lagu-lagu dan hormone/GH.13 Peningkatan aktivitas
musik yang berulang-ulang akan fisik darlam permainan dan tarian
memberikan rasa senang, kearifan budaya lokal dapat
meningkatkan semangat, menurunkan derajat depresi.
meningkatkan kerjasama, dan Peneliti Dezeache menyebutkan
meningkatkan interaksi social, tertawa bersama-sama dalam menari,
meningkatkan konsentrasi. Hasil bermain dapat meningkatkan
penelitian ini sesuai dengaan endorphine surge (lonjakan endorphin)
penelitian Sumarni yang menyatakan yang dapat ditularkan pada teman-

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana ϭϲϭ


΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁ /^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ

teman yang lain. Permainan dapat mengontrol dan mengelola sendiri


memberikan rasa gembira, terjadinya reaksi fisiologi otaknya.
mengurangi kejenuhan dan Pada pelatihan ini, pasien
kelelahan, meningkatkan mendapatkan umpan balik (feedback)
kemampuan bekerjasama dan berbagi secara langsung dari alat pelatihan
tugas, meningkatkan kebugaran dan apabila pasien mampu
mengurangi beban psikologis, serta mengendalikan dan mengarahkan
memperbaiki kondisi mental dan gelombang otaknya yang sesuai
menurunkan derajat depresi. dengan arahan pelatihan. Alat
Kegembiraan disertai tertawa neurofeedback akan menterjemahkan
lepas dapat mempengaruhi kadar gelombang otak pasien dalam bentuk
neurotransmiter dan hormon-hormon digital dan ada proses scoring yang
di otak. Neurotransmiter tersebut dimunculkan di akhir sesi, sehingga
dopamine dan serotonine, serta pasein bisa mendapatkan direct
hormon oksitosin dan endorfin. feedback apabila pasien benar dalam
Dopamin berhubungan dengan kadar proses mengendalikan gelombang
kepuasan dan kadarnya akan otaknya. Penelitian neurophsyological
meningkat bila seseorang sebagi oleh Davidson menunjukkan bahwa
individu merasa penting atau sejumlah pasien depresi memiliki
dibutuhkan orang lain. Oksitosin kelebihan alfa pada bagian otak kiri
kadarnya meningkat bila seseorang depan dengan pola pelatihan ini,
saling mempercayai satu sama lain. kondisi alfa menjadi normal dan
Endorfin kadarnya meningkat bila depresi menjadi teratasi.
seseorang merasa bahagia dan Dengan neurofeedback, regulasi
rileks.15 peningkatan semangat, motivasidan
Dalam kegiatan menari dan konsentrasi dapat diperbaiki, juga
bermain bisa tertawa bersama-sama. rentang tidur pada kondisi depresi
Kegiatan permainan dalam secara juga bisa dinormalkan kembali. Hasil
berkelompok mendapatkan kepuasan penelitian menemukan bahwa
karena dapat melakukan permaianan neurofeedback dapat mengubah
kearifan budaya lokal bersama-sama. kondisi alfa asimetri yang abnormal
Harga diri individu meningkat karena pada kondisi depresi.9 Neurofeedback
sebagian besar permainankearifan efektif dalam mengobati kondisi
budaya lokalmasih saling depresi.17,10 Selain itu neurofeedback
membutuhkan kerjasama yang baik telah terbukti memberikan efek yang
antar individu. Dengan demikian permanen pada pengobatan depresi.18
individu akan merasa bahwa dirinya Gabungan perlakuan permainan,
penting dan dibutuhkan oleh teman- tarian kearifan budaya lokal dengan
temannya. Adanya kerjasama ini juga neurofeedback akan mempercepat
menciptakan suasana yang santai dan penurunan derajat depresi karena
rileks sehingga hal ini juga akan secara sosial budaya dalam
berpengaruh pada kondisi kejiwaan permainan kearifan budaya lokal yang
individu. dikemas dalam tarian dapat
Musik yang berulang-ulang dan meningkatkan kesehatan fisik,
juga keras akan mengurangi interaksi sosial, percaya diri, harga
halusinasi yang sering dialami oleh diri, meningkatkan endorpine,
penderita Skozofrenia sehingga akan norepineprine, growth hormone,
mengurangi depresi pasca Skizofrenia dopamine, dan serotonin dapat
mempercepat penyembuhan. menurunkan depresi.
Penurunan derajat depresi pada Pelatihan Neurofeedback akan
kelompok perlakuan neurofeedback, memperbaiki kondisi alfa di bagian
dengan pelatihan ini pasien mampu otak kiri depan yang tidak normal
162
ϭϲϮ Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana
/^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ ΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁

menjadi normal, akan meningkatkan studies in acute psychosis, post


semangat, motivasi, konsentrasi dan psychotic depression and auditory
kualitas tidur sehingga akan hallucination.
mempercepat penurunan skor depresi Eur.Arch.PsychiatryClinNeurosci.
pada pasien depresi pasca Skizofrenia. 2005. 55: 202-212.
3. Upthegrove R. Depression in
KESIMPULAN Schizophrenia and Early
1. Permainan kearifan budaya lokal Psychosis: Implications for
berpengaruh efektif terhadap assessment and treatment, adv.
penurunan derajat depresi pada Psyc.treat, vol 15. 2009. p 372-
pasien depresi pasca Skizofrenia di 379.
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. 2. Pelliza L, Ferrari A., Anhedonia in
2. Neurofeedback berpengaruh efektif Schizophrenia and Major
terhadap penurunan derajat Depression, State or Trait?, Annels
depresi padda pasien depresi of General Psyciatry. 2009. 8:22.
pasca Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. 3. Amir. Depresi Aspek Neurobiologi
Soerojo Magelang Diagnosis Dengan Tata Laksana.
3. Permainan kearifan buadya lokal Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
bersama neurofeedback Kedokteran Universitas Indonesia.
berpengaruh paling efektif 2005
terhadap penurunan derajat 4. Suharto, Hesti Kuncoro.
depresi pada pasien pasca Hubungan Dukungan Sosial
Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo dengan Depresi pada Pasien
Magelang. Skizofrenia yang Mengalami
Kekambuhan Rawat Inap di RSJ
SARAN Prof Dr Soerojo Magelang. Tesis.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
1. Bagian rehabilitasi untuk Fakultas Kedokteran Universitas
mengimplementasikan permainan Gadjah Mada/ RSUP Dr. Sardjito.
kearifan budaya lokal dalam Yogyakarta. 2013.
kegiatan menari pada pasien pasca 5. Johnson, D. A. W. Studies of
Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soerojo depressive symptoms in
Magelang. schizophrenia: I. The prevalence of
2. Bagian medik untuk memberikan depression and its possible causes;
terapi yang holistik dengan II. A two-year longitudinal study of
melakukan kombinasi symptoms; III. A double-blind trial
farmakoterapi, neurofeedback of orphenadrine against placebo;
dantarian permainan kearifan IV. A double-blind trial of
budaya lokal dalam penanganan nortriptyline for depression in
pasien depresipasca skizofreniadi chronic schizophrenia. British
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Journal of Psychiatry, 1981. 139,
89–101.
DAFTAR PUSTAKA 2. Pengaruh Permainan Humor
1. Cheminsky E, Bowie C, Anderson Kearifan Budaya Lokal dan
HP., Depression in Schizophrenia: Dukungan Spiritual terhadap
Methodolical Artifact or Distint Depresi. Gangguan Interaksi
Feature of the Illness,. Sosial, Gangguan Kognitif dan
J.Neuro.Psyscy. 2008. 20:4. Kualitas Tidur Lansia di Huntap
2. Birchwood M, Iqbal Z, Upthegrove Gondang Kabupaten Sleman.
R., Psychological pathways to Laporan Penelitian Dana
depression in schizophrenia: Masyarakat FK UGM. 2012.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana ϭϲϯ


΀sK>hD͗ϬϭʹEKDKZϬϯʹ^WdDZϮϬϭϲ΁ /^^E͗ϮϰϲϬͲϵϲϴϰ

3. Baehr, E, Miller, E, Rosenfeld, JP 8. Dezeache. G., Dunbar. Sharing


& Baehr, R. Changes in frontal the Joke: The Size of Natural
brain asymmetry associated with Laughter Groups. Journal
premenstrual dysphoric disorder: Evolution and Human Behavior.
A single case study. Journal of United Kingdom. 2012.
Neurotherapy, 8(1). 2004 29-42. 9. Stahl, S.M. Stahl's Essential
4. Walker, JE, Lawson, R & Psychopharmacology:
Kozlowski, G. Current Status of Neuroscientific Basis and Practical
QEEG and Neurofeedback in The Applications, 3rd edition. New York:
Treatment of Depression. Chapter Cambridge University Press. 2008.
in J.R. 2007. pp. 365-458.
5. Foc, K.R. The Influence of Phsycal 10.Davidson, R.J., Affective style and
Activity on Mental Wellbeing. affective disorders: Perspectives
Public Health Nutrition. 2007. Vol. from affective neuroscience.
2: 411-418. Cognition & Emotion, 12, 307-330.
6. Leuenburger. A Endorphrine, 1998.
Exercise and Addictions: A Review 11.Hammond, D. Neurofeedback with
of Exercise Dependence, Impuls. anxiety and affective disorders.
The Premiere Journal for Child & Adolescent Psychiatric
Undergraduate Publications in Clinics of North America. 2005.
The Neuroscience. 2006 4(1), 105-123.
7. Poweds, S.K. Hormon Responses 12.Baehr, E, Rosenfeld, JP & Baehr,
to Exercise (Internet). Diakses dari R. Clinical use of an alpha
http: asymmetry neurofeedback
//www.depts.ttu.edu/hess/meco protocol in the treatment of mood
mb/documents/ess3305/ppt/ch disorders: Follow-up study 1 to 5
ap05.pdf//. 2009 years post therapy. Journal of
Neurotherapy. 2001. 4(4), 11-18.

164
ϭϲϰ Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana

Anda mungkin juga menyukai