Latar Belakang : Sindrom pramenstruasi adalah gejala fisik dan psikis yang
terjadi sebelum menstruasi yaitu 7-10 hari sebelum
menstruasi dan akan hilang saat menstruasi. Keluhan yang
terjadi sangat bervariasi dan dapat menjadi lebih ringan atau
lebih berat. Penyebab seseorang wanita mengalami sindrom
pramenstruasi belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
studi menyatakan bahwa salah satu penyebab sindrom
pramenstruasi adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi
sebelum menstruasi yakni ketidakseimbangan antara hormon
estrogen dan progesterone pada fase luteal (Carr, 2001).
Kebiasaan makan juga diduga menjadi salah satu penyebab
terjadinya sindrom pramenstruasi.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan kejadian
sindrom pramenstruasi pada remaja putri.
Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah crosssectional dengan
menggunakan metode survei. Penelitian ini dilakukan di
Sekolah Menengah Kejuruan Widuri, Jakarta Selatan.
Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni-Agustus 2007.
Subjek penelitian penelitian adalah remaja putri yang
berusia 15-19 tahun yang sudah mendapatkan menstruasi.
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang terdiri dari
karakteristik usia, tinggi badan, berat badan, indeks massa
tubuh, usia pertama mendapatkan menstruasi (menarke)
siklus menstruasi, kisaran menstruasi, gejala sindrom
pramenstruasi yang dialami dan status gizi. Data tersebut
diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner.
Data kualitas makan yang meliputi kebiasaan makan, asupan
energi, asupan karbohidrat, asupan vitamin A, vitamin C,
dan asupan zat besi diperoleh dengan cara melakukan food
recall selama satu hari.
Data karakteristik diukur dengan menggunakan ukuran
rerata, standard deviasi, serta dikategorikan yang kemudian
diukur persentasenya. Data konsumsi makan dari food recall
direkap untuk diindentifikasi jenis jenis makanan yang
dikonsumsi dan ukurannya. Data konsumsi makan yang
telah diperoleh kemudian dikonversi ke dalam zat gizi
menggunakan DKBM tahun 2001. Untuk menghitung
kecukupan energi dan zat gizi kelompok remaja
menggunakan Angka Kecukupan Gizi (WNPG, 2004). Data
kebiasaan makan direkap berdasarkan jenis-jenis makanan
yang sering dikonsumsi selama satu minggu.
Hasil Penelitian : Asupan karbohidrat pada kelompok tidak mengalami sindrom
pramenstruasi lebih besar daripada kelompok yang mengalami
sindrom pramenstruasi. Hasil uji t memperlihatkan ada
perbedaan yang nyata (p < 0,05) tingkat kecukupan
karbohidrat antara kelompok yang mengalami sindrom
pramenstruasi dan kelompok yang tidak mengalami sindrom
pramenstruasi ini menunjukkan bahwa kelompok yang
mengalami sindrom pramenstruasi mengkonsumsi pangan
sumber karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi.
Kesimpulan : kelompok yang mengalami sindrom pramenstruasi mengkonsumsi
pangan sumber karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi.
“HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN ZAT GIZI MAKRO, STATUS
GIZI, DAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA”
Latar Belakang : Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi dari masa
nak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan terjadinya
perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan terjadinya
masalah reproduksi, salah satu masalahnya adalah gangguan
siklus menstruasi. Gangguan siklus menstruasi disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain asupan makanan, status gizi, dan
stres.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara kecukupan asupan zat gizi
makro, status gizi, dan stres dengan siklus menstruasi pada
remaja SMA Negeri 21 Jakarta tahun 2016.
Metode Penelitian : Desain penelitian adalah observasi analitik dengan
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampling
yang digunakan adalah proportionate random sampling dan
diperoleh 83 responden remaja. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner siklus menstruasi, DASS 14, food
recall 3x24 jam, alat bantu foto bahan makanan terstandar,
dan nutrisurvey.
Hasil : Terdapat 68,7% responden mengalami siklus menstruasi tidak normal.
Berdasarkan uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara kecukupan asupan karbohidrat (p=0,030); kecukupan
asupan protein (p=0,001); kecukupan asupan lemak (p=0,003); status gizi
(p=0,004); dan stress (p=0,000) dengan siklus menstruasi pada remaja.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik didapatkan faktor yang paling
berpengaruh terhadap siklus menstruasi yaitu status gizi (OR=20,16).
Kesimpulan : Kecukupan asupan zat gizi makro, status gizi, dan stres
mempengaruhi siklus menstruasi pada remaja dan status gizi
merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi siklus
menstruasi.
“HUBUNGAN USIA MENARCHE, DAN STATUS GIZI, DENGAN SIKLUS
MENSTRUASI SANTRI PUTRI”
Latar Belakang : Pola nutrisi adalah salah satu faktor penting yang memprediksi
gangguan menstruasi, yang bervariasi di antara berbagai budaya
dan negara.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi makanan dan
gangguan menstruasi pada anak perempuan sekolah
menengah dari Mashhad.
Metode Penelitian : Studi cross-sectional-case control ini dilakukan pada tahun
2012 menggunakan metode pengambilan sampel dua tahap
pada 407 siswa perempuan sekolah menengah dari Mashhad
yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek menyelesaikan
kuesioner karakteristik demografi, frekuensi makanan, dan
Menstrual Distress Questionnaire (MDQ) selama tiga fase
siklus menstruasi (seminggu sebelum perdarahan, selama
periode perdarahan menstruasi, dan satu minggu setelah
menstruasi). Data yang terkumpul dianalisis dengan uji
statistik seperti uji koefisien korelasi Pearson, uji t Student
independen, dan analisis varian satu arah (ANOVA).
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87,7% siswa berstatus ekonomi
sedang, 82,2% terpapar asap rokok, 94,8% memiliki ibu tanpa pendidikan
universitas, dan 9,4% memiliki ibu yang bekerja. Sekitar 71% dari siswa
melaporkan tekanan kecil pra-menstruasi, 81% melaporkan tekanan kecil
selama perdarahan, dan 39% melaporkan tekanan minor pasca-menstruasi.
Selain itu, nilai rata-rata (SD) untuk makanan berlemak manis, makanan
berlemak asin, makanan cepat saji, dan kafein masing-masing adalah 3,6,
3,3, 1,3, dan 10,2 per minggu. Selain itu, uji koefisien korelasi Pearson
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara gangguan
menstruasi total dan frekuensi makanan (P> 0,05).
Kesimpulan : Adanya hubungan frekuensi makanan yang tidak tepat
dengan gangguan menstruasi di kalangan siswa sekolah menengah.
Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat.
Penari cenderung membatasi asupan makan untuk mencapai
bentuk tubuh yang ramping. Kurangnya asupan zat gizi disertai
aktivitas fisik yang berat dalam jangka waktu tertentu
mengakibatkan gangguan siklus menstruasi.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan asupan zat gizi, aktivitas fisik,
persentase lemak tubuh dengan gangguan siklus menstruasi
pada penari.
Metode Penelitian : Desain penelitian cross sectional dengan 62 penari dipilih
secara simple ramdom sampling. Asupan zat gizi diperoleh
melalui Food Frequency Questionaire (FFQ) dan dianalisis
menggunakan program Nutrisurvey. Aktivitas fisik diukur
menggunakan International Physical Activity Questionnaire
Adolescent (IPAQ). Persentase lemak tubuh diukur
menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).
Gangguan siklus menstruasi diperoleh melalui kuesioner.
pengujian menggunakan analisis bivariat menggunakan uji
Chi Square.
Hasil : Sebanyak 51,6% penari mengalami gangguan siklus menstruasi. Asupan
energi pada 46,8% penari tergolong defisit tingkat sedang. Asupan protein
(32,3%) dan asupan karbohidrat (51,6%) tergolong defisit tingkat ringan.
Asupan lemak 37,1% penari tergolong defisit tingkat berat. Sebagian besar
penari memiliki aktivitas fisik yang berat (91,9%) dan persentase lemak
tubuh yang normal (87,1%). Terdapat hubungan antara asupan energi,
karbohidrat, lemak dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi
(p<0,05). Tidak ada hubungan antara asupan protein dan persentase lemak
tubuh dengan gangguan siklus menstruasi (p>0,05).
Kesimpulan : Asupan energi, karbohidrat, lemak, dan aktivitas fisik berhubungan
dengan gangguan siklus menstruasi.
Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
anak-anak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan
fisik, psikis dan psikososial. Pada remaja putri, pubertas ditandai
dengan permulaan menstruasi (menarche). Pada remaja putri
dibutuhkan status gizi yang baik dalam membantu pertumbuhan
remaja termasuk keteraturan siklus menstruasi. Remaja putri
yang mengalami asupan gizi kurang atau lebih dapat
menyebabkan gangguan fungsi reproduksi dan berdampak pada
gangguan menstruasi.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan siklus
menstruasi pada remaja putri di PSIK FK UNSRAT Manado.
Metode Penelitian : Desain penelitian yaitu survei analitik dengan rancangan
cross sectional, populasi yaitu semua remaja putri yang
memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian ini 67
responden yang didapat dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu
kuesioner siklus menstruasi dan lembar obeservasi hasil
pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan.
Hasil : Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan
95% (α ≤ 0,05), maka didapatkan nilai p = 0,000. Ini berarti bahwa nilai p <
α (0,05). Dengan demikian bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di PSIK FK
UNSRAT Manado.
Kesimpulan : terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan siklus
menstruasi pada remaja putri di PSIK FK UNSRAT Manado.
Latar Belakang : Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu
tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena
penyakit fisik, tetapi lebih karena masalah kejiwaan seseorang.
Namun stres dapat mengakibatkan penyakit fisik, yang bisa
muncul akibat daya tahan tubuh melemah saat stres menyerang.
Ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres
menimbulkan ketidaknyamanan. Hal tersebut membuat
seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu demi
mengurangi stres, atau bisa disebut dengan mekanisme koping.
Tujuan penelitian : Untuk menganalisis hubungan antara stress dan mekanisme
koping terhadap gangguan siklus menstruasi.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan cross sectional. Populasinya
mahasiswa tingkat IV STIKES RS Baptis Kediri. Sampelnya
35 responden menggunakan purposive sampling. Data
dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi. Analisis
menggunakan uji regresi logistic dengan tingkat signifikansi
≤ 0.05.
Hasil : Didapatkan hasil P=0,767 berarti antara tingkat stres dengan mekanisme
koping tidak berhubungan, untuk tingkat stress dengan gangguan siklus
menstruasi didapatkan P=0,018 terdapat hubungan tingkat stres dengan
gangguan siklus menstruasi.
Kesimpulan : Mekanisme koping tidak berhubungan dengan tingkat stres tetapi
tingkat stress berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi pada
mahasiswi tingkat IV di STIKES RS Baptis Kediri.