FISIKA DASAR
HUKUM KIRCHHOFF
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan
beda potensial (umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum
ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav
Robert Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845.
Contoh rangkaian sederhaa yang tidak dapat dianalisis dengan mengganti
kombinasi resistor seri atau paralel dengan resistansi ekivalen mereka.
∑ Imasuk =∑ Ikeluar
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule),
karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam satu
rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti dari
adanya hukum konservasi energi. Jika kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang
titik dengan potensial V, dengan demikian energi yang dimiliki oleh muatan tersebut
adalah QV. Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka
muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan energi atau kehilangan sebagian
energinya saat melalu resistor baterai atau elemen lainnya. Namun saat kebali ke titik
awalnya, energinya akan kembali menjadi QV.
Rangkaian berisi 2 buah baterai dan 3 resistor eksternal. Tanda plus minus
pada resistor digunakan untuk mengingatkan kita sisi mana pada setiap resistor yang
berada pada potensial lebih tinggi untuk arah arus yang diasumsikan.
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 2 dapat dinyatakan sebagai berikut:
Untuk mencari perhitungan Hukum Kirchoff, diperlukan nilai dari tegangan (V) arus
(I) dan hambatan (R). Formula tersebut didapat dari Hukum Ohm, yaitu :
V = I.R
Dimana :
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
R = Resistansi Hambatan (Ω)
2.4 Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau
membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika.
Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah
satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai
resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol Omega (Ω).
Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistor juga memiliki nilai
yang lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya.
Semua nilai yang berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam
perancangan suatu rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu
mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.
Adapun simbol simbol dalam bentukgambar ynag sering digunakan dalam
suatu desain rangkaian elektronika yaitu :
Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada
resistor. Resistor dengan nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat
ditemukan pada resistor tetap dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor
yang ditentukan dengan kode huruf dapat ditemui pada resistor tetap daaya besar dan
resistor variable.
Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna.
Dari cicin warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai
dimana nilai resistansi resistor dengan kode warna yaitu :
Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai
toleransi resistor.
BAB IV
DATA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Hambatan Resistor
Rangkaian Seri
1. Resistor 1
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Mera Ungu Kuning Emas 27 x 104 Ω ± 5%
h
2 7 104 5%
R = 270000 Ω
5
Toleransi = ×27000=13500
100
R MAX =270000+13500=283500 ΩR MIN =270000−13500=256500Ω
2. Resistor 2
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Cokla Abu-
Hijau Emas
t abu 18 x 105 Ω ± 5%
1 8 105 5%
R = 1800000 Ω
5
Toleransi = ×1800000=90000
100
R MAX =1800000+ 90000=1890000 ΩR MIN =1800000−90000=1710000Ω
3. Resistor 3
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Abu-
Merah Jingga Emas
abu 82x103 Ω ± 5%
8 2 103 5%
R = 82000 Ω
5
Toleransi = ×82000=4100
100
R MAX =82000+4100=86100 ΩR MIN =82000−4100=77900 Ω
Rangkaian Paralel
1. Resistor 1
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Hijau Biru Kuning Emas
56 x 104 Ω ± 5%
5 6 104 5%
R = 560000 Ω
5
Toleransi = ×560000=28000
100
R MAX =560000+ 28000=588000 ΩR MIN =560000−28000=532000Ω
2. Resistor 2
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Jingg
Putih Jingga Emas
a 39 x 103 Ω ± 5%
3 9 103 5%
R = 39000 Ω
5
Toleransi = ×39000=1950
100
R MAX =39000+1950=409500ΩR MIN =39000−1950=37050Ω
4. Resistor 3
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Ungu Hijau Hijau Emas
7 5 105 5% 75 x 105 Ω ± 5%
R = 7500000 Ω
5
Toleransi = ×7500000=375000
100
R MAX =7500000+ 375000=7875000 ΩR MIN =7500000−375000=7125000Ω
Rangkaian Gabungan
1. Resistor 1
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Mera
Ungu Kuning Emas
h 27 x 104 Ω ± 5%
2 7 104 5%
R = 270000 Ω
5
Toleransi = ×27000=13500
100
R MAX =270000+13500=283500 ΩR MIN =270000−13500=256500Ω
2. Resistor 2
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Cokla
Hitam Jingga Emas
t 10 x 3 Ω ± 5%
3
1 0 10 5%
R = 10000 Ω
5
Toleransi = ×10000=500
100
R MAX =10000+500=10500 ΩR MIN =10000−500=9500 Ω
3. Resistor 3
C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Mera
Merah Kuning Emas
h 22 x 104 Ω ± 5%
2 2 104 5%
R = 220000 Ω
5
Toleransi = ×220000=11000
100
R MAX =220000+11000=231000ΩR MIN =220000−11000=209000 Ω
I = V/R
= 5/36800
= 0,000735 A
Karena R1, R2, R3 disusun pararel, Maka V = V1 = V2 = V3
I1 = V1/R1
= 5/560000
= 0,000008928 A
I2 = V2/R2
= 5/39000
= 0,0001282 A
I3 = V3/R3
= 5/7500000
= 0,0000006667 A
Itotal = I = I1 + I2 + I3 = 0,000008928+0,0001282+0,0000006667 = 0,0001378 A
V1= I1.R1
=0,000008928 X 560000
= 4,99968 V
V2= I2.R2
= 0,0001282X 39000
= 4,9998 V
V3= I3.R3
=0,0000006667 X 7500000
= 5,00025 V
3. Rangkaian Gabungan (Seri-Pararel)
V =5V
1 1 1
= +
Rp R2 R3
1 1 1 1 2200+ 100 1 3200
= + = =
Rp 10000 220000 Rp 2200000000 Rp 2200000000
2200000000
Rp=
3200
Rp = 687500 Ω
V 5
I= = = 0,00000522 A
R 957500
V 1 1,4099
I1= = = 0,0000052219 A
R 1 270000
V 2 3,59008
I2 = = = 0,000359008 A
R 2 10000
V 3 3,59008
I3 = = = 0,00001632 A
R 3 220000
Itotal = I = I1 = I2 + I3 = 0,000359008 +0,00001632 = 0,000375 A
R1 270000 Rp 687500
V 1= × VtV 1= ×5 V 1=1,4099 V Vp= ×VtVp= ×5
R 1+ Rp 957500 R 1+ Rp 957500
Vp=3,59008 V
Karena R2 dan R3 disusun pararel, maka Vp = V2 = V3
V2 = 3,59008 V
V3 = 3,59008 V
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari yang telah dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut bahwa hukum
tegangan kirchhoff merupakan tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian tertutup sama
dengan tegangan jatuh.
Pada percobaan ini didapatkan :
Pengukuran Oschilloscope
1. Rangkaian Seri
V1 = 21,4 mV = 0,0214 V
V2 = 7,81 mV = 0,00781 V
V3 = 19,5 mV = 0,0195 V
2. Rangkaian Pararel
V1 = 18,9 mV = 0,0189 V
V2 = 17,1 mV = 0,0171 V
V3 = 18,7 mV = 0,0187 V
3. Rangkaian Seri-Pararel
V1 = 29,3mV = 0,293 V
V2 = 3,91 mV = 0,0391 V
V3 = 6,25 mV = 0,0625 V
R1 = 21,4 mV = 0,214 V
R2 = 7,81 mV = 0,781 V
R= 19,5 mV = 0,915 V
Rangkaian Paralel
R= 18,9 mV = 0,189 V
R= 17,1 mV = 0,171 V
R= 18,7 mV = 0,187 V
Rangkaian Gabungan
R= 3,91 mV = 0,391 V
Rangkaian Paralel
Rangkaian Gabungan