Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
HUKUM KIRCHHOFF

Nama : Mira Rahmawati


NPM : 19420053
Grup/Kelompok : 1K3/2
Dosen : 1. Yusi S.S, S.Si.,M.T.
2. E.Desi
Fatma,S.Pd.,M.Si.
3. Mia K.,S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2019/2020
ABSTRAK
Mira Rahmawati, 19420053, Kimia Tekstil, Politeknik STTT Bandung
mirar9656@gmail.com
085603981882
Tidak asing lagi bagi kita untuk mendengar kata listrik. Listrik adalah suatu
hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak bisa dipisahkan lagi,
listrik memiliki fungsi diantaranya sebagai penerangan, sebagai kebutuhan vital
untuk mempermudah dan mendukung segala aktifitas manusia. Listrik dipengaruhi
oleh tegangan dan arus. Arus pada listrik terdapat dua macam yaitu arus searah (DC)
dan arus bolak balik (AC). Pada rangkaian arus DC terdapat hukum yang berlaku
untuk tiga rangkaian yaitu, rangkaian seri, pararel dan gabungan ( seri pararel).
Hukum tersebut adalah Hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff ini dikenalkan oleh ahli
fisika Jerman bernama Gustav Robert Kirchoff pada tahun 1845. Cara kerja listrik
dipengaruhi oleh hambatan (R) tegangan (V) dan Arus (I) berdasarkan teori Hukum
Kirchoff.
Dilakukannya eksperimen ini adalah untuk ditujukan
memverifikasi teori Hukum Kirchhoff melalui eksperimen. Terdapat
ada dua hukum kirchhoff yang akan diverifikasi yaitu Hukum
Kirchhoff pertama dan Hukum Kirchhoff kedua yaitu serta dapat
menentukan dan membaca nilai resistor.

Dalam eksperimen ini kami menggunakan bahan Ossiloskop


dan matlab. Hasil yang didapat berdasarkan pengukuran
Oscilloscope, hasil matlab, dan pengukuran berdasarkan teori
haruslah saling mendekati atau mendapatkan suatu kesamaan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan kita sudah mendapatkan nilai-
nilai tegangan tersebut nilainya sudah mendekati dan nilainya tidak
berbeda terlalu jauh. Perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan ini
bisa disebabkan faktor kualitas resistor yang dipakai. Maka dari itu
sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan cek terlebih
dahulu resistor tersebut.
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
1) Mampu membaca nilai hambatan pada resistor
2) Mampu menyusun rangkaian baik seri, pararel, maupun
gabungan
3) Mampu mengetahui besarnya tegangan dan arus dalam
setiap hambatan di setiap rangkaian
4) Mengetahui besarnya nilai tegangan dan arus di setiap
hambatan pada rangkaian dengan menggunakan alat bantu
Oscilloscope
5) Membuktikan Hukum Kirchoff secara teori, eksperimen, dan
validasi matlab.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan
beda potensial (umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum
ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav
Robert Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845.
Contoh rangkaian sederhaa yang tidak dapat dianalisis dengan mengganti
kombinasi resistor seri atau paralel dengan resistansi ekivalen mereka.

Tegangan jatuh pada   dan   tidaklah sama karena adanya ggl  .


Sehingga, rangkaian kedua resistor ini tidaklah paralel juga bukanlah rangkaian seri,
karena arus yang mengalir pada kedua resistor tidaklah sama. Namun, ada hukum
yang berlaku pada rangkaian yang memliki arus tetap (tunak). Hukum ini adalah
hukum Kirchhoff 1 dan 2.
Hukum ini terbagi menjadi dua yaitu Hukum Kirchoff I atau bisa juga
disebutt Hukum Arus Kirchoff dan yang kedua adalah Hukum Kirchoff II yang biasa
dikenal dengan Hukum Tegangan Kirchoff.

2.2 Hukum Kirchhoff I


Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule),
karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk
rangkaian yang multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika arus
mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik pada setiap
titik dalam rangkaian. Dengan demikian, jumlah muatan yang masuk di dalam setiap
titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.

Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa: “Jumlah arus listrik yang masuk


melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan jumlah arus
yang keluar melalui titik percabangan tersebut”
Ilustrasi hukum Kirchhoff tentang titik percabangan. Arus I_1yang mengalir
melalui titik percabangan a akan sama dengan jumlah I_2+I_3 yang keluar dari tiik
percabangan

Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:

∑ Imasuk =∑ Ikeluar

Dalam rentang waktu  , muatan   mengalir melalui titik


percabangan dari arah kiri. Dalam rentang waktu   juga, muatan   
dan   bergerak ke arah kanan meninggalkan titik percabangan. Karena
muatan tersebut bukan berasal dari titik percabangan dan tidak juga menumpuk pada
titik tersebut dalam keadaan tunak, maka muatan akan terkonservasi di titik
percabangan tersebut, yaitu:

2.3 Hukum Kirchhoff II


Bunyi hukum Kirchhoff 2 menyatakan bahwa “Pada setiap rangkaian tertutup,
jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”.

Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule),
karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam satu
rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti dari
adanya hukum konservasi energi. Jika kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang
titik dengan potensial V, dengan demikian energi yang dimiliki oleh muatan tersebut
adalah QV. Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka
muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan energi atau kehilangan sebagian
energinya saat melalu resistor baterai atau elemen lainnya. Namun saat kebali ke titik
awalnya, energinya akan kembali menjadi QV.

Rangkaian berisi 2 buah baterai dan 3 resistor eksternal. Tanda plus minus
pada resistor digunakan untuk mengingatkan kita sisi mana pada setiap resistor yang
berada pada potensial lebih tinggi untuk arah arus yang diasumsikan.
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 2 dapat dinyatakan sebagai berikut:

Hukum II Kirchoff ini menjelaskan bahwa jumlah penurunan beda potensial


sama dengan nol artinya tidak ada energi listrikyang hilang dalam rangkaian atau
semua energi listrik diserap dan digunakan. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai:
Dengan keterangan :
∑ ε: Jumlah Gaya Gerak Listrik (GGL) sumber arus (V)
∑ V : Jumlah Tegangan (V)

Untuk mencari perhitungan Hukum Kirchoff, diperlukan nilai dari tegangan (V) arus
(I) dan hambatan (R). Formula tersebut didapat dari Hukum Ohm, yaitu :
V = I.R
Dimana :
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
R = Resistansi Hambatan (Ω)

2.4 Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau
membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika.
Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah
satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai
resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol Omega (Ω).
Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistor juga memiliki nilai
yang lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya.
Semua nilai yang berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam
perancangan suatu rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu
mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.
Adapun simbol simbol dalam bentukgambar ynag sering digunakan dalam
suatu desain rangkaian elektronika yaitu :
Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada
resistor. Resistor dengan nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat
ditemukan pada resistor tetap dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor
yang ditentukan dengan kode huruf dapat ditemui pada resistor tetap daaya besar dan
resistor variable.
Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna.
Dari cicin warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai
dimana nilai resistansi resistor dengan kode warna yaitu :

1. Resistor Dengan 4 Cincin Kode Warna

Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai
toleransi resistor.

2. Resistor Dengan 5 Cincin Kode Warna


Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai
toleransi resistor.

3. Resistor Dengan 6 Cincin Warna


Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin
warna dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien
temperatur yaitu temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
- Resistor
- Kabel penghubung
- Project board
- Sumber tegangan 1,4 V
- Oscilloscope
3.2 LANGKAH KERJA
3.2.1 Rangkaian Seri
1. Dihitung besar hambatan pada setiap resistor yang akan digunakan dalam
percobaan.
2. Dibuat rangkaian pada project board secara seri sesuai dengan skema pada
lembar kerja praktikum.
3. Dieri tegangan sebesar 1,4 V, kemudian ukur setiap resistor pada rangkaian
tersebut dengan menggunakan Oscilloscope
4. Diitung secara teori dan bandingkan hasilnya.

3.2.2 Rangkaian Paralel


1. Dihitung besar hambatan pada setiap resistor yang akan digunakan dalam
percobaan
2. Dibuat rangkaian pada project board secara gabungan sesuai dengan skema
pada lembar kerja praktikum.
3. Diberi tegangan sebesar 1,4 V, kemudian ukur setiap resistor pada rangkaian
tersebut dengan menggunakan Oscilloscope.
4. Dihitung secara teori, dan bandingkan hasilnya.
3.2.3 Rangkaian Gabungan
1. Dihitung besar hambatan dari ketiga resistor yang akan digunakan dalam
percobaan.
2. Dibuat rangkaian resistor pada project board secara seri dan paralel dengan
ketentuan R1 disusun seri kemudian R2 dan R3 disusun paralel
3. Diberi tegangan sebesar 1,4 V, kemudian ukur tegangan pada setiap resistor
tersebut dengan menggunakan Oscilloscope.
4. Dihitung secara teori, dan bandingkan hasilnya

BAB IV
DATA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Hambatan Resistor
 Rangkaian Seri
1. Resistor 1

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Mera Ungu Kuning Emas 27 x 104 Ω ± 5%
h
2 7 104 5%

R = 270000 Ω
5
Toleransi = ×27000=13500
100
R MAX =270000+13500=283500 ΩR MIN =270000−13500=256500Ω

2. Resistor 2

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Cokla Abu-
Hijau Emas
t abu 18 x 105 Ω ± 5%
1 8 105 5%

R = 1800000 Ω
5
Toleransi = ×1800000=90000
100
R MAX =1800000+ 90000=1890000 ΩR MIN =1800000−90000=1710000Ω

3. Resistor 3

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Abu-
Merah Jingga Emas
abu 82x103 Ω ± 5%
8 2 103 5%

R = 82000 Ω
5
Toleransi = ×82000=4100
100
R MAX =82000+4100=86100 ΩR MIN =82000−4100=77900 Ω
 Rangkaian Paralel
1. Resistor 1

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Hijau Biru Kuning Emas
56 x 104 Ω ± 5%
5 6 104 5%

R = 560000 Ω
5
Toleransi = ×560000=28000
100
R MAX =560000+ 28000=588000 ΩR MIN =560000−28000=532000Ω

2. Resistor 2

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Jingg
Putih Jingga Emas
a 39 x 103 Ω ± 5%
3 9 103 5%

R = 39000 Ω
5
Toleransi = ×39000=1950
100
R MAX =39000+1950=409500ΩR MIN =39000−1950=37050Ω

4. Resistor 3

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Ungu Hijau Hijau Emas
7 5 105 5% 75 x 105 Ω ± 5%

R = 7500000 Ω
5
Toleransi = ×7500000=375000
100
R MAX =7500000+ 375000=7875000 ΩR MIN =7500000−375000=7125000Ω

 Rangkaian Gabungan
1. Resistor 1

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Mera
Ungu Kuning Emas
h 27 x 104 Ω ± 5%
2 7 104 5%

R = 270000 Ω
5
Toleransi = ×27000=13500
100
R MAX =270000+13500=283500 ΩR MIN =270000−13500=256500Ω

2. Resistor 2

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Cokla
Hitam Jingga Emas
t 10 x 3 Ω ± 5%
3
1 0 10 5%

R = 10000 Ω
5
Toleransi = ×10000=500
100
R MAX =10000+500=10500 ΩR MIN =10000−500=9500 Ω

3. Resistor 3

C1 C2 C3 C4 Nilai Resistor
Mera
Merah Kuning Emas
h 22 x 104 Ω ± 5%
2 2 104 5%

R = 220000 Ω
5
Toleransi = ×220000=11000
100
R MAX =220000+11000=231000ΩR MIN =220000−11000=209000 Ω

4.2 Hasil Pengukuran Pada Oscilloscope


Tegangan Sumber = 5 V
1. Rangkaian Seri
V1 = 21,4 mV = 0,0214 V
V2 = 7,81 mV = 0,00781 V
V3 = 19,5 mV = 0,0195 V
2. Rangkaian Pararel
V1 = 18,9 mV = 0,0189 V
V2 = 17,1 mV = 0,0171 V
V3 = 18,7 mV = 0,0187 V
3. Rangkaian Seri-Pararel
V1 = 29,3mV = 0,293 V
V2 = 3,91 mV = 0,0391 V
V3 = 6,25 mV = 0,0625 V

4.3 Hasil Berdasarkan Perhitungan Teori


1. Rangkaian Seri
V =5V
R = R1 + R2 + R3
= 270000 + 1800000 + 82000
= 2152000 Ω
Karena disusun R1, R2, R3 disusun Seri, maka I = I1 = I2 = I3
I = V/R
= 5/2152000
= 0,000002324 A
V1= I1.R1
= 0,000002324 X 270000
= 0,62748 V
V2= I1.R2
= 0,000002324 X 1800000
= 4,1832 V
V3= I3.R3
= 0,000002324 X 82000
= 0,19057 V
2. Rangkaian Pararel
V =5V
1 1 1 1
= + +
R R1 R2 R3
1 1 1 1 1 29,25 ×10 10+ 42× 1011 +21,84 × 109
= + + =
R 560000 39000 7500000 R 163,8 ×1014
2,925 ×10 9+ 420 ×109 +21,84 × 109
R=
163,8 × 1014
444,765× 109
R=
163,8 ×1014
163,8 ×1014
R=
444,765× 109
R=0,368× 105=36800 Ω

I = V/R
= 5/36800
= 0,000735 A
Karena R1, R2, R3 disusun pararel, Maka V = V1 = V2 = V3
I1 = V1/R1
= 5/560000
= 0,000008928 A

I2 = V2/R2
= 5/39000
= 0,0001282 A
I3 = V3/R3
= 5/7500000
= 0,0000006667 A
Itotal = I = I1 + I2 + I3 = 0,000008928+0,0001282+0,0000006667 = 0,0001378 A
V1= I1.R1
=0,000008928 X 560000
= 4,99968 V
V2= I2.R2
= 0,0001282X 39000
= 4,9998 V
V3= I3.R3
=0,0000006667 X 7500000
= 5,00025 V
3. Rangkaian Gabungan (Seri-Pararel)
V =5V
1 1 1
= +
Rp R2 R3
1 1 1 1 2200+ 100 1 3200
= + = =
Rp 10000 220000 Rp 2200000000 Rp 2200000000
2200000000
Rp=
3200
Rp = 687500 Ω

Rtotal = Rseri + Rpararel


= R1 + Rp
= 270000 + 687500
= 957500 Ω

V 5
I= = = 0,00000522 A
R 957500
V 1 1,4099
I1= = = 0,0000052219 A
R 1 270000
V 2 3,59008
I2 = = = 0,000359008 A
R 2 10000
V 3 3,59008
I3 = = = 0,00001632 A
R 3 220000
Itotal = I = I1 = I2 + I3 = 0,000359008 +0,00001632 = 0,000375 A
R1 270000 Rp 687500
V 1= × VtV 1= ×5 V 1=1,4099 V Vp= ×VtVp= ×5
R 1+ Rp 957500 R 1+ Rp 957500
Vp=3,59008 V
Karena R2 dan R3 disusun pararel, maka Vp = V2 = V3
V2 = 3,59008 V
V3 = 3,59008 V
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari yang telah dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut bahwa hukum
tegangan kirchhoff merupakan tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian tertutup sama
dengan tegangan jatuh.
Pada percobaan ini didapatkan :
 Pengukuran Oschilloscope
1. Rangkaian Seri
V1 = 21,4 mV = 0,0214 V
V2 = 7,81 mV = 0,00781 V
V3 = 19,5 mV = 0,0195 V
2. Rangkaian Pararel
V1 = 18,9 mV = 0,0189 V
V2 = 17,1 mV = 0,0171 V
V3 = 18,7 mV = 0,0187 V
3. Rangkaian Seri-Pararel
V1 = 29,3mV = 0,293 V
V2 = 3,91 mV = 0,0391 V
V3 = 6,25 mV = 0,0625 V

 Perhitungan berdasarkan teori


1. Rangkaian Seri
V1= 0,62748 V
V2= 4,1832 V
V3= 0,19057 V
2. Rangkaian Paralel
V1= 4,99968 V
V2= 4,9998 V
V3= 5,00025 V
3. Rangkaian Gabungan
V 1=1,4099 V
V2= V3 = 3,59008 V
DAFTAR PUSTAKA
 http://zonaelektro.net/resistor-karakteristik-nilai-dan-fungsinya/
 https://www.studiobelajar.com/hukum-kirchhoff/
 Pedoman Praktikum Fisika Dasar II Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung – Listrik dan Optik
 Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1 Institut
Teknologi Bandung. Bandung:Tidak diterbitkan
 Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Fisika Dasar 2 Institut
Teknologi Bandung. Bandung:Tidak diterbitkan
LAMPIRAN
A. Rangkaian pada Osiloscope
 RANGKAIAN SERI

R1 = 21,4 mV = 0,214 V

R2 = 7,81 mV = 0,781 V

R= 19,5 mV = 0,915 V
 Rangkaian Paralel

R= 18,9 mV = 0,189 V

R= 17,1 mV = 0,171 V

R= 18,7 mV = 0,187 V
 Rangkaian Gabungan

R= 29,3 mV= 0,293 V

R= 3,91 mV = 0,391 V

R= 6,25 mV= 0,625 V


B. Rangkaian pada Matlab
 Rangkaian seri

 Rangkaian Paralel
 Rangkaian Gabungan

Anda mungkin juga menyukai