Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


PADA PASIEN KERACUNAN OBAT

Disusun Oleh :
Kelompok : 3

Nama Anggota : 1. Feby Feronica ( 17100048 )


2. Ghina Elfa Athiyyah ( 17100005 )
3. Hendri Pitra ( 17100058 )
4. Herlina Olanda ( 17100004 )

Semester : 6

Dosen Pengampu : H. Abdul Kadir, SST, M.Kes

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
            Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang maha kuasa karena atas segala
rahmat dan hidayah yang di limpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul  “ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS PADA PASIEN KERACUNAN OBAT”.

Makalah ini disusun dan ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan pembaca.
        
   Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu selama penyusunan makalah ini,  H. Abdul Kadir, SST, M.Kes.
Sebagai dosen mata kuliah Keperwatan Kegawat Daruratan yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pangkalpinang, 09 Maret 2020

Kelompok 3

DAFTAR ISI

i
ii

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
C. Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Standar Praktik Keperawatan.........................................................3
B. Tujuan Standar Praktik Keperawatan...........................................................9
C. Sumber Standar Praktik Keperawatan......................................................10
D. Jenis Standar Profesi Keperawatan............................................................11
E. Standar Praktik Keperawatan Komunitas.................................................12
F. Tatanan Praktik dalam Keperawatan Komunitas.......................................13
G. Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas.............................................15
H. Tanggung Jawab Perawat Kesehatan Komunitas......................................16
I. Perbedaan Keperawatan Komunitas dari Disiplin Keperawatan Lain......16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun
buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup
yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan
hidup melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap
melalui kulit (Merriam-Webster, 2014).
Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan suatau bahan yang
bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan – bahan tersebut dapat masuk melalui
mulut, hidung, kulit atau mata.(Priharjo, Robert.2007)
Keracunan obat adalah reaksi tubuh yang muncul secara negatif akibat mengkonsumsi
obat atau menggunakan obat tertentu yang akan berakibat fatal jika tidak ditangani.
(Michael J. Neal.2008)
A. Anatomi fisiologi sistem pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1
2

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring
3. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
3

rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
4. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
4

lambung.Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses


peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan
phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
5. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia
b. Fundus
c. Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-
sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya
tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
6. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
5

zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
6

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler),
lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar)
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
7. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses. Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
8. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari
usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif
memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
9. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
7

peritonitis (infeksi rongga abdomen).


8

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal
atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
10. Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus.Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama
anus.

11. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua
belas jari).
12. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan
obat.Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
13. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu
9

yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu
memiliki 2 fungsi penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
B. Etiologi
1. Narkoba : obat yang bermanfaat dalam dosis terapeutik bisa
mematikan bila dikonsumsi secara berlebihan.
2. Vitamin : vitamin, terutama A dan D, jika dikonsumsu dalam
jumlah besar dapat menyebabkan masalah hati dan kematian
3. Warfarin : adalah pengencer darah yang digunakan untuk
mencegah pembekuan darah. Bahan ini sering digunakan sebagai
racun tikus dan dapat menyebabkan perdarahan dan kematian jika
terlalu
banyak dikonsumsi.
4. Tidak tahu jumlah dosis yang diminum atau faktor lain yang tidak
disengaja.
5. Efek dari kombinasi berbagai obat yang bisa menyebabkan reaksi
keracunan untuk tubuh.
6. Tubuh penderita keracunan obat mengalami efek samping yang
berlebihan sehingga efek keracunan menjadi tidak terduga. Kondisi
ini seperti ini biasanya terjadi di rumah sakit akibat pasien tidak
mengetahui jika ada alergi obat tertentu. Pemberikan obat anti
alergi atau tes alergi biasanya diberikan oleh perawat sebelum
pasien
10

mendapatkan obat tertentu.


7. Penderita keracunan obat mengalami kecelakaan yang
menyebabkan obat mengenai bagian tubuh tertentu. Kondisi ini
biasanya terjadi untuk kasus keracunan obat yang melewati hidung,
mata dan kulit.
11

8. Penderita keracunan obat bisa terkena keracunan karena dengan


sengaja minum obat tertentu dalam jumlah yang lebih banyak.
Kondisi ini sering terjadi pada orang yang depresi, mengalami
masalah kesehatan jiwa, mental yang buruk dan pecandu narkoba.
C. Manifestasi klinis Tanda dan gejala keracunan :
1. Penurunan respon
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Gangguan penglihatan
6. Diare
7. Lemas
8. Kejang – kejang
9. Gangguan pencernaan yang ringan, sedang, dan parah seperti
mual,
sakit perut, nyeri perut bawah dan muntah.
10. Tubuh mengeluarkan keringat berlebihan.
11. Beberapa bagian kulit menjadi biru akibat kekurangan oksigen dan
kematian kerja syaraf pada kulit.
D. Patofisiologi
Makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam
baik ragam maupun jenis. Makanan, minuman dan obat yang sehat dapat dikatakan
makanan yang layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik seketika maupun
mendatang. Dalam menkonsumsi makanan, minuman perlu diperhatikan tentang
kebersihan, kesehatan, serta zat gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut, sama
hal nya dengan obat kita harus memperhatikan dosis dan sesuai dengan resep dokter.
Hendaknya kita harus pandai dalam memilih makanan dan obat yang akan dikonsumsi
supaya bebas dari zat-zat yang dapat merusak
tubuh seperti toksik atau racun.
12

Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun, obat-obatan
yang dikonsumsi sembarangan dan tidak sesuai dosis, sampai di lambung, lalu lambung
akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau
zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan
berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya
muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang
keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan
tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan
keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi,dan keluarnya keringat dingin akan
merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh
dengan terjadinya rasa haus. Apabila
13

rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat
menyebabkan pingsan sampai kematian.
E. Pathway
Makanan Bahan Kimia Binatang berbisa (Bakteri & Non Bakteri) &Obat-obatan

Saluran pencernaan Saluran pernafasan Kulit

Mual, Muntah & Diare


Pembuluh darah Korosi trakeaPembuluh Nyeri & kemerahan
darah

Gangguan Saraf otonom EdemaSaluran


MK : laringpencernaan
Kekurangan volume cairan
ntah
ObstruksiMual & Mu Saluran pernafasan

MK : Ketidakefektifan
Nyeri kepala mahanbersihan
Kele Kram otot nafas Pu sat pernafasan
MK :
Naf Kerusakan Integritas kulit
MK : Gangguan
pergerakanCO2 dikeluarkan
Nyeri Akut
Alkalosis respiratorik MK : Ketidak
efektifan pola nafas
MK :
Intoleransi aktivitas
MK :
Kekurangan
vol ume cairan

as t dan dalam
cepa
14

F. Pencegahan
a. Selalu usahakan untuk membaca label obat pada kemasan dengan hati-
hati. Lihat berapa jumlah dosis yang disarankan dan
15

pertimbangkan untuk mengambil obat sesuai dengan dosis yang disarankan.


b. Hindari menggunakan obat tertentu dalam waktu jangka panjang
seperti antibiotik. Penggunaan obat jangka panjang bisa menyebabkan
efek keracunan yang berbahaya untuk tubuh.
c. Jangan menggunakan obat bebas tanpa mendapatkan resep dari
dokter.
d. Hindari menyimpan obat yang sudah tidak digunakan. Jika memiliki sisa
obat maka segera hancurkan dan buang di tempat yang aman.
Menyimpan obat bisa menyebabkan keracunan karena
menggunakan obat yang sudah rusak atau obat yang sudah kadaluarsa.
e. Letakkan dan simpan semua obat-obatan darurat ditempat yang aman.
Lebih baik jika menyimpan obat di kotak obat dan kunci pintunya. Cara
ini bisa mencegah anak-anak bermain obat dan menjaga
agar anak tidak terkena keracunan obat.
f. Hindari minum obat dengan beberapa jenis minuman yang bisa
menyebabkan keracunan seperti minuman bersoda, teh, kopi, atau
alkohol
g. Menerapkan 6 benar dalam megkonsumsi obat :
1. Benar obat
2. Benar pasien
3. Benar dosis
4. Benar waktu
5. Benar cara
6. Benar dokumentasi
G. Penatalaksanaan
1. Melakukan CPR (Jika penderita tidak sadar)
Keracunan obat sering menyebabkan efek kehilangan kesadaran dan sulit untuk
bernafas. Dari saran medis jika ada kasus seperti ini maka penderita harus mendapatkan
pertolongan dengan memberikan nafas buatan atau CPR. Nafas buatan bisa mencegah
16

efek buruk kehilangan kesadaran seperti koma dan kematian. Penderita keracunan obat
bisa mengalami gagal nafas akibat pernafasan yang terus melambat. Setelah itu
penderita harus dibawa kerumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang tepat.
2. Membuat Posisi Penderita Nyaman (jika sadar)
17

Jika orang yang terkena keracunan obat dalam kondisi yang sadar maka buat penderita
bisa berada dalam posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman untuk penderita keracunan
obat bisa dalam posisi duduk bersandar tegak, duduk sambil setengah tidur dan tidur
dengan posisi bantal yang tinggi. Jika masih bisa diajak komunikasi maka cari tahu obat
apa yang diminum oleh penderita. Selanjutnya bawa ke rumah sakit dan bawa sampel
obat yang menyebabkan keracunan.
3. Hindari Membuat Penderita Muntah
Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi pada kasus keracunan obat adalah
membuat penderita muntah. Kesalahan ini bisa menyebabkan dampak yang sangat
serius. Muntah pada keracunan obat harus bisa terjadi secara alami dan bukan karena
membuat
penderita muntah secara sengaja.
4. Jangan Memberikan Air Putih
Untuk penderita keracunan obat maka hindari memberikan air putih secara langsung.
Air putih baru bisa diminum ketika penderita sadar dan sudah bisa minum sendiri.
Memberikan air putih bisa menyebabkan kondisi yang sangat fatal karena mendorong
penyebaran racun ke semua bagian tubuh. Hal ini bisa memicu gagalnya fungsi
organ jika kondisi keracunan obat sangat parah.
5. Jangan Menekan Perut
Penderita keracunan obat biasanya akan merasa tidak nyaman pada bagian perut.
Mereka merasa sangat mual dan keinginan untuk muntah berlebihan. Jika hal ini terjadi
maka jangan pernah menekan perut penderita. Menekan perut bisa membuat kondisi
tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Jika mereka tidak bisa muntah secara alami maka
bisa membuat nafas semakin melambat, detak jantung lebih cepat dan
kehilangan kesadaran.
6. Berikan Minuman yang Netral
Meskipun penderita keracunan obat tidak bisa minum air putih, namun masih bisa
minum cairan yang netral. Salah satu jenis minuman netral yang paling sering menolong
korban keracunan obat adalah air kelapa hijau. Air kelapa hijau sangat netral dan tidak
18

menyebabkan efek samping apapun. Selain itu kandungan ion positif dalam air
kelapa hijau bisa membantu tubuh dalam melawan efek racun. Cara kerjanya juga
sangat cepat yaitu penderita akan merasa mual dan kemudian bisa muntah secara
alami.
Efeknya kemudian penderita bisa mengeluarkan racun dari dalam tubuh secara alami.
Namun untuk memastikan kondisi maka penderita
keracunan obat tetap membutuhkan bantuan dokter.
7. Gunakan Masker Oksigen (akibat keracunan obat dari asap)
Semua jenis keracunan yang disebabkan karena obat terserap dari jalur pernafasan
seperti hidung, maka penderita harus segera mendapatkan bantuan oksigen. Pada
awalnya berikan masker untuk menahan agar asap beracun tidak masuk lebih banyak ke
dalam tubuh. Setelah itu bawa ke pusat medis terdekat. Penderita biasanya akan
mendapatkan bantuan dengan masker oksigen. Cara ini bisa membantu menghilangkan
efek racun dan membuat saluran pernafasan bisa bekerja dengan baik. Selain itu jangan
memberikan minuman sebelum
kondisi penderita sudah pulih.
8. Minum Susu
Jika penderita mengalami keracunan obat yang tidak terlalu parah,maka bisa
memberikan susu cair atau susu yang sudah dipasteurisasi. Susu cair sangat baik untuk
membantu mengeluarkan racun dalam dalam perut, dan membuat penderita bisa
muntah. Susu juga termasuk minuman yang netral sehingga bisa mencegah berbagai
efek yang buruk untuk tubuh. Namun cara ini hanya bisa diberikan untuk penderita
keracunan obat ringan yang menyebabkan gangguan
pencernaan.
9. Bilas Mata dengan Air Hangat (keracunan terjadi melalui mata)
Keracunan berbagai bahan obat kimia dalam produk rumah tangga
sering terjadi lewat mata. Mungkin secara tidak sengaja penderita menyemprot obat
dan mengenai bagian mata. Jika hal ini terjadi maka segera bilas mata dengan air hangat
dan biarkan selama beberapa saat. Tanda awal keracunan obat di mata sering
menyebabkan rasa pedih berlebihan. Kemudian kondisi mata akan memerah yang
menjadi tanda iritasi mata. Jika membilas mata dengan air hangat tidak bisa
19

memulihkan kondisi mata maka gunakan obat pembersih mata yang bisa didapatkan di
apotek. Setelah itu tetap periksa mata ke dokter mata untuk memastikan kesehatan
mata.
10. Membersihkan Kulit dari Racun (racun mengenai kulit)
Jika bagian tubuh yang terkena racun adalah bagian kulit, maka segera bersihkan kulit
dengan membilasnya. Caranya adalah membilas bagian kulit dengan air hangat yang
mengalir atau air dingin selama beberapa menit. Untuk membersihkan semua racun
maka gunakan sabun khusus yang sangat aman untuk kulit. Setelah itu bersihkan kulit
dan keringkan dengan handuk. Jangan menggosok bagian kulit yang terkena racun
karena bisa menyebabkan kulit mengelupas.
H. Fokus pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena
terjadi
hipersaliva
b. B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas
cepat dan dalam
20

c. C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat


korosif maka percernaan akan mengalami perdarahan
dalam terutama lambung.
d. D (Dissability): Bisa menyebabkan pingsan atau hilang
kesadaran apabila keracunan dalam dosis yang banyak.
e. E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran
pencernaan, pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia,
pucat,
hipersaliva
f. F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan
diri kateter diperlukan untuk pengeluaran urin
2. Pengkajian Sekunder
a. Data Subjektif
1) Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa
terbakar di tenggorokan dan lambung.
2) Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan
racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan,
ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Data Objektif
1) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi
dan perdarahan saluran pencernaan.
2) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
3) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan
berkeringat.
4) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic
dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
21

5) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan


trombositopenia.
6) Gangguan elektrolit : hiponatremia,
hipernatremia,
hipokalsemia atau hipokalsemia
c. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise Tanda : Kelemahan, hiporefleksi
d. Sirkulasi
22

Tanda : Nadilemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (padakasusberat),


aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
e. Eliminasi
Gejala :Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus
menurun, kerusaka nginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuningpekat, merah, coklat
f. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri ulu hati Tanda : Perubahan turgor
kulit/kelembaban, berkeringat banyak
g. Neurosensori
Gejala :Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil
mengecil, kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi kehilangan memori, penurunan
tingkat kesadaran (azotemia), koma, syok.
h. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
i. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, depresi napas, hipoksia
Tanda :Takipneu, dispneu, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk
produktif
j. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin (obat,racun), obat nefrotik
penggunaan berulang, Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.
I. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
23

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan


dengan
obstruksi jalan nafas
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan
obat)
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
J. Intervensi keperawatan
24

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi


 NOC
 Respiratory status : Ventilatot
 Respiratory status : Airway patency
 Vital sign status
 Kriteria hasil
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
 Tanda – tanda vital dalam batas normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
 NIC
a) Mengidentifikasi faktor yang memicu ketidakefekti fan
pola nafas dan tindakan yang tepat
untuk
menghindari nya
Rasional : Ketidakefekti fan pola nafas disebabkan oleh asites yang menekan diafragma
kemudian ekspansi otot
pernafasan tidak optimal
b) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya
pernapasan
Rasional : Mengetahui kemampuan dalam bernapas, mengetahui intervensi yang
diambil untuk mengatasi
adanya kecepatan dalam benapas
c) Atur posisi pasien semi fowler untuk
mengoptimalkan pernapasan
Rasional : Posisi semi fowler membuat oksigen di dalam
paru – paru semakin meningkat sehingga meringankan kesulitan dalam bernafas.
25

d) Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk


memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanik Rasional : Menjaga kestabilan
penggunaan ventilator
mekanik pada pasien
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan
obstruksi jalan nafas
 NOC
 Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : airway patency
 Kriteria hasil
26

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas


yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
 Menujukkan jalan nafas yang paten
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor
yang dapat menghambat jalan nafas
 NIC
a) Monitor respirasi dan status O2
Rasional : mengetahui adanya gangguan pada saluran
pernafasan
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : posisi yang sesuai dapat membantu pasien
untuk memperoleh suplai O2 yang adekuat
c) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan
pendukung misalnya oksigen
Rasional : agar keluarga dan pasien dapat mengetahui
cara memasang oksigen
d) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan
untuk perkusi atau peralatan pendukung
Rasional : peralatan pendukung yang sesuai dengan kondisi pasien dapat meningkatkan
kesembuhan pasien

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan


obat)
 NOC
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
 Kriteria hasil
27

 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,


mampu menggunkan teknik nonfarmakologi
untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan managemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 NIC
28

a) Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan,
perubahan dan karakteristik
nyeri.
b) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman dan penerimaan respon pasien Rasional : dengan
menggunakan komunikasi terapeutik
akan mempermudah menggali pengalaman pasien terhadap respon nyeri
c) Ajarkan teknik nonfarmakologi ditraksi atau nafas
dalam
Rasional : teknik relaksasi dan distraksi dapat
menurunkan nyeri dan mengurangi kecemasan
d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
analgetik
Rasional : pemberian obat analgetik yang tepat dapat
membantu pasien untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
 NOC
 Fluid balance
 Hydration
 Nutrition status : Food and Fluid intake
 Kriteria hasil
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
dan BB, BJ urine normal, HT normal
 Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
 Tidak ada tanda – tanda dehidrasi, elastisitas tugor
29

kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa


haus
yang berlebihan
 NIC
a) Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mukos, nadi adekuat, teknan darah)
Rasional : penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine,
monitoring yang ketat pada
30

urine <600 ml/hari karena merupakan tanda – tanda syok hipovolemik.


b) Monitor berat badan
Rasional : perubahan berat badan sebagai parameter
dasar terjadinya defisit cairan
c) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh
untuk meringankan fungsi ginjal dan mencegah dehidrasi
d) Kolaborasikan pemberian cairan IV
Rasional : jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan
memudahkan perawat dalam
melakukan kontrol intake dan output cairan
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia
 NOC
 Tissue integrity : skin and mucous membranes
 Hemodyalisis akses
 Kriteria hasil
 Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
 Tidak ada luka / lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan alami
 NIC
a) Monitor kulit akan adanya kemerahan
Rasional : perdarahan yang abnormal sering
31

dihubungkan dengan penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia


b) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Rasional : suhu hangat dari air dapat meningkatkan
kenyamanan pada pasien
c) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar
Rasional : baju yang longgar dapat meningkatkan
sirkulasi pada daerah yang tertekan
d) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali
32

Rasional : mencegah adanya luka dekubitus akibat tekanan pada area tertentu
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 NOC
 Energy convervation
 Activity tolerance
 Self care : ADLs
 Kriteria hasil
 Berpartisipasi dalam akyivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi, RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs)
secara mandiri
 Tanda – tanda vital normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmonari adekuat
 Status respirasi pertukaran gas da ventilasi adekuat
 NIC
a) Monitor respons kardiorespiratori terhadap aktivitas
(misal : takikardi, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat,
tekanan hemodinamik dan frekuensi pernapasan) Rasional : Peningkatan
respons kardiorespiratori
meningkatkan kelemahan
b) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik
managemen waktu untuk mencegah kelelahan.
Rasional : Managemen waktu dalam pembatasan
aktivitas untuk mengurangi kelelahan
c) Tentukan penyebab keletihan ( misalnya, perawatan
33

nyeri, pengobatan)
Rasional : Mengurangi aktivitas yang menyebabkan
keletihan
d) Kolaborasikan pemberian obat nyeri sebelum
aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
34

Rasional : Obat analgetik atau anti nyeri berfungsi untuk mengurangi nyeri yang menjadi
faktor penyebab keletihan
35

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun
buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup
yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan hidup
melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup,
disuntikkan, dan terserap melalui kulit
Dapat disebabkan oleh narkoba, vitamin, warfarinn, penurunan respon, tanda dan gejala
yang dapat muncul yaitu gangguan pernapasan, nyeri kepala, pusing, gangguan
penglihatan, diare, lemas, kejang – kejang
B. SARAN
Dalam penggunaan obat, mengkonsumsi makanan, minuman kita sebaiknya harus
berhati – hati, karena bisa saja makanan, minuman dan obat
36

yang kita konsumsi itu menjadi racun. Jika menemukan, melihat pasien ataupun
keluarga yang keracunan segera bawa ke dokter, dan jangan memberikan air minum.

DAFTAR PUSTAKA
Michael J. Neal.2008. At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima.Jakarta:Erlangga
Priharjo, Robert.2007.Teknik dasar pemberian obat bagi perawat.Jakarta:EGC Krisanty,
paula,dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta:TIM

Anda mungkin juga menyukai