Oleh :
1. Nindya Indah Kusumawardani ()
2. Muthi’ah Nur Fadlilah (21030119410017)
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Ragi
Ragi untuk roti dibuat dari sel khamir Saccharomyces cereviceae. Khamir Saccharomyces
cereviceae merupakan organisme penghasil amilase yang cukup berpotensi, selain bakteri
dan kapang (Kustyawati, dkk. 2013). Ragi dapat memetabolisme gula sederhana seperti
glukosa, Sukrosa dan maltosa. Hal ini membuat Saccharomyces cerevisiae digunakan sebagai
ragi untuk roti karena dapat mengubah gula menjadi karbon dioksida, sehingga menyebabkan
adonan mengembang dan menghasilkan roti dengan tekstur yang lembut dan berongga
(Swami, dkk. 2015).
Di dalam ragi terdapat beberapa enzim yaitu protease, lipase, invertase, maltase dan zymase.
Protease memecah protein dalam tepung menjadi senyawa nitrogen yang dapat diserap sel
khamir untuk membentuk sel yang baru. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserin. Invertase memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Maltase memecah
maltosa menjadi glukosa dan zymase memecah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida.
Akibat dari fermentasi ini timbul komponen-komponen pembentuk flavor roti, diantaranya
asam asetat, aldehid dan ester. Ragi berfungsi untuk mengembangkan adonan dengan
memproduksi gas CO2, memperlunak gluten dengan asam yang dihasilkan dan juga
memberikan rasa dan aroma pada roti.
Enzim-enzim dalam ragi memegang peran tidak langsung dalam proses pembentukan rasa
roti yang terjadi sebagai hasil reaksi Maillard dengan menyediakan bahan-bahan pereaksi
sebagai hasil degradasi enzimatik oleh ragi. Apabila konsentrasi ragi meningkat maka volume
pada adonan roti juga ikut meningkat. Sehingga dapat disebut bahwa ragi adalah parameter
utama dalam persiapan pembuatan roti.
2.1.3 Gula
Gambar 4. Kenampakan Visual Roti Tawar Bebas Gluten Dengan Beberapa Variasi
Perlakuan
Gambar di atas menunjukkan bahwa adanya waktu proofing dapat meningkatkan kualitas
sensoris roti. Pada perlakuan proofing 60 menit memiliki tingkat volume pengembangan yang
relatif tinggi (Muthoharoh dan Sutrisno, 2017).
Setelah didiamkan adonan siap dengan pemulungan. Proses pemulungan terdiri dari proses
pemipihan atau sheating, curling, dan rolling atau penggulungan serta penutupan atau sealing.
Setelah pemulungan adonan dimasukkan ke dalam loyang yang telah dioles dengan lemak,
agar roti tidak lengket pada loyang. Selanjutnya dilakukan fermentasi akhir, yang bertujuan
agar adonan mencapai volume dan struktur remah yang optimum. Agar proses
pengembangan cepat fermentasi akhir ini biasanya dilakukan pada suhu sekitar 380C dengan
kelembaban nisbi 75-85 %. Dalam proses ini ragi roti menguraikan gula dalam adonan dan
menghasilkan gas karbondioksida.
2.2.4 Pemanggangan
Pemanggangan adalah tahap terakhir pada proses pembuatan roti dan merupakan tahap paling
penting dan dapat didefinisikan sebagai proses yang mengubah adonan yang pada dasarnya
terbuat dari tepung, air dan ragi menjadi sebuah makanan dengan memanfaatkan panas di
dalam oven (Swami, dkk. 2015). Setelah adonan masuk ke dalam oven, terjadi peningkatan
cepat pada volume adonan. Hal ini di karenakan enzim amilase menjadi lebih aktif dan terjadi
perubahan pati menjadi dekstrin adonan menjadi lebih cair sedangkan produksi gas
karbondioksida meningkat. Pada suhu sekitar 50-600C, aktivitas metabolisme khamir
meningkat, sampai terjadi perusakan khamir karena panas berlebihan. Pada saat suhu
mencapai sekitar 760C, alkohol dibebaskan serta menyebabkan peningkatan tekanan dalam
gelembung udara. Di atas suhu 760C terjadi penggumpalan gluten yang memberikan struktur
crumb. Pada akhir pembakaran , terjadi pembentukan crust serta aroma. Pembentukan crust
terjadi sebagai hasil reaksi maillard dan karamelisasi gula.
Diagram alir untuk proses pengolahan pada roti tawar dengan sistem sponge dough adalah
sebagai berikut :
Gambar 5. Diagram Alir Proses Pembuatan Roti dengan Sistem Sponge Dough
Diagram alir untuk proses pengolahan pada roti tawar dengan sistem straight dough dan no
time dough adalah sebagai berikut :
Gambar 6. Diagram Alir Proses Pembuatan Roti dengan Sistem Straight Dough
2.4 Kandungan Gizi
Berikut merupakan data kandungan apa saja yang terdapat pada roti tawar dengan
menggunakan tepung terigu sebagai bahan utama, dapat di lihat pada tabel di bawah ini
(Rahmah, dkk. 2017) :
Tabel 3. Kandungan dalam Roti Tawar
Kandungan %
Kadar air 27.48
Kadar Abu 0.97
Protein 8.38
Lemak 3.76
Karbohidrat 59.40
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Roti tawar adalah produk makanan yang banyak diminati masyarakat salah satunya di
indonesia, roti tawar terbuat dari tepung terigu, ragi, garam, air, gula, dan lemak sebagai
bahan utama. Proses pengolahan roti tawar terdiri dari pencampuran, peragian, pembentukan,
dan pemanggangan serta memiliki 2 sistem pengolahan yaitu sistem sponge and dough
dimana pengolahan terdiri dari dua langkah pengadukan yaitu pembuatan sponge dan
pembuatan dough. Kemudian sistem straight dough dan no time dough (cara langsung)
dimana bahan-bahan diaduk bersama-sama dalam satu langkah dan fermentasi di lakukan
dengan cara yang singkat.
Daftar Pustaka
Andragogi, V., Bintoro, V. P., & Susanti, S. (2018). Pengaruh Berbagai Jenis
Gula Terhadap Sifat Sensori dan Nilai Gizi Roti, 2(2), 163–167.
Arlene, A., & Witono, J. R. (2009). Pembuatan Roti Tawar Dari Tepung
Singkong Dan Tepung Kedelai. Simposium Nasional RAPI VIII, 80–84.
Devani, B. M., Jani, B. L., Kapopara, M. B., Vyas, D. M., & Ningthoujam, M.
D. (2016). Study on quality of white bread enriched with finger millet flour.
International Journal of Agriculture, Environment and Biotechnology, 9(5),
903. https://doi.org/10.5958/2230-732x.2016.00116.9
Irmawati, Ansharullah, & Baco, A. R. (2018). PENGARUH FORMULASI
ROTI TAWAR BERBASIS MOCAF DAN UBI JALAR UNGU, 3(2),
1163–1175.
Koswara, Sutrisno. (2009). Teknologi Pengolahan Roti. eBookPangan.com
Kustyawati, M. E., Sari, M., & Haryati, T. (2013). Effect of Fermentation Using
Saccharomyces cerevisiae on the Biochemical Properties Tapioca. Agritech,
33(3), 281–287.
Mohamad, R. A., Taip, F. S., Kamal, S. M. M., & Bejo, S. K. (2015). Color and
Volume Development of Cake Baking and Its Influence on Cake Qualities.
Journal of Applied Science and Agriculture, 10(January), 63–68. Retrieved
from www.aensiweb.com/JASA
Muthoharoh, D. F., & Sutrisno, A. (2017). Pembuatan Roti Tawar Bebas Gluten
Berbahan Baku Tepung Garut , Tepung Beras , Dan Maizena ( Konsentrasi
Glukomanan Dan Waktu Proofing ), 5(2), 34–44.
Rahmah, A., F. Hamzah, dan R. (2017). Penggunaan tepung komposit dari
terigu, pati sagu dan tepung jagung dalam pembuatan roti tawar. Jom
FAPERTA, 4(1), 1–14.
Sari, A. M., Kurniawati, Li., & Mustofa, A. (2015). KARAKTERISTIK ROTI
TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor
(L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI. Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, 8(1), 1–5.
https://doi.org/10.20961/jthp.v0i0.12784
Suryatna, B. S., & Teknik, F. (2015). PENINGKATAN KELEMBUTAN
TEKSTUR ROTI MELALUI FORTIFIKASI RUMPUT LAUT Euchema
Cottoni. Teknobuga, 2(2), 18–25.
Swami, S. B., Thakor, N. J., & Murudkar, P. R. (2015). Effect of Yeast
Concentration and Baking Temperature on Quality of Slice Bread. Journal
of Food Research and Technology, 3(4), 131–141.
Us. Wheat Associates (1983). Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Jakarta,
Penerbit DJamatan.
Yunita, I., Setyaningsih, D. N., & Agustina, T. (2014). Food Science and
Culinary Education Journal. Fsce, 1(1), 72–78.