Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN PEMBUNUHAN DAN KLASIFIKASI

PEMBUNUHAN

DISUSUN

Oleh

NAMA : NIM :

JAMPI GULTOM 160200222

YOHANES PUTRA HULU 160200588

DISUSUN UNTUK MEMENUH TUGAS HUKUM ISLAM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PENGERTIAN
PEMBUNUHAN DAN KLASIFIKASI PEMBUNUHAN ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas HUKUM ISLAM. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang PEMBUNUHAN DAN KLASIFIKASI PEMBUNUHAN bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak MULKAN, selaku  dosen di bidang


HUKUM ISLAM di FAKULTAS HUKUM USU yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................... ............................... ............................................i

DAFTAR ISI............................... ............................... ............................... ...........................ii

BAB I PENDAHULUAN............................... ............................... ..................................... 1

a. Latar belakang ............................... ............................... .......................................1


b. Rumusan masalah ... ............................... ............................... ..............................2

BAB II PEMBAHASAN............................... ............................... ........................................2

a. Pengertian Pembunuhan.... ............................... ............................... ....................2


b. Hukum pembunuhan dalam islam............................... ..........................................4
c. Macam- macam pembunuhan............. ............................... ...................................4
d. Sangsi bagi pelaku pembunuhan dalam hukum islam..... ......................................6

BAB III PENUTUP............................... ............................... ................................................10

a. Kesimpulan..... ............................... ............................... ......................................10


b. Saran............... ............................... ............................... ............................... ......10
c. Dafatar Pustaka..... ............................... ............................... ...............................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya tidak ada satupun agama di dunia ini yang menghalalkan pembunuhan,
sebab tujuan agama adalah untuk perdamaian, menyebarkan kasih sayang, dan mengatur
tatanan sosial agar lebih baik. Begitu pula dengan doktrin agama Islam, sejak awal
penurunannya sudah ditegaskan bahwa Islam mengemban visi kerahmatan (QS: al-Anbiya’:
107). Sehingga hampir tidak ditemukan pembenaran kejahatan dalam ajaran Islam. Dengan
demikian, bila ada sekelompok orang melakukan kejahatan dengan mengatasnamakan Islam,
ketahuilah bahwa apa yang mereka lakukan itu sangat bertentangan dengan filosofi Islam itu
sendiri.

Dalam al-Qur’an dikatakan, “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan


karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya” (QS: Al-Maidah: 32).
Ayat ini adalah salah satu contoh kecaman Islam atas setiap pembunuhan yang dilakukan
dengan semena-mena. Membunuh satu orang manusia ditamsilkan dengan membunuh semua
manusia. Karena setiap manusia pasti memiliki keluarga, keturunan, dan ia merupakan
anggota dari masyarakat.

Membunuh satu orang, secara tidak langsung akan menyakiti keluarga, keturunan,
dan masyarakat yang hidup di sekelilingnya. Maka dari itu, Islam menggolongkan
pembunuhan sebagai dosa besar kedua setelah syirik (HR: al-Bukhari dan Muslim). Kelak
pelaku pembunuhan akan mendapatkan balasan berupa neraka jahannam (QS: al-Nisa’: 93).
Aturan ini tentu tidak hanya dikhususkan untuk umat Islam saja dan bukan berati non-muslim
dihalalkan darahnya,karena misi kerahmatan yang dibawa Islam tidak hanya untuk orang
Islam semata, tetapi untuk seluruh semesta.

Dalam hadis riwayat al-Bukhari disebutkan, man qatala dzimmiyan lam yarih ra‘ihah
al-jannah, orang yang membunuh seorang dzimmi (non-muslim yang berada dalam perjanjian
keamanan), maka ia tidak akan mencium aroma surga. Hadis ini ialah salah satu landasan
larangan membunuh non-muslim dalam Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian pembunuhan.
B. Hukum membunuh dalam islam
C. Macam-macam pembunuhan.
D. Sangsi bagi pelaku pembunuhan dalam hukum islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBUNUHAN

Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan atau beberapa
orang yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang meninggal dunia.Para ulama
mendefinisikan pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya
nyawa.

Hukuman bagi orang yang membunuh orang islam dengan sengaja,sebagaimana


dijelaskan dalam AL-Quran ;  yang artinya :”Dan tidak layak bagi seorang mukmin
membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan
barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si
terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka
(hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh)
serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa


dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Surat An-Nisa’ Ayat 93

ِ ‫ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوأَ َع َّد لَهُ َع َذابًا ع‬


‫َظي ًما‬ ِ ‫َو َم ْن يَ ْقتُلْ ُم ْؤ ِمنًا ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزا ُؤهُ َجهَنَّ ُم خَالِدًا فِيهَا َوغ‬
َ ‫َض‬
Artinya:”Dan barang siapa yang membunuh seorang beriman dengan sengaja, maka
balasannya ialah neraka Jahannam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan
melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.”

Adapun hadits yang menjelaskan tentang laranga membunuh ,

‫هَ ِإالَّ هللاُ َوأَنِّي‬x َ‫ئ ُم ْسلِ ٍم يَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِل‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
ٍ ‫ الَ يَ ِحلُّ َد ُم ا ْم ِر‬: ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬:‫ال‬ ِ ‫ع َِن ا ْب ِن َم ْسعُوْ ٍد َر‬
‫ق لِ ْل َج َما َع ِة‬ ِ َ‫ك لِ ِد ْينِ ِه ْال ُمف‬
ُ ‫ار‬ ِ ‫ َوالنَّ ْفسُ بِالنَّ ْف‬،‫ الثَّيِّبُ ال َّزانِي‬: ‫ث‬
ِ َّ‫س َوالت‬
ُ ‫ار‬ ٍ َ‫َرسُوْ ُل هللاِ إِالَّ بِإِحْ دَى ثَال‬

[‫]رواه البخاري ومسلم‬

Artinya ; “Dari Ibnu Mas’ud radiallahuanhu dia berkata : Rasulullah


Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi
bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam)
adalah utusan Allah kecuali dengan tiga sebab : Orang tua yang berzina, membunuh orang
lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamanya berpisah dari jamaahnya.”

(Riwayat Bukhori dan Muslim)

bahkan membunuh jiwa manusia dengan tanpa haq (tanpa alasan yan dibenarkan
syari’at) termasuk dosa-dosa besar yang bisa membinasakan, sebagaimana disebutkan dalam
hadits shahîh :

ِ ‫ا‬xxَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل اجْ تَنِبُوا ال َّس ْب َع ْال ُموبِق‬
َ xَ‫ا ه َُّن ق‬xx‫و َل هَّللا ِ َو َم‬x‫ا َر ُس‬xxَ‫الُوا ي‬xxَ‫ت ق‬
‫ال‬x َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫ت‬ َ ْ‫ف َوقَ ْذفُ ْال ُمح‬
ِ ‫نَا‬xx‫ص‬ ِ ْ‫ق َوأَ ْك ُل ال ِّربَا َوأَ ْك ُل َما ِل ْاليَتِ ِيم َوالتَّ َولِّي يَوْ َم ال َّزح‬
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ إِاَّل بِ ْال َح‬
ِ ‫ك بِاهَّلل ِ َوالسِّحْ ُر َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬
ُ ْ‫ال ِّشر‬
ِ ‫ت ْالغَافِاَل‬
‫ت‬ ِ ‫ْال ُم ْؤ ِمنَا‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau
bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya,
“Wahai Rasûlullâh, apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syirik
kepada Allâh, sihir, membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq, memakan
riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang yang berkecamuk, menuduh zina
terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih
dari zina”. [HR al-Bukhâri, no. 2615, 6465; Muslim, no. 89]
B. HUKUM MEMBUNUH DALAM ISLAM

1. Hukum Membunuh Wajib

Misalnya membunuh seseorang yang murtad (keluar dari Islam) ketika tidak mau
bertaubat dan juga membunuh kafir harbi (kafir yang memerangi kaum muslim) ketika
mereka tak mau mengikuti ajaran Islam atau membayar jizyah (pajak).

2. Hukum Membunuh Haram

Membunuh seseorang yang di lindungi darahnya(orang muslim)  tanpa hak. Jelas ini
hukumnya haram dalam islam. Balasan bagi orang yang melakukan pembunuhan seperti ini
adalah neraka jahannam.

3. Hukum Membunuh Makruh

Membunuh orang lain yang perang menghadapi saudaranya sendiri yang kafir dan
orang kafir tersebut tidak menjelek-jelekkan Allah SWT dan Rasulnya.

4.Hukum Membunuh Sunnah

Membunuh orang yang memerangi saudara kafirnya sendiri dan orang kafir tersebut
menghina Allah dan Rasulnya.

5.Hukum Membunuh Mubah

Seorang imam yang membunuh tawanan perang diman imam dengan ijtihadnya
dipersilahkan apakah ingin membunuh atau tidak tawanan perangnya tersebut tergantung
paling banyak maslahatnya di mana.

C. MACAM-MACAM PEMBUNUHAN DALAM ISLAM

1.    Pembunuhan sengaja (qatl al- amd)


Yaitu menyengaja suatu pembunuhan karena adanya permusuhan terhadap orang lain
dengan menggunakan alat yang pada umumnya mematikan, melukai, atau benda-benda yang
berat, secara langsung atau tidak langsung (sebagai akibat dari suatu perbuatan),
seperti menggunakan besi, pedang, kayu besar, suntikan pada organ tubuh yang vital maupun
tidak vital (paha dan pantat) yang jika terkena jarum menjadi bengkak dan sakit terus
menerus sampai mati, atau dengan memotong jari-jari seseorang sehingga menjadi luka dan
membawa pada kematian.
Atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk menghilangkan
nyawa seseorang dengan menggunakan alat yang dipandang layak untuk membunuh. Jadi
matinya korban merupakan bagian yang dikehendaki si pembuat jarimah. Al-Qur’an dan As-
Sunnah mengharamkan pembunuhan sengaja ini secara tegas dan termasuk perbuatan haram
sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an : “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”
Adapun unsur-unsur dalam pembunuhan sengaja yaitu:

1. Korban adalah orang yang hidup.


2. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban.
3. Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban.

Dan unsur yang terpenting diantara ketiganya ialah pada unsur yang ketiga, yaitu
adanya niat si pelaku. Hal ini sangat penting karena niat pelaku itu merupakan syarat utama
dalam pembunuhan sengaja. Dan masalah tersebut menjadi perbincangan para ulama karena
niat itu terletak dalam hati, sehingga tidak dapat diketahui. Dengan demikian akan ada
kesulitan dalam membuktikan bahwa seseorang melakukan pembunuhan itu apakah dengan
sengaja atau tidak. Oleh karena itu para fuqaha mencoba mengatasi kesulitan ini dengan cara
melihat alat yang digunakan dalam pembunuhan itu.

2.    Pembunuhan  seperti disengaja (qatl syibh al-amd)


Pembunuhan tidak sengaja ialah perbuatan terhadap diri seseorang dengan alat atau
sesuatu yang biasanya tidak mematikan. Tetapi seseorang itu mati karena perbuatan atau
tindakannya. Contoh orang memukul orang lain dengan sapu lidi kemudian yang dipukul
mati. Pembunuhan tidak sengaja tidak kena hukuman qishash tetapi pembunuhnya harus
membayar diyat besar, sebagaimana diyat bagi pembunuh sengaja yang dimaafkan ahli waris
terbunuh. Diyat itu boleh dibayar selama 3 tahun dengan angsuran setiap tahun 1/3-nya.

3.    Pembunuhan tidak sengaja (qatl al-khata’)


Yaitu pembunuhan yang terjadi dengan tanpa adanya maksud penganiayaan, baik
dilihat dari perbuatan maupun orangnya. Misalnya seseorang melempari pohon atau binatang
tetapi mengenai manusia (orang lain), kemudian mati. Menurut Sayid Sabiq, pembunuhan
tidak sengaja adalah ketidaksengajaan dalam kedua unsur, yaitu perbuatan dan akibat yang
ditimbulkannya, dalam pembunuhan tidak sengaja, perbuatan tersebut tidak diniati dan akibat
yang terjadipun sama sekali tidak dikehendaki.

Adapun unsur-unsur pembunuhan tidak sengaja yaitu ;

1. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian


2. Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan
3. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan kematian korban.
Dengan adanya pembunuhan, berarti ia telah melakukan pelanggaran tindak pidana,
dan apabila seseorang melakukan tindak pidana, maka ia akan menerima konsekuensi
(akibat) logis atas perbuatannya. Dalam mengartikan pembunuhan, macam-macam
pembunuhan dan lain-lainnya, para ulama banyak yang berselisih pendapat. Adapun macam-
macam pembunuhan menurut Ibnu Hazm dan Imam Maliki itu hanya terbagi kedalam dua
macam yaitu, pembunuhan sengaja (Qatl ‘Amd), yaitu suatu perbuatan penganiayaan
terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya, dan pembunuhan tidak
sengaja (Qatl al-Khata’), yaitu pembunuhan yang dilakukan karena kesalahan. Dalam jenis
pembunuhan ini ada tiga kemungkinan, yaitu:
1. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dengan tanpa maksud melakukan
kejahatan, tetapi mengakibatkan kematian seseorang; kesalahan seperti ini disebut
salah dalam perbuatan (error in Concrito).
2. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat membunuh
seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh, namun ternyata orang tersebut
tidak boleh dibunuh, misalnya sengaja menembak musuh yang harus ditembak dalam
peperangan, tetapi ternyata kawan sendiri; kesalahan demikian disebut salah dalam
maksud (error in objecto). Ibnu Hazm menolak pembunuhan sengaja salah (Qatl al-
Khata’), seperti yang diungkapkan oleh ulama lain, lebih lanjut Ibnu Hazm
berpendapat, bahwa pembunuhan sengaja salah adalah pendapat fasid  yang
menyalahi Nas al-Qur’an dan sunnah, karena dalam al-Qur’an dan sunnah sendiri
tidak menerangkan sama sekali. Seperti macam pembunuhan yang dianut oleh
Mazhab Hanafi, Hambali dan Syafi’i, yang menambahkan adanya pembunuhan semi
sengaja) syibhu al amdi), yaitu perbuatan penganiayaan terhadap seseorang tidak
dengan maksud untuk membunuhnya tetapi mengakibatkan kematian. Adapun dalam
pembunuhan salah Ibnu Hazm mengatakan, bahwa pembunuhan tersebut bukan suatu
dosa, sebab suatu dosa itu yang dilarang Allah, sedang kesalahan itu tidak dilarang
Allah Karena kesalahan itu di luar kemampuan manusia. Oleh karena itu, segala
kesalahan diampuni Allah dan tidak berdosa bagi orang yang tersalah.
3. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan, tetapi akibat kelalaiannya dapat
menimbulkan kematian, seperti seseorang terjatuh dan menimpa bayi yang berada di
bawahnya hingga mati.
Pendapat Ibnu Hazm di atas berdasar atas Firman Allah SWT:

  “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja)”
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”

C. SANKSI BAGI PELAKU PEMBUNUHAN DALAM ISLAM

1. Pengertian Qishash

Ada banyak makna kata qishash secara bahasa. Diantara maknanya adalah mengikuti
jejak. Dikatakan tatabba'tu al-atsara, artinya aku mengikuti jejak. Kemudian Al-Fayumi
mengatakan bahwa kata qishash lebih sering digunakan dengan makna: membunuh orang
yang membunuh, melukai orang yang melukai dan memotong (bagian tubuh) orang yang
memotong

b. Istilah

Adapun secara istilah, kata qishash seringkali didefinisikan sebagai: Diperlakukannya


pelaku kejahatan sebagaimana dia memperlakukan hal itu kepada korbannya. Jadi qishash itu
kurang lebih bermakna hukuman bagi pelaku kejahatan yang prinsip dasar ditegakkannya
berdasarkan kesetaraan bentuk kejahatannya. Prinsipnya hukuman buat orang yang
melakukan kejahatan pembunuhan adalah dengan cara membunuhnya.

Begitu juga penjahat yang melukai orang lain atau membuat cacat fisik, maka
hukumannya secara qishash, yaitu dilukai juga atau dibikin cacat juga. Disitulah kita
mengenal istilah mata dibayar mata (an eye for an eye).
Dengan bahasa lain, kita bisa mengatakan bahwa hukum qishash itu adalah hukum
berdasarkan kesetaraan dan kesamaan. Dan di dalam qishash itulah keadilan menampakkan
wujudnya yang asli. Dalam prakteknya hukum qishash ini bukan hanya ada dalam agama
Islam saja, dan bukan hanya berlaku bagi umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
saja, tetapi umat-umat terdahulu pun juga telah diwajibkan untuk melaksanakan hukum
qishash. Ayat-ayat Taurat dan Injil ketika dahulu diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa,
isinya mengandung perintah hukum qishash ini juga.

Bahkan secara intensitas, pelaksanaan qishash di masa lalu jauh lebih berat, lebih
kaku dan lebih apa adanya. Beda dengan qishash yang diberlakukan di era kenabian
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang penuh dengan keringanan dan permaafan

2. Hubungan Antara Qishash dengan Jinayat

Antara qishash dengan jinayat ada hubungan yang erat, sehingga seringkali
disamakan penyebutannya dalam banyak kesempatan. Namun sesungguhnya ketiga istilah itu
tetap punya perbedaan yang mendalam. Secara istilah, jinayah didefinisikan oleh Al-Jurjani
sebagai: Semua perbuatan yang terlarang dan terkait dengan dharar (sesuatu yang
membahayakan) baik kepada diri sendiri atau orang lain.

Hubungan antara qishash dengan jinayat adalah hubungan sebab akibat. Perbuatan
jinayat (kejahatan) yang dilakukan oleh seseorang akan mengakibatkan dijatuhkanya hukum
qishash. Contoh yang sederhana adalah orang yang membunuh dan menghilangkan nyawa
orang lain dengan sengaja, maka dia telah melakukan tindakan jinayah. Oleh karena itu
sebagai hukuman, dia bisa dijatuhi hukuman qishash yaitu dibunuh hingga mati.

Namun apabila pihak keluarga korban memberi maaf kepadanya, hukum qishash bisa
saja ditinggalkan, sehingga pelaku tidak perlu dibunuh, cukup membayar diyat saja. Bahkan
kalau keluarga korban ikhlas sepenuhnya, pelaku dibebaskan sama sekali di ancaman hukum
qishash dan diyat juga.

3. Hubungan Kaitan antara Qishash dengan Hudud

Hudud didefinisikan oleh banyak ulama sebagai: Hukuman yang ditetapkan Allah dan
diwajibkan untuk memenuhi hak Allah. Hubungan antara qishash dan hudud adalah bahwa
keduanya sama-sama merupakan bentuk hukuman atas perbuatan jinayah. Namun perbedaan
antara keduanya jelas, yaitu bahwa qishash merupakan hukuman atas dilanggarnya hak
manusia atau hak orang lain, sedangkan hudud secara umum adalah hukuman atas
dilanggarnya hak Allah Ta'ala.

Contoh qishash adalah dipotongnya tangan pelaku kejahatan akibat dia telah memotong
tangan orang lain, sedangkan contoh hudud adalah dipotongnya tangan seorang pencuri yang
memenuhi syarat pencurian.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat  disimpulkan  bahwa  pembunuhan  ialah  tindakan  yang  menghilangkan 
nyawa seseorang.  Pembunuhan  adalah  perbuatan yang dilarang Allah dan Nabi karena
merusak salah satu  sendi  kehidupan. Pada  dasarnya, hokum  membunuh nyawa  atau 
menghilangkan  nyawa manusia  adalah haram, namun  adakalanya  menjadi sebaliknya,
yaitu wajib. Semua tergantung pada keadaan, sebab dan tujuannya.
 Hukum Membunuh dalam Islam
1.Hukum Membunuh Wajib

2. Hukum Membunuh Haram

3. Hukum Membunuh Makruh

4.Hukum Membunuh Sunnah

5.Hukum Membunuh Mubah

Macam-macam pembunuhan dan hukumnya :


Pembunuhan ada 3 macam

1).  Pembunuhan yang disengaja (Qatlul ‘amad);

2). Pembunuhan seperti sengaja (Qatlul syibhul ‘amad); dan

3). Pembunuhan  tidak sengaja (Qatlul Khatha’)

 Had Pembunuhan
Had adalah hukuman atau sangksi.

B. SARAN
Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan atau beberapa
orang yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang meninggal dunia. Para ulama
mendefinisikan pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya
nyawa.

Dengan demikian membunuh merupaka suatu perbuatan yang seharusnya tidak


dilakukan manusia karna berdasar hukum yang ada membunuh dapat dijatuhi sangksi bagi
sipelaku yang melakukan pembunuhan terhadap sesama, dan akan mengakibatkan kerugian
didua pihak yaitu antara sipembunuh dan yang dibunuh. Oleh karena itu betapa indahnya
hidup ini ketika hidup rukun dan damai tanpa adanya pembunuhan dilingkungan manusia itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Hukum-Membunuh-dalam-Islamhttps://www.nu.or.id/post/read/65130/

https://terusmaju25.wordpress.com/2018/03/03/-pembunuhan-dalam-islam/

http://digilib.uin-suka.ac.id/23162/1/12360034_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-
PUSTAKA.pdf

https://inilah.com/mozaik/2504396/tiga-istilah-hukuman-dalam-islam-dan-maknanya

Anda mungkin juga menyukai