Laporan Difusi Kelompok 6
Laporan Difusi Kelompok 6
DIFUSI
Kelompok : 6
DEPOK 2014
DIFUSI Page 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir modul difusi ini.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah Industri Kertas ini.
Pihak-pihak yang turut membantu penulisan antara lain:
1. Tim dosen pengampu mata kuliah praktikum unit operasi proses 2 yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan dan nasihat dalam pembuatan
makalah ini
2. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh sebab itu saya memohon maaf apabila terjadi kesalahan teknis maupun non
teknis didalam makalah ini.
Akhir kata, saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Terimakasih
Depok, April 2014
Tim Penulis
DIFUSI Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
DIFUSI Page 3
3.1.4 Percobaan Difusi Cair – Cair Dengan KCl 1 M..............................................21
BAB IV ANALISIS............................................................................................................38
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................54
DIFUSI Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
Praktikan akan mengamati proses difusi fasa gas (menggunakan aseton volatil
dan udara bebas) dan juga difusi fasa cair (menggunakan larutan KCl 1M dan aquades)
kemudian memonitor dan mencatat parameter yang menunjukkan intensitas terjadinya
peristiwa difusi. Untuk difusi fasa gas parameter yang perlu dicatat adalah level cairan
dan untuk difusi fasa cair, parameternya adalah konduktivitas. Dengan mencatat
parameter – parameter terjadinya difusi pada kedua fasa, Praktikan dapat mengolah data
tersebut untuk menentukan koefisien difusivitas keduanya. Dalam praktikum ini,
Praktikan juga dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap proses difusi pada fasa gas
dan pengaruh konsentrasi larutan KCl terhadap proses difusi pada fasa cair.
DIFUSI Page 5
1.3 Prosedur Percobaan
Merendam tabung kapiler dalam wadah waterbath, dan memasang termometernya pada
Mengatur jarak mikroskop dengan tangki (20-30 mm) dan mengatur lensa agar miniskus te
Menyalakan temperatur kontroler dan mengatur pada temperatur 50 0C, lalu menunggu hingga tempera
Mencatat waktu (t) dan level cairan setiap interval waktu 3 menit.
DIFUSI Page 6
DIFUSI Page 7
1.4 Kegunaan Alat dan Bahan
DIFUSI Page 8
Digunakan untuk mengaduk deionized water sehingga ion-ion K+ dan Cl-akan
teraduk dan terdispersi sempurna.
Larutan KCL
Digunakan sebagai zat yang terionkan yang selanjutnya akan berdifusi.
DIFUSI Page 9
BAB II
DASAR TEORI
Secara garis besar terdapat dua jenis difusi; yaitu difusi molekular dan difusi
konvektif. Difusi molekular adalah perpindahan massa yang paling dasar dimana suatu
molekul – molekul A berpindah dalam molekul – molekul B (biasanya pelarut) karena
perbedaan gradien konsentrasi. Pada gambar 1b dapat dilihat bahwa gerak dari bawah
ke atas dari molekul A terjadi karena area relatif atas lebih sedikit molekul A
dibandingkan area yang relatif bawah (lebih banyak molekul A). Karena pergerakan
melekul berlangsung dalam gerakan acak, maka pergerakan molekul sering disebut
sebagai Random-Walk Process.
DIFUSI Page 10
Gambar 2.2. (Atas) Peristiwa sederhana merepresentasikan difusi. (Bawah) Randon-
walk process pada difusi.
Pada gambar 2.2 merupakan peristiwa yang terjadi saat tidak ada
pengadukan atau pergolakan dalam badan larutan. Ini artinya molekul – molekul B yang
dilalui oleh molekul – molekul A berada dalam keadaan stagnan atau cenderung diam
satu sama lain. Pada saat difusi terjadi pada lapisan – lapisan cairan stagnan, difusi ini
dinamakan difusi molekular. Untuk difusi semacam ini, Hukum Fick berlaku untuk
meregulasi perpindahan massa yang terjadi pada difusi molekul A diantara molekul B
tersebut dengan campuran molekul A dan B.
¿ dx A (1)
J AZ =−c D AB
dz
dimana :
J ¿AZ =¿ fluks molar komponen A pada arah molekular sumbu z (kgmolA /s . m2)
DIFUSI Page 11
z=¿ jarak difusi (m)
cd x A=d ( c x A ) =d c A (2)
Dengan mensubstitusi persamaan Hukum Fick tadi dengan persamaan diatas, akan
didapatkan persamaan difusi untuk konsentrasi konstan :
¿ dc A
J AZ =−D AB (3)
dz
Persamaan diatas digunakan sangat luas dalam proses – proses skala mikroskopik,
laboratorium maupun skala pabrik yang melibatkan difusi molekular dengan
memanfaatkan gradien konsentrasi. Di lain sisi, jika difusi yang terjadi melibatkan
perpindahan molekular seperti yang telah dijelaskan diatas ditambah pergolakan, maka
difusi ini menjadi difusi pada aliran massa yang turbulen. Untuk difusi semacam itu
dengan konsentrasi konstan berlaku persamaan berikut ini :
¿ dc A
J AZ =−( D AB +ε M ) (4)
dz
Difusi yang terjadi pada suatu larutan sangat penting dalam proses industri,
khususnya pada proses separasi misalnya ekstraksi cair-cair, absorpsi gas dan distilasi.
Difusi cairan juga terjadi di alam misalnya berdifusinya garam pada air laut.
Laju difusi molekular untuk cairan lebih kecil apabila dibandingkan terhadap
laju difusi molekul gas. Hal ini disebabkan jarak antara molekul dalam fasa liquid lebih
rapat apabila dibandingkan dalam fasa gas. Umumnya koefisien difusi untuk gas lebih
besar hingga 105 kali koefisien difusi cairan. Namun flux pada gas tidak berbeda jauh
DIFUSI Page 12
dari flux dalam liquid yaitu 100 kali lebih cepat, hal itu disebabkan karena konsentrasi
liquid lebih besar daripada konsentrasi dalam fasa gas.
Jarak molekul dalam cairan lebih rapat daripada dalam fasa gas, maka densitas
dan hambatan difusi pada cairan akan lebih besar. Hal ini juga menyebabkan gaya
interaksi antar molekul sangat penting dalam difusi cairan. Perbedaan antara difusi
cairan dan difusi gas adalah bahwa pada difusi cairan difusifitas sering bergantung pada
konsentrasi daripada komponen yang berdifusi.
D AB (C A 1 −C A 2 ) D AB C AV ( x A 1 −c A 2 ) (5)
N A= =
z 2 −z1 z 2 −z 1
ρ1 ρ2
C AV =¿ ρ ( +
M1 M 2 ) (6)
( )
M av
=
2
dimana cAV merupakan konsentrasi rata-rata total dari A+B dalam kgmol/m 3, M1
merupakan berat molekul rata-rata larutan pada keadaan 1 dalam kg masssa/ kgmol, dan
ρ1 merupakan densitas rata-rata pada keadaan 1.
Pada penentuan koefisien difusi cairan digunakan sel difusi. Sel difusi tersebut
terdiri atas N pipa kapiler yang panjangnya 5 mm dan diameternya 1 mm. Untuk satu
pipa kapiler proses difusi dapat digambarkan pada alat :
DIFUSI Page 13
Gambar 2.3 Percobaan Difusi Cairan
dc A c A 1 −c A 2 (7)
−D =
J A =¿ dL L
Jumlah mol yang telah berdifusi selama selang waktu dt melalui N pipa kapiler
adalah:
−D . π . d 2 c A 1−c A 2
V tangki . x . d c A =¿
4 [ L ]∑ dt . N
dc A −π . d 2 c A 1 −c A 2
V tangki
dt = 4 [
L
N ] (8)
Keterangan :
DIFUSI Page 14
f. C M =¿ perubahan konduktifitas per mol
g. K=¿ konduktifitas dan tangki
Temperatur Difusifitas
Terlarut Pelarut 0 0
C F (cm2/s)
12 285 1,64
NH3 air
15 288 1,77
18 291 1,98
O air
25 298 2,41
CO2 air 25 298 2
H2 air 25 298 4,8
metil alkohol air 15 288 1,26
10 283 0,84
etil alkohol air
25 298 1,24
9.7 282,7 0,769
air
acetic acid 25 298 1,26
benzena 25 298 2,09
urea etanol 12 285 0,54
air etanol 25 298 1,13
air 25 298 1,87
KCl etilen
25 298 0,119
glikol
Karena tekanan total P konstan, maka junlah total molekul A yang berdifusi ke
tangki sebelah kanan harus sama dengan jumlah molekul B yang berdifusi ka tangki
sebelah kiri. Jika hal ini tidak berlangsung maka tekanan total tidak akan konstan.
Sehingga jika kita memasuki persamaan matematis;
(10)
DIFUSI Page 15
J ¿AZ =−J ¿BZ
¿ dc B (11)
J B =−D BA
dz
c A + c B=c (12)
Lalu dilakukan substitusi persamaan diatas kepada Hukum Fick molekul B, diperoleh :
¿ dc A ¿
J AZ =−D AB =−J B=−¿ (14)
dz
DIFUSI Page 16
D AB=D BA
Persamaan tersebut menunjukkan pada campuran biner gas A dan B, koefisien difusi
DAB (menentukan laju difusi gas A melalui gas B) akan sama dengan DBA (difusi
sebaliknya).
Pada dasar teori ini, Praktikan secara khusus membawa perihal yang sama dengan yang
akan dilakukan pada praktikum ini, yaitu peristiwa difusi gas satu arah. Peristiwa
berdifusinya molekul A melalui molekul B yang tidak berdifusi sering terjadi. Pada
keadaan ini terdapat daerah batas yang tidak memungkinkan molekul B berdifusi ke
dalam daerah yang lebih banyak molekul B.
Sebagai contoh adalah berdifusinya aseton (A) yang terdapat pada bagian
bawah pipa kapiler menuju bagian atas dimana terdapat molekul udara (B) yang
mengalir pada bagian atas. Dapat diilustrasikan pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Difusi Komponen A melalui Komponen B yang Stagnan : (a) Difusi
Aseton ke Udara, (b) Ammonia diserap oleh Air.
Molekul udara (B) tidak dapat berdifusi ke daerah yang mayoritas aseton, hal ini
disebabkan oleh karena adanya daerah batas 1 dimana udara tidak dapat larut dalam
aseton. Pada titik 2 tekanan parsial pA= 0, karena tidak sebanding dengan volume udara
yang melalui titik tersebut.Contoh lainnya adalah seperti ditunjukkan pada gambar
dimana terjadi absorbsi uap NH3 (A) yang berada dalam udara menuju air. Permukaan
DIFUSI Page 17
air bersifat imepermebel terhadap uadara (B), karena udara hanya sedikit larut dalam
air. Karena komponen B tidak dapat berdifusi, maka NB = 0.
d xA c A
N A =−c D AB + ( N A + N B ), untuk N B =0 ;
dz c
(15)
dx A c A
N A =−c D AB + ( N A+ 0)
dz c
Karena tekanan total p adalah konstan, dengan mensubstitusi persamaan c=P /RT ,
cA pA
p A =x A P , = ke persamaan diperoleh :
c P
D AB dp A PA
N A =¿ NA (16)
RT d z + P
PA D AB dp A
N A =¿ ( )
1−
P = - RT d z
z2 PA1
D AB dP
NA ∫ dz ∫ 1− p A/P
z1 = RT P A2 A
D AB P P−P A 2
N A =¿ ln (17)
RT (z 2 −z 1 ) P−P A 1
Persamaan di atas merupakan persamaan akhir yang dapat digunakan untuk menghitung
flux A. karena P= p A 1+ p B 1= p A 2+ p B 2, maka pB 1 =P− p A 1 dan pB 2=P− p A 2.
Persamaan tersebut juga sering dituliskan dalam bentuk lain, nilai log mean inert B
dapat didefinisikan sebagai berikut :
DIFUSI Page 18
PB 2 −P B1 P A 2−P A 1 (18)
PBM =¿ =
ln( P B 2 / PB 1 ) ln[( P−P A 2 )/(P−P A 1 )]
D AB P (19)
N A =¿ (P −P )
RT (z 2 −z 1 )P BM A 1 A 2
Salah satu metode penentuan koefisien difusi gas adalah dengan menggunakan
tabung kapiler yang diisi dengan cairan A murni dengan di atas bibir tabung dialirkan
gas B horizontal. Laju transfer massa diberikan oleh persamaan :
D AB PT (P A 1−P A 2 )
N A =¿ (20)
RTLP BM
Akibat penguapan maka cairan dalam tabung akan berkurang. Laju pengurangan
cairan dalam tabung adalah sama dengan flux NA dikalikan dengan luas area penampang
tabung,
ρA dL (21)
N A =¿ A
BM A dt
ρA M D AB PT (22)
( P A 1 −P A 2 )
BM A dt = R .T . L. PBM
t
ρA L D AB PT PBM
∫ LdL
BM A L ∫ dt
0 =
R . T . L. PBM (P A 1 −P A 2 ) to
2 BM A D AB PT ( P A 1 −P A 2 ) (23)
t
2 2
L – L0 = ρ A R . T . P BM
DIFUSI Page 19
Karena gas B terus mengalir, maka konsentrasi gas A di bibir tabung selalu sama
dengan nol atau pA2 = 0.
2 BM A D AB PT ( P A 1 ) (24)
S=¿
ρ A R.T . PBM
ρ A R . T . P BM 2 BM A D AB PT ( P A 1 )
D AB=¿ (25)
2 BM A D AB p
PB 2 −P B1 (26)
PBM =¿
ln( P B 2 / PB 1 )
BM A =¿berat molokul A
P=¿tekanan total
T =¿ temperature absolute
Persamaan gas secara semi empiris dapat dapat dituliskan melalui persamaan
fuller sebagai berikut :
Temperatur Difusifitas
Sistem 0 0
C F (cm2/s)
Udara-NH3 0 273 0,198
DIFUSI Page 20
0 273 0,220
Udara-H2O 25 298 0,260
42 315 0,288
3 276 0,142
Udara-CO2
44 317 0,177
Udara-H2 0 273 0,611
Udara-C2H5OH 25 298 0,135
Udara-n-heksana 21 294 0,080
Udara-benzene 25 298 0,0962
Udara-toluena 25.9 298.9 0,086
0 273 0,0703
Udara-n-butanol
25.9 298.9 0,087
H2-CH4 25 298 0,726
25 298 0,784
H2-N2
85 358 1,052
H2-benzena 38.1 311.1 0,404
DIFUSI Page 21
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
t (menit) L (mm)
0 60
3 60.2
6 60.3
9 60.4
12 60.5
15 60.6
18 60.7
21 60.8
24 60.9
27 70
30 70.2
t (menit) L (mm)
0 70.2
3 70.4
6 70.5
9 70.6
12 70.7
15 70.8
18 70.9
21 80
24 80.1
27 80.2
30 80.4
DIFUSI Page 22
3.1.3 Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 1 M
Dari percobaan didapatkan data sebagai berikut :
DIFUSI Page 23
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Percobaan Difusi Gas - Cair pada suhu 50oC
b. Udara
Berat Molekul : 29 gr/mol
Masa jenis : 1,2943 x 10-3 gr/cm3 (pada T= 25 ºC)
Konstanta R : 82.06 cm3 atm/mol K
Tabel 3.5 Data Percobaan Difusi Gas - Cair pada Suhu 50oC
Langkah perhitungan :
DIFUSI Page 24
1. Menghitung tekanan uap aseton (PA1) menggunakan persamaan Antoine
Persamaan Antoine
B
log Psat =A−
T +C
DIFUSI Page 25
P PA1
A 10
=
1 atm PT
PA1 ° PA 1
=
1 atm PT
PA 1 0 , 8083
PT = ×1 atm= ×1 atm=2 , 6606 atm
PA 1° 0 , 3038
y = b x ± a
L2−L 2
Dengan memplot grafik antara o (sumbu y) dan t (sumbu x), akan
diperoleh grafik perubahan tinggi cairan aseton pada tabung kapiler terhadap
waktu seperti pada gambar di bawah ini:
DIFUSI Page 26
160
140
f(x) = 4.41 x + 6.37
120 R² = 0.99
100
L2 - Lo2
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t (menit)
DIFUSI Page 27
0,5
( M A+MB)
ρD AB=
10 −3
T 1 , 75
[ 2
( M A −M B ) ]
PT v [ 1 /3 +v 1 /3 ]
A B
0,5
(M A+M B)
D AB=
10 −3
T 1 ,75
[ 2
( M A−M B ) ]
ρ . PT v [ +v ]
A 1/3 B 1/ 3
0,5
( 58 , 08+29 )
D AB=
10−3 ( 323 ,15 )1 , 75
[ ( 58 , 08−29 ) ]
2 , 6606 atm 2
0 ,791 g/cm3 [ 66 , 86 1/3 +20 , 11/ 3 ]
1 atm
D AB literatur =0 , 4409 cm 2 /s
D AB −D AB
percobaan literatur
% kesalahan literatur=| |×100%
D AB
literatur
0,138−0,4409
=| |×100%
0, 4409
=68 ,7%
DIFUSI Page 28
3.2.2 Percobaan Difusi Gas - Cair pada suhu 60oC
Tabel 3.6 Data Percobaan Difusi Gas - Cair pada Suhu 60oC
Langka perhitungan:
1. Menghitung tekanan uap aseton (PA1) menggunakan persamaan Antoine
Persamaan Antoine Untuk menghitung tekanan uap aseton pada suhu 60ºC,
digunakan persamaan Antoine, sebagai berikut:
B
log Psat =A−
T +C
DIFUSI Page 29
B
log Psat =A−
T +C
1210 ,595
log P A 1 =7 ,11714−
60+229 ,664
P A 1 =866 , 6271 torr
P A 1 =1,1403 atm
DIFUSI Page 30
2. BM A . D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
L2−L 2 = t
o ρ A . R. T . PBM
y = b x ± a
2
L −L 2
Dengan memplot grafik antara o (sumbu y) dan t (sumbu x), akan
diperoleh grafik perubahan tinggi cairan aseton pada tabung kapiler terhadap
waktu seperti pada gambar di bawah ini:
160
140
f(x) = 4.41 x + 6.37
120 R² = 0.99
100
L2 - Lo2
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t (menit)
Dari grafik di atas didapat persamaan y =62,973 + 364.54, maka DAB hasil
percobaan adalah:
2 . BM A . D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
=62 , 973 mm2 /menit
ρ A . R . T . P BM
DIFUSI Page 31
62 ,973 mm2 /menit×ρ A ×R×T ×PBM
D AB =
2×BM A ×PT ×( P A 1 −P A 2 )
6 2,973mm2 /menit × 0 ,791 g/cm3 ×82 , 06 cm3 atm/mol . K ×333 ,15 K ×3 ,1490 atm
=
2×58 , 08 g/mol×3 , 7535 atm×(1 ,1403−0 )atm
=8625 , 07 mm 2 /menit
=1 , 438 cm2 /s
0,5
( M A+MB)
ρD AB=
10 −3
T 1 , 75
[ 2
( M A −M B ) ]
PT v [ 1 /3 +v 1 /3 ]
A B
0,5
(M A+M B)
D AB=
10 −3
T 1 ,75
[ 2
( M A−M B) ]
ρ . PT v [ +v 1/ 3 ]
A 1/3 B
0,5
( 58 , 08+29 )
D AB=
10−3 ( 333 ,15 )1 , 75
[ ( 58 , 08−29 ) ]
3 , 7535 atm 2
0 ,791 g/cm3 [ 66 , 86 1/3 +20 , 11/3 ]
1 atm
2
D AB=0 ,3296 cm /s
DIFUSI Page 32
Grafik Perbandingan T=50°C dan T=60°C
Chart Title
1800
1600
1400
1200
1000 T=50C
L2 - Lo2
800 T=60C
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t (menit)
Gambar 3.3. Grafik Perbandingan Perubahan Tinggi Cairan Aseton pada Tabung
Kapiler terhadap Waktu untuk T = 50ºC dan T = 60ºC
DIFUSI Page 33
3.2.3 Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 1 M
Diketahui:
Langkah Perhitungan :
1. Membuat grafik K vs t
Dari Tabel 3.3 kita dapat membuat grafik hubungan antara konduktifitas (K)
dengan waktu (t). Berikut adalah grafik tersebut :
8.00E-05
K vs t
6.00E-05
Linear (K vs t)
4.00E-05
2.00E-05
0.00E+00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Waktu (s)
Gambar 3.4 Grafik hubungan antara konduktifitas (K) dengan waktu (t)
DIFUSI Page 34
2. Mencari nilai DAB percobaan
Selanjutnya kita mencari nilai DAb dari percobaan ini. Pertama-tama kita
memerlukan persamaan garis dari grafik di atas didapatkan persamaan garis linearnya
adalah y = 1x10-7 x + 0,00009 dengan R2 = 0,907 dimana slope sama dengan dK/dt,
sehingga,
R2=0,907
dK
=1 ×10−8 S/detik
dt
Kemudian kita menggunakan rumus untuk mencari D yang telah diturunkan pada
modul. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
4 ×V tangki × L dK
D AB= 2
π × d × N × C M ×C A dt
D AB=0,0116 cm 2 /detik
DIFUSI Page 35
Approach, Volume 2oleh Robert S. Brodkey,Harry C. Hershey. Berikut adalah
rumusnya :
Θ = faktor asosiasi
Mb = berat molekul air
nb = viskositas air = 0,01 gr/cm.detik
Va = volum molar KCl = 1 x 10-3 mol/cm3
D AB percobaan−D AB literatur
% kesalahanliteratur = | D AB literatur |
x 100 %
¿|0,0116−0,952
0,952 |x 100 %=98.78 %
Kesalahan literatur yang didapat adalah 98,78%
DIFUSI Page 36
3.2.4 Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 2 M
Diketahui:
Langkah Perhitungan :
1. Membuat grafik K vs t
Dari Tabel 3.3 kita dapat membuat grafik hubungan antara konduktifitas (K)
dengan waktu (t). Berikut adalah grafik tersebut :
0 R² = 0.98
K vs t
0
Linear (K vs t)
0
0
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Waktu (s)
Gambar 3.5 Grafik hubungan antara konduktifitas (K) dengan waktu (t)
DIFUSI Page 37
2. Mencari nilai DAB percobaan
Selanjutnya kita mencari nilai DAb dari percobaan ini. Pertama-tama kita
memerlukan persamaan garis dari grafik di atas didapatkan persamaan garis linearnya
adalah y = 3x10-7 x + 0.00005 dengan R2 = 0,975 dimana slope sama dengan dK/dt,
sehingga,
y=3 × 10−8 x+ 0.00005
R2=0,975
dK
=3 ×10−8 S / detik
dt
4 ×V tangki × L dK
D AB= 2
π × d × N × C M ×C A dt
DIFUSI Page 38
7,4 x 10−8 x ( Θ M b )0,5 x T
D AB=
nb V a0,6
Θ = faktor asosiasi
Mb = berat molekul air
nb = viskositas air = 0,01 gr/cm.detik
Va = volum molar KCl = 2 x 10-3 mol/cm3
D AB percobaan−D AB literatur
% kesalahanliteratur = | D AB literat ur |
x 100 %
¿|0,0346−0,952
0,952 |x 100 %=98,18 %
Kesalahan literatur yang didapat adalah 98,18%
DIFUSI Page 39
BAB IV
ANALISIS
Pada percobaan kali ini ada dua peristiwa difusi, yakni difusi dari cair ke gas dan
difusi dari cair ke cair. Untuk percobaan difusi cair ke gas digunakan zat aseton. Difusi
cari-gas ini dilakukan dengan meletakkan cairan aseton pada suatu wadah berbentuk
huruf T lalu setelah itu wadah tersebut dipanaskan. Pemanasan ini dilakukan dengan
mengkontakkan wadah berisi aseton tadi dengan air pemanas. Air pemanas yang
digunakan lalu diatur berada pada suhu tertentu setelah itu praktikan melakukan
pengukuran terhadap perubahan ketinggian dari aseton dengan menggunakan mistar dan
DIFUSI Page 40
dengan bantuan lensa pembesar. Ketinggian dari aseton diamati dan diukur setiap tiga
menit sekali selama selang waktu tiga puluh menit. Dari percobaan ini akan didapatkan
perbedaan ketinggian setiap selang waktu tersebut. Perbedaan ketinggian inilah yang
nantinya akan mewakili laju difusi cair-gas dari senyawa aseton tersebut.
Zat yang digunakan sebagai zat terdifusi adalah aseton. Dan aseton dimasukkan
ke dalam pipa kapiler pada jarak tertentu dari permukaan pipa kapiler, kemudian udara
dialirkan pada permukaan atas pipa kapiler (bibir tabung) dengan kecepatan rendah
sehingga konsentrasi gas aseton di atas pipa kapiler selalu sama dengan nol agar proses
difusi menjadi tidak terhambat dan terjadi difusi konstan. Pipa kapiler berisi aseton ini
dimasukkan ke dalam waterbath..
Kenaikan perbedaan ketinggian tidak selalu konstan seiring bertambahnya
waktu,yang dapat disebabkan oleh temperatur sistem yang cenderung berubah-ubah.
Saat temperatur telah diatur sesuai dengan yang diinginkan, maka proses pemanasan air
dalam waterbath oleh koil pemanas akan tetap berlangsung, sehingga temperatur sistem
berubah (cenderung terus naik) dan agak sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula
karena memerlukan waktu.
Difusi cair-gas ini dilakukan dua kali percobaan dengan mengubah suhu air
pemanas. Suhu air pemanas pada percobaan pertama adalah 50 0C sementara itu suhu
pemanas pada variasi kedua adalah 600C. Dengan melakukan variasi suhu nantinya
dapat disimpulkan bagaimana pengaruhnya terhadap laju difusi. Secara teoritis dengan
suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan difusi juga semakin cepat karena adanya
energi kinetik tambahan pada partikel. Selain itu, tingginya suhu juga membuat cairan
aseton akan semakin mudah menguap.
Selain difusi Gas - Cair, pada percobaan juga dilakukan pengamatan terhadap
proses difusi dari fasa cair ke cair. Pertama-tama pada percobaan kali ini adalah
melakukan proses pembuatan larutan KCl dengan konsentrasi tertentu. Larutan yang
dipilih untuk digunakan dalam percobaan ini adalah larutan KCl merupakan larutan
elektrolit kuat yang terionisasi sempurna di dalam air sehingga larutan ini mudah
terionkan menjadi ion K+ dan Cl- dalam deionized water. Dengan kedua larutan tersebut
DIFUSI Page 41
nantinya diamati bagaimana pengaruh dari konsentrasi larutan tersebut terhadap laju
difusi.
Setelah praktikan selesai membuat larutan, maka selanjutnya larutan tersebut
diletakkan didalam sel difusi yang berupa pipa kaca yang berbentuk seperti huruf J
dimana pada ujung bawah terdapat semacam penutup yang berlubang-lubang yang
berupa membran semipermeabel. Lapisan semipermeabel inilah yang akan menjadi
tempat terdifusinya larutan KCl ke dalam deionized water. Selanjutnya larutan KCl
dimasukkan kedalam pipa kaca tadi hingga memenuhi pipa kaca tersebut dan tidak
terdapat udara didalam lubang-lubang tadi. Hal ini dapat dilakukan dengan menuangkan
larutan hingga tertumpah sedikit dari lubang.
Tujuan perlakuan tadi adalah agar tidak ada ruang kosong pada pipa sehingga
nantinya air tidak akan merembes masuk ke dalam larutan ketika pipa tersebut
dicelupkan ke dalam air. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, nantinya sel difusi
tersebut akan dicelupkan ke dalam air aquades hingga bagian yang berlubang tersebut
berada didalam air. Pencelupan tersebut merupakan metode agar terjadi kontak antara
larutan dengan air. Kontak antara larutan dengan air akan membuat proses difusi terjadi.
Difusi terjadi dari larutan dalam sel difusi ke dalam air.
Difusi antara larutan KCl dan deionized water dapat terjadi karena adanya
perbedaan konsentrasi di antara kedua cairan. Pada difusi cair-cair ini, larutan KCl yang
akan terdifusi ke dalam deionized water karena larutan KCl memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi daripada deionized water. Difusi merupakan perpindahan massa yang
terjadi dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah..
DIFUSI Page 42
Gambar 4.1 Deskripsi Perpindahan Massa antara Larutan KCl Konsentrasi Tinggi
dengan Deionized Water Konsentrasi Rendah
Pada saat sel difusi ini diletakkan didalam water bath, lapisan semipermeabel
ini tidak diletakkan terlalu jauh di bawah permukaan deionized water. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya difusi dini antara larutan KCl dengan
deionized water. Peristiwa difusi yang perlahan diperlukan agar mempermudah
pengamatan peristiwa difusi oleh praktikan. Pengamatan pada percobaan difusi cair-cair
ini tidak dilakukan dengan mengukur ketinggian larutan seperti halnya percobaan
pertama.
Dengan digunakannya KCl sebagai senyawa terlarut, maka tentunya akan terjadi
perubahan konduktivitas pada air akibat proses difusi KCl tadi. Setelah larutan
dicelupkan dilakukan pengadukan pada air aquades dengan menggunakan magnetic
stirrer pada dasar wadah. Tujuan pengadukan ini adalah agar ion KCl yang telah
berdifusi tadi tersebar secara merata ke air aquades. Waktu total pengamatan adalah 30
menit. Perubahan konduktivitas itulah yang menunjukkan seberapa cepat proses difusi
terjadi. Proses pengadukan yang tadi dilakukan akan membantu persebaran yang merata
dari ion KCl sehingga pengukuran konduktivitas diharapkan akan lebih akurat.
DIFUSI Page 43
4.2 Analisis Perhitungan dan Hasil
4.2.1 Analisis Difusi Gas - Cair
Data yang diperoleh pada percobaan difusi cair – gas ini antara lain ketinggian
awal cairan murni (Aseton) dalam pipa kapiler, waktu pengambilan data, suhu dan
ketinggian Aseton setelah selang waktu tertentu. Di mana waktu pengambilan data dan
suhu merupakan variabel control yang dapat diubabh sesuai keinginan. Sedangkan
ketinggian aseton dalam pipa kapiler pada awal percobaan dan pada setiap selang waktu
pengambilan data adalah variabel terikat yang akan dianalisis. Percobaan ini dilakukan
dengan 2 variasi suhu, yaitu 50°C dan 60°C dengan lama percobaan masing-masing 30
menit dan pengambilan data dilakukan setiap 3 menit.
Berdasarkan data percobaan, perbedaan ketinggian aseton dalam pipa kapiler
semakin lama semakin besar. Hal ini menandakan bahwa semakin lama semakin banyak
aseton yang berpindah (berdifusi) ke udara dan juga menunjukkan bahwa pada menit-
menit terakhir pengambilan data masih terjadi difusi aseton ke udara (difusi gas – cair).
Difusi ini terjadi karena dorongan dari tekanan uap aseton yang sangat rendah serta
perbedaan konsentrasi aseton di dalam dan di bibir pipa kapiler (di udara). Pengamatan
proses difusi aseton ke dalam udara pada suhu 60°C terjadi bukan hanya disebabkan
karena dorongan perbedaan konsentrasi melainkan juga oleh suhu aseton yang mencapai
titik titihnya sehingga terjadi penguapan aseton lebih cepat. Hal ini dibuktikan pada
grafik perbandingan perubahan tinggi cairan aseton untuk T = 50ºC dan T = 60ºC di
mana perubahan ketinggian aseton dalam pipa kapiler lebih besar terjadi pada suhu
60°C daripada 50°C.
Besar difusivitas gas aseton hasil penguapan ke dalam udara dihitung dengan
hubungan antara laju transfer massa (penguapan) dan laju pengurangan cairan aseton.
Jumlah cairan aseton yang berkurang sama dengan banyaknya cairan aseton yang
menguap. Sehingga semakin cepat laju transfer penguapan aseton, maka akan semakin
cepat pula laju pengurangan cairan aseton. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan
persamaan matematis:
DIFUSI Page 44
2 BM A D AB PT ( P A 1 −P A 2 )
t
2 2
L – L0 = ρ A R . T . P BM ……………………….(4.1)
Berdasarkan persamaan di atas, koefisien difusivitas (D AB) dapat dihitung dengan
persamaan:
……..………………….(4.2)
dengan mengasumsikan konsentrasi gas aseton pada bibir pipa kapiler, P A bernilai nol
2
(0) dan m adalah gradient kurva yang terbentuk dari persamaan 5.1.
Untuk itu perlu dihitung terlebih dahulu nilai ( L2 −Lo2) , P A , PT , dan PBM
1
sebagai
berikut.
1) ( L2 −Lo2)
Tahap perhitungan yang pertama dilakukan adalah menghitung ketinggian akhir
cairan aseton dalam pipa kapiler setelah rentang waktu tertentu. Perhitungan ini
dilakukan dengan menambahkan perubahan ketinggian yang terjadi dengan ketinggian
awal. Padahal yang terjadi adalah penurunan ketinggian aseton akibat proses difusi.
Perhitungan ketinggian akhir cairan aseton ini dilakukan demikian karena kita ingin
mendapatkan nilai peningkatan beda ketinggian kuadrat dari cairan aseton ( L2 −Lo2) .
Perhitungan ini akan bernilai hampir sama jika kita memperhitungkan dengan
persamaan ( L o2−L2) .
2) PA 1
Perhitungan tekanan uap aseton berdasarkan suhu ini menggunakan persamaan Antoine
sebagai berikut.
B
log Psat =A−
T +C …………………………….(4.3)
DIFUSI Page 45
Berdasarkan persamaan Antoine ini, semakin tinggi suhu suatu zat kimia, maka tekanan
uapnya akan semakin tinggi pula. Tekanan uap yang tinggi akan meningkatkan laju
penguapan karena penguapan tepat terjadi saat tekanan uap suatu cairan sama dengan
tekanan atmosfer. Hal ini membuktikan bahwa laju penurunan ketinggian aseton dalam
pipa kapiler saat T = 60ºC akan lebih cepat dibandingkan saat T = 50ºC.
3) PT
……………………………..(4.4)
di mana P A ° merupakan tekanan uap aseton pada suhu 25°C.
1
4) PBM
Log Mean Inert B ini merupakan tekanan rata-rata udara pada keseluruhan posisi
transfer massa yaitu dari permukaan aseton sampai bibir pipa kapiler. Nilai ini diperoleh
dari persamaan:
P B −P B
PBM = 2 1
ln P B /P B …………..………………….(4.5)
2 1
………………….(4.6)
Dan kuantifikasi kesalahan yang terjadi dilakukan dengan menghitung kesalahan
literatur dengan persamaan:
DIFUSI Page 46
………..….(4.7)
DIFUSI Page 47
menurunkan gradient konsentrasi yang akhirnya menurunkan juga laju difusi. Hal inilah
yang menyebabkan peningkatan suhu aseton tidak terlalu berpengaruh terhadap
koefisien difusivitas.
Pada percobaan yang menggunakan suhu 60oC,kesalahan literatur yang amat
besar ini disebabkan nilai literatur koefisien difusi sangat kecil. Koefisien difusi literatur
yang dihitung dengan persamaan Fuller Schletter-Giddings. Hal yang menarik adalah
nilai koefisien difusi yang didapat pada percobaan ternyata memang menunjukkan
bahwa difusi semakin tinggi jika suhu dinaikkan. Akan tetapi nilai koefisien difusi
literatur ternyata menunjukkan bahwa koefisien difusi akan berkurang seiring dengan
naiknya suhu. Kemungkinan besar terdapat kesalahan pada persamaan yang kami
gunakan. Pada kenyataannya seharusnya laju difusi akan semakin besar karena titik
didih dari aseton adalah 560C jadi dengan suhu berada di atas titik didih ini tentunya
akan semakin banyak aseton yang berubah menjadi fasa uap.
Secara nilai teoritis, nilai difusivitas akan semakin kecil karena terjadinya
perubahan tekanan uap total pada suhu 60oC. Nilai tekanan uap total pada suhu 60oC
lebih besar daripada suhu 50oC karena pada suhu 60oC, aseton mulai menguap.
Sementara itu, secara percobaan nilai DAB semakin besar seiring meningkatnya suhu.
Hal ini dikarenakan adanya penguapan aseton pada suhu 60 oC selain dari proses difusi
yang terjadi. Inilah yang menyebabkan penyimpangan hasil percobaan yang diperoleh.
DIFUSI Page 48
memiliki konsentrasi yang rendah akan KCl sedangkan dalam sel difusi memiliki
konsentrasi KCl yang tinggi.
Dari data tersebut kita akan menghitung koefisien difusi cairan (D AB) dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut
4 x V tanki x L dk
D AB=
π x d x N x C M x C A dt ……………………………..(4.8)
2
Sebelum itu kita harus mencari variable yang belum diketahui nilainya yaitu
dk/dt, dimana dk/dt merupakan perubahan konduktivitas terhadap waktu dimana hal
tersebut merupakan gradien dari grafik konduktivitas vs waktu. dk/dt dapat dengan
memplotkan konduktivitas vs waktu dan mencari persamaan garisnya sehingga dapat
dihitung slope yang merupakan dk/dt. Persamaan yang didapat adalah sebagai berikut :
dK
=1 ×10−8 S/detik (KCl 1M)
dt
dK
=3 ×10−8 S / detik (KCl 2M)
dt
Setelah kita mendapatkan dk/dt kita dapat menghitung DAB denggan rumus diatas.
DIFUSI Page 49
7.4 x 10−8 x ( Θ M b )0.5 x T
D AB= ……………………………..(4.9)
nb v a0.6
D AB percobaan−D AB literatur
% kesalahanliteratur = | D AB literatur |
x 100 %
Hasil yang diperoleh dari percobaan difusi cair-cair ini antara lain.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan pada Difusi Cair-Cair KCl 1 M dan KCl 2 M
KCl 1 M KCl 2 M
DAB percobaan = 0,0116 cm2/detik DAB percobaan = 0,0173 cm2/detik
DAB literatur = 0,952 cm2/detik DAB literatur = 0,628 cm2/detik
Kesalahan literature = 98,78 % Kesalahan literatur = 98,18 %
Dapat dilihat pada hasil tersebut kesalahan literature yang didapat sangatlah
tinggi hal tersebut dimungkinkan terjadi karena penggunaan air yang kurang baik serta
kesalahan teknis yang akan dijelaskan pada analisis kesalahan. Jika dibandingkan antara
penggunaan KCl 1M dan KCl 2M, dapat dilihat pada literature bahwa kenaikan
konsentrasi KCl dalam deionized water akan menghasilkan nilai koefisien difusivitas
yang semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan persamaan koefisien difusi dimana
konsentrasi KCl (CA) berbanding terbalik dengan koefisien difusi (DAB). Konsentrasi
larutan yang semakin besar akan menurunkan koefisien difusi karena konsentrasi
DIFUSI Page 50
larutan yang lebih besar menyebabkan semakin banyak zat yang harus didifusikan ke
dalam deionized water dengan jarak antarmolekul yang semakin rapat.
DIFUSI Page 51
4.3 Analisis Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini, terdapat dua percobaan, yaitu difusi gas dan difusi cair-
cair. Dalam percobaan difusi gas-cair, alat-alat yang digunakan adalah termometer,
water bath, heater, scale, mikroskop, temperature control, dan juga diffusion tube.
Sementara dalam percobaan difusi cair-cair, alat-alat yang digunakan adalah
konduktometer, magnetic stirrer, kapiler tube, dan tangki.
Alat
1. Termometer : Dalam percobaan ini digunakan untuk mengukur suhu dalam tangki,
apakah suhu di dalam tangki sudah sama dengan suhu yang ditentukan di
temperature controller.
2. Waterbath merupakan tangki penampung air yang dicampur dengan aseton dalam
percobaan difusi gas ini
DIFUSI Page 52
3. Heater merupakan pemanas yang digunakan untuk memanaskan cairan pada tangki,
temperatur yang divariasikan adalah temperatur 50 0C dan 60 0C.
4. Scale merupakan alat pengukur yang diposisikan di sebelah tangki, dan digunakan
untuk mengukur beberapa perubahan ketinggian air yang disebabkan oleh difusi.
5. Mikroskop digunakan untuk mengukur dimana lapisan air berada dan juga kemudian
diukur berapa perubahan ketinggiannya menggunakan scale, mikroskop ini.
DIFUSI Page 53
6. Temperature Control digunakan untuk menjaga suhu dari heater agar tetap stabil.
7. Tabung kapiler merupakan tabung berbentuk huruf U yang digunakan untuk
mendukung terjadinya difusi gas dalam tangki.
Bahan
1. Aseton
Aseton merupakan suatu larutan yang digunakan pada percobaan ini. Aseton
memiliki tekanan uap yang rendah sehingga mudah untuk menguap ke udara. Aseton
memiliki titik didih 56oC (http://www.chemnet.com/cas/my/67-64-1/acetone.html).
2. Deionized Water
Deionized water atau aquades, merupakan air murni yang telah dihilangkan ion-
ion bebas pengotornya. Digunakan sebagai media penghantar panas dari heater ke
larutan aseton.
DIFUSI Page 54
Gambar 4.7 Magnetic Stirrer pada Peralatan Difusi Cair-Cair
Bahan
1. Larutan KCl 1 M dan 2 M
KCl sebagai larutan garam, bersifat mudah terionkan dalam deionized water
sehingga tergolong sebagai jenis larutan elektrolit kuat yang terionisasi sempurna di
dalam air. Dalam percobaan koefisien difusi cair, digunakan 2 jenis konsentrasi larutan
KCl untuk mengamati pengaruh konsentrasi terhadap laju difusi yang terjadi. Pengaruh
ini digambarkan melalui perbandingan perubahan konduktivitas terhadap waktu.
2. Deionized Water
Deionized water atau aquades, merupakan air murni yang telah dihilangkan ion-
ion bebas pengotornya. Digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan larutan KCl dan
media dimana ion-ion KCl akan berdifusi ke dalamnya.
DIFUSI Page 55
4.4 Analisis Kesalahan
4.4.1 Difusi Gas – Cair
1. Adanya pengotor didalam sel difusi maupun di wadah deionized water sehingga
mempengaruhi nilai konduktivitas.
2. Adanya gelembung udara di dalam sel difusi, yang dapat memperlambat laju
difusi larutan KCl.
3. Permukaan membran semipermeabel yang terendam.
4. Pengadukan dengan menggunakan stirrer kurang sempurna karena stirrer berada
di dasar tabung sehingga konsentrasi tidak merata di semua bagian dan
mempengaruhi nilai konduktivitasnya. Selain itu, sering terjadi ketidakstabilan
pengadukan oleh stirrer, dimana kecepatan putaran stirrer sering berubah-ubah
dengan sendirinya.
5. Ketinggian membran antara kedua konsentrasi KCl yang berbeda, sehingga %
kesalahan literatur nilai konduktansinya yang berbeda juga.
DIFUSI Page 56
BAB V
KESIMPULAN
1. Nilai konduktivitas dan koefisien difusivitas akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi.
2. Difusi terjadi karena adanya gradien konsentrasi yang akan berpindah dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasinya yang lebih rendah.
3. Laju kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh kondisi temperaturnya dimana semakin
tinggi temperatur maka kecepatan difusi akan meningkat
4. Nilai konduktivitas dan koefisien difusivitas pada cairan akan semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi disebabkan semakin bertambahnya ion-ion dalam
deionized water .
5. Semakin lama waktu difusi yang dilakukan, maka yang terjadi adalah semakin besar pula
jumlah zat terdifusi yang ditunjukkan dengan meningkatnya perbedaan ketinggian suatu
zat.
6. Pada peristiwa difusi kali ini kita dapat menyimpulkan bahwa, semakin besar
perbedaan konsentrasi maka semakin cepat laju difusi.
DIFUSI Page 57