Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN UOP 2

DIFUSI

Kelompok : 6

Alristo Sanal 1106070836

Galih Mery Damaiati 1206314610

Ratna Dewi Verinasari 1106070893

Willi Yaohandy 1106052991

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2014

DIFUSI Page 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir modul difusi ini.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah Industri Kertas ini.
Pihak-pihak yang turut membantu penulisan antara lain:
1. Tim dosen pengampu mata kuliah praktikum unit operasi proses 2 yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan dan nasihat dalam pembuatan
makalah ini
2. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh sebab itu saya memohon maaf apabila terjadi kesalahan teknis maupun non
teknis didalam makalah ini.
Akhir kata, saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Terimakasih
Depok, April 2014

Tim Penulis

DIFUSI Page 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Tujuan Percobaan......................................................................................................4

1.2 Prinsip Kerja Percobaan............................................................................................4

1.3 Prosedur Percobaan...................................................................................................5

1.3.1 Prosedur Percobaan Difusi Gas - Cair.............................................................5

1.3.2 Prosedur Percobaan Difusi Cair - Cair............................................................6

1.4 Kegunaan Alat dan Bahan........................................................................................7

1.4.1 Difusi Gas - Cair.............................................................................................7

1.4.2 Difusi Cair - Cair.............................................................................................7

BAB II DASAR TEORI....................................................................................................8

2.1 Difusi Fasa Cair.......................................................................................................10

2.2 Difusi Fasa Gas........................................................................................................13

BAB III DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA.................................20

3.1 Data Pengamatan.....................................................................................................20

3.1.1 Percobaan Difusi Gas – Cair Pada Suhu 50oC................................................20

3.1.2 Percobaan Difusi Gas – Cair Pada Suhu 60oC................................................20

3.1.3 Percobaan Difusi Cair – Cair Dengan KCl 1 M..............................................21

DIFUSI Page 3
3.1.4 Percobaan Difusi Cair – Cair Dengan KCl 1 M..............................................21

3.2 Pengolahan Data......................................................................................................22

3.2.1 Percobaan Difusi Gas – Cair Pada Suhu 50oC................................................22

3.2.2 Percobaan Difusi Gas – Cair Pada Suhu 60oC................................................27

3.2.3 Percobaan Difusi Cair – Cair Dengan KCl 1 M..............................................32

3.2.4 Percobaan Difusi Cair – Cair Dengan KCl 1 M..............................................35

BAB IV ANALISIS............................................................................................................38

4.1 Analisis Percobaan...................................................................................................38

4.2 Analisis Pecobaan dan Hasil....................................................................................42

4.2.1 Analisis Difusi Gas – Cair...............................................................................42

4.2.1 Analisis Difusi Cair – Cair..............................................................................46

4.3 Analisis Alat dan Bahan...........................................................................................49

4.3.1 Analisis Difusi Gas – Cair...............................................................................49

4.3.1 Analisis Difusi Cair – Cair..............................................................................51

4.4 Analisis Kesalah.......................................................................................................53

4.4.1 Analisis Difusi Gas – Cair...............................................................................53

4.4.1 Analisis Difusi Cair – Cair..............................................................................53

BAB III PENUTUP...........................................................................................................54

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................54

DIFUSI Page 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Praktikan mampu menggunakan persamaan dasar perpindahan massa (Hukum


Fick) untuk mengetahui dan menentukan koefisien difusivitas pada fenomena difusi
gas-cair dan difusi cair-cair.

1.2 Prinsip Kerja Percobaan

Praktikan akan mengamati proses difusi fasa gas (menggunakan aseton volatil
dan udara bebas) dan juga difusi fasa cair (menggunakan larutan KCl 1M dan aquades)
kemudian memonitor dan mencatat parameter yang menunjukkan intensitas terjadinya
peristiwa difusi. Untuk difusi fasa gas parameter yang perlu dicatat adalah level cairan
dan untuk difusi fasa cair, parameternya adalah konduktivitas. Dengan mencatat
parameter – parameter terjadinya difusi pada kedua fasa, Praktikan dapat mengolah data
tersebut untuk menentukan koefisien difusivitas keduanya. Dalam praktikum ini,
Praktikan juga dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap proses difusi pada fasa gas
dan pengaruh konsentrasi larutan KCl terhadap proses difusi pada fasa cair.

DIFUSI Page 5
1.3 Prosedur Percobaan

1.3.1 Prosedur Difusi Gas - Cair

Mengisi kapiler n 35 mm dengan cairan aseton murni.

Merendam tabung kapiler dalam wadah waterbath, dan memasang termometernya pada

Mengatur jarak mikroskop dengan tangki (20-30 mm) dan mengatur lensa agar miniskus te

Mengatur sliding vernier scale pada skala tertentu.

Menyalakan pompa udara, kemudian mencatat level. cairan.

Menyalakan temperatur kontroler dan mengatur pada temperatur 50 0C, lalu menunggu hingga tempera

Mengulangi percobaan untuk suhu aseton 60 0C.

Mencatat waktu (t) dan level cairan setiap interval waktu 3 menit.

1.3.2 Prosedur Difusi Cair Cair

DIFUSI Page 6
DIFUSI Page 7
1.4 Kegunaan Alat dan Bahan

1.4.1 Difusi Gas - Cair


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
 Pipa kapiler berbentuk T yang berfungsi sebagai tempat aseton dan wadah
proses difusi.
 Water bath dengan heater yang digunakan untuk menaikkan temperatur dari
aseton saat pipa dicelupkan.
 Thermometer yang digunakan untuk mengukur embrane l water bath.
 Thermostat yang digunakan untuk menjaga agar embrane l water bath agar
tetap.
 Pompa yang digunakan untuk mengalirkan udara secara embrane l pada pipa
kapiler.
 Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perubahan ketinggian dari aseton.
 Aseton yang digunakan sebagai zat yang berdifusi.

1.4.2 Difusi Cair-Cair


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
 Sel difusi
Berfungsi sebagai tampat larutan KCl dimana terdapat embrane semipermeabel
pada salah satu ujungnya untuk melewatkan larutan KCl tersebut.
 Water bath
Berfungsi sebagai tempat deionizad water.
 Konduktometer
Digunakan untuk mengukur konduktansi dari larutan selama percobaan.
 Pengaduk

DIFUSI Page 8
Digunakan untuk mengaduk deionized water sehingga ion-ion K+ dan Cl-akan
teraduk dan terdispersi sempurna.
 Larutan KCL
Digunakan sebagai zat yang terionkan yang selanjutnya akan berdifusi.

DIFUSI Page 9
BAB II
DASAR TEORI

Difusi merupakan peristiwa perpindahan massa yang berpindah dari suatu


keadaan yang memiliki konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan massa
yang terjadi dapat berlangsung dalam fasa gas maupun dalam fasa cair. Peristiwa difusi
akan terus berlangsung hingga tercapainya kondisi kesetimbangan antara dua keadaan
dimana sebelumnya terdapat perbedaan besarnya konsentrasi suatu komponen pada
masing-masing keadaan. Oleh karena itu proses difusi akan dapat berlangsung secara
kontinyu apabila dipertahankan perbedaan (gradien) konsentrasinya antara kedua
keadaan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan
tempat akan berdifusinya suatu molekul.

Gambar 2.1.Difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah

Secara garis besar terdapat dua jenis difusi; yaitu difusi molekular dan difusi
konvektif. Difusi molekular adalah perpindahan massa yang paling dasar dimana suatu
molekul – molekul A berpindah dalam molekul – molekul B (biasanya pelarut) karena
perbedaan gradien konsentrasi. Pada gambar 1b dapat dilihat bahwa gerak dari bawah
ke atas dari molekul A terjadi karena area relatif atas lebih sedikit molekul A
dibandingkan area yang relatif bawah (lebih banyak molekul A). Karena pergerakan
melekul berlangsung dalam gerakan acak, maka pergerakan molekul sering disebut
sebagai Random-Walk Process.

DIFUSI Page 10
Gambar 2.2. (Atas) Peristiwa sederhana merepresentasikan difusi. (Bawah) Randon-
walk process pada difusi.

Pada gambar 2.2 merupakan peristiwa yang terjadi saat tidak ada
pengadukan atau pergolakan dalam badan larutan. Ini artinya molekul – molekul B yang
dilalui oleh molekul – molekul A berada dalam keadaan stagnan atau cenderung diam
satu sama lain. Pada saat difusi terjadi pada lapisan – lapisan cairan stagnan, difusi ini
dinamakan difusi molekular. Untuk difusi semacam ini, Hukum Fick berlaku untuk
meregulasi perpindahan massa yang terjadi pada difusi molekul A diantara molekul B
tersebut dengan campuran molekul A dan B.

¿ dx A (1)
J AZ =−c D AB
dz

dimana :

J ¿AZ =¿ fluks molar komponen A pada arah molekular sumbu z (kgmolA /s . m2)

D AB=¿ difusi molekular molekul A melalui molekul – molekul B (m2 /s )

DIFUSI Page 11
z=¿ jarak difusi (m)

c=¿ konsentrasi A dan B (kgmol /m3)

x A=¿ fraksi mol dari A dalam campuran A dan B (tak berdimensi)

Jika c tetap maka dengan mengingat c A =c x A ;

cd x A=d ( c x A ) =d c A (2)

Dengan mensubstitusi persamaan Hukum Fick tadi dengan persamaan diatas, akan
didapatkan persamaan difusi untuk konsentrasi konstan :

¿ dc A
J AZ =−D AB (3)
dz

Persamaan diatas digunakan sangat luas dalam proses – proses skala mikroskopik,
laboratorium maupun skala pabrik yang melibatkan difusi molekular dengan
memanfaatkan gradien konsentrasi. Di lain sisi, jika difusi yang terjadi melibatkan
perpindahan molekular seperti yang telah dijelaskan diatas ditambah pergolakan, maka
difusi ini menjadi difusi pada aliran massa yang turbulen. Untuk difusi semacam itu
dengan konsentrasi konstan berlaku persamaan berikut ini :

¿ dc A
J AZ =−( D AB +ε M ) (4)
dz

2.1 Difusi Fasa Cair

Difusi yang terjadi pada suatu larutan sangat penting dalam proses industri,
khususnya pada proses separasi misalnya ekstraksi cair-cair, absorpsi gas dan distilasi.
Difusi cairan juga terjadi di alam misalnya berdifusinya garam pada air laut.

Laju difusi molekular untuk cairan lebih kecil apabila dibandingkan terhadap
laju difusi molekul gas. Hal ini disebabkan jarak antara molekul dalam fasa liquid lebih
rapat apabila dibandingkan dalam fasa gas. Umumnya koefisien difusi untuk gas lebih
besar hingga 105 kali koefisien difusi cairan. Namun flux pada gas tidak berbeda jauh

DIFUSI Page 12
dari flux dalam liquid yaitu 100 kali lebih cepat, hal itu disebabkan karena konsentrasi
liquid lebih besar daripada konsentrasi dalam fasa gas.

Jarak molekul dalam cairan lebih rapat daripada dalam fasa gas, maka densitas
dan hambatan difusi pada cairan akan lebih besar. Hal ini juga menyebabkan gaya
interaksi antar molekul sangat penting dalam difusi cairan. Perbedaan antara difusi
cairan dan difusi gas adalah bahwa pada difusi cairan difusifitas sering bergantung pada
konsentrasi daripada komponen yang berdifusi.

Equimolar counterdiffusion, dimulai dengan persamaan umum fick kita dapat


mensubstitusi untuk NA = NB pada keadaan steady state,

D AB (C A 1 −C A 2 ) D AB C AV ( x A 1 −c A 2 ) (5)
N A= =
z 2 −z1 z 2 −z 1

dimana, NA adalah flux komponen A dalam kgmol.A/s.m2, DAB adalah difusifitas


A melalui B dalam m2/s, cA1 merupakan konsentrasi komponen A dalam kgmol/m 3 pada
keadaan 1, dan xA1 fraksi mol komponen A dalam keadaan 1, dan c AV disefinisikan
sebagai :

ρ1 ρ2
C AV =¿ ρ ( +
M1 M 2 ) (6)
( )
M av
=
2

dimana cAV merupakan konsentrasi rata-rata total dari A+B dalam kgmol/m 3, M1
merupakan berat molekul rata-rata larutan pada keadaan 1 dalam kg masssa/ kgmol, dan
ρ1 merupakan densitas rata-rata pada keadaan 1.

Pada penentuan koefisien difusi cairan digunakan sel difusi. Sel difusi tersebut
terdiri atas N pipa kapiler yang panjangnya 5 mm dan diameternya 1 mm. Untuk satu
pipa kapiler proses difusi dapat digambarkan pada alat :

DIFUSI Page 13
Gambar 2.3 Percobaan Difusi Cairan

Transfer nilai difusi :

dc A c A 1 −c A 2 (7)
−D =
J A =¿ dL L

Jumlah mol yang telah berdifusi selama selang waktu dt melalui N pipa kapiler
adalah:

−D . π . d 2 c A 1−c A 2
V tangki . x . d c A =¿
4 [ L ]∑ dt . N

dc A −π . d 2 c A 1 −c A 2
V tangki
dt = 4 [
L
N ] (8)

Jika k =c M c A dan dianggap c A 2 ≪ c A 1 maka:

4 .V tan gki L dk (9)


D=¿
π . d 2 .C M . C A dt

Keterangan :

a. V tangki =¿ volume tangki


b. L=¿ panjang pipa kapiler
c. N=¿ jumlah pipa kapiler
d. D=¿diameter pipa kapiler
e. C A=¿ konsentrasi/molaritas A

DIFUSI Page 14
f. C M =¿ perubahan konduktifitas per mol
g. K=¿ konduktifitas dan tangki

Tabel 2.1 Koefisien Difusi Cairan (Geankopolis)

Temperatur Difusifitas
Terlarut Pelarut 0 0
C F (cm2/s)
12 285 1,64
NH3 air
15 288 1,77
18 291 1,98
O air
25 298 2,41
CO2 air 25 298 2
H2 air 25 298 4,8
metil alkohol air 15 288 1,26
10 283 0,84
etil alkohol air
25 298 1,24
9.7 282,7 0,769
air
acetic acid 25 298 1,26
benzena 25 298 2,09
urea etanol 12 285 0,54
air etanol 25 298 1,13
air 25 298 1,87
KCl etilen
25 298 0,119
glikol

2.2 Difusi Fasa Gas


Pada Gambar 2.4 terdapat dua jenis gas, A dan B pada tekanan total P dimana
difusi molekular dalam keadaan tak transienterjadi antara dua buah tangki yang saling
terhubungkan dengan pipa. Putaran pengaduk menjaga agar konsentrasi pada setiap
tangki adalah homogen/uniform. Tekanan parsial pA1> pA2 dan pB2> pB1. Molekul A akan
berdifusi ke tangki sebelah kanan dan molekul B akan berdifusi ke tangki sebalah kiri.

Karena tekanan total P konstan, maka junlah total molekul A yang berdifusi ke
tangki sebelah kanan harus sama dengan jumlah molekul B yang berdifusi ka tangki
sebelah kiri. Jika hal ini tidak berlangsung maka tekanan total tidak akan konstan.
Sehingga jika kita memasuki persamaan matematis;
(10)

DIFUSI Page 15
J ¿AZ =−J ¿BZ

Gambar 2.4 Equimolar CounterDiffusion untuk Gas A dan B

dimana subscript z menunjukkan arah difusi molekular.

Hukum fick molekul b untuk konsentrasi yang konstan :

¿ dc B (11)
J B =−D BA
dz

Karena P = pA + pB = konstan, maka :

c A + c B=c (12)

Dengan mendiferensialkan kedua sisi,


(13)
dc A =−d c B

Lalu dilakukan substitusi persamaan diatas kepada Hukum Fick molekul B, diperoleh :

¿ dc A ¿
J AZ =−D AB =−J B=−¿ (14)
dz

Mensubstitusi persamaan didapat,

DIFUSI Page 16
D AB=D BA

Persamaan tersebut menunjukkan pada campuran biner gas A dan B, koefisien difusi
DAB (menentukan laju difusi gas A melalui gas B) akan sama dengan DBA (difusi
sebaliknya).

Pada dasar teori ini, Praktikan secara khusus membawa perihal yang sama dengan yang
akan dilakukan pada praktikum ini, yaitu peristiwa difusi gas satu arah. Peristiwa
berdifusinya molekul A melalui molekul B yang tidak berdifusi sering terjadi. Pada
keadaan ini terdapat daerah batas yang tidak memungkinkan molekul B berdifusi ke
dalam daerah yang lebih banyak molekul B.

Sebagai contoh adalah berdifusinya aseton (A) yang terdapat pada bagian
bawah pipa kapiler menuju bagian atas dimana terdapat molekul udara (B) yang
mengalir pada bagian atas. Dapat diilustrasikan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Difusi Komponen A melalui Komponen B yang Stagnan : (a) Difusi
Aseton ke Udara, (b) Ammonia diserap oleh Air.

Molekul udara (B) tidak dapat berdifusi ke daerah yang mayoritas aseton, hal ini
disebabkan oleh karena adanya daerah batas 1 dimana udara tidak dapat larut dalam
aseton. Pada titik 2 tekanan parsial pA= 0, karena tidak sebanding dengan volume udara
yang melalui titik tersebut.Contoh lainnya adalah seperti ditunjukkan pada gambar
dimana terjadi absorbsi uap NH3 (A) yang berada dalam udara menuju air. Permukaan

DIFUSI Page 17
air bersifat imepermebel terhadap uadara (B), karena udara hanya sedikit larut dalam
air. Karena komponen B tidak dapat berdifusi, maka NB = 0.

Untuk menurunkan persamaan difusi komponen A melalui komponen B yang


tidak dapat berdifusi dapat disubstitusi dengan persamaan umum :

d xA c A
N A =−c D AB + ( N A + N B ), untuk N B =0 ;
dz c
(15)
dx A c A
N A =−c D AB + ( N A+ 0)
dz c

Karena tekanan total p adalah konstan, dengan mensubstitusi persamaan c=P /RT ,

cA pA
p A =x A P , = ke persamaan diperoleh :
c P

D AB dp A PA
N A =¿ NA (16)
RT d z + P

Dengan menyusun ulang persamaan tersebut untuk kemudian diintegrasikan :

PA D AB dp A
N A =¿ ( )
1−
P = - RT d z

z2 PA1
D AB dP
NA ∫ dz ∫ 1− p A/P
z1 = RT P A2 A

D AB P P−P A 2
N A =¿ ln (17)
RT (z 2 −z 1 ) P−P A 1

Persamaan di atas merupakan persamaan akhir yang dapat digunakan untuk menghitung
flux A. karena P= p A 1+ p B 1= p A 2+ p B 2, maka pB 1 =P− p A 1 dan pB 2=P− p A 2.
Persamaan tersebut juga sering dituliskan dalam bentuk lain, nilai log mean inert B
dapat didefinisikan sebagai berikut :

DIFUSI Page 18
PB 2 −P B1 P A 2−P A 1 (18)
PBM =¿ =
ln( P B 2 / PB 1 ) ln[( P−P A 2 )/(P−P A 1 )]

Dengan mensubstitusikan dengan persamaan sebelumnya diperoleh :

D AB P (19)
N A =¿ (P −P )
RT (z 2 −z 1 )P BM A 1 A 2

Salah satu metode penentuan koefisien difusi gas adalah dengan menggunakan
tabung kapiler yang diisi dengan cairan A murni dengan di atas bibir tabung dialirkan
gas B horizontal. Laju transfer massa diberikan oleh persamaan :

D AB PT (P A 1−P A 2 )
N A =¿ (20)
RTLP BM

Akibat penguapan maka cairan dalam tabung akan berkurang. Laju pengurangan
cairan dalam tabung adalah sama dengan flux NA dikalikan dengan luas area penampang
tabung,

ρA dL (21)
N A =¿ A
BM A dt

Gabungan kedua persamaan di atas menghasilkan :

ρA M D AB PT (22)
( P A 1 −P A 2 )
BM A dt = R .T . L. PBM

Dengan mengintegrasikan diperoleh :

t
ρA L D AB PT PBM
∫ LdL
BM A L ∫ dt
0 =
R . T . L. PBM (P A 1 −P A 2 ) to

2 BM A D AB PT ( P A 1 −P A 2 ) (23)
t
2 2
L – L0 = ρ A R . T . P BM

DIFUSI Page 19
Karena gas B terus mengalir, maka konsentrasi gas A di bibir tabung selalu sama
dengan nol atau pA2 = 0.

Plot antara L2-L02 terhadap t akan memberikan slope S.

2 BM A D AB PT ( P A 1 ) (24)
S=¿
ρ A R.T . PBM

ρ A R . T . P BM 2 BM A D AB PT ( P A 1 )
D AB=¿ (25)
2 BM A D AB p

Dimana, ρ A = densitas cairan A

PB 2 −P B1 (26)
PBM =¿
ln( P B 2 / PB 1 )

p A 1 =¿ tekanan uap cairan A pada keadaan 1

D AB=¿ koefisien difusi A dalam B

BM A =¿berat molokul A

P=¿tekanan total

T =¿ temperature absolute

Persamaan gas secara semi empiris dapat dapat dituliskan melalui persamaan
fuller sebagai berikut :

1 . 00 x 10−7 T 1. 75 .(1/ M A +1/ M B )0 . 5


D AB=¿ 1 1 2 (27)
P [ (∑ 3
v A ) + (∑ v B ) 3
]
Tabel 2.2 Difusifitas untuk Berbagai Jenis Gas

Temperatur Difusifitas
Sistem 0 0
C F (cm2/s)
Udara-NH3 0 273 0,198

DIFUSI Page 20
0 273 0,220
Udara-H2O 25 298 0,260
42 315 0,288
3 276 0,142
Udara-CO2
44 317 0,177
Udara-H2 0 273 0,611
Udara-C2H5OH 25 298 0,135
Udara-n-heksana 21 294 0,080
Udara-benzene 25 298 0,0962
Udara-toluena 25.9 298.9 0,086
0 273 0,0703
Udara-n-butanol
25.9 298.9 0,087
H2-CH4 25 298 0,726
25 298 0,784
H2-N2
85 358 1,052
H2-benzena 38.1 311.1 0,404

DIFUSI Page 21
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


3.1.1 Percobaan Difusi Gas - Cair Pada Suhu 50oC
Dari percobaan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data Percobaan Difusi Gas - Cair pada Suhu 50oC

t (menit) L (mm)
0 60
3 60.2
6 60.3
9 60.4
12 60.5
15 60.6
18 60.7
21 60.8
24 60.9
27 70
30 70.2

3.1.2 Percobaan Difusi Gas - Cair Pada Suhu 60oC


Dari percobaan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3.2 Data Percobaan Difusi Gas - Cair pada Suhu 60oC

t (menit) L (mm)
0 70.2
3 70.4
6 70.5
9 70.6
12 70.7
15 70.8
18 70.9
21 80
24 80.1
27 80.2
30 80.4

DIFUSI Page 22
3.1.3 Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 1 M
Dari percobaan didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 3.3 Data Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 1 M

No. t(s) K (µS) K (S)


1 0 90 9E-05
2 180 98.4 9.84E-05
3 360 99.3 9.93E-05
4 540 100.4 1.004E-04
5 720 101.2 1.012E-04
6 900 102.3 1.023E-04
7 1080 103.2 1.032E-04
8 1260 104.4 1.044E-04
9 1440 107.9 1.079E-04
10 1620 111.9 1.119E-04
11 1800 112.3 1.123E-04

3.1.4 Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 2 M


Dari percobaan didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 3.4 Data Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 2 M

No. t(s) K (µS) K (S)


1 0 51.1 5.11E-05
2 180 59.1 5.91E-05
3 360 66.9 6.69E-05
4 540 69.5 6.95E-05
5 720 72.9 7.29E-05
6 900 74.4 7.44E-05
7 1080 85.2 8.52E-05
8 1260 88.2 8.82E-05
9 1440 95 9.5E-05
10 1620 97 9.7E-05
11 1800 98 9.8E-05

DIFUSI Page 23
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Percobaan Difusi Gas - Cair pada suhu 50oC

Bahan yang digunakan:


a. Aseton
Berat Molekul : 58,08 gr/mol
Masa jenis : 0,791 gr/cm3 (pada T= 25º C)
Titik didih : 56,50C (pada P=1 atm)

b. Udara
Berat Molekul : 29 gr/mol
Masa jenis : 1,2943 x 10-3 gr/cm3 (pada T= 25 ºC)
Konstanta R : 82.06 cm3 atm/mol K

Hasil pengamatan yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Data Percobaan Difusi Gas - Cair pada Suhu 50oC

t (menit) L (mm) ∆L (mm) L2-Lo2 (mm)


0 60 0 0
3 60.2 0.2 24.04
6 60.3 0.3 36.09
9 60.4 0.4 48.16
12 60.5 0.5 60.25
15 60.6 0.6 72.36
18 60.7 0.7 84.49
21 60.8 0.8 96.64
24 60.9 0.9 108.81
27 61 1 121
30 61.2 1.2 145.44

Langkah perhitungan :

DIFUSI Page 24
1. Menghitung tekanan uap aseton (PA1) menggunakan persamaan Antoine
Persamaan Antoine
B
log Psat =A−
T +C

dengan Psat dalam torr dan T dalam ºC

Berdasarkan Perry’s Chemical Handbook table 13-4, p.13-21, nilai koefisien A, B,


dan C dari persamaan Antoine untuk aseton adalah:
A = 7,11714
B = 1210,595
C = 229,664
Maka, tekanan uap pada suhu 50ºC dapat dihitung dengan persamaan Antoine,
yaitu:
B
log Psat =A−
T +C
1210 ,595
log P A 1 =7 ,11714−
50+229 ,664
P A 1 =614 ,3161 torr
P A 1 =0,8083 atm

2. Menghitung Tekanan Uap Standar Aseton (PA10) dengan Persamaan Antoine


Suhustandar T = 25ºC
B
log Psat =A−
T +C
1210 , 595
log P A 1 °=7 , 11714−
25+229 ,664
P A 1 °=230 , 9112 torr
P A 1 °=0,3038 atm

3. Menghitung Tekanan Uap total (PT )

DIFUSI Page 25
P PA1
A 10
=
1 atm PT

PA1 ° PA 1
=
1 atm PT
PA 1 0 , 8083
PT = ×1 atm= ×1 atm=2 , 6606 atm
PA 1° 0 , 3038

4. Menghitung Tekanan Uap Udara (PB1)


PB 1 =PT −P A 1=( 2 , 6606−0 , 8083 ) atm=1,8523 atm
PB 2 =PT =2,6606 atm

5. Menghitung Log Mean Inert B (PBM)


P B 2 −PB 1 2 , 6606−1 , 8523
PBM = = =2 , 2321atm
PB 2 2 , 6606
ln ln
PB 1 1 , 8523

6. Menghitung Koefisien Difusi Gas DAB percobaan


2. BM A . D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
L2−L 2 = t
o ρ A . R. T . PBM

y = b x ± a
L2−L 2
Dengan memplot grafik antara o (sumbu y) dan t (sumbu x), akan
diperoleh grafik perubahan tinggi cairan aseton pada tabung kapiler terhadap
waktu seperti pada gambar di bawah ini:

DIFUSI Page 26
160
140
f(x) = 4.41 x + 6.37
120 R² = 0.99
100
L2 - Lo2

80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t (menit)

Gambar 3.1 Grafik L2-L02 vs t untuk aseton pada suhu 50 0C

Dari grafik didapatkan persamaan sebagai berikut:


y = 4,4073x+ 6,3709 dengan R2 =0,9917
Sehingga
2 . BM A . D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
=4 . 4073 mm 2 /menit
ρ A . R . T . P BM

4 , 4073 mm2 /menit×ρ A ×R×T ×P BM


D AB percobaan=
2×BM A ×PT ×( P A 1 −P A 2 )
4 , 4073 mm 2 /menit × 0 ,791 g/cm 3 ×82 ,06 cm 3 atm/mol . K×323 , 15 K×2 , 2321atm
=
2×58 , 08 g/mol×2 , 6606 atm×(0 , 8083−0)atm
=826 , 02 mm 2 /menit
=0 , 138 cm 2 /s
7. Perhitungan DAB literatur dari Persamaan Fuller, Schletter, Giddings (Literatur)
MA = 58,08 g/mol
MB = 29 g/mol
T = 50ºC = 323,15 K
vA = 66,86 cm3/mol
vB = 20,1 cm3/mol

DIFUSI Page 27
0,5
( M A+MB)
ρD AB=
10 −3
T 1 , 75
[ 2
( M A −M B ) ]
PT v [ 1 /3 +v 1 /3 ]
A B
0,5
(M A+M B)
D AB=
10 −3
T 1 ,75
[ 2
( M A−M B ) ]
ρ . PT v [ +v ]
A 1/3 B 1/ 3
0,5
( 58 , 08+29 )

D AB=
10−3 ( 323 ,15 )1 , 75
[ ( 58 , 08−29 ) ]
2 , 6606 atm 2
0 ,791 g/cm3 [ 66 , 86 1/3 +20 , 11/ 3 ]
1 atm
D AB literatur =0 , 4409 cm 2 /s

8. Menghitung kesalahan literature

D AB −D AB
percobaan literatur
% kesalahan literatur=| |×100%
D AB
literatur
0,138−0,4409
=| |×100%
0, 4409
=68 ,7%

DIFUSI Page 28
3.2.2 Percobaan Difusi Gas - Cair pada suhu 60oC

Tabel 3.6 Data Percobaan Difusi Gas - Cair pada Suhu 60oC

t (menit) L (mm) ∆L (mm) L2-Lo2 (mm)


0 70.2 0 0
3 70.4 0.2 28.12
6 70.5 0.3 42.21
9 70.6 0.4 56.32
12 70.7 0.5 70.45
15 70.8 0.6 84.6
18 70.9 0.7 98.77
21 80 9.8 1471.96
24 80.1 9.9 1487.97
27 80.2 10 1504
30 80.4 10.2 1536.12

Langka perhitungan:
1. Menghitung tekanan uap aseton (PA1) menggunakan persamaan Antoine
Persamaan Antoine Untuk menghitung tekanan uap aseton pada suhu 60ºC,
digunakan persamaan Antoine, sebagai berikut:
B
log Psat =A−
T +C

dengan Psat dalam torr dan T dalam ºC

Berdasarkan Perry’s Chemical Handbook table 13-4, p.13-21, nilai koefisien A, B,


dan C dari persamaan Antoine untuk aseton adalah:
A = 7,11714
B = 1210,595
C = 229,664
Maka, tekanan uap pada suhu 60ºC dapat dihitung dengan persamaan Antoine,
yaitu:

DIFUSI Page 29
B
log Psat =A−
T +C
1210 ,595
log P A 1 =7 ,11714−
60+229 ,664
P A 1 =866 , 6271 torr
P A 1 =1,1403 atm

2. MenghitungTekananUapStandarAseton (PA1*) denganPersamaan Antoine


Suhu standar T = 25ºC
B
log Psat =A−
T +C
1210 , 595
log P A 1 °=7 , 11714−
25+229 , 664
P A 1 °=230 , 9112 torr
P A 1 °=0,3038 atm

3. Menghitung Tekanan Uap total (PT )


PA1° PA1
=
1 atm PT
P 1 ,1403
PT = A 1 ×1 atm= ×1 atm=3 , 7535 atm
PA 1° 0 , 3038

4. Menghitung Tekanan Uap Udara (PB1)


PB 1 =PT −P A 1=( 3 , 7535−1, 1403 ) atm=2 ,6132 atm
PB 2 =PT =3,7535 atm

5. Menghitung Log Mean Inert B (PBM)


P B 2 −PB 1 3 , 7535−2 , 6132
PBM = = =3 ,1490 atm
PB 2 3 , 7535
ln ln
PB 1 2 , 6132

6. Menghitung Koefisien Difusi Gas Percobaan

DIFUSI Page 30
2. BM A . D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
L2−L 2 = t
o ρ A . R. T . PBM

y = b x ± a
2
L −L 2
Dengan memplot grafik antara o (sumbu y) dan t (sumbu x), akan
diperoleh grafik perubahan tinggi cairan aseton pada tabung kapiler terhadap
waktu seperti pada gambar di bawah ini:

160

140
f(x) = 4.41 x + 6.37
120 R² = 0.99

100
L2 - Lo2

80

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30 35
t (menit)

Gambar 3.2 Grafik L2-L02 vs t untuk aseton pada suhu 60 0C

Dari grafik di atas didapat persamaan  y =62,973 + 364.54, maka DAB hasil
percobaan adalah:
2 . BM A . D AB . PT ( P A 1 −P A 2 )
=62 , 973 mm2 /menit
ρ A . R . T . P BM

DIFUSI Page 31
62 ,973 mm2 /menit×ρ A ×R×T ×PBM
D AB =
2×BM A ×PT ×( P A 1 −P A 2 )
6 2,973mm2 /menit × 0 ,791 g/cm3 ×82 , 06 cm3 atm/mol . K ×333 ,15 K ×3 ,1490 atm
=
2×58 , 08 g/mol×3 , 7535 atm×(1 ,1403−0 )atm
=8625 , 07 mm 2 /menit
=1 , 438 cm2 /s

7. Perhitungan DAB dari Persamaan Fuller, Schletter, Giddings (Literatur)


MA = 58,08 g/mol
MB = 29 g/mol
T = 60ºC = 333,15 K
vA = 66,86 cm3/mol
vB = 20,1 cm3/mol

0,5
( M A+MB)
ρD AB=
10 −3
T 1 , 75
[ 2
( M A −M B ) ]
PT v [ 1 /3 +v 1 /3 ]
A B
0,5
(M A+M B)
D AB=
10 −3
T 1 ,75
[ 2
( M A−M B) ]
ρ . PT v [ +v 1/ 3 ]
A 1/3 B
0,5
( 58 , 08+29 )

D AB=
10−3 ( 333 ,15 )1 , 75
[ ( 58 , 08−29 ) ]
3 , 7535 atm 2
0 ,791 g/cm3 [ 66 , 86 1/3 +20 , 11/3 ]
1 atm
2
D AB=0 ,3296 cm /s

8. Menghitung kesalahan literatur


D AB −D AB
percobaan literatur
% kesalahan literatur=| |×100 %
D AB
literatur
1 , 438−0 , 3296
=| |×100 %=336 , 3 %
0 ,3296

DIFUSI Page 32
Grafik Perbandingan T=50°C dan T=60°C

Chart Title
1800
1600
1400
1200
1000 T=50C
L2 - Lo2

800 T=60C
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t (menit)

Gambar 3.3. Grafik Perbandingan Perubahan Tinggi Cairan Aseton pada Tabung
Kapiler terhadap Waktu untuk T = 50ºC dan T = 60ºC

DIFUSI Page 33
3.2.3 Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 1 M

Diketahui:

Jumlah pipa kapiler (N) = 121

Diameter (D) = 0,1 cm

Panjang pipa kapiler (L) = 0,5 cm

Volume tangki = 900cm3

Konsentrasi A (CA (KCI)) = 1M = 1 x 10-3 mol/cm3

Perubahan konduktifitas per-Mol (CM) = 0,41 mol/cm3

Langkah Perhitungan :

1. Membuat grafik K vs t
Dari Tabel 3.3 kita dapat membuat grafik hubungan antara konduktifitas (K)
dengan waktu (t). Berikut adalah grafik tersebut :

Konduktivitas vs Waktu (KCl 1M)


1.20E-04
1.00E-04 f(x) = 0 x + 0
R² = 0.91
Konduktivitas (S)

8.00E-05
K vs t
6.00E-05
Linear (K vs t)
4.00E-05
2.00E-05
0.00E+00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Waktu (s)

Gambar 3.4 Grafik hubungan antara konduktifitas (K) dengan waktu (t)

DIFUSI Page 34
2. Mencari nilai DAB percobaan
Selanjutnya kita mencari nilai DAb dari percobaan ini. Pertama-tama kita
memerlukan persamaan garis dari grafik di atas didapatkan persamaan garis linearnya
adalah y = 1x10-7 x + 0,00009 dengan R2 = 0,907 dimana slope sama dengan dK/dt,
sehingga,

y=1 ×10−8 x +0.00009

R2=0,907

Sehingga didapatkan slope sebagai berikut:

dK
=1 ×10−8 S/detik
dt

Kemudian kita menggunakan rumus untuk mencari D yang telah diturunkan pada
modul. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

4 ×V tangki × L dK
D AB= 2
π × d × N × C M ×C A dt

4 × 900 cm3 ×0,5 cm ×1 ×10−8 S/detik


¿
π × ( 0,1cm )2 × 121× 0,41 mol/cm3 ×10−3 mol /cm3

D AB=0,0116 cm 2 /detik

3. Menentukan DAB dengan literatur dengan persamaan Wilke-Chang


Setelah kita mendapatkan nilai DAB dari percobaan ini, kita perlu
mengklarifikasikannya dengan rumus yang telah ada. Rumus yang digunakan adalah
persamaan Wilke-Chang yang didapat dari buku Transport Phenomena: A Unified

DIFUSI Page 35
Approach, Volume 2oleh Robert S. Brodkey,Harry C. Hershey. Berikut adalah
rumusnya :

7,4 x 10−8 x ( Θ M b )0,5 x T


D AB=
nb V a0,6

Θ = faktor asosiasi
Mb = berat molekul air
nb = viskositas air = 0,01 gr/cm.detik
Va = volum molar KCl = 1 x 10-3 mol/cm3

Kemudian kita memasukkan data-data dari percobaan ke dalam rumus untuk


mendapatkan nilai DAB

7,4 x 10−8 x ( 2,6 x 18 gr /mol )0,5 x 298,15 K


D AB= =0,952 cm2 /detik
−3 3 0,6
0,01 gr /cm∙ d etik x ( 1 x 10 mol/cm )

4. Menghitung kesalahan literature


Setelah kita mendapatkan DAB dari percobaan dan literature kita dapat
menghitung besar kesalahan yang ada. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

D AB percobaan−D AB literatur
% kesalahanliteratur = | D AB literatur |
x 100 %

¿|0,0116−0,952
0,952 |x 100 %=98.78 %
Kesalahan literatur yang didapat adalah 98,78%

DIFUSI Page 36
3.2.4 Percobaan Difusi Cair - Cair dengan KCl 2 M

Diketahui:

Jumlah pipa kapiler (N) = 121

Diameter (D) = 0,1 cm

Panjang pipa kapiler (L) = 0,5 cm

Volume tangki = 900cm3

Konsentrasi A (CA (KCI)) = 2M = 2 x 10-3 mol/cm3

Perubahan konduktifitas per-Mol (CM) = 0,41 mol/cm3

Langkah Perhitungan :

1. Membuat grafik K vs t
Dari Tabel 3.3 kita dapat membuat grafik hubungan antara konduktifitas (K)
dengan waktu (t). Berikut adalah grafik tersebut :

Konduktivitas vs Waktu (KCl 2M)


0
0
f(x) = 0 x + 0
Konduktivitas (S)

0 R² = 0.98
K vs t
0
Linear (K vs t)
0
0
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Waktu (s)

Gambar 3.5 Grafik hubungan antara konduktifitas (K) dengan waktu (t)

DIFUSI Page 37
2. Mencari nilai DAB percobaan
Selanjutnya kita mencari nilai DAb dari percobaan ini. Pertama-tama kita
memerlukan persamaan garis dari grafik di atas didapatkan persamaan garis linearnya
adalah y = 3x10-7 x + 0.00005 dengan R2 = 0,975 dimana slope sama dengan dK/dt,
sehingga,
y=3 × 10−8 x+ 0.00005

R2=0,975

Sehingga didapatkan slope sebagai berikut

dK
=3 ×10−8 S / detik
dt

Kemudian kita menggunakan rumus untuk mencari D yang telah diturunkan


pada modul. Perhitungannya adalah sebagai berikut.

4 ×V tangki × L dK
D AB= 2
π × d × N × C M ×C A dt

4 ×900 cm3 ×0,5 cm ×3 ×10−8 S / detik


¿
π × ( 0,1cm )2 × 121× 0,41 mol/cm3 ×2 ×10−3 mol /cm3

D AB=0,0173 cm2 /detik

3. Menentukan DAB dengan literatur dengan persamaan Wilke-Chang


Setelah kita mendapatkan nilai DAB dari percobaan ini, kita perlu
mengklarifikasikannya dengan rumus yang telah ada. Rumus yang digunakan adalah
persamaan Wilke-Chang yang didapat dari buku Transport Phenomena: A Unified
Approach, Volume 2oleh Robert S. Brodkey,Harry C. Hershey. Berikut adalah
rumusnya :

DIFUSI Page 38
7,4 x 10−8 x ( Θ M b )0,5 x T
D AB=
nb V a0,6

Θ = faktor asosiasi
Mb = berat molekul air
nb = viskositas air = 0,01 gr/cm.detik
Va = volum molar KCl = 2 x 10-3 mol/cm3

Kemudian kita memasukkan data-data dari percobaan ke dalam rumus untuk


mendapatkan nilai DAB

7,4 x 10−8 x ( 2,6 x 18 gr /mol )0,5 x 298,15 K


D AB= =0,628 cm 2 /detik
−3 3 0,6
0,01 gr /cm∙ detik x ( 2 x 10 mol /cm )

4. Menghitung kesalahan literature


Setelah kita mendapatkan DAB dari percobaan dan literature kita dapat
menghitung besar kesalahan yang ada. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

D AB percobaan−D AB literatur
% kesalahanliteratur = | D AB literat ur |
x 100 %

¿|0,0346−0,952
0,952 |x 100 %=98,18 %
Kesalahan literatur yang didapat adalah 98,18%

DIFUSI Page 39
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Percobaan

Difusi adalah satu contoh peristiwa perpindahan massa. Difusi adalah


perpindahan atau mengalirnya suatu zat dalam pelarut dari bagian yang berkonsentrasi
tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Jadi gradien konsentrasi merupakan
driving force yang menyebabkan terjadinya difusi. Difusi akan terus berjalan hingga
seluruh partikel tersebar luas secara merata. Keadaan di mana partikel telah tersebar
secara merata disebut keadaan setimbang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi yaitu :
 Suhu
Semakin tinggi suhu maka energi kinetik partikel juga semakin besar sehingga laju
difusi akan meningkat.
 Ketebalan Membran
Semakin tebal membran justru akan menurunkan laju difusi.
 Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel maka semakin mudah pergerakannya sehingga
kecepatan difusi juga semakin meningkat.
 Gradien Konsentrasi
Semakin besar gradien konsentrasi maka semakin cepat pula laju difusinya.

Pada percobaan kali ini ada dua peristiwa difusi, yakni difusi dari cair ke gas dan
difusi dari cair ke cair. Untuk percobaan difusi cair ke gas digunakan zat aseton. Difusi
cari-gas ini dilakukan dengan meletakkan cairan aseton pada suatu wadah berbentuk
huruf T lalu setelah itu wadah tersebut dipanaskan. Pemanasan ini dilakukan dengan
mengkontakkan wadah berisi aseton tadi dengan air pemanas. Air pemanas yang
digunakan lalu diatur berada pada suhu tertentu setelah itu praktikan melakukan
pengukuran terhadap perubahan ketinggian dari aseton dengan menggunakan mistar dan

DIFUSI Page 40
dengan bantuan lensa pembesar. Ketinggian dari aseton diamati dan diukur setiap tiga
menit sekali selama selang waktu tiga puluh menit. Dari percobaan ini akan didapatkan
perbedaan ketinggian setiap selang waktu tersebut. Perbedaan ketinggian inilah yang
nantinya akan mewakili laju difusi cair-gas dari senyawa aseton tersebut.

Zat yang digunakan sebagai zat terdifusi adalah aseton. Dan aseton dimasukkan
ke dalam pipa kapiler pada jarak tertentu dari permukaan pipa kapiler, kemudian udara
dialirkan pada permukaan atas pipa kapiler (bibir tabung) dengan kecepatan rendah
sehingga konsentrasi gas aseton di atas pipa kapiler selalu sama dengan nol agar proses
difusi menjadi tidak terhambat dan terjadi difusi konstan. Pipa kapiler berisi aseton ini
dimasukkan ke dalam waterbath..
Kenaikan perbedaan ketinggian tidak selalu konstan seiring bertambahnya
waktu,yang dapat disebabkan oleh temperatur sistem yang cenderung berubah-ubah.
Saat temperatur telah diatur sesuai dengan yang diinginkan, maka proses pemanasan air
dalam waterbath oleh koil pemanas akan tetap berlangsung, sehingga temperatur sistem
berubah (cenderung terus naik) dan agak sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula
karena memerlukan waktu.
Difusi cair-gas ini dilakukan dua kali percobaan dengan mengubah suhu air
pemanas. Suhu air pemanas pada percobaan pertama adalah 50 0C sementara itu suhu
pemanas pada variasi kedua adalah 600C. Dengan melakukan variasi suhu nantinya
dapat disimpulkan bagaimana pengaruhnya terhadap laju difusi. Secara teoritis dengan
suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan difusi juga semakin cepat karena adanya
energi kinetik tambahan pada partikel. Selain itu, tingginya suhu juga membuat cairan
aseton akan semakin mudah menguap.
Selain difusi Gas - Cair, pada percobaan juga dilakukan pengamatan terhadap
proses difusi dari fasa cair ke cair. Pertama-tama pada percobaan kali ini adalah
melakukan proses pembuatan larutan KCl dengan konsentrasi tertentu. Larutan yang
dipilih untuk digunakan dalam percobaan ini adalah larutan KCl merupakan larutan
elektrolit kuat yang terionisasi sempurna di dalam air sehingga larutan ini mudah
terionkan menjadi ion K+ dan Cl- dalam deionized water. Dengan kedua larutan tersebut

DIFUSI Page 41
nantinya diamati bagaimana pengaruh dari konsentrasi larutan tersebut terhadap laju
difusi.
Setelah praktikan selesai membuat larutan, maka selanjutnya larutan tersebut
diletakkan didalam sel difusi yang berupa pipa kaca yang berbentuk seperti huruf J
dimana pada ujung bawah terdapat semacam penutup yang berlubang-lubang yang
berupa membran semipermeabel. Lapisan semipermeabel inilah yang akan menjadi
tempat terdifusinya larutan KCl ke dalam deionized water. Selanjutnya larutan KCl
dimasukkan kedalam pipa kaca tadi hingga memenuhi pipa kaca tersebut dan tidak
terdapat udara didalam lubang-lubang tadi. Hal ini dapat dilakukan dengan menuangkan
larutan hingga tertumpah sedikit dari lubang.
Tujuan perlakuan tadi adalah agar tidak ada ruang kosong pada pipa sehingga
nantinya air tidak akan merembes masuk ke dalam larutan ketika pipa tersebut
dicelupkan ke dalam air. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, nantinya sel difusi
tersebut akan dicelupkan ke dalam air aquades hingga bagian yang berlubang tersebut
berada didalam air. Pencelupan tersebut merupakan metode agar terjadi kontak antara
larutan dengan air. Kontak antara larutan dengan air akan membuat proses difusi terjadi.
Difusi terjadi dari larutan dalam sel difusi ke dalam air.
Difusi antara larutan KCl dan deionized water dapat terjadi karena adanya
perbedaan konsentrasi di antara kedua cairan. Pada difusi cair-cair ini, larutan KCl yang
akan terdifusi ke dalam deionized water karena larutan KCl memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi daripada deionized water. Difusi merupakan perpindahan massa yang
terjadi dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah..

DIFUSI Page 42
Gambar 4.1 Deskripsi Perpindahan Massa antara Larutan KCl Konsentrasi Tinggi
dengan Deionized Water Konsentrasi Rendah

Pada saat sel difusi ini diletakkan didalam water bath, lapisan semipermeabel
ini tidak diletakkan terlalu jauh di bawah permukaan deionized water. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya difusi dini antara larutan KCl dengan
deionized water. Peristiwa difusi yang perlahan diperlukan agar mempermudah
pengamatan peristiwa difusi oleh praktikan. Pengamatan pada percobaan difusi cair-cair
ini tidak dilakukan dengan mengukur ketinggian larutan seperti halnya percobaan
pertama.
Dengan digunakannya KCl sebagai senyawa terlarut, maka tentunya akan terjadi
perubahan konduktivitas pada air akibat proses difusi KCl tadi. Setelah larutan
dicelupkan dilakukan pengadukan pada air aquades dengan menggunakan magnetic
stirrer pada dasar wadah. Tujuan pengadukan ini adalah agar ion KCl yang telah
berdifusi tadi tersebar secara merata ke air aquades. Waktu total pengamatan adalah 30
menit. Perubahan konduktivitas itulah yang menunjukkan seberapa cepat proses difusi
terjadi. Proses pengadukan yang tadi dilakukan akan membantu persebaran yang merata
dari ion KCl sehingga pengukuran konduktivitas diharapkan akan lebih akurat.

Setelah rentang waktu 30 menit tadi, percobaan kembali dilakukan seperti


sebelumnya tetapi menggunakan larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Digunakan
dua jenis konsentrasi larutan KCl dalam percobaan ini. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju difusi. Pada teorinya, semakin tinggi
perbedaan konsentrasi antara dua cairan, maka laju difusi yang terjadi juga semakin
cepat, sehingga secara otomatis maka nilai konduktansinya juga akan semakin tinggi

DIFUSI Page 43
4.2 Analisis Perhitungan dan Hasil
4.2.1 Analisis Difusi Gas - Cair
Data yang diperoleh pada percobaan difusi cair – gas ini antara lain ketinggian
awal cairan murni (Aseton) dalam pipa kapiler, waktu pengambilan data, suhu dan
ketinggian Aseton setelah selang waktu tertentu. Di mana waktu pengambilan data dan
suhu merupakan variabel control yang dapat diubabh sesuai keinginan. Sedangkan
ketinggian aseton dalam pipa kapiler pada awal percobaan dan pada setiap selang waktu
pengambilan data adalah variabel terikat yang akan dianalisis. Percobaan ini dilakukan
dengan 2 variasi suhu, yaitu 50°C dan 60°C dengan lama percobaan masing-masing 30
menit dan pengambilan data dilakukan setiap 3 menit.
Berdasarkan data percobaan, perbedaan ketinggian aseton dalam pipa kapiler
semakin lama semakin besar. Hal ini menandakan bahwa semakin lama semakin banyak
aseton yang berpindah (berdifusi) ke udara dan juga menunjukkan bahwa pada menit-
menit terakhir pengambilan data masih terjadi difusi aseton ke udara (difusi gas – cair).
Difusi ini terjadi karena dorongan dari tekanan uap aseton yang sangat rendah serta
perbedaan konsentrasi aseton di dalam dan di bibir pipa kapiler (di udara). Pengamatan
proses difusi aseton ke dalam udara pada suhu 60°C terjadi bukan hanya disebabkan
karena dorongan perbedaan konsentrasi melainkan juga oleh suhu aseton yang mencapai
titik titihnya sehingga terjadi penguapan aseton lebih cepat. Hal ini dibuktikan pada
grafik perbandingan perubahan tinggi cairan aseton untuk T = 50ºC dan T = 60ºC di
mana perubahan ketinggian aseton dalam pipa kapiler lebih besar terjadi pada suhu
60°C daripada 50°C.
Besar difusivitas gas aseton hasil penguapan ke dalam udara dihitung dengan
hubungan antara laju transfer massa (penguapan) dan laju pengurangan cairan aseton.
Jumlah cairan aseton yang berkurang sama dengan banyaknya cairan aseton yang
menguap. Sehingga semakin cepat laju transfer penguapan aseton, maka akan semakin
cepat pula laju pengurangan cairan aseton. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan
persamaan matematis:

DIFUSI Page 44
2 BM A D AB PT ( P A 1 −P A 2 )
t
2 2
L – L0 = ρ A R . T . P BM ……………………….(4.1)
Berdasarkan persamaan di atas, koefisien difusivitas (D AB) dapat dihitung dengan
persamaan:

……..………………….(4.2)
dengan mengasumsikan konsentrasi gas aseton pada bibir pipa kapiler, P A bernilai nol
2

(0) dan m adalah gradient kurva yang terbentuk dari persamaan 5.1.

Untuk itu perlu dihitung terlebih dahulu nilai ( L2 −Lo2) , P A , PT , dan PBM
1
sebagai
berikut.

1) ( L2 −Lo2)
Tahap perhitungan yang pertama dilakukan adalah menghitung ketinggian akhir
cairan aseton dalam pipa kapiler setelah rentang waktu tertentu. Perhitungan ini
dilakukan dengan menambahkan perubahan ketinggian yang terjadi dengan ketinggian
awal. Padahal yang terjadi adalah penurunan ketinggian aseton akibat proses difusi.
Perhitungan ketinggian akhir cairan aseton ini dilakukan demikian karena kita ingin

mendapatkan nilai peningkatan beda ketinggian kuadrat dari cairan aseton ( L2 −Lo2) .
Perhitungan ini akan bernilai hampir sama jika kita memperhitungkan dengan

persamaan ( L o2−L2) .

2) PA 1

Perhitungan tekanan uap aseton berdasarkan suhu ini menggunakan persamaan Antoine
sebagai berikut.
B
log Psat =A−
T +C …………………………….(4.3)

DIFUSI Page 45
Berdasarkan persamaan Antoine ini, semakin tinggi suhu suatu zat kimia, maka tekanan
uapnya akan semakin tinggi pula. Tekanan uap yang tinggi akan meningkatkan laju
penguapan karena penguapan tepat terjadi saat tekanan uap suatu cairan sama dengan
tekanan atmosfer. Hal ini membuktikan bahwa laju penurunan ketinggian aseton dalam
pipa kapiler saat T = 60ºC akan lebih cepat dibandingkan saat T = 50ºC.

3) PT

Tekanan total sistem dihitung dengan persamaan:

……………………………..(4.4)
di mana P A ° merupakan tekanan uap aseton pada suhu 25°C.
1

4) PBM
Log Mean Inert B ini merupakan tekanan rata-rata udara pada keseluruhan posisi
transfer massa yaitu dari permukaan aseton sampai bibir pipa kapiler. Nilai ini diperoleh
dari persamaan:

P B −P B
PBM = 2 1

ln P B /P B …………..………………….(4.5)
2 1

Setelah perhitungan-perhitungan di atas telah dilakukan maka diperoleh koefisien


difusivitas aseton ke udara. Namun untuk mengetahui seberapa kesalahan yang terjadi
selama percobaan dilakukan, maka dilakukan perhitungan koefisien difusivitas aseton
ke udara dengan persamaan yang diberikan oleh Fuller.

………………….(4.6)
Dan kuantifikasi kesalahan yang terjadi dilakukan dengan menghitung kesalahan
literatur dengan persamaan:

DIFUSI Page 46
………..….(4.7)

Hasil perhitungan koefisien difusivitas aseton – udara ditampilkan pada tabel di


bawah ini.

Tabel 4.1. Hasil perhitungan koefisien difusivitas aseton – udara

Suhu Koefisien Difusi Koefisien Difusi DAB Tingkat Kesalahan


Literatur (cm2/s) Percobaan(cm2/s) Literatur (%)
(°C)

50 0,4409 0,138 68,7

60 0,3296 1,438 336,3

Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas terlihat ketidakkonsistenan antara


hasil perhitungan percobaan dengan literatur. Hasil perhitungan percobaan
menunjukkan bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan koefisien difusivitas.
Sementara itu, hasil perhitungan literatur menunjukkan bahwa peningkatan suhu justru
menurunkan koefisien difusivitas.
Menurut pengertiannya koefisien difusivitas adalah kemampuan suatu bahan
yang memungkinkan gas mengalir di bawah gradient konsentrasi. Koefisien difusivitas
pada sistem biner merupakan fungsi dari suhu, tekanan dan komposisi (Bird, 1960).
Pada percobaan difusi gas ini hanya terdapat variasi pada suhu sistem sehingga hanya
suhu yang mempengaruhi nilai koefisien difusivitas. Secara teoritis, suhu akan
meningkatkan laju difusi karena akan menambah driving force proses difusi dengan
meningkatnya laju penguapan aseton. Dengan demikian kemampuan suatu bahan untuk
mengalirkan gas semakin meningkat atau meningkatkan koefisien difusivitas. Namun,
diameter pipa kapiler yang sangat kecil membuat luas penampang aseton untuk
menguap sangat kecil. Selain itu, pipa kapiler tidak diberikan aliran udara mungkin
dapat menyebabkan penumpukkan konsentrasi gas aseton pada pipa kapiler sehingga

DIFUSI Page 47
menurunkan gradient konsentrasi yang akhirnya menurunkan juga laju difusi. Hal inilah
yang menyebabkan peningkatan suhu aseton tidak terlalu berpengaruh terhadap
koefisien difusivitas.
Pada percobaan yang menggunakan suhu 60oC,kesalahan literatur yang amat
besar ini disebabkan nilai literatur koefisien difusi sangat kecil. Koefisien difusi literatur
yang dihitung dengan persamaan Fuller Schletter-Giddings. Hal yang menarik adalah
nilai koefisien difusi yang didapat pada percobaan ternyata memang menunjukkan
bahwa difusi semakin tinggi jika suhu dinaikkan. Akan tetapi nilai koefisien difusi
literatur ternyata menunjukkan bahwa koefisien difusi akan berkurang seiring dengan
naiknya suhu. Kemungkinan besar terdapat kesalahan pada persamaan yang kami
gunakan. Pada kenyataannya seharusnya laju difusi akan semakin besar karena titik
didih dari aseton adalah 560C jadi dengan suhu berada di atas titik didih ini tentunya
akan semakin banyak aseton yang berubah menjadi fasa uap.
Secara nilai teoritis, nilai difusivitas akan semakin kecil karena terjadinya
perubahan tekanan uap total pada suhu 60oC. Nilai tekanan uap total pada suhu 60oC
lebih besar daripada suhu 50oC karena pada suhu 60oC, aseton mulai menguap.
Sementara itu, secara percobaan nilai DAB semakin besar seiring meningkatnya suhu.
Hal ini dikarenakan adanya penguapan aseton pada suhu 60 oC selain dari proses difusi
yang terjadi. Inilah yang menyebabkan penyimpangan hasil percobaan yang diperoleh.

4.2.2 Analisis Difusi Cair - Cair


Pada percobaan difusi cair dengan cair kita akan melihat pengaruh konsentrasi
terhadap perubahan laju difusi. Data yang diambil pada percobaan ini adalah
konduktivitas dari deionized water pada selang waktu tertentu. Dari data yang diambil
dapat dilihat terjadi kenaikan nilai konduktivitas yang diukur pada deionized water
seiring berjalannya waktu hal ini terjadi karena semakin banyak KCl yang adalah garam
yang terbentuk dari asam dan basa kuat sangat mudah terionisasi menjadi ion logam
(K+) dan halogen (Cl-) terdifusi ke dalam deionized water yang tidak mempunyai ion-
ion tersebut melalui kapiler tube. Hal tersebut dapat terjadi karena difusi terjadi dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah yang dapat dilihat pada deionized water

DIFUSI Page 48
memiliki konsentrasi yang rendah akan KCl sedangkan dalam sel difusi memiliki
konsentrasi KCl yang tinggi.
Dari data tersebut kita akan menghitung koefisien difusi cairan (D AB) dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut
4 x V tanki x L dk
D AB=
π x d x N x C M x C A dt ……………………………..(4.8)
2

Sebelum itu kita harus mencari variable yang belum diketahui nilainya yaitu
dk/dt, dimana dk/dt merupakan perubahan konduktivitas terhadap waktu dimana hal
tersebut merupakan gradien dari grafik konduktivitas vs waktu. dk/dt dapat dengan
memplotkan konduktivitas vs waktu dan mencari persamaan garisnya sehingga dapat
dihitung slope yang merupakan dk/dt. Persamaan yang didapat adalah sebagai berikut :

y=1 ×10−8 x +0.00009 (KCl 1M)

y=3 × 10−8 x+ 0.00005 (KCl 2M)

Sehingga didapatkan slope

dK
=1 ×10−8 S/detik (KCl 1M)
dt

dK
=3 ×10−8 S / detik (KCl 2M)
dt

Setelah kita mendapatkan dk/dt kita dapat menghitung DAB denggan rumus diatas.

Selanjutnya kita perlu membandingkan hasil percobaan kita dengan perhitungan


koefisien literatur menggunakan persamaan Wilke – Chang sehingga dapat dicari %
kesalahan literatur dari percobaan ini. Persamaan Wilke – Chang adalah sebagai berikut.

DIFUSI Page 49
7.4 x 10−8 x ( Θ M b )0.5 x T
D AB= ……………………………..(4.9)
nb v a0.6

(Sumber: Buku Transport Phenomena: A Unified Approach, Volume 2oleh


Robert S. Brodkey,Harry C. Hershey)

Sedangkan perhitungan %kesalahan literatur adalah sebagai berikut:

D AB percobaan−D AB literatur
% kesalahanliteratur = | D AB literatur |
x 100 %

Hasil yang diperoleh dari percobaan difusi cair-cair ini antara lain.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan pada Difusi Cair-Cair KCl 1 M dan KCl 2 M

KCl 1 M KCl 2 M
DAB percobaan = 0,0116 cm2/detik DAB percobaan = 0,0173 cm2/detik
DAB literatur = 0,952 cm2/detik DAB literatur = 0,628 cm2/detik
Kesalahan literature = 98,78 % Kesalahan literatur = 98,18 %

Dapat dilihat pada hasil tersebut kesalahan literature yang didapat sangatlah
tinggi hal tersebut dimungkinkan terjadi karena penggunaan air yang kurang baik serta
kesalahan teknis yang akan dijelaskan pada analisis kesalahan. Jika dibandingkan antara
penggunaan KCl 1M dan KCl 2M, dapat dilihat pada literature bahwa kenaikan
konsentrasi KCl dalam deionized water akan menghasilkan nilai koefisien difusivitas
yang semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan persamaan koefisien difusi dimana
konsentrasi KCl (CA) berbanding terbalik dengan koefisien difusi (DAB). Konsentrasi
larutan yang semakin besar akan menurunkan koefisien difusi karena konsentrasi

DIFUSI Page 50
larutan yang lebih besar menyebabkan semakin banyak zat yang harus didifusikan ke
dalam deionized water dengan jarak antarmolekul yang semakin rapat.

Tetapi kenyataan yang terjadi adalah difusivitas meningkat seiring dengan


meningkatnya konsentrasi KCl yang dapat dilihat pada hasil percobaan dimana terjadi
peningkatan konduktivitas seiring dengan peningkatan konsentrasi. Perbedaan hasil
antara DAB dengan konduktivitas tersebut dikarnakan pada perhitungan effek slope lebih
besar dibandingkan effek Ca. Hal tersebut dapat terjadi karena seiring dengan penaikan
konsentrasi maka semakin besar KCl yang terdifusi ke dalam deionized water, dimana
KCl merupakan larutan yang mudah terionisasi menjadi ion-ion yang mampu
menghantarkan listrik sehingga mengakibatkan konduktivitas pada deionized water
bertambah besar

DIFUSI Page 51
4.3 Analisis Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini, terdapat dua percobaan, yaitu difusi gas dan difusi cair-
cair. Dalam percobaan difusi gas-cair, alat-alat yang digunakan adalah termometer,
water bath, heater, scale, mikroskop, temperature control, dan juga diffusion tube.
Sementara dalam percobaan difusi cair-cair, alat-alat yang digunakan adalah
konduktometer, magnetic stirrer, kapiler tube, dan tangki.

4.3.1 Percobaan Difusi Gas - Cair

Alat

1. Termometer : Dalam percobaan ini digunakan untuk mengukur suhu dalam tangki,
apakah suhu di dalam tangki sudah sama dengan suhu yang ditentukan di
temperature controller.

Gambar 4.2 Termometer

2. Waterbath merupakan tangki penampung air yang dicampur dengan aseton dalam
percobaan difusi gas ini

Gambar 4.2 Waterbath pada Peralatan Difusi Gas - Cair

DIFUSI Page 52
3. Heater merupakan pemanas yang digunakan untuk memanaskan cairan pada tangki,
temperatur yang divariasikan adalah temperatur 50 0C dan 60 0C.

Gambar 4.3 Heater pada Peralatan Difusi Gas-Cair

4. Scale merupakan alat pengukur yang diposisikan di sebelah tangki, dan digunakan
untuk mengukur beberapa perubahan ketinggian air yang disebabkan oleh difusi.

Gambar 4.4 Scale pada Peralatan Difusi Gas-Cair

5. Mikroskop digunakan untuk mengukur dimana lapisan air berada dan juga kemudian
diukur berapa perubahan ketinggiannya menggunakan scale, mikroskop ini.

Gambar 4.5 Mikroskoppada Peralatan Difusi Gas-Cair

DIFUSI Page 53
6. Temperature Control digunakan untuk menjaga suhu dari heater agar tetap stabil.
7. Tabung kapiler merupakan tabung berbentuk huruf U yang digunakan untuk
mendukung terjadinya difusi gas dalam tangki.

Bahan
1. Aseton
Aseton merupakan suatu larutan yang digunakan pada percobaan ini. Aseton
memiliki tekanan uap yang rendah sehingga mudah untuk menguap ke udara. Aseton
memiliki titik didih 56oC (http://www.chemnet.com/cas/my/67-64-1/acetone.html).
2. Deionized Water
Deionized water atau aquades, merupakan air murni yang telah dihilangkan ion-
ion bebas pengotornya. Digunakan sebagai media penghantar panas dari heater ke
larutan aseton.

4.3.2 Percobaan Difusi Cair - Cair

1. Konduktometer : Mengukur konduktansi larutan KCL yang dicampurkan dengan air


lalu diaduk menggunakan magnetic stirrer.

Gambar 4.6 Konduktometerpada Peralatan Difusi Cair-Cair

2. Magnetic Stirrermerupakan alat yang digunakan untuk memutar batangan magnet


yang ditaruh ke dalam wadah, magnetic stirrer juga dapat diatur kecepatan putaran
dari batangan magnetnya.

DIFUSI Page 54
Gambar 4.7 Magnetic Stirrer pada Peralatan Difusi Cair-Cair

3. Kapiler Tube merupakan tabung berbentuk huruf U yang digunakan untuk


mendukung terjadinya difusi cair-cair dalam tangki, karena kapiler tube yang
digunakan, sepenuhnya harus terendam larutan KCL yang dicampurkan dengan air.

Bahan
1. Larutan KCl 1 M dan 2 M
KCl sebagai larutan garam, bersifat mudah terionkan dalam deionized water
sehingga tergolong sebagai jenis larutan elektrolit kuat yang terionisasi sempurna di
dalam air. Dalam percobaan koefisien difusi cair, digunakan 2 jenis konsentrasi larutan
KCl untuk mengamati pengaruh konsentrasi terhadap laju difusi yang terjadi. Pengaruh
ini digambarkan melalui perbandingan perubahan konduktivitas terhadap waktu.
2. Deionized Water
Deionized water atau aquades, merupakan air murni yang telah dihilangkan ion-
ion bebas pengotornya. Digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan larutan KCl dan
media dimana ion-ion KCl akan berdifusi ke dalamnya.

DIFUSI Page 55
4.4 Analisis Kesalahan
4.4.1 Difusi Gas – Cair

Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini mungkin dikarenakan:

1. Adanya kesalahan paralaks dari pembacaan alat ukur


2. Adanya pengotor didalam pipa kapiler yang dapat menghambat proses difusi
(pipa kapiler tidak berada dalam kondisi baik)
3. Pengukuran interval waktu yang kurang tepat (tidak tepat 3 menit). Hal ini dapat
menyebabkan perbedaan ketinggian yang terjadi lebih tinggi ataupun lebih
rendah dari ketinggian yang seharusnya terukur pada interval waktu 3 menit.
4. Suhu waterbath terkadang tidak konstan (naik-turun). Hal ini menyebabkan suhu
sistem yang diamati tidak tetap 500, sehingga mempengaruhi proses difusi yang
terjadi.

4.4.2 Difusi Cair - Cair


Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini mungkin dikarenakan:

1. Adanya pengotor didalam sel difusi maupun di wadah deionized water sehingga
mempengaruhi nilai konduktivitas.
2. Adanya gelembung udara di dalam sel difusi, yang dapat memperlambat laju
difusi larutan KCl.
3. Permukaan membran semipermeabel yang terendam.
4. Pengadukan dengan menggunakan stirrer kurang sempurna karena stirrer berada
di dasar tabung sehingga konsentrasi tidak merata di semua bagian dan
mempengaruhi nilai konduktivitasnya. Selain itu, sering terjadi ketidakstabilan
pengadukan oleh stirrer, dimana kecepatan putaran stirrer sering berubah-ubah
dengan sendirinya.
5. Ketinggian membran antara kedua konsentrasi KCl yang berbeda, sehingga %
kesalahan literatur nilai konduktansinya yang berbeda juga.

DIFUSI Page 56
BAB V
KESIMPULAN

1. Nilai konduktivitas dan koefisien difusivitas akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi.
2. Difusi terjadi karena adanya gradien konsentrasi yang akan berpindah dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasinya yang lebih rendah.
3. Laju kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh kondisi temperaturnya dimana semakin
tinggi temperatur maka kecepatan difusi akan meningkat
4. Nilai konduktivitas dan koefisien difusivitas pada cairan akan semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi disebabkan semakin bertambahnya ion-ion dalam
deionized water .
5. Semakin lama waktu difusi yang dilakukan, maka yang terjadi adalah semakin besar pula
jumlah zat terdifusi yang ditunjukkan dengan meningkatnya perbedaan ketinggian suatu
zat.

6. Pada peristiwa difusi kali ini kita dapat menyimpulkan bahwa, semakin besar
perbedaan konsentrasi maka semakin cepat laju difusi.

DIFUSI Page 57

Anda mungkin juga menyukai