Anda di halaman 1dari 10

I.

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).
B. Rentang Respon
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang
respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut ( stuart
dan sundeen, 1998 hal 302) :
Rentang respons

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis distorsi pikiran gangguan proses pikir


/delusi/waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi


dengan pengalaman atau kurang

Prilaku sesuai Prilaku aneh Prilaku disorganisasi


Berhubungan social Menarik diri Isolasi sosial
Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada
pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran
menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu
berfikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan
berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham
curiga.
C. Faktor Penyebab
Townsend (1998, hal 158) menagatakan bahwa ‘hal-hal yang menyebabkan
gangguan isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang
lain, panic, menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang
lemah, kemungkinan factor herediter”.
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam
beberapa teori yaitu :
a. Factor Predisposisi
Menurut Townsend (1998, hal 146-147) faktor predisposisi dari perubahan
isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan
sebagai berikut :
1. Teori Biologis
a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota
keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak
saudara lain).
b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan
suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang
menderoita skizoprenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin
neorotransmiter yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala
peningkatan aktifitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang
umumnya diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan
disfungsi keluarga. Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak.
Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu
berfokus pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan
timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang
antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini
anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh
konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang
lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan
saling mempengaruhi orang tua dan anak .karena ego menjadi lebih lemah
penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem
mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali merupakan
penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian
.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari
perubahan isi pikir :Waham kebesaran yaitu,
1. Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang
maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap
stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist
yang maladaptive berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan
prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa
bermusuhan atau lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan
terhadap penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal,
kesepian, tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

D. Proses Terjadinya Waham


Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan
mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan.Klien dengan waham,
menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan
proyeksi.Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi,
kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan
ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan
untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi
digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima
didalam dirinya sendiri.Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah
dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan
superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka
yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari
anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan
dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi
yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk
mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan
kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang
memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang
menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang
meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi
terhadap sesuatu.

E. Tanda dan Gejala Waham


Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham
adalah:
a. Status mental
1. Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
2. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
3. Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
4. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang
terkenal.Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan
adanya kualitas depresi ringan.Klien dengan waham, tidak memiliki
halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali pada klien dengan waham raba
atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensori dan kognisi
1. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2. Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3. Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya.
Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.

F. Mekanisme Koping
Menurut hermawati (2008), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
klien dari pengalaman yang berhubungan dengan respons neurobiologis yang
mal adaptif meliputi:
1. Regresi: berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas
2. Proyeksi: sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri
4. Pada keluarga: mengingkari

G. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998),
Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam
anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa,
dosis awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya
optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik
menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai
50 mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan
mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg.
2) Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan
untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang
digunakan : 1-15 mg/hari Difehidamin Dosis yang diberikan : 10- 400
mg/hari
3) Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan
keluhan somatik.Dosis : 75-300 mg/hari. Imipramin, untuk depresi
dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25
mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas,
kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk
meringankan sementara gejalagejala insomnia dan ansietas. Obat- obat
yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital : 16-320 mg/hari
Meprobamat : 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
2. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling
percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis
tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-
menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur
dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan
adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang
berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena
disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu
menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan
tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,
misalnya dengan berkata:
“Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa
menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya
ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki
keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan
kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul.Pada
saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu
hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat
dilakukan.
3. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai
sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam
membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

H. Prinsip Tindakan Keperawatan


II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal
dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini
pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah
keperawatan. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
1. Identitas
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien,
Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang
mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
a) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
b) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
c) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta
stress yang menumpuk.
4. AspekFisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi,
suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau
perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
5. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri
a. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai
b. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan
kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
f. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat
dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam
masyarakat.
g. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
6. Hubungan sosial
7. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
8. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi
klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan
pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan
tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar
rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang
dirasakan setelah minum obat.
10. Mekanisme koping
11. Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau
klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
12. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian
tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
13. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi
spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi
sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat

Anda mungkin juga menyukai