1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau
Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin
dalam UU Dasar Negara RI Tahun 1945 pasal 288 ayat (2) menyatakan bahwa setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
terkait dengan anak telah banyak diterbitkan, namun, dalam implementasinya di lapangan
masih menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang menimpa pada anak antara lain
adalah bullying.
segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang
atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan
Terdapat banyak defenisi mengenai bullying, terutama yang terjadi dalam konteks
lain seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat, komunitas virtual. Namun dalam hal ini
dibatasi dalam konteks school bullying atau bullying di sekolah. Djuwita dan Soesetio
(2005) mendefenisikan school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-
ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap
siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian
tahun 2014 menyebutkan, hamper setiap sekolah di Indonesia ada kasus bullying, meski
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk memberikan penyuluhan dan
cara pencegahan bullying pada remaja melalui peran orang tua terhadap remaja di RT.002
9. Materi
a. Pengertian
Bullying adalah prilaku agresif dan negative seseorang atau sekelompok orang
untuk menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik. Menurut Alexander
(dikutip Sejiwa: 2008 dalam Widiharto: 2008) menjelaskan bahwa bullying adalah
masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena orang-orang yang
menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan kurang percaya diri.
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau
mengganggu. banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi dalam konteks
lain (tempat kerja, masyrakat, komunitas virtual). Bullying secara sederahana diartikan
sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok
sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya (Suryanto: 2007)
Banyak orang menindas untuk menarik perhatian kepada diri mereka sendiri bisa
juga dikatakan agar mendapatkan pengakuan dari orang lain. Perilaku tersebut bahkan
dapat menyebabkan pertengkaran jika orang yang semakin ditindas adalah seseorang
yang biasanya merupakan pusat perhatian. Hal ini tentu bukan hal yang baik, terutama
jika bullying terjadi di lingkungan perusahaan. Seseorang mengganggu orang lain karena
ia mungkin berpikir bahwa ia lebih unggul dari mereka. Dia dapat mempertimbangkan
keunggulan dalam hal kecerdasan, status sosial, status keuangan, dll. Pelaku intimidasi di
sekolah juga menargetkan orang lain karena mereka sangat ingin sesuatu yang mereka
tidak mampu untuk memperoleh, sesuatu yang orang lain miliki, seperti studi catatan,
• Kesulitan bergaul
• Ketinggalan pelajaran
c. Penyebab
1. Kurang perhatian
2. Ingin berkuasa
3. Pola asuh dalam keluarga
4. Ekspos kekerasan dari media
5. Pernah jadi korban kekerasan
6. Riwayat berkelahi
7. Faktor pubertas dan krisis identitas
Berikut adalah beberapa faktor yang menanamkan perilaku bullying pada individu :
1. Masalah Keluarga
Sebuah latar belakang keluarga terganggu dan kasar sering menjadi salah satu
alasan utama anak-anak berubah menjadi pengganggu. Dia mencoba untuk menebus
perasaan yang tak diinginkan dan tak berdaya, di sebuah rumah tangga kasar dan
2. KarenaPernahDiintimidasiSebelumnya
stres yang sama menjadi korban bullying dengan membuat orang lain menderita.
dapat menyebabkan perilaku intimidasi seperti itu membuat orang tersebut merasa
baik tentang dirinya sendiri ketika ia menghina dan melecehkan target yang lemah.
4. Kurangnya Empati
Seseorang yang tidak memiliki empati, tidak menyadari efek dari perilakunya
menindas para korban, bahkan setelah melihat mereka menderita. Pelaku seperti ini
Takut didiskriminasi dan keinginan yang kuat untuk diterima oleh kelompok
d. Dampak
dari sekolah, sering absen dan bolos sekolah, prestasi menurun, kurang pergaulan dengan
teman-teman sekolahnya, mudah emosi (labil) ketika depresi, marah, sedih, sering
mengalami sakit kepala, sakit perut, nafsu makan menurun, sulit tidur, sering terlihat ada
luka dan memar, barang-barang pribadi banyak hilang karena dipalak atau dicuri.
Duta Anti Bullying adalah perwakilan siswa dan siswi yang dipilih langsung oleh
siswa lainnya sebagai pemimpin atau pedoman untuk menerapkan Anti Bullying di SMP
IT Golden.
perilaku Bullying.
i. Manfaat Drama atau Video Anti Bullying bagi Remaja
Remaja biasanya akan lebih mudah memahami materi jika disampaikan berupa
video yang menarik. Dari video yang ditampilkan, diharapkan siswa dapat menyimpulkan
dan menerapkan anti Bullying terutama pada diri sendiri dan lingkungan disekitarnya.
Mussen, P. H., Conger, J. J., Kagan, J., & Huston, A. C. (1994). Perkembangan dan
http://remajadimalaysia.blogspot.com/
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: