Analisis Tindakan
Analisis Tindakan
”TERAPI NEBULIZER”
OLEH :
FLAVIA ENYKUSTIA
R014192034
Mengetahui:
Nim : R014192034
No Langkah Kegiatan
Medical Consent
Sapalah penderita atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
1
tanyakan keadaannya.
Berikan informasi umum kepada penderita atau keluarganya tentang indikasi/tujuan
2
dan cara pemakaian alat.
Persiapan alat
Mempersiapkan alat sesuai yang dibutuhkan :
- Main unit
- Obat-obatan
Masker Obat
Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan (sumber tegangan,
5
tombol
Persiapan Penderita
Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang
14
telah
15 Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien
Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main kit. Perhatikan
16 jenis
alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus menekan tombol pengeluaran
Mengingatkan penderita,
obat pada nebulizer kit. jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang keluar
17 dihirup perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat habis (kurang lebih
10-15 menit)
Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer kit,
18
dan air hose
Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian nebulizer telah
19 selesai dan mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang
dilakukan memberikan perbaikan/mengurangi keluhan
20 Membersihkan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah dipakai
4. Hasil tindakan
Setelah dilakukan terapi nebulizer selesai, tidak ada efek samping yang timbul pada
pasien. Pemberian terapi nebulizer pada Tn. Jr bertujuan untuk mengencerkan dahak/secret
serta memperluas jalan nafas pasien. Sehingga sesak yang dirasakan oleh Tn Jr dapat
berkurang hingga dapat teratasi.
5. Analisis tindakan
Tujuan dilakukan nebulizer adalah mengencerkan secret, dan melegakan saluran
nafas. Terapi nebulizer diberikan langsung pada tempat/sasaran aksinya (seperti paru) oleh
karena itu dosis yang diberikan rendah, dosis yang rendah dapat menurunkan absorpsi
sistemik dan efek samping sistemik, pengiriman obat ke paru sangat cepat, sehingga aksinya
lebih cepat dari rute lainnya seperti subkutan atau oral.
Dalam pelaksanaan tindakan pemberian obat melalui nebulizer terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi klien selama
tindakan yaitu mengatur posisi klien sebelum tindakan, namun sebelum mengatur posisi
pasien terlebih dahulu harus dicek kembali apakah klien memiliki kontra indikasi dengan
posisi fowler maupun semifowler. Hal lain yang diperhatikan adalah kondisi masker. Masker
nebulizer di ruangan hanya diberikan kepada keluarga klien dan beberapa keluarga klien
terlihat meletakkan sembarangan sehingga kurang terjamin kebersihannya
Terapi nebulizer yang diberikan kepada Tn.Jr. umur 60 tahun, dengan memposisikan
fowler. Kemudian memasukkan obat combivent dalam tabung di dalam nebulizer. Memasang
masker oksigen pada klien, kemunian menekan tombol on, maka uap obat akan mengalir dari
mezin nebulizer ke masker oksigen dan akhirnya akan dihirup oleh klien. Perawat
mengajarkan cara menghirup yang benar. Setelah obat habis dalam waktu 5 menit, nebulizer
dimatikan dan klien kembali memakai nasal kanul.
6. Hambatan
Pada prosedur terapi nebulizer ini, uap yang keluar tidak banyak karena air didalam
nebuliser yang seharunya ditambah, sehingga uap dari obat dapat masuk dengan baik
kesaluran pernafasan.
7. Kesimpulan dan saran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
Terapi nebulizer bertujuan untuk memperluas saluran napas yang menyempit.
Tindakan terapi nebulizer pada Tn. J sudah sesuai dengan teori yang ada. Diharapkan sebelum
melakukan tindakan perawat memperhatikan kembali kondisi klien terkait posisi yang tepat
dengan cara memastikan kembali apakah klien memiliki kontra indikasi dengan posisi yang
akan diberikan atau tidak. Selain itu mengedukasi keluarga klien untuk menyimpan masker
nebulizer di tempat yang bersih dan aman. Dan membersihkan wadah dalam nebuliser dengan
air hangat dan sabun.
Daftar Pustaka
Djaharuddin, I., Tabri, N. A., Iskandar, M. H., & Santoso, A. (2017). Terapi Inhalasi Nebulisasi. In
Buku Keterampilan Klinis. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Jamaludin, S.Yusra, Z. Ulya (2014). Pemberian Nebulizer dengan Ventolin dan Bisolvon dalam
Mengatasi Sesak Nafas pada Pasien PPOK di Ruang Melati II RSUD Kudus. Jurnal Profesi
Keperawatan. 1(1)
Hardayani Putri, Slamet Soemarno (2013). Perbedaan Postural Drainage dan Latihan Batuk Efektif
Intervensi Nebulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-
5 Tahun. Jurnal Fisioterapi. 13 (1).
ANALISIS TINDAKAN
”PENYADAPAN EKG”
OLEH :
FLAVIA ENYKUSTIA
R014192034
Mengetahui:
Nim : R014192034
1. Tindakan yang dikerjakan:
Penyadapan EKG
Nama : Tn. Y
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe 2
Tanggal tindakan dilakukan : 22 Januari 2020
2. Justifikasi tindakan dilakukan
Salah satu penyebab mortalitas tersering pada penderita DM adalah penyakit
kardiovaskular (PKV). Menurut beberapa hipotesis, DM tipe 2 secara garis besar melalui
beberapa mekanisme dapat memicu inflamasi pada pembuluh darah, peningkatan
pembentukan trombus, dan vasokonstriksi. Yang secara keseluruhan dapat mendorong
aterosklerosis sehingga terjadi penyakit jantung koroner, iskemik miokard dan berujung pada
gagal jantung. Namun pada pasien DM iskemia miokard sering tanpa keluhan (silent) dan jika
menunjukan manifestasi klinis sering sudah dalam keadaan lanjut. Sehingga diagnosis untuk
PKV harus ditegakan sejak dini untuk mengurangi mortalitas serta menentukan rencana
tatalaksana.
Diperlukan alat diagnosis dini PKV dengan tingkat akurasi yang baik, cepat, nyaman
untuk pasien, tersedia diberbagai pusat pelayanan kesehatan di Indonesia dan mudah
dijangkau oleh semua kalangan. Salah satunya adalah Elektrokardiogram (EKG).EKG adalah
alat penunjang diagnosis yang merekam sebagian kecil aktivitas listrik yang dihasilkan oleh
otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi. (Alwi I., 2012).
3. Teori singkat tindakan
Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantauan aktivitas listrik dari serat-serat otot
secara goresan. Pengambilan sinyal EKG biasa digunakan untuk menganalisis kondisi
kesehatan jantung pasien dengan menggunakan sepuluh buah eletroda dengan dua belas titik
sadapan (12 leads). Sepuluh buah elektroda tersebut dihubungkan ke tubuh manusia yaitu,
Righ Arm (RA), Left Arm (LA), Left Leg (LL), Right Leg (RL), Chest 1 (C1), C2, C3, C4, C5
dan C6 (Fakultas Kedokteran, 2017).
Pemasangan 10 buah elektroda tersebut sebagai berikut (Kusumawati et al., 2019):
a. Lead ektremitas (lead I, II, III, Avr, Avf, Avl)
Warna merah pada tangan kanan
Warna hijau pada kaki kiri
Warna hitam pada kaki kanan
Warna kuning pada tangan kiri
b. Lead opicdial
V1 pada spatial intercostal IV linea parasternal kanan
V2 pada spatial intercostal IV linea parasternal kiri
V3 dipasang diantara V2 dan V4
V4 pada spatial intercostal V linea media klavikularis kiri
V5 pada spatial intercostal V linea aksilaris anterior kiri
V6 pada spatial intercostal V linea aksilaris media kiri
No Tindakan
1 Mengecek program terapi medik
2 Mengucapkan salam terapeutik
3 Melakukan evaluasi/validasi
4 Melakukan kontrak (waktu, tempat, opic)
5 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
6 Mencuci tangan
7 Mempersiapkan alat
8 Membersihkan permukaan kulit di kedua pergelangan tangan dan
kaki dengan kapas dan alcohol
9 Memberi jelly EKG secukupnya di area keempat elektroda
ekstremitas dan pasang elektroda tersebut di tempat yang telah
dibersihkan
10 Menghubungkan kabel penghubung klien dengan ekltroda sebagai
berikut :
a. Kabel merah dengan elektroda di pergelangan tangan kanan
b. Kabel kuning dengan elektroda di pergelangan tangan kiri
c. Kabel hijau dengan elektroda di pergelangan kaki kiri
d. Kabel hitam dengan elektroda di pergelangan kaki kanan
11 Membersihkan permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang leketroda
dengan kapas alcohol *)
C6: titik potong garis aksila kiri dengan garis mendatar dari C5 dan C6
15 Menuliskan identitas klien di pojok kiri atas: nama, usia, jenis kelamin *),
tanggal dan jam pemeriksaan
16 Merapikan alat dan bersihkan dada dan pergelangan ekstremitas klien dan
sisa-sisa jelly *)
4. Hasil tindakan
Daftar Pustaka
Alwi I. (2012). Tatalaksana Holistik Penyakit Kardovaskular. 2nd Edition. Jakarta: Interna publishing;
p.11-25XKusumo, Mahendro Prasetyo. 2017. "Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja." Jurnal Medicoeticolegal dan
Manajemen Rumah Sakit 72-81.
Siti, Misi, Zulpahiyana, and Sofyan Indrayana. 2015. "Komunikasi Terapeutik Perawat
Berhubungan dengan Kepuasan Pasien." Journal Ners and MIdwifery Indonesia 30-34.
ANALISIS TINDAKAN
OLEH :
FLAVIA ENYKUSTIA
R014192034
Mengetahui:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Nim : R014192034
4. Hasil tindakan
Hasil Pemeriksaan TTV Ny. N:
Tekanan darah: 160/80 mmHg
Nadi: 72x/menit
Suhu: 37°C
Pernapasan: 20x/menit
5. Analisa tindakan
Prinsip yang seharusnya dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital adalah jika mengukur nadi dan pernapasan, sebaiknya dihitung selama 1 menit agar lebih
akurat, terlebih jika irama nya tidak beraturan. Untuk pengukuran tekanan darah sebaiknya
diukur 2 kali dan hasilnya dibagi dua agar perhitungan lebih akurat. Pengukuran ini memberi
petunjuk kemungkinan penyakit, dan menunjukkan kemajuan pemulihan [ CITATION
Med19 \l 14345 ]. Normalnya tanda vital setiap orang berbeda berdasarkan umur, berat
badan, jenis kelamin, dan masalah kesehatan yang dialami.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital sebenarnya bukan hanya merupakan kegiatan
rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan
sistem tubuh. Pasien yang kritis akan membutuhkan pengawasan tanda vital yang lebih ketat
dibanding pasien yang tidak kritis [ CITATION Hid14 \l 14345 ].
6. Hambatan
Pada prosedur pemeriksaan TTV ini, tidak ada hambatan yang berarti. Berdasarkan
Panduan Perngatan Hari Kesehatan Sedunia (2013), sebelum mengukur tekanan darah
sebaiknya duduk atau berbaring dengan tenang dan rileks selama 5 menit terlebih dahulu.
Tujuannya agar nilai tekanan darah yang terukur adalah nilai stabil. Seringkali di rumah sakit
pasien tertidur lelap saat jadwal pemeriksaan tanda vital akan dilakukan, sehingga pasien
yang belum stabil kesadarannya setelah terlelap tetap dilakukan pemeriksaan tanda vital. Hal
tersebut dapat memengaruhi hasil pemeriksaan dan pasien kurang kooperatif saat dilakukan
pemeriksaan.
7. Kesimpulan dan saran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
Pengukuran tanda-tanda vital (TTV) bertujuan untuk mengetahui status kesehatan
pasien secara umum. Tindakan pemeriksaan TTV pada Tn. M sudah sesuai dengan SOP yang
ada, namun diharapkan pemeriksaan dilakukan secara berulang dan seksama.
Daftar pustaka
XHidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Rhonda M Jones. (2009). Penilaian Umum dan Tanda ‐ tanda Vital. General Assessment.
ANALISIS TINDAKAN
FLAVIA ENYKUSTIA
R014192034
Mengetahui:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
No
Tindakan Keperawatan
.
1. Mencuci tangan
2. Pemakaian APD (seperti menggunakan handscoend)
3. Memperhatikan Label pada vacutainer dengan rekam medic dan nama pasien,
gunakan pen waterproof agar tulisan pada label tidak cepat hilang
4. Komunikasi terapeutik, bertanya tentang pengalaman flebotomi sebelumnya,apakah
ada alergi latex atau tidak
5. Pemilihan vena yang tepat
6. Palpasi vena
7. Inspeksi daerah penusukan
8. Tourniquet tidak boleh terpasang lebih dari satu menit
9. Memperhatikan jenis vacutainer dengan order pemeriksaan
1 Posisi tabung sampel darah
0.
1 Posisi menusuk jarum 15-30o
1.
12. Gunakan teknik one hand saat menutup jarum
13 Lepas handscoen dan cuci tangan
.
4. Hasil tindakan
Pasien Ny. N telah diambil darah untuk pemeriksaan kimia darah dan darah
lengkap. Hasil tes; WBC 9000, Hb 11.8, kreatinin 1.42, GDS 91.
5. Analisis tindakan
Pengambilan darah vena dilakukan oleh penulis berdasarkan Standar
Operasional Prosedur Keterampilan Klinik Profesi Keperawatan Dasar (2019) dan
mini notes basic medical procedures (2019) yang telah penulis baca sebelumnya, serta
seperti yang dipraktikkan oleh perawat di ruangan. Pengambilan darah menggunakan
spoit 3 ml. Analisis tindakan yang dilakukan penulis adalah memadukan dan
menyesuaikan prosedur yang penulis baca dan lihat di ruangan. Salah satu tahapan
dalam prosedur pengambilan darah vena adalah memasang tourniquet, karena pengait
tourniquet tidak dapat terhubung dengan baik maka tourniquet tersebut diikat. Ketika
melakukan tindakan antiseptic area penusukan dengan alcohol swab, nampak kotor
sehingga diusap berulang kali. Aspirasi hingga spuit penuh (sesuai jumlah yang
diinginkan), menarik spoit sambil menekan area penusukan, melepas tourniquet,
menempelkan plester, lalu memasukkan sampel darah ke tabung yang telah
disediakan. Dalam buku SOP memasukkan sampel darah ke tabung dilakukan dengan
melepaskan jarum, namun di rumah sakit tidak perlu melepas jarum. Jarum di tusuk
ke tabung yang telah disediakan kemudian darah dalam spoit akan keluar secara
otomatis. Setelah darah siap dalam tabung, tidak diberi label karena sebelum
menemui pasien, sudah ada lembar yang mencantumkan identitas pasien serta
specimen yang ingin diperiksa di laboratorium sehingga dapat menentukan jenis
tabung yang akan digunakan. Ketika menemui pasien tinggal mencocokkan identitas
pasien dengan lembar tersebut.
6. Hambatan
Hambatan yang didapatkan pada saat pengambilan darah vena ialah masih
kurangnya pengalaman dan adanya rasa gugup penulis sehingga ketika melakukan
tindakan masih membutuhkan arahan dan bantuan dari preceptor institusi dan teman
di shift yang sama. Seperti pada saat pengulangan usapan kapas alkohol, aspirasi
darah yang sedikit sulit keluar, dan bantuan melepas tourniquet ketika penulis sedang
memasukkan sampel darah ke dalam tabung.
7. Kesimpulan dan saran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
Pengambilan darah vena merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil
specimen keperluan laboratorium Dalam melakukan tindakan ini butuh keterampilan dan
kesiapan, penting dilakukan prosedur yang tepat dan perlu memperhatikan prinsip sterilitas,
sehingga tidak terjadi infeksi pada pasien. Selain itu penting bagi petugas untuk menggunakan
alat pelindung diri seperti sarung tangan agar pemeriksa terhindar dari kemungkinan
terjadinya infeksi dari darah pasien.
Daftar Pustaka
ANALISIS TINDAKAN
FLAVIA ENYKUSTIA
R014192034
Mengetahui:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Nim : R014192034
1. Tindakan yang dikerjakan:
Pemberian Makan Melalui NGT
Nama : Tn. A
Diagnosa Medis : Edema Paru Akut
Tanggal Tindakan Dilakukan : 03 Februari 2020
2. Justifikasi tindakan dilakukan
Tindakan pemberian nutria melalui NGT bertujuan untuk memenuhi, memperbaki,
dan mempertahankan kebutuhan nutrisi klien yang tidak mampu makan dan minum secara
normal sehingga dapat mempertahankan metabolism tubuh dan mempercepat penyembuhan.
3. Teori Singkat
NGT atau Naso Gastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung sampai ke
lambung, sering digunakan untuk memberikan nutrisi kepada seseorang yang tidak mampu
untuk mengkonsusmsi makanan cair melalui mulut.
SOP Pemberian makan melalui NGT
Daftar Pustaka
Program Profesi Ners F.Kep UH. (2019). SOP Keterampilan Klinik Profesi Keperawatan
Dasar. Makassar.
ANALISIS TINDAKAN
”BED MAKING”
OLEH :
FLAVIA ENYKUSTIA
R014192034
Mengetahui:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Nim : R014192034
Prinsip :
1. Orientasi
a. Salam teraupetik
Assalamualaikum, selamat pagi ibu perkenalkan saya Mersi . Saya mahasiswa
keperawatan profesi Ners unhas yang bertugas mulai dari pukul 07.00 – 14.00
siang nanti ya ibu
b. Evaluasi/validasi:
Bagaimana keadaan ibu hari ini? bagaimana tidurnya semalam ibu?
c. Kontrak topik, waktu, tempat:
Ibu, saya akan membersihkan dan mengganti seprei tempat tidur ibu, agar ibu
dapat beristirahat dengan nyaman serta mengurangi resiko infeksi ya ibu.
Bagaiamana ibu? Apakah ibu setuju? Waktunya kurang lebih 15 menit. Nanti
kita lakukan disini ibu, jadi ibu tidak usah pindah, sebelum itu saya siapkan
sepreinya terlebih dahulu yah ibu
2. Fase kerja
a. Alat
1. Laken besar
2. Laken kecil
3. Alas atau perlak
4. Selimut
5. Sarung bantal
b. Prosedur tindakan :
1) Kaji klien terhadap potensial inkontensial atau mengeluarkan drainase yang
berlebihan pada tempat tidur. Kaji pesan aktivitas dan mobilisasi fisik klien.
2) Jelaskan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan dan alsan
pentingnya prosedur tersebut perlu dilakukan.
3) Sampaikan kontrak waktu pelaksanaan tindakan kepada klien.
4) Tanyakan kesediaan pasien dalam melakukan tindakan dan meminta
kerjasamanya demi kelancaran prosedur tersebut.
5) Persiapkan alat yang dibutuhkan.
6) Jaga privasi pasien dengan menutup tirai.
7) Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
8) Atur ketinggian tempat tidur pada tingkat tertentu yang di rasa nyaman.
Turunkan rel samping tempat tidur di sisi perawat.
9) Lepaskan seprai/linen terluar.
10) Lepaskan semua linen di bagian kaki tempat tidur, dan lepaskan selimut
yang digunakan klien.
11) Ganti linen.
Bantu klien untuk miring ke samping menjauh dari sisi linen yang bersih.
Atur bantal berada di bawah kepala.
12) Naikan pagar tempat tidur yang terdekat dengan klien atau minta perawat
lain untuk memegang klien di pinggir tempat tidur(agar klien tidak jatuh).
13) Gulung linen dan perlak ke tengah sedekat mungkin dengan klien.
14) Letakkan linen besar di atas tempat tidut dengan pusat lipatan di tempat
tidur. Rapikan dengan cara mengatur sisi kedua samping linen atau tempat
tidur denga sudut 90º(linen yang rata), selipkan bagian linen yang berada di
tepi tempat tidur ke bawah kasur.
15) Letakkan linen kecil di atas tempat tidur dengan pusat lipatan di tengah
tempat tidur. Perhalus lapisan bawah ke luar lewat kasur dan lipat tepi yang
berlebihan di bawah kasur. Bantu klien berbalik ke arah anda di sisi tempat
tidur yang bersih (klien berguling melewati lipatan linen).
16) Pindahkan bantal ke sisi bersih untuk digunakan oleh klien. Naikan pagar
tempat tidur sebelum meninggalkan sisi tempat tidur di hadapan klien.
17) Pindah ke arah sisi tempat tidur yang lain dan turunkan pagarnya.
18) Angkat linen yang kotor dan melipatnyam menjadi buntalan atau kotak,
kemudian letakkan pada kantong plastik atau keranjang.
19) Buka lipatan linen besar dari tengah tempat tidur. Tarik linen hingga
tampak permukaan yang rata dan selipkan linen yang tersisa ke bawah
kasur.
20) Buka lipatan lipatan linen kecil dan perlak yang berada pada bagian tengah
tempat tidur dan tarik dengan kuat menggunakan kedua tangan. Selipkan
sisa linen pelapis ke sisi bawah kasur.
21) Pasang sarung bantal bersih pada bantal sesuai dengan kebutuhan.
22) Pegang bagian tengah sarung bantal yang tertutup dengan satu tangan.
23) Kumpulkan sisis sarung bantal dan letakkan di sekitar tangan yang
memegang bagian tengah sarung bantal.
24) Dengan tangan lain yang tidak memegang bantal tarik sarung bantal
menutupi bantal.
25) Atur sarng bantal dan tempatkan bantal secara tepat di bagian kepala tempat
tidur.
26) Kembalikan posisi klien ke tengah tempat tidur.
27) Bant klien berada ke tengah tempat tidur(posisi yang di pilih atau
disenangi). Dan posisikan kembali bantal ke bagian tengah tempat tidur.
28) Berikan atau selesaikan dengan memasang penutup tempat tidur.
29) Lebarkan selimut menutupi klien dan selesaikan dengan merapikan selimut
klien.
30) Pastikan keamanan yang continue pada klien.
31) Naikan pagar tempat tidur.
32) Letakkan benda-benda yang digunakan klien dalam jangkauan klien.
33) Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif:
Ibu, saya sudah ganti sepreinya dengan yang bersih ya ibu, bagaiman
perasaan ibu?.
2) Evaluasi Objektif:
Tempat tidur rapi dan bersih
3) Rencana Tindak Lanjut
Setelah ini rencana ibu akan kami antar keruang rehabilitasi medik untuk
melekukan beberapa terapi ya ibu.
4) Kontrak yang akan datang: topik, waktu, tempat
Ibu, nanti saya kembali sekitar pukul 10.00 ya ibu, untuk memantau
kondisi Ibu selanjutnya. Terimakasih Ibu atas kerjasamanya.
4. Hasil tindakan
Telah terpasang linen yang bersih pada pasien Tn. N untuk memberikan
kenyamanan bagi klien dengan tetap mempertahankan kebersihan dan kenyamanan
tempat tidur. Hal yang harus diperhatikan saat melakukan tindakan mengganti linen
yaitu tetap menjaga privasi klien, memberikan rasa aman dan nyaman. Perhatikan
jangan sampai ada lipatan linen pada bagian belakang klien untuk menghindari
gesekan yang dapat menimbulkan luka/lecet sehingga berakibat timbulnya luka
decubitus.
5. Analisis tindakan
Dalam pelaksanaan bed making perlu diperhatikan yaitu adanya iritasi atau
ulcer pressure pada kulit yang terjadi selama masa rawat sebagai akibat dari tirah
baring dalam jangka waktu yang lama dan dapat merusak integritas kulit pasien
(Sumara, 2017). Jauhkan linen kotor dari seragam yang mungkin mengandung
kuman, jangan goyangkan linen yang kotor untuk mencegah kuman menyebar
disekitar ruangan dan jangan mencampur linen yang kotor dan bersih saat membuat
tempat tidur (Mona, 2017). Pencegahan dini dari risiko ulkus diharapkan dalam
meyiapkan tempat tidur pasien dilakukan dengan metode yang memiliki tekanan
interface yang lebih stabil dapat diterapkan di rumah sakit dan lebih memperhatikan
linen dan kasur sesuai dengan ukuran standar internasional (Sumara, Rosa, &
Permatasari, 2016).
Sebelum pelaksanaan tindakan bed making yang perlu dilakukan adalah
mengkaji terhadap potensial inkontensial atau mengeluarkan drainase yang
berlebihan pada tempat tidur misalnya pasien terpasang kateter urinal atau tidak dan
mengkaji aktivitas dan mobilisasi fisik klien, Setelah itu jelaskan kepada pasien
tentang prosedur yang akan dilakukan dan alasan pentingnya prosedur tersebut perlu
dilakukan, kemudian sampaikan kontrak waktu pelaksanaan tindakan kepada pasien
dan tanyakan kesediaan pasien dalam melakukan tindakan serta meminta
kerjasamanya demi kelancaran prosedur tersebut .
Penggantian linen atau bad making yang dilakukan dirumah sakit dengan yang
ada pada teori sebagian besar sangat banyak perbedaannya mulai dari persiapan alat
sampai prosedur tindakannya. Dimana di rumah sakit alat yang disiapkan hanya laken
besar dan kadang-kadang dengan sarung bantal jika persediaan ada. Sedangkan untuk
prosedur tindakannya lebih sering masih kurang memperhatikan privasi dan
kenyamanan klien, tindakan mencuci tangan lebih sering dilakukan setelah
penggantian linen namun sebelum melakukan penggantian linen sangat jarang
perawat mencuci tangannya seharusnya tindakan mencuci tangan dilakukan sebelum
dan setelah melakukan tindakan.
6. Hambatan
Selama prosedur tindakan bad making dilakukan hambatan yang sering terjadi
yaitu ketersediaan linen, kadangkala saat linen klien sudah kotor dan harus diganti
namun tindakan itu terhambat katerena ketersediaan linen habis atau tidak ada.
Sedangkan untuk prosedur mencuci tangan sebelum melakukan tindakan masih sering
terjadi karena factor kurangnya kesadaran dan lupa.
7. Kesimpulan dan saran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan bad making yaitu privasi
pasien, tutup pintu, horden atau sampiran agar privasi tetap terjaga sehingga pasien
merasa nyaman. Hal yang perlu disarankan yaitu selalu biasakan diri untuk selalu
mencuci tangan sebelum maupun sesudah melakukan tindakan baik menggunakan
handwash maupun dengan menggunakan sabun. Evaluasi respon pasien setelah
tindakan tersebut dilakukan dan mengatur posisi yang nyaman dan aman untuk pasien
sebelum meninggalkan ruang pasien misalnya memasang side bed dan mendekatkan
barang keperluan pasien ketempat yang mudah dijangkau oleh pasien.
Daftar Pustaka
Mona, M. (2017). Types of Bed Making in Nursing Purpose of Bed Making Principles of
Bed
Sumara, R. (2017). Tekanan Interface Pasien Tirah Baring ( Bed Rest ) Setelah
Diintervensi dengan metode Hospital Corner Bed Making Interface Pressure in
Patients Bedrest After being Intervented with Hospital Corner Bed Making
Method, 17(1), 14–21.
Tim Keperawatan Dasar (2019). Target Kompetensi Skill Praktik Keperawatan Dasar.
Makassar: Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.