PENDAHULUAN
NAMA
NO MERK KONDISI JUMLAH KET
BARANG
1 Steples MAX HD-10 Baik 22
2 Gunting Gunindo Baik 22
3 Pulpen Standart Baik 4
4 Pensil 2B Baik 1
5 Cater Gunindo Baik 11
6 Komputer Asus Baik 11
7 Mortir & - Baik 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Kerja Praktik Kerja Lapangan
Melalui pendekatan pembelajaran ini peserta PKL diharapkan :
a) Melaksanakan komunikasi dengan pasien sesuai
kewenangannya.
b) Mengidentifikasi resep, merencanakan dan melaksanakan
peracikan obat yang tepat sesuai dengan kewenangannya.
c) Melaksanakan pelayanan informasi obat sesuai kewenangannya.
d) Menerapkan pencatatan dan pelaporan obat.
e) Menerapkan aturan penyimpanan obat di puskesmas.
PROSES PELAKSANAAN
b) Sudip
Kegunaan : Untuk memudahkan dalam mengambil racikan bahan obat
dari mortir
d) Plastik Obat
Kegunaan : untuk membungkus obat ang tertulis di resep
e) Gunting
Kegunaan : Untuk memotong obat dan sebagainya
g) Pulpen
Kegunaan : Alat untuk menulis nama pasien dan aturan pemakaian obat
h) Komputer
Kegunaan : Untuk memasukkan data pasien
Cara kerja :
a) Mortir dan Stamper
Cara kerja dari mortir yaitu menyiapkan meja kerja memberi alas
serbet pada mortir,tangan kiri digunakan untuk memegang mortir ibu
jari berada pada mulut mortir supaya mortir tidak terlepas ketika di
gunakan, stemper di pegang dengan tangan kanan dengan posisi ibu jari
di samping atau di genggam dengan posisi ibu jari di atas stemper,
menggerus atau mencampur obat dengan cara memutar stemper
Menyiapkan Penyerahan
atau meracik hasil akhir
Memastikan Penyerahan
Persiapan resep dapat
sediaan obat obat
dilayani
Mengidentifikasi Melakukan
resep konsultasi
Berita
Acara
Pengecekan
disesuaikan
Mencatat dengan
ke Kartu laporan
Menghitun Stock
g Obat
Mencatat
Obat ke
Buku
PENUTUP
4.1.1 Kesimpulan
a) Siswa-siswi dapat mengetahui tugas dan peran Asisten Apoteker (AA)
di lingkungan puskesmas.
b) Siswa mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai
peran fungsi farmasi di kamar obat puskesmas dalam beberapa aspek
pengelolaan obat meliputi perencanaan, penyimpanan dan penggunaan
obat.
c) Teknik peracikan obat di puskesmas kurang efektif karena
memungkinkan terjadinnya interaksi obat.
d) Pelayanan kefarmasian mencangkup komunikasi, intonasi, dan edukasi
(KIE) tentang obat masih kurang di berikan oleh petugas puskesmas
kepada pasien.
e) Kurang tenaga kefarmasian seperti AA atapun perawat puskesmas.
4.1.3 Saran
a) Perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di
puskesmas.
b) Perlu adanya tenaga kefarmasian seperti apoteker dan AA disetiap
Puskesmas. Dalam rangka peningkatan manajemen dan pelayanan obat
pada pasien agar lebih efektif dan benar.
c) Perlu adanya keramah-tamahan dalam pelayanan obat di Puskesmas
kepada pasien.