Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN LEUKIMIA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II


Dosen koordinator : Budi Somantri., S.Kep.,Ners, M.Kep

Disusun oleh :

Tasya Islamya Putri F 1117061


Muhamad Farhan F 1117072
Nita Herlina 1117073
Hilma Herliana 1117104

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelasaikan makalah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN ANAK DENGAN LEUKIMIA ini dengan tepat waktu dan tanpa
halangan yang berarti. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Anak II serta sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi
penyusun dan para pembaca khususnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak yaitu bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan adanya kritik maupun saran sebagai perbaikan dalam penyusunan
selanjutnya.

Bandung, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
D. Manfaat Makalah.............................................................................. 2
E. Prosedur Makalah.............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4

A. Definisi Leukimia.............................................................................. 4
B. Etiologi Leukimia.............................................................................. 6
C. Faktor Resiko Leukimia.................................................................... 9
D. Manifestasi Klinis Leukimia............................................................. 11
E. Patofisiologi Leukimia...................................................................... 13
F. Penatalaksanaan Leukimia................................................................ 16
G. Pemeriksaan Penunjang Leukimia.................................................... 23
H. Intervensi Keperawatan berdasarkan Penelitian............................... 24

BAB III Asuhan Keperawatan............................................................................ 27

A. Pengkajian........................................................................................ 27
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 30
C. Intervensi.......................................................................................... 30

BAB IV PENUTUP............................................................................................ 41

A. Kesimpulan....................................................................................... 41
B. Saran.................................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan pertambahan jumlah sel darah putih
(leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak terkendali
serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Beberapa
ahli menyebut leukemia sebagai keganasan sel darah putih
(neoplasma hematology). Leukemia ini sering berakibat fatal
meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic
lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia
yang bisa bisa bertahan lama dengan pengobatan yang
intensif.
Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi.
Mengingat tingginya risiko anak-anak terkena kanker dan
tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan
kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki
gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan
para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan
mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor
yang menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan tahu
banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk
menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia
harus memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang
antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker
tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-
penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang dewasa,
karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah
atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal
--sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan

1
penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan
lama dengan pengobatan yang intensif.
Kasus leukemia di Indonesia sebanyak ± 7000 kasus/ tahun
dengan angka kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004).
Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120
anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya
disebabkan oleh leukemia (Sindo, 2007). Data dari WHO
menunjukkan bahwa angka kematian di Amerika Serikat
karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971
(Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya
seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun
2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan
leukemia (TLLS, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukimia?
2. Bagaimana etiologi leukimia?
3. Apa saja faktor resiko dari leukimia?
4. Bagaimana manifestasi klinis leukimia?
5. Bagaimana patofisiologi leukimia?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita leukimia?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada leukimia?
8. Bagaimana intervensi keperawatan pada anak dengan leukemia
berdasarkan penelitian?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan leukimia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan leukimia
2. Untuk mengetahui etiologi leukimia
3. Untuk mengetahui faktor resiko dari leukimia

2
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis leukimia
5. Untuk mengetahui patofisiologi leukimia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penderita leukimia
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada leukimia
8. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada anak dengan leukemia
berdasarkan penelitian
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan leukimia

D. Manfaat Makalah
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah wawasan
pembelajaran bagi pembaca khusunya pelajar atau mahasiswa

E. Prosedur Makalah
Metode yang digunakan adalah metode deskripsi, melalui metode ini
penyusun akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan
komprehensif. Data dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan
metode pustaka, artinya penyusun memperoleh data melalui sumber buku
bacaan maupun internet berupa jurnal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Leukimia
Leukemia, berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah.
Mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai darah putih.
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah
bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya,
sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan
menggantikannya. Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan
menyimpang. Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya,
dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut
leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal
yang akhirnya mendesak sel-sel lain. Sel abnormal ini keluar dari sumsum tulang dan dapat
ditemukan di dalam darah perifer/darah tepi.
Leukemia dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, penyakit
neoplastik yang beragam, atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid dan diakhiri dengan kematian.
Disamping itu leukimia merupakan penyakit dengan proliferasi neoplastik
dan diferensiasi sel induk hematopoetik yang secara maligna melakukan
transformasi yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sum-sum
yang normal. Pada sebagian kasus sel neoplastik juga terdapat dalam jumlah
yang semakin meningkat didalam darah tepi. Beberapa pengertian menurut
para ahli yaitu sbb:
 Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
 Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S
C and Bare, B.G, 2002 :248).

4
 Nama penyakit maligna yang dikarakteristikkan oleh perubahan kualitatif dan
kuantitatif dalam leukosit sirkulasi (Jan Tambayong, 2000)
 Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
 Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoietik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi
ke jaringan tubuh yang lain.(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
 Penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk
hematopoietik yang secara maligna melakukan trasformasi, yang menyebabkan
penekanan dan penggantian sum-sum yang normal (Sylvia, 2005).
 Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan poliferasi
sel induk hematopoietik yang mengalami transfusi dan ganas, menyebabkan supresi
dan penggantian elemen sumsum normal (Baldy, 2006)
 Keganasan hematologik akibat proses neoplastik yang disertai gangguan differensiasi
pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik sehingga terjadi ekspansi progresif
dari kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik (I.M Bakta, 2007).
 Leukemia adalah suatu keganasan organ pembuat darah sehingga
sumsum tulang didominasi oleh klon maligna limfositik dan terjadi
penyebaran sel-sel ganas tersebut ke darah dan semua organ tubuh
(Bambang, 2008).
 Kanker yang terjadi akibat diferensiasi dan leukosit yang berlebihan
(Sayuh Tamher. 2008).
 Keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik (Muttagin,
2009).
 Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis sel darah normal dan imunitas penderita.
(Yayan, 2010)

5
 Sekelompok anak sel yang abnormal yang menghambat semua sel darah lain di
sumsum tulang untuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sum-
sum tulang (Corwin, 2009).
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati,limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ
non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal
dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah sehingga mempengaruhi hematopoesis sel darah normal
dan imunitas penderita.

B. Etiologi Leukimia
Walaupun penyebab dasar leukemia yang pasti belum diketahui dan
dijelaskan secara keseluruhan, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1. Genetik
Adanya penyimpangan kromosom insidensi leukemia meningkat
pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down 20x
lebih besar dari orang normal, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis vanCreveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991). Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil,
seperti pada aneuploidy.
a. 2 Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi
leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985).

6
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-
obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia
akut, khususnya ANLL (Wiernik, 1985; Wilson, 1991) .‡
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-
sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan (Wiernik, 1985). Enzim tersebut dapat menyebabkan virus yang bersangkutan
dapat membentuk bahan genetik yang kemudian bergabung dengan genom yang
terifeksi. Virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzime Reverse Transcriptase yang
ditemukan dalam darah manusia. Virus lain yang dapat menyebabkan leukemia seperti
Retovirus tipe C, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah
Acute T-Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 1990).
3. Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia (misal:benzen) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu
yang sering terpapar benzen. (Wiernik,1985; Wilson, 1991) Selain benzen
beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk
± produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
( Fauci, et. al, 1998 ) .
4. Leukemogenik
Zat-zat kimia yang mempengaruhi frekuensi leukemia:
a. Racun lingkungan seperti benzene.
b. Bahan kimia industri seperti insektisida.
c. Obat-obatan untuk kemoterapi.

7
5. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang
menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (
Fauci, et. al, 1998 ).
6. Radiasi
Radiasi dapat meningkatkan frekuensi Leukemia Mielostik Akut
(LMA), namun tidak berhubungan dengan Leukemia Limfositik Kronis
(LLK). Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang
mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis. Data-data pendukung radiasi
sebagai penyebab leukemia :
a. Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia
b. Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
c. Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian Bom Atom
Hirosima dan Nagasaki
7. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia. Dibuktikan
bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita
leukemia pada 6% klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
8. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi
lain disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related
leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan
kanker payudara . Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan
termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat
menyebabkan kerusakan DNA . Leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu

8
(misalnya benzena) dan pemakaian obat anti kanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu
(misalnya sindroma Down dansindroma Fanconi), juga lebih peka
terhadap leukemia.
9. Faktor Infeksi
Banyak ahli yang menduga bahwa faktor infeksi oleh suatu bahan
yang menyebabkan reaksi sangat berperan dalam etiologi leukemia (Imam
Supandiman. 1997; Sylvia Anderson Price. 1995).

C. Faktor Resiko Leukimia


1. Usia
Usia seseorang akan berpengaruh terhadap imunitas seseorang.
Semakin bertambah usianya maka akan semakin berkurang imunitas
tubuhnya yang akan berpengaruh terhadap proliferasi sel abnormal ganas
yang akan menyerang tubuh.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap keparahan leukemia.
Masyarakat yang dekat/tinggal di area industri dapat terkena racun
lingkungan seperti benzena dan insektisida yang memperburuk kondisi
pasien. Orang-orang dengan paparan zat kimia (misal:benzene, Arsen,
pestisida, kloram fenikol, fenil Butazon, dan agen neoplastik) akan
berisiko lebih tinggi untuk terjangkit leukemia. Kontak dengan radiasi
ionisasi disertai manifestasi leukemia (Sylvia Anderson Price. 1995).
Paparan pada tingkat-tingkat yang tinggi dari benzene pada tempat kerja
dapat menyebabkan leukemia. Benzene digunakan secara luas di industri
kimia begitu juga dengan Formaldehyde yang beresiko leukemia lebih
besar.
3. Genetik
Suatu studi Genetika Hematologi menemukan bahwa anak-anak
yang lahir dari beberapa pasangan yang telah dijadikan sample penelitian
terbukti bahwa anak-anak tersebut menderita leukemia karena membawa

9
faktor genetik dari orang tuanya. Kelaman kongenital dengan aneuloidi,
misalnya Agranulositosis congenital, sindrom Ellis Van Greveld, penyakit
seliak, sindrom Bloom, anemia fanconi, sindrom klenefelter, dan sindrom
trisomi D. Menyebabkan meningkatnya insiden leukemia limfoma.
Beberapa penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kromosom-kromosom
abnormal mungkin meningkatkan resiko leukemia.
Jarang ditemukan leukemia familial, tetapi terdapat insiden
leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang,
dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar
monozigot/identik (Sylvia Anderson Price. 1995).
4. Gaya Hidup
Gaya hidup berhubungan dengan aktivitas pasien sehari-hari.
Orang yang terlalu sibuk dengan kegiatannya tanpa memperhatikan waktu
istirahatnya serta PHBS juga dapat membuatnya terkena Leukemia.
5. Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dalam tubuh karena nutrisi ini juga akan mempengaruhi fungsi organ
tubuh untuk bekerja secara normal, terutama agar tidak terjadi
hematopoiesis abnormal. Asupan nutrisi yang kurang baik, seperti sering
mengkonsumsi bahan yang berpengawet dalam jangka lama bisa
menyebabkan leukemia.
6. Riwayat Penyakit
Misalnya selain mengalami Leukemia, pasien juga mengalami
anemia dan pneumonia yang berkaitan dengan ikatan oksidasi
hemoglobin, apabila tidak mencapai standar normal yang dibutuhkan
tubuh maka akan terjadi hematopoiesis abnormal.
7. Radiasi Ionik
Orang-orang yang selamat dari ledakan bom atom akan berisiko
relative keseluruhan untuk berkembang menjadi leukemia akut.
8. Efek pengobatan

10
Seseorang dengan radioterapi dan kemoterapi bias meningkatkan
resiko terjangkit leukemia. Setiap keadaan sumsum tulang hipopastik,
kelihatannya merupakan predisposisi terhadap leukemia.
9. Faktor penyakit yang didapat
Penyakit yang didapat dengan resiko terkena leukemia mencakup
mielofibrosis, polisitemia vera, dan anemia refraktori sideroblastik.
Mieloma multipel dan penyakit Hodgkin juga menunjukkan peningkatan
resiko terhadap terjadinya penyakit ini (Tambayong, 2000).
10. Infeksi virus
Pada awal 1980, di isolasi virus HTLV-1 dan leukemia sel T
manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak itu
diisolasi dan sempel serum penderita leukemia sel T (Sylvia Anderson
Price. 1995).

D. Manifestasi Klinis Leukimia


Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur/akumulasi sel darah
putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.
Juga proliferasi di hati, limfa, dan nodus limfatikus, serta invasi organ
nonhematologis, seperti meningitis, traktus gastrointestinal, ginjal dan kulit.
1. Leukemia Akut (National Cancer Institute , 2008)
Limfosit imatur berproliferasi di sumsum tulang & jaringan perifer,
serta terakumulasi elisana. Hal diatas mengakibatkan adanya gangguan
pada perkembangan sel normal. Leukemia akut juga memperlihatkan
gejala klinis yang mencolok. Gejala leukemia akut dapat digolongkan
menjadi 3 besar, yaitu:
a. Gejala kegagalan sumsum tulang:
1) Anemia menimbulkan gejala pucat, lemah, letargi(kesadaran
menurun), pusing, sesak, nyeri dada.
2) Netropenia menimbulkan infeksi yang ditandai oleh demam,
infeksi rongga mulut, tenggorok, kulit, saluran nafas, dan sepsis

11
sampai syok septik. Pasien sering menunjukkan gejala
infeksi/perdarahan/keduanya pada waktu diagnosis.
3) Trombositopenia menimbulkan easy bruisisng, perdarahan
mukosa, seperti perdarahan gusi, epistaksis, ekimusis, (perdarahan
dalam kulit), serta perdarahan saluran cerna dan sistem saluran
kandung kemih.
4) Anoreksia adalah tidak adanya/hilangnya selera makan.

Pasien dengan jumlah sel darah putih meningkat secara nyata dalam
sirkulasi (jumlahnya melebihi 200.000/mm³) dapat menunjukkan
gejala hiperviskositas. Gejala ini mencakup nyeri kepala, perubahan
penglihatan, kebingungan dan dispenia yang memerlukan
leukoforensis segera (pembuangan leukosit melalui pemisah sel).
b. Keadaan hiperkatabolik, yang ditandai oleh:
1) Kaheksia
2) Keringat malam (gejala hipermetabolisme)
3) Hiperurikemia yang dapat menimbulkan gout dan gagal ginjal
4) Demam dan banyak keringat
c. Infiltrasi ke dalam organ menimbulkan organomegali dan gejala lain,
seperti:
1) Nyeri tulang & nyeri sternum karena infark tulang (infiltrate
subperiosteal) karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel
leukemia.
2) Limfadenopati, splenomegali dan hepatomegaly
3) Hipertrofi gusi dan infiltrasi kulit
4) Sindrom menigeal: sakit kepala, mual muntah, mata kabur, kaku
kuduk.

d. Perdarahan kulit :
1) Atraumatic ecchymosis: Bercak perdarahan yang kecil pada
kulit/membran mukosa, lebih besar dari petekia, yang membentuk
bercak biru/ungu yang bundar/tidak teratur serta tanpa elevasi.

12
2) Petechiae
3) Purpura: Perdarahan kecil didalam kulit, membrane mukosa/
permukaan serosa.
e. Perdarahan gusi
1) Hepatomegali : pembesaran Hati
2) Splenomegali : pembesaran Limpa
3) Limfadenopati : ppnyakit Kelenjar Limfe
4) Massa di Medias tinum : sering pada LLA sel T
5) Leukemia sistem saraf pusat : nyeri kepala, muntah (gejala tekanan
tinggi intrakranial), perubahan pada status mental, kelumpuhan
saraf otak terutama saraf VI % VII, kelainan neurologik fokai.
6) Keterlibatan organ lain: teksis, retina, kulit, pleura, pericardium,
tonsil. (Kumala. 1998)
2. Leukemia Kronis (National Cancer Institute, 2008)
Leukemia kronis tidak menampilkan gejala yang spesifik tetapi gejala
yang dapat juga menjadi gejala penyakit lain seperti demam tidak tinggi,
letih, keringat dingin, perut sering merasa tidak enak dan adakalanya
terdapat juga pembesaran limfa. Kadangkala juga terjadi kehilangan nafsu
makan dan berat badan menurun. Biasanya gejala-gejala ringan tersebut
berlangsung selama 6-8 bulan.

E. Patofisiologi Leukimia
Penyakit leukemia ditandai oleh adanya proliferasi tak terkendali dari satu
atau beberapa jenis sel darah. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pada
kromosom sel induk sistem hemopoetik. Sel sistem hemopoetik adalah sel
yang terus menerus berproliferasi, karena itu sel ini lebih potensial untuk
bcrtransformasi menjadi sel ganas dan lebih peka terhadap obat toksik seperti
sitostatika dan radiasi. Penelitian morfologik menunjukkan bahwa pada
Leukemia Limfositik Akut (LLA) terjadi hambatan diferensiasi dan sel
limfoblas yang neoplastik memperlihatkan waktu generasi yang memanjang,
bukan memendek. Oleh karena itu, akumulasi sel blas terjadi akibat ekspansi

13
klonal dan kegagalan pematangan progeni menjadi sel matur fungsional.
Akibat penumpukan sel blas di sumsum tulang, sel bakal hemopoetik
mengalami tekanan.
Kelainan paling mendasar dalam proses terjadinya keganasan adalah
kelainan genetik sel. Proses transformasi menjadi sel ganas dimulai saat DNA
gen suatu sel mengalami perubahan. Akibat proliferasi sel yang tidak
terkendali ini tcrjadi kenaikan kadar satu atau beberapa jenis sel darah dan
penghambatan pembentukan sel darah lainnya dengan akibat terjadinya
anemia, trombositopenia dan granulositopenia.
Perubahan kromosom yang terjadi merupakan tahap awal onkogenesis dan
prosesnya sangat kompleks, melibatkan faktor intrinsik (host) dan ekstrinsik
(lingkungan).

14
Sel masenkim stem cell

Sumsum tulang Sel blast Jar mieloid

Proliferasi SDP
imatur

Mekanisme imun Akumulasi Hematopoiesis


terganggu terganggu

Resiko infeksi
Produksi SDM Trombositopenia
Infiltrasi
teganggu

Pembekuan
Anemia terganggu
Hati Tulang SSP Limpa

Perdarahan
Hepatomegali Sistem limpadenopati
neurologi
terganggu Resiko syok
Penekanan sel
hipovolemik
syaraf
Sakit kepala,
Penurunan suplai
diplopia, Gangguan
Pengeluaran O2
penlihatan perfusi jaringan
bradikinin
kabur perifer
Pucat, lesu,
Nyeri akut dyspnea, letargi
Nyeri
Resiko injuri
tulang

Ketidaknyama
nan pd perut Intoleransi
Aktivitas

Mual

Nafsu makan Intake kalori Ketidakseimbangan nutrisi


menurun tidak adekuat kurang dari kebutuhan tubuh

15
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Farmakologis
Ada banyak cara penanganan yang dapat dilakukan pada penderita
leukemia dan setiap penanganan mempunyai keunggulan masing-masing.
Tujuan pengobatan pasien leukemia adalah meneapai kesembuhan total
dengan menghancurkan sel-sel leukemia. Untuk itu, penderita leukemia
harus menjalani kemoterapi dan harus dirawat di rumah sakit.Sebelum
sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan
transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa
kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Secara umum penanganan
pada penderita leukemia sebagai berikut:
a. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis
pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh
sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa
mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai
cara:
1) Melalui mulut
2) Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah (atau intravena)
3) Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di
dalam pembuluh darah balik besar, seringkali di dada bagian atas -
Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk
menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah/kulit.
4) Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal - jika ahli
patologi menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi
ruang di otak dan sumsum tulang belakang, dokter bisa

16
memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan
obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini
digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau
diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum
tulang belakang.
5) Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
a) Fase induksi Dimulasi
4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikanterapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulangditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. 
b) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabinedan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invasi sel
leukemia ke otak. Terapiirradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistemsaraf pusat.
c) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisisdan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,mingguan
atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsumtulang terhadap pengobatan. Jika terjadi
supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikansementara
atau dosis obat dikurangi.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat tau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih

17
poten seperti vinkristin (Oncovin), rudidomisin (daunorubycine),
sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA,
adriamisin, dan sebagainya. Umunya sitostatika diberikan dalam
kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-
obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis,
leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Hendaknya lebih
berhati-hatibila jumlah leukosit kurang dari 2.000/mm3. Infeksi
sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi) dalam kamar
yang suci hama.

2. Penatalaksanaan Non Farmakologi


Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan
sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang.
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat
melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah besar di daerah
dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk
(stem cell) hasil transplantasi.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus
menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan
melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang
memadai.
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum
tulang yang rusak digantikan dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum
tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau
terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Transplantasi sumsu
tulang dapat menggunakan sumsum tulang pasien sendiri yang masih

18
sehat. Hal ini disebuttransplantasi sumsum tulang autologus.
Transplantasi sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang lain. Bila
didapat dari kembar identik, dinamakan transplantasi syngeneic.
Sedangkan bila didapat dari bukan kembar identik, misalnya dari saudara
kandung, dinamakan transplantasi allogenik. Sekarang ini, transplantasi
sumsum tulang paling sering dilakukan secara allogenik.
Efek samping transplantasi sumsum tulang tetap ada, yaitu
kemungkinan infeksi dan juga kemungkinan perdarahan karena
pengobatan kanker dosis tinggi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
pemberian antibiotik ataupun transfusi darah untuk mencegah anemia.
Apabila berhasil dilakukan transplantasi sumsum tulang, kemungkinan
pasien sembuh sebesar 70-80%, tapi masih memungkinkan untuk kambuh
lagi. Kalau tidak dilakukan transplantasi sumsum tulang, angka
kesembuhan hanya 40-50%.
Terapi stem cell yang rutin digunakan untuk mengobati penyakit saat
ini adalah transplantasi stem cell dewasa dari sumsum tulang belakang dan
darah perifer serta darah tali pusat bayi.

19
a. Stem Cell Sumsum Tulang Belakang
Terapi stem cell yang dikenal baik sekarang ini adalah transplantasi
stem cell sumsum tulang belakang yang digunakan untuk mengobati
leukimia dan kanker lain yang termasuk penyakit keganasan darah.
Leukimia adalah kanker sel-sel darah atau leukosit. Seperti sel-sel
darah merah lain, leukosit dibuat dalam sumsum tulang belakang
melalui sebuah proses yang dimulai dengan stem cell dewasa
multipoten (dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel penting dalam
tubuh). Leukosit dewasa dilepaskan ke dalam aliran darah dimana
mereka bekerja untuk melawan infeksi dalam tubuh. Disebut leukimia
ketika leukosit mulai tumbuh dan berfungsi abnormal menjadi kanker.
Sel-sel abnormal ini tidak dapat melawan infeksi dan dapat
mengganggu fungsi organ lain.
Terapi leukimia bergantung pada menghilangkan leukosit
abnormal pada pasien dan membiarkan sel yang sehat untuk tumbuh
pada tempatnya. Satu cara untuk lakukan ini melalui kemoterapi
menggunakan obat yang keras untuk mencari dan membunuh sel-sel
abnormal.Ketika kemoterapi sendiri tidak dapat menghancurkan sel-
sel abnormal, tenaga medis kadang lebih memilih transplantasi
sumsum tulang belakang.Pada transplantasi sumsum tulang belakang,
stem cell sumsum tulang belakang pasien tergantikan dengan donor
sehat yang cocok. Untuk melakukan hal ini, sumsum tulang belakang
pasien dan leukosit abnormal pertama-tama dihancurkan
menggunakan kombinasi terapi dan radiasi. Selanjutnya, sampel donor
sumsum tulang belakang yang mengandung stem cell yang sehat
dimasukkan ke dalam aliran darah pasien. Jika transplantasi sukses,
stem cell akan berpindah ke sumsum tulang belakang pasien dan
memproduksi leukosit sehat yang baru untuk menggantikan sel-sel
abnormal.
b. Stem Cell Darah Perifer

20
Sebagian besar stem cell darah tersimpan di dalam sumsum tulang
belakang, sementara sejumlah stem cell muncul dalam aliran darah.
Stem cell darah perifer multipoten dapat digunakan seperti sumsum
tulang belakang untuk mengobati leukemia, kanker lain dan berbagai
gangguan darah.Stem cell dari darah perifer lebih mudah untuk
dikumpulkan dibandingkan dengan stem cell sumsum tulang belakang
yang harus diekstrak dari dalam tulang. Hal ini yang membuat stem
cell darah perifer merupakan pilihan pengobatan yang tidak seefektif
stem cell sumsum tulang belakang. Karena ternyata, stem cell darah
perifer jumlahnya sedikit dalam aliran darah sehingga mengumpulkan
untuk melakukan transplantasi dapat menimbulkan masalah.
c. Stem Cell Darah Tali Pusat
Bayi baru lahir tidak membutuhkan tali pusat sehingga tali pusat
ini akan dibuang. Dalam beberapa tahun ini, darah kaya akan stem cell
multipoten ditemukan dalam tali pusat terbukti berguna dalam
mengobati beberapa jenis masalah kesehatan yang sama pada pasien
yang diterapi dengan stem cell sumsum tulang belakang dan darah
perifer. Transplantasi stem cell darah tali pusat lebih sedikit untuk
ditolak dibandingkan stem cell sumsum tulang belakang dan darah
perifer. Hal ini mungkin disebabkan stem cell sumsum tulang
belakang dan darah perifer belum berkembang sehingga dapat dikenali
dan diserang oleh kekebalan tubuh resipien.Juga, karena darah tali
pusat baru memiliki sedikit sel-sel kekebalan yang berkembang,
sehingga risiko kecil sel-sel yang ditransplantasi akan menyerang
tubuh resipien, sebuah masalah yang disebut penyakit graft versus
host.Baik keanekaragaman dan ketersediaan stem cell darah tali pusat
membuat menjadi sumber poten untuk terapi transplantasi.Terapi stem
cell seakan menjadi titik terang dalam dunia gelap yang dihadapi para
penderita penyakit keganasan darah seperti multiple myeloma, chronic
lymphatic leukemia,dan thallasemia mayor. Tapi ternyata, tidak hanya
mereka melainkan penderita penyakit lainnya juga dapat disembuhkan

21
karena terapi stem cell di luar negeri telah terbukti berhasil mengobati
penyakit, infark miokard jantung, stroke, alzheimer, dan lain-lain.
3. Terapi
a. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi
biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker.
Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik
(vena).
Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi
yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan
diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan
untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang
digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk
memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia
b. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan
sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi
sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akanmengarahkan
radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat
menumpuknyasel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan
radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.(Iradiasi seluruh tubuh
biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang).
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditunjukkan terhadap limfa
atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
d. Transplantasi Sumsum tulang

22
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak karena kanker dengan sumsum tulang yang sehat.
e. Terapi Suportif
Berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya
transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia,
transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi.

G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang pada Leukemia secara umum :
1. Tes darah
Laboratorium akan memeriksa jumlah sel – sel darah. Leukimia
menyebabkan jumlah sel–sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan
jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel–sel darah merah menurun.
Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah untuk mencari ada
tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati atau ginjal.
Digunakan untuk mengetahui kadar Hb-Eritrosit, leukosit dan trombosit.
 Hb rendah < 10 g/100 ml
(N: dewasa: Pria 13,5-18 g/dl, wanita 12-16 g/dl; anak: 6 bln-1 th
10-15 g/dl, 5-14 th 11-16 g/dl)
 Trombositopenia < 50.000/mm
 Leukosit meningkat dapat lebih dari 200.000/mm3, normal atau
menurun, kurang dari 1000/mm³
2. Apusan Darah Tepi
Digunakan untuk mengetahui morfologi sel darah berupa bentuk,
ukuran, maupun warna sel-sel darah, yang dapat menunjukkan kelainan
hematologi.
3. Tes Sumsum Tulang

23
Merupakan tes diagnostik yang sangat penting untuk mendiagnostik
dan menetapkan sel maligna. Adanya hiperseluler, sel sumsum tulang
diganti sel leukosit.
4. Biopsi
Dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul atau
tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa sampel di
bawah mikroskop, untuk mencari sel – sel kanker. Cara ini disebut
biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui pakah ada sel –
sel leukemia di dalam sumsum tulang.
5. Sitogenetik
Laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel darah tepi,
sumsum tulang atau kelenjar getah bening.
6. Processus Spinosus
Dengan meggunakan jarum yang panjang dan tipis, dokter perlahan
– lahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang
di sekitar otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini berlangsung
sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anastesi local. Pasien harus
berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing.
Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel – sel Leukimia atau
tanda – tanda penyakit lainnya.
7. Sinar X pada dada – sinar X ini dapat mengetahui tanda–tanda penyakit
di dada.

H. Intervensi Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia Berdasarkan


Penelitian

Judul Penerapan Storytelling Sebagai Intervensi untuk


Menurunkan Derajat Stres Pada Anak Leukimia
Jurnal Indonesian Journal of Cancer
Volume & Halaman Vol. 9, No. 4
Tahun 2015
Penulis Anggia Putri Atiadany Achmad, Juke R.Siregar,

24
Langgersari Elsari Novianti, Edi SetiawanTehuteru
Reviewer Kelompok 5 Kelas Keperawatan 3A STIKes Rajawali
Bandung
Tanggal 18 September 2015

1. Latar Belakang Penelitian


Diketahui bahwa anak yang menjalani pengobatan kanker
menunjukkan beberapa reaksi psikologis. Reaksi-reaksi tersebut muncul
akibat adanya sumber stres, yaitu pengobatan penyakit yang dialaminya.
Stres merupakan penilaian seseorang mengenai suatu keadaan yang
dianggap tidak sesuai antara tuntutan fisik atau psikologis dengan sumber
daya yang dimilikinya, terkait dengan biologis, psikologis, dan sosial.
Stres sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya
kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping. Anak usia
7-11 tahun termasuk pada periode perkembangan kanak-kanak tengah.
Pada tahap ini, anak memiliki nkemampuan untuk memahami jenis-jenis
emosi dan meregulasi emosi lebih baik dibandingkan periode kanak-kanak
awal.

2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik intervensi
melalui storytelling dan pengaruhnya terhadap derajat stress pada anak
dengan leukemia usia 8 tahun (middle and late childhood).
3. Metode Penelitian
Penjaringan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling
yang melibatkan pemeriksaan medis oleh dokter onkologi anak. Dari 4
pasien leukemia usia 7-11 tahun yang direkomendasikan oleh dokter,
ditemukan 2 orang pasien yang memiliki derajat stress berada pada
kategori “cenderung tinggi”. Intervensi dilakukan dengan teknik
storytelling yang diberikan selama 6 hari berturut-turut dalam kurun waktu
40-60 menit per pertemuan

25
4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kategori derajat
stress pada pasrtisipan sebelum diberikan intervensi dan setelah diberikan
intervensi.
5. Kesimpulan
Teknik storytelling dapat digunakan untuk menurunkan derajat stress
yang dialami oleh anak dengan leukemia. Metode cerita dengan karakter
tokoh yang sama dengan anak dapat mempermudah proses identifikasi
dirinya dengan kisah yang dialami tokoh. Disamping itu, anak mampu
mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita untuk diaplikasikan
dalam kehidupannya. Melalui teknik cerita anak juga dapat
mengekpresikan emosinya dan menumbuhkan emosi positif sehingga
mampu mengenali kekuatan positif dalam dirinya dan
mengembangkannya sebagai salah satu metode mengatasi stress yang
dialaminya.
6. Sumber
Achmad, Anggia Putri Atiadany.,et.al. (2015). Penerapan Storytelling
Sebagai Intervensi untuk Menurunkan Derajat Stres Pada Anak Leukimia.
Indonesian Journal of Cancer. Vol. 9, No. 4

26
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien dan Penanggungjawab
2.    Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam
(jika disertai infeksi)  juga disertai dengan sakit kepala.
b.   Riwayat Perawatan Sekarang
c. Riwayat Perawatan Sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak
yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
e.   Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa
pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
3.    Pemeriksaan Fisik
a. Kaji adanya tanda-tanda anemia
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
b. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1) Demam
2) Infeksi
c.     Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membran mukosa
d.    Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola

27
1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
e.    Kaji adanya pembesaran testis
f.     Kaji adanya
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri
(Suriadi,R dan Rita Yuliani, 2001: 178)

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah
tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%)
dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda
(blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah
blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada
penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil
yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan

28
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3.

5. Analisa Data
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut.
1) Lelah
2) Letargi
3) Pusing
4) Sesak
5) Nyeri dada
6) Napas sesak
7) Priapismus
8) Hilangnya nafsu makan
9) Demam
10) Merasa cepat kenyang
11) Waktu ycng cukup lama
12) Nyeri Tulang dan Persendian.

b.    Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia
adalah sebagai berikut.
1) Pembengkakan Kelenjar Lympa
2) Anemia
3) Perdarahan
4) Gusi berdarah
5) Adanya benjolan tiap lipatan
6) Ditemukan sel-sel muda

29
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan
dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan
leukemia adalah:
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan.

C. Intervensi

30
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan
diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L: 2004)

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
a.       Resiko infeksi Anak tidak 1. Pantau suhu dengan teliti
berhubungan mengalami Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan
dengan gejala-gejala infeksi
menurunnya infeksi 2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus
sistem pertahanan Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya
tubuh anak dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah
sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada
organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk
semua prosedur invasive
Rasional: untuk mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-
tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan
masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan
infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan

31
mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang
baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk
penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami
tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus
Intoleransi Terjadi 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
aktivitas peningkatan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
berhubungan toleransi aktifitas sehari-hari
dengan aktifitas Rasional: menentukan derajat dan efek
kelemahan akibat ketidakmampuan
anemia 2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat
tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas
dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada
aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari
dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi
untuk tugas perawatan diri
Resiko terhadap Klien tidak 1. Gunakan semua tindakan untuk

32
cedera/ menunjukkan mencegah perdarahan khususnya pada daerah
perdarahan yang bukti-bukti ekimosis
berhubungan perdarahan Rasional: karena perdarahan memperberat
dengan penurunan kondisi anak dengan adanya anemia
jumlah trombosit 2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional: karena kulit yang luka cenderung
untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat
melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan
lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan
(tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini
dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung
aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi
trombosit
7. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih
besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan
Resiko tinggi 1. Tidak terjadi 1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya
kekurangan kekurangan kemoterapi
volume cairan volume Rasional: untuk mencegah mual dan muntah
berhubungan cairan 2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu
dengan mual dan 2. Pasien tidak dan program kemoterapi

33
muntah mengalami Rasional: untuk mencegah episode berulang
mual dan 3. Kaji respon anak terhadap anti emetic
muntah Rasional: karena tidak ada obat antiemetik
yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma
menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat
menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional: untuk mempertahankan hidrasi
Perubahan Pasien tidak 1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus
membran mukosa mengalami oral
mulut: stomatitis mukositis oral Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang
yang segera
berhubungan 2. Hindari mengukur suhu oral
dengan efek Rasional: untuk mencegah trauma
samping agen 3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator
kemoterapi berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional: untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan
cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap
lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada
anak kecil

34
Rasional: karena bila digunakan pada faring,
dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat
menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat
ditoleransi anak
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan
sedotan
Rasional: untuk membantu melewati area
nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen
peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka
dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan
dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai
ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi
mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri
Perubahan nutrisi Pasien mendapat 1. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada
kurang dari nutrisi yang saat anak makan
kebutuhan tubuh adekuat Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu
yang makan adalah akibat langsung dari mual dan
berhubungan muntah serta kemoterapi

35
dengan anoreksia, 2. Izinkan anak memakan semua makanan
malaise, mual dan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
muntah, efek memperbaiki kualitas gizi pada saat
samping selera makan anak meningkat
kemoterapi dan Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang
atau stomatitis optimal
3. Berikan makanan yang disertai
suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas
intake nutrisi
4. Izinkan anak untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak
mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah
sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat
memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan
lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi
malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB

36
dan pengukuran antropometri kurang dari
normal
Nyeri yang Pasien tidak 1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0
berhubungan mengalami nyeri sampai 5
dengan efek atau nyeri Rasional: informasi memberikan data
fisiologis dari menurun sampai dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
leukemia tingkat yang atau keefektifan intervensi
dapat diterima 2. Jika mungkin, gunakan prosedur-
anak prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,
alat akses vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa
tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri
dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan
perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non
farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara
teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri
Kerusakan Pasien 1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama
integritas kulit mempertahanka di dalam mulut dan daerah perianal
berhubungan n integritas kulit Rasional: karena area ini cenderung
dengan pemberian mengalami ulserasi
agens kemoterapi, 2. Ubah posisi dengan sering
radioterapi Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa

37
mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping
terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering
dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area
radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan
menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau
trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan
nitrogen yang negative
7. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas
area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi
tambahan
Gangguan citra Pasien atau 1. Dorong anak untuk memilih wig (anak
tubuh keluarga perempuan) yang serupa gaya dan warna
berhubungan menunjukkan rambut anak sebelum rambut mulai rontok
dengan alopesia perilaku koping Rasional: untuk membantu mengembangkan
atau perubahan positif penyesuaian rambut terhadap kerontokan
cepat pada rambut
penampilan 2. Berikan penutup kepala yang adekuat selama
pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan
rambut
3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang
tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan

38
parsial
4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3
hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan
keluarga terhadap perubahan penampilan
rambut baru
5. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang
sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang
menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan

39
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang yang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer,
S C and Bare, B.G, 2002 :248).
Leukemia dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, penyakit
neoplastik yang beragam, atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid dan diakhiri dengan kematian.
Disamping itu leukimia merupakan penyakit dengan proliferasi neoplastik
dan diferensiasi sel induk hematopoetik yang secara maligna melakukan
transformasi yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sum-sum
yang normal.
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati,limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ
non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal
dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah sehingga mempengaruhi hematopoesis sel darah normal
dan imunitas penderita.

B. Saran
Karena kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup
tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-anak terkena kanker
dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian
dan kesigapan. Maka diharapkan para orangtua, terutama
masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan informasi
cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak

40
juga masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya,
dan akhirnya berbuat sesuatu untuk menghadapi kanker ini.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

Sunar, Trenggana, 2000 Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto

41

Anda mungkin juga menyukai