Graham Haughton and Colin Hunter (1994) menekankan tiga prinsip dasar
pembangunan kota berkelanjutan, yakni :
1. Memiliki visi, misi dan strategi jangka panjang yang diwujudkan secara
konsisten dan kontinyu melalui rencana, program, dan anggaran
disertai mekanisme insentif-disinsentif secara partisipatif.
2. Mengintegrasikan upaya pertumbuhan ekonomi dengan perwujudan
keadilan sosial, kelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat serta
keragaman budaya.
3. Mengembangkan dan mempererat kerjasama dan kemitraan antar
pemangku kepentingan, antar-sektor, dan antar-daerah.
4. Memelihara, mengembangkan, dan menggunakan secara bijak
sumberdaya lokal serta mengurangi secara bertahap ketergantungan
terhadap sumberdaya dari luar (global) dan sumberdaya tidak
terbarukan.
5. Meminimalkan tapak ekologis (ecological footprint) suatu kota dan
memelihara dan bahkan meningkatkan daya dukung ekologis
setempat.
6. Menerapkan keadilan sosial dan pengembangan kesadaran
masyarakat akan pola konsumsi dan gaya hidup yang ramah
lingkungan demi kepentingan generasi mendatang.
7. Memberikan rasa aman dan melindungi hak-hak publik.
8. Pentaatan hukum yang berkeadilan.
9. Menciptakan iklim yang kondusif yang mendorong masyarakat yang
belajar terhadap perbaikan kualitas kehidupan secara terus-menerus.
Forum SUD mengelaborasi ketiga pilar menurut elemen yang relatif setara
dengan yang dikembangkan Munasinghe. Pilar ekonomi dielaborasi sebagai
elemen penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana, mendorong
pemanfaatan ekonomi lokal, pengembangan nilai tambah ekonomi, dan
pengutamaan sumber daya lokal dibanding impor. Pilar sosial dielaborasi
menurut elemen jaminan kehidupan, pemerataan akses terhadap pelayanan
dasar, demokrasi dan partisipasi, interaksi sosial yang positif, dan
berkembangnya nilai (human values) bagi kehidupan yang berkualitas. Pilar
lingkungan dielaborasi menurut elemen kuantitas dan kualitas sumber daya
alam dan lingkungan dan keanekaragaman.