PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
a) Mahasiswa mampu memahami konsep meningitis
b) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan meningitis di
Rumah Sakit.
c) Mahasiswa mampu menegakkkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
kasus meningitis
d) Mahasiswa dapat membuat perencanaan pada klien dengan kasus meningitis
e) Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan pada klien dengan kasus meningitis
f) Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada klien dengan kasus meningitis
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
2.2 Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2010) meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari tempat lain
yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok (Neisseria
meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae), haemophilus
influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang langsung dari radang
tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari tromboflebitis atau pada luka tembus
kepala.Penyebabnya ialah streptokok, stafilokok, kadang-kadang
pneumokok.Likuor serebrospinal keruh kekuning-kuningan karena mengandung
pus, nanah.Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang
mati dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas, menggigil,
nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan,
kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12-24 jam
tibul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan
brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam, tanda-tanda selaput otak akan
menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan,
penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukkan perubahan mental
seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat
terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab lain
seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.Likuor serebrospinal jernih
meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan
orang dewasa. Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru-paru.Meningitis bukan terjadi karena
terinfeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder
4
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tuang belakang atau
vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.
Tuberculosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa.Pada
meningitis tuberculosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau
pengobatan yang terlambat.Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis
sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan, reabsorpsi berkuran atau
produksi berlebihan dari likuor serebrospinal.Anak juga bisa menjadi tuli atau
buta dan kadang-kadang menderita retardasi mental.
Gambaran klinik pada penyakit ini mulanya pelan.Terdapat panas yang tidak
terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang
menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada
pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak seperti kaku
kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemiparases dan kerusakan syaraf otak yaitu
N III, N IV, N VI, N VII, N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.
Sedangkan berdasarkan etologinya meningitis terbagi atas:
a. Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh
meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan subarahnoid.
Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka
kematian sekitar 25 %.
Meningitis bacterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai
dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan
terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.
Meningitis purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi
berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus.
Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang
tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga
sebagai meningitis purulen atau meningitis septik.
5
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus
pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis.
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering
meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun
anak-anak. Neisseria meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan
penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi
akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya
masuk kedalam peredaran darah.Haemophilus influenza, Haemophilus influenzae
type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis.Jenis
bakteri ini sebagai penyebab terjadinya infeksi pernafasan bagian atas, telinga
bagian dalam dan sinusitis.Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah membuktikan
terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis
ini.Staphylococcus aureus, Mycobakterium tuberculosis jenis hominis.
Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus
pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negatif.Pada anak-
anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan
Diplococcus pneumonia. (Satyanegara, 2010)
b. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik.Sering terjadi akibat
lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster.
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang
akut dengan gejalah rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor serebrospinalis
dengan deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit tidak lama dan
selflimited tanpa komplikasi.
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus
RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus
RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue),
mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa lain
virus herpes, dan retrovirus (AIDS).
6
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula
(penyembuhan secara komplit).
Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut,
meningo-ensepalitis akut atau ensepalitis akut.Derajat ringan akut meningo-
ensepalitis mungkin terjadi pada banyak infeksi virus akut, biasanya terjadi pada
anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa tidak teridentifikasi.
c. Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa
meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30-40% dan
insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan
penurunan daya tahan tubuh.
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur,
disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada
pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
2.3 Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah (Suzane, 2013).
Haemophillus influenza
Nesseria meningitides (meningococcal)
Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
7
Pseudomonas
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler.Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu
produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan
gangguan neurologic.
8
b. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea
c. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium.
2.6 Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir
melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum
tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-
jari di dalam lapisan subarachnoid (Hartono,2006).
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan hidung
(sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak
dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak
dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke
9
cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang
patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak
dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke
saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan
eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat
menyebabkan hydrocephalus (Hartono,2006).
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul
karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural
(Black,2014).
b. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler (Black,2014).
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih
kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang
menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di
intracranial (Black,2014).
d. Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak
karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat
(Black,2014).
e. Epilepsi
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis
yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak
sebagai tempat menyimpan memori (Black,2014).
10
2.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Isolasi
b. Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
c. Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
d. Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
e. Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
f. Mempertahankan ventilasi
g. Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
h. Penatalaksanaan syok bacterial
i. Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
j. Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
a) Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
b) Steroid untuk mengatasi inflamasi
c) Antipiretik untuk mengatasi demam
d) Antikonvulsant untuk mencegah kejang
e) Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
f) Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
g) Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena
anak yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan
kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan
11
melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang
akibat kesadaran yang menurun.
h) Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis
awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10
mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari.
Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan
menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian
diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman peningkatan
suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang
i) Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
j) Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin
juga terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan tekanan
intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang
lebih mudah masuk ke saluran pernafasan. Pemberian oksigen pada anak
dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui
masker oksigen.
k) Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-
400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intrevena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis
12
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur
dari pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
c. Penatalaksanaan di Rumah:
a) Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anakyang
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang
cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat
berfungsi dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit
perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya
kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
b) Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke
saluran pernafasan.
c) Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi.
Perpindahan panas anak biar dapat lebih efektif dipadukan dengan
pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah berpindah
ke lingkungan.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a) Biodata klien
Nama : An. Y
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Status : -
Tgl masuk : 4 Maret 2020
No RM : 22.1204.08
14
Keluhan utama : klien mengeluh nyeri kepala berdenyut.
Riwayat Penyakit sekarang : Menurut keluarga Sejak 1 minggu yang lalu
klien sering menangis karena nyeri kepala
yang berdenyut hebat, tubuh terasa
panas/demam, dan kaku pada kuduk. Klien
belum diperiksakan ke dokter. Sejak kemarin
disertai mual ,muntah bahkan kejang, hingga
klien dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit
ini.
Riwayat Penyakit Dahulu : Menurut keluarganya Klien belum pernah
mempunyai penyakit TBC tetapi klien pernah
menderita influenza. Klien juga pernah jatuh
dari tempat tidur setinggi 1M, tetapi tanpa
trauma serius.
Riwayat penyakit keluarga : Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit seperti ini
c) Pengkajian 13 Domain Nanda
1. Health Promotion
Klien mengatakan kesehatan merupakan hal yang menyenangkan. Saat
sakit klien merasa sedih. Klien bellum pernah merasakan sakit yang sama.
Jika klien sakit biasanya hanya dibelikan abat warung. Klien mampu
menerapkan hidup sehat karena klien sudah rajin menerapkan cuci tangan
sebelum atau sesudah beraktivitas.
2. Nutrition
Keluarga mengatakan sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan jumlah
1 porsi setiap kali makan dengan jenis nasi, sayur dan lauk. Minum 6-7
gelas sehari. Tetapi selama sakit klien tidak mempunyai nafsu makan
karena merasa mual saat melihat makanan, bahkan sampai muntah. Klien
juga merasakan nyeri di tenggorokan sehingga tidak enak untuk makan.
Klien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1kg selama 3 hari.
3. Elimination
15
Saat belum merasakan sakit seperti sekarang ini klien BAK sehari 5-6x
dengan warna kuning jernih dan lancar, BAB 1x sehari dengan konsistensi
lembek. Tetapi saat sudah merasakan sakit klien BAK 5-6x sehari dengan
warna kuning jernih. Klien BAB 3x konsistensinya cair, berlendir tanpa
darah.
4. Activity/Rest
Sebelum sakit klien selalu bermain dengan teman – temannya, tidur
malam juga tepat waktu, tetapi selama sakit klien hanya dirumah
beristirahat, dan selalu tidur terlambat karena klien sering menangis karena
sakit kepala dan rasa tidak nyaman karena sakitnya.
5. Perception/Cognition
Keluarga mengatakan tidak mengatahui penyabab sakit yang diderita
anaknya. Tetapi keluarga ingin mengetahui penyebab penyakitnya dan
cara penanggulangannya, sehingga keluarga dapat melakukan pencegahan
penyakit ini pada waktu yang akan datang.
6. Self Perception
Klien selalu menggunakan bahasa jawa untuk berkomunikasi dengan
keluarganya.
7. Role Relationship
Hubungan klien dengan keluarga baik, begitu juga hubungan dengan
tetangga, teman – temannya dan petugas di Rumah Sakit.
8. Sexuality
Klien adalah seorang anak laki – laki berusia 4 tahun yang usianya belum
produktif dan juga belum menikah.
9. Coping/Stress Tolerance
Saat merasa sakit klien selalu bercerita kepada ibu maupun ayahnya. Klien
juga hanya dibelikan obat warung saat merasa sakit..
10. Life Principles
Klien percaya adanya Tuhan. Klien juga sudah rajin melakukan ibadah
shalat 5 waktu dan puasa Ramadhan walaupun hanya setengah hari. Jadi
klien selalu berdoa agar diberi kesembuhan oleh Allah.
16
11. Safety/Protection
Klien tampak terpasang infus RL di lengan sinistra, terdapat pengaman
ditepi tempat tidur dan klien tidak selalu memakai selimut saat berbaring
di tempat tidur karena klien merasa badannya panas dan demam.
12. Comfort
Klien selalu merasa nyeri kepala dan badan terasa panas sehingga klien
sering menangis karena perasaan tidak nyaman pada tubuhnya. Klien juga
tampak gelisah
13. Growth/Development
Klien masih dalam masa pertumbuhan tetapi klien tidak mempunyai
gangguan pertumbuhan. Berat badan mengalami penurunan 1 kg selama 3
hari.
d) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemas
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 90/70 mmHg,
Suhu : 400C
Nadi : 100x/menit,
RR : 28 x/menit
Kepala
I : Keadaan rambut dan hygiene kepala baik,Warna rambut hitam
Tidak mudah rontok, Kebersihan rambut bersih.
P : Tidak teraba adanya massa yang abnormal, Tidak ada nyeri tekan.
Muka
I : Muka simetris kiri dan kanan,Bentuk wajah lonjong, Ekspresi wajah
murung, tampak kesakitan dan gelisah, mukosa bibir kering
P : Tidak teraba adanya massa abnormal, Tidak ada nyeri tekan.
17
Mata
I : Tidak ada oedema dan tanda-tanda radang. Sklera tidak ikterik,
reflek pupil normal, konjungtiva anemis.
Hidung
I : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan,Tidak ada sekret pada hidung
Tidak ada sumbatan pada hidung,adanya halusinasi penciuman.
P : Tidak ada nyeri tekan pada hidung.
Telinga
I : telinga terlihat bersih tidak ada serumen
Leher
I : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada luka maupun bekas
Operasi
P : tidak teraba hipertiroidisme
Jantung
I : dada simetris dan juga tidak terlihat ictus cordis
P : teraba ictus cordis pada kosta ke 5 (intercosta 5-6 )
P : tidak ada pembesaran jantung
A : terdengar suara jantung lup – duk, regular
Paru
I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, Pengembangan dada simetri,
Frekwensi pernafasan 20x/menit
P : Vocal fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi dada sama
P : suara paru sonor
A : suara nafas vesikuler
Abdomen
I : abdomen simetris kiri dan kanan
A : bising usus mengalami penurunan 10x/menit
P : terdengar suara abdomen redup
P : nyeri tekan pada abdomen .
18
Kulit
kulit teraba hangat dan tampak kemerahan, kulit kering dan kurang
elastis,turgor kulit jelek
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 60 tpm micro di lengan kiri
Ekstremitas bawah : klien mempunyai keterbatasan gerak pada ekstremitas
bawah
NO NOC NIC
DX
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji jenis dan tingkat nyeri klien
19
keperawatan selama 3x24 2. Bantu klien untuk mendapatkan posisi
jam diharapkan nyeri akut yang nyaman
dapat berkurang dengan 3. Anjurkan klien untuk menggunakan
krteria hasil : aktivitas pengalihan untuk
skala nyeri 2 mengurangi nyeri
klien tampak rileks 4. Ajarkan klien teknik relaksasi dan
distraksi untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik
2 Setelah dilakukan tindakan 1. pantau asupan dan haluaran klien
keperawatan selama 3x24 2. kaji dan catat bising usus klien
jam diharapkan 3. timbang dan catat BB setiap hari pada
ketidakseimbangan nutrisi jam yg sama
kurang dari kebutuhan 4. berikan makanan lewat selang
tubuh dapat teratasi 5. beri perawatan hidung dan ganti
dengan krteria hasil: balutan selang
klien tidak 6. ajarkan klien dan anggota keluarga
menunjukkan bukti prosedur pemberian makan melalui
penurunan BB selang
BB naik 1kg dalam 3
hari
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau dan catat denyut dan irama
keperawatan selama 2x24 nadi,tekanan darah, frekuensi nafas.
jam diharapkan hipertermi 2. Ukur suhu tubuh klien setiap 4 jam
dapat teratasi dengan sekali.
krteria hasil: 3. Turunkan panas yang berlebihan
suhu tetap normal 36- dengan melepas selimut dan pasang
37̊0C kain sebatas pinggang pada klien.
keseimbangan cairan 4. Berikan kompres dingin pada aksila
tetap stabil dan lipatan paha, seka dengan air
klien menyatakan hangat.
20
kenyamanannya 5. Berikan antipiretik sesuai anjuran
Kejang dapat tertangani
3.5 Implementasi
No Implementasi Respon
Dx
1 1. Mengkaji jenis dan tingkat DS: skala nyeri 5,jenis nyeri akut
nyeri klien
2. Membantu klien berada DS:klien mengatakan nyeri tidak
pada posisi semifowler berkurang
3. Menganjurkan klien untuk
menggunakan aktivitas DO:klien tampak kesakitan
pengalihan untuk
mengurangi nyeri,misal
nonton tv
4. Mengjarkan klien teknik
relaksasi dengan nafas
dalam
2 1. memantau asupan dan DS:klien mengatakan mual
haluaran klien muntah saat melihat makanan
2. mengkaji dan mencatat
bising usus klien DO:klien tampak lemas
3. memberikan makanan
lewat selang DO:bising usus 10x/mnt
4. melakukan perawatan
hidung dan mengganti DO:klien makan cair 250cc
balutan selang
DO:balutan bersih tidak ada tanda
kerusakan integritas kulit
3 1. memantau dan mencatat DO:TD:90/70mmhg
denyut dan irama
nadi,tekanan darah, N:100x/mnt
frekuensi nafas.
2. mengkur suhu tubuh klien S:40c,RR:28x
3. menurunkan panas yang
berlebihan denganmemberi
kompres hangat pada
seluruh tubuh
4. Berikan antipiretik sesuai
anjuran
21
3.6 Evaluasi Keperawatan
No Evaluasi (Soap )
Dx
1 S: Klien mengatakan nyeri kepala yang berdenyut hebat
P : Nyeri karena adanya infeksi virus pada selaput otaknya
R : nyeri kepala
Q : terasa berdenyut-denyut
S : skala nyeri 5
T : nyeri setiap saat,
O: Klien tampak meringis kesakitan dan menangis karena nyeri,
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
S:Klien mengatakan tidak ada nafsu makan,merasa mual dan
muntah saat melihat makanan. Klien juga merasa nyeri
ditenggorokan
O:Klien tampak lemas dan pucat, Berat badan turun 1 kg selama 3
hari
A:masalah nutrisi belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
S: Klien mengatakan badan panas, demam,merasa tidak nyaman
O: Kulit kemerahan, turgor kulit jelek,akral teraba hangat.
S : 40̊̊̊0C
A:masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
BAB IV
22
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri
dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. Meningitis disebabkan oleh
berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis
mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi
otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis
itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
4.2 Saran
Saran dari makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Penyakit
Meningitis” adalah:
a. Diharapkan penderita penyakit meningitis mengetahui informasi yang pasti
tentang meningitis mulai dari penyebab sampai kompliaksi yang di timbulkan
b. Diharapkan perawat mampu memberi asuhan keperawatan yang tepat bagi
penderita meningitis
23
DAFTAR PUSTAKA
Black,Joyce.M dan Jane Hawk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku
2. Jakarta: Elsevier
24