BAB I S.D V - Revisi Hasil Validasi
BAB I S.D V - Revisi Hasil Validasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya, sesuai dengan jenis dan
jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan dan/atau
penyempurnaan kurikulum sekolah mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan
khusus peserta didik, nilai-nilai budaya masyarakat, dan tantangan global dengan
mengembangkan pembelajaran yang mendorong kecakapan abad XXI yaitu 1) Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK), 2) Gerakan Literasi Sekolah (GLS), 3) Kompetensi ( 4C atau
Critical Thinking (Berpikir Kritis), Creativity (Kreatifitas), Collaboration (Kerjasama),
Communication (Komunikasi) dan HOTS atau Higher Order Thinking Skill untuk
memenuhi kebutuhan masa depan dan menyongsong Generasi Emas Indonesia
(Indonesian Gold Generation) Tahun 2045 (Peraturan menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016). Dalam pengembangan dan/atau
penyempurnaan kurikulum sekolah juga mengintegrasikan dan menerapakan program 1)
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 2) Penumbuhan Budi Pekerti, 3) Pendidikan
Berbasis Keunggulan Global dan Berbasis Lokal, dan 4) Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life skills)
Untuk meningkatkan capaian pendidikan dikembangkan dengan dua strategi utama,
yaitu peningkatan efektifitas pembelajaran dan penambahan waktu pembelajaran.
Efektifitas pembelajaran dicapai melalui tiga tahap, yaitu:
a) Efektifitas interaksi, akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim akademi dan
budaya sekolah. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila kesinambungan manajemen
dan kepemimpinan pada satuan pendidikan
b) Efektifitas pemahaman, menjadi bagian penting dalam pencapaian efektifitas
pembelajaran. Efektifitas tersebut dapat dicapai apabila pembelajaran yang
mengedepankan pengalaman personal siswa melalui observasi, asosiasi, bertanya,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan
c) Efektivitas penyerapan, dapat tercipta manakala adanya kesinambungan pembelajaran
horizontal dan vertical.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Negeri Lebaksiu Lor 01
dikembangkan dengan melibatkan warga sekolah, komite sekolah, pengawas dan
kemudian disahkan oleh Kepala UPTD Dikbud Kecamatan Lebaksiu dan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Tegal.
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP
Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan nomor 19 tahun 2005).
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua
adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
4. Karakteristik Kurikulum
Kurikulum dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.
a. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi
Dasar (KD).
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajaran
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
d. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik,
dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh
dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai- nilai
kebangsaan.
c. Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar
dan provinsi untuk pendidikan menengah.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 1:
a. Ayat (16) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
b. Ayat (17) Kerangka Dasar Kurikulum adalah tatanan konseptual kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
c. Ayat (20) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah Kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar Dan
Pendidikan Menengah.
5. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Kurikulum
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa, Bahasa Jawa telah ditetapkan sebagai
Muatan Lokal di Jawa Tengah yang diberikan untuk jenjang SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs dan SMA/SMALB/SMTVMA.
6. Peraturan Menteri Pendididikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014 tentang
Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar
dan Menengah.
perkembangan Ipteks sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh
karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan Iptek.
9. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan, daerah memiliki
keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-
masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan
pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman
tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah dan lingkungan.
10. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional, dalam era otonomi dan desentralisasi,
kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang
dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan
nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan daerah dan nasional.
11. Dinamika Perkembangan Global, kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan
kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia
digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan
individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup
berdampingan dengan bangsa lain.
12. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat, kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat
ditumbuh kembangkan terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan
bangsa lain.
13. Karakteristik Satuan Pendidikan, kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan
ciri khas satuan pendidikan.
Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu
satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang
dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam
menerapkan perolehannya di masyarakat.
b. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai
Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi
dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan
dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka
pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan
pendidikan.
c. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan
dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap
dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata
pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi
horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip
akumulasi dalam pembelajaran.
d. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum
berbasis kompetensi.
e. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip
perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah
ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam
program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan
awal peserta didik.
f. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
g. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu
konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
h. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum
didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan
hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum
dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di
masyarakat.
i. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk
belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar
yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.
j. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur
kurikulum, Standar Kemampuan (SK) dan Kemampuan Dasar (KD) serta silabus.
Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut
dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di
sekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan
kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
mereka akan melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi
beragam.
prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di
belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan pontensi dirinya
secara optimal.
12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan
dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk siswa
belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk
mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat
mengembangkan sistem yang terbuka.
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa;
Cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah, cara
pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu
pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang potensial dan indah jika
dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa,
kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masing-masing
dalam kolobarasi kelompoknya.
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN
C. Visi Sekolah
“Relegius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, dan Integritas”
Indikator Visi:
1. Beriman dan taqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam
perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
2. Memiliki kemampuan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
17
18
D. Misi Sekolah
1. Menyelenggarakan pembelajaran yang menanamkan iman dan taqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung
tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain,
hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
2. Menanamkan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri dan kelompoknya
3. Menanamkan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi dan cita-cita
4. Menanamkan kemampuan untuk melakukan tindakan menghargai semangat kerja
sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi
dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan.
5. Menanmkan kemampuan untuk beperilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral).
E. Tujuan Sekolah
1. Dapat mengimplementasikan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan
yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai
dengan pemeluk agama lain.
2. Mampu berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya
3. Terbiasa bersikap dan berperilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi dan cita-cita
4. Mampu melakukan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan,
memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
5. Terbiasa beperilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki
komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
BAB III
III
A. Struktur Kurikulum
1. Pengertian
Struktur Kurikulum pendidikan dasar berisi muatan pembelajaran atau mata
pelajaran yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi spiritual keagamaan, sikap
personal dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Pengembangan Kompetensi spiritual keagamaan mencakup perwujudan suasana
belajar untuk meletakkan dasar perilaku baik yang bersumber dari nilai-nilai agama dan
moral dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial. Pengembangan sikap personal dan
sosial mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar kematangan sikap personal
dan sosial dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial Pengembangan pengetahuan
mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar kematangan proses berpikir dalam
konteks belajar dan berinteraksi sosial. Pengembangan keterampilan mencakup
perwujudan suasana untuk meletakkan dasar keterampilan dalam konteks belajar dan
berinteraksi sosial.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam
bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi
konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan
beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum adalah juga
merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten
dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem
semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran persemester.
Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum
mengenai posisi seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan
atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum
mengenai posisi belajar seorang peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan
20
21
seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan berbagai pilihan.
2. Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum yang dikembangkan di SD Negeri Lebaksiu Lor 01 dengan
substansi pembelajaran Kurikulum 2013 diterapkan pada semua tingkat/kelas (kelas I
sampai dengan kelas VI). Struktur Kurikulum ini terdiri atas mata pelajaran umum
kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Mata pelajaran umum kelompok A
merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar
penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata
pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
1) Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan
acuannya dikembangkan oleh pusat.
2) Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan
acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
3) Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri
sendiri.
4) Muatan lokal memuat Bahasa Jawa
5) Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.
6) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
7) Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar perminggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan
faktor lain yang dianggap penting.
8) Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, satuan pendidikan wajib
menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik
mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti
dapat diganti setiap semesternya.
B. Muatan Kurikulum
1. Muatan Pelajaran dan Muatan Lokal
a. Muatan Pelajaran
1) Muatan pelajaran umum Kelompok A
Merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta
didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum
Kelompok A bersifat nasional dan dikembangkan oleh pemerintah.
2) Muatan pelajaran umum Kelompok B
(c) Matematika
Ruang Lingkup Matematika ada tiga yaitu bilangan (bilangan cacah,
bulat, prima, pecahan, kelipatan dan faktor, pangkat dan akar sederhana),
geometri dan pengukuran (bangun datar dan bangun ruang, hubungan antar garis,
pengukuran (berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, dan debit,
letak dan koordinat suatu benda), serta statistika (menyajikan dan menafsirkan
data tunggal) dalam penyeleaian masalah kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu
dari berbagai sumber, mampu merumuskan masalah bukan hanya menyelesaikan
masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, pembelajaran
diarahkan untuk melatih siswa berpikir logis dan kreatif bukan sekedar berpikir
mekanistis serta mampu bekerja sama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan
masalah. Pembelajaran matematika dilakukan dalam rangka mencapai kompetensi
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui Pembelajaran
tidak langsung (indirect teaching).
Mata pelajaran Matematika pada kelas tinggi (kelas IV, V dan VI)
dibelajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri.
(d) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA mencakup enam lingkup sains
yaitu kerja ilmiah dan keselamatan kerja, makhluk hidup dan sistem kehidupan
(bagian tubuh manusia dan perawatannya, makhluk hidup di sekitarnya,
tumbuhan, hewan, dan manusia), energi dan perubahannya (gaya dan gerak,
sumber energi, bunyi, cahaya, sumber daya alam, suhu dan kalor, rangkaian listrik
dan magnet), materi dan perubahannya (ciri benda, penggolongan materi
perubahan wujud), bumi dan alam semesta (rotasi dan revolusi bumi, cuaca dan
musim, dan sistem tata surya), serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
(dampak perubahan musim terhadap kegiatan sehari-hari, lingkungan dan
kesehatan, dan sumber daya alam). Ilmu Pengetahuan Alam kelas I, II, dan III
(kelas rendah) muatan sains diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,
sedangkan di Kelas IV, V, dan VI (kelas tinggi) Ilmu Alam menjadi mata
Mata pelajaran PJOK pada kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI) dibelajarkan
sebagai mata pelajaran tersendiri.
c) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
(a) Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu.
(b) Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan kompetensi melalui tema
yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.
(c) Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang
berkaitan dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap.
(d) Sumber belajar tidak terbatas pada buku.
(e) siswa dapat bekerja secara mandiri maupun berkelompok sesuai dengan
karakteristik kegiatan yang dilakukan
(f) Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat
mengakomodasi siswa yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan,
pengalaman, dan ketertarikan terhadap suatu topik.
(g) Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan
tersendiri.
(h) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences) dari
hal-hal yang konkret menuju ke abstrak.
(i) Pembelajaran tematik yang dirancang dalam silabus bukan merupakan urutan
pembelajaran, melainkan bentuk pembelajaran untuk mencapai Kompetensi
Dasar guru dapat melakukan penyesuaian.
d) Pendekatan dan Model Pembelajaran
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik
atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat
menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Proses
pembelajaran yang menekankan pada praktik pengetahuan mata pelajaran yang
dijalin dalam tema ini membutuhkan pendekatan pembelajaran khusus. Peran guru
sangat penting untuk mendorong tumbuhnya rasa ingin tahu siswa dan sikap
terbuka serta kritis dan responsif terhadap aktivitas sehari-hari. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan orientasi kurikulum yaitu
pendekatan proses keilmuan atau saintifik melalui tahapan proses pembelajaran
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Pembelajaran
Mengamati (observing) mengamati dengan indra perhatian pada waktu mengamati
(membaca, mendengar, suatu objek/membaca suatu
menyimak, melihat, tulisan/mendengar suatu penjelasan,
menonton, dan sebagainya) catatan yang dibuat tentang yang
dengan atau tanpa alat diamati, kesabaran, waktu (on task)
yang digunakan untuk mengamati
Menanya (questioning) membuat dan mengajukan jenis, kualitas, dan jumlah
pertanyaan, tanya jawab, pertanyaan yang diajukan peserta
berdiskusi didik (pertanyaan faktual,
tentang informasi yang belum konseptual, prosedural, dan
dipahami, informasi tambahan hipotetik)
yang ingin diketahui, atau
sebagai klarifikasi.
Mengumpulkan mengeksplorasi, mencoba, jumlah dan kualitas sumber yang
informasi/mencoba berdiskusi, dikaji/digunakan, kelengkapan
(experimenting) mendemonstrasikan, meniru informasi, validitas informasi yang
bentuk/gerak, melakukan dikumpulkan, dan instrumen/alat
eksperimen, membaca sumber yang digunakan untuk
lain selain buku teks, mengumpulkan data.
mengumpulkan data dari nara
sumber melalui angket,
wawancara, dan
memodifikasi/
menambahi/mengem-bangkan
Menalar/Mengasosiasi mengolah informasi yang mengembangkan interpretasi,
(associating) sudah dikumpulkan, argumentasi dan kesimpulan
menganalisis data dalam mengenai keterkaitan informasi dari
bentuk membuat kategori, dua fakta/konsep, interpretasi
mengasosiasi atau argumentasi dan kesimpulan
menghubungkan mengenai keterkaitan lebih dari dua
fenomena/informasi yang fakta/konsep/teori, menyintesis dan
terkait dalam rangka argumentasi serta kesimpulan
menemukan suatu pola, dan keterkaitan antarberbagai jenis
menyimpulkan. fakta/konsep/teori/ pendapat;
mengembangkan interpretasi,
struktur baru, argumentasi, dan
kesimpulan yang menunjukkan
hubungan fakta/konsep/teori dari
dua sumber atau lebih yang tidak
bertentangan; mengembangkan
interpretasi, struktur baru,
argumentasi dan kesimpulan dari
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Pembelajaran
konsep/teori/penda-pat yang
berbeda dari berbagai jenis sumber.
Mengomunikasikan menyajikan laporan dalam menyajikan hasil kajian (dari
(communicating) bentuk bagan, diagram, atau mengamati sampai menalar)
grafik; menyusun laporan dalam bentuk tulisan, grafis,
tertulis; dan menyajikan media elektronik, multi media
laporan meliputi proses, hasil, dan lain-lain
dan kesimpulan secara lisan
5) Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau
kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber
pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk
menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan
disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan
perenialisme.
Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari
berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi
rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam
kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama
mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak
perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar untuk setiap mata
pelajaran tercantum pada Dokumen II Kurikulum yang mencakup: Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan
Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, serta Daftar Tema dan
Alokasi Waktu.
Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti. Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan
kemampuan peserta didik, dan kekhasan masingmasing mata pelajaran.
Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan
Kompetensi Inti sebagai berikut:
a. kelompok 1 : kelompok Kompetensi Dasar Sikap Spiritual dalam rangka
menjabarkan KI1;
b. kelompok 2 : kelompok Kompetensi Dasar Sikap Sosial dalam rangka
menjabarkan KI2;
c. kelompok 3 : kelompok Kompetensi Dasar Pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI3; dan
d. kelompok 4 : kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI4.
b. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi muatan lokal berdasarkan pada :
(1) Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/05/2010 tanggal 27 Januari
2010 tentang Kurikulum Mata Muatan Lokal Bahasa Jawa Tahun 2006 untuk
jenjang pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi
Jawa Tengah.
(2) Surat Keputusan Bupati Tegal Nomor 557 Tahun 2015 tentang Penetapan Bahasa
Jawa sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah di Kabupaten Tegal
Tujuan :
Agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
(a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
(b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Jawa sebagai dan bahasa
daerah.
(c) Memahami bahasa Jawa dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
(d) Menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
(e) Meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya sastra
daerahnya.
(f) Menghargai dan melestarikan kreasi budaya Jawa sebagai salah satu
khazanah budaya nasional
2) Standar Kompetensi Lulusan
2. Ekstrakurikuler
a. Pengertian
1) Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta
didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah
bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian
peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
b. Fungsi
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi
pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
1) Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat,
pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter
dan pelatihan kepemimpinan.
2) Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan
internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
3) Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana
rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses
perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan
kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta
didik.
4) Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas.
c. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor peserta didik.
d. Prinsip
Untuk itu maka kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar dikembangkan
dengan prinsip sebagai berikut :
1) Bersifat individual, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai
dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.
2) Bersifat pilihan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan
minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
3) Keterlibatan aktif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.
4) Menyenangkan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang
menggembirakan bagi peserta didik
5) Membangun etos kerja, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
dilaksanakan dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha
dan bekerja dengan baik dan giat.
6) Kemanfaatan sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat
Tujuan:
a) sebagai pembentukan perilaku disiplin dan santun;
b) sebagai wahana siswa untuk berlatih berorganisasi;
c) melatih siswa untuk trampil dan mandiri;
d) melatih siswa untuk mempertahankan hidup;
e) memiliki jiwa sosial dan peduli kepada orang lain;
Penilaian
a) Penilaian Pendidikan Kepramukaan mencakup hal-hal sebagai berikut:
(1) Penilaian dilakukan secara kualitatif.
(2) Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta
didik.
(3) Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai minimal baik pada kegiatan
ekstrakurikuler wajib pada setiap semester.
(4) Nilai yang diperoleh pada kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik.
(5) Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu mendapat
bimbingan terus menerus untuk mencapai nilai baik.
b) Teknik Penilaian
(1) Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, dan
penilaian antar peserta didik.
(2) Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi
keterampilannya.
c) Media Penilaian:
(1) Jurnal/buku harian
(2) Portofolio
d) Proses penilaian:
(1) Proses penilaian dilaksanakan setiap kali latihan dan setiap hari di dalam
proses pembelajaran.
(2) Proses penilaian ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan
menitikberatkan pada ranah nilai sikap. Keterampilan kepramukaan merupakan
pendukung terhadap penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri.
(3) Proses penilaian sikap dilaksanakan dengan metode observasi.
(4) Proses penilaian Keterampilan Kepramukaan disesuaikan dengan Kompetensi
Dasar dari masing-masing Tema dan Matapelajaran sebagai penguatan yang
bermuatan Nilai Sikap dan Keterampilan dalam Kurikulum 2013.
(5) Proses Penilaian dilakukan oleh Teman, Guru Kelas/Guru Mata pelajaran,
pemangku kepentingan dan/atau Pembina Pramuka.
(6) Rekapitulasi Penilaian dilakukan oleh Guru Kelas/Guru Mata pelajaran selaku
Pembina Pramuka.
2) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan
Ekstrakurikuler pilihan merupakan kegiatan yang disediakan sekolah, namun
tidak mewajibkan siswa untuk mengikuti. Siswa diberikan kebebasan untuk memilih
sesuai dengan bakat, minat, dan potensi masing-masing. Kegiatan ini dapat juga dalam
bentuk kelompok atau klub yang kegiatan ekstrakurikulernya dikembangkan atau
berkenaan dengan konten suatu mata pelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, satuan
pendidikan (kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan) perlu secara aktif
mengidentifikasi kebutuhan dan minat peserta didik yang selanjutnya dikembangkan
ke dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat positif bagi siswa.
Ada dua alternatif yang bisa dilakukan untuk menetapkan jenis kegiatan ekstra
kurikuler pilihan yang akan dikembangkan, yaitu:
a) Top-Down, sekolah menyediakan/menyelenggarakan program kegiatan
ekstrakurikuler dalam bentuk paket-paket (jenis-jenis kegiatan) yang diperkirakan
dibutuhkan siswa. Dalam konteks ini juga, sekolah menetapkan jenis
ekstrakurikuler yang wajib diikuti peserta didik, seperti Pramuka.
b) Bottom-Up, sekolah mengakomodasikan keragaman potensi, keinginan, minat,
bakat, motivasi dan kemampuan seorang atau kelompok siswa untuk kemudian
menetapkan/menyelenggarakan program kegiatan ekstrakurikuler.
c) Kombinasi antara top-down dan bottom-up, artinya kegiatan esktrakurikuler
tertentu sudah disediakan sekolah sebagai kebijakan satuan pendidikan, namun
beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang lain dapat diselenggarakan berdasarkan atas
inisiatif dari siswa atau pemangku kepentingan pendidikan.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
dalam sistem paket 0% - 40% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan. Alokasi waktu untuk praktik dua jam kegiatan praktik di sekolah setara
dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam
tatap muka.
Beban belajar Kurikulum 2013 merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti
peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.
a. Beban belajar dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per
minggu.
1) Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 32 jam
pelajaran.
2) Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 34 jam
pelajaran.
3) Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 36 jam
pelajaran.
4) Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI
adalah 38 jam pelajaran.
4. Penilaian
Penilaian hasil belajar mempedomani Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD)
Revisi 2018 yang merujuk Permendikbud No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dan
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Kurikulum,
pembelajaran, dan penilaian merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran.
Komponen tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Kurikulum sebagai
seperangkat rencana mencakup tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kompetensi
yang dirumuskan dalam kurikulum. Sementara itu, penilaian erat kaitannya dengan
informasi seputar peserta didik dan pembelajarannya. Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik. Dalam melaksanakan penilaian, pendidik dan satuan pendidikan mengacu pada
Standar Penilaian Pendidikan.
Mengelola pembelajaran dan penilaian dengan bermutu adalah tugas pendidik dan
satuan pendidikan. Dengan melakukan pembelajaran dan penilaian, pendidik akan mampu
menjalankan fungsi sumatif penilaian yakni mengukur dan menilai tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik serta mendeskripsikan capaian hasil pembelajaran peserta didik,
dan fungsi formatif yakni mendiagnostik kesulitan belajar peserta didik dalam
pembelajaran, memberi petunjuk bagi pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan
mutu pembelajaran, mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Penilaian sebagai fungsi sumatif saat ini dikenal
dengan istilah penilaian atas pembelajaran (assessment of learning) sedangkan penilaian
sebagai fungsi formatif saat ini lebih dikenal sebagai penilaian sebagai pembelajaran
(assessment as learning) dan penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning).
a. Pengertian-pengertian terkait
penilaian antara lain:
1) Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,
prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang
digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik.
2) Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.
3) Pembelajaran adalah proses interaksi yang direncanakan antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya, dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
4) Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/ data
tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan
aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan
untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui
penugasan dan evaluasi hasil belajar.
5) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan
dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk
penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah.
6) Penilaian harian (PH) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi dasar.
7) Penilaian tengah semester (PTS) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi dasar peserta didik setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran selama 8-9 minggu. Cakupan penilaian tengah semester meliput seluruh
KD pada periode tersebut.
8) Penilaian akhir semester (PAS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester ganjil. Cakupan PAS meliputi
seluruh KD pada semester ganjil.
9) Penilaian akhir tahun (PAT) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap. Cakupan PAT meliputi
seluruh KD pada semester genap.
10) Ujian Sekolah/Madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari
suatu satuan pendidikan.
11) Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi
deskriptif mengenai perilaku peserta didik di dalam dan di luar pembelajaran.
12) Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
penguasaan pengetahuan peserta didik.
13) Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu.
14) Prinsip penilaian adalah asas yang mendasari penilaian dalam pembelajaran.
15) Mekanisme penilaian adalah prosedur dan metode penilaian yang dilakukan oleh
pendidik.
16) Prosedur penilaian adalah langkah-langkah penilaian yang dilakukan oleh pendidik.
17) Teknik penilaian adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk melakukan penilaian
dengan menggunakan berbagai bentuk instrumen penilaian.
18) Instrumen penilaian adalah alat yang disusun dan digunakan untuk mengumpulkan dan
mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
19) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
lulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.
b. Lingkup dan Teknik Penilaian
1) Lingkup
Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan, sedangkan lingkup penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.
2) Teknik Penilaian
(a) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik
dalam proses pembelajaran yang meliputi:
(1) Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
(2) Sikap Sosial
Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku
antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan
negara.
Teknik penilaian yang digunakan adalah observasi melalui wawancara, catatan
anekdot (anecdotal record), dan catatan kejadian tertentu (incidental record)
sebagai unsur penilaian utama.
Penilaian sikap dilakukan oleh guru kelas, guru mata pelajaran agama dan budi
pekerti, guru PJOK, dan pembina ekstrakurikuler. Guru kelas.
(b) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur
penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognisi dalam berbagai tingkatan proses
berpikir.
(1) Pengertian
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik yang dilakukan secara
terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah.
(2) Lingkup
Lingkup penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.
(3) Bentuk Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk
(a) Penilaian Akhir Semester (PAS)
(b) Penilaian Akhir Tahun (PAT)
(c) Ujian Sekolah (US)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan KKM adalah sebagai berikut:
1. Hitung jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap kelas!
2. Tentukan kekuatan/nilai untuk setiap aspek/komponen, sesuaikan dengan kemampuan
masing-masing aspek:
a. Aspek Kompleksitas:
Semakin komplek (sukar) KD maka nilainya semakin rendah tetapi semakin mudah
KD maka nilainya semakin tinggi.
Sehingga panjang interval untuk setiap predikat 13 atau 14. Karena rentang predikat
nilainya 13 atau 14, maka untuk mata pelajaran Matematika, rentang predikatnya sebagai
berikut.
Contoh Rentang Predikat untuk KKM Satuan Pendidikan 60
RENTANG PREDIKAT
KKM Satuan Panjang D
A B
Pendidikan *) Interval C (Cukup) (Perlu
(Sangat Baik) (Baik)
Bimbingan)
60 40/3=13,3 87<A≤100 73<B≤87 60≤C≤73 D < 60
7) Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil belajar dari
paling sedikit 3 (tiga) muatan pelajaran pada kompetensi pengetahuan,
keterampilan belum tuntas dan/atau sikap belum baik.
5. Bimbingan Psiko-Edukatif
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111
Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi untuk berkembang
secara optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan
kapasitas intelektual, minat, dan bakat yang dimiliki, melainkan sebagai sebuah kondisi
perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu menunjukkan perilaku yang
sehat dan bertanggung jawab serta memiliki kemampuan adaptasi dan sosialisasi yang
baik.
Situasi kehidupan pada abad XXI ini sangat penuh tantangan dan persaingan. Hal
ini berdampak antara lain pada tingkat depresi yang tinggi di samping tersedianya peluang
bagi yang memiliki kompetensi hidup, memiliki multiliterasi yang menguatkan kapasitas
fisik, mental, serta intelektual peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik harus memiliki
karakter yang kuat agar dapat menghadapi tantangan Abad 21 tersebut.
Penguatan pendidikan karakter (PPK) peserta didik secara teknis dilaksanakan
melalui PPK berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan berbasis masyarakat. Di antara
PPK berbasis budaya sekolah adalah kegiatan literasi, sedangkan diantara PPK berbasis
kelas adalah pembelajaran tematik yang menggunakan kompetensi Abad 21, terutama 4C
yaitu kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi (collaboration), kreativitas
(creativity), dan komunikasi (communication) -serta keterampilan berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking skills/ HOTS).
Pengembangan kompetensi hidup anak secara utuh memerlukan sistem layanan
pendidikan pada satuan pendidikan di SD yang tidak hanya mengandalkan layanan
akademik melalui pembelajaran dan manajemen saja, tetapi juga menyediakan layanan
khusus yang bersifat psiko-edukatif. Pada tingkat sekolah dasar, peserta didik memerlukan
kesiapan untuk mengikuti proses pembelajaran. Karena rentang usia yang panjang yang
dijalani peserta didik Kelas I sampai dengan Kelas VI di SD, sehingga dimungkinkan
muncul berbagai masalah berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan, perbedaan
individu dalam aspek kecerdasan, kepribadian, bakat, minat, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, lingkungan tempat tinggal, agama, tradisi, adat, dan budaya. Perbedaan kondisi
tersebut menggambarkan adanya variasi kebutuhan pengembangan secara utuh dan optimal
yang harus difasilitasi oleh guru melalui layanan bimbingan yang bersifat psiko-edukatif.
Layanan bimbingan psiko-edukatif mencakup kegiatan yang bersifat pencegahan,
perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan.
Prinsip dasar bimbingan psiko-edukatif yang tercantum dalam bahasan mengenai:
a. Bidang Layanan
Bimbingan Psiko-Edukatif
1) Bimbingan
pribadi
Suatu proses pemberian bantuan dari guru kepada peserta didik untuk
memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan
keputusannya secara bertanggung jawab tentang perkembangan aspek pribadinya,
sehingga dapat mencapai perkembangan pribadinya secara optimal.
2) Bimbingan
sosial
Suatu proses pemberian bantuan dari guru kepada peserta didik untuk
memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif,
terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang
dialaminya, mampu menyesuaikan diri, dan memiliki keserasian hubungan dengan
lingkungan sosialnya.
3) Bimbingan
belajar
Proses pemberian dari guru kelas kepada peserta didik dalam mengenali
potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil
merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki
kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal.
b. Kompetensi Layanan
Bimbingan Psiko-Edukatif
1) Layanan dasar
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh
peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal
atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap
dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian).
2) Layanan bakat
dan minat khusus
Layanan bakat dan minat khusus adalah program kurikuler yang disediakan
untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik
dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran.
3) Layanan
responsif
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik yang
menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera, agar peserta
didik tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas
tahap, serta mengatur jadwal dalam program tahunan dan semesteran serta
pengimplementasiannya. Program bimbingan psiko-edukatif direncanakan sebagai
program tahunan dan program semesteran dengan memperhitungkan efisiensi,
efektivitas, dan akuntabilitas.
3) Pelaksanaan Layanan
Pelaksanaan bimbingan psiko-edukatif harus memperhatikan aspek
penggunaan data dan waktu yang tersebar dalam kalender akademik. Data digunakan
sebagai informasi penting dalam pelaksanaan program dan akan dipergunakan untuk
mengevaluasi program dalam kaitan dengan kemajuan peserta didik. Data yang
terkumpul dipilah menjadi tiga:
(1) Data jangka pendek yaitu data setiap akhir aktivitas.
(2) Data jangka menengah merupakan data kumpulan
dari periode waktu tertentu, misalnya program semesteran.
(3) Data jangka panjang merupakan data akhir
serangkaian program yang merupakan data hasil seluruh aktivitas dan
dampaknya pada perkembangan pribadi, sosial, dan belajar peserta didik.
Aspek penggunaan waktu merupakan proporsi waktu perencanaan dan
pelaksanaan setiap komponen dan bidang bimbingan psiko-edukatif harus
memperhatikan tingkat satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, jumlah guru
kelas, jumlah peserta didik yang dilayani. Distribusi waktu guru kelas dalam setiap
komponen program juga harus memperhatikan tingkatan kelas dalam satuan
pendidikan. Sebagian besar waktu guru kelas (80%-85%) untuk pelayanan langsung
kepada peserta didik, sisanya (15%-20%) untuk aktivitas manajemen dan
administrasi.
Kalender aktivitas bimbingan psiko-edukatif sebagai perencanaan program
semua komponen dan bidang bimbingan psiko-eduaktif diatur sejalan dengan
kalender akademik satuan pendidikan.
1. Evaluasi
Evaluasi dalam bimbingan psiko-edukatif merupakan proses pembuatan
pertimbangan secara sistematis mengenai keefektifan dalam mencapai tujuan
program bimbingan psiko-edukatif berdasarkan pada ukuran (standar) tertentu.
Dengan demikian, evaluasi merupakan proses sistematis dalam mengumpulkan
2) Mengendalikan
Guru mengendalikan/mengontrol sikap dan perilaku peserta didik secara rutin dan
kontinu agar tidak menyimpang dari norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
3) Mendampingi
Peserta didik yang rentan atau potensial mengalami masalah, perlu dilakukan
pendampingan supaya potensi masalah tidak berkembang.
4) Memotivasi
Semangat belajar peserta didik ada kemungkinan menurun karena berbagai sebab.
Guru perlu melakukan upaya untuk mengendalikan semangat peserta didik.
5) Menampilkan diri sebagai model
Peserta didik memerlukan model perilaku yang positif untuk ditiru atau dijadikan
panutan. Guru adalah role model (keteladanan) yang dibutuhkan mereka.
6) Menghubungkan
Guru menjadi penghubung antara peserta didik dan pihak lain seperti orang tua
maupun teman sebaya yang bermasalah karena interaksi dan komunikasi yang
kurang efektif.
7) Fasilitasi
Peserta didik yang memiliki potensi, bakat, dan minat perlu difasilitasi untuk
berkembang melalui pembelajaran maupun kegiatan lain.
f. Kompetensi Komunikasi Guru-Peserta Didik
Kompetensi komunikasi guru–peserta didik bertujuan untuk membangun
interaksi/hubungan antara guru dan peserta didik yang jujur, terbuka, tulus, saling
menghargai, saling percaya, dan saling memahami anak sebagai pribadi yang berharga.
Kompetensi komunikasi tersebut meliputi:
1) Pendengar aktif
2) Sapa, senyum, dan sentuh.
3) Sabar, tidak memaksa/menekan.
4) Tidak menakut-nakuti, mengancam.
5) Menjaga rahasia dan menghargai hak anak
6) Sikap proaktif yang simpatik
7) Berkomunikasi dengan diselingi humor yang ringan dan sehat.
1. Pengembangan
Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik ini
bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan
karakter bangsa
2. Perbaikan
Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. Penyaring
Untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa;
Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia,
dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara
Indonesia.
Tabel 3.8 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
Tahu mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
Kebangsaan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
Air kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
Prestasi sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
Komuniktif bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan amanatas kehadiran dirinya.
15. Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
Membaca yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
NILAI DESKRIPSI
Lingkungan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
jawab kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
Ada 5 nilai yang diharapkan menjadi nilai minimal yang dikembangkan di sekolah
yaitu nyaman, jujur, peduli, cerdas, dan tangguh/kerja keras.
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan
oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai
suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum. Pengembangan nilai-nilai
pendidikan budaya dan karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari
setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.
Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI)
untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu
sudah tercakup di dalamnya.
2) Menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai
dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan.
3) Mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel itu ke dalam
silabus.
4) Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP.
5) Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya
dalam perilaku yang sesuai.
6) Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
Program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan
karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah,
yaitu melalui hal-hal berikut.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi
pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik
maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan
melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan itu: membuang sampah tidak
pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak,
berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh. Kegiatan spontan berlaku untuk
perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji,
misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah
raga atau kesenian, berani menentang atau mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.
c. Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain
dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang
lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap
sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya,
bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur,
menjaga kebersihan.
d. Pengkondisian
Adapun penilaian dilakukan secara terus menerus oleh guru dengan mengacu pada
indikator pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter, melalui pengamatan guru ketika
seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, model anecdotal record
(catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai
yang dikembangkan), maupun memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau
kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai
yang dimilikinya.
Kurikulum 2013 menjadi bagian integral dalam penguatan pendidikan karakter, kecakapan
literasi, dan HOTS.
a. Tujuan
1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai
karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika
perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
3) Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan
numerasi), dan olah raga (kinestetik).
4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah,
guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan
implementasi pendidikan karakter.
5) Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumbersumber belajar
di dalam dan di luar sekolah.
6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
d. Penyelenggaraan PPK
Penyelenggaraan PPK dengan mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat
pendidikan (kelas, sekolah, masyarakat) yang dilaksanakan melalui:
1) Pendekatan berbasis kelas dilakukan dengan:
membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai,
individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara
kontekstual maupun universal. Kelima nilai utama karakter, yakni:
1) Religiositas
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa
yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan
yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai
dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi
sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan
individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan
dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama
dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama
dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
2) Nasionalisme
Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan
budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga
lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan
agama.
3) Kemandirian
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang
lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya
juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4) Gotong Royong
oneself ”. Karakter juga dapat dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik atau penuh
kebajikan, yakni berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia,
dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-
buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-
hari dengan sepenuh hati. Pada dasarnya manusia memiliki dua karakter yang saling
berlawanan, yaitu karakter baik dan karakter buruk.
Dalam membangun karakter atau menumbuhkan budi pekerti di sekolah, ada tiga
pilar yang perlu dijadikan pijakkan. Ketiga pilar memadukan potensi dasar anak. Pilar yang
dipakai untuk mewujudkan sekolah berkarakter meliputi tiga hal. Pertama, membangun
watak, kepribadian, atau moral. Kedua, mengembangkan kecerdasan majemuk. Ketiga,
kebermaknaan pembelajaran. Agar ketiga pilar itu tetap pada landasan yang kokoh, maka
ada kontrol, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan. Pembangunan watak, kepribadian, dan
moral seperti sidiq yang artinya benar/jujur dan kepedulian dapat dijabarkan dengan
memberi indikator untuk memudahkan pengontrolan. Pengembangan kecerdasan majemuk
mengacu pada prinsip bahwa anak itu cerdas. Kecerdasan yang dimiliki setiap anak
berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu pengembangan kecerdasan pada setiap individu.
Kebermaknaan pembelajaran mengacu pada sebuah proses. Untuk mengembangkan
kecerdasan majemuk serta menanamkan perilaku atau pembangunan watak, kepribadian,
dan moral perlu kebermaknaan pembelajaran. Pembelajaran yang dapat memberikan nilai
manfaat untuk menyiapkan kemandirian anak. Supaya tercapai semua harapan menjadi
sekolah berkarakter, diperlukan kontrol, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan. Agar
pembentukan karakter lebih mudah dipantau dan dinilai, maka perlu adanya indikator.
b. Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk
berbuat baik (desiring the good). Memberikan beberapa contoh kepada anak
mengenai karakter yang sedang dibangun. Misalnya melalui cerita dengan tokoh-
tokoh yang mudah dipahami siswa.
c. Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving the good). Agar anak
mengembangkan karakter yang baik, maka ada penghargaan bagi anak yang
membiasakan melakukan kebaikan. Begitu pula anak yang melakukan pelanggaran,
supaya diberi hukuman yang mendidik.
d. Melakukan perbuatan baik (acting the good). Karakter yang sudah mulai dibangun
melalui konsep diaplikasikan dalam proses pembelajaran selama di sekolah. Selain
itu, juga memantau perkembangan anak dalam praktik pembangunan karakter di
rumah. Dalam hal, ini guru sebagai model. Guru akan banyak dilihat siswa. Apa
yang dilakukan oleh guru, dianggap benar oleh siswa. Untuk itulah guru harus
memberikan contoh yang positif.
2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam
segala tingkah laku masyarakat di sekolah.
3. Pemantauan secara kontinue.
Penanaman moral ini dilakukan dengan cara pendampingan guru. Selain sebagai
model perilaku sehari-hari dalam bentuk perilaku yang bisa diteladani, guru juga
melakukan pemantauan secara berkelanjutan terhadap perkembangan moral anak. Guru
juga bisa membangun komunikasi yang efektif dengan orangtua tentang perilaku anak
di rumah. Semua itu untuk menyiapkan anak-anak dalam rangka mengokohkan konsep
moral pada diri mereka.
Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam membangun karakter
anak. Waktu anak di rumah lebih banyak daripada di sekolah dan rumah merupakan
tempat pertama anak berkomunikasi serta bersosialisasi dengan lingkungannya. Untuk
itulah, orangtua diberikan kesempatan untuk menilai anak, khususnya dalam
pembentukan moral/ budi pekerti.
Dengan penerapan empat hal di atas maka diharapkan bisa menumbuhkan budi
pekerti melalui pembiasaan karakter di lingkungan sekolah sekaligus melibatkan peran
orang tua sebagai pendidik utama dan pertama.
Penumbuhan Budi Pekerti yang selanjutnya disingkat PBP adalah kegiatan
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama
sekolah, masa orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan sekolah. Masa
orientasi peserta didik baru yang selanjutnya disebut MOPDB adalah serangkaian
kegiatan pertama masuk sekolah pada setiap awal tahun pelajaran baru yang
berlangsung paling lama 3 (tiga) hari.
Pembiasaan adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, guru,
dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkembangkankan kebiasaan
yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif.
c. Tujuan:
1) menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru, dan
tenaga kependidikan;
2) menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter
sejak di keluarga, sekolah, dan masyarakat;
3) menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan keluarga; dan/atau
4) menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
d. Pelaksanan:
PBP dilaksanakan sejak hari pertama masuk sekolah
1) Dalam bentuk kegiatan umum, harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan,
dan/atau tahunan.
2) Melalui interaksi dan komunikasi antara sekolah, keluarga, dan/atau masyarakat.
(5) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam
menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.
(6) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam
menjalankan program literasi.
3) Lingkungan akademik
(1) Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila
diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
(2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan
pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading),
membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared
reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku,
presentasi (show-and-tell presentation).
(3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan
lain.
(4) Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan gerakan literasi
sekolah.
(5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku
cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.
(6) Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah.
(7) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan
membangun organisasi sekolah yang suka belajar.
f. Tahapan Pelaksanaan GLS
GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan masing-
masing sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik sekolah (ketersediaan
fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah (peserta didik, tenaga guru,
orang tua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukung lainnya
(partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan).
c. Kecakapan Akademik
Kecakapan akademik ditanamkan dengan melalui berbagai kegiatan sbb:
1) Menerapkan pendekatan belajar aktif (PAKEM)
2) Membina kaderisasi calon lomba keterampilan agama (Loketa)
3) Mengadakan wajib baca di perpustakaan.
4) Mengadakan wajib baca senyap (10 menit) sebelum bel masuk sekolah.
Kelas Materi
1. Membaca Iqro jilid 1
I
2. Membaca dan menghafal doa-doa pendek
1. Membaca Iqro jilid 2
II
2. Membaca dan menghafal surat- surat pendek
1. Membaca Iqro jilid 3
III
2. Membaca dan mengahafal bacaan shalat
1. Membaca Iqro jilid 4
IV
2. Mengenal ilmu tajwid
1. Membaca Iqro jilid 5
V
2. Mengenal ilmu tajwid
1. Membaca Iqro jilid 6
VI
2. Membaca Al-qur`an dengan memperhatikan ilmu tajwid
b. Teknologi
Pertanian Sederhana
Kelas Materi
1. Mengenal Tanah Pertanian
IV 2. Memahami Pengolahan Tanah
Pertanian
1. Memahami
Berbagaai tanaman di Sekitar
V
2. Praktik
Menanam Tanaman Sederhana
1. Menerapkan Media Tanam
Sederhana
VI
2. Penjagaan Penyakit dan Hama
Tanaman
BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN
A. Definisi Istilah
1. Kalender Pendidikan yang selanjutnya disingkat Kaldik adalah pengaturan waktu
untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun pelajaran yang mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan
hari libur.
2. Perencanaan Pengaturan Kelas adalah pengaturan kelas untuk keperluan administrasi
satuan pendidikan;
3. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal
tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
4. Penerimaan Peserta Didik Baru yang selanjutnya disingkat PPDB adalah serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan untuk menetapkan jumlah peserta didik pada setiap
jenjang pendidikan.
5. Pengenalan Lingkungan Sekolah yang selanjutnya disingkat PLS adalah kegiatan
pertama masuk sekolah untuk pengenalan program, sarana dan prasarana sekolah, cara
belajar, penanaman konsep pengenalan diri, dan pembinaan awal kultur Sekolah.
6. Hari-hari pertama masuk satuan pendidikan adalah serangkaian kegiatan satuan
pendidikan pada permulaan tahun pelajaran yang berlangsung selama 3 (tiga) hari
kerja.
7. Minggu efektif pembelajaran adalah jumlah minggu yang digunakan untuk proses
pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dalam waktu satu tahun pelajaran.
8. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, yang
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan
lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
9. Hari libur adalah hari yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran
terjadwal pada satuan pendidikan. Hari libur dapat berbentuk libur semester gasal,
libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari
besar nasional, dan hari libur khusus. 87
10. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian kompetensi hasil belajar peserta didik.
11. Jenis Penilaian meliputi Penilaian Harian, Penilaian Tengah Semester, Penilaian Akhir
Semester, Penilaian Akhir Tahun, Uji Kompetensi, Ujian Sekolah/Madrasah, Ujian
Sekolah/Madrasah Berstandar Nasional, dan Ujian Nasional.
12. Penilaian Harian adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
13. Penilaian Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik secara
periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan
8-9 minggu kegiatan pembelajaran.
14. Penilaian Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester gasal.
15. Penilaian Akhir Tahun adalah kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap.
16. Uji Kompetensi Kejuruan yang selanjutnya disingkat UKK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan kejuruan, untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi pada akhir masa pembelajaran.
17. Ujian Sekolah yang selanjutnya disingkat US adalah kegiatan yang dilakukan oleh
satuan pendidikan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan
pendidikan.
18. Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang selanjutnya disingkat USBN adalah kegiatan
pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk mata pelajaran tertentu.
19. Akhir tahun pelajaran adalah hari yang ditetapkan sebagai akhir tahun pelajaran, yang
ditandai dengan penyerahan buku laporan hasil belajar.
20. Semester adalah penggalan paruh waktu yang ada pada setiap tahun pelajaran.
21. Libur Semester adalah hari libur yang berlangsung pada akhir setiap semester.
22. Libur Akhir Tahun Pelajaran adalah hari libur yang berlangsung pada akhir tahun
pelajaran.
23. Libur Umum adalah hari libur untuk memperingati peristiwa nasional atau keagamaan,
yang waktunya ditetapkan oleh pemerintah.
24. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam pembelajaran utama.
b. Kalender Pendidikan.
c. Perencanaan Pembelajaran.
d. Pelaksanaan Proses Pembelajaran.
e. Penilaian Hasil Pembelajaran.
f. Pengawasan Proses Pembelajaran.
g. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Satuan Pendidikan, meliputi:
1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (yang digunakan).
2) Struktur Organisasi Satuan Pendidikan.
3) Pembagian Tugas Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
4) Peraturan Akademik.
5) Tata Tertib Satuan Pendidikan (Tata Tertib Pendidik, Tenaga Kependidikan dan
Peserta Didik).
6) Tata Tertib Pengaturan Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan.
5. Pada awal ahun pelajaran pendidik berkewajiban membuat program yang
mencakup :
a. Program tahunan dan program semester
b. Silabus
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
6. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan (kepala dan pengawas
satuan pendidikan), supervisi (kepala dan pengawas satuan pendidikan), evaluasi
(satuan pendidikan dan pemerintah), pelaporan (pendidik dan kepala satuan
pendidikan) dan tindak lanjut.
C. Waktu Pembelajaran
1. Dalam penyelenggaraan pendidikan, satuan pendidikan menggunakan sistem semester
yang membagi 1 (satu) tahun pelajaran menjadi semester gasal dan semester genap.
2. Waktu pembelajaran efektif 35 menit setiap jam pelajaran tatap muka.
3. Waktu pembelajaran efektif pada bulan Ramadhan 30 menit setiap jam pelajaran tatap
muka.
4. Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk setiap satuan pendidikan adalah
sebagai berikut:
D. Kegiatan pembelajaran
a. Kegiatan pembelajaran menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan (SNP);
b. Khusus kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah
berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku; dan
c. Waktu pembelajaran efektif masuk pagi dimulai pukul 07.00 WIB. sesuai dengan
kondisi lingkungan sekolah.
E. Kegiatan Tengah Semester diisi dengan penilaian tengah semester atau kegiatan
pengembangan bakat, kepribadian, prestasi, dan kreativitas peserta didik.
F. Masa Penilaian
1. Penilaian Harian dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran, yang
pengaturan waktunya ditetapkan oleh masing-masing pendidik.
2. Penilaian Tengah Semester dilaksanakan setelah melaksanakan 8 - 9 minggu kegiatan
pembelajaran.
3. Penilaian Akhir Semester Gasal dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan November
dan minggu ke-1 bulan Desember 2019.
4. Penilaian Akhir Tahun dilaksanakan pada minggu ke-1 dan ke-2 bulan Juni 2020.
5. Perkiraan US dan USBN pada jenjang SD/SDLB/MI dilaksanakan pada minggu
ke-1, 2, dan 3 bulan April 2020.
6. Perkiraan pelaksanaan UN Susulan jenjang SD/SDLB/MI pada minggu ke-4 bulan
April 2020.
G. Hari Libur
BULAN JANUARI 2020 FEBRUARI 2020 MARET 2020 APRIL 2020 MEI 2020 JUNI 2020
HARI 26 24 19 15 12 8
MINGGU 5 12 19 26 2 9 16 23 30 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 31 7 14 21 28
SENIN 6 13 20 27 3 10 17 24 2 9 16 23 30 6 13 20 27 4 11 18 25 1 8 15 22 29
SELASA 7 14 21 28 4 11 18 25 3 10 17 24 31 7 14 21 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30
RABU 1 8 15 22 29 5 12 19 26 4 11 18 25 1 8 15 22 29 6 13 20 27 3 10 17 24
KAMIS 2 9 16 23 30 6 13 20 27 5 12 19 26 2 9 16 23 30 7 14 21 28 4 11 18 25
JUMAT 3 10 17 24 31 7 14 21 28 6 13 20 27 3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26
SABTU 4 11 18 25 1 8 15 22 29 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30 6 13 20 27
BULAN JULI 2020 : Perkiraan PPDB : Libur Hari Besar Keagamaaan : Cuti Bersama
HARI 0 : Masa Orientasi Peserta Didik Baru 8 : Libur Hari Raya Idul Fitri
MINGGU 5 12 19 26 : Waktu Pembelajaran Efektif 13 : Jeda Tengah Semester Lebaksiu, Juli 2019
SENIN 6 13 20 27 : Mengikuti Upacara Hari Besar Nasional : Libur Hari Raya Idul Adha Kepala SDN Lebaksiu Lor 01
SELASA 7 14 21 28 : Libur Hari Minggu : Ulangan/Penilaian Akhir Semester/UKK
RABU 1 8 15 22 29 : Libur Umum : Perkiraan Ujian Sekolah (US)
KAMIS 2 9 16 23 30 : Libur Semester Gasal : Ulangan/Penilaian Tengah Semester
JUMAT 3 10 17 24 31 : Libur Semester Genap/Libur Akhir Thn. Peljrn : Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK) / Tes Sutro, S.Pd.
Kompetensi Dasar (TKD) NIP. 196006231980121001
SABTU 4 11 18 25 : Libur Bulan Ramadhan dan Sebelum/Sesudah : Penyerahan Buku Laporan Hasil Belajar
Hari 14 : Tahun Pelajaran 2020/2021
94
Kurikulum SDN Lebaksiu Lor 01
90
KEG.
HARI HARI-HARI TENGAH MENG PENYERAHA JUMLAH LIBUR LIBUR JUMLAH JUMLAH
NO BULAN, TAHUN LIBUR LIBUR
BELAJA PER TAMA SMTR/TES IKUTI N BLP/ HARI AKHIR RAMDHAN/ HARI HARI
MINGGU UMUM
REFEKTIF MASUK KD/UN/UL UPACARA RAPOR EFEKTIF SEMESTER HARI RAYA LIBUR
ANGAN
JULI 2019 12 3 - - - 15 12 4 - - 16 31
AGUSTUS 2019 26 - - 1 - 27 - 4 - - 4 31
GASAL
SEPTEMBER 2019 19 - 6 - - 25 - 5 - - 5 30
1
OKTOBER 2019 25 - - 2 - 27 - 4 - - 4 31
NOPEMBER 2019 21 - 4 - - 25 - 4 1 - 5 30
DESEMBER 2019 11 - 3 - 1 15 9 5 2 - 16 31
JUMLAH 114 3 13 3 1 134 21 26 3 0 50 184
JANUARI 2020 26 - - - - 26 - 4 1 - 5 31
PEBRUARI 2020 24 - - - - 24 - 4 1 - 5 29
GENAP
95
Kurikulum SDN Lebaksiu Lor 01
91
HARI
SEMESTER
JUM'AT
SELASA
SENIN
KAMIS
SABTU
BULAN JML KETERANGAN
RABU
1 - 13 : Libur Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019
Juli 3 3 3 2 2 2 15
15 - 17 : Hari-hari Pertama Masuk Satuan Pendidikan (Keg. MPLS)
11 : Libur Umum (Hari Raya Idul Adha 1440 H)
Agustus 4 4 4 5 5 4 26
17 Mengikuti Upacara HUT kemerdekaan RI
1 Libur Umum (Tahun Baru Hijriyah/1 Muharam 1441 H)
September 4 3 3 3 3 3 19
16 - 21 : Ulangan/Penilaian Tengah Semester (UTS/PTS)
1 : Mengikuti Upacara Hari Kesaktian Pancasila
Oktober 4 5 5 5 4 4 27
28 : Mengikuti Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda
SEMESTER I
96
Kurikulum SDN Lebaksiu Lor 01
92
HARI
SEMESTER
JUM'AT
SELASA
SENIN
SABTU
KAMIS
BULAN JML KETERANGAN
RABU
Januari 4 4 5 5 4 4 26 1 : Libur Umum (Tahun Baru Masehi 2020)
97
Kurikulum SDN Lebaksiu Lor 01
93
1 - 11 : Libur Akhir Semester Genap/Libur Akhir Tahun Pelajaran 2019/2020
Juli 2 2 2 1 1 1 9
13 : Permulaan Tahun Pelajaran 2020/2021
98
Kurikulum SDN Lebaksiu Lor 01
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
1. Apakah tujuan pendidikan yang tertulis dalam dokumen kurikulum ini telah
lengkap dan dapat tercapai?
4. Apakah strategi yang digunakan cukup efektif dalam mencapai tujuan yang
diharapkan?
Dengan kesungguhan, komitmen, keuletan, kerja keras, dan kerja sama dari
para guru, kepala sekolah, komite sekolah, orang tua siswa, dan stake holder secara
terpadu menjadi kunci sukses bagi terwujudnya visi, misi, dan tujuan SD Negeri
Lebaksiu Lor 01.
Kami juga sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak, khususnya
para guru, karyawan, peserta didik, dan wali murid agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan maksimal.
Dokumen Kurikulum ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan.
Masukan, saran, kritik dan teguran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dalam penyusunan kurikulum.
Sutro, S.Pd.
NIP. 196006231980121001