Nim : 17650080
BAB 1
PENDAHULUAN
urutan ke 4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4
juta jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,9 juta jiwa), dan
penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030(sekitar 21,3 juta jiwa)
Atlas 2015, memprediksi untuk usia 20-79 tahun jumlah penderita diabetes di
Indonesia dari 10 juta pada tahun 2015 menjadi 16,2 juta pada tahun 2040. Dengan
angka tersebut Indonesia menempati urutan ke-6 di dunia pada tahun 2040, atau naik
satu peringkat dibanding data IDF pada tahun 2015 yang menempati peringkat ke-7 di
peningkatan prevalensi DM di Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau
sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar
ke-4 di dunia. Di tahun 2012 sudah ada 4,8 juta kematian yang disebabkan langsung
oleh diabetes. Tiap 10 detik ada satu orang atau tiap 1 menit ada 6 orang yang
meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes (Tandra, H., 2013).
Diabetes Mellitus merupakan kondisi kronik yang terjadi karena tubuh tidak
dapat memproduksi insulin secara normal atau insulin tidak dapat bekerja secara
efektif. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi untuk
memasukkan glukosa yang diperoleh dari makanan ke dalam sel yang selanjutnya
akan diubah menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan untuk bekerja
kali disebut dengan “silent killer” karena banyak dari pasien yang tidak menyadari
Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yang biasa di jumpai yaitu DM tipe 1,
dijumpai yaitu Diabetes Mellitus tipe 2 yang disebabkan gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
tipe 2, maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan
dalam penggunaan obat, ketepatan terapi, evaluasi terapi yang terstruktur dan
tahun 2011 menyatakan pasien yang termasuk dalam terapi pengobatan diabetes
mellitus adalah pasien yang memiliki glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dan kadar
glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl serta kadar glukosa plasma sewaktu
≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM seperti banyak kencing (poliuria),
banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan
Dalam pemilihan obat antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis atau
kombinasi untuk pasien lanjut usia dengan diagnosa diabetes mellitus tipe 2.
berdasarkan tingkat keparahan penyakit diabetes melitus serta kondisi pasien terkait
komplikasi penyakit penyerta yang ada. Dalam hal ini obat hiperglikemik oral yang
dibahas dalam penelitian adalah obat golongan sulfonilurea (Perkeni dalam Arifin,
2007).
memiliki struktur yang sama yaitu cincin benzena dan sulfonilurea. SU generasi
pertama memiliki substitusi hidrofilik polar yang relatif kecil, sedangkan SU generasi
kedua memiliki substitusi lipofilik non polar yang besar sehingga lebih mudah
berpenetrasi ke membran sel dan menghasilkan potensi yang lebih baik. Sulfonilurea
obat antidiabetik oral yang lain, dimana golongan ini dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada 85-90% pasien diabetes melitus tipe 2 (Sari, dkk., 2008).
Dari paparan masalah di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yaitu Bagaimana
analisis penggunaan obat diabetes mellitus tipe 2 pada pasien rawat inap di rumah
sakit x ?
1.3 Tujuan
Mengetahui penggunaan obat diabetes mellitus tipe 2 pada pasien rawat inap di
rumah sakit x
1.4 Manfaat
golongan sulfonilurea yang banyak digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2.